You are on page 1of 24

MAKALAH

PENGENDALIAN INFEKSI SILANG

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam


mata kuliah Pengendalian Infeksi Silang

Disusun Oleh:

JULIA SHALSHABILA
NIM: 235110865

KELAS 1A

DOSEN PENGAMPU:

JURUSAN D3 KESEHATAN GIGI


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT.


Yang dengan rahmat dan taufiq-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah yang berjudul “Alat Perlindungan Diri”. Shalawat dan salam
penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang diutus oleh
Allah SWT untuk membimbing umat manusia ke jalan yang lurus.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis tidak akan berhasil menyelesaikan
makalah ini tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan
ini dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kesalahan, baik dalam
penulisan maupun isi. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka dan hati lapang,
penulis bersedia menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini maupun penulisan makalah berikutnya.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat dalam
memperluas wawasan untuk berfikir, baik bagi penulis atau bagi pembaca lainnya.

Bukittinggi, 10 Februari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ..................................................................................ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................1
A. Latar Belakang ............................................................................
B. Rumusan masalah........................................................................
C. Tujuan..........................................................................................
BAB II HYGIENE KERJA PADA PELAYANAN ASUHAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT .................................................
A. Pengertian Pelayanan Asuhan Kesehatan....................................
B. Faktor-Faktor Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut.................
C. Tujuan Dan Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan.............................
BAB III ALAT PERLINDUNGAN DIRI ..................................................
A. Definisi Alat Perlindungan Diri...................................................
B. Jenis-Jenis Alat Perlindungan Diri..............................................
C. Penyimpanan Dan Pemeliharaan Alat Perlindungan
Diri...............................................................................................
BAB IV INFEKSI NOSOKIMIAL..............................................................7
A. Pengertian Infeksi Nosokimial....................................................
B. Penularan Infeksi Nosokimial.....................................................
C. Penyebab Infeksi Nosokimial......................................................
D. Tanda Dan Gejala Infeksi Nosokimial........................................
E. Pencegahan Infeksi Nosokimial..................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia dan merupakan
modal setiap warga negara dan setiap bangsa dalam mencapai tujuannya dan
mencapai kemakmuran. Seseorang tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan
hidupnya jika dia berada dalam kondisi tidak sehat sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Untuk mewujudkan hal tersebut, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu
dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan (Menteri
Kesehatan RI, 2016).
Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah
keselamatan kerja. Perusahaan perlu memelihara kesehatan para karyawan,
kesehatan ini menyangkut kesehatan fisik ataupun mental. Kesehatan para
karyawan yang buruk akan mengakibatkan kecenderungan tingkat absensi yang
tinggi dan produksi yang rendah. Adanya program kesehatan yang baik akan
menguntungkan para karyawan secara material, karena mereka akan lebih jarang
absen bekerja dengan lingkungan yang menyenangkan, sehingga secara
keseluruhan akan mampu bekerja lebih lama berarti lebih produktif. Keselamatan
kerja erat kaitannya dengan peningkatan produksi dan produktivitas. Dengan
tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan yang dapat menyebabkan sakit,
cacat dan kematian pada pekerja dapat ditekan sekecil-kecilnya. Tingkat
keselamatan yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan penggunaan peralatan
kerja, mesin yang produktif dan efisien, bertalian dengan tingkat produksi dan
produktivitas yang tinggi. Masih tingginya angka kecelakaan kerja pada pekerja,
serta adanya tuntutan global dalam perlindungan tenaga kerja, maka diperlukan
upaya-upaya untuk meminimalisasi kecelakaan kerja. Faktor sumber daya
manusia memegang peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi
kecelakaan kerja, seperti kurangnya kesadaran untuk bekerja dalam kondisi sehat
sampai dengan tidak menggunakan alat pelindung diri saat bekerja.
(Tempatpenampung1) (salsa, 2021)
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan seperangkat alat yang digunakan
oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian timbulnya terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya kecelakaan kerja pada tempat kerja.
Penggunaan alat pelindung diri sering dianggap tidak penting ataupun remeh oleh
para pekerja. Padahal penggunaan alat pelindung diri ini sangat penting dan
berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja pekerja. Kedisplinan para
pekerja dalam menggunaakan alat pelindung diri tergolong masih rendah sehingga
risiko terjadinya kecelakaan kerja yang dapat membahayakan pekerja cukup
besar.
Penggunaan alat pelindung diri sudah seharusnya menjadi keharusan, namun tidak
digunakan oleh pekerja. Hal ini disebabkan masih lemahnya kedisplinan dan
kesadaran para pekerja. Pengendalian bahaya bisa dilakukan dengan berbagai
cara, salah satunya adalah dengan menggunakan alat pelindung diri (APD).
Alat pelindung diri adalah perlengkapan yang wajib dikenakan saat bekerja
sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan dan Kesehatan pekerja. Peralatan
pelindung diri tidak menghilangkan atau mengurangi bahaya yang ada, peralatan
ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan cara penempatan
penghalang antara tenaga kerja dengan bahaya. Penggunaan alat pelindung diri
(APD) yang tidak baik termasuk ke dalam salah satu tindakan tidak aman (unsafe
action) yang mengakibatkan kecelakaan kerja. Menurut (Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No Per 08 Tahun 2010)
tentang alat pelindung diri yang selanjutnya disingkat menjadi APD adalah suatu
alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Alat
Pelindung Diri (APD) berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap bahaya-bahaya
kecelakaan kerja dan mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan kerja yang
terjadi.

B. Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan Hygiene kerja pada asuhan
pelayanan Kesehatan gigi dan mulut.
 Apa yang dimaksud dengan alat perlindungan diri.
 Apa yang dimaksud dengan infeksi nosokimial.

C. Tujuan
 Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud
dengan Hygiene kerja pada asuhan pelayanan
Kesehatan gigi dan mulut.
 Untuk mengetahui dan memahami tentang alat
perlindungan diri.
 Untuk mengetahui dan memahami tentang infeksi
nosokimial.

BAB II
HYGIENE KERJA PADA PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

A. Pengertian Pelayanan Asuhan Kesehatan


Definisi Pelayanan kesehatan adalah sebuah upaya yang diselenggarakan
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, termasuk
pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat telah diselenggarakan Program Jaminan Kesehatan
Nasional oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, sebagai
upaya memberikan perlindungan kesehatan kepada peserta untuk memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan. (Aulia, Adhani , Taufiqurrahman, & Hatta, 2017)
Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan gigi adalah perbandingan
antara persepsi pasien terhadap pelayanan yang diterima dengan harapan pasien
sebelum mendapatkan pelayanan. Apabila harapan pasien terpenuhi, berarti
pelayanan tersebut sudah memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu
sehingga membuat suatu kualitas yang luar biasa dan juga akan menimbulkan
kepuasan yang tinggi. (Aulia, Adhani , Taufiqurrahman, & Hatta, 2017) (RI, 2009)
Pelayanan kesehatan adalah segala upaya yang diselenggarakan sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat. Berdasarkan Pasal 52 ayat
(1) UU Kesehatan tahun 2009, pelayanan kesehatan secara umum terdiri dari dua
bentuk pelayanan. (RI, 2009)
Pelayanan kesehatan (pelayanan medik) secara umum diartikan sebagai
setiap upaya yang diselenggarakan sendiri dan secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk pemeliharaan dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan
ataupun masyarakat. (Aulia, Adhani , Taufiqurrahman, & Hatta, 2017)
Pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut, dokter gigi bertanggung jawab
untuk memberikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut kepada pasien.
Pendidikan kesehatan gigi merupakan suatu metode untuk memotivasi pasien agar
menjaga kebersihan gigi dan mulutnya. Pendekatan ini sebaiknya tidak dianggap
sebagai instruksi dokter tetapi lebih merupakan dorongan atau ajakan agar pasien
sadar akan pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut. Pendekatan ini
ditujukan kepada anak- anak dan orang dewasa yang belum memiliki pemahaman
yang benar. (Aulia, Adhani , Taufiqurrahman, & Hatta, 2017)

B. Faktor Faktor Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


1. Faktor Usia
Sebagian besar anak berumur 3 tahun dan hampir setengahnya berumur
4 tahun sudah mampu memegang sikat gigi dan menyikat gigi mereka sendiri.
pada masa pertumbuhan gigi susu pada anak-anak menyukai makanan manis
seperti permen, sehingga pada masa ini karies gigi dapat terjadi. Anak usia
prasekolah juga mengalami perkembangan motorik halus memungkinkan
anak mampu menggunakan sikat gigi dua kali sehari. Faktor usia berpengaruh
pada terjadinya karies gigi pada anak usia prasekolah.
2. Faktor Budaya Yang Tidak Baik
Budaya yang menyebabkan masalah pada gigi dan mulut anak seperti
karang gigi ditemukan hal ini bisa terjadi karena faktor ibu yang bekerja di
luar rumah. Hal ini menyebabkan ibu kurang mengetahui kebiasaan yang
dilakukan anak dari hasil meniru lingkungan seperti makan makanan manis.
Makanan manis yang bahan berkariogenik penyebab karies gigi.
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh baik terhadap kesehatan gigi dan
mulut diantaranya menggunakan pasta gigi anak mengandung fluor untuk
membantu memperkuat email gigi. Penyikatan gigi dua kali sehari dengan
menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor terbukti dapat menurunkan
karies gigi. Dan faktor perhatian ibu seperti pemberian air susu ibu (ASI)
esklusif maupun sampai usia 2 tahun yang membuat anak mendapat kepuasan
menghisap sesuai umurnya.
4. Faktor Upaya Ibu dalam Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak
Sebagian besar masyarakat membersihkan gigi anak sejak anak usia 5–9
tahun, hampir seluruh responden menyatakan sudah membersihkan gigi anak
dengan sikat gigi anak dan memberi anak makanan berbahan alami seperti
sayur dan buah, sebagian besar responden sudah membatasi anak untuk makan
makanan manis dan sebagian kecil responden memeriksakan gigi anak ke
dokter gigi setiap 6 bulan sekali.
5. Faktor Cara Menyikat Gigi yang Benar oleh Ibu terhadap Anak
Hampir seluruh ibu mengajari anaknya menggunakan pasta gigi anak
bergagang lurus dan bulu sikat gigi anak bertekstur lembut, kepala sikat gigi
anak membulat dan kepala sikat gigi anak tidak lebar, gerakan menyikat gigi
sudah benar yakni gigi anak bagian luar depan disikat dengan gerakan ke atas
dan ke bawah, gigi anak bagian luar belakang disikat dengan gerakan maju
mundur atau memutar, gigi anak bagian dalam gigi depan disikat dengan
gerakan menarik, gigi anak disikat pada pagi hari setelah sarapan, gigi anak
disikat pada malam hari sebelum tidur.
6. Faktor Kebiasaan Anak yang Tidak Baik
Tidak semua anak terhindar dari kebiasaan yang tidak baik sehingga
masalah karies gigi terjadi sebesar 42%. Faktor kebiasaan yang mempengaruhi
kesehatan gigi dan mulut seperti makan makanan manis sebelum tidur akan
menyebabkan karies gigi. (Hermawan, Warastuti, & Kasianah, 2015)

C. Tujuan Dan Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan


Adapun tujuan pelayanan kesehatan antara lain yaitu:
a. Promotif adalah perawatan dan pengembangan kesehatan. Keadaan
tersebut sangat dibutuhkan seperti dalam pengembangan gizi.
b. Preventif adalah penghindaran atas orang yang berbahaya tentang
penyakit.
c. Preventif primer adalah terdiri dari metode pendidikan, seperti imunisasi
dan pengadaan nutrisi yang baik.
d. Preventif sekunder adalah penyembuhan penyakit fase sejak dini.
e. Preventif tersier adalah pemeriksaan penyakit, pembuatan pemeriksaan
dan pengobatan.
f. Kuratif adalah mengobati penyakit.
g. Rehabilitasi adalah penyembuhan dan dengan teknik pengobatan. (Fadila,
2022).

Adapun Jenis fasilitas pelayanan Kesehatan adalah:


1. Tempat Praktik Mandiri Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kewenangan untuk memberikan pelayanan
langsung kepada pasien atau klien (Fadila, 2022).
2. Pusat Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat yaitu pelayanan kesehatan yang
paling depan dan yang pertama kali diperlukan masyarakat pada saat
mengalami gangguan kesehatan atau kecelakaan. Pelayanan dengan upaya
yang di selenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan
menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok, atau masyarakat. Dengan definisi lain yaitu pelayanan
kesehatan masyarakat sangat penting untuk menjamin aspek kebutuhan
kesehatan atau pelayanan kesehatan yang betul-betul dibutuhkan warga
negara (Fadila, 2022).
3. Klinik
Klinik merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan dan menyediakan pelayanan medis dasar dan atau
spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan
yang di pimpin oleh tenaga medis (Fadila, 2022).
4. Rumah Sakit
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah
bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah
sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat
penelitian medik. Berdasarkan Permenkes No. 147 tahun 2010 tentang
Perijinan Rumah Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
(Fadila, 2022)
5. Apotek
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun 2017
tentang Apotek Pasal 1, yang dimaksud dengan apotek adalah saranan
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
apoteker. (Fadila, 2022).
6. Unit Tranfusi Darah
Unit Transfusi Darah (UTD) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan donor darah, penyediaan darah, dan pendistribusian
darah (Fadila, 2022).
7. Laboratorium Kesehatan
Laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan
spesimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan
perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, dan
memulihkan Kesehatan (Fadila, 2022)
8. Optikal
Optikal adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan refraksi, pelayanan optisi, dan/atau pelayanan lensa kontak
(Fadila, 2022)
9. Fasilitas Pelayanan Kedokteran untuk Kepentingan Hukum
Fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kedokteran
untuk kepentingan hukum yang meliputi pelayanan forensik klinik,
laboratorium forensic, dan dukungan penegakan hukum (Fadila, 2022)
10. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tradisional
Fasilitas pelayanan kesehatan tradisional adalah pelayanan kesehatan
tradisional empiris yakni penerapan kesehatan tradisional yang manfaat
dan keamanannya terbukti secara empiris ( ilmu pengetahuan yang
didasarkan pada observasi atau pengamatan) dan akal sehat yang hasilnya
tidak bersifat spekulatif melainkan objektif. Pelayanan kesehatan
tradisional komplementer adalah penerapan kesehatan tradisional yang
memanfaatkan ilmu biomedis dan biokultural dalam penjelasannya serta
manfaat dan keamanannya terbukti secara ilmiah. (Fadila, 2022)
Pelayanan kesehatan tradisional integrasi adalah suatu bentuk pelayanan
kesehatan yang mengkombinasikan pelayanan kesehatan konvensional
dengan pelayanan kesehatan tradisional komplementer baik bersifat
sebagai pelengkap atau pengganti. Obat tradisional adalah bahan atau
ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara
turun temurun telah digunakan untuk pengobatan. (Fadila, 2022)
BAB III
ALAT PERLINDUNGAN DIRI

A. Definisi Alat Perlindungan Diri


Alat Pelindung Diri (APD) merupakan seperangkat alat yang digunakan
oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian timbulnya terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya kecelakaan kerja pada tempat kerja. (Yuliani
& Amalia, 2019)
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri dan orang di sekitarnya. Peraturan APD dibuat oleh pemerintah sebagai
pelaksanaan ketentuan perundang-undangan tentang keselamatan kerja.
Perusahaan atau pelaku usaha yang mempekerjakan pekerja atau pelaku usaha
yang mempekerjakan pekerja atau buruh memiliki kewajiban menyediakan APD
di tempat kerja sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang
berlaku. (Buntarto, 2015)
Alat Pelindung Diri (APD) sebagai tindakan proteksi dini terhadap bahaya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang timbul di tempat kerja. Penggunaan
APD yang baik dapat memberikan perlindungan tenaga kerja dari keparahan
dampak kecelakaan kerja dan dapat mendukung kinerja karyawan, sehingga
diharapkan akan terjadi peningkatan produktivitas baik karyawan maupun
perusahaan. (Buntarto, 2015)

B. Jenis-Jenis Alat Perlindungan Diri


1. Alat Pelindung Kepala
Perlengkapan ini berfungsi untuk melindungi kepala dari pukulan, benturan, atau
cedera kepala yang terjadi karena kejatuhan benda keras. Ini juga melindungi
kepala dari radiasi panas, api, percikan bahan kimia, maupun suhu ekstrem.
(Fadli, 2023)

Jenis-jenis APD untuk melindungi kepala yaitu:

 Helm pengaman (safety helmet).


 Topi atau tudung kepala.
 Pelindung rambut.

2. Alat Pelindung Mata Dan Wajah


Alat pelindung diri atau APD ini berfungsi untuk melindungi mata dan muka dari
bahaya paparan bahan kimia. Seperti amonium nitrat, gas, dan partikel yang
melayang di udara atau air, percikan benda kecil, panas, atau uap.

Alat pelindung mata yang bisa kamu gunakan, yaitu kacamata khusus atau
spectacles dan goggles. Sementara alat pelindung wajah adalah tameng wajah
(face shield) atau full face masker yang menutupi seluruh bagian wajah. (Fadli,
2023)

Menurut bentuknya, alat pelindung mata digolongkan menjadi (Boediono., 2003):


 Kaca mata (Spectacles) dengan atau tanpa pelindung
samping
 Goggles,kurang disenangi karena selain tidak nyaman alat
ini juga akan menutupi mata dengan ketat sehingga tidak
terjadi pertukaran udara di dalamnya yang akibatnya lensa
dari goggles mudah mengembun. Untuk mencegah
terjadinya pengembunan, lensa dilapisi dengan suatu
bahan hidrofil atau goggles dilengkapi dengan lubang-
lubang ventilasi.
 Tameng muka dipergunakan untuk melindungi mata dari
radiasi elektro magnetik yang tidak mengion (infra merah,
ultra violet) lensa ini dilapisi dengan oksida dari cobal dan
diberi warna biru atau hijau juga untuk mengurangi
kesilauan (Boediono, 2003).
3. Alat Pelindung Telinga
Jenis alat pelindung diri atau APD lain yang bisa kamu gunakan adalah alat
pelindung telinga. Contohnya seperti sumbat telinga (ear plug) atau penutup
telinga (ear muff). Fungsinya untuk melindungi telinga dari kebisingan atau
tekanan karena dentuman keras. (Fadli, 2023)

4. Alat Pelindung Saluran Pernafasan

Ini berfungsi melindungi organ pernapasan dengan menyalurkan udara bersih atau
menyaring zat atau benda berbahaya. Termasuk mikroorganisme (virus, bakteri,
dan jamur), debu, kabut, uap, asap, dan gas kimia tertentu. (Fadli, 2023)

Dengan mengenakan alat pelindung saluran pernapasan, zat asing tidak terhirup
dan masuk ke dalam tubuh. Jenis alat pelindung saluran pernapasan, di antaranya:

 Masker
 Respirator
 Tabung atau cartridge khusus untuk menyalurkan oksigen.
 Tangki selam dan regulator, untuk pekerja di dalam air.

5. Alat Pelindung Tangan

Sarung tangan adalah salah satu jenis APD untuk melindungi tangan.
Perlengkapan ini ini bisa terbuat dari material khusus, tergantung pada kebutuhan
dan pekerjaan. Ada yang terbuat dari logam, kulit, kanvas, kain, karet, atau bahan
khusus untuk melindungi tangan dari zat kimia tertentu. (Fadli, 2023)

Macam - macam alat pelindung tangan:

a. Sarung tangan kain digunakan untuk memperkuat pegangan.

b. Sarung tangan asbes digunakan terutama untuk melindungi tangan terhadap


bahaya pembakaran api. Sarung tangan ini digunakan bila setiap memegang
benda yang panas, seperti pada pekerjaan mengelas dan pekerjaan menempa.

c. Sarung tangan kulit digunakan untuk memberi perlindungan dari ketajaman


sudut pada pekerjaan pengecoran. Perlengkapan ini dipakai pada saat harus
mengangkat atau memegang bahan tersebut.
d. Sarung tangan karet terutama pada pekerjaan pelapisan logam. Sarung tangan
ini menjaga tangan dari bahaya pembakaran asam atau melindungi dari
kepenasan cairan pada bak atau panic dimana pekerjaan tersebut berlangsung.
Sarung tangan karet digunakan pula untuk melindungi kerusakankulit tangan
karena hembusan udara pada saat membersihkan bagian - bagian mesin
dengan menggunakan kompresor (Boediono., 2003)

6. Alat Pelindung Kaki

Kaki juga harus terlindungi, dan karena itu, ada alat pelindung diri khusus untuk
kaki. Alat kesehatan ini bisa melindungi dari benturan atau tertimpa berat, dan
tertusuk benda tajam, selain itu juga melindungi dari terkena cairan panas atau
dingin dan bahan kimia berbahaya, serta terpeleset karena permukaan lantai yang
licin. Jenis APD yang dapat kamu gunakan berupa sepatu karet (boots) dan safety
shoes. (Fadli, 2023)

7. Pakaian Pelindung

Ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari hal-hal berbahaya, seperti:

 Suhu panas atau dingin yang ekstrem.


 Paparan api dan benda panas.
 Percikan bahan kimia.
 Uap panas.
 Benturan.
 Radiasi.
 Gigitan atau sengatan binatang.
 Infeksi virus, jamur, dan bakteri.

Jenis APD yang dapat kamu gunakan untuk melindungi tubuh adalah:

 Rompi (vests).
 Celemek (apron atau coveralls).
 Jaket.
 Pakaian terusan (one piece coverall). (Fadli, 2023)

8. Sabuk Dan Tali Keselamatan

Sabuk dan tali keselamatan adalah APD yang umum digunakan untuk membatasi
gerakan pekerja supaya tidak jatuh atau terlepas dari posisi aman. Alat ini
digunakan untuk pekerja yang aktivitasnya di ketinggian atau dalam ruangan yang
sempat di bawah tanah. (Fadli, 2023)

9. Pelampung
Pekerja yang aktivitasnya di permukaan air memerlukan alat pelindung diri ini
supaya bisa mengambang dan tidak tenggelam. Jenis yang dapat kamu gunakan
yaitu life jacket atau life vest. (Fadli, 2023)

C. Penyimpanan Dan Cara Pemeliharaan Alat Perlindungan Diri

Setelah digunakan, Alat Pelindung Diri (APD) wajib untuk disimpan


ditempat semula yang aman dan terhindar dari kontak bahaya. Selain itu juga
APD perlu dilakukan perawatan dan pemeliharaan secara rutin agar tidak
berkurang fungsi dan kefektifannya. Ketentuan penyimpanan dan
pemeliharaan APD yaitu (Boediono., 2003)

 Meletakkan APD pada tempatnya setelah selesai digunakan.

 Melakukan pembersihan secara berkala.

 Memeriksa APD sebelum dipakai untuk mengetahui adanya


kerusakan atau tidak layak untuk di pakai.

 Memastikan APD yang digunakan aman untuk keselamatan jika, tidak


sesuai maka perlu diganti dengan yang baru.

 Menjaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang menyangkut


cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya.

 Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat yang kualitasnya


tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik sertatidak
dibenarkan untuk dipergunakan. (Boediono., 2003)
BAB IV
INFEKSI NOSOKIMIAL

A. Pengertian Infeksi Nosokimial


Istilah nosokomial berasal dari bahasa Yunani yaitu
nosokomeion yang berarti rumah sakit (nosos = penyakit, komeo
= merawat). Infeksi nosokomial dapat diartikan infeksi yang
berasal atau terjadi dirumah sakit. Infeksi yang mulai timbul
dalam waktu 48 jam setelah dirawat di rumah sakit sampai
dengan 30 hari lepas rawat dianggap sebagai infeksi nosokomial
(Nasution, 2012).
Infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di
dunia, termasuk di Indonesia. Ditinjau dari asal atau didapatkan
infeksi dapat berasal dari komunitas (community acquired
infection) atau berasal dari lingkungan rumah sakit yang
sebelumnya dikenal dengan nosokomial. Infeksi nosokomial
atau sekarang disebut dengan infeksi berkaitan dengan
pelayanan kesehatan atau healthcare associated infection (HAI),
dan infeksi yang didapat dari pekerjaan menjadi masalah
penting di seluruh dunia yang terus meningkat. Terjadinya
infeksi nosokomial menimbulkan beberapa masalah, yaitu
menimbulkan angka kesakitan dan kematian, penambahan hari
perawatan, peningkatan biaya perawatan dan ketidakpuasan baik
pasien maupun keluarganya. (K & Sjahriani, 2016)
Kejadian infeksi nosokomial belum diimbangi dengan
pemahaman bagaimana mencegah infeksi nosokomial dan
implementasi secara baik. Kondisi ini memungkinkan angka
kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit meningkat. Karena
itu perlu pemahaman yang baik tentang cara-cara penyebaran
infeksi yangmungkinterjadi di rumah sakit. Penyebaran infeksi
di rumahsakit umumnya terjadi melalui tiga cara yaitu melalui
udara, percikan dan kontak langsung dengan pasien. (K &
Sjahriani, 2016)
Infeksi nosokomial dapat berasal dari pasien, pengunjung,
maupun petugas kesehatan yang terlibat dalam perawatan pasien
seperti dokter, perawat, tenaga medis, oleh karena itu untuk
mencegah terjadinya infeksi nosokomial dapat diupayakan dari
tindakan pencegahan oleh semua individu yang kontak dengan
pasien, baik itu sebelum maupun sesudah kontak dengan pasien.
(Puspasari, 2015)
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi pada
penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan, selain
itu infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi yang
diperoleh atau terjadi di rumah sakit. Besarnya angka infeksi
nosokomial merupakan hasil dari sebuah mutu pelayanan rumah
sakit yang tidak maksimal (Pandjaitan, 2013).
B. Penularan Infeksi Nosokomial
Cara penularan infeksi nosokomial antara lain :
1) Penularan Secara Kontak Penularan ini dapat terjadi baik
secara kontak langsung, kontak tidak langsung dan droplet.
Kontak langsung terjadi bila sumber infeki berhubungan
langsung dengan penjamu, misalnya orang ke orang pada
penularan infeksi hepatitis A virus secara fekal oral.
Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan
membutuhkan objek perantara. Hal ini terjadi karena benda
mati tersebut telah terkontaminasi oleh sumber infeksi,
misalnya kontaminasi peralatan medis oleh
mikroorganisme (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010).
2) Penularan Melalui Common Vehicle Penularan ini melalui
benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan
dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu. Adapun
jenis-jenis common vehicle adalah darah/produk darah,
cairan intra vena, obat-obatan, cairan antiseptic, dan
sebagainya (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010).
3) Penularan Melalui Udara Dan Inhalasi Penularan ini terjadi
bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil
sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup
jauh dan melalui saluran pernafasan. Misalnya
mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang
terlepas akan membentuk debu yang dapat menyebar jauh
dan tuberculosis (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010).
4) Penularan Dengan Perantara Vektor Penularan ini dapat
terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan
secara eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara
mekanis dari mikroorganisme yang menempel pada tubuh.
Penularan secara internal bila mikroorganisme masuk
kedalam tubuh dan dapat terjadi perubahan biologic,
misalnya parasite malaria dalam nyamuk atau tidak
mengalami perubahan biologik, misalnya pada ginjal
(Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010).

C. Penyebab Infeksi Nosokomial


Infeksi nosokomial disebabkan oleh bakteri yang di rumah sakit. Bakteri
tersebut bias didapat dari orang lain yang ada di rumah sakit, bakteri yang menjadi
flora normal (bakteri yang secara normal ada di dalam tubuh dan pada keadaan
normal tidak menyebabkan gangguan) orang itu sendiri, atau bakteri yang
mengontaminasi lingkungan dan alat-alat dirumah sakit. Terdapat banyak patogen
berbeda yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial yaitu bakteri, virus,
parasite, dan fungi. (Puspasari, 2015)
1) Bakteri
Dibawah ini adalah patogen infeksi nosokomial yang paling
sering dijumpai :
a. Commensal Bacteria
Bakteri ini merupakan flora normal yang terdapat di dalam tubuh manusia
yang sehat, dan dapat dikatakan sebagai pelindung tubuh yang cukup
signifikan. Bakteri iniberperan untuk mencegah kolonisasi dari
mikroorganisme patogen. Beberapa bakteri komensal dapat menyebabkan
infeksi jika terganggu.
b. Pathogenic Bacteria
Bakteri ini memiliki tingkat virulensi yang tinggi dan dapat menyebabkan
infeksi baik sporadic ataupun epidemic. Beberapa contohnya adalah :
 Bakteri bentuk batang gram positif, misalnya clostridium,
menyebabkan gangrene.
 Bakteri gram positif (Staphylococcus aureus), yang berkolonisasi di
kulit dan hidung baik pada staff rumah sakit maupun pada pasien
merupakan penyebab berbagai penyakit paru, tulang, jantung, dan
pembuluh darah. Bakteri ini juga sering resisten terhadap antibiotika.
c. Bakteri gram negative (Enterobacteriacae)
Seperti Klebsiella Enterobacter, Proteus, Esherichia coli, dan serratia marcescen,
akan berkolonisasi saat pertahanan tubuh menurun dan menyebabkan infeksi
serius, terutama luka operasi dan infeksi perineum.
2. Virus
Virus termasuk patogen penyebab infeksi nosokomial, diantaranya virus
hepatitis B dan C dengan media penularan dari tranfusi, dialysis, suntikan, dan
endoskopi yang ditularkan lewat kontak tangan kemulut maupun fecal-oral.
(Puspasari, 2015)
2) Parasit dan Fungi
Beberapa parasite seperti Giardia lamblia ditularkan dengan mudah terutama
pada anak-anak. Jamur dan parasite lain juga merupakan organisme oportunistik
dan dapat menyebabkan infeksi pada pasien dengan pengobatan antibiotika
spectrum luas dan imunosupresi berat. Pencemaran lingkungan rumah sakit oleh
organisme udara seperti Aspergillus spp. Yang berasal dari debu dan tanah
terutama selama pembangunan rumah sakit. Sarcoptes scabies juga merupakan
ektoparasit yang telah berulang kali menyebabkan wabah di fasilitas kesehatan.

D. Tanda dan Gejala Infeksi Nosokomial


Pada penderita infeksi nosokomial dapat menimbulkan berbagai gejala. Gejala
yang muncul pada penderita sangat bervariasi dari satu penderita dengan penderita
yang lain, tergantung penyakit infeksi yang terjadi. Gejala yang dapat muncul
antara lain: 1) Demam
2) Ruam dikulit
3) Sesak nafas
4) Denyut nadi yang cepat
5) Tubuh terasa lemas
6) Sakit kepala
7) Mual dan muntah
Selain gejala umum Selain gejala umum yang disebutkan di atas, gejala juga bias
timbul sesuai jenis infeksi nosokomial yang terjadi, seperti: Infeksi aliran darah,
dengan gejala berupa demam, menggigil, tekanan darah menurun, atau kemerahan
dan nyeri pada tempat melalui pemasangan infus. Pneumonia, dengan gejala
berupa demam, sesak napas, dan batuk berdahak. Infeksi luka operasi, dengan
gejala berupa demam, kemerahan, nyeri, dan keluarnya nanah pada luka. Infeksi
saluran kemih, dengan gejala berupa demam, sakit saat buang air kecil, sulit
buang air kecil, sakit perut bagian bawah atau punggung, dan terdapat darah pada
urine. (Puspasari, 2015)
E. Pencegahan Infeksi Nosokomial
Beberapa upaya pencegahan infeksi nosokomial, antara lain:
1) Mencuci tangan dengan cara dan waktu yang tepat
2) Menempatkan pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah atau pengidap
yang berpotensi untuk menularkan penyakit di ruang isolasi.
3) Menggunakan alat atau selang yang menempel pada tubuh seperti alat bantu
napas atau kateter urine, serta melakukan tindakan medis lainnya sesuai dengan
indikasi.
4) Mengikuti standar operasional prosedur (SOP) setiap melakukan tindakan
dengan menggunakan pelindung standar (sarung tangan, masker, atau
perlengkapan lain) yang dianjurkan.
5) Menjaga kebersihan lingkungan rumah sakit dengan menggunakan cairan
pembersih atau desinfektan dengan frekuensi 2-3 kali perhari untuk lantai dan 2
minggu sekali untuk dinding. (Puspasari, 2015)
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, R., Adhani , R., Taufiqurrahman, I., & Hatta, I. (2017). Pengaruh kualitas
pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Jurnal Kedokteran Gigi, ll(1), 95-100.

Buntarto. (2015). Alat Perlindungan Diri. Jurnal kesehatan, 1-7.

Fadli, d. R. (2023). Jenis Alat Pelindung Diri dan Fungsinya. jurnal kesehatan, 14-19.

Hermawan, R., Warastuti, W., & Kasianah. (2015). Faktor faktor yang mempengaruhi
kesehatan gigi dan mulut. Jurnal Keperawatan, 6(2), 132-141.

K, P., & Sjahriani, T. (2016). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tenaga Paramedis
Terhadap Tindakan Pengendalian Infeksi Nosokimial. Jurnal Medika Malahayati,
3(3), 138-146.

Puspasari, Y. (2015). Hubungan Pengetahuan Sikap Dengan Praktik Perawat. jurnal


keperawatan, 8(1), 23-43.
RI, D. (2009). Pelayanan kesehatan . Jurnal kesehatan, 4-26.

Yuliani, I., & Amalia, R. (2019). Faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pekerja
dalam penggunaan alat pelindung diri. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(1),
14-19.

You might also like