Professional Documents
Culture Documents
Idealisme
Atsiila Alifa Ahmad¹, Devita Putri Nurlita², Elvionita Sahara³, Farsya Tyas Putri
Raharjo⁴, Suryo Ediyono⁵
Abstract
Philosophy was a discipline that considered many topics, one of which was idealism.
Philosophical idealism, as a movement in the 18th and 19th centuries, continued until the 20th
century. It reviewed the standard differences between epistemological idealism, the view that the
contents of human knowledge could not be avoided by the structure of the human mind, and
ontological idealism. Idealism argued that thought was real, and matter, in a certain sense, was
a secondary consideration. The main theory of idealism was that ideas were the only things that
were true and worthy of knowledge. The focus was on conscious thinking in the mind in the
quest for eternal truth, beauty, and justice. In understanding a truth, one had to pursue
knowledge and identify with the Absolute Mind. Philosophers in thought and reflection, as usual,
continued with ordinary interest, daily in thought. By thinking, humans could introduce order to a
world full of anxiety and disturbance. The method used by the author's team in the preparation
of this article was qualitative, i.e., using the study of literature and libraries. Readers were
expected to gain a better understanding of the role of philosophical idealism in human cognitive
processes.
Abstrak
Filsafat merupakan suatu disiplin ilmu yang mempertimbangkan banyak topik, salah satunya
idealisme. Idealisme filsafat sebagai gerakan pada abad ke-18 dan ke-19, berlanjut hingga abad
ke-20. Ini meninjau perbedaan standar antara idealisme epistemologis, pandangan bahwa isi
pengetahuan manusia tidak dapat dihindari oleh struktur pikiran manusia, dan idealisme
ontologis. Idealisme berpendapat bahwa pikiran adalah nyata dan materi dalam arti tertentu
adalah hal sampingan. Teori utama idealisme adalah bahwa ide-ide adalah satu-satunya hal
yang benar dan layak diketahui. Fokusnya adalah pemikiran sadar dalam pikiran dalam
pencarian kebenaran, keindahan, dan keadilan yang abadi. Dalam memahami suatu
kebenaran, seseorang harus mengejar pengetahuan dan mengidentifikasi dengan Pikiran
Mutlak. Filosofis dalam pemikiran dan pemikiran, seperti biasa, berkelanjutan dengan minat
biasa, sehari-hari dalam berpikir. Dengan berpikir, manusia dapat memperkenalkan ketertiban
ke dunia yang penuh dengan kecemasan dan gangguan. Metode yang digunakan oleh tim
penulis dalam penyusunan artikel ini adalah metode kualitatif, yaitu menggunakan studi literatur
dan kepustakaan.Para pembaca diharapkan dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik
tentang peran idealisme filsafat dalam proses kognitif manusia.
2
subjektif dengan tokohnya yaitu Fichte, sebelumnya untuk mengevaluasi
idealisme absolut yang dikemukakan hubungannya dengan konteks saat ini.
oleh Hegel, idealisme objektif oleh
Schelling, idealisme kritis oleh HASIL DAN PEMBAHASAN
Immanuel Kant, serta idealisme
personal yang dipelopori oleh Bowne Aliran filsafat idealisme
dan Howison. Menurut idealisme memberikan kontribusi yang berharga
subjektif, sesuatu yang ada di alam dalam memahami kompleksitas proses
semesta merupakan hasil dari ide dan berpikir manusia, dengan menekankan
pikiran manusia itu sendiri. Idealisme peran sentral ide atau pikiran dalam
objektif lebih menekankan bahwa membentuk realitas. Para ahli filsafat
segala hal yang ada di masyarakat yang berpengaruh seperti G.W.F.
maupun alam tercipta karena ide-ide Hegel, René Descartes, Leibniz, dan
universal dan merupakan perwujudan Immanuel Kant telah membentuk
dari kehendak tuhan. Sementara landasan konseptual yang mendalam
menurut idealisme absolute, alam terkait dengan proses berpikir manusia
semesta dan segala hal diisiinya itu dalam kerangka idealisme.
tercipta atas ide absolute. Ide absolute G.W.F. Hegel, seorang filosof
ini terwujud dalam gejala-gejala Jerman abad ke-19, mengembangkan
masyarakat, alam, dan pikiran. Dari sini pandangan bahwa proses berpikir
jelas bahwa filsafat idealisme sangat manusia adalah suatu evolusi dialektis
berkaitan erat dengan ide dan ide dari ide-ide. Baginya, kesadaran
berhubungan dengan pikiran. Ide individu bukanlah entitas terisolasi,
diperoleh dari proses berpikir itu tetapi bagian dari kesadaran kolektif
sendiri. Oleh karena itu, untuk yang berkembang secara dinamis
mengetahui lebih lanjut kaitan, peran, (Suyahmo, 2007). Dalam karyanya
dan pandangan idealisme terhadap yang monumental, "Phenomenology of
proses berpikir, maka fokus kajian Spirit," Hegel menjelaskan bahwa
pembahasan penulis akan berfokus individu mengalami perkembangan
pada proses berpikir manusia menurut kesadaran melalui tahap-tahap yang
aliran filsafat idealisme. bertentangan, dan melalui konflik dan
resolusi ini, pemahaman manusia
METODE terhadap realitas berkembang. Proses
berpikir menjadi refleksi dari evolusi
Penelitian ini menggunakan kesadaran, yang pada akhirnya
metode analisis deskriptif kualitatif mencapai pemahaman yang lebih
dengan data pustaka atau studi literatur tinggi tentang kebenaran mutlak. René
dari berbagai sumber. Penggunaan Descartes, seorang filosof Prancis
metode penelitian analisis deskriptif pada abad ke-17, memberikan
bertujuan untuk mendapatkan jawaban sumbangan penting terkait dengan
yang terkait dengan pendapat, proses berpikir manusia melalui
tanggapan, atau persepsi seseorang, metodenya yang radikal. Dalam
sehingga pembahasan dilakukan pencarian kebenaran yang tak
secara kualitatif atau dengan uraian tergoyahkan, Descartes mencapai
kata-kata. Dokumen, terutama karya simpulan terkenal "Cogito, ergo sum"
akademik, digunakan untuk menulis (Saya berpikir, maka saya ada).
dan mencari data dan informasi. Baginya, eksistensi manusia
Berbagai perpustakaan dan media bergantung pada aktivitas berpikirnya,
internet secara terbuka menyediakan dan pikiran menjadi substansi yang
akses ke sumber-sumber tersebut. lebih mendasar daripada materi.
Oleh karena itu, artikel ini dapat Pemahaman diri dan realitas dimulai
dianggap sebagai sintesis dari karya
3
dari kesadaran dan pemikiran individu membentuk kategori pemikiran yang
(Rusdi, 2013). membimbing proses berpikir manusia.
Leibniz, seorang filsuf Jerman Idealisme juga menyoroti
kontemporer Descartes, keterbatasan pengamatan sensoris
mengembangkan pandangan yang unik manusia. Descartes, dalam
tentang proses berpikir manusia "Meditations on First Philosophy,"
melalui konsep monad. Menurut mengakui keterbatasan indera dan
Leibniz, monad adalah unsur dasar mendukung ide bahwa pikiran adalah
eksistensi yang memiliki kesadaran dan sumber pengetahuan yang lebih andal
mengandung ide dalam dirinya sendiri. daripada pengamatan sensoris yang
Proses berpikir dipahami sebagai dapat dipertanyakan. Pandangan ini
refleksi dari keberagaman monadik, mencerminkan keyakinan bahwa
yang menciptakan realitas dengan cara proses berpikir manusia bukan hanya
yang kompleks dan kaya. Leibniz tergantung pada input dari dunia fisik,
menekankan bahwa setiap monad tetapi juga melibatkan interpretasi dan
mencerminkan seluruh dunia dalam konstruksi aktif oleh pikiran. Dalam
perspektifnya sendiri, dan oleh karena kerangka idealisme, proses berpikir
itu, proses berpikir manusia adalah manusia dianggap sebagai suatu
suatu bentuk partisipasi dalam bentuk konstruksi makna yang
konstruksi makna yang lebih besar dilakukan oleh individu. Kesadaran
(Yogiswari, 2020) Immanuel Kant, individu membentuk realitasnya sendiri
seorang filsuf Jerman pada abad ke-18, melalui interpretasi dan analisis ide.
memperluas pandangan idealis dengan Hegel menunjukkan bahwa melalui
menyoroti peran aktif pikiran manusia konflik dan resolusi dialektis, kesadaran
dalam membentuk pengalaman dan individu mengalami perkembangan
interpretasi dunia. Dalam karyanya menuju pemahaman yang lebih tinggi.
"Critique of Pure Reason," Kant Proses ini melibatkan penyatuan dan
mengajukan bahwa manusia tidak sintesis ide yang bertentangan untuk
hanya pasif menerima informasi dari mencapai tingkat kesadaran yang lebih
dunia eksternal, tetapi juga aktif tinggi.
mengorganisasikannya melalui Proses berpikir manusia dalam
kategori-kategori pemikiran yang idealisme juga mencerminkan sifat
bawaan. Proses berpikir bukan hanya subjektif dari pengalaman individu.
refleksi dari realitas, tetapi juga Kant menekankan bahwa realitas yang
kontribusi aktif individu dalam diakses oleh manusia tidak bersifat
mengonstruksi realitas yang dapat objektif secara mandiri, tetapi
diaksesnya. dipengaruhi oleh struktur kategori
Pentingnya pendidikan dan pemikiran subjektif. Setiap individu,
budaya dalam proses berpikir manusia oleh karena itu, memiliki konstruksi
menurut idealisme tercermin dalam realitas yang unik berdasarkan
pandangan para ahli ini. Hegel pemahaman dan interpretasinya
mengakui peran institusi sosial, sendiri. Idealisme memunculkan
termasuk pendidikan, dalam implikasi dalam konteks moral dan
membentuk kesadaran kolektif. etika. Para ahli ini menunjukkan bahwa
Descartes menekankan pentingnya nilai-nilai dan norma-norma moral
metode filosofis yang terstruktur untuk dapat dipahami melalui proses berpikir
mencapai pengetahuan yang jelas dan yang melibatkan ide dan kesadaran.
pasti. Leibniz melibatkan konsep Hegel, dalam karyanya "Philosophy of
monad untuk menggambarkan Right," membahas konsep etika yang
kompleksitas struktur realitas yang berkembang seiring evolusi kesadaran
dapat diakses oleh proses berpikir. manusia.
Kant menekankan bahwa budaya dan Secara garis besar, aliran filsafat
konteks sosial memainkan peran dalam idealisme memberikan pandangan
4
yang mendalam dan kompleks terkait
dengan proses berpikir manusia. Dari SIMPULAN
Hegel yang menekankan evolusi
dialektis kesadaran, Descartes yang Berpikir adalah penggabungan
menempatkan pikiran sebagai fakta dengan konsep, teori dengan
substansi mendasar, Leibniz dengan praktek, serta konkret dengan sesuatu
konsep monad, hingga Kant yang abstrak (Carson). Berpikir digunakan
memperluas peran aktif pikiran dalam untuk mengetahui apakah manusia itu
membentuk pengalaman, setiap ahli berakal. Tujuan dari berpikir adalah
menyumbangkan unsur penting dalam untuk mengetahui kebenaran. Berpikir
memahami hubungan antara pikiran secara kritis dan mendalam bisa
manusia dan realitas. disebut sebagai berfilsafat. Manusia,
Idealisme, melalui kontribusi para filsafat, dan juga berpikir merupakan
ahli seperti Hegel, Descartes, Leibniz, sesuatu yang tidak terpisahkan karena
dan Kant, juga menawarkan sederhananya berfilsafat itu berpikir
pandangan yang menggambarkan dan berpikir selalu ada dalam diri
kompleksitas hubungan antara individu manusia. Aliran filsafat idealisme, yang
dan masyarakat dalam proses berpikir. dipelopori oleh para ahli seperti G.W.F.
Hegel memandang kesadaran individu Hegel, René Descartes, Leibniz, dan
sebagai bagian dari suatu kesadaran Immanuel Kant, memberikan kontribusi
kolektif yang berkembang, berharga dalam memahami
menunjukkan bahwa proses berpikir kompleksitas proses berpikir manusia.
manusia tidak hanya terbatas pada Mereka menekankan peran sentral ide
dimensi personal, tetapi juga terhubung atau pikiran dalam membentuk realitas.
dengan dinamika sosial yang lebih Hegel mengembangkan pandangan
luas. Dalam pandangan ini, evolusi bahwa proses berpikir manusia adalah
kesadaran tidak hanya mencerminkan evolusi dialektis dari ide-ide, sementara
pertumbuhan individu, tetapi juga Descartes menekankan peran
transformasi nilai-nilai dan substansial pikiran dalam eksistensi
norma-norma sosial. Kant menyoroti manusia. Leibniz melalui konsep
peran budaya dan konteks sosial dalam monad, dan Kant dengan menyoroti
membentuk kategori pemikiran, peran aktif pikiran manusia dalam
menunjukkan bahwa proses berpikir membentuk pengalaman dan
tidak terlepas dari pengaruh lingkungan interpretasi dunia. Secara garis besar,
dan struktur sosial. Dengan demikian, aliran filsafat idealisme memberikan
idealisme menawarkan pemahaman pandangan yang mendalam dan
yang holistik tentang proses berpikir kompleks terkait dengan proses
manusia, mempertimbangkan berpikir manusia, mempertimbangkan
hubungan kompleks antara individu, hubungan kompleks antara individu,
ide, dan masyarakat dalam ide, dan masyarakat dalam
pembentukan realitas. pembentukan realitas. Proses berpikir
Proses berpikir manusia dalam manusia dalam idealisme bukan hanya
idealisme bukan hanya aktivitas aktivitas kognitif, tetapi juga merupakan
kognitif, tetapi juga merupakan kunci kunci untuk memahami dan
untuk memahami dan membentuk membentuk realitas sejati, yang
realitas sejati. Pendidikan, budaya, terintegrasi dengan pendidikan,
keterbatasan indera, subjektivitas, dan budaya, keterbatasan indera,
konstruksi moral adalah subjektivitas, dan konstruksi moral.
elemen-elemen yang terintegrasi dalam
pemahaman idealisme terhadap proses
berpikir manusia.
5
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, E. W. (2021). Manusia, Berpikir, dan Filsafat.
https://repo-dosen.ulm.ac.id/handle/123456789/24445
Anyim, M. (n.d.). (DOC) Idealism | Micah Anyim. Academia.edu. Retrieved December
4, 2023, from https://www.academia.edu/7808693/Idealism
Fikri, M. (2018). Rasionalisme Descartes dan Implikasinya Terhadap Pemikiran
Pembaharuan Islam Muhammad Abduh. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 3(2),
128-144. https://journal.unismuh.ac.id/index.php/tarbawi/article/view/1598
Herho, S. H. S. (2016). Critique of Pure Reason: Sebuah Pengantar. Penerbit
Perkumpulan Studi Ilmu Kemasyarakatan ITB.
https://osf.io/v2bp9/download
Jenilan, J. (2018). Filsafat Pendidikan. EL-AFKAR: Jurnal Pemikiran Keislaman Dan
Tafsir Hadis, 7(1), 69-74.
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/elafkar/article/view/1588
Kelly. (2023, April 4). IDEALISM and ITS TYPES | PDF | Idealism | Idea. Scribd.
Retrieved December 4, 2023, from
https://www.scribd.com/document/635984070/IDEALISM-and-ITS-TYPES
Mubin, A. (2019). Refleksi Pendidikan Filsafat Idealisme. Rausyan Fikr: Jurnal
Pemikiran dan Pencerahan, 15(2).
Peirce, C. S. (2015, August 30). Idealism (Stanford Encyclopedia of Philosophy).
Stanford Encyclopedia of Philosophy. Retrieved December 4, 2023, from
https://plato.stanford.edu/entries/idealism/
Rahmatillah, A. (2020). Filsafat: Sarana Berpikir pada Manusia. Manhajuna: Jurnal
Pendidikan Agama Islam, 1(1), 42-58.
http://dx.doi.org/10.29300/jpkth.v7i1.1588
Rusdi, R. (2013). Filsafat Idealisme: Implikasinya dalam Pendidikan. Dinamika Ilmu,
13(2). https://doi.org/10.21093/di.v13i2.70
Shagena, A., & Syarifuddin, S. (2022). Peran Filsafat Idealisme serta Implementasinya
pada Pendidikan. Lentera. Jurnal Ilmiah Kependidikan, 17(2), 45-54.
https://jurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/jpl/article/view/2025
Suyahmo. (2007). Filsafat Dialektika Hegel: Relevansinya dengan Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945. Humaniora, 19(2), 143-150.
https://doi.org/10.22146/jh.898
Yogiswari, K. S. (2020). Argumen Gottfried Wilhelm Leibniz terhadap Pembuktian
Eksistensi Tuhan. Sanjiwani Jurnal Filsafat, 11(1), 93-102.
https://doi.org/10.25078/sjf.v11i1.1536