You are on page 1of 9

TUGAS TATWA

CANANG SARI

OLEH

UNIVERSITAS HINDU NEGERI

I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR

2023/2024

i
DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 1
1.3 Metode...................................................................................... 1
1.4 Tujuan....................................................................................... 2
1.5 Manfaat..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Komponen dan Manfaat Canang Sari....................................... 3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pulau Bali sudah terkenal memiliki keunikan tersendiri. Keunikan tersebut


telah menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara maupun lokal untuk
menikmati indahnya Bali. Selain ditunjang oleh pemandangan alam yang indah,
masyarakat Bali yang didominasi oleh umat Hindu juga memiliki kebudayaan
unik yang dipertahankan hingga saat ini. Dapat dikatakan bahwa umat hindu lahir,
hidup, dan mati di tengah-tengah ritual kegamaan yang ada. Sebagai pelengkap,
terdapat upakar- upakara yang menjadi komponen penting terhadap
keberlangsungan upacara di Bali.

Salah satu upakara terpenting yang paling sering melengkapi ritual keagamaan
adalah canang sari. canang sari pelengkap sebagai sarana persembahan dan
Pemujaan kehadapan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Namun, tidak
semua umat mengetahui makna yang terkandung serta komponen yang tepat dari
Canang sari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa komponen serta makna dari Canang sari?
1.3 Metode
Metode dalam penyusunan Canang Sari melibatkan langkah-langkah tertentu
yang bersifat ritual dan simbolis. Beberapa metode umum melibatkan:
1. Pemilihan Bahan : Memilih bahan-bahan yang digunakan, seperti daun
pisang untuk wadah, bunga-bunga segar, dan bahan lainnya sesuai
dengan tradisi dan ketersediaan.

1
2. Penataan Simbolis : Menata bunga-bunga dan elemen lainnya secara
simbolis, mengikuti pola atau aturan tertentu yang mencerminkan
nilai-nilai spiritual dan kepercayaan.
3. Doa dan Mantra: Seringkali, Canang Sari disertai dengan doa atau
mantra yang diucapkan oleh pemberi persembahan sebagai ekspresi
rasa syukur dan permohonan.
4. Orientasi Geografis: Canang Sari ditempatkan dengan orientasi
tertentu, seperti arah mata angin, yang memiliki makna tersendiri
dalam konteks kepercayaan Bali.
5. Frekuensi dan Ritual : Penentuan waktu penyusunan Canang Sari
dapat berkaitan dengan hari-hari tertentu, peristiwa-peristiwa khusus,
atau ritual keagamaan.
Penting untuk diingat bahwa metode ini dapat bervariasi tergantung pada
tradisi dan kepercayaan masyarakat atau keluarga yang membuat Canang Sari.
1.4 Tujuan
1. Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam canang sari.
1.5 Manfaat
1. Dengan mengetahui makna yang terkandung dalam canang sari, maka
kami berharap pembaca dapat memperluas pengetahuan mengenai

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Komponen dan Makna Canang Sari

Canang Sari merupakan ciptaan dari Mpu Sangkulputih yang menjadi


sulinggih menggantikan Danghyang Rsi Markandeya di Pura Besakih. Canang
sari ini dalam persembahyangan penganut Hindu Bali adalah kuantitas terkecil
namun inti (kanista=inti). Kenapa disebut terkecil namun inti, karena dalam setiap
banten atau yadnya apa pun selalu berisi Canang Sari. Canang sari sering dipakai
untuk persembahyangan sehari-hari di Bali. Canang sari juga mengandung salah
satu makna sebagai simbol bahasa Weda untuk memohon kehadapan Sang Hyang
Widhi, Tuhan Yang Maha Esa yaitu memohon kekuatan Widya (Pengetahuan)
untuk Bhuwana Alit maupun Bhuwana Agung.

Canang berasal dari kata “Can” yang berarti indah, sedangkan “Nang”
berarti tujuan atau maksud (bhs. Kawi/Jawa Kuno), Sari berarti inti atau sumber.
Dengan demikian Canang Sari bermakna untuk memohon kekuatan Widya
kehadapan Sang Hyang Widhi beserta Prabhawa (manifestasi) Nya secara skala
maupun niskala. Dalam dokumen tersebut juga dijelaskan mengenai bentuk dan
fungsi canang menurut pandangan Hindu Bali ada beberapa macam sesuai dengan
kegiatan upakara yang dilaksanakan.

Dalam buku "Sembahyang menurut agama Hindu" Canang sari berasal


bahasa jawa kuno yang berarti sirih yang disuguhkan kepada para tamu yang
terhormat. Oleh karena itu komponen inti dari canang adalah porosan, yang

3
mengandung sirih. Canang sari adalah salah satu sarana upakara yang sederhana
namun. penting. Dimana dalam Bhagawad Gita IX.26 dijelaskan

"Patram Puspam phalam tovam Yo me nhaktya prayacchati

Tat aham bhati-upahrtam Asnami pravatatmanah"

Yang artinya: Siapapun tang dengan sujud bakti kehadapan-Ku


mempersembahkan sehelai daun, bunga, buah.air, akan aku terima sebagai bakti
dari orang yang berhati suci.Hal tersebut menggambarkan keterkaitan dengan
canang sari karena komponen. canang sari terdiri dari hal tersebut.

Secara lengkap komponen dari canang sari adalah sebagai berikut:

a. Ceper
Canang memakai alas berupa “ceper” (berbentuk segi empat) adalah simbol
kekuatan “Ardha Candra” (bulan). Di atas ceper ini diisikan sebuah “Porosan”
yang bermakna persembahan tersebut harus dilandasi oleh hati yang welas
asih serta tulus kehadapan Sang Hyang Widhi beserta Prabhawa Nya,
demikian pula dalam hal kita menerima anugerah dan karunia Nya.
Ceper adalah alas dari canang sari yang berbentuk persegi dan terbuat dari
janur. Di atas ceper lah semuaa komponen canang sari diletakkan. Ceper
adalah lambang dari angga sarira, dimana empat sisi yang terdapat di ceper
adalah simbol dari kesatuan Panca Maha Bhuta, Panca Tan Matra, Panca
Budhi Indriya dan Panca Karmendriya (penyusun angga). Ceper cuga bisa
sebagai pralambang ardha candra/bulan (tamas).
Di atas ceper ini juga berisikan seiris tebu, pisang dan sepotong jaja (kue)
adalah sebagai simbol kekuatan “Wiswa Ongkara” (Angka 3 aksara Bali).
b. Plawa/Don kayu
Dalam lontar "Yadnya Prakerti", dikatakan bahwa Plawa adalah lambang
tumbuhnya pikiran yang hening dan suci, yang menyimbolkan suasana ketika
memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

4
c. Tubungan mekamen/porosan
Tubungan mekamen terdiri dari pinang yang melambangkan manifestasi Tri
Murti yakni dewa Brahma, kapur untuk dewa Siwa dan sirih untuk Dewa
Wisnu. Jadi porosan/tubungan mekamen memiliki makna sebagai poros atau
pusat yang bermakna dimana memohon tuntunan kepada Ida Sang Hyang
Widhi Wasa dalam amnifestasinya sebagai Dewa Tri Murti untuk
menciptakan, memelihara hal yang baik dan melebur hal negatif.
d. Kekiping
Kiping adalah jajan dari ketan yang tipis berwarna putih.
e. Pisang
Pisang memiliki lambang sebagai anugrah/nyasa amertha yang diberikan alam
sebagai pemberian Ida Sang Hyang Widhi Wasa, manifestasi dewal
Mahadewa.
f. Tebu seiris
Tebu memiliki lambang sebagai anugrah/nyasa amertha yang diberikan alam
sebagai pemberian Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sebagai manifestasinya
adalah dewa Brahma.
g. Geti geti
Ketan yang berisi gula bali, merupakan penganan, memiliki lambang sebagai
anugrah/nyasa amertha pemberian Ida Sang Hyang Widhi Wasa, diletakkan
dibungkus daun atau di atas celemik.
h. Lengis müük/minyak wangi
Merupakan lambang/nyasa ketenangan jiwa, diletakkan berisi rampai sedikit
di atas celemik.
i. Borch miik/Lepa
Simbol dari perilaku yang baik, dimana borch miyik diletakkan di atas
celemik.
j. Beras kuning
Merupakan simbol/nyasa dari Sang Hyang Atma yang merupakan benih yang
menjadikan badan ini hidup.

5
k. Sampiyan uras
Sampyan uras/uras sari menyimbulkan padma asta dala yang melambangan
kedudukan tuhan di penjuru mata angin. Uras yang berbentuk lingkaran bisa
juga melambangkan windhu/matahari. Dalam sampyan uras terdapat
reringgitan yang merupakan lambang ketetapan dan kelanggenagan
pikiran/simbol Nada (bintang)

Penempatan Bunga yang benar :

Penataan bunga berdasarkan warnanya di atas Sampian Urasari diatur


dengan etika dan tattwa, harus sesuai dengan pengider-ideran (tempat) Panca
Dewata. Bunga merupakan lambang keikhlasan, yang berarti dalam memuja tuhan
haruslah ikhlas. Dalam meletakkan bunga di atas uras harus sesuai kaidah yakni :

a. Bunga putih/merah muda diletakkan di arah timur, dalam memohon


Widyadari gagar Mayang dalam kekuatan Sang Hyang Iswara agar
memercikkan tirta sanjiwani dalam menganugrahi kesucian niskala.
b. Bunga Merah diletakkan di arah selatan sebagai simbol memohon
Widyadari Saraswati dalam kekuatan Dewa brahma agar memberikan
anugrah Tirta Kamandalu dalam kepradnyaan/kewigunaan/kepandaian dan
kewibawaan. Memercikkan
c. Bunga Kuning disusun di arah Barat memohon widyadari ken Sulasih
dalam sakti Sang Hyang Mahadewa agar memercikkan tirta kundalini
untuk menganugrahi instuisi.
d. Bunga Hitam/Ungu Hijau diletakkan di Utara memohon Widyadari
Nilotama dalam kekuatan Sang Hyang Wisnu agar memercikkan tirta
pawitra untuk memlebur kekotoran raga.

6
e. Rampe/Kembang Rampai terbuat dari daun pandan yang diiris tips-tipis,
diletakkan di tengah- tengah bunga menyimbolkan warna Brumbun.
Rampai memiliki makna kebijaksanaan, dimana rampai tidak berbau
dikelilingi oleh bunga bungaan yang berbau wangi, sama seperti filosofi
kehidupan. Rampai memohon diutusnya widyadari Suprabha dalam
saktinya Dewa Siwa agar memercikkan tirta mahamertha untuk
memberikan pembebasan.

You might also like