Professional Documents
Culture Documents
Proposal Skripsi
Proposal Skripsi
NIM = 195221065
Kelas = AKS 9D
BAB 1
Salah satu rukun islam yang wajib diutamakan oleh umat muslim adalah zakat. Zakat
termasuk dalam ibadah maliyah ijtima’iyah yang artinya ibadah di bidang harta yang
memiliki kedudukan yang sangat penting dalam membangun masyarakat. Dimensi zakat
tidak hanya bersifat ibadah saja, tetapi mencakup juga dimensi sosial, ekonomi, keadilan, dan
kesejahteraan. (Huda, 2012: 88). Kewajiban pembayaran zakat diyakini dapat digunakan
sebagai alternatif untuk mengentaskan kemiskinan di tengah-tengah masyarakat yang dapat
membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan.
Indonesia sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar ke-3 di dunia setelah
Arab dan India, demografik dan kultural Indonesia memiliki potensi yang layak
dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan pendapatan khususnya masyarakat
muslim Indonesia, yaitu Institusi Zakat, Infaq dan Sedekah. Hal ini merujuk pada kedudukan
zakat, infaq dan sedekah dalam Al-Qur’an. Potensi ini dapat menjadi modal utama karena
mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.
Potensi zakat sebagai sumber pembelanjaan dalam masyarakat muslim dan sumber daya
untuk mengatasi berbagai macam social cost yang dilibatkan dari hubungan antar masyarakat
dan mampu membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan income iconomic
growth with equity (Asnaini, 2008:70).
Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat sudah diterbitkan oleh
pemerintah dalam mengatur organisasi pengmpulan zakat di Indonesia. Pengelolaan zakat
dirasa belum maksimal dan memberikan output yang signifikan bagi perbaikan ekonomi,
sehingga pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 dengan tujuan
untuk memaksimalkan peran zakat, infaq dan shadaqah untuk pembangunan umat
(kementrian Agama RI 2013).
Potensi penerimaan dana zakat di Indonesia cukup besar, hal ini berdasarkan pada jumlah
penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Dilihat dari Laporan Penerimaan Zakat
Badan Amil Zakat Nasional pada 2011-2015, realisasi dana zakat di Indonesia selalu
mengalami peningkatan sesuai dengan penigkatan jumlah peduduk wajib pajak. Namun Hasil
yang diperoleh nilainya kurang dari 1% dari besarnya potensi zakat sepanjang periode 2011-
2015 (Canggih, Fikriyah dan Yasin, 2017).
Tabel 1.1
Pada hakikatnya tujuan zakat adalah untuk menjamin keadilan distribusi harta, mengentaskan
kemiskinan dan memberdayakan masyarakat yang tidak mampu. Agar pengelolaan zakat
tepat sesuai dengan tujuannya, maka zakat harus dikelola secara baik, amanah dan
profesional.
Good corporate governance adalah tata kelola yang baik pada suatu usaha yang sudah
dilandasi dengan etika yang professional dalam berusaha. Prinsip-prinsip dasar good
corporate governance antara lain: keadilan (fairness) yang merupakan kesetaraan dalam
memenuhi hak-hak dari stakeholders yang timbul dari perjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang sudah berlaku. Selain itu keadilan juga menekankan pentingnya
perlindungan untuk pemegang saham dari berbagai penyimpangan orang didalam perusahaan.
Prinsip kedua, yaitu transparansi, merupakan bentuk keterbukaan informasi kepada pihak
yang membutuhkan informasi, sehingga semua pihak mengetahui apa yang dilakukan
organisasi, termasuk prosedur dan keputusan yang diambil organisasi dalam menjalankan
urusan publik atau salah satu darinya. aktivitasnya. memenuhi . Faktor ketiga, akuntabilitas,
merupakan faktor yang mengatur penerapan prinsip-prinsip good governance. Prinsip
keempat adalah akuntabilitas, yaitu kewajiban perusahaan untuk mematuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dan prinsip yang terakhir adalah kemandirian, yaitu
keadaan dimana usaha dikelola secara profesional, bebas dari benturan kepentingan dan
campur tangan pihak lain, yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip usaha yang sehat.
RESEARCH GAP
1 Hidawati, Antong, Abid Setelah melihat hasil penelitian yang telah dibahas
Ramadhan, Pengaruh mengenai pengaruh pemahaman, trust, dan
Pemahaman, Trust, Dan transparansi lembaga zakat terhadap minat
Transparansi Lembaga masyarakat membayar zakat pada BAZNAS
Zakat Terhadap Minat Kabupaten Luwu dengan menggunakan SPSS versi
Masyarakat Membayar 23, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Zakat Pada BAZNAZ
Kabupaten Luwu (2021) a. Pemahaman secara parsial tidak berpengaruh
terhadap minat masyarakat membayar zakat pada
BAZNAS Kabupaten Luwu.
5. Aturan dari code of conduct mempengaruhi seberapa besar kepercayaan muzaki untuk
membayar zakat di LAZ ?
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai,berikut:
1. Menginvestigasi dampak transparansi pelaporan keuangan terhadap tingkat kepercayaan
muzak dalam membayar zakat di LAZ. 2. Mengidentifikasi dampak akuntabilitas terhadap
kepercayaan muzak dalam membayar zakat di LAZ. 3 Untuk mengetahui kesetaraan terhadap
tingkat kepercayaan muzaki dalam membayar zakat di LAZ. 4. Mengkaji Pengaruh Aturan
dari code of conduct terhadap Tingkat Keimanan Muzaki dalam Membayar Zakat di LAZ.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan yaitu
sebagai berikut : 1. Bagi penulis Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk lebih menambah
wawasan mengenai teori dan praktik zakat. 2. Bagi Lembaga zakat Penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan pendapat atau masukan dalam hal pengelolaan dana zakat agar dapat lebih
optimal dalam pelaksanaan pengambilan, pengolahan dan pendistribusian zakat. 3. Bagi
muzaki Diharapkan dengan adanya penelitian ini para muzaki atau masyarakat sekitar dapat
mengetahui kinerja lembaga zakat sehingga dapat meningkatkan kepercayaa muzaki dalam
membayar zakatnya pada LAZ.
Terlampir
BAB 2
Penelitian Terdahulu
Good Corporate Governance (GCG) telah menjadi istilah dan gerakan yang hangat
diperdebatkan dalam beberapa tahun terakhir. GCG, konsep yang semakin populer, tidak
memiliki definisi tunggal. Di kalangan bisnis, istilah GCG diartikan sebagai tata kelola
perusahaan. Beberapa negara mendefinisikan GCG dengan pengertian yang agak mirip,
meskipun terdapat sedikit perbedaan istilah. Dua teori terpenting yang berkaitan dengan
corporate governance adalah stewardship theory dan agency theory (Chinn, 2000; Shaw,
2003, Ristifani, 2009). Teori manajemen didasarkan pada asumsi filosofis tentang sifat
manusia, yaitu menjalankan bisnis. Beberapa negara mendefinisikan GCG dengan pengertian
yang agak mirip, meskipun terdapat sedikit perbedaan istilah. Dua teori terpenting yang
berkaitan dengan corporate governance adalah stewardship theory dan agency theory (Chinn,
2000; Shaw, 2003, Ristifani, 2009). Stewardship theory didasarkan pada asumsi filosofis
tentang sifat manusia, yaitu bahwa manusia pada dasarnya dapat dipercaya dan mampu
bertindak dengan penuh tanggung jawab. , kejujuran dan integritas kepada pihak lain. Dengan
kata lain, stewardship theory memandang manajemen sebagai pihak yang dipercaya untuk
bertindak sebaik mungkin sesuai dengan kepentingan umum dan kepentingan
stakeholders. Penerapan GCG juga diharapkan dapat menunjang upaya pemerintah dalam
menegakkan good corporate governance pada umumnya di Indonesia. Saat ini Pemerintah
sedang berupaya untuk menerapkan good corporate governance dalam birokrasinya dalam
rangka menciptakan Pemerintah yang bersih dan berwibawa. Corporate governance
didefinisikan oleh Monks dan Minow dalam Darmawati (2005) adalah sebagai hubungan
partisipan dalam menentukan arah dan kinerja
Konsep tata kelola perusahaan yang komprehensif mulai berkembang setelah jatuhnya pasar
saham New York pada 19 Oktober 1987, ketika beberapa perusahaan multinasional yang
terdaftar di Bursa Efek New York mengalami kerugian finansial yang besar. Sejak Cadbury
Code of Corporate Governance diterbitkan pada tahun 1992, semakin banyak lembaga yang
melakukan penyempurnaan prinsip dan pedoman teknis praktik tata kelola perusahaan yang
baik. Model good governance ini kemudian diikuti oleh negara-negara di Eropa dan seluruh
dunia .
2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota the stakeholders nonpemegang saham.
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja Dewan Pengurus atau Board of Directors dan
manajemen perusahaan, dan
Menurut Mas Ahmad Daniri dalam bukunya “Good Corporate Governance dalam konsep dan
penerapannya dalam konteks Indonesia” Prinsip dasar Good Corporate Governance(GCG)
2005:9:
1. Transparansi (Transparancy)
2. Akuntabilitas (accountability)
3. Responsibilitas (Responsibility)
4. Independensi (Independency)
Lembaga Pengelola Zakat adalah lembaga yang mengelola dana Zakat, Info/Sedekah.
Pengelola Zakat diatur dalam UU No. 38 Tahun 1999 dan SK Menteri Agama No. 581 Tahun
1999 Pelaksanaan UU No. 38 Tahun 1999 dan SK Dirjen Bimbingan Umat Islam dan Haji
didefinisikan /291 dari Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Pengelolaan zakat adalah
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan penggunaan
zakat (Widodo, 1999).
Peraturan perundang-undangan di atas mengenal adanya dua jenis organisasi pengelola zakat,
yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (Widodo, 1999). Badan Amil Zakat
dibentuk dan terdiri dari tingkat pusat sampai ke tingkat kecamatan. Nama Badan Amil Zakat
awalnya BAZIS (Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah). Pengertian BAZIS dapat dilihat
dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) No. 29 1991/47 (1991) Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Agama tentang pembinaan Amil Zakat, Infaq dan Zakat. Peraturan (SKB)
menyatakan bahwa BAZIS mengacu pada organisasi non-pemerintah yang secara efektif dan
efisien mengelola penerimaan, pengumpulan, distribusi dan penggunaan Zakat, Infaq/Sedkah
(Hasan, 2011).
Kedudukan kewajiban zakat dalam Islam sangat fundamental dan mendasar. Saking
mendasarnya, perintah Al-Qur'an untuk memberi sedekah seringkali disertai dengan ancaman
yang kuat. Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga setelah syahadat dan salat. Dalam Al-
Qur'an, kata zakat sering disandingkan dengan kata shalat, menekankan hubungan yang
saling melengkapi antara shalat dan zakat. Ketika shalat memiliki dimensi vertikal
(hablumminallah). Oleh karena itu, zakat merupakan bentuk ibadah yang berdimensi
horizontal-manusiawi (hablum minannass). Posisi lembaga zakat dalam lingkungan yang
semakin maju dan kompleks menjadi sangat penting. Seiring dengan kemajuan ummat secara
ekonomi, ilmu pengetahuan dan agama, diharapkan jumlah muzak (pembayar zakat) akan
meningkat dan begitu juga dengan jumlah zakat.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena
peneliti akan mengkaji bagaimana penerapan prinsip Good Corperate Governance (GCG)
pada Lembaga Amil Zakat. Jenis penelitian adalah penelitan lapangan (field research) yang
bertujuan mengamati mempelajari secara intensif tentang fenomena yang terjadi dalam
lingkungan Lembaga Amil Zakat dan masyarakat islam Indonesia yang berhubungan dengan
LAZ. Dalam melakukan penelitian khususnya dalam pengumpulan informasi, peneliti
berperan/berpartisipasi aktif dan secara penuh yang berhadapan langsung dengan para
informan baik dari sumber informan dalam lingkungan maupun dari luar dengan cara
melakukan wawancara langsung dengan menggunakan alat perekam.