Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 1 Teori Belajar Behavioristik
Kelompok 1 Teori Belajar Behavioristik
Oleh : Kelompok 1
SEPTEMBER 2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
C. Tujuan.............................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
B. Tujuan/Prinsip Pembelajaran..........................................................................................6
C. Pandangan Ahli...............................................................................................................6
BAB III.......................................................................................................................................7
A. Kesimpulan...............................................................................................................................
DAFTAR RUJUKAN................................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang mempelajari tingkah laku
manusia.Menurut Desmita (2009:44) teori belajar behavioristik merupakan teori
belajar memahami tingkah laku manusia yang menggunakan pendekatan objektif,
mekanistik, dan materialistik, sehingga perubahan tingkah laku pada diri seseorang
dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian. Teori ini mengutamakan pengamatan,
sebab pengamatan merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya
perubahan tingkah laku tersebut. Menurut aliran behavioristik, belajar pada
hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra
dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respons.
Oleh karena itu teori ini juga dinamakan teori stimulus-respons. Stimulus adalah
sesuatu yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respons berupa reaksi atau
tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Teori belajar behavioristik berpengaruh terhadap pengembangan teori
pendidikan dan pembelajaran yang dikenal dengan aliran behavioristik.Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia. Timbulnya aliran ini
disebabkan oleh adanya rasa tidak puas terhadap teori psikologi daya dan teori mental
state. Hal ini karena aliran-aliran terdahulu hanya menekankan pada segi kesadaran
saja. Pandangan dalam psikologi dan naturalisme science, timbulah aliran baru ini.
Belajar apabila ditinjau dari pandangan behavioristik bisa disederhanakan lagi
merupakan suatu bentuk perubahan yang dialami individu berupa kemampuan dalam
bentuk perubahan tingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil dari adanya
stimulus dan respon.
Tokoh-Tokoh Teori Belajar Behavioristik:
1. John B. Watson, behavioristik adalah sebuah aliran dalam pemahaman tingkah
laku manusia yang dikembangkan oleh John B. Watson (1878- 1958), seorang
ahli psikologi Amerika pada tahun 1930, sebagai reaksi atas teori psikodinamika.
Perspektif behavioristik berfokus pada peran dari belajar dan menjelaskan tingkah
laku manusia. Menurut Watson (dalam Putrayasa, 2013:46), belajar sebagai
proses interaksi antara stimulus dan respons, stimulus dan respons yang dimaksud
harus dapat diamati dan dapat diukur. Oleh sebab itu seseorang mengakui adanya
perubahan-perubahan mental dalam diri selama proses belajar.
2. Edward Lee Thorndike mengemukakan bahwa belajar merupakan peristiwa
terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut Stimulus
(S) dengan Respon (R). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan
eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau
berbuat sedangkan respon dari adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan
karena adanya perangsang. Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai
berikut: (a) Hukum law of readiness (Kesiapan), yaitu semakin siap suatu
organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah
laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung
diperkuat. (b) Hukum law of exercise (latihan), yaitu semakin sering tingkah laku
diulang/ dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. (c)
Hukum law of effect (akibat), yaitu hubungan stimulus respon cenderung
diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya
tidak memuaskan.
3. Ivan Petrovich Pavlov, Classic conditioning (pengkondisian atau persyaratan
klasik) adalah proses yang ditemukannya melalui percobaannya terhadap anjing,
dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara
berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Kemudian Pavlov
mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia
menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian,
dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.
Teori belajar pengkondisian klasik merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan
karena satu stimulus dan rangsangan muncul untuk menggantikan stimulus
lainnya dalam mengembangkan suatu respon.
4. Burrhus Frederic Skinner, mengadakan pendekatan behavioristik untuk
menerangkan tingkah laku dengan pendekatan model instruksi langsung dan
meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana
seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian
reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Operant
Conditioning adalah suatu proses perilaku op erant (penguatan positif atau
negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau
menghilang sesuai dengan keinginan. Beberapa prinsip Skinner antara lain: (a)
hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika
benar diberi penguatan; (b) proses belajar harus mengikuti irama dari yang
belajar; (c) materi pelajaran, digunakan sistem moduldalam proses pembelajaran,
tidak digunakan hukuman. untuk itu lingkungan perlu diubah, untuk menghindari
adanya hukuman; (d) dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas
sendiri; (e) tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya
hadiah diberikan dengan menngunakannya jadwal variabel rasio rein forcer; (f)
menggunakan pendekatan shaping.
B. Tujuan/Prinsip Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan suatu rencana yang disusun secara terperinci apa saja yang harus
dikuasai oleh siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku
yang dapat diamati dan diukur.
C. Pandangan Ahli
Teori Belajar Behavioristik menurut Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar
seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat di tangkap melalui alat indera.
Sedangkan respon yaitu reaksi yang di munculkan siswa ketika belajar, yang
juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari definisi belajar
tersebut maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar
itu dapat berwujud kongkrit yaitu yang dapat di amati, atau tidak kongkrit yaitu yang
tidak dapat di amati.
Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, namun ia
tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku-tingkah laku yang
tidak dapat di amati. Namun demikian, teorinya telah banyak memberikan pemikiran
dan inspirasi kepada tokoh-tokoh lain yang datang kemudian. Teori Thorndike ini di
sebut juga sebagai aliran Koneksionisme (Connectionism).
Teori Belajar Behavioristik menurut Watson (1878-1958)
Watson adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang datang sesudah
Thorndike. Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon,
namun stimulus dan respon yang di maksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat
di amati (observabel) dan dapat di ukur.
Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental
dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut
sebagai faktor yang tak perlu di perhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa perubahan-
perubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun semua itu tidak dapat
menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat di amati.
Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar di
sejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi
pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh dapat di amati dan dapat di ukur.
Asumsinya bahwa, hanya dengan cara demikianlah maka akan dapat di ramalkan
perubahan-perubahan apa yang bakal terjadi setelah seseorang melakukan tindak
belajar. Pemikiran Watson (Collin, dkk: 2012) dapat di gambarkan sebagai berikut:
Para tokoh aliran behavioristik cenderung untuk tidak memperhatikan hal-hal yang
tidak dapat di ukur dan tidak dapat di amati, seperti perubahan-perubahan mental yang
terjadi ketika belajar, walaupun demikian mereka tetap mengakui hal itu penting.
Teori Belajar Behavioristik menurut Clark Leaonard Hull (1884-1952)
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon
untuk menjelaskan pengrtian tentang belajar. Namun ia sangat terpengaruh oleh teori
evolusi yang di kembangkan oleh Charles Darwin.
Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat
terutama untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, teori Hull
mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah
penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia. Sehingga
stimulus dalam belajarpun hampir selalu di kaitkan dengan kebutuhan biologis,
walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.
Dalam kenyataannya, teori-teori demikian tidak banyak di gunakan dalam kehidupan
praktis, terutama setelah Skinner memperkenalkan teorinya. Namun teori ini masih
sering di pergunakan dalam berbagai eksperimen di laboratorium.
Teori Belajar Behavioristik menurut Edwin Ray Guthrie (1886-1959)
Demikian juga dengan Edwin Guthrie, ia juga menggunakan variabel
hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Namun ia
mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau
pemuasan biologis sebagaimana yang di jelaskan oleh Clark dan Hull.
Di jelaskannya bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya
bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar siswa perlu sesering
mungkin di berikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih
tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan
bahkan menetap, maka di perlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan
dengan respon tersebut. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment)
memegang peranan penting dalam proses belajar.
Hukuman yang di berikan pada saat yang tepat akan mampu merubah
kebiasaan dan perilaku seseorang. Namun setelah Skinner mengemukakan dan
mempopulerkan akan pentingnya penguatan (reinforcemant) dalam teori belajarnya,
maka hukuman tidak lagi di pentingkan dalam belajar.
Teori Belajar Behavioristik menurut Burrhusm Frederic Skinner (1904-1990)
Skinner merupakan tokoh behavioristik yang paling banyak di perbincangkan,
konsep-konsep yang di kemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu mengungguli
konsep-konsep lain yang di kemukakan oleh para tokoh sebelumnya. Ia mampu
menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun dapat menunjukkan konsepnya
tentang belajar secara lebih komprehensif. Menurut Skinner, hubungan antara
stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya akan
menimbulkan perubahan tingkah laku.
Pada dasarnya stimulus-stimulus yang di berikan kepada seseorang akan saling
berinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus tersebut akan mempengaruhi
bentuk respon yang akan di berikan. Demikian juga dengan respon yang di munculkan
inipun akan mempunyai konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah
yang pada gilirannya akan mempengaruhi atau menjadi pertimbangan munculnya
perilaku. Oleh sebab itu, untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar, perlu
terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dengan lainnya. Serta
memahami respon yang mungkin di munculkan dan berbagai konsekuensi yang
mungkin akan timbul sebagai akibat dari respon tersebut.
Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-
perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah
rumitnya masalah. Sebab, setiap alat yang di gunakan perlu penjelasan lagi, demikian
seterusnya. Pandangan teori belajar behavioristik ini cukup lama di anut oleh para
guru dan pendidik. Namun dari semua pendukung teori ini, teori Skinerlah yang
paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik.
Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran
berprogram, modul, dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada
konsep hubungan stimulus–respons serta mementingkan faktor-faktor penguat
(reinforcement), merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori
belajar yang di kemukakan oleh Skiner. Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung
Teori Belajar Behavioristik memang tidak menganjurkan di gunakannya hukuman
dalam kegiatan belajar. Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain:
Hasil belajar harus segera di beritahukan kepada siswa, jika salah di betulkan, jika benar
di beri penguat.
Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
Materi pelajaran, di gunakan sistem modul.
Dalam proses pembelajaran, lebih di pentingkan aktivitas sendiri.
Dalam proses pembelajaran, tidak di gunakan hukuman. Untuk ini lingkungan perlu di
ubah, untuk menghindari adanya hukuman.
Tingkah laku yang di inginkan pendidik, di beri hadiah, dan sebaiknya hadiah di berikan
dengan di gunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
Dalam pembelajaran, di gunakan shaping.
Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement)
cenderung membatasi siswa untuk bebas berpikir dan berimajinasi. Menurut Guthrie
hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar.
Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu;
Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara.
Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si
terhukum) bila hukuman berlangsung lama.
Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia
terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum
melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk dari pada kesalahan yang di
perbuatnya.
Skinner lebih percaya kepada apa yang di sebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif
tidak sama dengan hukuman.
Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus di berikan (sebagai stimulus) agar
respon yang akan muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat
negatif (sebagai stimulus) harus di kurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat.
Misalnya, seorang siswa perlu di hukum karena melakukan kesalahan. Jika siswa tersebut
masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus di tambahkan.
D. Aplikasi Teori Belajar
Dalam dunia pendidikan terdapat macam-macam teori belajar dan pembelajaran yang
merupakan acuan pendidik dalam mengajar, teori belajar merupakan suatu teori yang
isinya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar dan mengajar antar peserta didik
dan pendidik serta perancangan yang akan dilaksanakan dikelas. Teori-teori tersebut
meliputi: teori behavioristik, teori kognitif, teori konstruktivisme dan teori humanistik.
Masing-masing dari teori tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan yang dapat diolah
sedemikian rupa sehingga dalam pembelajaran akan terasa menyenangkan. Dalam teori
behavioristik terdapat penguatan dan hukuman dalam proses belajar mengajar. Bila
penguatan ini diterapkan maka akan mempengaruhi semangat siswa dalam pembelajaran.
Penguatan dapat diberikan guru dalam bentuk pujian, sedangkan hukuman dibuat agar
siswa jera. Adanya pencapaian target tertentu dalam teori behavoristik membuat siswa
juga tidak kreatif dan tidak produktif.
Sejalan dengan perkembangan IPTEK teori belajar juga berkembang sesuai dengan
pendidikan yang dilalui saat ini, Teori belajar behavioristik lebih ditekankan pada
pemberian stimulus oleh guru dan siswa merespon stimulus tersebut. Sehingga
pembelajaran terkesan otoriter, siswa hanya bersifat pasif dan menerima apa yang
dijelaskan guru. Disini hukuman juga berlaku sebagai efek dari kesalahan yang dilakukan
siswa. Hal tersebut membawa dampak yang signifikan pada siswa, yaitu siswa merasa
tertekan dan melakukan pemberontakan. Aplikasi teori belajar Behavioristik dalam
kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal yakni; tujuan pembelajaran,sifat
materi pelajaran, karakteristik siswa dan media serta fasilitas yang tersedia. Pembelajaran
yang dirancang dan dilaksanakan pada teori Behavioristik memandang pengetahuan
adalah hal yang objektif,pasti,tetap dan tidak berubah.
Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi belajar.
Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar
mandiri. Jika murid menemukan kesulitan, baru ditanyakan pada guru yang
bersangkutan.
Mampu membentuk suatu perilaku yang diinginkan dengan mendapatkan pengakuan
positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif yang didasari
pada perilaku yang tampak.
Melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat mengoptimalkan
bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak sudah mahir
dalam satu bidang tertentu, akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan pem biasaan dan
pengulangan yang berkesinambungan tersebut dan lebih optimal.
Bahan pelajaran yang telah disusun hirarkis dari yang sederhana sampai pada yang
kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang
ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu, mampu menghasilkan suatu
perilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu.
Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimulus yang lainnya dan seterusnya
sampai respons yang diinginkan muncul.
Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan.
Teori behavioristik juga cocok diterapkan untuk anak yang masih membutuhkan
dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru,
dan suka dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung.
F.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori belajar behavioristik merupakan aliran psikologi yang memandang siswa
pada sisi fenomena jasmani serta mengabaikan aspek–aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu
dalam suatu belajar.
Menurut teori ini, peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks
sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Refleks yang
bisa meberikan respons kepada peserta didik dalam proses pembelajaran. Tujuan
pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan,
sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut pembelajar untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan,
kuis, atau tes.
Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behavioristik antara
lain: Thorndike, Watson, Edwin Gut hrie, Skinner. Dan Pavlov. Aplikasi teori
behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti:
tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pelajar, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia.
Teori ini memliki banyak kelebihan dan kekurangan. Sehingga apa yang
menjadi kelebihannya bisa menjadikan motivasi untuk menggairahkan belajar Dan
kekurangannya kita renovasi agar bisa lebih baik lagi.
DAFTAR RUJUKAN