Professional Documents
Culture Documents
Artikel Ilmu Bahan Listrik Riski Halim
Artikel Ilmu Bahan Listrik Riski Halim
Riski Halim
Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan
A.PENDAHULUAN
Kobalt adalah unsur kimia dengan simbol Co dan nomor atom 27. Seperti
halnya nikel, kobalt ditemukan di kerak bumi hanya dalam bentuk gabungan
kimiawi, kecuali deposit kecil yang ditemukan dalam paduan besi meteorik alami.
Unsur bebas, yang dihasilkan oleh peleburan reduktif, adalah logam abu-abu perak
yang keras, berkilau.
Pigmen biru berbahan dasar kobalt (biru kobalt) telah digunakan sejak
zaman kuno untuk perhiasan dan cat, dan untuk memberikan warna biru yang khas
pada kaca, tetapi warna tersebut untuk waktu yang lama dianggap disebabkan oleh
bismut logam yang dikenal. Para penambang telah lama menggunakan nama bijih
Ilmu Bahan Listrik
kobold (bahasa Jerman untuk bijih goblin) untuk beberapa mineral penghasil
pigmen biru; mereka dinamai demikian karena miskin logam yang diketahui, dan
mengeluarkan asap yang mengandung arsenik beracun saat dilebur. Pada 1735,
bijih semacam itu ditemukan dapat direduksi menjadi logam baru (yang pertama
kali ditemukan sejak zaman kuno), dan ini akhirnya dinamai kobold.
Saat ini, beberapa kobalt diproduksi secara khusus dari salah satu dari
sejumlah bijih berkilau logam, seperti kobaltit (CoAsS). Namun, unsur tersebut
lebih sering diproduksi sebagai produk sampingan dari penambangan tembaga dan
nikel. Copperbelt di Republik Demokratik Kongo (DRC) dan Zambia
menghasilkan sebagian besar produksi kobalt global. Produksi dunia pada tahun
2016 adalah 116.000 ton (114.000 ton panjang; 128.000 ton pendek) (menurut
Sumber Daya Alam Kanada), dan RDK sendiri menyumbang lebih dari 50%.[4]
Cobalt adalah pusat aktif dari kelompok koenzim yang disebut kobalamin.
Vitamin B12, contoh paling terkenal dari jenisnya, adalah vitamin esensial untuk
semua hewan. Kobalt dalam bentuk anorganik juga merupakan mikronutrien untuk
bakteri, alga, dan jamur
Ilmu Bahan Listrik
B.KAJIAN PUSTAKA
1.HAKIKAT COBALT
A. Struktur Atom
Struktur kristal ; susunan padat heksagon (hcp)
Riski Halim
Ilmu Bahan Listrik
Riski Halim
Ilmu Bahan Listrik
B.Mobil Listrik
Mobil listrik pertama dan satu-satunya GM yang saat ini sudah dijual,
Chevrolet Bolt menggunakan baterai dengan kimiawi katoda NMC. Baterai
Ultium, menurut GM, akan berbeda dengan baterai yang saat ini digunakan
pada Chevrolet Bolt karena adanya tambahan alumunium di dalam kandungan
kimiawi katodanya, sehingga unsur pembentuknya menjadi nikel-mangan-
kobalt-alumunium (NMCA).
ditemukan di seluruh dunia saat ini (sekitar 3,6 juta metrik ton). Meski
demikian, kondisi geopolitik yang tidak stabil di dalam pemerintahan Kongo
mengancam terhambatnya suplai kobalt dari Kongo ke luar negeri, termasuk
Amerika Serikat.
Riski Halim
Ilmu Bahan Listrik
Pada Gambar 3 serbuk katoda baterai NCM yang dikalsinasi menggunakan furnace.
Serbuk katoda baterai NCM sesudah dikalsinasi memiliki warna hitam pekat namun agak
mengkilap bila terkena cahaya. Struktur serbuknya lebih halus dibandingkan dengan
serbuk katoda sebelum dikalsinasi. Setelah dikalsinasi massa dari serbuk katoda baterai
NCM berkurang 1 gram sehingga hasil massanya menjadi 4 gram. Menurut Irwin (2011)
pengurangan massa terjadi karena hilangnya karobon dioksida akibat dari proses
kalsinasi.
Pada Gambar 4 serbuk anoda baterai ZnC yang dikalsinasi menggunakan furnace.
Serbuk anoda baterai ZnC sesudah dikalsinasi memiliki warna coklat agak terang.
Perubahan warna diakibatkan karena MnO2, ZnCl2, NHCl, dan karbon hitam
terdekomposisi menjadi ZnMn2O4 (hetaerolite) yang pada umumnya berwarna cokelat.
Struktur serbuknya lebih halus dan lebih kering dibandingkan dengan serbuk anoda
sebelum dikalsinasi. Setelah dikalsinasi massa dari serbuk anoda baterai ZnC berkurang
2,2 gram sehingga hasil massanya menjadi 2,8 gram. Menurut Irwin (2011) pengurangan
massa terjadi karena hilangnya karobon dioksida dan H2O akibat dari proses kalsinasi.
Kalsinasi adalah pemanasan hingga mencapai suhu tertinggi tanpa terjadi pelelehan.
Kalsinasi juga dapat disebut sebagai dekomposisi termal (KBBI, 2021). Walaupun
dipanaskan dengan temperatur tinggi, panas dari proses kalsinasi masih tetap di bawah
titik lebur dan menghilangkan kandungan air, karbon dioksida, dan gas lain yang dapat
Riski Halim
Ilmu Bahan Listrik
menguap. Proses kalsinasi juga dapat mengubah fasa tertentu pada suatu sampel (Ahmad,
2019).
Gambar 5. Grafik perbandingan waktu kalsinasi katoda baterai NCM pada suhu 900˚C
dengan
waktu (a) 2 jam, (b) 1,5 jam, (c) 1 jam, dan (d) 15 menit.
Riski Halim
Ilmu Bahan Listrik
Tabel 1. Perbandingan puncak intensitas variasi waktu kalsinasi katoda baterai NCM
pada suhu 900 oC.
Pada penelitian ini, dapat dilihat Tabel 1 semakin lama waktu kalsinasi pada suhu 900 ˚C
maka perubahan intensitas puncak mangan dan nikel semakin kecil. Menurut penelitian
Soraya (2019) semakin lama waktu dan semakin tinggi suhu kalsinasi maka nilai
intensitas pada puncak mangan dan nikel semakin kecil. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa lebih banyak terjadi reduksi logam transisi pada material NCM saat proses
kalsinasi. Semakin tinggi reduksi logam dapat diindikasi semakin kecilnya rasio
intensitas puncak mangan dan nikel pada hasil kalsinasi baterai NCM. Dapat dikatakan
bahwa hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan
pada penelitian sebelumnya.
Riski Halim
Ilmu Bahan Listrik
Gambar 6. Grafik perbandingan suhu kalsinasi katoda baterai NCM pada waktu 2 jam,
(a) non kalsinasi, (b) suhu 300 ˚C, (c) suhu 500 ˚C, (d) suhu 700 ˚C, dan (e) suhu 900˚C.
Perbandingan suhu kalsinasi katoda baterai NCM pada waktu 2 jam dapat dilihat pada
Gambar 6. Sebanyak 5 gram sampel dimasukkan dalam furnace dan dikalsinasi dengan
suhu 300 ˚C, 500 ˚C, 700 ˚C, dan 900 ˚C kemudian ditahan selama waktu 2 jam.
Gambar tersebut menunjukkan bahwa puncak difraksi material NCM masih terbentuk,
tetapi terjadi perubahan karakteristik pada material yang disebabkan oleh suhu dan waktu
pada proses pemanasan dimana ada perubahan intensitas pada puncak mangan dan nikel.
Tabel 2. Perbandingan puncak intensitas variasi suhu kalsinasi katoda baterai NCM pada
waktu 2 jam.
Pada penelitian ini, dapat dilihat Tabel 2 semakin tinggi suhu kalsinasi maka perubahan
intensitas puncak mangan dan nikel semakin kecil. Namun, terjadi kenaikan intensitas
puncak pada suhu 500 ˚C dan 700 ˚C. Pada kalsinasi suhu 300 ˚C dan 900 ˚C memiliki
intensitas puncak lebih kecil dari kalsinasi suhu 500 ˚C dan 700 ˚C.
Menurut penelitian Soraya (2019) semakin lama waktu dan semakin tinggi suhu
kalsinasi maka nilai intensitas pada puncak mangan dan nikel semakin kecil. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa lebih banyak terjadi reduksi logam transisi pada material NCM
saat proses kalsinasi. Semakin tinggi reduksi logam dapat diindikasi semakin kecilnya
rasio intensitas puncak mangan dan nikel pada hasil kalsinasi baterai NCM. Dengan
semakin kecilnya nilai intensitas maka akan semakin efisien proses leaching yang
digunakan dalam recycling baterai.
Berdasarkan Gambar 5 dan Gambar 6 puncak
2θ pada nikel 44.40˚, mangan 18,54˚, kobalt 38,55˚, 44,76˚, 58,69˚, 64,30˚, dan 68,62˚.
Berdasarkan gambar tersebut semakin lama waktu kalsinasi dan semakin tinggi suhu
Riski Halim
Ilmu Bahan Listrik
kalsinasi maka nilai intensitas pada puncak mangan dan nikel semakin kecil. Sehingga
hasil terbaik diperoleh untuk proses kalsinasi pada suhu 900 ˚C dengan waktu 2 jam
dimana diperoleh hasil rasio intensitas puncak mangan dan nikel paling kecil diantara
hasil kalsinasi sampel yang lainnya.
Gambar 7. Grafik perbandingan waktu kalsinasi anoda baterai ZnC pada suhu 900 ˚C
dengan waktu (a) 2 jam, (b) 1,5 jam, (c) 1 jam, dan (d) 15 menit.
Perbandingan waktu kalsinasi anoda baterai ZnC pada suhu 900 ˚C dapat dilihat pada
Gambar 7. Sebanyak 5 gram sampel dimasukkan dalam furnace dan dikalsinasi dengan
suhu 900 ˚C kemudian ditahan masing masing selama 2 jam, 1,5 jam, 1 jam, dan 15
menit. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa semakin lama waktu kalsinasi maka
perubahan intensitas puncak semakin kecil. Namun terjadi kenaikan intensitas puncak
pada waktu 1 jam. Puncak intensitas dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perbandingan puncak intensitas variasi waktu kalsinasi anoda baterai ZnC pada
suhu 900 oC.
Riski Halim
Ilmu Bahan Listrik
Gambar 7 menunjukkan bahwa puncak difraksi material ZnC masih terbentuk, tetapi
terjadi perubahan karakteristik pada material yang disebabkan oleh suhu dan waktu pada
proses pemanasan dimana ada penambahan puncak intensitas karbon pada waktu 1 jam
dan mengalami peleburan pada waktu 1,5 jam. Penambahan puncak intensitas mangan
pada kalsinasi waktu 1,5 jam dan mengalami peleburan pada waktu 2 jam yang dapat
dilihat pada Tabel 3. Menurut penelitian Soraya (2019) hal tersebut diakibatkan
terjadinya perubahan struktur heksagonal pada material anoda baterai ZnC yang pada
awalnya tersusun teratur dimungkinkan menjadi acak setelah kalsinasi.
Riski Halim
Ilmu Bahan Listrik
Gambar 8. Grafik perbandingan suhu kalsinasi anoda baterai ZnC pada waktu 2 jam (a)
non
kalsinasi, (b) suhu 300 ˚C, (c) suhu 500 ˚C, (d) suhu 700 ˚C, dan (e) suhu 900 ˚C.
Perbandingan suhu kalsinasi anoda baterai ZnC pada waktu 2 jam dapat dilihat pada
Gambar 8. Sebanyak 5 gram sampel dimasukkan dalam furnace dan dikalsinasi dengan
suhu 300 ˚C, 500 ˚C. 700 ˚C, dan 900 ˚C kemudian ditahan pada waktu 2 jam. Pada
penelitian ini dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu kalsinasi maka perubahan
intensitas puncak semakin besar.
Gambar tersebut menunjukkan bahwa puncak difraksi material ZnC masih terbentuk,
tetapi terjadi perubahan karakteristik pada material yang disebabkan oleh suhu dan waktu
pada proses pemanasan dimana ada penambahan puncak theoparastite pada suhu 300 ˚C
dan mengalami peleburan pada suhu 500 ˚C. Puncak intensitas zinc pada anoda baterai
ZnC non kalsinasi mengalami peleburan setelah dilakukan kalsinasi. Menurut penelitian
Soraya (2019) hal tersebut diakibatkan terjadinya perubahan struktur heksagonal pada
material anoda baterai ZnC yang pada awalnya tersusun teratur dimungkinkan menjadi
acak setelah kalsinasi. Puncak intensitas dapat dilihat pada Tabel 4.
Riski Halim
Ilmu Bahan Listrik
Tabel 4. Perbandingan puncak intensitas variasi suhu kalsinasi anoda baterai ZnC pada
waktu 2 jam.
Riski Halim
Ilmu Bahan Listrik
C.KESIMPULAN
Kesimpulan pada artikel yang saya buat ini ialah Kobalt adalah suatu unsur
kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Co dan nomor atom 27.
Elemen ini biasanya hanya ditemukan dalam bentuk campuran di alam.
Elemen bebasnya, diproduksi dari peleburan reduktif, adalah logam berwarna abu-
abu perak yang keras dan berkilau. Kobalt banyak ditemukan di Kalimantan dan
Sulawesi. Kobalt menjadi salah satu bahan dasar pembuatan baterai untuk
kendaraan listrik dan alat-alat berbasis elektronik lainnya.
Cobalt adalah logam feromagnetik dengan berat jenis 8,9. Temperatur Curie
adalah 1.115 °C (2.039 °F) dan momen magnetnya adalah 1,6–1,7 Bohr magneton
per atom. Cobalt memiliki permeabilitas relatif dua pertiga dari besi. Metalik
kobalt terjadi sebagai dua struktur kristalografi: hcp dan fcc. Suhu transisi ideal
antara struktur hcp dan fcc adalah 450 °C (842 °F), tetapi dalam praktiknya
perbedaan energi di antara keduanya sangat kecil sehingga persilangan acak
keduanya biasa terjadi.
Senyawa kobalt telah digunakan selama berabad-abad untuk memberi warna
biru yang kaya pada kaca, glasir, dan keramik. Cobalt telah terdeteksi di patung
Mesir, perhiasan Persia dari milenium ketiga SM, di reruntuhan Pompeii, hancur
pada 79 M, dan di Cina, berasal dari Dinasti Tang (618–907 M) dan Dinasti Ming
(1368–1644). IKLAN).
Kobalt telah digunakan untuk mewarnai kaca sejak Zaman Perunggu.
Penggalian kapal karam Uluburun menghasilkan bongkahan kaca biru, yang
dicetak pada abad ke-14 SM.] Kaca biru dari Mesir diwarnai dengan tembaga,
besi, atau kobalt. Kaca berwarna kobalt tertua berasal dari dinasti kedelapan belas
Mesir (1550–1292 SM). Sumber kobalt yang digunakan orang Mesir tidak
diketahui.
Kata kobalt berasal dari kobalt Jerman, dari kobold yang berarti "goblin",
istilah takhayul yang digunakan untuk bijih kobalt oleh penambang. Upaya
pertama untuk melebur bijih tersebut untuk tembaga atau perak gagal, hanya
menghasilkan bubuk (kobalt(II) oksida). Karena bijih utama kobalt selalu
mengandung arsenik, peleburan bijih mengoksidasi arsenik menjadi oksida arsenik
yang sangat beracun dan mudah menguap, menambah ketenaran bijih tersebut.
Riski Halim
Ilmu Bahan Listrik
Riski Halim
Ilmu Bahan Listrik
DAFTAR PUSTAKA
References
Agisna Nursita, 1. W. (2021). Pengaruh Waktu dan Suhu (Agisna Nursita, Wipsar
Sunu Brams Dwandaru). Pengaruh Waktu dan Suhu Pada Proses Kalsinasi
Terhadap Intensitas Bagian Katoda Baterai Nickel Cobalt Manganese Dan
Anoda Baterai Zinc Carbon Berdasarkan Uji X-Ray Diffraction, 2-6.
Cobalt. (n.d.). Retrieved 11 29, 2022, from periodic-table: https://id.periodic-
table.io/element-26
Peran-Kobalt-dalam-Industri-Mobil-Listrik-Ultium-Dunia. (n.d.). Retrieved 11 29,
2022, from Kobalt: https://duniatambang.co.id/Berita/read/1231/Peran-
Kobalt-dalam-Industri-Mobil-Listrik-Ultium-Dunia
Wikipedia. (n.d.). Cobalt. Retrieved 11 29, 2022, from Wikipedia:
https://en.wikipedia.org/wiki/Cobalt
Riski Halim