You are on page 1of 21
PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FEDERAL JERMAN TENTANG KERJASAMA DI BIDANG PENGGUNAAN TENAGA ATOM UNTUK MAKSUD-MAKSUD DAMAT PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FEDERAL JERMAN 'TENTANG KERJASAMA DI BIDANG PENGGUNAAN TENAGA ATOM UNTUK MAKSUD-MAKSUD DAMAT PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FEDERAL JERMAN , berhasrat untuk meningkatkan hubungan persahabatan yang telah ada diantara kedua Negara, mengingat kepentingan bersama dalam mengembangkan penggunaan tenaga atom untuk maksud-maksud damai dengan saling membantu serta kerjasama ilmiah dan teknik, menyadari akan manfaat yang dapat diperoleh oleh kedua Negara dari kerjasama tersebut, telah menyetujui sebagai berikut : Page 1 Pihak-pihak yang Bersepakat akan memajukan kerjasama antara kedua Negara dalam bidang penggunaan tenaga atom untuk maksud-maksud damai. Kerjasama tersebut khususnya meliputi bidang-bidang ilm pengetahuan nuklir dan teknologi sebagai berikut : - penggunaan radio isotop dan radiasi, = proteksi radiasi dan keselamatan, - eksplorasi bahan galian uranium, pemakaian dan perawatan alat-alat perlengkapan dan instalasi-instalasi penelitian, studi tentang perencanaan tenaga nuklir, penyusunan dan pelaksanaan program-program kerja. (2). Isi, ruang lingkup dan pelaksanaan dari kerjasama tersebut | di atas masing-masing akan dituangkan dalam pengaturan-penga- turan khusus yang akan diadakan antara Pihak-pihak yang Ber- sepakat atau antara badan-badan yang ditunjuk oleh Pihak-pi- hak yang Bersepakat. Pasal (1). Kerjasama dapat dimajukan dengan cara melakukan +: a). pertukaran keterangan, b). pertukaran ahli-ahli dan tenaga-tenaga peneliti lainnya, c). penelitian bersama atau yang Gikoordinasikan ataupun tugas-tugas pengembangan. (2). Pihakepihak yang Bersepakat akan berusaha dalam batas kemam— puannya untuk melancarkan kerjasama tersebut dengan menyedia- kan bahan-bahan dan alat-alat perlengkapan. (3). Pengaturan-pengaturan khusus yang diadakan berdasarkan Pa- sal 1 ayat 2 dari Persetujuan ini akan menentukan pihak yang akan memperoleh hak atas hasil-hasil dari penelitian-peneliti4 an bersama dan dari tugas-tugas pengembangan tersebut. Pose 3 Pembayaran biaya-biaya yang timbul dari pada pertukaran ahli- ahli dan tenaga-tenaga peneliti lainnya maupun biaya-biaya dari kerjasama dalam melaksanakan penelitian bersama atau yang dikoordi nasikan dan tugas-tugas pengembangan tersebut akan ditentukan da~ lam pengaturan-pengaturan khusus yang diadakan berdasarkan Pasal 1 ayat 2 di atas, dengan pengertian bahwa kemungkinan-kemungkinan pemberian fasilitas keuangan dalam kerjasama teknik berdasarkan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Federal Jerman tentang Kerjasama Teknik tertanggal 8 April 1971 tidak akan terkena oleh pengaturan-pengaturan khusus tersebut.| Pasal 4 Dengan maksud untuk memajukan pelaksanaan dari Persetujuan ini dan dari pengaturan-pengaturan khusus yang akan diadakan ber- dasarkan Pasal 1 ayat 2 dari Persetujuan ini, wakil-wakil dari Pihak-pihak yang Bersepakat akan bertemu bilamana dan dimana di perlukan untuk saling memberikan keterangan tentang kemajuan yang telah dicapai dalam kegiatan-kegiatan untuk kepentingan ber- sama, dan untuk saling berkonsultasi mengenai tindakan-tindakan yang mungkin diperlukan. Kelompok-kelompok dari ahli-ahli dapat ditunjuk untuk membahas masalah-masalah tertentu. Pasal (1). Pertukaran keterangan dapat diadakan secara langsung antara Pihak-pihak yang Bersepakat atau antara badan-badan yang ditunjuk oleh mereka, khususnya lembaga-lembaga penelitian, pusat-pusat dokumentasi khusus dan perpustakaan-perpustakaan. Pihak-pihak yang Bersepakat atau badan-badan yang ditunjuk oleh mereka dapat menyampaikan keterangan yang diperoleh ke- pada badan-badan umum atau lembaga-lembaga semacam itu yang tidak bertujuan mencari keuntungan atau kepada perusahaan- perusahaan yang ditunjang oleh pejabat-pejabat Pemerintah. Pihak-pihak yang Bersepakat atau badan-badan yang ditunjuk oleh mereka dalam pengaturan-pengaturan khusus yang akan di- adakan berdasarkan Pasal 1 ayat 2 dari Persetujuan ini dapat membatasi atau mencegah penyampaian keterangan tersebut. Pe- nyampaian keterangan kepada badan-badan lainnya atau pero- rangan harus dicegah atau dibatasi, apabila Pihak yang Ber- sepakat atau badan-badan lainnya yang ditunjuk olehnya me- . netapkan demikian sebelumnya atau pada waktu pertukaran ke- terangan tersebut. Masing-masing Pihak yang Bersepakat menjamin bahwa mereka yang berhak menerima keterangan berdasarkan Persetujuan ini atau berdasarkan pengaturan khusus yang akan diadakan untuk pelaksanaannya tidak akan meneruskan keterangan-keterangan a). (2). (). a4 tersebut kepada badan-badan atau perorangan yang tidak berwe- nang berdasarkan persetujuan ini atau pengaturan-pengaturan khusus yang diadakan sesuai dengan ketentuan Pasal 1 ayat 2 dari Persetujuan ini. Pasal 6 Persetujuan ini tidak dapat diterapkan pada : a). keterangan-keterangan yang oleh Pihak-pihak yang Bersepakat atau oleh badan-badan yang ditunjuk oleh mereka tidak boleh menyampaikannya karena berasal dari pihak-pihak ketiga dan penyampaiannya telah dikecualikan ; b). keterangan dan pemilikan atau hak-hak patent yang didasar- kan pada pengaturan yang diadakan dengan pihak ketiga yang tidak boleh diberitahukan atau disampaikan ; ¢). keterangan yang diklasifikasikan oleh salah satu Pihak yang Bersepakat, kecuali apabila sebelumnya telah disetujui oleh pejabat-pejabat yang berwenang dari Pihak yang Bersepakat tersebut. Perlakuan atas keterangan semacam itu akan di- atur secara khusus dalam suatu persetujuan tersendiri yang akan memuat persyaratan dan prosedur dari setiap penyam- paian sedemikian, Keterangan yang mempunyai nilai komersiil harus disampaikan berdasarkan pengaturan-pengaturan khusus yang sekaligus menga- tur persyaratan penyerahan. Pasal Penyampaian keterangan dan penyediaan bahan-bahan dan alat- alat perlengkapan berdasarkan Persetujuan ini atau pengaturan- pengaturan khusus yang akan diadakan untuk melaksanakan Perse- tujuan ini sama sekali tidak akan mengakibatkan suatu Pihak yang Bersepakat bertanggungjawab kepada Pihak lainnya atau su- atu badan yang ditunjuk oleh mereka bertanggungjawab kepada ba- dan lainnya atas ketepatan dari keterangan yang disampaikan atau atas kesesuaian dari benda-benda yang diserahkan untuk su- atu penggunaan khusus, kecuali jika suatu pengaturan khusus te- Jah diadakan untuk hal tersebut. (2). Pengaturan-pengaturan khusus yang akan diadakan sesuai dengan Pasal 1 ayat 2 Persetujuan ini akan, apabila diperlukan, mem- at secara khusus ketentuan tentang tanggungjawab dalam hal ke- rusakan akibat tindakan-tindakan atau kelalaian-kelalaian oleh suatu Pihak yang Bersepakat dalam rangka kerjasama berdasarkan Persetujuan ini. Pasal Berkenaan dengan barang-barang yang diimpor atau diekspor menu- rut Persetujuan ini dan mengenai impor barang-barang pribadi maupun pembebasan Pajak Pendapatan dari ahli-ahli yang dipertukarkan ber- dasarkan Persetujuan ini, maka ketentuan dari Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Federal Jerman tentang Kerjasama Teknik tertanggal 8 April 1971 akan berlaku apabi- la disetujui dalam pengaturan-pengaturan khusus yang diadakan ber- dasarkan Pasal 1 ayat 2 dari Persetujuan ini. Pasal Ketentuan-ketentuan dalam Persetujuan ini dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dalam wilayah masing-ma- sing Pihak yang Bersepakat. Peraturan perundangan tersebut tidak akan menghalangi masing-masing Pihak yang Bersepakat untuk menunai- kan kewajiban-kewajibannya dalam hubungan dengan persetujuan-per- setujuan internasional di bidang tenaga atom. Pasal 10 Perselisihan tentang penafsiran atau pelaksanaan Persetujuan ini akan diselesaikan dengan misyawarah antara kedua Pihak yang Ber- sepakat, kecuali disetujui dengan cara lain dalam pengaturan-penga- turan khusus yang diadakan untuk pelaksanaan Persetujuan ini. Pasal 12 Persetujuan ini akan berlaku juga untuk Daerah Berlin, dengan ketentuan bahwa Pemerintah Republik Federal Jerman tidak membuat pernyataan yang bertentangan kepada Pemerintah Republik Indonesia dalam jangka waktu tiga bulan sejak tanggal mulai berlakunya Per- setujuan ini. -6- Pasal_ 12 (1). Persetujuan ini berlaku segera setelah masing-masing Pihak yang Bersepakat menyampaikan kepada Pihak yang Bersepakat lainnya bahwa ketentuan-ketentuan konstitusionil untuk mulai berlakunya Persetujuan ini telah dipenuhi. Persetujuan ini akan tetap berlaku untuk jangka waktu enam ta- hun dan selanjutnya dapat diperpanjang berturut-turut dengan jangka waktu dua tahun, Persetujuan ini dapat dibatalkan oleh salah satu Pihak yang Bersepakat dengan pemberitahuan duabelas bulan sebelumnya. Jika Persetujuan ini tidak berlaku lagi ka- xena pembatalan tersebut diatas, ketentuan-ketentuannya akan terus berlaku untuk suatu jangka waktu dan sejauh yang diper- lukan untuk menjamin pelaksanaan dari pengaturan khusus yang akan diadakan berdasarkan Pasal 1 ayat 2 dari Persetujuan ini dan yang masih berlaku pada tanggal Persetujuan ini dibatalkan. Masa berlakunya pengaturan-pengaturan khusus yang akan diada- kan berdasarkan Pasal 1 ayat 2 dari Persetujuan ini tidak akan terkena dengan pembatalan Persetujuan ini. = «+ pada tanggal . 34. pnd. 1976, dalam rangkap dua dalam bahasa Indonesia, Jerman dan Inggris, ke- tiga naskah ini akan mempunyai kekuatan hukum, Dalam hal penafsi- xan-penafsiran yang berbeda antara naskah bahasa Indonesia dan ba~ hhasa Jerman, maka naskah bahasa Inggris yang menentukan. oro\ paca REPUBLIK UNTUK PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA, FEDERAL JERMAN, i ye Mell, Abkonmen gwischen der Regierung der Bundesrepublik Deutschland und der Rogierung der Republik Indonesien er Zusammenarbeit bei der friedlichen Verwondung der Atomenergie Die Regierung der Bundesrepublik Deutschland und die Regierung der Republik Indonesien = in dem Wunsche, die avischen beiden Staaten bestchonden freundschaftlichen Bezichungen zu férdem, 4n Anbetracht ibres gemeinsemen Interesses an /usbau der friedlichen Verwendung der Atomenergie durch gogen- seitige Unterstitzung und wissenschaftliche uni toch- nische Zusammenarbeit, in Erkenntnis der Vorteile, die aus einer solchon Zusammen- arbeit fiir beide Staaten erwachsen ~ sind wie folgt tbereingekommen: Artikel 14 (1) Die Vertragsparteim firdern die Zusammenarbeit zwischen den beiden Staaten bei der friedlichen Verwendung der Atommergie. Diese Zusammenarbeit kann sich insbesondere auf folgende Bereicho der Nuklearwissenschaft und technologie erstrockais - Verwendung radioaktiver Isotope uni Strahlungen, - Strahlenschutz umi-sicherheit, + Exploration von Urmerzen, - Binsatz und Instendhaltung von dusriistungen und Forschung seinrichtungen, ~ Studien zur Kernenergieplanung, ~ Aufsteliung und Durchfluhrung von Arbeit sprogrammen. (2)Inbelt, Umteng und Durehfulbrung der Zusemmmarbeit im Sinzelfall bleiben Binzelabmachungen vorbehalten, die gwischen den Vertragsparteia oder den von ihna bezeichneten Stellen zu treffen sind. ole “26 Artikel 2 (1) Die Zuseummarbeit kann auf folgende Weise geftrdert werden s (a) austausch von Informationen, (>) Austausch von Wissmschaftlern und sonstigen Forschung spersonal. , (c) Durchfibrung gemeinsamer oder koordinierter Forschungs~ oder Brtwicklungsexfgaben. (2) Die Vertragsparteien erleichtrn diese Zusammarbeit in dem ibnen méglichen AusmaS durch dic Boroitstellung von Material und Ausriistungen. (5) Die nach Artikel 1 Abaatz 2 dieses Abcomens zu treffenden Binzelabmachungen bestimmon, wom die bei gemeinsemen Forschungs= oder Entwicklungsauft geben anfellenden Ergebnisse zustehen, Artikel 3 Die Ubernahme der Kosten des Austauschs von Wissmschaft- lern umi sonstigen Forschungspersonal sowie dex Kosten der Zusammmarbeit bei der Durchiflhrung goncincomer oder koordinierter Porschungs- uni Entwi cklungsaifgabe wird in den nach Artikel 1 Absatz 2 zu treffenda Binzelab- machungen geregelt, wobei davon ausgegengm wird, dass die aufgrund des Abkommens vom 8, April 1971 azischen der Regicrung der Bundesrepublik Deutschland wx der Regierung der Republik Indonesien ther Technische Zusemmen- arbeit bestebende: Méglichkeiten der fimanziclla Forderung technischer Zusammenarbeit von diesen Abaachungen nicht bertitrt werden. Artikel 4 ‘Um die Durchfuhrung dieses Abkommens umd der nach Artikel q Absatz 2 zu treffendan Einzelabmachungen 2u firdern, treffen Vertreter der Vertragsparteia je nach Bedarf in den jeweils gecigneten Rahmen zusammen, um ich gogen- seitig (ber den Fortgeng der Arbeiten von gonoinsonem Interesse 2u unterrichten uml die gegebenenfalls orfor- derlichen Magnabmen zu beraten, Zur Ertrterung von Binzelfragen kinmnen Sachverstindigagruppa cingesetzt werden, Artikel 5 (1) Der Austeusch von Informationen kann 2vischen den Vertragsparteien selbst oder den von diesen bezeich- neten Stellen, insbesondere Forschungsinstitutm, Fachdokumentationsstellen und Fachbibliothd:en, erfolgen. Die Vertragsparteien oder die von ibnon bezeichneten Stellen diirfen die erhaltmen Informationen om Sffentliche Einrichtunge oder an von der éffent- lichen Hand getragene geneinniltzige Rinrichtungen oder Unternehmen weitergeben. Die Vertragsparteien oder die von ihnen in den nach artikel 14 Absatz 2 zu treffenden Einzelabmachungen bezeichneten Stellen kommen diese Weitergabe beschriinken oder ausschlies= sen, Die Weitergebe von Informationen a andere Stellen oder Personen ist msgeschlossen aler be schrinkt, wenn die andere Vertragspartes oder die von itr bezeichnete Stellen dies vor oder bei den dustausch bestimmen, Jede Vertragspartei stellt sicher, dass die nach diesem Abkommen oder den 2u seiner Durchfilhrung zu treffenden Einzelabmachungen berechtigton Dapfiinger von Informationen diese nicht an Stella oder Personen weitergeben, die nach diesem Abiommen oder den nach Artikel 1 Absatz 2 zu treffenda Binzel- abmachungen nicht zum Empfang der Informationen befugt sind, “he Artikel 6 (1) Dieses Abkommen gilt nicht fir (a) Informationen, uber die dic Vertragsparteien oder die von ihnen bezeichneten Stollen nicht verfiga dirfe, weil diese Informationen von Dritten herrihren und die Weitergabe ausge- schlossen ist; Informationen sowie Bigentums- oder gowerbliche Schutzrechte, die aufgrund von Veroizbarungen mit einen Dritten nicht mitgetaLlt oder tber- ‘tragen werden diirfen ; Informationen, die von einer Vertragspartei unter Gchoimschutz gestellt sind, os col denn, die vorherige Zustiumung der zustiindigen Behérden dieser Vertragspartel wird erteilt. Die Behand= lung derartiger Informationen bloibt einen besomieren Abkoumen vorbehalten, in den die Voraussetzungen und das Verfahren der Weitergabe geregelt sind, Die Nitteilung von Informationen mit Handelswert erfolgt eufgrund von Einzelabmachwigm, die zugleich ie Bedingungen der Weitergabe rogoln Artikel 7 Die Weitergabe von Informationen und dic Bereitstellung von Material und Ausristungen nach dicson Absonmen der den zu seiner Durchfihrung za treffonden Einzel- ebmachungen begriinden keinerlei Haftung avischen den Vertragsparteien oder awischen den von ihnen bezeich= neten Stellen beziiglich der Richtigkelt der weiter- gegebenen Informationen oder der Eignumg der bereit= gesteliten Gegenstiinie fir eine bestimate Verwendung, es sei damn, dass dies besoniers vorcinbart ist. Die nach Artikel 1 Absatz 2 2u treffenden Einzelab- machungen regeln gegebenenfalls insbesondere die Haftung fiir Schiiden, die durch Handlungen oder Unter- lassungm einer Vertragsparted im Zusaumenhang mit der Zusammenarbeit eufgrund dieses Abkommens entstehen. Artikel 6 In bezug auf Waren, die aufgrumd dieses Abkommens cin- oder ausgeflikrt werden, und in bezug auf dic Binfubr perstnlicher Habe sowie die Befreiung der aufgrumi dieses Abkommens eusgetaischten Wissenschaftler von der Zine kommensteuer gelten die Bestimmungen des Abkoumens vom 8. April 1971 zwischen der Regierung der Bumiesrepublik Deutschland und der Regierung der Republik Indonesien Uber Technische Zusammenarbeit, wenn dies in den nach Artikel 1 Absatz 2 zu treffenden Binzelabmachuigon vereinbert wird. Artikel 9 Dieses Abkommen wird im Einkleng mit den im Hohoitagebiet jeder Vertragspartei geltenden Gesetzm und sonstigen Vorschriften engewendet. Es hindert die Vertragsparteia nicht darn, ihre Verpflichtungen im Zusemmmbang mit internatiomle Ubereinkinften iber die Atomonorgle zu erfiillen. Artikel 7 Stredtigkeiten ther die Auslegung oder Amondung dieses Abkommens werden durch gegenseitige Konsultationan arischen| den beiden Vertragsparteien beigelegt, sofem nicht in den fur die Durchfihrung dieses Abcommens gotraffonen Dinzel- sbmachungen etwas anderes vereinbart wird. Artikel 11 Dieses Abkoumen gilt auch flr das Land Berlin, cofem nicht die Regierung der Bundesrepublik Daxtschland gegentbes der Regierung der Republik Indonesion imerholb von drei Wonaten nach Inirafttreten des Abkommens cine gogenteilige Erkluirung abgibt, -66 Artikel 12 (1) Dieses Atcoumen tritt in Kraft, sobald boide Vertrags- perteien einander notifiziert habe, dass die ver- fassungerechtlichen Voraussetzungen dir das Inkraft~ treten des Atioumens erfllllt sind. Dieses Atkommen bleibt fir die Dauer von sechs Jahren in Kraft uni verlangert sich danach um jewils avet weitere Jahre. Bs kann von jeder Vertragspartel unter Binhaltung einer Frist von avblZ Monaten goklindigt werden, Tritt das Abkommen infolge Kiindigung ousser Kraft, so gelten seine Bestimmmem flr dan Zaltraun und in dem Umfeng weiter, wie es fiir die Sicherstellung der Durchflibrung der nach Artikel 1 Absatz 2 dieses Absoumens zu treffenden Einzelebmachungon erforderlich ist, die sich gum Zeitpunkt des Ausserirafttretens des Absommens noch in Durchfibrung befinden. Die Geltungsdauer der nach Artikel 1 Absatz 2 dieses Abkom mens zu treffenden Binzelabmachungm bleibt von der Kiindigung dieses Abkoumens unberibrt. GESCHEHEN zu Jakarta am 44. Juni 1976 in swat Urschriften, dede in deutscher, indonesischer und mglischer Sprache, wbeijser Wortlaut verbindlich ist. Bel umterschiedlicher 4uslegung des deutschen und des indonesischa Vortlauts ist der englische Wortleut mafgebend. FUR BUNDESREPUBLIK DEUTSCHLAND AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE FEDERAL REPUBLIC OF GERMANY ON CO-OPERATION REGARDING THE PEACEFUL USES OF ATOMIC ENERGY AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE FEDERAL REPUBLIC OF GERMANY ON CO-OPERATION REGARDING THE PEACEFUL USES OF ATOMIC ENERGY ‘The Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Federal Republic of Germany, desiring to promote the friendly relations existing between the two States, considering their common interest in developing the peaceful uses of atomic energy through mutual assistance and scientific and technical co-operation, recognizing the benefits to be derived by both states from such co-operation, have agreed as follows : Brtiale -1 The Contracting Parties shall promote co-operation between the two states in the peaceful uses of atomic energy. Such co-operation may include in particular the following areas of nuclear science and technology : application of radio isotopes and radiation, radiation protection and safety, exploration of uranium minerals, operation and maintenance of equipment and research installations, studies on nuclear power planning, setting up and execution of work programmes. The substance, scope and implementation of the co-operation shall in each individual case be the subject of special arrangements to be concluded between the Contracting Parties or such agencies as are designated by the Contrac- ting Parties. Article Co-operation may be promoted by means of : a) the exchange of information, b) the exchange of scientists and other research personnel, c) the execution of joint or co-ordinated research or development tasks. ‘The Contracting Parties shall facilitate such co-operation to the best of their abilities in providing materials and equipment. The special arrangements to be concluded under paragraph 2 of Article 1 of the present Agreement shall determine who shall be entitled to the results from joint research and development tasks. Article 3 Payment of the costs arising from the exchange of scientists and other research personnel as well as the costs of co-ope- vation in the execution of joint or co-ordinated research and development tasks shall be provided for in the special arrange ments to be concluded under paragraph 2 of Article 1 above, it being understood that the possibilities for the financial faci- litation of technical co-operation existing under the Agreement of 8 April 1971 between the Government of the Federal Republic of Germany and the Government of the Republic of Indonesia concerning Technical Co-operation shall not be affected by such arrangements. Article 4 In order to promote the implementation of the present Agree- ment and of the special arrangements to be concluded in accor- dance with paragraph 2 of Article 1 of this Agreement, repre- sentatives of the Contracting Parties shall meet as and where required to inform each other of the progress reached in ac- tivities of common interest, and to consult each other about measures that may be required. Groups of experts may be appo- inted to discuss individual questions. Article 5 (1) The exchange of information may take place either between the Contracting Parties directly or between the agencies designated by them, especially research institutes, spe- cialized documentation centres and libraries. The Contracting Parties or the agencies designated by them may transmit the information obtained to public institu- tions or to such non-profit institutions or corporations as are supported by public authorities. The Contracting Parties or the agencies designated by them in the special arrangements to be concluded in accordance with paragraph 2 of Article 1 of the present Agreement may limit or pre clude such transmittal. The transmittal of information to other agencies or persons shall be precluded or limited if the other Contracting Party or the agencies designated by it so decide before or at the time of the exchange. Each Contracting Party shall ensure that the recipients entitled to receive information under the present Agree- ment or under the special arrangements to be concluded for its implementation do not transmit such information to agencies or persons not authorized under the present Agreement or the special arrangements to be concluded in accordance with paragraph 2 of Article 1 of this Agree- ment to receive such information, 4 Article 6 (1) The present Agreement shall not apply to a) information of which the Contracting Parties or the agencies designated by them may not dispose because it originates from third parties and its transmittal has been precluded ; information and ownership or patent rights which, by virtue of arrangements concluded with a third party, may not be communicated or transferre information which is classified by a Contracting Party, unless prior approval is granted by the competent authorities of that Contracting Party. The handling of such information shall remain subject to a separate agreement in which provision shall be made for the conditions and procedure of any such transmittal. Information of a commercial value shall be communicated on the basis of special arrangements regulating at the same time the conditions of transmittal. Article 7 The transmittal of information and the supply of materials and equipment under the present Agreement or the special arrangements to be concluded for its implementation shall in no way render one Contracting Party liable to the other or one agency designated by them liable to the other for the accuracy of the information transmitted or the suit ability of the articles supplied for a specific use, unless special agreement has been reached to this effect. The special arrangements to be concluded in accordance with paragraph 2 of Article 1 of the present Agreement shall, if necessary, make in particular provision for liability in respect of damage caused by acts or omissions of a Contract- ing Party in connection with the co-operation under the present Agreement. “Be Article 8 In regard to goods imported or exported in pursuance of the present Agreement and in regard to the import of personal effects as well as to the exemption from Income-Tax of scientists exchanged under the present Agreement, the provisions of the Agreement of 8 April 1971 between the Government of the Federal Republic of Germany and the Government of the Republic of Indonesia concerning Technical Co-operation shall be applicable when agreed in the special arrangements to be con- cluded under paragraph 2 of Article 1 of the present Agreement. Article 9 The provisions of the present Agreement shall be applied in accordance with the laws and other regulations existing in the territory of either Contracting Party. They shall not hamper either Contracting Party to execute its obligations in connection with international agreements on atomic energy. Article 10 Disputes concerning the interpretation or application of the present Agreement shall be settled in mutual consultation between the two Contracting Parties, unless otherwise agreed upon in the special arrangements concluded for the implementa- tion of the present Agreement. Article lL The present Agreement shall also apply to Land Berlin, provided that the Government of the Federal Republic of Germany does not make a contrary declaration to the Government of the Republic of Indonesia within three months of the date of entry into force of this Agreement. Article 12 (1) The present Agreement shall enter into force as soon as each Contracting Party has notified the other Contracting Party that the constitutional requirements for the entry into force of the present Agreement have been fulfilled. - 6 (2) The present Agreement shall remain in force for a period of six years and shall subsequently be extended for successive periods of two years. It may be denounced by either Contracting Party subject to twelve months' notice. If the Agreement ceases to have effect on account of de- nunciation thereof, its provisions shall continue to apply for the period and to the extent necessary to secure the implementation of the special arrangements to be concluded under paragraph 2 of Article 1 of the present Agreement and still applicable on the date the Agreement ceases to have effect. The period of validity of the special arrangements to be concluded under paragraph 2 of Article 1 of the present Agreement shall not be affected by the denunciation of this Agreement. DONE at Jakarta on June 14, 1976 in duplicate in the Indonesian, German and English languages, all three texts being authentic. In case of divergent interpretations of the Indonesian and German texts, the English text shall prevail. FOR FOR THE GOVERNMENT OF THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA ‘THE FEDERAL REPUBLIC OF GERMANY Ay : Mes

You might also like