Fisika Tanah: Bahan Ajar

You might also like

You are on page 1of 47

BAHAN AJAR

FISIKA TANAH

Oleh

IR. I NYOMAN PUJA, MS

PRODI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
ii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang
Hyang Widi Wasa karena atas karunianya, sehingga buku Fisika Tanah ini dapat
terselesaikan.
Penyusunan buku ini berdasarkan beberapa literature tentang Fisika Tanah
seperti yang disebutkan pada daftar pustaka. Buku ini dipersiapkan untuk mahasiswa
Program Studi (Prodi) Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Penulisan buku ini cukup banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak,
sehingga melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada
Dekan Fakultas Pertanian yang telah memberi bantuan berupa fasilitas untuk
pengetikkan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian buku ini.
Penulis menyadari, seperti pepatah menyatakan tiada gading yang tak retak,
oleh karena itu saran dan kritik penulis harapkan dari semua pihak untuk
penyempurnaan buku ini.

Denpasar, September 2016

Penulis
iii

DAFTAR ISI
No. Teks halaman
JUDUL…………. …………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… iii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… iv
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… v
I. PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1
1.1. Pengertian Fisika Tanah ……………………………………………… 1
1.2. Tugas Fisika Tanah …………………………………………………… 3
II. PERINCIAN TANAH SECARA FISIKA ……………………………….. 5
2.1. Tanah Sebagai Benda ………………………………………………... 5
2.2. Hubungan Antar Penyusun Tanah …………………………………… 6
2.2.1. Berat Volume Tanah …………………………………………... 6
2.2.2. Berat Jenis Partikel ……………………………………………. 8
2.2.3. Porositas Tanah ……………………………………………….. 8
2.2.4. Rasio Ruang …………………………………………………… 9
2.2.5. Bagian Cairan …………………………………………………. 9
2.2.6. Hubungan Antara Volume Ruang Yang Cairan dan Udara ….. 10
III. BAHAN PENYUSUN TANAH …………………………………………. 13
3.1. Bentuk dan Susunan ………………………………………………… 13
3.2. Analisa Mekanik Tanah ……………………………………………... 14
3.3. Tekstur Tanah ……………………………………………………….. 15
3.4. Mineral Tanah ………………………………………………………. 17
3.5. Luas Permukaan……………………………………………………... 20
3.6. Absorpsi Air dan Ion ………………………………………………... 21
3.7. Interaksi Antara Mineral Liat ………………………………………. 25
3.8. Perilaku Rheologi …………………………………………………… 26
IV. STRUKTUR TANAH ………………………………………………….. 31
4.1. Pengertian Struktur Tanah …………………………………………. 31
4.2. Hubungan Struktur Tanah dengan Tanaman ……………………….. 31
4.3. Pembentukkan Struktur Tanah ……………………………………... 32
4.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Tanah ………………. 32
4.5. Macam Struktur Tanah ……………………………………………... 34
4.6. Tingkat Perkembangan Struktur…………………………………….. 35
4.7. Evaluasi Struktur Tanah ……………………………………………. 35
V. UDARA TANAH ……………………………………………………….. 40
5.1. Pendahuluan ………………………………………………………... 40
5.2. Komposisi Udara Tanah ……………………………………………. 40
5.3. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Udara Tanah …………………. 41
DAFTAR PUSTAKA
iv

DAFTAR GAMBAR
No. Judul halaman

2.1. Fase-fase tanah ………………………………………………………… 6


3.1. Batas ukuran fraksi-fraksi tanah ……………………………………….. 14
3.2. Segi tiga struktur tanah menurut USDA ……………………………….. 16
3.3. Diagram 1 unit Silika Tetrahedral dan Alumunium octahedral ……….. 18
3.4. Skematis susunan Si tetrahedral dan Al octahedral dari tipe lineral liat 19
3.5. Distribusi kation dapat ditukar dengan bertambahnya jarak dari
permukaan liat …………………………………………………………. 24
3.6. Hasil interaksi liat di dalam larutan ……………………………………. 25
3.7 Skhema proses thixotrophy yang terjadi karena peremaan (kekuatan
tanah turun) dan kemudian diistirahatkan (kekuatan tanah naik menuju
kekuatan semula)……………………………………………………….. 28
4.1. Kurva karakteristik air tanah mediteran ……………………………….. 37
4.2. Distribusi ukuran pori tanah mediteran ……………………………….. 38
1

I. PENDAHULUAN

Kompetensi Dasar
Mahasiwa mampu memahami (menjelaskan) pengertian tanah, sifat fisik tanah
sebagai penentu kemampuan tanah, sifat fisik tanah merupakan faktor pembatas
permanen, kerusakan sifat fisik sulit dikenal dan diperbaiki dan tugas fisika tanah

Sasaran Belajar

Setelah mahasiswa memahami pokok bahasan maka seluruh mahasiswa dapat


menjelaskan pengertian tanah dari berbagai bidang ilmu, variable yang
membedakan pengertian tentang tanah, kesulitan pengelolaan sifat fisik tanah dan
tugas-tugas dari ilmu Fisika Tanah

1.1 Pengertian Tanah


Tanah merupakan suatu benda alam yang sangat kompleks, sehingga
mengandung pengertian yang sangat bervariatif tergantung darimana orang
memandangnya. Pengertian yang dipahami oleh orang menekuni bidang pertanian
akan berbeda dengan pengertian yang digunakan oleh orang yang menekuni bidang
teknik dan berbeda pula dengan orang menekuni keramik. Orang penekun pertanian
memahami tanah adalah media untuk perkecambahan, pertumbuhan, perkembangan
dan produksi tanaman, sedangkan orang teknik memahami tanah sebagai tempat
untuk mendirikan bangunan-bangunan keteknikan seperti jembatan, jalan raya,
gedung, lapangan olah raga dan lapangan udara. Orang penekun keramik memahami
tanah sebagai bahan baku untuk membuat barang-barang keramik.
Pada dasarnya ada 3 (tiga) variabel yang membedakan pengertian tanah dari
penekun pertanian dengan orang penekun teknik yaitu kedalaman tanah, ukuran
partikel dan struktur tanah. Kedalaman tanah yang menjadi perhatian bagi orang
pertanian adalah kedalaman perakaran tanaman yaitu kedalaman sekitar 60 – 100 cm,
ukuran partikel yang paling besar adalah partikel pasir kasar (2 mm) dan struktur
2

gembur. Variabel orang pertanian ini akan berbeda dengan orang penekun teknik
yaitu mereka memperhitungkan kedalaman tanah sampai kelapisan keras (bedrock)
yang dapat menahan bangunan-bangunan teknik yang dibangun diatasnya, ukuran
partikel yang masih diperhitungkan adalah sampai ukuran kerikil dan struktur yang
dikehendaki adalah struktur padat/mampat.
Tanah sebagai tubuh alami dapat dipelajari dari segi sifat kimia, biologi dan
fisika. Sifat-sifat tersebut akan mempengaruhi kemampuan atau daya dukung tanah,
tetapi sifat yang mana lebih dominan, tergantung dari tujuan penggunaan tanah
tersebut. Kemampuan atau daya dukung tanah pada umumnya lebih banyak dibatasi
oleh sifat fisik tanah.
Contoh : Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh sifat fisik tanah, seperti
tekstur, struktur, drainase/aerase, dan kekuatan tanah.
Bidang teknik sangat dipengaruhi oleh tekstur, kekuatan tanah (daya
geser, daya runtuh).
Ditinjau dari segi pengelolaan, pengelolaan sifat fisik tanah relatif lebih sulit/sukar
dibandingkan dengan pengelolaan sifat kimia tanah, sehingga sifat fisik tanah
dikatakan sebagai faktor pembatas yang permanen (tetap).
Contoh : Tekstur tanah tidak akan berubah dalam jangka waktu yang lama.
Tekstur pasir untuk menjadi tekstur lempung membutuhkan waktu yang
cukup lama
Apabila kita bandingkan antara perkembangan pengetahuan sifat fisik tanah dan sifat
kimia tanah, maka pengetahuan kita tentang sifat fisik tanah masih sangat terbatas
Contoh : Struktur tanah telah diteliti sejak tahun 1894 oleh Ernst Mach, tetapi sampai
sekarang kita masih belum dapat mengevaluasi struktur dengan tepat.
Akibatnya dalam pengelolaan tanah, kita belum mampu mengevaluasi
sistim yang selama ini. Artinya pengolahan tanah untuk tanaman jagung
misalnya, kita belum mengetahui apakah sudah cukup, kurang atau sudah
lebih.
3

Keterbatasan pengetahuan sifat fisik tanah disebabkan juga oleh kerusakan


yang disebabkan oleh sifat fisik tanah sulit untuk dikenali dan biasanya baru bisa
diketahui setelah menunjukkan gejala yang lebih lanjut, sehingga sudah tidak dapat
atau sulit untuk diperbaiki.
Contoh : Tanaman yang tumbuh pada tanah yang mempunyai kekuatan tanah tinggi,
tanaman tersebut akan merana pertumbuhannya. Pertumbuhan yang merana
ini pertama kali orang menduga terjadi kekurangan unsur hara, padahal
penyebab utamanya adalah akar tanaman tidak mampu menembus tanah
untuk mengambil unsur hara atau tanaman hanya mampu mengambil unsure
hara pada daerah yang terbatas.
Di dalam hal perbaikan sifat tanah, maka perbaikan sifat fisik tanah lebih sulit
dibandingkan dengan sifat kimia tanah.
Contoh : Perbaikan sifat kimia tanah, misalnya tanaman kekurangan unsur N.
perbaikan tanaman dipupuk dengan urea, maka tanaman akan sehat kembali dan
dapat berproduksi tinggi. Sedangkan kalau tanaman terganggu pertumbuhannya
karena aerasi buruk (struktur kurang baik) sangat sulit diperbaiki. Jika diperbaiki
dengan cara menambahkan bahan organik (pupuk kandang) maka hasilnya tidak akan
terlihat pada tanaman yang sedang tumbuh, mungkin akan terlihat hasilnya pada
penanaman berikutnya. Oleh karena itu, kadangkala orang beranggapan bahwa
perbaikan sifat fisik tanah tidak ada manfaatnya.

1.2. Tugas Fisika Tanah

Fisika tanah adalah salah satu cabang ilmu tanah yang mempelajari proses-
proses fisika di dalam tanah yaitu cara pengukuran dan pengaturan proses fisik di
dalam tanah. Jika fisika tanah mempelajari tingkat keadaan, pergerakan, aliran dan
transportasi benda di dalam tanah.
Sebagai hasil akal budi manusia diharapkan fisika tanah dapat mengelola
tanah secara fisik untuk kepentingan umat manusia. Pengelolaan yang dapat
dilakukan antara lain : perbaikan aerasi, drainase, pengawetan tanah dan air.
4

Bahan Dskusi Kelompok


Diskusikan pengertian tanah sebagai tubuh alam dari penekun pertanian, teknik dan
keramik. Variabel apa yang membedakan pengertian tersebut.

Latihan Terstruktur
Mahasiswa mencari penyebab sifat fisik tanah lebih dominant menentukan
kemampuan atau daya dukung tanah dan perkembangan pengetahuan tentang sifat
fisik tanah lebih terbatas dibandingkan sifat kimia tanah

Tugas Mandiri
Kumpulkan contoh-contoh : 1). sifat fisik tanah lebih dominant menentukan
kemampuan tanah. 2) Pengelolaan sifat fisik tanah lebih sulit dibandingkan
pengelolaan sifat kimia tanah

Contoh Soal
1. Jelaskan mengapa sifat fisik tanah dikatakan sebagai faktor pembatas yang
permanent

2. Jelaskan mengapa perkembangan pengetahuan sifat fisik tanah lebih terbatas


daripada sifat kimia tanah

3. Jelaskan mengapa perbaikan sifat fisik tanah lebih sulit dibandingkan dengan
kimia tanah

Daftar Pustaka
1. Utomo, W.H. 1985. Fisika Tanah. Fakultas Pertanian Brawijaya, Malang
2. Herodjito, 1975. Fisika Tanah. Institut Pertanian, Bogor
5

II. PERINCIAN TANAH SECARA FISIK

Kompetensi Dasar
Mahasiswa setelah mengikuti dan diskusi tentang pokok bahasan ini, mahasiswa
mampu memahami (menjelaskan) tanah merupakan sistem disperse 3 fase, berat
volume tanah (ρb), berat jenis partikel ( ρp), porositas tanah ( η) , Kadar air
massa (w), kadar air volume (θ) , derajat kejenuhan air ( S) dan pori terisi udara
(ηu). Mahasiswa dapat menerapkan (menggunakan) menghitung : ρb, ρp, η ,
w, θ , S , ηu. Mahasiswa juga dapat menganalisis (menghubungkan) antara , ρb,
ρp, η , w, θ , S , ηu. dan menghitung kebutuhan air per satuan luas

Sasaran Belajar

Mahasiswa dapat menjelaskan tanah sebagai benda alam, sehingga tanah


merupakan sistem disperse 3 fase yang selalu dalam keseimbangan dinamis.
Mahasiswa juga dapat menggunakan (menghitung) dan menghubungkan antara
berat volume tanah, berat jenis partikel, Porositas, Kandungan air massa dan air
Volume, Derajat kejenuhan air dan Pori terisi udara. Mahasiswa dapat
menganalisis hubungan antara bahan penyusun tanah dengan

2.1. Tanah Sebagai Benda Alam


Tanah sebagai benda alam, maka tanah nerupakan dispersi 3 fase yang selalu
dalam keseimbangan dinamis. Tanah dikatakan sebagai sistim 3 fase karena tanah
terdiri dari 3 bentuk yang berbeda yaitu bahan padatan (metric soil), larutan (air) dan
gas (udara). Tanah dikatakan sistim dispersi karena bahan penyusun tanah terdiri dari
unit-unit kecil, kemudian bersatu membentuk unit-unit besar.
Proporsi ketiga fase tersebut selalu berubah, sehingga selalu dikatakan dalam
keseimbangan dinamis. Artinya bagian-bagian dari ketiga fase tersebut berubah,
tetapi selalu dalam keadaan keseimbangan.
Misalnya: tanah dalam keadaan kering, ruang yang ditempati udara lebih
besar dibandingkan dengan ruang yang ditempati oleh air. Sebaliknya tanah dalam
keadaan diairi (irigasi/hujan) maka ruang yang ditempati oleh air lebih tinggi
6

daripada udara. Demikian pula pada tanah yang padat akibat tekanan dari luar seperti
injakan sapi atau traktor, maka tanah akan turun dan bagian udara akan bertambah.

2.2. Hubungan Antar Penyusun Tanah

Tanah dapat diuraikan sebagai suatu sistim tiga fase yang terpisah, sehingga
hubungan antar bahan penyusun tanah dapat disajikan seperti pada gambar 2.1:

Volume Massa

Vr Vu Udara Mu

Vt Vc Cairan Mc Mt

Vp Padatan Mp

Gambar 2.1. Fase-fase tanah

2.2.1. Berat VolumeTanah /Bulk Density (ρb)

Berat volume tanah (ρb) adalah perbandingan antara massa tanah total dengan
volume total tanah

Mt
ρb =
Vt
7

Berat volume tanah biasanya ditetapkan dalam keadaan kering, sehingga massa cairan
Mc = 0 dan massa udara (Mu) nilainya sangat kecil maka Mu dianggap 0.
Mp
ρ
Jadi b =
Vt

Nilai berat volume tanah yang ada di alam antara 0,8 – 1,7 g/cm3 , sedangkan untuk
tanah pertanian berat volume tanah berkisar antara 1,1 – 1,6 g/cm3 .

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai ρb


1. Struktur tanah
Tanah yang strukturnya baik mempunyai nilai ρb lebih kecil dibandingkan dengan
tanah tanpa struktur. Hal ini disebabkan karena ruang pori yang terbentuk pada
tanah yang berstruktur lebih banyak dibandingkan tanah tanpa struktur.
2. Tekstur Tanah
Tekstur tanah berhubungan dengan ukuran dan berat jenis partikel. Semakin kasar
tekstur tanah , semakin tinggi nilai ρb . Hal ini disebabkan karena semakin kasar
tekstur tanah susunan partikel tanah semakin rapat dan berat jenis partikel
semakin tinggi.
3. Bahan Organik
Semakin tinggi kandungan bahan organik, maka semakin rendah nilai ρb . Hal ini
disebabkan karena bahan organik merupakan bahan pemantap agregat, sehingga
struktur tanah dapat diperbaiki. Disamping itu bahan organik mempunyai berat
partikel lebih rendah dibandingkan dengan partikel tanah.

Cara Pengukuran ρb

untuk mengukur nilai berat volume tanah terdapat beberapa metode yaitu : 1)
metode ring sampel, 2) metode clod, 3) metode Auger/boring dan akhir-akhir ini
dikembangkan mengukur dengan radio aktif.
8

2.2.2. Berat jenis partikel (particle density)


Berat jenis partikel (ρp) adalah perbandingan antara massa padatan dengan
volume padatan
Mp
ρp =
Vp

Nilai berat jenis partikel untuk tanah pertanian berkisar antara 2,50 – 2,70 g/cm 3, dan
rata-rata berat jenis partikel tanah adalah 2,65 g/cm3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai berat jenis partikel adalah mineral
tanah dan bahan organik. Mineral berat seperti hematite mempunyai berat jenis
partikel tinggi, sedangkan bahan organik mempunyai berat jenis partikel rendah.

2.2.3. Porositas Tanah ( η )


Porositas tanah adalah perbandingan antara volume ruang dengan volume
total tanah.
Vr Vc + Vu
η = =
Vt Vp + Vc + Vu

Porositas tanah untuk tanah pertanian berkisar antara 40 – 60%. Porositas tanah
dipengaruhi oleh ukuran partikel dan struktur tanah. Untuk tanah berpasir
mempunyai porositas rendah yaitu sekitar 40%, sedangkan tanah berlempung
mempunyai porositas tinggi yaitu sekitar 60%.

Porositas dapat ditentukan dengan data berat volume tanah ( ρb) dan berat

jenis partikel (ρp) dengan persamaan sebagai berikut :


ρb
η = { 1- } x 100 %
ρp
9

2.2.4. Rasio Ruang


Rasio ruang (e) adalah perbandingan antara volume ruang (Vr) dengan
volume total tanah (Vt).
Vr Vc + Vu
e = =
Vt Vp + Vc + Vu

Nilai rasio ruang pori berkisar antara 0,3 – 2.


Rasio pori (e) dapat dihitung dengan data porositas dengan persamaan :
e
η =
(1+e)

2.2.5. Bagian Cairan (Kadar Air Massa dan Kadar Air Volume)

Kadar air massa (w) adalah perbandingan antara massa cairan dengan massa
tanah dalam keadaan kering.
Mc
Jadi w = X 100 %
Mt

Tanah dalam keadaan kering maka Mc = 0 dan Mu = 0

Mc
W= x 100 %
Mp

Kadar air volume (θ) adalah perbandingan antara volume air dengan volume padatan.

Vc
θ = x 100%
Vt

Untuk tanah-tanah yang tidak mengembang dan mengempis, kandungan air massa
dapat dirubah menjadi kandungan air volume dengan persamaan berikut :
θ = w . ρb / ρc
ρb = berat volume tanah
10

ρc = berat jenis cairan


Kadar air massa diukur dengan mengurangi berat tanah basah ( lapangan )
dengan berat kering mutlak, kemudian dibagi dengan berat kering mutlak. Berat
kering mutlak didapat setelah tanah dioven dengan suhu 1040C selama 24 jam.

2.2.6. Hubungan Antara Volume Ruang yang Ditempati Cairan (Vc)


dinyatakan dengan derajat kejenuhan dan ruang yang ditempati udara
(Vu)

Derajat kejenuhan (S) adalah perbandingan antara volume ruang yang berisi
cairan dengan volume ruang.
Vc
S = x 100 %
Vr

Hubungan antara kadar air volume, derajat kejenuhan, dan pori terisi udara
adalah sebagai berikut :
ηa = η - θ

ηa = η ( 1 – S )

Bahan Diskusi Kelompok


1. Faktor yang mempengaruhi berat volume tanah, berat jenis partikel, porositas
total tanah

2. Buktikan rumus porositas tanah


ρb
η = { 1- } x 100 %
ρp

Latihan Terstruktur

1. Kumpulkan nilai berat volume tanah dari beberapa tekstur tanah (tekstur liat,
lempung dan pasir)
2. Bandingkan nilai berat volume tanah dari ketiga kelas tekstur tersebut dan
mengapa berbeda.
11

Tugas Mandiri
1. Coba dikerjakan sendiri penetapan berat volume tanah untuk beberapa kelas
tekstur tanah

2. Perhatikan faktor apa saja yang perlu diperhatikan pada saat penetapan
berat volume tanah

Contoh soal
Contoh tanah utuh diambil menggunakan ring sampel (ukuran ring : tinggi 10 Cm
dan diameter dalam 7 Cm). tanah tersebut mempunyai berat 508 g, kemudian
dikeringkan dalam oven dengan suhu 1050 C selama 24 jam, beratnya menjadi 423 g,
jika berat jenis tanah 2,65 g/Cm3.

Hitung : Berat volume tanah, Porositas, Ruang Pori, kandungan air massa,
kandungan air volume, derajat kejenuhan dan kebutuhan air per hektar
jika kita ingin membasahi tanah sampai kedalaman 15 Cm.

Daftar Pustaka
1. Kohnke, H. 1968. Soil Physics. McGrawHill, New York

3. Sutedjo, M.M. dan A.G. Kartasapoetra, 2002. Pengantar Ilmu Tanah. PT.
Rineka Cipta. Jakarta.

4. Utomo, W.H. 1985. Fisika Tanah. Fakultas Pertanian Brawijaya, Malang

5. Herodjito, 1975. Fisika Tanah. Institut Pertanian, Bogor


12

III. BAHAN PENYUSUN TANAH

Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menjelaskan bentuk, susunan dan sifat bahan penyusun tanah,
difinisi tekstur, mineral liat dan pengertian rheologi. Mahasiswa dapat
menerapkan analisis mekanik tanah, menentukan jenis liat dan luas permukaan
liat dan menguraikan kelas tekstur, luas permukaan liat, absorbsi air dan ion serta
interaksi mineral liat.

Sasaran Belajar
Setelah mengikuti dan mendiskusikan pokok bahasan ini, mahasiswa dapat :
1. menjelaskan bentuk, susunan dan sifat bahan penyusun tanah, perbedaan dan
persamaan ukuran partikel tanah berdasarkan lembaga pembuatnya
2. melaksanakan analisis mekanik tanah dan menetapkan kelas tekstur tanah
3. menjelaskan perbedaan antara bahan berukuran liat dengan mineral liat
4. menjelaskan susunan mineral liat tipe 1: 1 dan 2 : 1
5. menghitung luas permukaan liat
6. menjelaskan liat dapat mengadsorbsi air dan ion dan faktor-faktor yang
mempengaruhi.
7. menghitung jumlah ion yang diabsorbsi oleh mineral liat
8. menjelaskan tanah bersifat rheologi

3.1. Bentuk dan Sususnan


Bahan padatan penyusun tanah terdiri atas bahan anorganik dan bahan
organik. Berdasarkan bentuk dan sifatnya, bahan penyusun tanah dapat dibedakan
menjadi :
a. Bahan yang berbentuk butiran dan tidak bersifat koloid yaitu pasir, debu dan
kerikil.
b. Bahan yang berbentuk kristal atau lempengan, bersifat koloid yaitu mineral liat
Alumunium silikat
13

c. Bahan yang tidak berbentuk (amorf), bersifat koloid. Pada golongan ini termasuk
mineral liat Allophane dan oksida besi dan Alumunium.
Bahan – bahan yang termasuk golongan b dan c berukuran < 2 μm dan merupakan
bahan aktif tanah. Selanjutnya bahan-bahan tersebut masih dapat dibedakan
berdasarkan ukurannya. Bahan-bahan yang termasuk dalam satu ukuran disebut
separate tanah atau fraksi tanah. Pada dasarnya ada 3 fraksi tanah, yaitu pasir (sand),
debu (silt), dan liat (clay). Fraksi debu dan pasir masih dapat dibedakan ukurannya,
tergantung dari lembaga pembuatnya.
Dari bidang pertanian penggolongan yang dipakai adalah sistim yang
dikembangkan oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) dan perhimpunan
Ilmu Tanah Internasional (ISSS). Untuk bidang keteknikkan digunakan sistim
Masschusetts Institut of Technalogy (MIT) dan British Standard Institution (BSI). Batas
ukuran masing-masing penggolongan disajikan pada Gambar 3.1 :

Sand I
Clay Silt Gravel
S
Fine course S
S
0,002 0,02 0,2 2,0

Sand Gravel
Clay Silt U
Very Fine Medi Course Very S
Fine um Course D
A
0,002 0,05 0,1 0,25 0,5 1,0 2,0

Silt Sand MIT


Clay Gravel
Fine Medium Course Fine Medium Course &

BSI

0,002 0,006 0,02 0,06 0,2 0,6 2,0


Gambar 3.1. Batas ukuran fraksi-fraksi tanah
14

3.2. Analisa Mekanik Tanah


Untuk mengetahui ukuran distribusi partikel tanah, maka dilakukan analisa
mekanik tanah (analisa besar butir). Pada dasarnya analisa ini adalah memisah-
masahkan fraksi tanah berdasarkan batas ukuran yang telah ditentukan.
Untuk memisahkan partikel-partikel tanah yang sempurna, pertana-tama kita
harus mendispersikan pada cairan (artinya bahan-bahan yang mengikat partikel-
partikel tanah primer harus dihilangkan) misalnya dengan penambahan H 2O2 (untuk
bahan organic) dan HCl (untuk CaCO 3). Kemudian diberikan zat yang dapat
menyebabkan deflokulasi yaitu Natrium Metaphosphat (Calgon). Selanjutnua
dilakukan pemisahan dengan cara :
- Partikel dengan ukuran > atau sama 0,05 mm, pemisahan dilakukan dengan
pengayakan.
- Partikel dengan ukuran < 0,05 mm, pemisahan dilakukan dengan sedimentasi
yaitu mengukur kecepatan pengendapan bahan berbagai ukuran di dalam air.
Metode ini berdasarkan hukum Stoke’s yang menyatakan bahwa kecepatan
penurunan bahan berbentuk butiran didalam suatu cairan dengan kepadatan dan
viskositas tertentu dibawah pengaruh gaya gravitasi sebanding dengan kwadrat jari-
jarinya:
d = { 18 hv/ t.g (ρp - ρc ) }1/2
keterangan : d = diameter partikel
h = kedalaman penurunan
v = viscositas cairan
ρp = berat jenis partikel
ρc = berat jenis cairan
untuk mengatur distribusi partikel dilakukan drngan memipet sejumlah larutan
pada kedalaman tertentu pada interval waktu yang telah ditentukan.
Sebagai alternatif pengukuran distribusi partikel dapat dilakukan dengan
hydrometer. Hydrometer pada dasarnya mengukur kepadatan cairan atau larutan pada
15

waktu tertentu. Bertambahnya waktu partikel berukuran besar mengendap, sehingga


kepadatan larutan menurun.
Pada pelaksanaan analisa besar butir tanah digunakan asumsi yang sebenarnya
tidak sesuai dengan kenyataan, yaitu :
1. partikel cukup besar, sehingga tidak dipengarihi oleh gerak Brown (gerakan
yang disebabkan oleh panas
2. partikel berbentuk butir, keras dan halus.
3. semua partikel mempunyai berat jenis partikel yang sama.
4. cairan cukup cair, sehingga partikel yang mengendap tidak saling tumpang
tindih.
5. gerakan cairan sekitar partikel adalah laminar.
Untuk menghindari gerak Brown, analisa sebaiknya dikerjakan pada suhu 200 C atau
di water bath.

3.3. Tekstur Tanah

Didalam tanah tidak hanya tersusun atas fraksi pasir atau debu atau liat saja,
tetapi biasa secara bersama-sama. Untuk keperluan ini masing-masing praksi
dinyatakan dalam prosentase (%). Berdasarkan komposisi prosentase tersebut disebut
“tekstur Tanah”. Ada 3 (tiga) tekstur utama yaitu pasir (sand), Lempung (loam) dan
liat (Clay).
Tekstur pasir - Kandungan pasir lebih besar atau sama 75 %
- Kemampuan menahan air dan hara rendah
- Aerasi baik
- Drainase baik dan cepat
- Tidak mengempis atau mengembang
Tekstur liat - Kandungan liat lebih besar atau sama 35%
- Mempunyai sifat mengempis/mengembang
- Kemampuan menahan air dan hara tinggi
- Kohesi besar, sulit diolah
16

Tekstur lempung - Peralihan dari tekstur pasir dan liat


- Kemampuan menahan air dan hara sedang
- Pergerakan air dan unsure hara cukupbaik
- Kohesi sedang, modah diolah
Tanah pertanian kebanyakan teksturnya diantara ketiga tekstur utama. Berdasarkan
prosentase fraksi pasir, debu dan liat, USDA membagi tanah menjadi 12 kelas tekstur
tanah yaitu : Pasir, Pasir lempung, lempung berpasir, lempung, lempumg berdebu,
debu, lempung liat berdebu, lempung berliat, lempung liat berpasir, liat berdebu dan
liat.
Untuk menentukan kelas tekstur tanah digunakan segitiga tekstur dari USDA
seperti Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Segitiga tekstur tanah menurut sistim USDA


17

3.4. Mineral Liat


Didalam membahas mineral liat harus dibedakan antara bahan berukuran liat
dengan mineral liat. Bahan atau bagian tanah yang berukuran liat adalah semua
bahan penyusun tanah yang mempunyai ukuran kurang dari 2 μm. Sedangkan
mineral liat merupakan kumpulan mineral yang berbentuk kristal dan terdiri atas
Aluminium Silikat dengan beberapa logam diantaranya sebagai substitusi. Mineral
liat merupakan bagian tanah yang sangat menentukan sifat-sifat tanah, baik sifat fisik
maupun kimia dan sering disebut bahan aktif tanah.
Dari segi bentuknya dapat dikelompokkan menjadi 2 yang berbentuk kristal
yang disebut mineral liat dan yang tidak berbentuk (Amort) misalnya oksida besi,
alumunium dan bahan organik. Jadi mineral liat yang berbentuk kristal terdiri dari
aluminium silikat yang mengandung ion-ion Si, Al, H dan O; serta seringkali
mengandung beberapa ion logam seperti Mg, Na dan sebagainya sebagai substitusi.
Substitusi ini hanya terjadi pada ion berukuran hamper sama, oleh karena itu disebut
Substitusi isomorf ( isomorphus substitusion).
Unit silica terdiri atas 1 atom silika “Si” yang dikelilingi 4 atom Oksigen “O“
yang berjarak sama dari silika, maka berbentuk tetrahedral. Atom oksigen yang
terletak pada sudut tetrahedral dengan 3 atom oksigen terletak pada susunan dasarnya
dan mengikat kation Si dan yang lain sehingga terbentuk susunan rantai seperti pada
Gambar 3.3.
18

Gambar 3.3. Diagram 1 unit silika tetrahedral (a) dan Alumunium octahedral (b)

Berdasarkan susunan lapisan silika dan alumunium maka dikenal 2 macam


mineral liat yaitu mineral 1:1 dan tipe 2.1. Mineral liat tipe 1:1 artinya mineral liat
yang terdiri atas 1 lapisan Si tetrahedral dan 1 alumunium octahedral yang tersusun
berurutan dengan yang lain. Sebagai contoh mineral liat 1:1 adalah mineral liat
kaolinit, halloysit dan dickit. Mineral liat tipe 1 : 1 mempunyai batas cair (liquid
limit), batas platis (plastic limit), indeks plastisitas dan aktivitasnya rendah. Mineral
ini terdapat pada tanah yang telah mengalami pelapukan intensif pada daerah beriklim
basah dan panas. Mineral liat yang terbentuk dari 1 lapisan Al-oktahedral yang
terletak diantara 2 lapisan Si-tetrahedral disebut mineral liat tipe 2 : 1. Contoh
mineral liat tipe 2:1 adalah monmorilonit dan illit (Gambar 3.4.) Monmorilonit
mempunyai batas cair dan akivitas yang tinggi, terjadi terutama pada daerah semi arid
dan merupakan mineral utama dari batuan bentonit. Montmorilonit terbentuk jika
abu volkanik melapuk pada air laut atau drainase jelak. Illit mempunyai sifat diantara
kaolinit dan montmorilonit dan terjadi pada batuan sidemen di daerah beriklim
sedang (temperate) dan kering.
19

Gambar 3.4. skematis susunan Si tetrahedral dan Al oktahedral dari tipe mineral liat

Mineral liat koalomit terutama terdapat pada tanah yang telah mengalami
pelapukan intensif (cukup hujan tinggi).oleh karena itu mineral ini merupakan
mineral yang paling dominan pada tanah Latosal . Mineral ini mempunyai ukuran
lebih besar (tebal= 400 A) . Oleh karena itu daya simpan air dan zat hara relatif
rendah dan demikian juga batas plastis dan batas cairnya rendah.
Mineral liat montmorilonit terbentuk dari dalam abu volkan pada dasar yang
relative bising dengan drainase jelek (Lombok, Ngawi, Bojonegoro, Bangil dll).
Montmorilonit tersusun atas dua kisi Si-Tetrahedral yang mengapit satu kisi Al
Oktahedral sehingga mempunyai dua permukaan yaitu permukaan luar dan
permukaan dalam. Diantara dua susunan terdapat beberapa molekul air (Gambar 2).
Montmorilonit mempunyai ukuran yang kecil (tebal lebih kurang 5A). Oleh karena
itu mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menyimpan air dan
hara menjadi tinggi sifat lengket, mengembang jika basah dan mengkerut jika kering,
batas plastis dan batas cair tinggi.
Mineral montmorilonit dilapangan dengan mudah dikenal dengan warnanya
yang hitam atau keabu-abuan, adanya retakan-retakan yang lebar dan dalam pada
waktu kering. Retakan-retakan ini dibagian dalam masih sering ada walaupun bagian
20

atas telah menutup pada waktu basah. Sifat adanya retakan ini disebut “vertic”
sehingga disebut vertisol dan tanah lain yang mempunyai sifat vertic juga ditambahi
vertic di belakangnya misalnya mediteran vertic.
Mineral illit (tipe 2:1) terbentuk pada batuan sidimen di daerah beriklim
temperate dan kering. Karena adanya ion K diantara dua susunan maka penghambat
sifat mengembang dan mengkerut. Illit mempunyai ukuran 50 Adan sifatnya antara
kaolinit dan montmorilonit. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa pada tanah pertanian
pasti terdapat salah satu dari ketiga mineral tersebut. Disamping itu pada tanah abu
vulkan muda antara lain andosol di Batu Malang sering dijumpai mineral liat
allophan yang tidak berbentuk.

3.5. Luas Permukaan

Sifat mineral liat yang menentukan kemampuan tanah dalam hubungannya


dengan pertumbuhan tanaman, adalah luas permukaan adanya muatan negatif dan
absorfsi serta pertukaran hadian.
Luas permukaan dinyatakan dengan permukaan jenis atau specific surface
yaitu perbandingan relatif jumlah luas permukaan dengan berat.
∑ luas permukaan (m2)
S =
Berat

∑A (m2)
=
M (g)

Untuk partikel tanah yang berbentuk butiran dengan diameter d atau jari-jari r, dan
berat jenis partikel ρp, maka persamaan menjadi
4 π r2
S =
4/3 π r3 ρp
21

Jika partikel tanah berbentuk kubus dengan sisi, s, maka

S = 6s2 / s3. ρp = 6/s. ρp

Dan jika partikel tanah berbentuk lempengan dengan panjang l dan tebal r maka

2 l2 + 4 l r
S=
l 2 r ρp

karena r dianggap 0 (1 >>> r), maka

S = 2/r ρp

Dari rumus diatas dapat dilihat bahwa permukaan jenis akan


meningkatdengan makin kecilnya ukuran partikel. Sebagai contoh pasir dengan
ukuran diameter 1 mm mempunyai permukaan jenis 60 m 2 per g. sedangkan debu
dengan ukuran diameter 0,002 mm mempunyai permukaan jenis 300 m 2 per g.
Disamping dipengaruhi oleh ukuran partikel permukaan jenis juga dipengaruhi oleh
adanya permukaan dalam. Contoh mineral koanolit (r = 50 A 0 dan hanya mempunyai
permukaan luar, mempunyai permukaan jenis S = 19 m 2/g, sedangkan montmorilonit
r = 2A0 dan mempunyai permukaan dalam, mempunyai permukaan jenis S = 733
m2g.

3.4. Adsorbsi Air dan Ion

Air yang mengelilingi permukaan liat disebut dengan air yang terabsorbsi. Air
yang terabsorbsi ini sangat mempengaruhi sifat tanah : plastisitas tanah, berikutnya
partikel partikel yang ada, pemadatan dan pergerakan air dalam tanah. Persentase liat
berpengaruh besar terhadap banyaknya air yang terabsorbsi. Sehingga pada tanah
yang bertekstur liat kadar air plastisnya lebih tinggi dan sebaliknya.
Air yang terabsorbsi mempunyai sifat lebih kental (viskositasnya lebih besar),
berat jenis lebih besar (1,4 g/cc), dan menurun bila maki jauh dari permukaan liat.
22

Lapisan air molekul air pertama pada permukaan liat 100 kali lebih besar dari air
bebas.
Permukaan air bermuatan negatif yang dicirikan adanya kation-kation yang
berikatan pada permukaan liat. Di dalam tanah selain dari mineral liat, muatan negatif
juga berasal dari bahan organik. Muatan negatif ini berasal dari ionisasi hydrogen
pada gugusan karbonsil dan penolik. Jika tanah yang bermuatan negatif kita
masukkan kedalam larutan yang mengandung kation, maka muatan negatif ini akan
dinetralisir oleh kation-kation tersebut (H +, Ca+, Mg+,dll). Jadi kation tersebut
diabsorbsi (dijerat) oleh permukaan liat, oleh karena itu disebut kation terjerat.
Jumlah kation yang dapat dijerat oleh tanah sama dengan jumlah muatan negatif dan
disebut “Kapasitas Tukar Kation”, KTK (dengan satuan me/100g) jadi pada komplek
permukaan jerapan terjeda kation Ca++, Mg++, K+, Na+, danH+. Misbah jumlah
basa terjerat terhadap KTK disebut persentase kejenuhan basa (%)
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang KTK dan PKB, berikut
disajikan contoh suatu tanah mempunyai KTK 20 me /100 g dan PKB 80 % dengan
perincian Ca = 30%, Mg = 20%, K = 20%, dan Na = 20%, maka jumlah kation yang
terdapat per 100g tanah
Ca = 6 me/100g = 6 x 40/2 = 120 mg
Mg = 4 me/100g = 4 x 24/2 = 48 mg
K = 4me/100g = 4 x 23 = 92 mg
Na = 2 me/100g = 2 x 39 = 78 mg
KTK mineral liat dipengaruhi oleh luas permukaan, jadi juga dipengaruhi
susunan mineral dan ukurannya ( Tabel 3. 1. )
23

Tabel 3.1. Beberapa sifat mineral liat

Table A S KTK
Mineral Liat Susunan Dasar Mineral (m2/g) (me/100g)

Kaolinit 7 – 20 400 – 500 5 – 20 5 – 15


Illit 10 50 – 80 100 – 200 20 – 40
Montmorilonit 1 5 – 10 700 – 800 80 – 90
Allopan 40 - 70

Kation yang berada pada kompleks jerapan dapat ditukar dengan kation yang
berada pada larutan. Reaksi ini disebut pertukaran kation. Jadi liat yang mengabsorbsi
K+ dimasukkan kedalam larutan CaCl2, maka liat
K+ + CaCl2 Ca+ + 2 KCL
Pada proses pertukaran kation ini dipengaruhi oleh valensi kation, ukuran
kation, sifat mineral terhadap kation dan konsentrasi kation pada larutan ion
bervalensi tinggi dapat dengan mudah mengganti ion bervalensi lebih rendah. Jadi
Ca++ dapat dengan mudah mengganti K+, tetapi tidak sebaliknya. Jika valensi sama,
maka makin besar ukuran kation, makin besar kemampuannya menukar kation
terjerap. Dalam hal ini Ca++ dapat dengan mudah menggantikan Mg++.
Berdasarkan kemudahan proses pertukaran kation dikenal deret :
Li+ < Na+ < H+ < K+ < NH4+ < Mg++ < Ca++ < Al+++
Jadi kation Al+++ paling kuat terjerap dibandingkan dengan Ca ++ dan seterusnya.
Hubungan antara kation yang terjerap dengan yang terlarut dapat dinyatakan dengan
persamaan sbb :

Mt+m M1+m
= k
+n
Nt √N1+n

M = valensi, t = dapat ditukar, 1 kation pada larutan, k = bilangan konstanta


24

Lapisan Listrik Ganda

Kation yang ditukar, tidak semuanya dapat diadsorpsi tepat pada satu lapisan
permukaan liat, tetapi tersebar pada jarak tertentu dari permukaan liat. Adanya
muatan negative pada muka liat dan muatan positif kation menyebabkan kation
tertarik kepermukaan liat (Gaya Coulomb), tetapi energi thermal kation tersebut
menyebabkan kation menjauh dari permukaan liat (Gaya Brownian). Adanya
keseimbangan dari gaya tarik Coulomb dan gaya tolak yang berasal dari energi
thermal kation yang bersangkutan menyebabkan pembentukan lapisan ion baur
dengan konsentrasi tertinggi pada permukaan liat dan berangsur-angsur turun dengan
bertambahnya jarak dari permukaan liat (Gambar 3.5.). Kation yang bervalensi
semakin rendah, maka semakin jauh dari permukaan mineral liat. Adanya dua gaya
yang bekerja pada satu lempengan mineral liat disebut Lapisan Listrik Ganda
(Electric Double Layer).

Gambar 3. 5. Distribusi kation dapat ditukar dengan bertambahnya jarak dari


permukaan mineral liat
25

3.7. Interaksi Antar Mineral Liat

Partikel liat saling mengadakan interaksi melalui air teradsorpsi, lapisan baur
dan pada beberapa keadaan melalui kontak langsung. Karena adanya muatan listrik,
maka pertikel liat saling tarik menarik dan tolak menolak, sehingga mempengaruhi
pengaturan atau penusunan partikel liat di dalanm susunan struktur atau “ Fabric”.
Jika 2 mineral liat berada pada 15 Ao kation dapat ditukar tersebar merata, jadi
tidak terpisah menjadi 2 lapisan baur. Pada keadaan ini hasil interaksi dari mineral
liat tersebut adalah gaya tarik menarik. Pada jarak lebih dari 15 A o ion diantara
mineal liat tersebut membentuk lapisan baur sehingga terjadilah tolak menolak.
Adanya gaya tolak menolak ini berasal dari air yang teradsopsi diantara 2 partikel liat
tersebut yang mendorong satu sama lainnya.
Sebagai akibat adanya gaya tarik menarik dan tolak menolak ini terjadilah
gejala flokulasi dan disperse. Jika hasil akhir dari interaksi adalah gaya tarik
menarik, partikel liat mengalami flokulasi. Sebaliknya jika dominant gaya tolak
menolak, maka partikel liat mengalami dispersi (Gambar 3.6).
----------------------------------------
---------- ------------------------------
----------------------------------------
- - - - - - - - - ----------------------------------------------------------(a)
----------------------------------------
---------- ------------------------------
----------------------------------------
---------- ------------------------------

(b)

Gambar 3.6. Hasil interaksi liat di dalam larutan


a. Dispersi
b. Flokulasi
26

3.8. Perilaku Rheologi


Perilaku rheologi tanah terjadi terutama pada tanah yang mengandung mineral
liat cukup tinggi, selalu berubah dengan perubahan kandungan air. Pada kandungan
air tinggi, tanah berupa suspensi dan mempunyai sifat seperti benda cair. Jika
kandungan air tanah berangsur-angsur turun, tanah berubah menjadi bahan semacam
pasta. Pengurangan kandungan air selanjutnya menyebabkan tanah menjadi
lengket/plastis (sticky) sehingga dapat dibentuk. Lebih lanjut jika kandungan air
turun, tanah menjadi keras, tidak plastis, sukar dibentuk dan mempunyai sifat benda
padat.
Sifat fisik tanah pada kandungan air tertentu disebut “konsistensi”. Jadi
konsistensi dapat dianggap sebagai ketahanan terhadap flow dari suatu tanah.
Konsistensi dipengaruhi oleh gaya tarik menarik diantara partikel atau agregat. Pada
keadaan kering konsistensi diukur dari kekerasannya (hardness) dan dalam keadaan
lembab konsistensi diukur dari plastisitas dan kegemburannya.
Plastisitas dapat diberi batasan sebagai kemampuan suatu benda untuk
berubah bentuk secara terus menerus (karena tekanan) dan mempertahankan bentuk
yang baru tersebut jika tekanannya ditiadakan lagi. Berbeda dengan suatu benda
yang mempunyai sifat elastis, jika tekanan ditiadakan benda tersebut akan berubah ke
bentuk semula. Partikel liat dan mungkin debu halus yang bersifat plastis dan akan
terjadi pada kisaran kandungan air tertentu. Kandungan air terendah dimana tanah
masih bersifat plastis (plastic limit) dan kandungan air tertinggi disebut batas cair
(liquid limit). Pada kandungan air di bawah batas plastis, jika dikerjakan tanah
menjadi bergumpal dan pecah dan di atas batas cair, tanah bersifat seperti benda cair.
Selisih kandungan air antara batas cair dan batas plastis disebut “indek plastisitas”
(plasticity index). Nisbah indek plastis/persen liat disebut aktivitas (activity).
27

Pada kandungan air tanah di atas batas cair, kebanyakan tanah mempunyai
sifat “Rheotrophy” yaitu tanah berubah menjadi lebih cair jika diaduk (stiring), dan
akan kembali menjadi agak padat jika dibiarkan istirahat. Sifat ini sering disebut “
thrixotrophy”.
Untuk mendapatkan pengertian tentang thrixotrophy diberikan contoh madu
lebah sebagai Gel-Sol-Gel. Madu dalam keadaan biasa berupa Gel dan jika dikenai
gaya (diaduk) madu berupa Sol, dan selanjutnya jika gaya tersebut dihentikan dan
madu dibiarkan istirahat, madu tersebut akan kembali berupa Gel. Untuk tanah,
adanya thrixotrophy dapat dilihat dari perubahan viskositas (jika tanahnya cair),
perubahan kekuatan tanahnya, kekuatan geser atau ketahanan penetrasi (jika tanahnya
lembab).
Utomo dan Dexter (1981) menunjukkan bahwa peremasan (remoulded)
menurunkan kekuatan tanah. Jika peremasan dihentikan dan tanah dibiarkan
beristirahat (dalam keadaan konstan, baik kandungan air maupun temperature) secara
berangsur-angsur kekuatan tanahnya bertambah lagi. Untuk gejala ini Mitchell
(1960) menjelaskan bahwa karena adanya gaya dari luar (peremasan), maka terjadilah
perusakan ikatan (termasuk sedimentasi) dan partikel tersusun agak random. Susunan
random ini akan tetap dapat dipertahankan selama ada gaya dari luar (peremasan),
tetapi begitu peremasan dihentikan maka system tersebut terdapat kelebihan energi
dan secara berangsur-angsur kelebihan energi ini akan diturunkan untuk mendapatkan
keseimbangan baru. Bersamaan dengan perubahan energi di dalam system, susunan
partikel akan menjadi lebih random dan kekuatan tanah akan naik (Gambar 3.7.).
28

Gambar 3.7. Skhema proses thixotrophy yang terjadi karena peremasan (kekuatan
tanah turun) dan kemudian diistirahatkan (kekuatan tanah naik
menuju kekuatan semula)
29

Bahan Diskusi Kelompok


1. Apa perbedaan dan persamaan ukuran fraksi dari ketiga lembaga yang
membuatnya
2. Diskusikan tipe liat illit dan monmorillonit mempunyai sifat yang berbeda,
padahal sama-sama merupakan tipe lita 2 : 1

Latihan Terstruktur
1. Pada analisis mekanik tanah mengapa menggunakan partikel tanah paling besar 2
mm
2. Pada analisis mekanik tanah digunakan zat-zat seperti H2O2, HCl, Calgon. Apa
fungsi masing-masing zat tersebut
3. Kenapa dalam analisis mekanik tanah menggunakan asumsi-asumsi
4. Bagaimana cara menentukan kelas tekstur tanah, apabila kita telah mendapatkan
persentase fraksi tanah.

Tugas Mandiri
1. Kumpulkan kelas tekstur tanah yang ada di beberapa Kabupaten di Bali
2. Kumpulkan jenis mineral yang ada di beberapa jenis tanah di Bali

Contoh Soal

Jika illit dengan k = 0,4 (1/mole) ditempatkan kelarutan yang mengandung


0,02 M CaCl dan 0,02 M NaCl. Hitung nisbah Na dapat ditukar terhadap Ca . jika illit
KTK 40 me/100 g liat, berapa Ca dan Na yang ada pada permukaan jerapan
Jawaban :

Na t 0,4 x 0,02 0,008


= = 0,057 = 0,057 x 100% = 5,7%
Ca t √ 0,02 0,14

Na = 5,7%, Ca = 9,43%, Na = 5,7% x 40 me/100 g = 2 me/100 g


30

Daftar Pustaka
1. Kohnke, H. 1968. Soil Physics. McGrawHill, New York

2. Sutedjo, M.M. dan A.G. Kartasapoetra, 2002. Pengantar Ilmu Tanah. PT.
Rineka Cipta. Jakarta.

3. Utomo, W.H. 1985. Fisika Tanah. Fakultas Pertanian Brawijaya, Malang

4. Herodjito, 1975. Fisika Tanah. Institut Pertanian, Bogor


31

IV. STRUKTUT TANAH

Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu memahami (menjelaskan ) pengertian struktur, pembentukan
struktur, faktor yang mempengaruhi struktur tanah, kemudian menerapkan
(menggunakan) penentuan macam-macam struktur tanah dan sekaligus
mengevaluasi struktur tanah

Sasaran Belajar

Setelah mengikuti dan mendiskusikan pokok bahasan ini, mahasiswa dapat :


1. Menjelaskan dengan kata-kata sendiri mengenai pengertian struktur tanah
2. Hubungan struktur tanah dengan tanaman
3. Proses pembentukan struktur tanah
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan struktur tanah
5. Macam-macam struktur tanah
6. Evaluasi struktur tanah

4.1. Pengertian Struktur Tanah

Struktur tanah adalah :


1) penyusunan butiran primer dan butiran sekunder dalam suatu bentuk susunan
tertentu dengan rung pori diantaranya.
2) menurut Soil Survey Staff, struktur tanah agregasi butir tunggal menjadi butir
majemuk yang satu sama lain dibatasi oleh suatu bidang belah alami
struktur tanah tanah yang baik akan membantu berfungsinya faktor-faktor
pertumbuhan tanaman secara optimal, sedangkan struktur tanah yang buruk akan
menghambatnya pertumbuhan tanaman.

4.2. Hubungan Struktur Tanah dengan Tanaman

Tanah merupakan media untuk pertumbuhan suatu tanaman dimana akarnya


berjankar, berkembang, mengisap unsur hara dan air. Untuk mendapatkan hasil
tanaman yang cukup tinggi maka harus diciptakan kondisi fisik (Struktur) tanah yang
cocok bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi fisik (struktur) tanah mempengaruhi
32

daya penetrasi akar, retensi air, drainase dan aerasi. Oleh karena itu sifat fisik tanah
sangat penting diperhatikan untuk pertumbuhan tanaman.

4.3. Pembentukan Struktur Tanah

Struktur terbentuk karena adanya penyayatan agregat mikro ke dalam agregat


makro. Adapun gaya dalam penyayatan adalah :
- Gaya intermolekuler (Vanderwaals)

- Gaya kapiler yang timbul oleh adanya miniskus

- Gaya kimia termasuk pengaruh kation teradsorpsi .


Agregasi terbentuk dari penyayatan butiran tanah yang dilalui flokulasi dan dari
terjadinya retakan.
Butiran tanah dari satu sama lain disatukan karena gaya elektrostatis dan
adanya peningkatan baik oleh liat maupun bahan organik.
Pada flokulasi dan koagulasi yang berkerja adalah gaya intermolekuler,
kemudian agar tanahnya mantap diperlukan adanya bahan semen. Pembentukan
agregat tanah karena : 1) Koagulasi koloid tanah (karena pengaruh Ca 2+ ) kedalam
agregat makro, 2) Sementasi (pengikatan) agregat mikro ke dalam agregat makro.

4.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Struktur Tanah

1. Bahan penyusun tanah ( liat, bahan organik, oksida besi dan alumunium).

Agregat terbentuk karena adanya penyatuan butiran tanah yang dimulai dari
flukosi atau terjadi retakan yang dipengaruhi gaya elektrostatis dari Vandewaals, agar
tanah menjadi mantap perlu pengikat (liat, bahan organik, oksida besi dan
alumunium). Dengan demikian variasi bahan penyusun tanah tersebut akan sangat
mempengaruhi pembentukan agregat-agregat tanah serta kemantapan agregat yang
dibentuk.
Ada 4 cara penyelidikan yang digunakan untuk menyelidiki peranan bahan penyusun
tanah :
33

a. Cara analisis empiris


b. Cara penambahan bahan semen
c. Cara ekstrasi
d. Cara microscope

2. Jasad Mikro Tanah (jamur dan bakteri)

Perlu diketahui bahwa organic tanah baru berfungsi sebagai pengikat tanah
setelah mengalami penguraian. Penguraian bahan organik dipercepat jika di dalam
tanah terdapat kehidupan yakni jasad mikro tanah. Dengan demikian walaupun
didalam tanah tersedia bahan organik, tetapi tidak ada jasad mikro, maka bahan
organik tersebut tidak banyak bermanfaat untuk agregasi. Demikian pula, tanpa bahan
organik, jasad mikro tidak efektif dalam mengikat agregasi tanah.
Jasad mikro tanah dapat mengikat butir-butir tanah menjadi agregasi secara :
a. Langsung yakni dengan ikatan mekanis oleh cell dan filament jasad makro.
b. Tidak langsung yakni dengan ikatan yang dilakukan dengan hasil penguraian
bahan organik.
Efektivitas jasad mikro membantu agregasi dipengaruhi oleh :
a. Sifat bahan organik yang tersedia atau mudah/tidaknya terkomposisi
b. Jasad mikro yang ada
c. Lingkungan jasad mikro yang ada ( air tanah, temperatur, aerasi dan pH ).

3. Tanaman

Telah lama telah diketahui bahwa adanya tanaman pada suatu lahan dapat
membantu agregasi tanah. Pada dasarnya peranan tanaman terhadap pembentukan
agregat tanah dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu : a) secara fisik mekanis, b)
secara biologis.
Secara mekanis agregasi terjadi karena akar tanaman yang menembus massa
tanah membentuk bidang-bidang belah, dan juga dengan adanya tekanan akar tersebut
butir-butir tanah menjadi lebih padat dan lebih dekat satu sama lainnya, sehingga
34

kohesinya semakin besar. Bidang belah dapat terbentuk karena adanya pengkerutan
tanah sebagai akibat terpisahnya air oleh akar tanaman. Bidang belah baik terbentuk
karena adanya akar maupun dehidrasi air aleh akar adalah tingkat pertana agregasi.
Bahan-bahan yang dikeluaran oleh akar tanaman, dan akar tanaman yang telah mati
selanjutnya oleh jasad mikro dirombak menjadi bahan-bahan yang mampu mengikat
butiran-butiran tanah menjadi agregat disebut secara biologis mekanis kimia.

4. Hewan Tanah (cacing tanah, serangga)

Bagaimana macam hewan tanah antara lain cacing tanah dan serangga tanah
diketahui sangat membantu pembentukan agregat tanah. Secara langsung membuat
lubang didalam massa tanah dan menggemburkan tanah, secara tidak langsung
dengan merombak sisa-sisa tanaman yang setelah digunakan untuk pertumbuhannya
dikeluarkan dan dapat berfungsi sebagai bahan pengikat tanah.

5. Iklim

Bersama-sama dengan pH, perubahan iklim (dalam hal ini pembahasan dan
pengeringan serta pencairan dan pembekuan) merupakan faktor fisik yang sangat
mempengaruhi pembentukan dan kemantapan agregat. Pembasahan dan pengeringan
dominant pada tanah vertisol, sehingga tanah ini sering disebut sebagai self mulching.

4.5. Macam Struktur Tanah

Berdasarkan bentuknya, struktur tanah dapat dibedakan menjadi :


a. Struktur sederhana : Bidang alami tidak ada atau tidak nampak jelas.
1. struktur butir tunggal : terdapat pada tanah-tanah pasir, pasir berlempung dan
pasir berdebu.
2. struktur pejal/massif : terdapat pada gumpalan tanah pejal hasil pembajakan.
b. Struktur gabungan atau pautan : merupakan bidang belah alami yang dapat dilihat
dengan jelas, dapat digambarkan menurut panjang relatif sumbu-sumbu horizontal
dan vetikalnya dan oleh bentuk sisanya, seperti :
35

1. Kubus (Blocky) : jika sumbu horizontal sama dengan sumbu vertical. Jika
sudutnya tajam disebut angular blocky (kubus) sedangkan jika sudutnya
membulat disebut kubus membulat (sub angular blocky).
2. Lempeng (Platy) : sumbu horizontal lebih panjang daripada sumbu vertical
dan merupakan agregat yang tipis. Bentuk ini biasanya terdapat pada tanah
liat yang baru terjadi secara deposisi.
3. Prisma : sumbu vertikal lebih panjang daripada sumbu horizontal. Bentuk ini
pada umumnya terdapat pada horizon B. Bila sudut puncak tajam disebut
prismatic, dan bila sudut puncak membulat disebut columnar.
4. Granuler : Agregat yang membulat biasanya diameternya tidak lebih dari 2
cm. terdapat pada horizontal A, struktur ini dalam keadaan lepas disebut
Crumbs atau Spherical.
4.6. Tingkat Perkembangan Struktur Tanah dibagi kedalam :
1. Tidak beragregat (0) : tidak ada ikatan partikel tanah
2. Derajat lemah (1) : Terbentuk struktur tetapi mudah pecah jika terkena
gaya
3. Derajat sedang (2) : Agregat tanah telah terbentuk dengan jelas, dan agak
mudah dipecahkan
4. Derajat kokoh (3) : Agregat telah mantap terbentuk dan sukar untuk
dipecahkan

4.6. Evaluasi Struktur Tanah

Untuk kepentingan pertumbuhan tanaman, yang perlu diperhatikan pada tanah


tempat tanaman tersebut tumbuh adalah ruang pori baik mengenai jumlah, ukuran,
penyusunan dan stabilitas pori. Disamping hal tersebut di bidang pertanian selalu
berhubungan dengan pengolahan tanah dan usaha mempertahankan dan melestarikan
sumber daya tanah. Oleh karena itu perlu dikembangkan metode yang digunakan
untuk mengevaluasi kemantapan agregat akibat dari pengolahan tanah atau gaya lain
yang merusak tanah.
36

Untuk mengetahui jumlah pori dapat dihitung seperti bab II yaitu dengan
persamaan :
Vr
η = x 100%
Vt

Ruang pori ini merupakan salah satu pertanda adanya agregasi pada tanah.
Tanah yang berstruktur mempunyai ruang pori yang lebih banyak dari pada tanah
yang strukturnya kurang baik.
Pengetahuan tentang porositas total belum banyak memberikan informasi
tentang struktur tanah, sehingga perlu diketahui tambahan informasi yang lain yaitu
distribusi ukuran pori dan cara penyusunan pori. Distribusi ukuran pori pada
umumnya dihitung dari kurva karakteristik air tanah. Perhitungan ini berdasarkan
pada prinsip kapilaritas yang menyatakan bahwa pada suatu nilai potensial matrik air
tanah tertentu, hanya ukuran pori-pori sama dengan atau lebih kecil diameter tertentu
yang terisi air. Jika ditulis dengan persamaan adalah :
- 4T cos α
ψm =
d
dimana : ψm = potensial matrik
T = tegangan permukaan cairan
Α = sudut kontak antara air dengan padatan tanah
d = diameter
jika cairan yang digunakan air dengan nialai T = 72,7 dyne/cm dan α = 0 maka :
- 0,28
ψm =
d
dimana ψm dan d dalam satuan cm. jadi diameter pori pada satuan matrik – 100 cm
adalah :
- 0,28
d= cm = 28 um
100
Bagian pori yang mempunyai diameter d, dihitung dari kandungan air volume.
37

Contoh :

Buat gambar distribusi pohon tanah yang mempunyai kurva karakteristik air tanah
seperti berikut :

3,5

2,5

1,5

10 20 30 40 50
Gambar 4.1. Kurva karakteristik air tanah mediteran

Dari kurva tersebut dapat dihitung ukuran pori dan % volume masing-masing
ukuran.
Ψm (cm) Ukuran pori d (um) Log d % volume
1 2800 3,44 55
10 280 2,44 52
30 93,3 1,96 49
100 28 1,44 40
300 9,3 0,96 28
1000 2,8 0,44 20
3000 0,28 -0,55 18
15000 0,018 -1,74 15
38

Selanjutnya distribusi ukuran pori dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 4.2. distribusi ukuran pori tanah mediteran.

Bahan Diskusi Kelompok

1. Hubungan anatar struktur tanah dengan pertumbuhan tanaman


2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan tingkat perkembangan
struktur tanah
3. Cara menentukan macam ikatan dan struktur tanah.

Latihan Terstruktur
Kumpulkan bentuk-bentuk struktur yang ada di Pulau Bali dengan cara meneliti
hasil penelitian mahasiswa atau dosen yang telah ada, kemudian bahas mengapa
bias berbeda
.

Tugas Mandiri
Buat ringkasan tentang struktur tanah yaitu dari pengertian struktur tanah,
hubungan dengan tanaman, bentuk-bentuk dan tingkat perkembangan struktur,
genesis struktur, cara-cara menentukan struktur tanah.
39

Contoh Soal

1. Sebutkan dan jelaskan 7 mekanisme pembentukan agregat tanah.


2. Sebutkan dan jelaskan 4 faktor penyebab kemantapan agregat tanah.

Daftar Pustaka
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB. Bogor

Baver, L.D. W.H. Gardner; W.R. Gardner. 1972. Soil Physics. Fourth Edition. John
Wiley & Sons, Inc. New York.

Herudjito, Dasun. 1980. Fisika Tanah. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. Fakultas


Pertanian IPB, Bogor

Saifuddin Sarief, 1989. Fisika- Kimia Tanah. Pertanian Pustaka Buana, Bandung

Sarwono Hardjowigeno. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta


40

V. UDARA TANAH

Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu memahami (menjelaskan) pengertian, komposisi, factor yang
mempengaruhi, pertukaran udara dalam tanah. Kemudian mahasiswa dapat
menganalaisis (menggunakan) hubungan aerasi tanah dan pertumbuhan tanaman

Sasaran Belajar
Mahasiswa setelah mengikuti dan mendiskusikan topik bahasan ini, mahasiswa
dapat menjelaskan dengan kata sendiri pengertian udara tanah, Komposisi udara
tanah, Faktor-faktor yang mempengerahui udara tanah, Pertukaran udara dalam
tanah dan Areasi tanah dan pertumbuhan tanaman.

5.1. Pendahuluan

Seperti telah diketahui bahwa tanah terdiri atas 3 fase yaitu padatan, cairan
dan gas/udara. Unsur udara dalam tanah ini dalam beberapa hal memegang peranan
penting dalam sifat-sifat tanah. Sebagai alat produksi udara tanah mempunyai
peranan yang tidak kurang pentingnya baik secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi hasil atau produkvitas suatu lahan. Contoh pada tanah yang selalu
tergenang air tidak akan dapat diusahakan secara wajar dan efisien karena kekurangan
udara. Jika udara dalam tanah terbatas akan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut :
1. Menghambat pertumbuhan dan perkembangan akar
2. Menghambat pernafasan akar
3. Menghambat penyerapan air dan unsure hara dari dalam tanah
4. Menekan aktivitas jasad-jasad hidup dalam tanah, sehingga proses-proses biologi
yang berhubungan dengan pembangunan kesuburantanah terhambat.

5.2. Komposisi Udara Tanah

Komposisi udara tanah menyatakan kandungan (dalam %) gas-gas seperti N 2,


O2, CO2 dalam udara tanah. Komposisi masing-masing gas senantiasa berubah
tergantung keadaan luar dan keadaan dalam tanah itu sendiri. Keadaan luar yang
41

paling berpengaruh adalah adanya perubahan iklim. Konsentrasi CO2 di dalam tanah
lebih besar daripada konsentrasi gas CO 2 udara luar, karena adanya penimbunan gas
CO2 yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan akar-akar tanaman di dalam tanah.
Contoh komposisi udara di dalam tanah dan di luar disajikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Komposisi udara dibeberapa tempat

Tempat % Volume

O2 CO2 N2

Udara tanah
- Inggris 20,65 0,25 79,20
- Iowa 20,40 0,20 79,40
- New York 15,10 4,50 31,40

Udara luar 20,97 0,03 79,00

5.2. Faktor-Faktoryang Mempengaruhi Udara Tanah

Dalam alam ini banyak terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi


komposisi udara tanah, antara lain :

a. Sifat tanah
b. Cara bercocok tanam
c. Bahan organik dan kegiatan mikrooragisme
d. Perubahan musim
a. Sifat Tanah
Sifat tanah yang mempengaruhi susunan udara tanah adalah tekstur,
kedalaman tanah, struktur tanah, kadar air dan kadar bahan organik tanah. Dilihat
dari tekstur tanah maka didapatkan bahwa makin halus tekstur tanah maka makin
tinggi kadar CO2 . Demikian juga makin dalam kita masuk suatu horizon tanah,
maka makin bertambah kadar CO2. Makin tinggi kadar air maka makin tinggi kadar
42

CO2. Hubungan antara tekstur, kedalaman tanah dan CO2 dan O2 disajikan pada
Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Hubungan antara tekstur, kedalaman tanah dan komposisi udara
tanah ( % )

Tekstur
Dalam
Lempung berpasir Lempung liat berdebu Liat berdebu
(feet)
CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2
1 0,8 19,9 1,0 19,8 1,7 18,2
2 1,3 19,4 3,2 17,9 2,8 16,7
3 1,5 19,1 4,6 16,8 3,7 15,6
4 2,1 18,3 6,2 16,0 7,9 12,3
5 2,7 17,9 7,1 15,3 10,6 8,8
6 3,0 17,5 7,9 14,8 10,3 4,6
> < > < > <

b. Cara bercocok tanam


Tanah yang ditanami lebih banyak mengandung CO2 daripada tanah bero,
karena tanah yang ditanami akan menggunakan O2 dan melepaskan CO2. Lebih-lebih
lagi bila tanah yang ditanami ditambah dengan bahan organik akan meningkatkan
kadar CO2.

c. Bahan Organik dan Kegiatan Mikrooragnisme

Tanah yang banyak mengandung bahan organik akan mengandung kadar CO 2


lebih tinggi, karena kegiatan mikrooragnisme sangat aktif menghasilkan CO 2.
Biasanya jumlah dipakai untuk menilai kegiatan mikroorganisme di dalam tanah.

d. Perubahan Musim
Perubahan musim/iklim luar juga akan mempengaruhi susunan udara tanah,
khususnya kadar CO2 dan O2 . Pada musim dingin, kadar CO 2 sangat rendah karena
kegiatan mikroorganisme terbatas. Sebaliknya pada musim spring dan gugur
kandungan CO2 sangat tinggi.
43

Bahan Diskusi Kelompok

1. Apakah ada gas lain yang penting di dalam tanah selain N2, O2, CO2
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi udara tanah.
.

Latihan Terstruktur
Lakukan pengukuran gas pada tanah yang di tanami tanaman semusim, tahunan dan tanah
bero, kemudian bandingkan hasilnya
.

Tugas Mandiri
Buat ringkasan tentang udara tanah dari minimal 3 buah literatur/ pustaka

Contoh Soal

1. Sebutkan dan jelaskan 4 faktor yang mempengaruhi komposisi udara di


dalam Tanah
2. Sebutkan proses terbentuknya struktur tanah

Daftar Pustaka
Nurhajati Hakim, Yusuf Nyakpa, Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, Rusdi Saul, Amin
Diha, Go Bang Hong dan Bailey. 1986. dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung

You might also like