Professional Documents
Culture Documents
Tugas 1 Pendidikan Kewarganegaraan
Tugas 1 Pendidikan Kewarganegaraan
NIM : 030439794
UPBJJ : Jakarta
I. PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
Tindak kejahatan melalui internet saat ini sangat memprihatinkan. Hampir setiap
hari kita dapat melihat di televisi ataupun portal-portal berita online selalu saja
terdapat berita-berita tentang Cybercrime, mulai dari prostitusi online, penjualan
narkoba secara online, perjudian online, serta berbagai macam tindak kejahatan
lainnya. Perilaku Cybercrime yang sangat menjamur, saat ini sudah hampir
menjamah seluruh aspek masyarakat. Dari pelajar mulai dari SD sampai
mahasiswa, orang biasa sampai pejabat pemerintahan, semuanya hampir terlibat
dalam Cybercrime baik sebagai pelaku maupun sebagai korban. Hal ini sangat
merugikan bangsa Indonesia dan berdampak buruk bagi bangsa Indonesia,
khususnya terhadap generasi muda sebagai generasi penerus bangsa. Kejahatan
melalui internet mempunyai dampak yang sangat buruk bagi sendi-sendi
kehidupan masyarakat. Bagaimana kita lihat dampak dari pornografi dan
prostitusi online, menyebabkan tingginya kejahatan seksual dan tingginya tingkat
pelecehan seksual baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Definisi dari ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang
berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan,
kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan,
hambatan, dan ancaman baik yang datang dari dalam maupun dari luar, juga
secara langsung maupun tidak langsung yang dapat membahayakan
integritas, identitas serta keberlangsungan hidup bangsa dan negara.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ketahanan nasional adalah kemampuan suatu
bangsa dalam mempertahankan hidup dan kehidupannya dari ancaman.
Perkembangan yang pesat dalam pemanfaatan jasa internet juga mengundang
terjadinya kejahatan. Cybercrime merupakan perkembangan dari computer
crime. Cybercrime adalah suatu bentuk kejahatan virtual dengan
memanfaatkan media komputer yang terhubung ke internet, dan
mengekploitasi komputer lain yang terhubung dengan internet juga. Rene L.
Pattiradjawane menyebutkan bahwa konsep hukum cyberspace, cyberlaw dan
cyberline yang dapat menciptakan komunitas pengguna jaringan internet
yang luas (60 juta), yang melibatkan 160 negara telah menimbulkan
kegusaran para praktisi hukum untuk menciptakan pengamanan melalui
regulasi, khususnya perlindungan terhadap milik pribadi.
Perkembangan teknologi jaringan komputer global atau Internet telah
menciptakan dunia baru yang dinamakan cyberspace, sebuah dunia
komunikasi berbasis komputer yang menawarkan realitas yang baru, yaitu
realitas virtual. Istilah cyberspace muncul pertama kali dari novel William
Gibson berjudul Neuromancer pada tahun 1984. Istilah cyberspace pertama
kali digunakan untuk menjelaskan dunia yang terhubung langsung (online) ke
internet oleh Jhon Perry Barlow pada tahun 1990.
Secara etimologis, istilah cyberspace sebagai suatu kata merupakan suatu
istilah baru yang hanya dapat ditemukan di dalam kamus mutakhir.
Pengertian cyberspace tidak terbatas pada dunia yang tercipta ketika terjadi
hubungan melalui internet. Perkembangan teknologi komputer juga
menghasilkan berbagai bentuk kejahatan komputer di lingkungan cyberspace
yang kemudian melahirkan istilah baru yang dikenal dengan Cybercrime,
Internet Fraud, dan lain-lain.
Sebagian besar dari perbuatan Cybercrime dilakukan oleh seseorang yang
sering disebut dengan cracker. Kegiatan hacking atau cracking yang
merupakan salah satu bentuk Cybercrime tersebut telah membentuk opini
umum para pemakai jasa internet bahwa Cybercrime merupakan suatu
perbuatan yang merugikan bahkan amoral. Para korban menganggap atau
memberi stigma bahwa cracker adalah penjahat.
Perbuatan cracker juga telah melanggar hak-hak pengguna jasa internet
sebagaimana digariskan dalam “The Declaration of the Rights of Netizens”
yang disusun oleh Ronda Hauben. David I. Bainbridge mengingatkan bahwa
pada saat memperluas hukum pidana, harus ada kejelasan tentang batas-batas
pengertian dari suatu perbuatan baru yang dilarang sehingga dapat dinyatakan
sebagai perbuatan pidana dan juga dapat dibedakan dengan misalnya sebagai
suatu perbuatan perdata.
III.2Hubungan Cybercrime dengan Ketahanan Nasional
Diantara beberapa dampak negatif akibat dari Cybercrime dapat dilihat antara
lain :
- Tingginya angka kejahatan atau tindak pelecehan seksual
- Kebocoran data yang bersifat rahasia baik data masyarakat umum
maupun data negara. Karena kebebasan setiap individu untuk mengirim
dan menerima surat elektronik, kebocoran rahasia menjadi sangat mudah
pada saat ini, pencurian rahasia oleh orang-orang dari luar tidaklah sulit
bagi mereka yang tahu mekanisme kerja dan teknik pembobolan
password, banyak jaringan internal dapat dibobol diam-diam sebagai
dampak internet yang tidak diperhitungkan.
- Internet mempermudah perekrutan pelaku terorisme, komunikasi, atau
perencanaan tindakan terorisme.
IV.1Kesimpulan
IV.2Saran
Beberapa hal yang dapat menjadi masukan sehubungan dengan Cybercrime diantaranya
adalah :
- Perlu adanya undang-undang yang mengatur Cybercrime lebih khusus lagi. Aturan-
aturan mengenai Cybercrime saat ini masih secara umum sehingga sulit untuk
menjerat pelaku-pelaku Cybercrime yang lebih terperinci.
- Perlu adanya peran aktif dari praktisi-praktisi teknologi informasi dalam upaya
mencegah Cybercrime. Misalnya dengan menciptakan program pengamanan yang
lebih optimal, sehingga kasus-kasus kejahatan di dunia maya dapat diminimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Maula, M. Ihsan. Dampak Teknologi Informasi Dan Komunikasi Terhadap Ketahanan Dan
Keamanan Nasional. Diunduh di https://www.scribd.com/doc/69964612/Dampak-
Teknologi-Informasi-Dan-Komunikasi-Terhadap-Ketahanan-Dan-Keamanan-Nasional pada 17
September 2017
Fahmi, Mohammad. 2012. Makalah Etika Profesi Teknologi Informasi dan Komunikasi
Diunduh di https://www.slideshare.net/kierahadian/makalah-tentang-Cybercrime-dan-
kejahatan-internet pada 17 September 2017