Professional Documents
Culture Documents
Fisika Tanah: Bahan Ajar
Fisika Tanah: Bahan Ajar
Fisika Tanah: Bahan Ajar
FISIKA TANAH
Oleh
PRODI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
ii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang
Hyang Widi Wasa karena atas karunianya, sehingga buku Fisika Tanah ini dapat
terselesaikan.
Penyusunan buku ini berdasarkan beberapa literature tentang Fisika Tanah
seperti yang disebutkan pada daftar pustaka. Buku ini dipersiapkan untuk mahasiswa
Program Studi (Prodi) Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Penulisan buku ini cukup banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak,
sehingga melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada
Dekan Fakultas Pertanian yang telah memberi bantuan berupa fasilitas untuk
pengetikkan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian buku ini.
Penulis menyadari, seperti pepatah menyatakan tiada gading yang tak retak,
oleh karena itu saran dan kritik penulis harapkan dari semua pihak untuk
penyempurnaan buku ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
No. Teks halaman
JUDUL…………. …………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… iii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… iv
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… v
I. PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1
1.1. Pengertian Fisika Tanah ……………………………………………… 1
1.2. Tugas Fisika Tanah …………………………………………………… 3
II. PERINCIAN TANAH SECARA FISIKA ……………………………….. 5
2.1. Tanah Sebagai Benda ………………………………………………... 5
2.2. Hubungan Antar Penyusun Tanah …………………………………… 6
2.2.1. Berat Volume Tanah …………………………………………... 6
2.2.2. Berat Jenis Partikel ……………………………………………. 8
2.2.3. Porositas Tanah ……………………………………………….. 8
2.2.4. Rasio Ruang …………………………………………………… 9
2.2.5. Bagian Cairan …………………………………………………. 9
2.2.6. Hubungan Antara Volume Ruang Yang Cairan dan Udara ….. 10
III. BAHAN PENYUSUN TANAH …………………………………………. 13
3.1. Bentuk dan Susunan ………………………………………………… 13
3.2. Analisa Mekanik Tanah ……………………………………………... 14
3.3. Tekstur Tanah ……………………………………………………….. 15
3.4. Mineral Tanah ………………………………………………………. 17
3.5. Luas Permukaan……………………………………………………... 20
3.6. Absorpsi Air dan Ion ………………………………………………... 21
3.7. Interaksi Antara Mineral Liat ………………………………………. 25
3.8. Perilaku Rheologi …………………………………………………… 26
IV. STRUKTUR TANAH ………………………………………………….. 31
4.1. Pengertian Struktur Tanah …………………………………………. 31
4.2. Hubungan Struktur Tanah dengan Tanaman ……………………….. 31
4.3. Pembentukkan Struktur Tanah ……………………………………... 32
4.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Tanah ………………. 32
4.5. Macam Struktur Tanah ……………………………………………... 34
4.6. Tingkat Perkembangan Struktur…………………………………….. 35
4.7. Evaluasi Struktur Tanah ……………………………………………. 35
V. UDARA TANAH ……………………………………………………….. 40
5.1. Pendahuluan ………………………………………………………... 40
5.2. Komposisi Udara Tanah ……………………………………………. 40
5.3. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Udara Tanah …………………. 41
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR GAMBAR
No. Judul halaman
I. PENDAHULUAN
Kompetensi Dasar
Mahasiwa mampu memahami (menjelaskan) pengertian tanah, sifat fisik tanah
sebagai penentu kemampuan tanah, sifat fisik tanah merupakan faktor pembatas
permanen, kerusakan sifat fisik sulit dikenal dan diperbaiki dan tugas fisika tanah
Sasaran Belajar
gembur. Variabel orang pertanian ini akan berbeda dengan orang penekun teknik
yaitu mereka memperhitungkan kedalaman tanah sampai kelapisan keras (bedrock)
yang dapat menahan bangunan-bangunan teknik yang dibangun diatasnya, ukuran
partikel yang masih diperhitungkan adalah sampai ukuran kerikil dan struktur yang
dikehendaki adalah struktur padat/mampat.
Tanah sebagai tubuh alami dapat dipelajari dari segi sifat kimia, biologi dan
fisika. Sifat-sifat tersebut akan mempengaruhi kemampuan atau daya dukung tanah,
tetapi sifat yang mana lebih dominan, tergantung dari tujuan penggunaan tanah
tersebut. Kemampuan atau daya dukung tanah pada umumnya lebih banyak dibatasi
oleh sifat fisik tanah.
Contoh : Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh sifat fisik tanah, seperti
tekstur, struktur, drainase/aerase, dan kekuatan tanah.
Bidang teknik sangat dipengaruhi oleh tekstur, kekuatan tanah (daya
geser, daya runtuh).
Ditinjau dari segi pengelolaan, pengelolaan sifat fisik tanah relatif lebih sulit/sukar
dibandingkan dengan pengelolaan sifat kimia tanah, sehingga sifat fisik tanah
dikatakan sebagai faktor pembatas yang permanen (tetap).
Contoh : Tekstur tanah tidak akan berubah dalam jangka waktu yang lama.
Tekstur pasir untuk menjadi tekstur lempung membutuhkan waktu yang
cukup lama
Apabila kita bandingkan antara perkembangan pengetahuan sifat fisik tanah dan sifat
kimia tanah, maka pengetahuan kita tentang sifat fisik tanah masih sangat terbatas
Contoh : Struktur tanah telah diteliti sejak tahun 1894 oleh Ernst Mach, tetapi sampai
sekarang kita masih belum dapat mengevaluasi struktur dengan tepat.
Akibatnya dalam pengelolaan tanah, kita belum mampu mengevaluasi
sistim yang selama ini. Artinya pengolahan tanah untuk tanaman jagung
misalnya, kita belum mengetahui apakah sudah cukup, kurang atau sudah
lebih.
3
Fisika tanah adalah salah satu cabang ilmu tanah yang mempelajari proses-
proses fisika di dalam tanah yaitu cara pengukuran dan pengaturan proses fisik di
dalam tanah. Jika fisika tanah mempelajari tingkat keadaan, pergerakan, aliran dan
transportasi benda di dalam tanah.
Sebagai hasil akal budi manusia diharapkan fisika tanah dapat mengelola
tanah secara fisik untuk kepentingan umat manusia. Pengelolaan yang dapat
dilakukan antara lain : perbaikan aerasi, drainase, pengawetan tanah dan air.
4
Latihan Terstruktur
Mahasiswa mencari penyebab sifat fisik tanah lebih dominant menentukan
kemampuan atau daya dukung tanah dan perkembangan pengetahuan tentang sifat
fisik tanah lebih terbatas dibandingkan sifat kimia tanah
Tugas Mandiri
Kumpulkan contoh-contoh : 1). sifat fisik tanah lebih dominant menentukan
kemampuan tanah. 2) Pengelolaan sifat fisik tanah lebih sulit dibandingkan
pengelolaan sifat kimia tanah
Contoh Soal
1. Jelaskan mengapa sifat fisik tanah dikatakan sebagai faktor pembatas yang
permanent
3. Jelaskan mengapa perbaikan sifat fisik tanah lebih sulit dibandingkan dengan
kimia tanah
Daftar Pustaka
1. Utomo, W.H. 1985. Fisika Tanah. Fakultas Pertanian Brawijaya, Malang
2. Herodjito, 1975. Fisika Tanah. Institut Pertanian, Bogor
5
Kompetensi Dasar
Mahasiswa setelah mengikuti dan diskusi tentang pokok bahasan ini, mahasiswa
mampu memahami (menjelaskan) tanah merupakan sistem disperse 3 fase, berat
volume tanah (ρb), berat jenis partikel ( ρp), porositas tanah ( η) , Kadar air
massa (w), kadar air volume (θ) , derajat kejenuhan air ( S) dan pori terisi udara
(ηu). Mahasiswa dapat menerapkan (menggunakan) menghitung : ρb, ρp, η ,
w, θ , S , ηu. Mahasiswa juga dapat menganalisis (menghubungkan) antara , ρb,
ρp, η , w, θ , S , ηu. dan menghitung kebutuhan air per satuan luas
Sasaran Belajar
daripada udara. Demikian pula pada tanah yang padat akibat tekanan dari luar seperti
injakan sapi atau traktor, maka tanah akan turun dan bagian udara akan bertambah.
Tanah dapat diuraikan sebagai suatu sistim tiga fase yang terpisah, sehingga
hubungan antar bahan penyusun tanah dapat disajikan seperti pada gambar 2.1:
Volume Massa
Vr Vu Udara Mu
Vt Vc Cairan Mc Mt
Vp Padatan Mp
Berat volume tanah (ρb) adalah perbandingan antara massa tanah total dengan
volume total tanah
Mt
ρb =
Vt
7
Berat volume tanah biasanya ditetapkan dalam keadaan kering, sehingga massa cairan
Mc = 0 dan massa udara (Mu) nilainya sangat kecil maka Mu dianggap 0.
Mp
ρ
Jadi b =
Vt
Nilai berat volume tanah yang ada di alam antara 0,8 – 1,7 g/cm3 , sedangkan untuk
tanah pertanian berat volume tanah berkisar antara 1,1 – 1,6 g/cm3 .
Cara Pengukuran ρb
untuk mengukur nilai berat volume tanah terdapat beberapa metode yaitu : 1)
metode ring sampel, 2) metode clod, 3) metode Auger/boring dan akhir-akhir ini
dikembangkan mengukur dengan radio aktif.
8
Nilai berat jenis partikel untuk tanah pertanian berkisar antara 2,50 – 2,70 g/cm 3, dan
rata-rata berat jenis partikel tanah adalah 2,65 g/cm3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai berat jenis partikel adalah mineral
tanah dan bahan organik. Mineral berat seperti hematite mempunyai berat jenis
partikel tinggi, sedangkan bahan organik mempunyai berat jenis partikel rendah.
Porositas tanah untuk tanah pertanian berkisar antara 40 – 60%. Porositas tanah
dipengaruhi oleh ukuran partikel dan struktur tanah. Untuk tanah berpasir
mempunyai porositas rendah yaitu sekitar 40%, sedangkan tanah berlempung
mempunyai porositas tinggi yaitu sekitar 60%.
Porositas dapat ditentukan dengan data berat volume tanah ( ρb) dan berat
2.2.5. Bagian Cairan (Kadar Air Massa dan Kadar Air Volume)
Kadar air massa (w) adalah perbandingan antara massa cairan dengan massa
tanah dalam keadaan kering.
Mc
Jadi w = X 100 %
Mt
Mc
W= x 100 %
Mp
Kadar air volume (θ) adalah perbandingan antara volume air dengan volume padatan.
Vc
θ = x 100%
Vt
Untuk tanah-tanah yang tidak mengembang dan mengempis, kandungan air massa
dapat dirubah menjadi kandungan air volume dengan persamaan berikut :
θ = w . ρb / ρc
ρb = berat volume tanah
10
Derajat kejenuhan (S) adalah perbandingan antara volume ruang yang berisi
cairan dengan volume ruang.
Vc
S = x 100 %
Vr
Hubungan antara kadar air volume, derajat kejenuhan, dan pori terisi udara
adalah sebagai berikut :
ηa = η - θ
ηa = η ( 1 – S )
Latihan Terstruktur
1. Kumpulkan nilai berat volume tanah dari beberapa tekstur tanah (tekstur liat,
lempung dan pasir)
2. Bandingkan nilai berat volume tanah dari ketiga kelas tekstur tersebut dan
mengapa berbeda.
11
Tugas Mandiri
1. Coba dikerjakan sendiri penetapan berat volume tanah untuk beberapa kelas
tekstur tanah
2. Perhatikan faktor apa saja yang perlu diperhatikan pada saat penetapan
berat volume tanah
Contoh soal
Contoh tanah utuh diambil menggunakan ring sampel (ukuran ring : tinggi 10 Cm
dan diameter dalam 7 Cm). tanah tersebut mempunyai berat 508 g, kemudian
dikeringkan dalam oven dengan suhu 1050 C selama 24 jam, beratnya menjadi 423 g,
jika berat jenis tanah 2,65 g/Cm3.
Hitung : Berat volume tanah, Porositas, Ruang Pori, kandungan air massa,
kandungan air volume, derajat kejenuhan dan kebutuhan air per hektar
jika kita ingin membasahi tanah sampai kedalaman 15 Cm.
Daftar Pustaka
1. Kohnke, H. 1968. Soil Physics. McGrawHill, New York
3. Sutedjo, M.M. dan A.G. Kartasapoetra, 2002. Pengantar Ilmu Tanah. PT.
Rineka Cipta. Jakarta.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menjelaskan bentuk, susunan dan sifat bahan penyusun tanah,
difinisi tekstur, mineral liat dan pengertian rheologi. Mahasiswa dapat
menerapkan analisis mekanik tanah, menentukan jenis liat dan luas permukaan
liat dan menguraikan kelas tekstur, luas permukaan liat, absorbsi air dan ion serta
interaksi mineral liat.
Sasaran Belajar
Setelah mengikuti dan mendiskusikan pokok bahasan ini, mahasiswa dapat :
1. menjelaskan bentuk, susunan dan sifat bahan penyusun tanah, perbedaan dan
persamaan ukuran partikel tanah berdasarkan lembaga pembuatnya
2. melaksanakan analisis mekanik tanah dan menetapkan kelas tekstur tanah
3. menjelaskan perbedaan antara bahan berukuran liat dengan mineral liat
4. menjelaskan susunan mineral liat tipe 1: 1 dan 2 : 1
5. menghitung luas permukaan liat
6. menjelaskan liat dapat mengadsorbsi air dan ion dan faktor-faktor yang
mempengaruhi.
7. menghitung jumlah ion yang diabsorbsi oleh mineral liat
8. menjelaskan tanah bersifat rheologi
c. Bahan yang tidak berbentuk (amorf), bersifat koloid. Pada golongan ini termasuk
mineral liat Allophane dan oksida besi dan Alumunium.
Bahan – bahan yang termasuk golongan b dan c berukuran < 2 μm dan merupakan
bahan aktif tanah. Selanjutnya bahan-bahan tersebut masih dapat dibedakan
berdasarkan ukurannya. Bahan-bahan yang termasuk dalam satu ukuran disebut
separate tanah atau fraksi tanah. Pada dasarnya ada 3 fraksi tanah, yaitu pasir (sand),
debu (silt), dan liat (clay). Fraksi debu dan pasir masih dapat dibedakan ukurannya,
tergantung dari lembaga pembuatnya.
Dari bidang pertanian penggolongan yang dipakai adalah sistim yang
dikembangkan oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) dan perhimpunan
Ilmu Tanah Internasional (ISSS). Untuk bidang keteknikkan digunakan sistim
Masschusetts Institut of Technalogy (MIT) dan British Standard Institution (BSI). Batas
ukuran masing-masing penggolongan disajikan pada Gambar 3.1 :
Sand I
Clay Silt Gravel
S
Fine course S
S
0,002 0,02 0,2 2,0
Sand Gravel
Clay Silt U
Very Fine Medi Course Very S
Fine um Course D
A
0,002 0,05 0,1 0,25 0,5 1,0 2,0
BSI
Didalam tanah tidak hanya tersusun atas fraksi pasir atau debu atau liat saja,
tetapi biasa secara bersama-sama. Untuk keperluan ini masing-masing praksi
dinyatakan dalam prosentase (%). Berdasarkan komposisi prosentase tersebut disebut
“tekstur Tanah”. Ada 3 (tiga) tekstur utama yaitu pasir (sand), Lempung (loam) dan
liat (Clay).
Tekstur pasir - Kandungan pasir lebih besar atau sama 75 %
- Kemampuan menahan air dan hara rendah
- Aerasi baik
- Drainase baik dan cepat
- Tidak mengempis atau mengembang
Tekstur liat - Kandungan liat lebih besar atau sama 35%
- Mempunyai sifat mengempis/mengembang
- Kemampuan menahan air dan hara tinggi
- Kohesi besar, sulit diolah
16
Gambar 3.3. Diagram 1 unit silika tetrahedral (a) dan Alumunium octahedral (b)
Gambar 3.4. skematis susunan Si tetrahedral dan Al oktahedral dari tipe mineral liat
Mineral liat koalomit terutama terdapat pada tanah yang telah mengalami
pelapukan intensif (cukup hujan tinggi).oleh karena itu mineral ini merupakan
mineral yang paling dominan pada tanah Latosal . Mineral ini mempunyai ukuran
lebih besar (tebal= 400 A) . Oleh karena itu daya simpan air dan zat hara relatif
rendah dan demikian juga batas plastis dan batas cairnya rendah.
Mineral liat montmorilonit terbentuk dari dalam abu volkan pada dasar yang
relative bising dengan drainase jelek (Lombok, Ngawi, Bojonegoro, Bangil dll).
Montmorilonit tersusun atas dua kisi Si-Tetrahedral yang mengapit satu kisi Al
Oktahedral sehingga mempunyai dua permukaan yaitu permukaan luar dan
permukaan dalam. Diantara dua susunan terdapat beberapa molekul air (Gambar 2).
Montmorilonit mempunyai ukuran yang kecil (tebal lebih kurang 5A). Oleh karena
itu mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menyimpan air dan
hara menjadi tinggi sifat lengket, mengembang jika basah dan mengkerut jika kering,
batas plastis dan batas cair tinggi.
Mineral montmorilonit dilapangan dengan mudah dikenal dengan warnanya
yang hitam atau keabu-abuan, adanya retakan-retakan yang lebar dan dalam pada
waktu kering. Retakan-retakan ini dibagian dalam masih sering ada walaupun bagian
20
atas telah menutup pada waktu basah. Sifat adanya retakan ini disebut “vertic”
sehingga disebut vertisol dan tanah lain yang mempunyai sifat vertic juga ditambahi
vertic di belakangnya misalnya mediteran vertic.
Mineral illit (tipe 2:1) terbentuk pada batuan sidimen di daerah beriklim
temperate dan kering. Karena adanya ion K diantara dua susunan maka penghambat
sifat mengembang dan mengkerut. Illit mempunyai ukuran 50 Adan sifatnya antara
kaolinit dan montmorilonit. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa pada tanah pertanian
pasti terdapat salah satu dari ketiga mineral tersebut. Disamping itu pada tanah abu
vulkan muda antara lain andosol di Batu Malang sering dijumpai mineral liat
allophan yang tidak berbentuk.
∑A (m2)
=
M (g)
Untuk partikel tanah yang berbentuk butiran dengan diameter d atau jari-jari r, dan
berat jenis partikel ρp, maka persamaan menjadi
4 π r2
S =
4/3 π r3 ρp
21
Dan jika partikel tanah berbentuk lempengan dengan panjang l dan tebal r maka
2 l2 + 4 l r
S=
l 2 r ρp
S = 2/r ρp
Air yang mengelilingi permukaan liat disebut dengan air yang terabsorbsi. Air
yang terabsorbsi ini sangat mempengaruhi sifat tanah : plastisitas tanah, berikutnya
partikel partikel yang ada, pemadatan dan pergerakan air dalam tanah. Persentase liat
berpengaruh besar terhadap banyaknya air yang terabsorbsi. Sehingga pada tanah
yang bertekstur liat kadar air plastisnya lebih tinggi dan sebaliknya.
Air yang terabsorbsi mempunyai sifat lebih kental (viskositasnya lebih besar),
berat jenis lebih besar (1,4 g/cc), dan menurun bila maki jauh dari permukaan liat.
22
Lapisan air molekul air pertama pada permukaan liat 100 kali lebih besar dari air
bebas.
Permukaan air bermuatan negatif yang dicirikan adanya kation-kation yang
berikatan pada permukaan liat. Di dalam tanah selain dari mineral liat, muatan negatif
juga berasal dari bahan organik. Muatan negatif ini berasal dari ionisasi hydrogen
pada gugusan karbonsil dan penolik. Jika tanah yang bermuatan negatif kita
masukkan kedalam larutan yang mengandung kation, maka muatan negatif ini akan
dinetralisir oleh kation-kation tersebut (H +, Ca+, Mg+,dll). Jadi kation tersebut
diabsorbsi (dijerat) oleh permukaan liat, oleh karena itu disebut kation terjerat.
Jumlah kation yang dapat dijerat oleh tanah sama dengan jumlah muatan negatif dan
disebut “Kapasitas Tukar Kation”, KTK (dengan satuan me/100g) jadi pada komplek
permukaan jerapan terjeda kation Ca++, Mg++, K+, Na+, danH+. Misbah jumlah
basa terjerat terhadap KTK disebut persentase kejenuhan basa (%)
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang KTK dan PKB, berikut
disajikan contoh suatu tanah mempunyai KTK 20 me /100 g dan PKB 80 % dengan
perincian Ca = 30%, Mg = 20%, K = 20%, dan Na = 20%, maka jumlah kation yang
terdapat per 100g tanah
Ca = 6 me/100g = 6 x 40/2 = 120 mg
Mg = 4 me/100g = 4 x 24/2 = 48 mg
K = 4me/100g = 4 x 23 = 92 mg
Na = 2 me/100g = 2 x 39 = 78 mg
KTK mineral liat dipengaruhi oleh luas permukaan, jadi juga dipengaruhi
susunan mineral dan ukurannya ( Tabel 3. 1. )
23
Table A S KTK
Mineral Liat Susunan Dasar Mineral (m2/g) (me/100g)
Kation yang berada pada kompleks jerapan dapat ditukar dengan kation yang
berada pada larutan. Reaksi ini disebut pertukaran kation. Jadi liat yang mengabsorbsi
K+ dimasukkan kedalam larutan CaCl2, maka liat
K+ + CaCl2 Ca+ + 2 KCL
Pada proses pertukaran kation ini dipengaruhi oleh valensi kation, ukuran
kation, sifat mineral terhadap kation dan konsentrasi kation pada larutan ion
bervalensi tinggi dapat dengan mudah mengganti ion bervalensi lebih rendah. Jadi
Ca++ dapat dengan mudah mengganti K+, tetapi tidak sebaliknya. Jika valensi sama,
maka makin besar ukuran kation, makin besar kemampuannya menukar kation
terjerap. Dalam hal ini Ca++ dapat dengan mudah menggantikan Mg++.
Berdasarkan kemudahan proses pertukaran kation dikenal deret :
Li+ < Na+ < H+ < K+ < NH4+ < Mg++ < Ca++ < Al+++
Jadi kation Al+++ paling kuat terjerap dibandingkan dengan Ca ++ dan seterusnya.
Hubungan antara kation yang terjerap dengan yang terlarut dapat dinyatakan dengan
persamaan sbb :
Mt+m M1+m
= k
+n
Nt √N1+n
Kation yang ditukar, tidak semuanya dapat diadsorpsi tepat pada satu lapisan
permukaan liat, tetapi tersebar pada jarak tertentu dari permukaan liat. Adanya
muatan negative pada muka liat dan muatan positif kation menyebabkan kation
tertarik kepermukaan liat (Gaya Coulomb), tetapi energi thermal kation tersebut
menyebabkan kation menjauh dari permukaan liat (Gaya Brownian). Adanya
keseimbangan dari gaya tarik Coulomb dan gaya tolak yang berasal dari energi
thermal kation yang bersangkutan menyebabkan pembentukan lapisan ion baur
dengan konsentrasi tertinggi pada permukaan liat dan berangsur-angsur turun dengan
bertambahnya jarak dari permukaan liat (Gambar 3.5.). Kation yang bervalensi
semakin rendah, maka semakin jauh dari permukaan mineral liat. Adanya dua gaya
yang bekerja pada satu lempengan mineral liat disebut Lapisan Listrik Ganda
(Electric Double Layer).
Partikel liat saling mengadakan interaksi melalui air teradsorpsi, lapisan baur
dan pada beberapa keadaan melalui kontak langsung. Karena adanya muatan listrik,
maka pertikel liat saling tarik menarik dan tolak menolak, sehingga mempengaruhi
pengaturan atau penusunan partikel liat di dalanm susunan struktur atau “ Fabric”.
Jika 2 mineral liat berada pada 15 Ao kation dapat ditukar tersebar merata, jadi
tidak terpisah menjadi 2 lapisan baur. Pada keadaan ini hasil interaksi dari mineral
liat tersebut adalah gaya tarik menarik. Pada jarak lebih dari 15 A o ion diantara
mineal liat tersebut membentuk lapisan baur sehingga terjadilah tolak menolak.
Adanya gaya tolak menolak ini berasal dari air yang teradsopsi diantara 2 partikel liat
tersebut yang mendorong satu sama lainnya.
Sebagai akibat adanya gaya tarik menarik dan tolak menolak ini terjadilah
gejala flokulasi dan disperse. Jika hasil akhir dari interaksi adalah gaya tarik
menarik, partikel liat mengalami flokulasi. Sebaliknya jika dominant gaya tolak
menolak, maka partikel liat mengalami dispersi (Gambar 3.6).
----------------------------------------
---------- ------------------------------
----------------------------------------
- - - - - - - - - ----------------------------------------------------------(a)
----------------------------------------
---------- ------------------------------
----------------------------------------
---------- ------------------------------
(b)
Pada kandungan air tanah di atas batas cair, kebanyakan tanah mempunyai
sifat “Rheotrophy” yaitu tanah berubah menjadi lebih cair jika diaduk (stiring), dan
akan kembali menjadi agak padat jika dibiarkan istirahat. Sifat ini sering disebut “
thrixotrophy”.
Untuk mendapatkan pengertian tentang thrixotrophy diberikan contoh madu
lebah sebagai Gel-Sol-Gel. Madu dalam keadaan biasa berupa Gel dan jika dikenai
gaya (diaduk) madu berupa Sol, dan selanjutnya jika gaya tersebut dihentikan dan
madu dibiarkan istirahat, madu tersebut akan kembali berupa Gel. Untuk tanah,
adanya thrixotrophy dapat dilihat dari perubahan viskositas (jika tanahnya cair),
perubahan kekuatan tanahnya, kekuatan geser atau ketahanan penetrasi (jika tanahnya
lembab).
Utomo dan Dexter (1981) menunjukkan bahwa peremasan (remoulded)
menurunkan kekuatan tanah. Jika peremasan dihentikan dan tanah dibiarkan
beristirahat (dalam keadaan konstan, baik kandungan air maupun temperature) secara
berangsur-angsur kekuatan tanahnya bertambah lagi. Untuk gejala ini Mitchell
(1960) menjelaskan bahwa karena adanya gaya dari luar (peremasan), maka terjadilah
perusakan ikatan (termasuk sedimentasi) dan partikel tersusun agak random. Susunan
random ini akan tetap dapat dipertahankan selama ada gaya dari luar (peremasan),
tetapi begitu peremasan dihentikan maka system tersebut terdapat kelebihan energi
dan secara berangsur-angsur kelebihan energi ini akan diturunkan untuk mendapatkan
keseimbangan baru. Bersamaan dengan perubahan energi di dalam system, susunan
partikel akan menjadi lebih random dan kekuatan tanah akan naik (Gambar 3.7.).
28
Gambar 3.7. Skhema proses thixotrophy yang terjadi karena peremasan (kekuatan
tanah turun) dan kemudian diistirahatkan (kekuatan tanah naik
menuju kekuatan semula)
29
Latihan Terstruktur
1. Pada analisis mekanik tanah mengapa menggunakan partikel tanah paling besar 2
mm
2. Pada analisis mekanik tanah digunakan zat-zat seperti H2O2, HCl, Calgon. Apa
fungsi masing-masing zat tersebut
3. Kenapa dalam analisis mekanik tanah menggunakan asumsi-asumsi
4. Bagaimana cara menentukan kelas tekstur tanah, apabila kita telah mendapatkan
persentase fraksi tanah.
Tugas Mandiri
1. Kumpulkan kelas tekstur tanah yang ada di beberapa Kabupaten di Bali
2. Kumpulkan jenis mineral yang ada di beberapa jenis tanah di Bali
Contoh Soal
Daftar Pustaka
1. Kohnke, H. 1968. Soil Physics. McGrawHill, New York
2. Sutedjo, M.M. dan A.G. Kartasapoetra, 2002. Pengantar Ilmu Tanah. PT.
Rineka Cipta. Jakarta.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu memahami (menjelaskan ) pengertian struktur, pembentukan
struktur, faktor yang mempengaruhi struktur tanah, kemudian menerapkan
(menggunakan) penentuan macam-macam struktur tanah dan sekaligus
mengevaluasi struktur tanah
Sasaran Belajar
daya penetrasi akar, retensi air, drainase dan aerasi. Oleh karena itu sifat fisik tanah
sangat penting diperhatikan untuk pertumbuhan tanaman.
1. Bahan penyusun tanah ( liat, bahan organik, oksida besi dan alumunium).
Agregat terbentuk karena adanya penyatuan butiran tanah yang dimulai dari
flukosi atau terjadi retakan yang dipengaruhi gaya elektrostatis dari Vandewaals, agar
tanah menjadi mantap perlu pengikat (liat, bahan organik, oksida besi dan
alumunium). Dengan demikian variasi bahan penyusun tanah tersebut akan sangat
mempengaruhi pembentukan agregat-agregat tanah serta kemantapan agregat yang
dibentuk.
Ada 4 cara penyelidikan yang digunakan untuk menyelidiki peranan bahan penyusun
tanah :
33
Perlu diketahui bahwa organic tanah baru berfungsi sebagai pengikat tanah
setelah mengalami penguraian. Penguraian bahan organik dipercepat jika di dalam
tanah terdapat kehidupan yakni jasad mikro tanah. Dengan demikian walaupun
didalam tanah tersedia bahan organik, tetapi tidak ada jasad mikro, maka bahan
organik tersebut tidak banyak bermanfaat untuk agregasi. Demikian pula, tanpa bahan
organik, jasad mikro tidak efektif dalam mengikat agregasi tanah.
Jasad mikro tanah dapat mengikat butir-butir tanah menjadi agregasi secara :
a. Langsung yakni dengan ikatan mekanis oleh cell dan filament jasad makro.
b. Tidak langsung yakni dengan ikatan yang dilakukan dengan hasil penguraian
bahan organik.
Efektivitas jasad mikro membantu agregasi dipengaruhi oleh :
a. Sifat bahan organik yang tersedia atau mudah/tidaknya terkomposisi
b. Jasad mikro yang ada
c. Lingkungan jasad mikro yang ada ( air tanah, temperatur, aerasi dan pH ).
3. Tanaman
Telah lama telah diketahui bahwa adanya tanaman pada suatu lahan dapat
membantu agregasi tanah. Pada dasarnya peranan tanaman terhadap pembentukan
agregat tanah dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu : a) secara fisik mekanis, b)
secara biologis.
Secara mekanis agregasi terjadi karena akar tanaman yang menembus massa
tanah membentuk bidang-bidang belah, dan juga dengan adanya tekanan akar tersebut
butir-butir tanah menjadi lebih padat dan lebih dekat satu sama lainnya, sehingga
34
kohesinya semakin besar. Bidang belah dapat terbentuk karena adanya pengkerutan
tanah sebagai akibat terpisahnya air oleh akar tanaman. Bidang belah baik terbentuk
karena adanya akar maupun dehidrasi air aleh akar adalah tingkat pertana agregasi.
Bahan-bahan yang dikeluaran oleh akar tanaman, dan akar tanaman yang telah mati
selanjutnya oleh jasad mikro dirombak menjadi bahan-bahan yang mampu mengikat
butiran-butiran tanah menjadi agregat disebut secara biologis mekanis kimia.
Bagaimana macam hewan tanah antara lain cacing tanah dan serangga tanah
diketahui sangat membantu pembentukan agregat tanah. Secara langsung membuat
lubang didalam massa tanah dan menggemburkan tanah, secara tidak langsung
dengan merombak sisa-sisa tanaman yang setelah digunakan untuk pertumbuhannya
dikeluarkan dan dapat berfungsi sebagai bahan pengikat tanah.
5. Iklim
Bersama-sama dengan pH, perubahan iklim (dalam hal ini pembahasan dan
pengeringan serta pencairan dan pembekuan) merupakan faktor fisik yang sangat
mempengaruhi pembentukan dan kemantapan agregat. Pembasahan dan pengeringan
dominant pada tanah vertisol, sehingga tanah ini sering disebut sebagai self mulching.
1. Kubus (Blocky) : jika sumbu horizontal sama dengan sumbu vertical. Jika
sudutnya tajam disebut angular blocky (kubus) sedangkan jika sudutnya
membulat disebut kubus membulat (sub angular blocky).
2. Lempeng (Platy) : sumbu horizontal lebih panjang daripada sumbu vertical
dan merupakan agregat yang tipis. Bentuk ini biasanya terdapat pada tanah
liat yang baru terjadi secara deposisi.
3. Prisma : sumbu vertikal lebih panjang daripada sumbu horizontal. Bentuk ini
pada umumnya terdapat pada horizon B. Bila sudut puncak tajam disebut
prismatic, dan bila sudut puncak membulat disebut columnar.
4. Granuler : Agregat yang membulat biasanya diameternya tidak lebih dari 2
cm. terdapat pada horizontal A, struktur ini dalam keadaan lepas disebut
Crumbs atau Spherical.
4.6. Tingkat Perkembangan Struktur Tanah dibagi kedalam :
1. Tidak beragregat (0) : tidak ada ikatan partikel tanah
2. Derajat lemah (1) : Terbentuk struktur tetapi mudah pecah jika terkena
gaya
3. Derajat sedang (2) : Agregat tanah telah terbentuk dengan jelas, dan agak
mudah dipecahkan
4. Derajat kokoh (3) : Agregat telah mantap terbentuk dan sukar untuk
dipecahkan
Untuk mengetahui jumlah pori dapat dihitung seperti bab II yaitu dengan
persamaan :
Vr
η = x 100%
Vt
Ruang pori ini merupakan salah satu pertanda adanya agregasi pada tanah.
Tanah yang berstruktur mempunyai ruang pori yang lebih banyak dari pada tanah
yang strukturnya kurang baik.
Pengetahuan tentang porositas total belum banyak memberikan informasi
tentang struktur tanah, sehingga perlu diketahui tambahan informasi yang lain yaitu
distribusi ukuran pori dan cara penyusunan pori. Distribusi ukuran pori pada
umumnya dihitung dari kurva karakteristik air tanah. Perhitungan ini berdasarkan
pada prinsip kapilaritas yang menyatakan bahwa pada suatu nilai potensial matrik air
tanah tertentu, hanya ukuran pori-pori sama dengan atau lebih kecil diameter tertentu
yang terisi air. Jika ditulis dengan persamaan adalah :
- 4T cos α
ψm =
d
dimana : ψm = potensial matrik
T = tegangan permukaan cairan
Α = sudut kontak antara air dengan padatan tanah
d = diameter
jika cairan yang digunakan air dengan nialai T = 72,7 dyne/cm dan α = 0 maka :
- 0,28
ψm =
d
dimana ψm dan d dalam satuan cm. jadi diameter pori pada satuan matrik – 100 cm
adalah :
- 0,28
d= cm = 28 um
100
Bagian pori yang mempunyai diameter d, dihitung dari kandungan air volume.
37
Contoh :
Buat gambar distribusi pohon tanah yang mempunyai kurva karakteristik air tanah
seperti berikut :
3,5
2,5
1,5
10 20 30 40 50
Gambar 4.1. Kurva karakteristik air tanah mediteran
Dari kurva tersebut dapat dihitung ukuran pori dan % volume masing-masing
ukuran.
Ψm (cm) Ukuran pori d (um) Log d % volume
1 2800 3,44 55
10 280 2,44 52
30 93,3 1,96 49
100 28 1,44 40
300 9,3 0,96 28
1000 2,8 0,44 20
3000 0,28 -0,55 18
15000 0,018 -1,74 15
38
Latihan Terstruktur
Kumpulkan bentuk-bentuk struktur yang ada di Pulau Bali dengan cara meneliti
hasil penelitian mahasiswa atau dosen yang telah ada, kemudian bahas mengapa
bias berbeda
.
Tugas Mandiri
Buat ringkasan tentang struktur tanah yaitu dari pengertian struktur tanah,
hubungan dengan tanaman, bentuk-bentuk dan tingkat perkembangan struktur,
genesis struktur, cara-cara menentukan struktur tanah.
39
Contoh Soal
Daftar Pustaka
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB. Bogor
Baver, L.D. W.H. Gardner; W.R. Gardner. 1972. Soil Physics. Fourth Edition. John
Wiley & Sons, Inc. New York.
Saifuddin Sarief, 1989. Fisika- Kimia Tanah. Pertanian Pustaka Buana, Bandung
V. UDARA TANAH
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu memahami (menjelaskan) pengertian, komposisi, factor yang
mempengaruhi, pertukaran udara dalam tanah. Kemudian mahasiswa dapat
menganalaisis (menggunakan) hubungan aerasi tanah dan pertumbuhan tanaman
Sasaran Belajar
Mahasiswa setelah mengikuti dan mendiskusikan topik bahasan ini, mahasiswa
dapat menjelaskan dengan kata sendiri pengertian udara tanah, Komposisi udara
tanah, Faktor-faktor yang mempengerahui udara tanah, Pertukaran udara dalam
tanah dan Areasi tanah dan pertumbuhan tanaman.
5.1. Pendahuluan
Seperti telah diketahui bahwa tanah terdiri atas 3 fase yaitu padatan, cairan
dan gas/udara. Unsur udara dalam tanah ini dalam beberapa hal memegang peranan
penting dalam sifat-sifat tanah. Sebagai alat produksi udara tanah mempunyai
peranan yang tidak kurang pentingnya baik secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi hasil atau produkvitas suatu lahan. Contoh pada tanah yang selalu
tergenang air tidak akan dapat diusahakan secara wajar dan efisien karena kekurangan
udara. Jika udara dalam tanah terbatas akan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut :
1. Menghambat pertumbuhan dan perkembangan akar
2. Menghambat pernafasan akar
3. Menghambat penyerapan air dan unsure hara dari dalam tanah
4. Menekan aktivitas jasad-jasad hidup dalam tanah, sehingga proses-proses biologi
yang berhubungan dengan pembangunan kesuburantanah terhambat.
paling berpengaruh adalah adanya perubahan iklim. Konsentrasi CO2 di dalam tanah
lebih besar daripada konsentrasi gas CO 2 udara luar, karena adanya penimbunan gas
CO2 yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan akar-akar tanaman di dalam tanah.
Contoh komposisi udara di dalam tanah dan di luar disajikan pada Tabel 5.1.
Tempat % Volume
O2 CO2 N2
Udara tanah
- Inggris 20,65 0,25 79,20
- Iowa 20,40 0,20 79,40
- New York 15,10 4,50 31,40
a. Sifat tanah
b. Cara bercocok tanam
c. Bahan organik dan kegiatan mikrooragisme
d. Perubahan musim
a. Sifat Tanah
Sifat tanah yang mempengaruhi susunan udara tanah adalah tekstur,
kedalaman tanah, struktur tanah, kadar air dan kadar bahan organik tanah. Dilihat
dari tekstur tanah maka didapatkan bahwa makin halus tekstur tanah maka makin
tinggi kadar CO2 . Demikian juga makin dalam kita masuk suatu horizon tanah,
maka makin bertambah kadar CO2. Makin tinggi kadar air maka makin tinggi kadar
42
CO2. Hubungan antara tekstur, kedalaman tanah dan CO2 dan O2 disajikan pada
Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Hubungan antara tekstur, kedalaman tanah dan komposisi udara
tanah ( % )
Tekstur
Dalam
Lempung berpasir Lempung liat berdebu Liat berdebu
(feet)
CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2
1 0,8 19,9 1,0 19,8 1,7 18,2
2 1,3 19,4 3,2 17,9 2,8 16,7
3 1,5 19,1 4,6 16,8 3,7 15,6
4 2,1 18,3 6,2 16,0 7,9 12,3
5 2,7 17,9 7,1 15,3 10,6 8,8
6 3,0 17,5 7,9 14,8 10,3 4,6
> < > < > <
d. Perubahan Musim
Perubahan musim/iklim luar juga akan mempengaruhi susunan udara tanah,
khususnya kadar CO2 dan O2 . Pada musim dingin, kadar CO 2 sangat rendah karena
kegiatan mikroorganisme terbatas. Sebaliknya pada musim spring dan gugur
kandungan CO2 sangat tinggi.
43
1. Apakah ada gas lain yang penting di dalam tanah selain N2, O2, CO2
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi udara tanah.
.
Latihan Terstruktur
Lakukan pengukuran gas pada tanah yang di tanami tanaman semusim, tahunan dan tanah
bero, kemudian bandingkan hasilnya
.
Tugas Mandiri
Buat ringkasan tentang udara tanah dari minimal 3 buah literatur/ pustaka
Contoh Soal
Daftar Pustaka
Nurhajati Hakim, Yusuf Nyakpa, Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, Rusdi Saul, Amin
Diha, Go Bang Hong dan Bailey. 1986. dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung