Professional Documents
Culture Documents
Sensor Dan Pengkondisi Sinyal 1
Sensor Dan Pengkondisi Sinyal 1
Oleh
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Elektro Penyusun
Mengetahui/mengesahkan
Pembantu Direktur Bidang Akademik,
Politeknik Negeri Lhokseumawe
i
HALAMAN PENGESAHAN REVIEWER
Jobsheet praktikum Sensor dan Pengkondisi Sinyal dalam mata kuliah Laboratorium
Telemetri (MKK461410), yang disusun oleh:
Telah memenuhi syarat-syarat penulisan jobsheet yang dibiayai dengan sumber dana
DIPA Politeknik Negeri Lhokseumawe Tahun Anggaran 2020
Reviewer:
Mengetahui, Menyetujui,
Kepala Pusat Pengembangan Ketua Departemen Pendidikan dan
Pembelajaran dan Penjaminan Mutu Pengambangan Pembelajaran
ii
LABORATORIUM: TELEMETRI
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
PENGUJIAN: 1. SENSOR DAN PENGKONDISI SINYAL
I. Capaian Praktikum/Kompetensi
Memahami fungsi sensor suhu dalam Sistem Telemetri
Memahami prinsip pengkondisian sinyal sebagai bagian akuisisi data dalam
sistem telemetri
III. Teori
A. Komponen Sistem Telemetri
Sebuah sistem telemetri sering dipandang sebagai dua komponen utama, yaitu
stasiun ukur dan stasiun pantau dan kendali. Tetapi keadaan yang sebenarnya ke dua
bagian dapat berada di udara atau dibumi. Saat ini banyak sistem telemetri yang dibuat
berupa produk-produk komersil. Masing-masing secara uniknya dibuat untuk
mendapatkan kebutuhan aplikasi yang khusus. Tetapi semuanya mempunyai banyak
elemen yang umum digunakan. Gambar 1.1 menunjukkan konfigurasi sistem telemetri
secara umum. Sistem akuisisi terdiri dari Alat Ukur, pengkondisi sinyal dan ADC
(Analog to Digital Converter).
sens Tampilan
Kompute
or r
Stasi Stasi
un un
Ukur Kend
ali
2
Amplifier Membalik (Inverting Amplifier)
Amplifier membalik merupakan salah satu amplifier untuk pengubahan level
sinyal. Rangkaian untuk amplifier inverting ditunjukkan pada gambar 3.4. Penting
untuk diperhatikan bahwa impedansi input dari rangkaian ini pada dasarnya sama
dengan R1, yaitu tahanan input. Pada umumnya, tahanan ini tidak besar, dan karena itu
impedansi input tidak besar.
Secara ideal bila op-amp digunakan sebagai amplifier inverting, maka resistor
R2 digunakan untuk umpan balik output ke input inverting dari op-amp dan R1
menghubungkan tegangan input Vin dengan titik yang sama ini. Hubungan bersama
disebut titik penjumlahan (summing point). Dapat dilihat bahwa dengan tanpa
umpanbalik dan (+) digroundkan, Vin>0 menjadikan output saturasi negatif, sedangkan
Vin<0 menjadikan output saturasi positif (Johnson, 1997). Gambar 1.3 adalah amplifier
inverting dengan gain R2/R1 yang digeser 1800 dalam fase (terbalik) dari input. Alat ini
juga merupakan attenuator dengan menjadikan R2 < R1.
3
Gambar 1.4 Amplifier Tidak Membalik
Meskipun tegangan sensor suhu LM35 ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi
yang diberikan ke sensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu
daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60 µA
4
hal ini berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-heating) dari
sensor yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan yang rendah yaitu kurang dari
0,5 ºC pada suhu 25 ºC .
E. Multiplexer
Multiplexer merupakan rangkaian elektronika yang berfungsi untuk memilih
salah satu diantara banyak masukan menjadi satu keluaran. Jumlah bit dari bagian
pemilih (selector) menentukan banyaknya jalur masukan yang bisa diterima. Dengan
ketentuan adalah
I = 2s (1.3)
Dimana:
I : Banyaknya jalur masukan yang bisa diterima
s : Jumlah bit dari selector atau jumlah jalur pemilih
5
sistem komputer dalam pengukuran membutuhkan konversi sinyal analog ke digital
(ADC). Konversi sinyal analog biasanya membutuhkan penyesuaian pengukuran sinyal
analog untuk disesuaikan dengan masukan, sehingga membutuhkan ADC.
Contoh: sebuah sensor menyediakan sinyal suatu perubahan tegangan dari 30 -
80 mV. ADC diterapkan untuk menghasilkan tegangan antara 0-5 volt. Rangkaian
konversi sinyal dapat dikembangkan untuk interface keluaran pada masukan ADC yang
dibutuhkan
ADC adalah pengubah dari isyarat analog (dari pengukuran) ke isyarat digital
Fungsi transfer dari ADC dapat diekspresikan seperti berikut:
Vin VR [b1 2 1 b2 2 2 bn 2 n ] (1.4)
dimana
Vin = tegangan analog input
VR = tegangan referensi
b1 , b2 ,bn = keluaran digital n bit
Contoh: misalnya keluaran ADC adalah berupa biner 10000000 dan tegangan referensi
ADC sebesar 5V, maka tegangan input ADC dapat diketahui dengan menggunakan
persamaan 1.1
Vin 5V [1* 21 0 * 22 0 * 23 0 * 24 0 * 25 0 * 26 0 * 27 0 * 28 ]
Vin 5V [1 * 21 ]
6
dibuat manusia (Human-made) tidak akan pernah bisa menyamai kondisi dunia-nyata.
Keluaran ADC akan dikirimkan ke mikrokontroller atau komputer. Pada praktikum ini
menggunakan ADC0804, yaitu ADC 8 bit dengan eror 1 bit LSB.
IV. Alat/Bahan
1. Komputer PC
2. Sensor LM 35
3. Modul Penguat Op-Amp
4. Modul ADC
V. Prosedur Praktikum
1. Buatlah rangkaian seperti gambar 1.7
2. Upload proram ke mikrokontroler dan jalankan sistem
3. Lakukan perubahan pengukuran suhu pada sensor sesuai dengan tabel 1.1
4. Catat data yang terukur seperti pada tabel 1.1
D1
U1 +12V R3
1 360 +2.50
Volts
LED-RED
D2
U2:A RV2
50.0
8
2
R1 3 U3 U4 LED-RED
68%
VOUT
1 13 3 1k 1 20 RN1 D3
10k X0 X CS VCC
2 14 2 18 1 16
X1 RD RD DB0(LSB)
15 3 17 2 15
X2 WR WR DB1
3 LM35 +0.50 12 4 16 3 14 LED-RED
X3 CLK IN DB2 D4
4
+2.52 1 5 15 4 13
80%
void main(void)
{
7
PORTA=0x00;
DDRA=0x00;
PORTB=0x00;
DDRB=0x00;
PORTC=0x00;
DDRC=0x00;
PORTD=0x00;
DDRD=0x03;
while (1)
{
// Place your code here
PIND.0 =1; //SET WR
PIND.1=1; //SET RD
delay_ms(150);
PIND.0 =0; //CLEAR WR
delay_ms(150);
PIND.0 =1; //SET WR
if(PIND.2==1) //BILA ADA INTERUPSI
{
PIND.1=0; //MAKA CLEAR RD
}
delay_ms(150);
}
}
8
VII. Analisa dan Kesimpulan
Analisa
9
Kesimpulan
10