Professional Documents
Culture Documents
Biokimia Makalah
Biokimia Makalah
KELOMPOK 1
METABOLISME PADA TUBUH
Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik yang berjudul “Metabolisme
Pada Tubuh” mata kuliah Biokimia.
Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak terutama dari dosen kami ibu Sri
Royani, S.Si., M.Si yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Dan kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala urusan kita.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang..................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah.............................................................................2
I.3 Tujuan...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Metabolisme Energi pada Kelaparan...............................................3
II.2 Metabolisme Energi pada pelari Maraton.......................................4
II.3 Katabolisme Makromolekul............................................................5
II.4 Anabolisme Makromolekul............................................................10
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan ...................................................................................12
III.2 Saran..............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang terjadi dalam jaringan
tubuh. Terdiri dari dua bagian, yaitu anabolisme (pembentukan) dan
katabolisme (pemecahan) (Dewi, 2010). Pada pembahasan kali ini kami akan
membahas metabolisme energi pada kelaparan dan metabolisme energi pada
pelari maraton.
Kelaparan adalah keadaan dimana seseorang kekurangan asupan
karbohidrat, lemak dan protein di dalam tubuhnya. Akibatnya, tubuh akan
memetabolisme seluruh bahan dalam tubuh menjadi glukosa karna banyak
jaringan termasuk otak yang hanya bisa bekerja dengan glukosa (Dewi, 2010).
Di dalam berbagai jenis olahraga baik olahraga dengan gerakan-
gerakan yang bersifat konstan seperti joging , maraton dan bersepeda atau juga
pada olahraga yang melibatkan gerakan-gerakan yang eksplosif seperti
menendang bola atau gerakan smash dalam olahraga tenis atau bulu tangkis,
jaringan otot hanya akan memperoleh energi dari pemecahan molekul
adenosine triphospate atau yang sering disingkat sebagai ATP (Benardot,
2006).
Melalui simpanan energi yang terdapat di dalam tubuh yaitu simpanan
phosphocreatine (PCr), karbohidrat, lemak dan protein, molekul ATP ini akan
dihasilkan melalui metabolisme energi yang akan melibatkan beberapa reaksi
kimia yang kompleks. Penggunaan simpanan-simpanan energi tersebut beserta
jalaur metabolisme energi yang akan digunakan untuk menghasilkan molekui
ATP ini juga akan bergantung terhadap jenis aktivitas serta intensitas yang
dilakukan saat berolahraga (Benardot, 2006).
1
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang metabolisme energi pada
kelaparan.
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang metabolisme energi pada pelari
maraton.
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang katabolisme makromolekul.
4. Untuk mengetahui dan memahami tentang anabolisme makromolekul.
2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Metabolisme Energi Saat Kelaparan
Dalam kondisi normal (tidak kelaparan) karbohidrat akan di ubah
menjadi bentuk yang lebih sederhana (monosakarida) hingga akhirnya akan di
serap di dalam jejunum dan ileum dalam bentuk glukosa. Glukosa nantinya
akan diubah menjadi energi melalui proses glikolisis Embden Meterhof (EM)
dilanjutkan dengan proses oksidasi piruvat menjadi asetil koA dan terakhir
akan melalui siklus asam sitrat (SAS). Selain diubah menjadi energi, glukosa
juga sebagian akan disimpan dalam bentuk glikogen melalui proses yang
dikenal sebagai proses glikogenesis (Hartono, 2006).
Saat berpuasa panjang (1-3 hari bahkan lebih) seseorang akan
kelaparan. Pada saat seperti inilah, tubuh kekurangan asupan glukosa
sehingga melalui proses metabolisme energi, tubuh akan berusaha untuk bisa
menghasilkan cukup glukosa bagi jaringan (terutama bagi otak). Upaya
pemenuhan glukosa tersebut dapat dilakukan dengan cara mengubah
simpanan glikogen dalam tubuh menjadi glukosa dan menguraikan protein
menjadi asam-asam amino yang nantinya akan diubah menjadi glukosa lewat
proses yang dikenal sebagai glukoneogenesis (Hartono, 2006).
Selain glikogen dan protein yang diubah menjadi glukosa, melalui
proses lipolisis, lemak yang disimpan dalam jaringan adiposa akan diuraikan
menjadi gliserol dan asam-asam lemak. Gliserol dan laktat yang merupakan
hasil metabolisme glukosa dan keadaan anaerob dapat diubah oleh hati
menjadi glukosa. Sementara itu, asam-asam lemak yang tidak bisa diubah
menjadi glukosa akan ditukar dengan asam-asam amino dari otot. Otot dapat
menggunakan asam lemak sebagai sumber energi dengan menghasilkan
limbah metabolik yang berupa keton bodies. Asam-asam amino yang didapat
dari pertukaran diotot nantinya akan diubah menjadi glukosa lewat
glukoneogenesis dalam hati (Hartono, 2006).
Dengan cara menggunakan glikogen, protein serta lemak untuk
membentuk glukosa kembali, otak serta jaringan-jaringan tubuh dapat hidup
dan bekerja sesuai dengan fungsi masing-masing. Apabila puasa
3
berkepanjangan sehingga mengakibatkan kelaparan yang teramat sangat,
secara berangsur-angsur otak akan mengubah metabolisme energinya dari
pemakaian glukosa menjadi pemakaian keton bodies sebagai sumber energi
kedua. Tujuan untuk mempertahankan protein tubuh agar fungsi organ-organ
penting dapat terpelihara. Seluruh proses adaptasi baik bagi puasa singkat
maupun puasa lama, dikordinasikan oleh hipotalamus dan diatur oleh kelenjar
adrenal, tiroid dan pankreas (Hartono, 2006).
4
oksigen untuk menghasilkan energi yang disebut respirasi aerob. Reaksi
kimia pada respirasi aerob yaitu (Lehninger,1994) :
C6H12O6 + O2 → CO2 + H2O + Energi
Setelah sekian lama berlari tubuh akan melakukan metabolism tanpa
oksigen yang disebut respirasi anaerob. Pembentukan energi melalui respirasi
anaerob dilakukan dengan pengubahan molekul glukosa (C 6H12O6) menjadi
molekul asam laktat (C3H5O3). Reaksi kimia pada respirasi anaerob yaitu:
C6H12O6 → 2C3H5O3 + Energi
Setelah beberapa saat, jantung akan bekerja lebih keras dan darah
akan mendapatkan asupan oksigen yang lebih banyak. Oleh karena itu,
respirasi aerob menjadi sumber energi utama pada saat perlombaan maraton.
Jadi, selama perlombaan energi yang digunakan berasal dari reaksi aerob
maupun reaksi anaerob. Namun, respirasi aerob berperan secara dominan
pada proses pembentukan energi (Lehninger,1994).
Sumber energi bukan hanya berasal dari glukosa maupun lemak,
tetapi sumber energi yang baik untuk pelari adalah glikogen. Glikogen
merupakan bentuk padat dari glukosa yang disimpan dalam hati dan otot
untuk cadangan energi. Sekitar 2000 kilokalori yang dihasilkan oleh glikogen
untuk menempuh jarak sekitar 20 mil. Pada awalnya pelari mendapatkan
asupan glukosa dari glikogen otot. Tetapi setelah beberapa lama glukosa
didapatkan dari glikogen yang tersimpan dalam hati. Cara untuk
meningkatkan kadar glikogen dapat dilakukan dengan makan makanan yang
banyak mengandung karbohidrat (Lehninger,1994).
II.3 Katabolisme Makromolekul
A. Katabolisme Karbohidrat
1. Glikolisis
Proses glikolisis dimulai dengan molekul glukosa dan diakhiri
dengan terbentuknya asam laktat. Serangkaian reaksi-reaksi dalam proses
glikolisis tersebut dinamakan juga jalur Embden-Meyerhof (Poedjiadi,
1994).
a. Pada tahap pertama, molekul D-Glukosa diaktifkan dengan fosforilasi
menghasilkan glukosa-6-fosfat dengan memanfaatkan ATP.
5
b. Reaksi berikutnya ialah isomerasi, yaitu pengubahan glukosa-6-fosfat
menjadi fruktosa-6-fosfat, dengan enzim fosfoglukoisomerase dan
dibantu oleh ion Mg2+.
c. Pada tahap ini fruktosa 6-fosfat diubah menjadi fruktosa-1,6-difosfat
oleh enzim fosfofruktokinase dibantu oleh ion Mg2+ sebagai kofaktor.
d. Penguraian molekul fruktosa-1,6-difosfat membentuk dua molekul
triosa fosfat, yaitu dihidroksi aseton fosfat dan D-gliseraldehid-3-fosfat
oleh enzim aldolase fruktosa difosfat atau enzim aldolase.
e. Reaksi oksidasi gliseraldehid-3-fosfat menjadi asam 1,3
difosfogliserat. Dalam reaksi ini digunakan koenzim NAD+,
sedangkan gugus fosfat diperoleh dari asam fosfat.
f. Pengubahan asam 3-fosfoliserat menjadi asam 2-fosfogliserat. Reaksi
ini melibatkan pergeseran dapat balik gugus fosfat dari posisi 3 ke
posisi 2. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim fosfogliseril mutase dengan
ion Mg2+ sebagai kofaktor.
g. Reaksi pembentukan asam fosfoenolpiruvat dari asam 2-fosfogliserat
dengan katalisis enzim enolase dan ion Mg2+ sebagai kofaktor. Reaksi
pembentukan asam fosfoenol piruvat ini ialah reaksi dehidrasi.
h. Reaksi pemindahan gugus fosfat berenergi tinggi dari fosfoenolpiruvat
ke ADP yang dikatalisis oleh enzim piruvat kinase sehingga terbentuk
molekul ATP dan molekul asam piruvat (Campbell, 2003).
2. Dekarboksilasi Oksidatif
Dekarboksilasi oksidatif akan mengubah asam piruvat menjadi
asetil koA. Tahap ini terjadi dalam beberapa reaksi yang dikatalisis oleh
kompleks enzim yang disebut piruvat dehidrogenase. Enzim ini terdapat
pada mitokondria pada sel eukariotik, sedangkan pada prokariotik terdapat
pada sitoplasma. Tahap-tahap dalam dekarboksilasi oksidatif adalah
sebagai berikut (Campbell, 2003):
a. Gugus karboksilat (-COO) akan lepas dari asam piruvat
menjadi CO2.
6
molekul NAD+ sehingga terbentuk NADH, dan molekul dua
NADH, dan CO2. Satu molekul glukosa akan diubah menjadi dua
7
dihasilkan NADH.
e. Suksinil ko-A akan diubah menjadi suksinat oleh enzim suksinil ko-A
sintetase. Pada reaksi ini akan dihasilkan GTP yang kemudian dapat
berupah menjadi ATP.
f. Suksinat akan diubah menjadi fumarat oleh enzim suksinat
dehidrogenase. Pada reaksi ini akan dihasilkan FADH2.
g. Fumarat akan diubah menjadi malat oleh enzim fumarase.
h. Malat akan diubah menjadi oksaloasetat oleh enzim malat
dehidrogenase. Pada tahap ini juga dihasilkan NADH.
Hasil dari tahap siklus krebs yaitu Satu molekul asetil ko-A yang
masuk siklus krebs akan menghasilkan 1 ATP, 3 NADH, 1 FADH2 dan 2
CO2. Karena satu molekul glukosa akan diubah menjadi dua asetil ko-A,
maka satu molekul glukosa yang menjalani siklus krebs akan
menghasilkan 2 ATP, 6 NADH, 2 FADH2, dan 4 CO2. Molekul NADH
dan FADH2 nantinya akan masuk transfer elektron untuk menghasilkan
ATP. Satu molekul NADH akan diproses untuk menghasilkan 3 ATP,
sedangkan satu molekul FADH2 akan menghasilkan 2 ATP (Campbell,
8
2003).
4. Rantai Transpor Elektron
Rantai transpor electron dimulai ketika NAD dioksidasi dengan
menambahkan dua electron dan dua ion H+ sehingga NAD direduksi
menjadi NADH2. Selanjutnya, NADH2 memindahkan dua electron dan
dua ion H+ ke suatu enzim flavin, yaitu flavin mononukleotida (FMN)
atau flafin adenine nukleotida (FAD) sehingga senyawa tersebut tereduksi
menjadi FMN2 atau FADH2. Selanjutnya FADH2 mereduksi inti besi
pada suatu protein kompleks, kemudian mereduksi besi pada sitokrom b.
Sitokrom b mereduksi senyawa fenolik menjadi kinon, yaitu unikuinon
(Q). Sitokrom c kemudian mereduksi sitokrom a, dan ini merupakan akhir
dari rantai transpor elektron. Selanjutnya pada tahap terakhir rantai
transpor electron ini, dua ion H+ akan bergabung dengan O2 membentuk
air (H2O). Oksidasi yang terakhir ini mampu menghasilkan energi yang
cukup besar untuk dapat melakukan sintesis ATP ketiga. (Campbell,
2003).
B. Katabolisme protein
Tahap awal metabolisme asam amino melibatkan pelepasan gugus
amino, kemudian baru perubahan kerangka karbon pada molekul asam amino.
Dua proses utama pelepasan gugus amino, yaitu 1) transaminasi, yaitu proses
katabolisme asam amino yang melibatkan gugus amino dari satu asam amino
kepada asam amino lain, 2) deaminasi oksidatif yang menggunakan enzim
dehidrogenase sebagai katalis (Poedjiadi, 1994).
Kerangka karbon dari 10 asam amino menghasilkan asetil KoA, yang
laangsung memasuki siklus asam sitrat. Lima dari sepuluh asam amino
diuraikan menjadi asetil KoA melalui piruvat. Kelima asam amino yang
masuk melalui piruvat adalah alanin, sistein, glisin, serin, dan treonin.
Sedangkan lima lainnya, yaitu asam amino fenilalanin, tirosin, lisin, tritofan,
dan leusin sebagian karbon asam aminonya menghasilkan asetoasetil KoA,
yang lalu diubah menjadi asetil KoA. Kerangka karbon metionin, isoleusin,
dan valin lambat laun terdegradasi oleh lintas yang menghasilkan suksinil
KoA, senyawa antara siklus asam sitrat. Fenilalanin dan tirosin masing-
9
masing menghasilkan dua produk dengan 4 karbon, yaitu asetoasetat dan
fumarat. Asetoasetat memasuki siklus asam sitrat dalam bentuk asetil KoA.
Kerangka karbon asparagin dan asam aspartat pada akhirnya memasuki siklus
asam sitrat melalui oksaloasetat (Lehninger, 2005).
C. Katabolisme lipid
Proses metabolisme asam lemak sebagai berikut:
1. Katabolisme Gliserol
Gliserol sebagai hasil hidrolisis lipid (trigliserida) dapat menjadi
sumber energi. Gliserol ini selanjutnya masuk ke dalam jalur metabolisme
karbohidrat yaitu glikolisis. Pada tahap awal, gliserol mendapatkan 1
gugus fosfat dari ATP membentuk gliserol 3-fosfat. Selanjutnya senyawa
ini masuk ke dalam rantai respirasi membentuk dihidroksi aseton fosfat,
suatu produk antara dalam jalur glikolisis (Lehninger, 2005).
2. Oksidasi Asam Lemak (Oksidasi Beta)
Sebelum dikatabolisir dalam oksidasi beta, asam lemak harus
diaktifkan terlebih dahulu menjadi asil-KoA. Dengan adanya ATP dan
Koenzim A, asam lemak diaktifkan dengan dikatalisir oleh enzim asil-
KoA sintetase (Tiokinase). Asam lemak bebas pada umumnya berupa
asam-asam lemak rantai panjang. Asam lemak rantai panjang ini akan
dapat masuk ke dalam mitokondria dengan bantuan senyawa karnitin
(Lehninger, 2005).
II.4 Anabolisme makromolekuler
A. Anabolisme Karbohidrat
Sintesis glikogen terjadi setelah makan, ketika kadar glukosa dalam darah
meningkat. Reaksi glikogenesis yaitu (Lehninger, 1982):
a. Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (rekasi yang l
azim terjadi juga pada lintasan glikolisis. Di otot reaksi ini dikatalisis o
leh nzim heksokinase sedangkan di hati oleh enzim glukokinase.
b. Sintesis glukosa -1-fosfat. Glukosa -6-fosfat diubah menjadi glukosa -
1-fosfat oleh enzim phosphoglucomutase.
10
Gambar 2.4 Sintesis glukosa-1-fosfat
11
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang terjadi dalam jaringan
tubuh. Terdiri dari dua bagian, yaitu anabolisme (pembentukan) dan katabolisme
(pemecahan). Pada saat kelaparan tubuh akan kekuranan glukosa, pemenuhan
glukosa dilakukan dengan cara mengubah simpanan glikogen dalam tubuh
menjadi glukosa dan menguraikan protein menjadi asam-asam amino yang
nantinya akan diubah menjadi glukosa lewat proses yang dikenal sebagai
glukoneogenesis. Sedangkan pada pelari maraton energi dihasilkan dari respirasi
aerob yang menghasilkan energi dengan cara pemecahan glukosa oleh oksigen,
dan respirasi anaerob yang menghasilkan energi dengan pembentukan asam laktat
dari glukosa.
Makromolekul terdiri dari karbohidrat, lipid, dan protein. Pada karbohidrat
energi dihasilkan dengan cara glikolisis
III.2 Saran
Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kesalahan
dan jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun.
12
DAFTAR PUSTAKA
Benardot, D. 2006. Advanced Sports nutrition. Human Kinetics. Champaign : IL.
Campbell, et al. 2003. Biology Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Dewi N. 2010. Nutrion and food: gizi untuk keluarga. Jakarta : PT Kompas Media
Nusantara
Guyton, A.C and J.E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9.
Jakarta: EGC
Hartono. A. 2006. Terapi gizi dan diet rumah sakit rumah sakit. Edisi 2. Jakarta :
EGC
Lehninger, A. L. 1982. Biochemistry. New York: Worth Publisher Inc
Lehninger, Albert L. 1994. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Lehninger, Albert L. 2005. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 2. Jakarta: Erlangga
McCloskey, J.C & Bulechek, G. M. 1996. Nursing Interventions Classification
(NIC). USA: Mosby
Nick, N. 2013. Fitness and Health Edition 2. New York : John Wiley & Sons
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Salisbury. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 2. Bandung: ITB
Sharkey, B.J. 2011. Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Sherwood, L. 2007. Human Physiology From Cells to System Sixth Edition.
Belmont CA : Thomson Brooks
Wirahadikusumah, M. 1983. Biokimia. Bandung: ITB
13