You are on page 1of 10

SPLIT LEVEL DALAM MEMINIMALISIR PEMERATAAN TANAH

PADA LAHAN BERKONTUR


Nama Penulis : Ajira Miazawa
NIM : 2123201042

Abstrak

Desain split level merupakan pendekatan efektif dalam meminimalisir pemerataan tanah pada lahan
berkontur. Dengan memanfaatkan perbedaan ketinggian alami lahan, desain ini menciptakan variasi
tingkat pada bangunan tanpa perlu melakukan perubahan signifikan pada kontur asli. Keuntungan
utamanya adalah pemanfaatan lahan yang lebih efisien, dengan ruang bawah tanah atau ruang di
bawah tingkat dasar bangunan dapat dimanfaatkan sebagai ruang tambahan. Selain efisiensi lahan,
desain ini juga memberikan manfaat estetika dan pengaturan ruang yang menarik. Namun,
perencanaan yang cermat dan penggunaan teknik konstruksi yang tepat penting untuk memastikan
kestabilan dan keamanan bangunan. Aksesibilitas antar-tingkat juga harus dipertimbangkan. Secara
keseluruhan, desain split level memberikan solusi yang efektif dalam memaksimalkan pemanfaatan
lahan berkontur tanpa perlu meratakan tanah secara signifikan.

PENDAHULUAN

Dalam perencanaan tata ruang dan pengembangan lahan, pemerataan tanah pada
lahan berkontur seringkali menjadi tantangan yang kompleks. Lahan berkontur cenderung
memiliki perbedaan ketinggian yang signifikan, yang memerlukan penyesuaian yang
intensif untuk mencapai permukaan yang datar. Namun, melakukan pemerataan tanah ini
tidak hanya memakan waktu dan biaya yang tinggi, tetapi juga dapat mengganggu
ekosistem alami dan mengubah karakteristik asli lahan.
Dalam upaya untuk mengatasi tantangan ini, desain split level telah muncul sebagai
alternatif yang menarik. Split level merupakan pendekatan desain yang mengoptimalkan
pemanfaatan lahan berkontur tanpa perlu meratakan tanah secara signifikan. Dalam desain
ini, bangunan dibangun pada tingkat-tingkat yang mengikuti kemiringan alami lahan.
Sebagai contoh, bagian depan bangunan dapat dibangun pada tingkat yang lebih tinggi
sementara bagian belakangnya ditempatkan pada tingkat yang lebih rendah, mengikuti
kontur lahan.
Dengan menerapkan desain split level, pemanfaatan lahan yang efisien dapat
dicapai. Perbedaan ketinggian alami lahan dimanfaatkan untuk menciptakan ruang
tambahan di bawah tingkat dasar bangunan, seperti ruang bawah tanah yang dapat
digunakan sebagai ruang tambahan atau penyimpanan. Hal ini mengurangi kebutuhan untuk
melakukan perubahan besar pada kontur asli lahan dan meminimalisir dampak negatif
terhadap lingkungan sekitar.
Selain keuntungan efisiensi lahan, desain split level juga memberikan manfaat
estetika. Dengan menciptakan variasi tingkat pada bangunan, desain ini memberikan
karakteristik unik dan menarik secara visual. Bangunan split level dapat memberikan
tampilan yang menarik dengan dimensi yang berbeda dan kesan arsitektur yang kreatif.
Namun, perlu diperhatikan bahwa desain split level juga memiliki tantangan dan
pertimbangan yang perlu diatasi. Perencanaan yang cermat, termasuk analisis teknis dan
struktural, diperlukan untuk memastikan stabilitas dan keamanan bangunan yang dibangun
pada tingkat yang berbeda. Aksesibilitas antar-tingkat juga perlu dipertimbangkan agar
penghuni dapat dengan mudah berpindah antar-ruang.
Dalam konteks ini, penelitian ini akan menjelaskan konsep desain split level sebagai
pendekatan yang efektif dalam meminimalisir pemerataan tanah pada lahan berkontur.
Penelitian ini akan menganalisis keuntungan dan tantangan desain split level, serta
menyoroti faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penerapannya. Diharapkan bahwa
penelitian ini akan memberikan wawasan yang berharga bagi para perencana dan
pengembang lahan dalam memaksimalkan pemanfaatan lahan berkontur tanpa merusak
karakteristik alami lahan.

PEMBAHASAN

Keberadaan lahan yang semakin sempit terutama di kota-kota besar, akan


memungkinkan penggunaan perencanaan rumah dengan konsep split level. Split level
adalah konsep peninggian bangunan ½ lantai (diantara lantai 1 dan lantai 2 terdapat lantai 1
½, dan seterusnya). Konsep ini dapat mengoptimalkan penggunaan ruang terhadap lahan
yang kecil, karena dengan konsep split level ini bangunan konvensional yang berdiri 2
lantai dapat dioptimalkan menjadi 4 lantai dengan ketinggian tampak bangunan tidak jauh
berbeda dengan bangunan 2 lantai. Namun hal ini cukup menyulitkan dalam mendesain
komponen pembentuk struktur, terutama bila suatu struktur mengalami gempa. Pengaruh
gempa sangat besar dan merupakan faktor utama penyebab terjadinya kegagalan pada
struktur bangunan. Agar bangunan dapat memenuhi konsep bangunan tahan gempa, maka
struktur kolom yang menopang bangunan harus di desain dengan baik. Bila suatu bangunan
bertingkat mengalami gempa, maka bangunan tersebut akan bergerak baik dalam arah
vertikal maupun arah horizontal (bolak-balik). Kedua bentuk gerak tersebut, yang paling
membahayakan (penyebab terjadinya kegagalan pada struktur) adalah gerak horizontal,
gerak ini menyebabkan struktur mengalami deformasi horizontal atau simpangan.
Adapun maksud dan tujuan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perilaku struktur ketika terjadi gempa.


2. Untuk mengetahui gaya-gaya dalam yang terjadi pada kolom tipe A dan kolom
tipe B.
3. Untuk mengetahui arah mode dari kedua tipe bangunan split level.
4. Untuk mengetahui luas tulangan dari bangunan split level tipe A dan tipe B.

Dalam pembahasan ini, akan dijelaskan secara lebih rinci tentang bagaimana desain
split level dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahan berkontur tanpa perlu meratakan tanah
secara signifikan. Beberapa poin utama yang perlu diperhatikan dalam pembahasan ini
adalah efisiensi lahan, manfaat estetika, dan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam penerapan desain split level.
 Efisiensi Lahan: Desain split level memanfaatkan perbedaan ketinggian alami lahan
untuk menciptakan tingkat-tingkat pada bangunan. Dengan pendekatan ini, ruang
bawah tanah atau ruang di bawah tingkat dasar bangunan dapat dimanfaatkan
sebagai ruang tambahan, seperti ruang keluarga, ruang kerja, atau ruang
penyimpanan. Dengan memaksimalkan penggunaan ruang di bawah permukaan
tanah, desain split level dapat mengurangi kebutuhan untuk melakukan perubahan
besar pada kontur asli lahan.
Gambar 1. Metode memanfaatkan lahan yang lebih efisien
(Sumber: Pinterest)

 Manfaat Estetika: Desain split level juga memberikan manfaat estetika dengan
menciptakan variasi tingkat pada bangunan. Hal ini memberikan karakteristik unik
dan menarik secara visual. Bangunan split level dapat memberikan tampilan yang
menarik dengan dimensi yang berbeda dan kesan arsitektur yang kreatif. Desain ini
juga dapat mengintegrasikan bangunan dengan lanskap sekitar dengan cara yang
lebih harmonis.

Gambar 2. Rumah split level


(Sumber: Pinterest)
 Pertimbangan Teknis dan Keamanan: Dalam menerapkan desain split level,
perencanaan yang cermat dan penggunaan teknik konstruksi yang tepat sangat
penting. Analisis teknis dan struktural diperlukan untuk memastikan stabilitas dan
keamanan bangunan yang dibangun pada tingkat yang berbeda. Perlu
dipertimbangkan faktor seperti pondasi yang kuat, perencanaan struktur yang tepat,
dan pemilihan material yang sesuai. Selain itu, aksesibilitas antar-tingkat juga harus
diperhatikan untuk memastikan penghuni dapat dengan mudah berpindah antar-
ruang.

Gambar 3. System Penempatan Pondasi dilahan berkontur


(Sumber: 123dok)
 Lingkungan dan Kebijakan Perencanaan: Dalam penerapan desain split level,
penting untuk memperhatikan faktor lingkungan dan kebijakan perencanaan yang
berlaku. Upaya harus dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif terhadap
lingkungan sekitar. Dalam beberapa kasus, mungkin diperlukan izin khusus atau
persyaratan perencanaan tambahan untuk melaksanakan desain split level.
Gambar 4. Kondisi lingkungan desain split level
(Sumber: Pinterest)

Kemiringan tanah yang akan penulis bahas antara 30 - 48 , dengan asumsi


bahwa pada kemiringan lebih dari 48 pada umumnya tidak dipergunakan sebagai lahan
untuk tempat tinggal karena terlalu curam. Faktor gradasi atau kemiringan kontur sangat
mempengaruhi sistem utilitas terutama drainase, jika salah penempatan ruang pada
gradien tertentu maka akan sangat mengganggu operasional sistem drainase.

Gambar 5. Sistem peletakan bangunan di lahan rata,kontur, dan lereng


(Sumber: pdf kajian pembangunan perumahan dilahan kontur)

Unsur-unsur pembentuk ruang secara vertikal dapat tercipta melalui penggunaan


kolom dalam ruang, bidang-bidang vertikal (konfigurasi ’L’, konfigurasi ’U’), bidang
vertikal yang sejajar dan empat buah bidang yang menutup suatu ruang. Hirarki ruang
sangat berkaitan erat dengan pembeda ruang secara horizontal, dimana semakin tinggi
level dari auatu ruang maka semakin tinggi pula makna secara kosmologi dari ruang
tersebut. Bentuk rumah juga dapat menyesuaikan bentuk lahannya, hal ini sangat
dimungkinkan dengan tipe rumah yang akan dibangun dan orientasi terhadap iklim
setempat.
Contoh STUDI KASUS

Lokasi pembangunan proyek Permata Depok Regency terletak di daerah Citayam dengan
luas lahan 261.517 m², dimana sebagian lahan merupakan kontur tanah dengan
kemiringan yang curam karena site berada di tepi jurang. Lingkungan disekitar proyek
merupakan lingkungan permukiman, stasiun kereta api, dan juga terdapat banyak lahan
yang masih kosong. Dengan jalan utama Jl. Ratu Jaya dengan lebar ± 7 meter yang dibagi
menjadi 2 jalur.

Dalam perumahan Permata Depok Regency ada beberapa wilayah yang konturnya harus
diperlakukan secara khusus, daerah-daerah tersebut diantaranya terdapat pada cluster
Emerald dan Jade. Pada cluster Emerald kemiringan mencapai ±10°, kemiringan tersebut
merupakan kemiringan yang sudah ideal untuk dijadikan tempat tinggal. Pada cluster
Jade, kemiringan lereng berkisar 36° yang merupakan kemiringan yang cukup curam
untuk dijadikan tempat tinggal. Pada cluster ini sangat riskan untuk terjadinya longsor,
oleh sebab itu pihak pengembang berusaha untuk mengolah cluster tersebut agar
diperoleh kemiringan yang ideal.

Kontur

Daerah

Daerah

Gambar 6. Potongan site dengan system cut and fill


(Sumber: pdf kajian pembangunan perumahan dilahan kontur)

Kondisi site yang berada di lerengan membutuhkan perlakuan khusus dalam


pengolahannya. Beberapa hal yang dilakukan adalah: Sistem cut and fill, penggunaan
dinding penahan, sistem sengkedan, dan pemakaian pondasi yang menggunakan cerucuk.
Dalam kerja praktek yang kami lakukan terdapat kendala tapak yang tidak dapat
diperlakukan secara biasa, satu-satunya cara yang dapat dilakukan yaitu menggunakan
sistem cut and fill. Pada proses ini pihak pengembang berusaha untuk menghitung berapa
banyak tanah yang akan dicut dan berapa banyak pula yang akan difill, karena volume
tanah yang akan dipakai fill harus sama dengan volume tanah yang dicut.

Tahap ini pengembang melakukan cut pada beberapa bagian site yang dianggap lebih
tinggi elevasinya dibandingkan dengan yang lain. Alat berat yang digunakan pada tahap
ini yaitu eskavator. Setelah tanah dikeruk oleh eskavator, kemudian tanah diangkut
menggunakan truk ke daerah yang akan di fill. Pada tahap ini biasanya akan timbul
banyak kendala diantaranya jalan yang terlalu kecil untuk dilewati truk, jalan yang kotor
akibat tanah yang berjatuhan

Gambar 7. Eskavator yang sedang mengeruk tanah untuk fill dan tanah diangkut oleh truk untuk
dipindahkan ke lokasi site lain
(Sumber: pdf kajian pembangunan perumahan dilahan kontur)

Lahan dengan kondisi miring dapat kita temui dan tidak perlu jauh-jauh. Lihat saja kontur
geografis di kawasan Puncak, Cianjur di propinsi Jawa Barat. Kontur berbukit, lereng,
dan lembah menjadikan pendirian bangunan di kawasan tersebut berada di bidang tanah
miring (slope). Dilihat dari persoalan posisi bidang tanah yang berkontur miring,
sebetulnya hal yang paling penting dimengerti adalah keselarasan bidang tanah dengan
keadaan sekitar, artinya bidang yang akan dibangun dengan lingkungan sekitar harus
seimbang. Dari situ bisa diambil kesimpulan bahwa membangun rumah di puncak sebuah
bukit, di sekitar lereng, atau di lembah mengundang bahaya sendiri. Ada teknik-teknik
penyelesaian untuk menghindari dari longsoran tanah, yaitu dengan membuat konstruksi
dinding penahan tanah. Dinding penahan tanah secara buatan digunakan di dalam
bangunan yang berhubungan langsung dengan ruang-ruang dalam.

Gambar 8. Rumah dilahan miring


(Sumber: pdf kajian pembangunan perumahan dilahan kontur)
Membangun rumah di atas lahan berkontur yang signifikan akan sangat kaya kreasi
ruang, mengingat pemanfaatan lahan di tanah berkontur menciptakan ruang yang dapat
tersembunyi di antara ruang lainnya. Misalnya rumah tinggal berlantai tiga. Di atas tanah
berkontur akan terlihat hanya dua lantai karena satu lantai lainnya berfungsi seperti
basement atau lantai bawah tanah. Padahal, basement ini memanfaatkan tanah yang
cekung dari permukaan. Dibandingkan dengan rumah yang berada di atas tanah
berkontur, perbedaannya menjadi tambah tajam karena ketinggian tanah yang tak sama.
Rancangan rumah pun harus disesuaikan terutama dengan menambah tangga. Walaupun
banyak perancang dengan keahliannya dapat membaurkan perpindahan ketinggian lantai
dengan bentuk-bentuk split level atau mezzanine.

Gambar 10 Memanfaatkan lahan berkontur


Tahap awal dalam pembuatan rancangan rumah kita harus mengerti mengenai kondisi
eksisting dari lahan dimana bangunan akan didirikan. Pengetahuan awal ini dapat
dilakukan dengan studi peninjauan lokasi. Dengan membawa peralatan ukur yang paling
dasar untuk digunakan, diantaranya; meteran dan waterpas. Hubungan ruang-ruang yang
dikehendaki adalah simpel dan menghindari pencapaian ruang melewati ruang lain atau
ruang perantara. Sehingga diharapkan tidak ada koridor di dalam rumah. Hubungan
horisontal setiap lantai berbentuk langsung demikian juga hubungan vertikal antara lantai
bangunan juga berbentuk langsung menuju ruang-ruang yang dikehendaki. Teras depan
sebagai foyer merupakan ruang publik yang semua orang dapat menempati dan melalui
ruang ini. Sedangkan ruang-ruang over view seperti teras atas dan balkon merupakan
ruang-ruang privat dan individual dan hanya dapat ditempati oleh mereka yang berada
pada sebelah ruangnya. Artinya hanya orang-orang tertentu saja yang dapat menempati
ruang balkon tersebut
Dengan perbedaan ketinggian pada kontur dibawahnya dapat dimanfaatkan sebagai view.
Keinginan dari owner menghendaki setiap kamar tidur sedapat mungkin dibuat bukaan
dengan arah over view terbaik, sehingga dari ruang tersebut dapat melihat alam
sekelilingnya. Dan pada setiap ruang yang mempuyai view terbaik juga dibuat balkon
sebagai cara untuk menikmati suasa yang lebih dari over view yang ada.

Gambar 11 Tampak bangunan mempunyai over view terbaik


Lahan berkontur bila dioleh dan dapat memanfaatkan dengan baik sangat pengutungkan
dari over view yang akan didapat dan dari aristektural. Kelebihan dari kondisI tanah
berkontur antara lain adalah kita dapat mendapatkan arah mendang lebih baik terutama ke
arah depan apalagi arah depan tersebut lebih rendah dari skala visual kita. Sehingga
dengan kondisi seperti ini pemandangan dan arah pandangan di depan kita dapat
dinikmati secara maksimal dan leluasa dibanding dengan skala pandang yang sejajar arah
mata.
KESIMPULAN
(single space, 10pt)
Pada bagian ini mencakup kesimpulan dari topik dan tema yang dibahas
pada essai/paper/karya ilmiah.

DAFTAR PUSTAKA
(single space, 10pt)
Daftar Pustaka ditulis dengan format APA (American Psychological Association),
singel spasi Time New Roman 12 pt, jarak antara judul 6 pt.

Nama Penulis. Tahun terbit. Judul. Kota: Nama Penerbit.


Contoh: Knight, John F. 2001. Family Medical Care Volume 4. Bandung:
Indonesia Publishing House

You might also like