You are on page 1of 10

ANALISIS BLOK MODEL SEBARAN Ni MENGGUNAKAN SOFTWARE SURPAC

PADA BLOK X PT. CINTA JAYA KECAMATAN MOLAWE KABUPATEN


KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Muh. Nur Awallul Syaban1, Ilham A.2, Haerani S.2


1
Mahasiswa Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
2
Dosen Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
E-mail : nurawalul99@gmail.com
Abstrak : Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kuasa Pertambangan PT. Cinta Jaya, Kecamatan Molawe,
Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian bertujuan untuk mengetahui domain geologi,
sebaran kadar Ni dan estimasi sumberdaya pada Blok X PT. Cinta Jaya. Metode penelitian yang digunakan
adalah dengan menganalisis data bor daerah penelitian untuk mendapatkan blok model dan estimasi sumberdaya
Ni menggunakan aplikasi surpac dengan metode estimasi Inverse distance weighting (IDW). Dari analisis blok
model, Blok X memiliki sebaran Ni < 1% menempati 2,87% dari blok X, Ni 1 – 1.7% menempati 90,27% dari
blok X dan Ni > 1.7% menempati 6,86 % dari blok X. Perhitungan estimasi sumberdaya dengan menggunakan
berat jenis sebesar 1.85 Ton/m3 dan Cut Of Grade (COG) 1.7%, Jumlah Ni dengan kadar < 1 % sebesar 194.905
MT dengan Ni rata-rata 0.94%. Jumlah Ni dengan kadar 1 – 1.7 % sebesar 6.140.753 MT dengan Ni rata-rata
1.47%. Jumlah Ni dengan kadar > 1.7% sebesar 466.883 MT dengan rata-rata Kadar Ni sebesar 1.75%. Grand
total sumberdaya pada Blok X PT. Cinta Jaya sebesar 6.802.541 MT. High Ni dan Med Ni dikategorikan
sebagai ore, dan Low Ni dikategorikan sebagai waste.
Kata Kunci: Domain geologi, Blok model, Ni, Estimasi, Sumberdaya

Abstract : The research was included in the area of mining power of PT. Cinta Jaya, Molawe District, North
Konawe Regency, Southeast Sulawesi Province. The study aims to determine the domain of geology, Ni levels
distribution and resource estimation in Block X PT. Cinta Jaya. The research method used is to analyze the drill
data of the research area to get the block model and Ni resource estimation using Surpac Application With
Inverse Distance Weighting (IDW) estimation method. From the block model analysis, Block X has a
distribution of Ni < 1% occupying 2.87% of Block X, Ni 1 – 1.7% occupying 90.27% of Block X and Ni > 1.7%
occupying 6.86% of block X. Calculation of resource estimation using specific gravity of 1.85 Ton / m3 and Cut
of Grade (COG) 1.7%, the amount of Ni with < 1% is 194.905 MT with an average Ni of 0.94%. The amount of
Ni with levels of 1 – 1.7% amounted to 6,140,753 MT with an average Ni of 1.47%. The amount of Ni with
levels > 1.7% amounted to 466,883 MT with an average Ni level of 1.75%. Grand total resources at Block X
PT. Cinta Jaya amounting to 6,802,541 MT. High Ni and Med Ni is categorized as ore, and Low Ni is
categorized as waste.
Keywords : Domain of geology, Block model, Ni, Estimation, Resource

1. Pendahuluan Suatu endapan dapat diketahui potensinya


apabila sudah dilakukan kegiatan pengeboran secara
Potensi sumberdaya mineral Indonesia yang
sistimatik serta penentuan kadar. Tidak berhenti disitu
cukup banyak tersebar hampir di seluruh Nusantara
saja, hasil pengeboran endapan nikel laterit tersebut
dan merupakan salah satu modal untuk kegiatan
dapat divisualisasikan dalam bentuk pemodelan tiga
pembangunan. Terbukti di bidang pertambangan
dimensi dengan bantuan software untuk memproses
Indonesia yang kaya karena sumberdaya mineral ini
data hasil lapangan, sehingga perencanaan
menghasilkan pemasukan yang cukup besar bagi
penambangan dapat dilakukan sebaik mungkin.
negara melalui pajak dan royalty setiap tahunnya.
Maka dari itu, penulis membuat satu penelitian
yang berjudul “Analisis Blok Model Sebaran Ni

1
Endapan Laterit Menggunakan Software Surpac Blok muaranya. Memiliki ketinggian berkisar dari beberapa
X PT. Cinta Jaya Kecamatan Molawe Kabupaten meter sampai 75m di atas muka laut.
Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara”. Susunan stratigrafi regional di daerah penelitian
berurutan dari formasi batuan termuda sampai formasi
batuan tertua sebagai berikut:
Aluvium (Qa) terdiri atas kerikil, kerakal,
pasir lempung dan lumpur. Satuan ini merupakan hasil
dari endapan sungai, rawa dan endapan pantai. Umur
satuan ini adalah holosen.
Batuan Ofiolit (Ku) terdiri atas peridotit,
dunit dan serpentinit. Serpentinit berwarna kelabu tua
sampai kehitaman; padu dan pejal. Batuannya
Gambar 1.1 Lokasi Daerah Penelitian bertekstur afanitik dengan susunan mineral antigorit,
lempung dan magnetit. Umumnya memperlihatkan
Maksud dari penelitian ini adalah untuk
struktur kekar dan cermin sesar yang berukuran
menganalisa sebaran Ni pada endapan nikel laterit
megaskopis. Dunit, kehitaman; padu dan pejal,
lokasi penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini
bertekstur afanitik. Mineral penyusunnya ialah olivin,
yaitu :
piroksin, plagioklas, sedikit serpentin dan magnetit;

1. Mengetahui domain geologi daerah berbutir halus sampai sedang. Mineral utama olivin

penelitian berjumlah sekitar 90%. Tampak adanya

2. Mengetahui pemodelan sebaran Ni penyimpangan dan pelengkungan kembaran yang

3. Mengetahui estimasi Sumberdaya Ni dijumpai pada piroksin, mencirikan adanya gejala


deformasi yang dialami oleh batuan ini. Di beberapa

2. Tinjauan Pustaka tempat dunit terserpentinkan kuat yang ditunjukkan


oleh struktur sisa seperti rijang dan barik-barik
Geologi Regional Daerah Penelitian
mineral olivin dan piroksin, serpentin dan talkum
Menurut Rusmana, dkk., (1993) dalam peta
sebagai mineral pengganti. Peridotit terdiri atas jenis
geologi regional lembar Lasusua - Kendari membagi
harzburgit dan lherzolit. Harzburgit, hijau sampai
dalam empat satuan morfologi yaitu, pegunungan,
kehitaman, holokristalin, padu dan pejal. Mineralnya
perbukitan, karst dan dataran rendah.
halus sampai kasar, terdiri atas olivin (60%) dan
Daerah penyelidikan termasuk ke dalam
piroksin (40%). Di beberapa tempat menunjukkan
satuan perbukitan dan satuan dataran rendah. Satuan
struktur perdaunan. Hasil penghabluran ulang pada
perbukitan dicirikan memiliki ketinggian 75m sampai
mineral piroksin dan olivin mencirikan batas masing-
750m di atas muka laut. Umumnya tersusun atas batu
masing kristal bergerigi. Lherzolith, hijau kehitaman;
gamping dan konglomerat oleh Molassa Sulawesi.
holokristalin, padu dan pejal. Mineral penyusunnya
Satuan ini umumnya membentuk perbukitan
ialah olivin (45%), piroksin (25%), dan sisanya
bergelombang yang di tumbuhi semak dan alang -
epidot, yakut, klorit, dan bijih dengan mineral
alang. Sungai di aliran ini berpola aliran meranting.
berukuran halus sampai kasar. Satuan batuan ini
Satuan Dataran rendah terdapat di daerah
diperkirakan berumur Kapur.
pantai dan sepanjang aliran sungai besar dan

2
Struktur geologi yang dijumpai di wilayah
Kabupaten Konawe Utara adalah sesar, lipatan dan
kekar. Sesar dan kelurusan umumnya berarah Barat
laut-tenggara searah dengan sesar geser lurus mengiri
Lasolo. Sesar Lasolo bahkan masih aktif hingga saat
ini. Sesar tersebut diduga ada kaitannya dengan Sesar
Sorong yang aktif kembali pada Kala Oligosen
(Simandjuntak, dkk., 1983). Sesar naik ditemukan di
daerah Wawo sebelah Barat Tampakura dan di
Tanjung Labuandala di Selatan Lasolo, yaitu
beranjaknya Batuan Ofiolit ke atas Batuan Malihan
Mekonga, Formasi Meluhu, dan Formasi Matano.

Nikel Laterit
Laterit menurut Evans (1993) adalah produk
sisa dari pelapukan kimia batuan di permukaan bumi,
dimana berbagai mineral asli atau primer mengalami
ketidakstabilan karena adanya air kemudian larut atau
pecah dan membentuk mineral baru yang lebih stabil.
Gambar 2.1 Generalisasi Profil Laterit (Elias, 2002)
Laterit penting sebagai induk untuk endapan bijih
ekonomis. Contoh terkenal dari endapan bijih laterit Konsep Blok Model
yaitu bauksit dan endapan bijih besi. Pembuatan basis data komposit bertujuan
Boldt (1967), menyatakan bahwa proses untuk menyamakan selang (interval) data sehingga
pelapukan dimulai pada batuan ultrabasa (peridotit, mempunyai volume (support) yang sama. Komposit
dunit, serpentin), di mana pada batuan ini banyak merupakan rataan berbobot data pada selang tertentu.
mengandung mineral olivin, magnesium silikat, dan Basis data komposit untuk permodelan sumberdaya
besi silikat yang pada umumnya banyak mengandung mineral mempunyai peubah-peubah yang hampir
0,30 % nikel. Batuan tersebut sangat mudah sama dengan basis data assay. Permodelan dan
dipengaruhi oleh pelapukan lateritik. Air tanah yang penaksiran sumberdaya mineral secara komputer
kaya akan CO2 berasal dari udara luar dan tumbuh– didasarkan pada kerangka model blok. Ukuran blok
tumbuhan akan menghancurkan olivin. Terjadi merupakan fungsi geometri mineralisasi di daerah
penguraian olivin, magnesium, besi, nikel dan silika telitian dan sistem penambangan yang akan
ke dalam larutan, cenderung untuk membentuk digunakan. (Purnomo, 2018)
suspensi koloid dari partikel–partikel silika yang Peubah (variable) yang diperlukan untuk
submikroskopis. Di dalam larutan besi akan permodelan yaitu topografi daerah penelitian (topo),
bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai informasi geologi, kadar mineral, jenis batuan (rock),
ferri hidroksida. Akhirnya endapan ini akan massa jenis (density), persentase blok sebagai bagian
menghilangkan air dengan membentuk mineral– bijih (%ore), tonase setiap blok, jumlah minimum
mineral karat, yaitu hematit dan kobalt dalam jumlah komposit (Agus Haris, 2005)
kecil, jadi besi oksida mengendap dekat dengan
Metode Invers Distance Weighting (IDW)
permukaan tanah.

3
Metode ini merupakan suatu cara penaksiran 2. Analisis dan uji laboratorium dilakukan di
yang telah memperhitungkan adanya hubungan letak Laboratorium Sucofindo untuk menunjang
ruang, (jarak), merupakan kombinasi linier atau harga data-data lapangan yang akan menjadi data
rata-rata tertimbang (weighting average) dari titik-titik
assay pada pengolahan data. Hasil
data yang ada di sekitarnya. Metode ini menggunakan
laboratorium terdiri atas beberapa
cara penaksiran di mana harga rata-rata suatu blok
parameter yakni Ni, Fe, Co, SiO2, MgO,
merupakan kombinasi linier atau harga rata-rata
CaO, Al2O3, MnO2, Cr2O3, TiO2,
berbobot (wieghted average) dari data lubang bor di
sekitar blok tersebut. Data di dekat blok memperoleh Fe2O3, Na2O, P dan S. Namun dalam

bobot lebih besar, sedangkan data yang jauh dari blok penelitian ini, ruang lingkup parameter yang

bobotnya lebih kecil. Bobot ini berbanding terbalik digunakan adalah Ni.

dengan jarak data dari blok yang ditaksir. Untuk 3. Analisis data menggunakan data assay, collar,

mendapatkan efek penghalusan (pemerataan) data survei, dan litologi. Data tersebut kemudian

dilakukan faktor pangkat. diolah untuk membuat database, kemudian


dilanjutkan membuat file DTM, membuat
model tiga dimensi, dan membuat batasan blok
model (constrain), kemudian dihasilkan
perhitungan volume estimasi sumberdaya Ni.

4. Hasil dan Pembahasan


Batuan Ultrabasa Daerah Penelitian
Adapun batuan ultrabasa yang menyusun
Gambar 2.2 Contoh Dimensi Hasil Penaksiran Dengan daerah peneltian adalah batuan ultrabasa jenis dunit.
Model Blok (Agus Haris, 2005) Pengamatan secara megaskopis ditentukan secara
langsung terhadap sifat fisik dan komposisi mineral
3. Metode Penelitian
yang bisa diamati oleh mata.
Metode dalam penelitian ini menggunakan
Kenampakan megaskopis dunit memiliki ciri
metode penelitian lapangan, metode analisis
fisik berwarna hitam dalam keadaan segar dan coklat
laboratorium, dan analisis data
dalam keadaan lapuk. Kristalinitas batuan ini adalah
1. Metode pengambilan data lapangan, yang holokristalin, granularitas berupa faneritik, bentuk
meliputi : mineral euhedral – anhedral.
a) Data primer yang digunakan berupa data Kenampakan mikroskopis dari litologi
bor (data logging), Data Survey collar dengan kode sayatan CJ/01/22 memperlihatkan warna
pengeboran, dan Data survey topografi absorpsi tidak berwarna, warna interferensi abu-abu

b) Data sekunder yang diperlukan meliputi kekuningan, kristalinitas holokristalin, granularitas


faneritik, relasi equigranular, bentuk mineral euhedral
data geologi regional daerah penelitian
– anhedral, ukuran mineral 0,03 mm – 4,25 mm,
dan data geokimia hasil
komposisi mineral penyusun dari batuan ini ini
pengeboran/eksplorasi menggunakan
adalah, Olivin (70 – 95 %) dan Serpentin (5 – 30 %).
metode X-Ray Fluorescence (XRF).
Memiliki struktur masif . Berdasarkan ciri fisik

4
tersebut, maka batuan ini dinamakan Dunit batuan ultramafik terisi oleh mineral serpentin dan
(Streckeisen, 1976). silika dengan lebar sekitar 1 cm sampai 2 cm.

Gambar 4.3 Analisis data kekar stasiun W4(1)


menggunakan stereonet

Gambar 4.1 Singkapan Dunit pada daerah penelitian difoto Gambar 4.4 Kekar non-sistematik daerah penyelidikan

ke arah N185°E
Pada stasiun W4(1) dengan litologi dunit,
dilakukan pengukuran data kekar non sistematis
sebanyak 44 data. Berdasarkan analisis data stereonet,
diketahui bahwa nilai dari tegasan utama σ2 N 260/10
O O
E, tegasan utama minimum σ1 N 70/75 E, dan
O
tegasan utama maksimum σ3 N 175/5 E.

Gambar 4.2 Pengamatan petrografi dunit pada daerah


penelitian dengan kode sampel PM/UB/01 yang
memperlihatkan mineral Olivin (Ol) dan mineral Serpentin
(Srp), difoto dengan perbesaran 50X.
Gambar 4.5 Analisis data kekar stasiun W4(2)
menggunakan stereonet
Struktur Daerah Penelitian
Struktur geologi yang umum dijumpai pada
daerah penyelidikan adalah kekar dan rekahan.
Berdasarkan bentuknya, kekar yang dijumpai
termasuk ke dalam kekar Blokmatik (kekar yang
teratur) dan non-sistematik (kekar yang tidak teratur),
biasanya melengkung dapat saling bertemu atau
bersilangan di antara kekar. Struktur kekar pada

5
laterit dijumpai kelimpahan unsur-unsur
tersebut sedangkan unsur Fe bersifat non
mobile dan lebih terkayakan di zona
Gambar 4.6 Kekar sistematik daerah penyelidikan limonit, secara vertikal dari permukaan ke

Pada stasiun W4(2) dengan litologi dunit, bawah permukaan dijumpai sedikit atau
dilakukan pengukuran data kekar sistematis sebanyak berkurang kelimpahan unsurnya.
36 data. Berdasarkan analisis data stereonet, diketahui 2. Berdasarkan dari hasil geokimia
bahwa nilai dari tegasan utama σ 2 N 335/10° E, menunjukkan bahwa unsur Fe pada daerah
tegasan utama minimum σ1 N 75/70° E, dan tegasan penelitian mengalami enrichment pada
utama maksimum σ3 N 255/5° E. zona limonit dengan kadar 49,13% -
Titik Pengeboran 52,55%. Unsur Fe yang memiliki
Sebaran titik bor pada blok X PT. Cinta Jaya keterdapatan yang melimpah dikarenakan
berjumlah 17 Titik bor dengan spasi 100 m x 100 m. dari jenis laterit yang berkembang dan
dari hasil pengeboran tersebut akan diperoleh didukung oleh batuan serpentinit dan
beberapa data antara lain data nilai kadar Ni, data batuan yang telah mengalami proses
kedalaman lubang bor, data collar dan data litologi
serpentinisasi sedang hingga tinggi. Proses
(Overburden, ore dan bedrock).
serpentinisasi mengakibatkan pertambahan
mineral-mineral magnetit pada batuan.

Daftar Pustaka

Ahmad, W. 2002. Nickel Laterites-A Short


Course : Chemistry, Mineralogy,
and Formation of Nickel Laterites.
PT. Inco (tidak diterbitkan)

Gambar 4.7 Peta Sebaran Titik Bor pada Blok X PT. Cinta Ahmad, W. 2006. Laterite : Mine Geology at PT.
Jaya
International Nickel Indonesia.
Sorowako, South Sulawesi: PT.
International Nickel Indonesia.
(tidak diterbitkan)
Bemmelen Van, R.W. 1949. The Geology of
Kesimpulan Indonesia. Martinus Nyhoff,
Berdasarkan hasil penelitian pada daerah Netherland: The Haque.

Belambus Kecamatan Pulau Sebuku Kabupaten Burger, P. A., 1996. Origins and Characteristic
of Lateritic Deposit. Proseding
Kota Baru Provinsi Kalimantan Selatan, maka
nickel’96 PP 179 – 183 the
dapat disimpulkan bahwa : australisian institute of mining and
1. Karakteristik unsur Ca, Mg dan Si bersifat metallurgy. Meulbourne.

high mobile sehingga sangat mudah larut Darijanto, T. 1986. Skema Pembentukan
Endapan Nikel Laterit. Bandung.
dalam proses laterisasi, secara vertikal dari
permukaan ke bawah permukaan profil

6
Divisi Eksplorasi dan Geology Development, PT Hekinian, R. 1982. Petrology of the Ocean
Sebuku Iron Lateritic Ores. 2013. Floor. Elsevier Scientific Publishing
Laporan Pemetaan Geologi Pulau Company Inc.
Sebuku, Kalimantan Selatan (Tidak
Kadarusman, A., 2009, Ultramafic Rocks
diterbitkan).
Occurences in Eastern Indonesia
Elias, M. 2005. Nickel Laterite Deposits- and their Geological Setting, The
Geological Overview. Resources 38th IAGI Annual Convention and
and Exploitation, Centre for Ore Exhibition, 8 h
Deposit Research, University of
Li, Z. A., dan Lee, C. A. 2006. Geochemical
Tasmaniah. 205-220
Investigation of Serpentinized
Elias, M., 2002, Nickel Laterite Deposits Oceanic Lithospheric Mantle in the
Geological Overview, Resources Feather River Ophiolite, California:
and Exploration, Australia; CSA Implications for the Recycling Rate
Australia. of Water by Subduction. Journal of
Chemical Geology, h. 161-185
Escartin, J., dan Cannat, M. 1999. Ultramafic
exposures and the gravity signature Maffione, M., Morris, A., Plumper, O., van
of the lithosphere near the Fifteen- Hinsbergen, D.J.J.. 2014. Magnetic
Twenty Fracture Zone (Mid Atlantic Properties of Variably Serpentinized
Ridge, 14–16.5 N), Earth and peridotites and their Implication
Planetary Science Letter, vol:171 For The Evolution of Oceanic Core
i:3 p:411- 424, Elsevier. Complexes. Geochem. Geophys.
Geosyst., 15, 923–944, doi:
Ferrand, T. 2019. Neither antigorite nor its
10.1002/2013GC004993.
dehydration is “metastable”.
American Mineralogist, 104(6), McDonough, W. F., dan Rudnick, R. L. 1998.
788-790. Mineralogy and Composition of the
https://doi.org/10.2138/am-2019- Upper Mantle, Ultrahigh-Pressure
6957. Mineralogy: Physics and Chemistry
of the Earth’s Deep Interior.
Gill, R. 2010. Igneous Rocks and Processes: a
Mineralogical Society of America,
Practical Guide. WileyBlackwell:
h. 139-164.
United Kingdom.
Moeskops, P.G. 1977. Serpentine minerals from
Guilbert, J. M., Park, C. F., 1986, The Geology
two areas of the Western Australian
of Ore Deposits, W.H. Freeman and
nickel belt, Mineralogical
Company, New York.
Magazine, Vol. 41.
Gleeson, A.S., Butt, M.R.C., Elias, M. 2003.
Nurhakim, Untung, D., Romla, N.H., dan Adip,
Nickel Laterites: A Review. SEG:
M. 2011. Identifikasi Potensi
Society of Economic Geologist
Endapan Bijih Besi Laterit di
Newsletter, No. 54.
Bagian Tengah Pulau Sebuku,
Goligthly, P.J. (1979). Nikeliferous Laterite: A Provinsi Kalimantan, Info Teknik,
General Description. International vol. 12 No 2.
Laterite Symposium. Canada: Inco
O'Dunn, S. dan Sill, W.D. 1986. Exploring
Metals Company
Geology: Introductory Laboratory.
Hall, R. 2014. The origin of Sundaland, Journal Activities, A Peek Publication
of Asian Earth Sciences. 1- 28.
Rustandi E., Nila E.S., dan Sanyoto P. 1986.
Laporan Geologi Lembar Kotabaru
Kalimantan Selatan Skala 1:

7
250.000, Pusat Survei Geologi,
Bandung, hlm 3-7.

Rustandi, E., Nila, E.S., Sanyoto, P. dan


Margono, U. 1995. Laporan
Geologi Lembar Kotabaru,
Kalimantan Selatan Skala
1:250.000.

Rollinson, H., 1983, The Geochemistry of Mafic


and Ultramafic Rocks from the
Archaean Greenstone Belts of
Sierra Leone, Mineralogical
Magazine, vol. 47, h. 267-280.

Simandjuntak, T.O dkk., 1993, Dkk. 1997.


Geologi Lembar Kolaka, Sulawesi.
Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Geologi. Bandung

Streckeisen, A. 1976. To each plutonic rock its


proper name: Earth Science
Reviews, v. 12, p. 1–33. Resources
of South East Asia. Jakarta.

Wakita, K. 2000. Cretaceous accretionary–


collision complexes in central
Indonesia, Journal of Asian Earth
Sciences. 739–749.

Whittaker, E. J. W. dan Zussman, J. 1956. The


characterization of serpentine
minerals by X-ray diffraction,
Mineralog. Mag., v. 31, p. 107- 126.

Winter, J.D. 2001. An Introduction to Igneous


and Metamorphic Petrology.
Prentice-Hall Inc., New Jersey.

8
LAMPIRAN 1
PETA SEBARAN TITIK BOR

9
LAMPIRAN 2
PETA SEBARAN UNSUR FE

10

You might also like