You are on page 1of 29

USUL PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS JAGUNG DAN PUPUK


NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

OLEH:
ANWARY MAHSA
NIM. 2006112493

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023

i
USUL PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS JAGUNG DAN PUPUK


NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

OLEH:
ANWARY MAHSA
NIM. 2006112493

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk melaksanakan penelitian

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023

1
USUL PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS JAGUNG DAN PUPUK NPK


TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG
MERAH (Allium ascalonicum L.)

OLEH:
ANWARY MAHSA
NIM. 2006112493

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Ardian, M.S. Sri Yoseva, SP, MP


NIP. 19600809187031002 NIP. 197309081997022001

Mengetahui

Ketua Jurusan Agroteknologi

Dr. M. Amrul Khoiri, S.P., M.P


NIP. 197811232008011003

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan usul penelitian yang

berjudul “Pengaruh Pemberian Kompos Jagung dan Pupuk NPK terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Ardian, M.S

sebagai dosen pembimbing I dan Ibu Sri Yoseva, SP, MP sebagai dosen

pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan motivasi sampai

selesainya usul penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan usul penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan usul penelitian ini masih jauh

dari kesempurnaan. Penulis sangat mengharapkan agar usul penelitian ini

bermanfaat bagi kita semua baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan

datang.

Pekanbaru, Oktober 2023

Anwary Mahsa

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................ iv
DAFTAR ISI............................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... vi

I PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Tujuan............................................................................................ 3
1.3 Hipotesis........................................................................................ 3

II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 4
2.1 Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)....................... 4
2.2 Kompos jagung.............................................................................. 6
2.3 Pupuk NPK.................................................................................... 7

III METODOLOGI................................................................................... 10
3.1 Tempat dan Waktu......................................................................... 10
3.2 Bahan dan Alat............................................................................... 10
3.3 Metode Penelitian.......................................................................... 10
3.4 Pelaksanaan Penelitian................................................................... 11
3.5 Pengamatan.................................................................................... 14
3.6 Analisis Data.................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 17
LAMPIRAN

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Tabel jadwal kegiatan penelitian

2. Deskripsi tanaman kelapa sawit varietas DxP Dami Mas

3. Denah penelitian rancangan acak lengkap (RAL) faktorial.....................

iv
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk kedalam komoditas

hortikultura yang dibutuhkan oleh masyarakat sebagai pelengkap bumbu masak

dan obat-obatan. Bawang merah memiliki segi ekonomis yang tinggi, maupun

dari kandungan gizinya. Menurut Saragih dan Manalu (2020), bawang merah

mengandung berbagai zat yang bermanfaat bagi kesehatan seperti karbohidrat,

fosfor, kalsium, zat besi serta vitamin A dan C.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2022), produksi tanaman bawang

merah di Provinsi Riau pada tahun 2021 yaitu sebesar 329 ton dengan luas panen

67 ha-1 dan produktivitas 4,91 ton.ha-1. Pada tahun 2022 terjadi penurunan jumlah

produksi bawang merah sebesar 195 ton dengan luas panen 63 ha-1 dan

produktivitas hanya 3,09 ton.ha-1. Penurunan produksi bawang merah dan seiring

pesatnya laju pertumbuhan penduduk berdampak kepada tidak terpenuhinya

kebutuhan konsumen di Riau sehingga perlu mendatangkan bawang merah dari

daerah lain seperti Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Jawa

Timur.

Upaya peningkatan produksi tanaman bawang merah dapat dilakukan

dengan penggunaan pupuk organik. Pupuk kompos merupakan salah satu pupuk

organik yang berasal dari bahan-bahan organik yang mengalami proses pelapukan

karena terjadi interaksi antar mikroorganisme yang bekerja didalam bahan

organik. Menurut Atkana et al. (2019), bahan–bahan organik akan mengalami

penguraian secara alami dengan bantuan mikroba yang membutuhkan waktu

panjang dan lambat. Teknologi pengomposan saat ini sangat penting artinya

1
terutama untuk mempercepat proses dekomposisi bahan organik seperti limbah

tanaman.

Limbah tanaman merupakan hasil dari tanaman budidaya yang kaya akan

bahan organik, limbah tanaman dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk

tanaman. Limbah tanaman yang jarang dimanfaatkan yaitu serasah jagung, limbah

jagung bisa diolah menjadi pupuk organik berupa kompos yang akan berperan

dalam siklus produksi tanaman karena bermanfaat bagi tanah dan tanaman dalam

hal memperbaiki struktur dan pH tanah, serta meningkatkan kehidupan mikroba

dan unsur mikro tanah.

Ditinjau dari sisi ekonomi, limbah dari serasah jagung dapat menimbulkan

masalah sosial dan lingkungan, namun limbah serasah jagung yang semulanya

tidak memiliki nilai ekonomis ternyata dapat diubah menjadi produk yang

bermanfaat dan bernilai ekonomis. Limbah serasah jagung dapat dijadikan pupuk

kompos jagung yang bermanfaat bagi tanaman.

Upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan

produksi tanaman bawang yaitu melalui penggunaan pupuk anorganik. Menurut

Lestari dan Palobo (2019), pemakaian pupuk majemuk lebih efisien karena

didalam pupuk majemuk NPK mengandung unsur hara yang dapat diberikan

sekaligus yaitu unsur N, P dan K. Bagi tanaman unsur N, P dan K merupakan

faktor utama karena digunakan dalam proses metabolisme dan biokimia sel

tanaman.

Bawang merah sangat membutuhkan unsur hara untuk proses pertumbuhan

(vegetatif maupun generatif), unsur hara tersebut bisa didapat dalam kandungan

pupuk NPK. Pertumbuhan vegetatif tanaman dipengaruhi oleh unsur N (nitrogen)

2
yang berfungsi dalam pembentukan akar, batang dan daun. Unsur P (fosfor)

berperan penting dalam pertumbuhan akar agar tanaman dapat tumbuh dan

berkembang dengan normal. Unsur K (kalium) berfungsi mengaktifkan enzim

dalam proses pembentukan protein dan karbohidrat (Nurhayati, 2021).

Lingga dan Marsono (2008) menyatakan bahwa dosis pupuk NPK yang

dibutuhkan oleh tanaman bawang merah adalah 200-250 kg.ha-1. Berdasarkan

hasil penelitian Efendi et al. (2017) pupuk NPK Mutiara dengan dosis 250 kg.ha-1

mampu meningkatkan produksi tanaman bawang merah yang ditandai dengan

meningkatnya jumlah anakan per rumpun dan berat umbi per rumpun.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengetahui

interaksi yang terjadi antara kombinasi penggunaan kompos jagung dan pupuk

NPK terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah. Penulis

bermaksud untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian

Pupuk Kompos Jagung dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)”

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh

kompos jagung dan pupuk NPK, untuk mengetahui interaksi antara pemberian

pupuk kompos jagung dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi

bawang merah, serta untuk mendapatkan kombinasi perlakuan terbaik.

1.3 Hipotesis

Pemberian kompos jagung dan pupuk NPK pada dosis yang tepat

mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah.

3
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah salah satu komoditas

sayuran unggulan yang sudah sejak lama dibudidayakan oleh petani secara

intensif. Bawang merah diklasifikasikan ke dalam Kingdom : Plantae, Divisio :

Spermatophyta, Subdivisio : Angiospermae, Classis : Monocotyledoneae, Ordo :

Liliales, Family : Liliaceae, Genus : Allium, Species : Allium ascalonicum L.

(Tjitrosoepomo, 2010).

Bawang merah memiliki sistem perakaran serabut dengan kedalaman

10–15 cm. Bawang merah memiliki jumlah perakaran yang dapat mencapai

20-200 akar. Diameter bervariasi yaitu antara 2-5 mm. Akar cabang tumbuh dan

terbentuk antara 3-5 akar. Bentuk umbi bawang merah beragam yaitu bulat,

bundar, seperti gasing terbalik dan pipih. Umbi berdiameter 2–3 cm dan

berjumlah 5–10 umbi (Dewi, 2012).

Tanaman bawang memiliki batang sejati yang bentuknya seperti cakram,

tipis dan pendek, sebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas (titik tumbuh)

dan pada bagian atas terdapat batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah

daun. Batang semu yang berada di dalam tanah akan berubah bentuk dan fungsi

menjadi umbi lapis (Rukmana dan Yudirachman, 2017).

Daun tanaman bawang berbentuk silindris yang berukuran kecil berlubang

dan memanjang antara 50-70 cm. Bagian ujung daun berbentuk runcing, berwarna

hijau tua dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek.

Jumlah daun berkisar antara 14-50 helai (Hidayat et al., 2014).


Bunga bawang merah terdiri dari tangkai bunga dan tandan bunga.

Tangkai bunga bawang merah berbentuk ramping, bulat dan panjangnya

mencapai 50 cm. Bunga bawang merah merupakan bunga sempurna karena

memiliki benang sari dan putik. Bunga bawang merah keluar dari ujung tanaman

(titik tumbuh) dan terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun melingkar seolah

berbentuk payung. Kuntum bunga terdiri dari enam daun bunga berwarna putih,

enam benang sari berwarna hijau dan sebuah putik. Jumlah kuntum bunga yang

banyak namun bunga yang berhasil melakukan pembungaan relatif sedikit. Buah

bawang merah berbentuk bulat, didalamnya terdapat biji yang berbentuk agak

pipih dan berukuran kecil. Bawang merah pada waktu masih muda, biji berwarna

putih bening dan setelah tua akan berubah menjadi warna hitam (Wulandari,

2013).

Bawang merah dapat ditanam pada daerah dengan ketinggian 0-1000 m di

atas permukaan laut. Ketinggian tempat yang optimal untuk pertumbuhan dan

perkembangan bawang merah adalah 0-450 m di atas permukaan laut. Tanaman

bawang merah cocok ditanam di dataran rendah, namun bawang merah juga dapat

tumbuh didaerah dataran tinggi. Dataran tinggi umur bawang merah lebih panjang

setengah bulan sampai dengan satu bulan (Yani, 2020). Bawang merah

membutuhkan penyinaran cahaya matahari lebih dari 12 jam, kelembaban udara

50-70% dengan suhu 25–32oC serta curah hujan berkisar antara 300-2500

mm.tahun-1 (Wibowo, 2015).

Bawang merah dapat tumbuh dengan baik pada tanah subur yang

mengandung humus (gembur) dan tidak tergenang air memiliki iklim kering

dengan suhu agak panas, dan mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam, serta

5
memiliki aerasi yang baik. Bawang merah tidak tahan kekeringan karena sistem

perakaran yang dimiliki pendek. Kebutuhan air terutama selama pertumbuhan dan

pembentukan umbi cukup banyak. Tanaman bawang merah tidak tahan atau

rentan terhadap curah hujan yang lebat, sehingga tanaman bawang merah

sebaiknya ditanam pada musim kemarau atau di akhir musim penghujan dan

memiliki pengairan yang baik (Yani, 2020).

2.2 Kompos Jagung

Kompos merupakan sumber hara makro dan mikro mineral secara lengkap

meskipun dalam jumlah yang relatif kecil (N, P, K, Ca, Mg) (Atkana et al., 2019).

Pemberian kompos dalam jangka panjang dapat memperbaiki pH dan

meningkatkan hasil tanaman pertanian. Pemanfaatan dari kompos dapat

meminimalisir pemakaian pupuk kimia yang berpotensi menyebabkan degradasi

lahan (Warsito et al., 2016).

Pengomposan merupakan proses dekomposisi terkendali secara biologis

terhadap limbah padat organik dalam kondisi anaerob (Adi et al., 2018). Proses

dekomposisi bahan organik dengan memanfaatkan peran atau aktivitas organisme

akan diubah menjadi kompos yang kaya dengan unsur hara baik makro maupun

mikro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman (Atkana at el., 2019).

Limbah hasil pertanian dan non pertanian (limbah kota dan limbah

industri) dapat digunakan sebagai sumber pupuk organik (Sulistiani, 2014). Bahan

organik tidak dapat digunakan secara langsung oleh tanaman. Umumnya bahan–

bahan organik akan mengalami penguraian secara alami dengan bantuan mikroba

maupun biota tanah lainnya dan membutuhkan waktu yang panjang dan lambat

(Atkana et al., 2019).

6
Kompos termasuk pupuk organik padat yang tergolong pupuk slow release

(Hayati et al., 2012). Bahan dasar pupuk organik berasal dari kotoran ternak yang

banyak dimanfaatkan adalah kotoran sapi, kerbau, kambing, ayam. Limbah

pertanian banyak menggunakan jerami, sekam padi, kulit kacang tanah, ampas

tebu, blotong, batang jagung dan bahan hijauan lainnya.

Umumnya setelah panen, sisa dari tanaman jagung akan dibakar, ini cara

paling mudah untuk membersihkan lahan dari limbah pertanian. Batang jagung ini

bisa diolah menjadi kompos. Kompos dari batang jagung ini akan sama dengan

kompos dari bahan lainnya, sangat bagus untuk menyuburkan lahan pertanian.

Hasil panen tanaman akan menjadi lebih baik dengan mengolah batang jagung

menjadi kompos. Hasil dari penelitian Ginanjar et al. (2016), pemberian pupuk

kompos dengan dosis 15 ton/ha menunjukkan hasil cenderung lebih baik untuk

pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah dengan parameter jumlah

daun, jumlah umbi dan berat kering umbi per rumpun.

2.3 Pupuk NPK

Pupuk majemuk (NPK) adalah salah satu pupuk anorganik yang dapat

digunakan secara efisien dalam tujuan untuk meningkatkan ketersediaan unsur

hara makro (N, P dan K) (Kaya, 2013). Pupuk majemuk memiliki keunggulan

dibandingkan dengan pupuk tunggal, yaitu mengandung lebih dari satu jenis hara,

sehingga pemanfaatan pupuk majemuk lebih efektif dibandingkan dengan pupuk

tunggal. Keuntungan lain dari penggunaan pupuk majemuk tersebut adalah lebih

homogen dalam penyebaran pupuk (Vidya et al., 2016).

Pupuk NPK memiliki unsur penting yang harus tersedia bagi tanaman dan

berfungsi dalam membantu proses metabolisme dan biokimia sel tanaman. Unsur

7
nitrogen digunakan untuk pembangun asam nukleat, protein, bio enzim dan

klorofil. Unsur fosfor sebagai pembangun asam nukleat, fosfolipid, bio enzim,

senyawa metaboit yang berperan penting dalam transfer energi, sedangkan unsur

kalium digunakan sebagai pengatur keseimbangan ion-ion sel yang berfungsi

untuk menjaga dan mengatur mekanisme metabolik seperti fotosintesis.

Pemberian dosis pupuk N, P dan K akan memberikan pengaruh baik terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman (Firmansyah et al., 2017).

Pupuk NPK Mutiara merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur

hara N (16%) yang terbagi dalam dua bentuk yaitu 9,5% NH4 dan 6,5% NO3,

P (16%) dalam bentuk P2O5 dan K (16%) dalam bentuk (K2O). Pupuk NPK

Mutiara tidak hanya mengandung unsur hara N, P dan K namun juga mengandung

1,5% MgO dan 5% CaO. Pupuk majemuk Mutiara disebut pupuk majemuk

berimbang dan lengkap serta dapat dipakai pada semua fase pertumbuhan (Sinaga,

2012).

Unsur nitrogen (N) merupakan unsur penyusun protein dan enzim, nitrogen

diperlukan untuk pembentukan karbohidrat, protein, lemak dan persenyawaan

organik lainnya dan unsur nitrogen memegang peranan penting sebagai penyusun

klorofil yang menjadikan daun berwarna hijau. Unsur fosfor (P) berperan dalam

proses fotosintesis, respirasi dan berbagai metabolisme lainnya. Fosfor penting

dalam transfer energi di dalam sel tanaman, mendorong perkembangan akar dan

pembuahan lebih awal, memperkuat batang sehingga tidak mudah rebah. Unsur

kalium (K) berperan penting dalam proses membuka dan menutupnya stomata,

kalium sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman misalnya untuk memacu

translokasi karbohidrat dari daun ke organ tanaman (Lakitan, 2012).

8
Produksi tanaman bawang merah dapat meningkat apabila unsur hara yang

diberikan sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan penelitian Hendarto et al.

(2021), pemberian pupuk NPK dengan dosis 750 kg.ha-1 dapat meningkatkan

ketersediaan unsur N pada tanah. Meningkatnya ketersediaan unsur N pada tanah

mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman bawang merah, namun

pemberian dosis pupuk yang tinggi dapat mengganggu kesehatan tanah, sehingga

dosis yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan hara tanaman.


III METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Riau, Kampus Bina Widya km 12,5 Kelurahan Bina Widya,

Kecamatan Bina Widya, Kota Pekanbaru. Penelitian ini akan berlangsung selama

empat bulan dimulai dari Oktober sampai dengan Januari 2023. (Jadwal kegiatan

penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1).

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah umbi bawang merah

varietas Lokananta (deskripsi tanaman dapat dilihat pada Lampiran 2), kompos

jagung, pupuk NPK 16-16-16, dithane M-45, decis 25 EC, mulsa plastik dan air.

Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, parang, meteran, tali rafia,

shading net, gembor, ember, sprayer, kertas label, kamera, timbangan digital,

mistar, jangka sorong, alat tulis dan alat penunjang lainnya.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktorial yang disusun dengan

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 faktor.

Faktor pertama adalah kompos jagung yang terdiri dari 4 taraf :

K0: tanpa kompos jagung

K1: kompos jagung 15 ton.ha-1

K2: kompos jagung 20 ton.ha-1

K3: kompos jagung 25 ton.ha-1


Faktor kedua adalah dosis pupuk NPK yang terdiri dari 3 taraf:

N0: NPK 150 kg.ha-1

N1: NPK 250 kg.ha-1

N2: NPK 350 kg.ha-1

Kedua faktor dikombinasikan sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan,

masing-masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga didapatkan

36 unit percobaan. Setiap unit percobaan terdiri dari 25 tanaman, tiga diantaranya

dijadikan tanaman sampel.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan kompos jagung

Kompos jagung yang akan digunakan diperoleh dari limbah panen

jagung. Kompos jagung yang diperlukan yaitu sebanyak 180 ton.ha-1 dengan dosis

15 ton.ha-1, 20 ton.ha-1 dan 35 ton.ha-1.

3.4.2 Persiapan lahan penelitian

Tempat penelitian yang akan digunakan dipilih berdasarkan tempat yang

memiliki topografi datar dan dekat dengan sumber air. Persiapan tempat penelitian

diawali pengukuran lahan dengan ukuran 19 m x 5 m. Kegiatan persiapan lahan

selanjutnya yaitu dilakukan pembersihan vegetasi yang mengganggu pada lahan,

kemudian dilakukan pengolahan lahan yang dilanjutkan dengan penggemburan

tanah dan pembuatan bedengan dengan ukuran 100 cm x 100 cm dengan jarak

antar bedengan 50 cm dan kedalaman 30 cm sehingga diperoleh 36 bedengan

(Bagan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 3).

11
3.4.3 Pemberian perlakuan kompos jagung

Pengaplikasian kompos limbah jagung diberikan satu kali selama

penelitian dengan waktu 7 hari sebelum tanam, kompos limbah jagung tersebut

diaplikasikan ke bedengan dengan dosis setiap perlakuannya yaitu K0: tanpa

kompos jagung, K1: kompos jagung 15 ton.ha-1, K2: kompos jagung 20 ton.ha-1

dan A3: kompos jagung 25 ton.ha-1.

3.4.4 Pemasangan mulsa

Pemasangan mulsa plastik (MPHP) dilakukan sebelum melakukan

penanaman, sebelum pemasangan mulsa bedengan terlebih dahulu disiram dengan

air secara merata menggunakan gembor agar kondisi tanah lembab. Pemasangan

mulsa dilakukan dengan menyiapkan pasak bambu, kemudian mulsa

dibentangkan sepanjang bedengan. Pasak bambu dipasang pada setiap sisi mulsa.

Mulsa dilubangi dengan menggunakan kaleng susu bekas diameter 10 cm

dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm, sehingga terdapat 25 lubang tanam pada

setiap bedengan.

3.4.5 Penanaman

Sebelum ditanam umbi dipotong 1/3 bagian pada ujung umbi agar umbi

tumbuh merata dan mempercepat tunas, selanjutnya direndam dengan

menggunakan Dithane M-45 selama 15 menit agar terhindar dari penyakit.

Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam sedalam 2-3 cm.

Masing-masing lubang tanam diisi satu umbi bawang merah.

12
3.4.6 Pemberian perlakuan pupuk NPK

Pemberian pupuk NPK sesuai dengan dosis perlakuan yaitu N0: 15 gram

per bedengan, N1: 25 gram per bedengan dan N2: 35 gram per bedengan. Pupuk

NPK diberikan pada saat tanaman berumur 1 MST dan 4 MST. Pemberian pupuk

dilakukan dengan cara dilarutkan dalam 1 L air dan disiramkan pada tanaman,

kemudian disiram pada tanah di sekitar tanaman (Perhitungan dosis pupuk NPK

dapat dilihat pada Lampiran 4).

3.4.7 Pemeliharaan tanaman

3.4.7.1 Penyiraman

Penyiraman tanaman dilakukan satu kali sehari pada pagi hari

menggunakan gembor. Penyiraman dihentikan tiga hari menjelang panen agar

umbi bawang merah tidak rusak.

3.4.7.2 Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada tanaman yang rusak atau mati sampai

tanaman berumur satu minggu setelah tanam. Penyulaman dilakukan dengan

mengganti tanaman yang rusak menggunakan bibit cadangan yang telah

dipersiapkan.

3.4.7.3 Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma

atau menggunakan cangkul untuk membersihkan gulma yang tumbuh pada

bedengan dan sekitar areal penelitian. Penyiangan dilakukan sebanyak 2-3 kali

dalam seminggu atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.

13
3.4.7.4 Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman bawang dilakukan dengan

menggunakan pestisida. Pestisida yang digunakan adalah fungisida Dithane M-45

2 ml.l-1 air dan insektisida Decis 25 EC 2 ml.l-1 air. Pemberian insektisida Decis

25 EC secara kuratif, yaitu ketika hama mulai menyerang tanaman.

3.4.7.5 Panen

Panen dilakukan pada saat tanaman memiliki ciri-ciri daun telah

menguningnya, 60% daun tanaman sudah melemas, pangkal daun sudah lunak,

sebagian besar umbi telah muncul ke permukaan tanah sehingga terlihat lapisan

umbi yang penuh berisi dan berwarna merah. Panen dilakukan dengan cara

membongkar rumpun.

3.5 Pengamatan

3.5.1 Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal umbi sampai ujung daun

tertinggi dengan menggunakan mistar. Pengamatan dilakukan pada minggu kedua

setelah tanam (14 HST) dengan interval dua minggu sekali sampai tanaman

berumur enam minggu (42 HST).

3.5.2 Jumlah umbi per rumpun (buah)

Jumlah umbi per rumpun dilakukan dengan cara menghitung jumlah umbi

yang ada pada setiap tanaman sampel. Pengamatan dilakukan setelah tanaman

bawang merah dipanen.

14
3.5.3 Diameter umbi (cm)

Diameter umbi diukur dengan cara membersihkan umbi tanaman sampel

yang telah dipanen menggunakan jangka sorong. Jangka sorong diposisikan pada

diameter umbi yang paling besar, kemudian dilihat nilai atau skala yang

ditunjukkan pada jangka sorong.

3.5.4 Umur panen (hari)

Pengamatan umur panen tanaman bawang merah dilakukan dengan cara

menghitung rentang waktu yang dibutuhkan tanaman sampel mulai dari tanam

hingga panen sesuai dengan kriteria panen.

3.5.5 Bobot umbi segar per tanaman (g)

Bobot umbi segar per tanaman diukur dengan cara membersihkan umbi

tanaman sampel yang telah dipanen dari daun dan akar. Langkah selanjutnya

yaitu umbi bawang merah ditimbang dengan menggunakan timbangan digital.

3.5.6 Bobot umbi layak simpan per tanaman (g)

Bobot umbi layak simpan per tanaman diamati setelah panen. Pengamatan

ini dilakukan dengan cara umbi ditimbang setelah dikering anginkan selama

3-5 hari.

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara statistik

menggunakan analisis ragam dengan model linear sebagai berikut:

Yijk = μ + Ai + Nj + (AN)ij + Ԑijk

15
Keterangan:

Yijk = Nilai pengamatan pada faktor konsentrasi air kelapa taraf ke-i, pupuk NPK

taraf ke-j, dan ulangan ke- k.

µ = Nilai tengah umum

Ai = Pengaruh perlakuan konsentrasi air kelapa taraf ke-i

Nj = Pengaruh pupuk NPK taraf ke- j

(AN)ij = Pengaruh interaksi konsentrasi air kelapa taraf ke-i dengan pupuk NPK

taraf ke- j.

Εijk = Efek galat pada faktor konsentrasi air kelapa taraf ke- i dan faktor pupuk

NPK taraf ke– j pada ulangan ke- k.

Hasil analisis ragam dilanjutkan dengan uji lanjut menggunakan uji jarak

berganda Duncan pada taraf 5%. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan

program SAS System Version 9.0.

16
DAFTAR PUSTAKA

Adi H, D, Winarti, C dan Warsiyah. 2018. Kualitas pupuk organic limbah ampas
kelapa dan kopi terhadap pertumbuhan tanaman. Jurnal Rekayasa
Lingkungan. 18(2): 1–18.

Atkana, Y, A. Noya dan R. Siburian. 2019. Analisis kompos sampah organik dan
aplikasinya terhadap anakan gaharu. Jurnal EnviroScienteae. 15(2): 263-
270.

Badan Pusat Statistik. 2022. Luas Panen dan Produksi Bawang Merah Indonesia.
www.bps.go.id. Diakses tanggal 9 September 2023.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 2018. Bawang Merah Varietas Bima Brebes.
Balai Penelitian tanaman Sayuran. http://balitsa.litbang.pertanian.go.id.
Diakses tanggal 9 September 2023.

Dewi, N. 2012. Untung Segunung Bertanam Aneka Bawang. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta.

Efendi, E., D. W. Purba dan N. U. Nasution. 2017. Respon pemberian pupuk


NPK mutiara dan bokashi jerami padi terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.). Jurnal Penelitian
Pertanian BERNAS. 13(3): 20–29.

Firmansyah, I., M. Syakir dan L. Lukman. 2017. Pengaruh kombinasi dosis pupuk
N, P, dan K terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung (Solanum
melongena L.). Jurnal Hortikultura. 27(1): 69.

Ginanjar, A., H. Yetti & S. Yoseva. 2016. Pemberian pupuk tricho kompos jerami
jagung terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium
ascalonicum L.). JOM Faperta. 3(1):1-11.

Hendarto, K., S. Widagdo, S. Ramadiana dan F. S. Meliana. 2021. Pengaruh


pemberian dosis pupuk NPK dan jenis pupuk hayati terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.). Jurnal
Agrotropika. 20(2): 110-119.

Hidayat, Y., A. N. Susanto, S. Wawan dan M. Ramadhani. 2014. Keragaman fisik


dan morfologi bawang merah topo Maluku Utara. Prosiding Seminar
Nasional: Sumber Daya Genetic Pertanian.

Kaya, E. 2013. Pengaruh kompos jerami dan pupuk NPK terhadap N-tersedia
tanah, serapan-N, pertumbuhan dan hasil padi sawah (Oryza sativa L).
Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman. 2(1): 43–50.

17
Kristina, N. N., dan S. S. Syahid. 2012. Pengaruh air kelapa terhadap multiplikasi
tunas in vitro, produksi rimpang, dan kandungan xanthorrhizol temulawak
di lapangan. Jurnal Litri. 18(3): 125-134.

Lakitan, B. 2012. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Lingga, P. dan Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Lestari, R. H. S. dan F. Palobo. 2019. Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap


pertumbuhan dan hasil bawang merah, kabupaten Jayapura, Papua. Ziraa’ah
Majalah Ilmiah Pertanian. 44(2): 164–170.

Nurhayati, D. R. 2021. Pengantar Nutrisi Tanaman. UNISRI Press. Surakarta.

Rukmana, R dan H. Yudirachman. 2017. Sukses Budidaya Bawang Merah di


Pekarangan dan Perkebunan. Lily publisher. Yogyakarta.

Saragih, M. K. dan A. Manalu. 2020. Pengaruh pemberian pupuk organik cair dan
abu vulkanik terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium
ascalonicum L.). Majalah Ilmiah Methoda. 10: 149–152.

Sinaga. 2012. Kandungan Pupuk Majemuk NPK. Yayasan Porsea Indonesia.


Bogor.

Sulistiani, W. S. 2014. Pemanfaatan serabut kelapa dalam meningkatkan kualitas


pupuk organik dari ampas tahu. Jurnal Pendidikan Biologi. 5(2): 142–150.

Tjitrosoepomo, G. 2010. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Gajah Mada


University press. Yogyakarta.

Vidya, Suparman dan Karjo. 2016. Kajian pupuk majemuk PK n terhadap


produksi bawang merah di lahan berpasir dataran rendah. Prosiding Seminar
Nasional: Inovasi Teknologi Pertanian. 890–895.

Wibowo, S. 2015. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Wulandari, Y. 2013. Sukses Bertanam Bawang Merah dari Nol Sampai Panen.
ARC Media. Jakarta.

Yani, F. R. 2020. Pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah (Allium


ascalonicum L.) pada umur simpan dan ukuran umbi yang berbeda. Skripsi
(Tidak dipublikasikan). Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Pekanbaru.

18
LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal kegiatan penelitian

Bulan
Kegiatan November Desember Januari Febuari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan lahan
Pemberian kompos
jagung
Penanaman
Pemberian pupuk
NPK
Pemeliharaan
Pengamatan
Panen
Penyusunan skripsi

19
Lampiran 2. Deskripsi bawang merah varietas Lokananta

Asal : Lokal Lokananta


Umur : - Mulai berbunga 50 hari
- Panen (60 % daun melemas) 65 - 70 hari
Tinggi tanaman : 49,08- 57,4 cm
Kemampuan berbunga (alami) : Agak sukar
Banyak anakan : 4-6 umbi per rumpun
Bentuk daun : Bulat berongga
Warna daun : Hijau tua
Banyak daun : 20-27 helai
Bentuk bunga : Seperti payung
Warna bunga : Putih
Banyak buah/tangkai : 60–100 (83)
Banyak bunga/tangkai : 120-160 (143) Banyak tangkai
bunga/rumpun : 2–4
Bentuk biji : Bulat, gepeng, berkeriput
Warna biji : Hitam
Bentuk umbi :Lonjong bercincin kecil pada leher cakram
Warna umbi : Merah muda
Produksi umbi : 19- 26 t.ha-1 umbi kering
Susut bobot umbi : 21,5 %
Ketahanan terhadap penyakit : Tahan terhadap layu Fusarium dan
Antrachnose
Kepekaan terhadap penyakit : Busuk ujung daun (Phytophthora porri)
Keterangan : Baik untuk dataran rendah
Pemeliti : Hendro Sunarjono, Prasodjo, Darliah dan
Nasran Horizon Arbain
No. SK : 594/Kpts/TP.240/8/1984

Sumber : Balai Penelitian Tanaman Sayuran, 2018


Lampiran 3. Bagan penelitian rancangan acak lengkap (RAL) faktorial

K2N0 K1N2 K1N0


(1) (3) (2)
50 cm
K3N0 K1N0 K3N2
(1) (3) (1)

K0N2 K3N0 K3N0


(1) (3) (2)

K0N2 K1N1 K3N1


(3) (3) (2)

K0N2 K0N0 K3N2


(2) (3) (2)

K2N2 K2N2 K3N1


(1) (2) (3)

K3N2 K2N2 K0N1


(3) (3) (1)

K2N0 K0N0 K1N1


(3) (1) (2)

K2N0 K2N1 K0N1


(3) (1) (3)

K2N1 K0N0 K1N1


(2) (2) (1) U

K1N2 K2N1 K1N0


(1) (3) (1)

K2N0 K1N2 K0N1


(2) (2) (2)

50 cm

21
Keterangan:

K0, K1, K2, K3 : Perlakuan kompos jagung


N0, N1, N2 : Perlakuan pupuk NPK Mutiara
16-16-16 1, 2, 3 : Ulangan
Jarak antar bedengan : 50 cm

K0N0 : tanpa kompos jagung + pupuk NPK 150 kg.ha-1


K0N1 : tanpa kompos jagung + pupuk NPK 250 kg.ha-1
K0N2 : tanpa kompos jagung + pupuk NPK 350 kg.ha-1
K1N0 : kompos jagung 15 ton.ha-1 + pupuk NPK 150 kg.ha-1
K1N1 : kompos jagung 15 ton.ha-1 + pupuk NPK 250 kg.ha-1
K1N2 : kompos jagung 15 ton.ha-1 + pupuk NPK 350 kg.ha-1
K2N0 : kompos jagung 20 ton.ha-1 + pupuk NPK 150 kg.ha-1
K2N1 : kompos jagung 20 ton.ha-1 + pupuk NPK 250 kg.ha-1
K2N2 : kompos jagung 20 ton.ha-1 + pupuk NPK 350 kg.ha-1
K3N0 : kompos jagung 25 ton.ha-1 1 + pupuk NPK 150 kg.ha-1
K3N1 : kompos jagung 25 ton.ha-1 + pupuk NPK 250 kg.ha-1
K3N2 : kompos jagung 25 ton.ha-1 + pupuk NPK 350 kg.ha-1

22
23

You might also like