You are on page 1of 14

Kresna

Resume PIH
I Pendahuluan
A. ETIMOLOGI DAN SEJARAH SINGKAT PENGANTAR ILMU HUKUM
a. Etimologi
P.I.H. (Pengantar Ilmu Hukum) terdiri dari kata Pengantar dan Ilmu Hukum. Bila dikehendaki
ilmu hukum dapat dipecah lagi menjadi ilmu dan hukum. Mengantar yang berasal dari perkataan
"Pengantar" berarti membawa ke tempat yang dituju. Dalam bahasa asing juga diartikan
"Inleiding" (Belanda) dan "Introduction" (Inggris) yang berarti memperkenalkan, dalam hal ini
yang diperkenalkan ialah ilmu hukum. Bertitik tolak dari kata Pengantar inilah maka P.I.H.
merupakan basis leervak/mata pelajaran dasar yang tidak boleh ditinggalkan oleh mereka yang
ingin mempelajari masalah dan cabang-cabang ilmu hukum.
b. Sejarah
Istilah Pengantar IImu hukum tidak tercipta begitu saja, tetapi mempunyai sejarahmya sendiri.
Pengantar Ilmu Hukum berasal dari terjemahan bahasa Belanda. “Inleiding tot de
rechtswetenschap". Istilah ini dipakai pada tahun 1920 yaitu dimasukkan dalam Hoger Onderwijs
Wet, atau Undang-undang Perguruan Tinggi di negeri Belanda. Inleiding tot de rechtswetenschap
ini adalah sebagai pengganti dari istilah "Encyclopaedie der rechtswetenschap" yaitu suatu istilah
yang semula dipergunakan di negeri Belanda. Sebenarnya istilah Inleiding tot de rechtswetenschap
itu sendiri merupakan terjemahaan dari "Einfuhrung in die Rechtswisenschaft" suatu istilah yang
dipergunakan di Jerman pada akhir abad 19 dan permulaan abad ke 20. Di Indonesia sendiri
Inleiding tot de rechtswetenschap telah dikenal sejak tahun 1924 dengan didirikannya Rechts Hoge
School (Sekolah Tinggi Hukum) di Batavia (Jakarta) di mana dimasukkan dalam kurikulumnya.
Sedangkan istilah Pengantar IImu Hukum, dipergunakan untuk pertama kalinya di Perguruan
Tinggi/Universitas Gajah Mada yang berdiri tanggal 3 Maret 1946. Tetapi sebenarnya jauh
sebelum itu tepatnya pada tahun 1942, istilah Pengantar Ilmu Hukum sudah dipelajari berbagai
terjemahan dari Inleiding tot de Rechtswetenschap dan sampai sekarang dijadikan mata kuliah
dasar di setiap perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

B. Kedudukan PIH dalam Ilmu Hukum


Kedudukan Pengantar IImu Hukum merupakan dasar bagi pelajaran lanjutan tentang ilmu
pengetahuan dari berbagai bidang hukum. Sedangkan kedudukan dalam kurikulum fakultas
hukum adalah sebagai mata kuliah keahlian dan keilmuan. Oleh karena itu pengantar ilmu hukum
berfungsi memberikan pengertian-pengertian dasar baik secara garis besar maupun secara
mendalam mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum. Selain itu juga pengantar ilmu
hukum juga berfungsi pedagogis yakni menumbuhkan sikap adil dan membangkitkan minat untuk
denagan penuh kesungguhan mempelajari hukum.

C. ruang lingkup materi pengantar ilmu hukum


Materi yang dibahas oleh P.I.H. dapat dibagi dalam :
1.Hukum Sebagai Obyek Ilmu Hukum; sebagai Obyek Ilmu Hukum memandang hukum dalam
bentuk dan segala manifestasinya. Disini harus tertuang segala pertanyaan-pertanyaan yang
bersangkut paut dengan hukum misalnya; Apakah hukum itu, Apakah tujuan hukum itu,
bagaimanakah hukum itu terbentuk, Apakah sumber-sumbernya, bagaimanakah sistem dan
klasifikasinya dan sebagainya.
2. Ilmu Hukum Sebagai Normna Hukum; hukum sebagai kaidah hukum, Kaidah hukum dan
kaidah lainnya.
3. Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Pengetahuan; Subyek Hukum, Obyek Hukum, Peristiwa Hukum,
Perbuatan Hukum, Hubungan Hukum, Akibat Hukum, Masyarakat Hukum, 4.Ilmu Hukum
Sebagai Ilmu Kenyataan; Antropologi Hukum, Sosiologi Hukum, Sejarah Hukum, Psikologi
Hukum, Perbandingan Hukum.

E. perbandingan PIH dan PHI


pengantar Ilmu Hukum mempelajari pengentar dasar dan teori ilmu hukum pada umumnya, dan
tidak terbatas pada hukum yang berlaku tertentu saja, tetapi juga hukum yang berlaku di negara
lain pada waktu kapan saja ( ius costitutum dan ius constituendum) sedangkan, Pengantar Hukum
Indonesia hanya terbatas mempelajari hukum yang sekarang sedang berlaku atau hukum positif
Indonesia ( ius costitium). Persamaan dari Pengantari Ilmu Hukum dan Pengantar Hukum
Indonesia yaitu sama sama mempelajari hukum yang sedang berlaku atau hukum positif di
Indonesia.

F. manusia, masyarkat dan hukum


Hasil penelitian para sosiolog dan antropolog membuktikan bahwa pada masyarakat kuno
dan bagaimanapun prmitifnya juga terdapat hukum, Selama ada masyarakat, masyarakat besar
maupun kecil, selalu diikuti oleh hukum, Hukum terdapat di mana saja/di seluruh dunia selama
ada manusia bermasyarakat, Kesemuanya itu menunjukkan bahwa hukum itu berperan sekali di
dalam kehidupan masyarakat. Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah "zoon politicon", -
makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat. Oleh karenanya tiap anggota masyarakat mempunyai
hubungan antara satu dengan yang lain. Tiap hubungan tentu menimbulkan hak dan kewajiban.
Selain itu masing-masing anggota masyarakat tentu mempunyai hubungan kepentingan.
Kepentingan ini berbeda-beda bahkan tidak jarang yang saling berhadapan atau berlawanan Dan
untuk mengurangi kericuhan yang timbul maka hukumlah yang mengatur dan melindungi
kepentingan masing-masing. di sinilah hukum mempunyai peranan yang penting agar masyarakat
dapat hidup aman, tenteram, damai, adil dan makmur. Demikian pula keadaan kchidupan
manusia/masyarakat pada masa kini, sadar atau tidak manusia sebagai anggota masyarak selalu
melakukan perbuatan hukum (rechtshandeling) dan hubungan hukum (rechtsbetrekkingen). Sejak
ia belumn lahir sampai mati hukum senantiasa mencampuri kehidupan manusia, hukum
melindungi benih yang ada dalam kandungan ibu dan masih menjaga jenazah manusia sctelah ia
meninggal dunia. Hukum memberikan hak kepada ibu dan bapak secara langsung atas anak
(manusia) yang dilahirkan dan meletakkan kewajiban- kewajiban kepada Ibu dan Bapak terhadap
anaknya. Dengan demikian jelaslah bahwa sejak manusia itu dilahirkan, ia langsung menjadi
pendukung hak dan segala benda yang ada di sekelilingnya menjadi obyek daripada hak.
Selanjutnya ikatan hukum menghubungkan manusia dengan manusia yang lain dan
menghubungkan manusia dengan benda-benda di sekelilingnya. Hubungan yang tak terhingga
banyaknya itu menghubungkan manusia sewaktu lahir, kawin, dalam perdagangan dan jasa-jasa
lainnya yang berhubungan dengan kehidupan manusia sehari-hari seperti sandang, pangan dan
papan. Semua hubungan dan pergaulan tersebut adalah berkat jasa daripada hukum atau sebaliknya
hukum mempunyai peran yang penting atas manusia bermasyarakat.
G. Timbulnya norma/ kaedah
''Manusia adalah makhluk sosial atau zoon Politicon" kata Aristoteles. Sebagai makhluk
sosial selalu ingin hidup berkelompok, hidup bermasyarakat. Keinginan itu didorong
oleh kebutuhan biologis : Hasrat untuk memenuhi makan dan minum atau untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi, Hasrat untuk membela diri, dan Hasrat untuk mengadakan keturunan. Dalam
kehidupan bermasyarakat tersebut manusia mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Untuk
itu diperlukan hubungan atau kontak antara anggota masyarakat dalam rangka mencapai tujuannya
dan melidungi kepentingannya Sebagai pribadi manusia yang pada dasarnya dapat berbuat
menurut kehendaknya secara bebas. Akan tetapi dalam kehidupan bermasyarakat, kebebasan
tersebut dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang mengatur tingkah laku dan sikap tindak mereka.
Apabila tidak ada ketentuan-ketentuan tersebut akan terjadi ketidakadanya keseimbangan dalam
masyarakat dan pertentangan-pertentangan satu sama lain. Dengan pembawaan sikap pribadinya,
manusia biasa-nya ingin agar kepentingannya dipenuhi lebih dulu. Tanpa mengingat kepentingan
orang lain, kepentingan itu kadang-kadang sama tetapi juga tidak jarang terjadinya kepetingan
yang saling bertentangan. Apabila keadaan yang demikian itu tidak diatur atau tidak dibatasi, maka
yang lemah akan tertindas atau Setidaknya timbul pertentangan-pertentangan. Aturan yang
dimaksud disebut kaidah sosial. Dengan demikan kaidah atau norma adalah ketentuan tata
tertib yang berlaku dalam masyarakat. Kata kaidah itu sendiri berasal dari Bahasa arab dan norma
berasal dari Bahasa latin yang berarti ukuran.

H. Mengapa masyarkat mentaati hukum


a. Terlepas daripada adanya sanksi, secara sadar atau tidak, pada umumnya orang menaati hukum
yang ada : Menurut Utrecht (Pengantar Dalam Hukum Indonesia halaman 42) orang menaati
hukum, karena bermacam-macam sebab : a. Karena orang merasakan bahwa peraturan-peraturan
itu dirasakan sebagai hukum. Mereka benar benar berkepentingan akan berlakunya peraturan
tersebut, b. Karena ia harus menerimanya supaya ada rasa ketenteraman. Ia menganggap peraturan
sebagai peraturan hukum secara rasional (rationeele aanvaarding). Penerimaan rasional ini sebagai
akibat adanya sanksi hukum, c. Karena masyarakat menghendakinya. Mereka baru merasakan
adanya hukum apabila luas kepentingannya dibatasi oleh peraturan hukum yang ada, d. Karena
adanya paksaan (sanksi) sosial. Orang merasa malu atau khawatir dituduh sebagai orang yang
asosial apabila orang melanggar sesuatu kaidah sosial/hukum.
b. Hukum ditaati orang karena hukum itu bersifat memaksa.
Hal ini dapat ditinjau dari batasan-batasan yang dikemukakan oleh beberapa Sarjana Hukum
seperti Hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi
kepentingan manusia didalam masyarakat (Prof.Dr.van Kan), Di samping unsur-unsur "verlof",
belofte dan "disposisi", Menurut Prof. Paul Scholten "Recht is bevel" Bevel adalah perintah yang
berarti bahwa hukum mempunyai sifat memaksa Paksaan-paksaan tersebut di dalam hukum berupa
sanksi. Sebagai contoh sanksi hukuman dikemukakan (Marhainis 1981:40 ) a. Seorang tidak akan
membunuh karena dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHPid), siapa yang membunuh
diancam dengan hukuman mati atau penjara,b. Sepasang muda-mudi tidak akan hidup bersama
tanpa nikah secara resmi, karena sanksi Tuhan dan masyarakat sekelilingnya akan mencela dan
akan menghukum secara psikologis dan kurungan siksa atau pengucilan oleh masyarakat.
II. Ilmu hukum Sebagai Ilmu Tentang Kaedah
A. Pengertian dan Aneka Arti Hukum
a. ARTI HUKUM DARI SEGI ETIMOLOGI.
Hukum. Kata hukum berasal dari bahasa Arab dan merupakan bentuk tunggal. Kata jamaknya
adalah "Alkas", yang selanjutnya diambilalih dalam bahasa Indonesia menjadi "Hukum", Di
dalam pengertian hukum terkandung pengertian bertalian erat dengan pengertian yang dapat
melakukan paksaan. B. Recht. Recht berasal dari "Rectum" (bahasa latin) yang mempunyai arti
bimbingan atau tuntutan, atau pemerintahan. Dari kata recht tersebut timbul juga istilah
"Gerechtigdheid" Ini adalah bahasa Belanda atau "gerechtigkeit" dalam Bahasa Jerman berarti
keadilan, sehingga hukum hubungan erat dengan keadilan. Jadi dengan demikian recht dapat
diartikan hukum yang mempunyai dua unsur penting yaitu "kewibawaan dan keadilan". C. Ius.
Kata Ius (Latin) berarti hukum, berasal dari bahasa Latin "Iubere" artinya mengatur atau
memerintah. Selanjutnya istilah Ius bertalian erat dengan "Iustitia" atau keadilan. D.Lex. Kata Lex
berasal dari bahasa latin dan berasal dari kata "Lesere" Lesere artinya mengumpulkan ialah
mengumpulka orang oranguntuk diberi perintah. Jadi di sini terkandung adanya hukum ialah
wibawa atau otoritas, sehingga kata Lex yang berarti hukum sangat erat hubungannya dengan
perintah dan wibawa
b. Pengertian hukum oleh para ahli
1. Prof Dr. van Kan; hukum, adalah keseluruhan peraturamn hidup yang bersifat memalsa untuk
melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat.
2. prof. MR.Dr.L.J. Van Apeldoorn; hukum adalah peraturan perhubungan hidup antara manusia.
3. Prof. Dr. P. Borst; hukum ialah keseluruhan peraturan bagi kelakuan atau perbuatan manusia di
dalam masyarakat, yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dan bertujuan mendapatkab tata atau
keadilan.
c. hukum dalam bebragai arti
1.Hukum Sebagai keputusan penguasa
hukum merupakan serangkaian peraturan-peraturan tertulis, seperti Undang-Undang Dasar,
Undang-Undang, Keputusan Presiden, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, Peraturan
Daerah. Peraturan tersebut dibuat oleh yang berwenang, dalam hal ini badan legislatif misalnya
Undang-Undang dibuat oleh Presiden bersama DPR, Peraturan Daerah Tingkat I oleh DPRD
bersama Gubernur.
2. HUKUM DALAM ARTI PETUGAS.
Di sini yang dianggap hukum adalah para petugas Penegak Hukum. Mereka terutama orang awam
dalam istilahnya Apeldoorn "'Men in the street" melihat para petugas Polisi, Jaksa, Hakim sebagai
hukum karena dalam kenyataannya para petugas Penegak Hukum tersebut yang memang
menghukum orang yang bersalah, Di sini hukum terlihat sebagai Polisi yang berpatroli, Jaksa
yang berseragam dan Hakim dengan toganya yang mengadili perkara.
3. HUKUM DALAM ARTI SIKAP TINDAK.
Di samping apa yang tersebut di muka terdapat sikap tindak yang ajeg dan teratur. Yang diartikan
sebagai hukum tidak seperi bekerjanya penegak hukum yang mengatur dan memaksa masyarakat,
maka bekerjanya sikap tindak ini tidak terasa.
4. HUKUM DALAM ARTI GEJALA SOSIAL.
Filosof Yunani, Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah 'Zoon Politicon" Ialah manusia
makhluk yang hidup bermasyarakat. Sejak lahir sampai meninggal manusia hidup dalam
pengamalannya di antara manusia yang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat itu manusia saling
membutuhkan satu dengan yang lainnya, kebutuhan dapat sama dapat lain bahkan kadang- kadang
berlawanan
5.HUKUM DALAM ARTI KAEDAH
petunjuk hidup. Petunjuk-petunjuk ini menentukan sikap anggota masyarakat yang satu terhadap
anggota masyarakat yang lain. Petunjuk ini wajib dan harus ditaati dan agar dapat ditaati, maka
hukum sebagai norma dilengkapi unsur memaksa (dwang-element)jadi hukum merupakan
petunjuk hidup yang mempunyai sifat memaksa.
6. HUKUM DALAM ARTI DISIPLIN.
Suatu disiplin adalah sistem mengenai kenyataan atau gejala-gejala yang dihadapi. Dalam hal ini
hukum dalam arti disiplin melihat hukum scbagai gejala kenyataan yang ada di tengah-tengah
masyarakat. (Dr. Soedjono Dirdjosisworo, SH). Disiplin hukum meliputi ilmu hukum, politik
hukum dan filsafat hukum.
7. HUKUM DALAM ARTI ILMU HUKUM.
Hukum dalam arti sebagai ilmu hukum berarti ilmu tentang kaidah atau norma wissenschaft atau
Sollen wissenschaft yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah, atau sistem. kaidah-kaidah,
dengan dogmatik hukum dan sistematik hukum. Maka jelaslah bahwa dalam arti ini hukum
dilihatnya sebagai ilmu pengetahuan atau yang merupakan karya manusia yang berusaha mencari
kebenaran tentang sesuatu yang memiliki ciri-ciri sistematis, logis, empiris, metodis, umum dan
akumulatif.
8. HUKUM DALAM ARTI TATA HUKUM.
Hukum dalam arti tata hukum adalah hukum yang sedang berlaku di suatu negara. Tata
hukum biasanya juga disebut hukum positif atau Ius Constitutum. Hukum ini diwujudkan dengan
peraturan-peraturan yang saling berhubungan dan saling menguntungkan tata hukum meliputi
perbuatan apa yang boleh dilakukan dan perbuatan apa yang tidak boleh dilakukan. Juga mengenai
apakah hak, kewajiban dan wewenang. Kalau kita bicara tentang tata hukum Indonesia berarti
mengenai hukum yang berlaku di Indonesia. Tata hukum di Amerika berarti hukum yang
berlaku di negara Amerika, demikian seterusnya.

B. Macam macam kaidah


Istilah kaidah berasal dari bahasa Arab yang berarti tata krama atau norma. Kaidah sendiri dapat
diartikan sebagai aturan-aturan yang menjadi pedoman bagi segala tingkah laku manusia dalam
pergaulan hidup. Dengan kata lain kaidah adalah petunjuk hidup yang harus diikuti. Dalam
pergaulan hidup dikenal 4 (empat) macam jenis kaidah yakni sebagai berikut:
a). Kaidah Agama.
Kaidah agama adalah aturan tingkah laku yang berasal dari Tuhan dan diyakini oleh penganutnya.
Penganut meyakini dan mengakui bahwa peraturan-peraturan hidup itu berasal dari Tuhan dan
merupakan tuntunan hidup.
b). Kaidah Kesusilaan.
Kaidah kesusilaan berhubungan dengan manusia sebagai individu karena menyangkut kehidupan
pribadi manusia. Kaidah ini dianggap sebagai peraturan hidup sebagai suara hati.
c). Kaidah Kesopanan.
Kaidah kesopanan adalah kaidah yang didasarkan atas kebiasaan, kepatutan atau kepantasan yang
berulang-ulang dan berlaku di tengah-tengah masyarakat. Kaidah ini sering disebut juga dengan
peraturan hidup yang timbul dari pergaulan manusia itu sendiri.

d). Kaidah Hukum.


Kaidah hukum adalah peraturan-peraturan yang timbul dari kaidah hukum itu sendiri, dibuat dalam
bentuk tertulis ataupun tidak tertulis oleh penguasa, dan pelaksanaannya dipaksakan. Karenanya
apabila tidak dilaksanakan mendapat sanksi.

C. hubungan kaidah hukum


1. Hubungan positif yakni hubungan yang saling memperkuat :
a. Hubungan antara kaidah hukum dengan kaidah agama. Hubungan antara hukum dengan Kaidah
hukum dan kaidah agama sangat erat hubungannnya ; kaidah agama menunjang tercapainya tujuan
kaidah hukum jika manusia mematuhi kaidah agama, takwa kepada tuhan maka tidak ada manusia
yang mempunyai batin yang buruk, tidak ada rencana berbuat jahat, hubungan antar anggota
masyarakat baik, masyarakat menjadi tertib dengan rasa keadilan, maka tujuan kaidah hukum
tercapai. Sebaliknya jika semula manusia itu jahat, dia berani melakukan pelanggaran terhadap
kaidah karena takut akan dihukum, maka sikap batin itu berubah menjadi baik dan akhirnya takwa
kepada Tuhan. Dengan kata lain kaidah hukum mendukung tercapainya kaidah agama.
b. Hubungan antara kaidah hukum dengan kaidah kesusilaan.
Kaidah hukum dan kaidah kesusilaan mempunyai kaitan yang erat karena keduanya saling
melengkapi. Kalau suara hati setiap pribadi manusia menghendaki agar manusia selalu berbuat
baik, maka pribadi-pribadi manusia yang hidup bersama di 6mpera masyarakat itu juga baik, dalam
pergaulan mereka tidak menimbulkan sesuatu yang tercela, akhirnya kehidupan masyarakat tertib
dan damai.
C. Hubungan antara kaidah hukum dengan kaidah kesopanan.
Kedua kaidah ini pun saling mengisi, saling melengkapi maka hubungan antara keduanya erat
sekali. Anggota masyarakat yang mengetahui kaidah kesopanan akan selaku bertingkah laku
sopan, tidak mengganggu orang lain, sehingga jika semua anggota masyarakat berperilaku seperti
itu masyarakat akan tertib dan damai maka tujuan kaidah hukum dapat dicapai.
2. Hubungan 6mperati yakni hubungan yang saling melemahkan yaitu jika isi kaidah hukum dan
kaidah sosial lainnya saling bertentangan. Contoh : larangan oleh salah satu agama membunuh
6mpera manusia dengan 6mperat apapun bertentangan dengan undang-undang wajib militer.

D. isi kaidah
kaidah adalah petunjuk hidup yang harus diikuti. Berdasarkan makna kaidah tersebut, dapat
dikatakan kaidah mempunyai fungsi sebagai petunjuk kepada manusia bagiamana bertindak atau
bertingkah laku dalam masyarakat. Sesungguhnya kaidah memiliki 2 (dua) macam isi, yakni
sebagai berikut:
a). Kaidah berisi tentang perintah yakni keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh
karena akibat-akibatnya dipandang baik.
b). Kaidah berisi larangan yakni keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat karena perbuatan
tersebut dilarang atau tidak diperkenankan.

E. sifat kaedah
Kaidah hukum dari sisi sifatrya, maka dapat dibedakan kaidah hukum yang bersifat 7mperative
dan kaidah hukum yang bersifat fakultatif. Disebut 7mperative karena sifatnya mengikat dan
memaksa dan harus ditaati oleh setiap orang yang termasuk lokus dan tempus dari kaidah tersebut.
Kaidah hukum fakultatif adalah kaidah yang sifatrya tidak serta merta harus ditaati karena sifatrya
hanya merupakan pelengkap.
Bab III Lanjutan Kaidah hukum

a. Tujuan kaidah hukum


Ditinjau dari tujuannya kaidah hukum bertujuan untuk menciptakan tata tertib masyarakat
dan melindungi manusia beserta kepentingannya. Tujuan hukum lainnya secara umum,
sebagai berikut;

1. Kaidah-kaihan yang ada di dalam hukum memiliki tujuan untuk


melindungi sebuah kepentingan manusia. Kepentingan tersebut
digunakan untuk berlindung dari bahaya yang mungkin akan mengancam
keselamatan manusia.
2. Hukum akan mengatur hubungan antar sesama manusia. Tujuannya
untuk terciptanya sebuah ketertiban. Melalui hukum, diharapkan dapat
mencegah terjadinya sebuah konflik antar sesama manusia.
3. Hukum harus melindungi kepentingan manusia. Kepentingan yang
dimaksud baik secara individu maupun kelompok. Hal ini mengingat
bahwa manusia dasarnya adalah makhluk yang membutuhkan
perlindungan. Selain itu, manusia juga memiliki kepentingan yang harus
dilindungi dari berbagai ancaman di sekelilingnya.
4. Hukum juga harus mewujudkan suatu kebahagiaan. Kebahagiaan yang
sebesar-besarnya untuk setiap orang. Tidak hanya memberikan nafkah
hidup. Akan tetapi, juga memberi makan yang berlimpah, mencapai
sebuah kebersamaan serta perlindungan.
5. Hukum adalah sarana untuk memelihara sekaligus menjamin terciptanya
kebuah ketertiban.

b. Teori teori tentang tujuan hukum


1. Aristoteles
Aristoteles menjelaskan bahwa tujuan hukum adalah untuk mencapai sebuah
keadilan. Hal itu berarti bahwa akan memberikan setiap orang apa yang sebenarnya
adalah halnya. Pendapat Aristoteles ini saat ini dikenal sebagai teori Etis. sebagai
seorang ahli, aristoteles mengungkapkan tujuan hukum adalah guna mencapai
sebuah keadilan, artinya memberikan kepada setiap orang atas apa yang sudah
menjadi haknya. Teori itu kini dikenal sebagai teori etis.
2.Roscoe Pound
Ahli yang terkenal sebagai pencetus teori “hukum sebagai alat untuk merekayasa
masyarakat” atau law as a tool of social engineering adalah Roscoe Pound. Selain
teorinya yang terkenal, Roscoe Pound juga mengungkapkan pendapatnya mengenai
tujuan hukum. Menurutnya, tujuan hukum adalah melindungi kepentingan-
kepentingan manusia.
Kepentingan dari manusia merupakan suatu tuntutan yang harus dilindungi. Selain
itu, kepentingan manusia harus dipenuhi oleh manusia di dalam bidang hukum. Ada
beberapa kepentingan manusia dalam hal itu, yaitu sebagai berikut:
1) Kepentingan umum atau public interest
Kepentingan umum ini meliputi tiga hal. Pertama, kepentingan negara sebagai badan
hukum. Kedua, kepentingan negara sebagai penjaga. Ketiga, kepentingan dari
masyarakat.
2) Kepentingan masyarakat atau social interest
Kepentingan masyarakat ini meliputi lima hal. Pertama, kepentingan akan adanya
kedamaian serta ketertiban. Kedua, perlindungan dari lembaga-lembaga sosial.
Ketiga, pencegahan dari kemerosotan akhlak. Keempat, pencegahan pelanggaran hak
dan terakhir adalah kesejahteraan sosial.
3) Kepentingan pribadi atau private interest
Kepentingan pribadi ini meliputi tiga hal. Pertama, hal-hal yang menyangkut
kepentingan individu. Kedua, hal-hal yang menyangkut kepentingan keluarga. Ketiga,
hal-hal yang menyangkut kepentingan hak milik.
3. Immanuel Kant
Immanuel Kant adalah seorang penganut aliran hukum alam. Immanuel Kant
mengatakan bahwa tujuan hukum adalah pelindung hak asasi manusia. Selain itu,
tujuan hukum juga adalah pelindung terhadap kebebasan warga negaranya.
Menurut Immanuel Kant, manusia adalah makhluk yang memiliki akal dan dapat
berkehendak dengan bebas. Hal itu membuat negara memiliki tugas untuk
menegakkan hak dari warganya. Selain itu, negara juga bertugas untuk menegakkan
kebebasan warga negaranya.
Negara dan hukum memiliki tujuan yang sama. Tujuan tersebut adalah untuk
meningkatkan kemakmuran rakyatnya. Ketika kemakmuran sudah terjadi, maka
kebahagian rakyat akan didapat. Oleh sebab itu, kemakmuran dan kebahagian rakyat
adalah tujuan dari negara dan hukum.
4.L. J. Van Apeldoorn
Tujuan hukum menurut Van Apeldoorn adalah untuk mengatur pergaulan hidup.
Supaya pergaulan hidup menjadi damai. Menurutnya, hukum adalah sesuatu yang
menghendaki sebuah perdamaian.
Perdamaian yang dimaksud tersebut harus dipertahankan. Caranya adalah dengan
melindungi kepentingan-kepentingan dari hukum manusia tertentu, kemerdekaan,
kehormatan, jiwa dan harta benda. Perlindungan ditujukan untuk melindungi dari
pihak-pihak yang akan merugikannya.
Hukum adalah hal yang akan mengatur tata tertib di dalam masyarakat. Hukum akan
menjalankan tata tertib secara adil dan damai. Dalam mencapai tujuan hukum
tersebut, perlu diciptakan masyarakat yang adil.
Cara penciptaannya adalah mewujudkan keseimbangan. Keseimbangan di antara
kepentingan yang bertentangan di antara satu orang dengan orang lainnya. Hal
tersebut karena seringnya terjadi pertentangan.
Kepentingan individu sering bertentangan dengan kepentingan dari golongan.
Pertentangan kepentingan tersebut nantinya dapat menjadi sebuah pertikaian.
Bahkan, dapat juga berujung menjadi sebuah peperangan.
Berdasarkan hal itu, hukum harus bertindak sebagai sebuah perantara. Untuk
mempertahankan sebuah perdamaian. Cara yang harus dilakukan yaitu menimbang
kepentingan yang saling bertentangan itu. Pertimbangan harus dilakukan secara teliti
serta mengadakan keseimbangan antara keduanya.
5. Sudikno Mertokusumo
Tujuan hukum menurut Sudikno Mertokusumo adalah menciptakan tatanan
masyarakat yang tertib. Menurutnya, hal itu adalah tujuan hukum yang pokok. Melalui
hukum, harus ada ketertiban serta keseimbangan dalam kehidupan ini.
Ketika ketertiban dan keseimbangan ada di dalam kehidupan masyarakat, maka
manusia menjadi terlindungi. Untuk mencapai tujuan itu, hukum harus bertugas.
Hukum harus membagi hak dan kewajiban.
Hak dan kewajiban di antara perorangan dalam masyarakat harus dibagi. Seperti
membagi antara wewenang. Serta mengatur bagaimana cara memecahkan sebuah
masalah hukum. Selain itu, untuk memelihara kepastian hukum.
6. Thomas Hobbes
Thomas Hobbes juga menyatakan pendapatnya mengenai tujuan hukum. Pandangan
Thomas Hobbes mengenai hukum adalah sebagai kebutuhan dasar. Kebutuhan
tersebut digunakan untuk keamanan tiap individu.
Hukum juga dapat dijadikan sebuah alat yang penting. Melalui hukum, maka dapat
tercipta masyarakat yang aman. Selain itu, terciptanya sebuah kedamaian di tengah
orang liar yang saling memangsa.
7. Jerome Frank
alah satu pakar yang juga menyampaikan pendapatnya mengenai tujuan hukum
adalah Jerome Frank. Tujuan hukum menurut Jerome Frank adalah untuk membuat
hukum yang lebih responsive. Tujuan tersebut terhadap kebutuhan sosial.
8. Jeremy Bentham
Jeremy Bentham adalah seorang penganut aliran Utilitarianisme. Oleh karena itu,
Jeremy Bentham berpandangan bahwa tujuan hukum semata-mata untuk hal yang
berfaedah bagi orang banyak. Akan tetapi, seringkali apa yang memiliki manfaat
untuk seseorang justru dapat merugikan orang lain.
Maka menurut aliran Utilitarianisme tersebut, tujuan hukum adalah untuk menjamin
sebuah kebahagiaan. Adanya kebahagiaan yang sebanyak-banyaknya untuk
sebanyak-banyaknya orang atau dapat disebut the greatest happiness of the greatest
number.
Pendapat dari Jeremy Bentham ini menitikberatkan kepada hal yang bermanfaat. Hal
yang bermanfaat tersebut harus berlaku untuk banyak orang. Akan tetapi,
pendapatnya ini tidak memperhatikan mengenai nilai keadilan.
9. Subekti
eorang pakar bernama Subekti juga menyebutkan pendapatnya. Pendapatnya sejalan
dengan pandangan dari Jeremy Bentham. Menurut Subekti, tujuan hukum adalah
untuk mengabdi pada sebuah tujuan negara.
Tujuan tersebut pada pokoknya adalah untuk mendatangkan sebuah kebahagiaan
dan kemakmuran para rakyatnya. Dalam mencapai tujuan tersebut, hukum harus
menyelenggarakan sebuah ketertiban dan keadilan. Keadilan adalah sesuatu yang
dapat digambarkan sebagai suatu keseimbangan.
Keseimbanngan tersebut akan membawa ketentraman di hari seseorang. Ketika
dilanggar atau diusik, maka akan menimbulkan sebuah goncangan dan kegelisahan.
Keadilan akan menurut setiap orang ke dalam keadaan yang sama.
elain itu, keadilan juga menuntut seseorang untuk menerima bagian yang besarnya
sama pula. Oleh karena itu, hukum harus dapat menemukan keseimbangan.
Keseimbangan yang dimaksud adalah antara beragam kepentingan yang
bertentangan.
Ketika hal tersebut dilakukan, maka keadilan akan didapatkan. Hukum juga harus
mendapatkan sebuah keseimbangan. Keseimbangan di antara tuntutan keadilan
yang dimaksud itu, dengan tuntutan kepastian hukum atau ketertiban.
10. Van Kan
Tujuan hukum menurut Van Kan adalah untuk menjaga kepentingan setiap manusia.
Hal tersebut supaya kepentingan tersebut tidak akan terganggu. Menurut Van Kan,
norma-norma atau sebuah kaidah akan mampu melindungi kepentingan orang di
dalam masyarakat.
Kaidah atau norma tersebut seperti norma agama, norma kesusilaan dan norma
kesopanan. Di dalam hal tersebut, hukum akan menjalankan peran-perannya.
11. Geny
Menurut Geny, tujuan hukum adalah untuk keadilan semata-mata. Isi atau hal-hal
yang ada di dalam hukum ditentukan oleh unsur keyakinan seorang manusia. Unsur
tersebut mengenai apa yang dinilai etis.
eperti apakah suatu hal disebut adil atau tidak dan benar atau tidak. Hal-hal tersebut
tergantung pada sisi batin seorang manusia. Kesadaran etis yang ada pada setiap
batin seorang manusia akan dijadikan ukuran. Ukuran tersebut untuk menentukan
warna dari kebenaran dan keadilan.
12. Mochtar Kusumaatmadja
Tujuan hukum menurut Mochtar Kusumaatmadja adalah untuk menciptakan sebuah
ketertiban. Hal itu akan menjadi pokok terciptanya sebuah struktur sosial yang
cenderung teratur. Selain itu tujuan hukum yang lain adalah membuat sebuah
keadilan, yang sesuai dengan masyarakat dan zaman dapat diwujudkan.
Itulah ulasan mengenai tujuan hukum secara umum dan 12 tujuan hukum menurut
para ahli. Temukan informasi lainnya di www.gramedia.com. Gramedia sebagai
#SahabatTanpaBatas akan selalu menampilkan artikel menarik dan rekomendasi
buku-buku terbaik untuk para Grameds.

c. Tata kelakuan kaedah hukum

1. Hukum Tertulis
Hukum tertulis adalah sebuah aturan yang dibuat dalam bentuk tertulis. Seperti yang sudah
disebutkan kalau ini didasari oleh Pancasila, maka contoh norma hukum tertulis adalah Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah, dan dokumen penting lainnya.

Hukum tertulis ini digunakan untuk kehidupan masyarakat pada satu wilayah negara dan
dibuat oleh lembaga yang berwenang. DPR dan pemerintah eksekutif memiliki hak dan
wewenang untuk menyusun hukum tertulis dari tingkat bawah ke atas.
2. Hukum Pidana
Contoh norma hukum selanjutnya adalah hukum pidana. Contohnya adalah seperti pencurian
yang terjadi dalam kelompok masyarakat sehingga menyebabkan kerugian dalam hal materil.
Pelaku dapat terjerak hukum sesuai dengan yang tercatat.
Tujuan adanya norma ini adalah membatasi tingkah alku masyarakat agar tidak mengancam
hak orang lain. Tentu saja bagi pelanggar akan dihadapkan dengan sanksi. Jadi, dengan adanya
sanksi ini diharapkan tidak lagi ada pelanggaran.
3. Hukum Perdata
Contoh norma hukum selanjutnya adalah hukum perdata. Di dalamnya nanti adalah
serangkaian kewajiban yang harus ditaati oleh warga negara. Hukum perdata ini akan
mengurusi masalah yang dilakukan oleh salah satu pihak individu ke orang lain.
Hukum perdata ini tidak sama dengan hukum pidana. Ini sifatnya tidak merugikan banyak
pihak. Contohnya adalah masalah rumah tangga atau perbuatan buruk seorang siswa saat di
sekolah. Jadi, pidananya nanti juga tidak akan sama.
4. Hukum Tidak Tertulis
Dan yang terakhir ini mungkin sangat berbeda dengan sifat dasar sebuah norma hukum. Jika
sebelumnya kita mengatakan kalau dibanding jenis-jenis norma yang lain, hukum ini adalah
sesuatu yang sifatnya ditulis dan tertuang di dokumen negara.
Tetapi dalam norma hukum ini, sifatnya hanya memenuhi kebutuhan masyarakat. Hukum yang
dibuat untuk membuat kehidupan dan aktivitas masyarakat lebih aman dan teratur. Biasanya
hukum ini ada pada lingkungan yang masih penuh budaya.

d. Lingkungan kuasa berlakunya kaedah hukum

Lingkungan Keberlakuan Hukum


Menurut Hans Kelsen, terdapat empat macam lingkungan keberlakuan hukum, yaitu: 1.
Lingkungan keberlakuan menurut waktu (Sphere of time) 2. Lingkungan keberlakuan menurut
ruang (Sphere of space) 3. Lingkungan keberlakuan menurut orang (Personal sphere) 4.
Lingkungan keberlakuan menurut soal (Material sphere)
Hingga saat ini, di dunia belum terdapat suatu aturan yang berlaku secara universal dan tidak
berkesudahan masa berlakunya. Setiap aturan-aturan hukum yang berlaku di dunia memiliki
keterbatasan mengenai keberlakuannya, mengakibatkan beragamnnya aturan hukum yang
tercipta di berbagai belahan dunia. Dalam kesempatan ini, akan dibahas mengenai bagaimana
keberlakuan hukum dapat terjadi, apa-apa saja yang membatasi keberlakuan hukum ini.
1. Keberlakuan Hukum Menurut Waktu (Sphere of time)
Setiap aturan hukum hanya berlaku untuk suatu masa tertentu saja, dengan kata lain tidak ada
aturan yang abadi. Salah satu keterbatasan hukum mengenai keberlakuan adalah soal waktu,
suatu peraturan perundang-undangan terdapat waktu masa berlakunya, undang-undang
tersebut tidak berlaku sebelum undang-undang dibuat, ataupun setelah undang-undang dicabut
atau digantikan. Sehingga suatu aturan hukum keberlakuannya dibatasi oleh waktu tertentu.
Misalnya dalam hukum pidana dikenal asas legalitas (pasal 1 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana), yang mana suatu perbuatan tidak dapat dipidana jika tidak diatur sebelumnya dalam
peraturan perundang-undangan.
2. Keberlakuan Hukum Menurut Ruang (Sphere of space)
Keberlakuan hukum menurut ruang identik dengan tempat atau wilayah keberlakuan hukum
itu sendiri. Berlakunya hukum dibatasi dalam wilayah tertentu saja dan tidak berlaku di tempat
yang lain. Misalnya Peraturan Daerah, hanya berlaku di tempat peraturan perundang-undangan
itu dibuat ataupun dilaksanakan, peraturan perundang-undangan nasional hanya berlaku di
negara itu saja. Setiap aturan hukum memiliki wilayah keberlakuannya sendiri dari yang paling
kecil sampai yang berskala besar.
3. Keberlakuan Hukum Menurut Orang (Personal Sphere)
Keberlakuan hukum dibatasi kepada orang-orang tertentu saya. Tidak semua aturan hukum
berlaku bagi siapa saja (bahkan sebagian besar aturan hukum berlaku memang untuk orang-
orang tertentu saja). Aturan perundang-undangan juga mempunyai perbedaan mengenai
kepada siapa peraturan tersebut ditujukan. Secara spesifik membatasi keberlakuan hukum
berdasarkan subjek hukumnya. Misalnya Peraturan mengenai PNS (Pegawai Negeri Sipil)
hanya berlaku terhadap PNS saja, peraturan mengenai militer hanya berlaku bagi kalangan
militer saja, atau peraturan terhadap anak hanya berlaku terhadap anak saja.
4. Keberlakuan Hukum Menurut Soal (Material Sphere)
Keberlakuah hukum menurut soal berkaitan dengan terhadap hal apa atau materinya
keberlakuan hukum itu diterapkan. Misalnya dalam hal perbuatan yang merugikan
kepentingan Indonesia, meskipun terjadi di luar wilayah Indonesia, namun menyangkut hal
tersebut dapat terjadi keberlakuan hukum menurut soal, dimana negara dapat terlibat.
Daftar Pustaka

R. SOEROSO, SH., 1992. Pengantar Ilmu Hukum. Penerbit Sinar Grafika.

Prof. Dr. Hj. Neni Sri Imaniyati, S.H., M.H., 2017. Pengantar Hukum Indonesia. Penerbit Sinar
Grafika.

Dr. H.Yuhelson, S.H., M.H., MKn., 2017. Pengantar ilmu Hukum. Penerbit Ideas Publishing.

Dr. FENCE M. WANTU, SH.,MH., 2015. Pengantar ilmu Hukum. Penerbit Reviva Cendikia.

You might also like