Professional Documents
Culture Documents
Turki Dan Pembaharuan Muhammad Khoirul H
Turki Dan Pembaharuan Muhammad Khoirul H
Oleh:
MUHAMMAD KHOIRUL HUDA
NPM: 1606861441
Dosen Pengampu:
Prof. DR. Amany Burhanuddin Lubis, M.A
DR. Hendra Kurniawan, Lc, M.Si
1
Daftar Isi:
BAB I...................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................6
BAB II..................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................6
A. Sultan Mahmud II dan Ide Pembaharuannya.........................................................6
B. Tanzimat...............................................................................................................10
a) Mustafa Rasyid Pasya (1880-1858 M)..............................................................12
b) Mustafa Sami Pasya (wafat 1855 M)................................................................13
c) Mehmed Sadek Rifat Pasya (1807-1856)..........................................................13
d) Ali Pasya (1815-1871).......................................................................................15
C. Usmani Muda.......................................................................................................16
a) Ziya Pasya.........................................................................................................16
b) Midat Pasya......................................................................................................17
c) Namik Kemal....................................................................................................18
BAB III...............................................................................................................................19
PENUTUP..........................................................................................................................19
A. Kesimpulan...........................................................................................................19
B. Implikasi...............................................................................................................20
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
Fadil SJ., Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah (Cet. I; Malang: UIN-Malang Press,
2008), h. 244-245.
2
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta: Bulan
Bintang, 1995), h. 21.
3
Pada abad pertengahan Dunia Barat telah maju, ditandai dengan beberapa
kemajuan dan penemuan teknologi modern seperti kaca lensa (1250), alat
percetakan (1450), dan lain-lain. Perkembangan IPTEK ini disamping
menimbulkan hal-hal yang positif adapula yang negatif, sedangkan umat Islam
dibelahan bagian timur sedang bersimpuh dibawah penindasan dan juga terlena
dibawah sisa kemegahan kurturnya di masa silam yang telah sirna, namun
dibelahan barat (Asia Barat) kurang lebih tahun 1300 telah berdiri pula Kerajaan
Turki, namun mereka kurang berbudaya. Mereka hanya mengandalkan kemajuan
militer, keberanian dan fisik mereka yang kuat, namun mereka ini merupakan
ancaman bagi Eropa. Bangsa Turki adalah bangsa yang pemberani dan disiplinnya
sangat tinggi, bangsa campuran dari bangsa Mongol dan bangsa lainnya di Asia
Tengah ini. Sebelum mereka masuk Islam, mereka memeluk agama Majusi,
Budha atau agama besar lainnya.
4
kemungkinan pengaruh kekuatan Kristen Eropa atas kaum Muslim. Para modernis
menganngap perlunya kerajaan Turki untuk mengadopsi metode yang dimiliki
bangsa Eropa dalam pendidikan militer, organisasi dan administrasi untuk
menciptakan suatu perubahan dibidang pendidikan, ekonomi, dan sosial yang
mendukung terbentuknya Negara modern. Pada abad ke delapan belas, kelompok
muncul dengan terang-terangan dan akhirnya menjadi pemenang.5
Puncak kemajuan Turki pada zaman Sultan Mahmud II, antara lain pada
tahun 1453 dapat menaklukkan Byzantium Romawi. dari Istanbul, mereka
menguasai daerah sekitar laut tengah dan berabad-abad lamanya Turki sebagai
suatu negara yang perlu diperhatikan dan diperhitungkan oleh ahli-ahli politik dari
Eropa.7
5
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki (Cet. I; Jakarta: Logos, 1997), h.
6
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 121.
7
Yusran Asmuni, PengantarStudi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam
(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1998), h. 11-12.
5
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Turki adalah bekas jantung tempat salah satu kekhalifahan terbesar Islam,
yakni Turki Usmani. Oleh karena itu keterikatan bangsa Turki dengan Islam
berlangsung sangat kuat sebab mereka bangsa terkemuka di dunia Islam selama
beratus-ratus tahun lamanya. Ini merupakan suatu indikasi tentang betapa
pentingnya Islam dalam kehidupan nasional rakyat Turki. Secara politis setiap
8
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 122.
9
Fadil SJ., Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah, h. 257.
6
orang yang bertempat tingal di Turki, tetapi secara kebudayaan orang Turki
adalah hanya orang Islam.
Kerajaan Turki pada awal abad kesembilan belas dalam kondisi yang
berantakan dan terpecah-pecah, mengingat minimnya kontrol politik pemerintah
pusat terhadap pemerintah daerah. Di Mesir, wakil pemerintahan Turki pada saat
itu Muhammad Ali justru meletakkan dasar bagi kekuatan politik yang mandiri.
Para pasya di Iraq bahkan hanya tunduk pada pemerinah Turki secara nominal. Di
Siria telah muncul gubernur-gubernur lokal yang menyatakan kemerdekaannya.
Di Anatolia, ternyata hanya dua provinsi yang menyatakan tunduk pada
pemerintah pusat. Lemahnya kosolidasi politik internal diperburuk dengan
ikutnya kekuatan militer Turki dalam berbagai Negara asing. Sultan Salim III
terpaksa harus meminta bantuan kepada Perancis untuk mencegah sebagian
wilayahnya yang teraknisasi oleh kekuatan Rusia. Begitu juga keterlibatan
kerajaan Turki dengan Inggris yang berusaha menaklukan darnadela pada tahun
1807. Napoleon yang terlibat dengan Turki dalam perjanjian Tilsit 7 juli 1807 dan
Eufrat 12 Oktober 1808, tidak hanya mencegah kekuatan oposisi terhadap Rusia,
tetapi juga membiarkan Rusia menaklukan beberapa daerah taklukan Turki.10
Ketika ia naik tahta dan menjadi raja di Kerajaan Turki, Sultam Mahmud
II memusatkan perhatiannya pada berbagai perubahan internal. Perbaikan internal
tersebut dipusatkan pada rekonstruksi kekuatan angkatan bersenjata kerajaan
sehingga menjadi kekuatan yang tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan.
Selain itu perbaikan tersebut dimaksudkan untu mengkonsolidasi seluruh potensi
lokal. Kebijaksanaan ini menjadikan dirinya sebagai musuh bagi kelompok militer
lama yang dikenal dengan Janissari. Pada tahun 1826, ia merombak Janissari
menjadi kekuatan militer Eropa. Kebijksanaan ini akhirnya diprotes oleh Janissari
yang sudah berdiri pada abad keempat belas oleh Sultan Orkhan, pada tanggal 16
Juni 1826. Akhirnya pemberontakan tersebut dikenal dengan The Auspicious
Incident dalam sejarah Turki.
7
memperolehnya. Janissari yang pada tahun 1807 memperoleh dukungan penuh
dari penduduk Istanbul, maka dengan reformasi yang ia programkan kekuaan
militer lama ini hanya memperoleh sebagian dukungan dari masyarakat pada
tahun 1826. Meskipun demeikian ia juga membentuk sebuah kelompok perantara
antara kelompok janissari dengan pemerintahannya, karena yang ia kerjakan
adalah untuk restorasi kekuatan militer demi kajayaan Turki di masa mandatang.
Sehingga mereka yang merasa tersingkirkan masih dapat diharapkan kesetiaannya
kepada pemerintah. Begitu pula dengan sentralisasi kekuasaan yang menjadi
program utama Sultan Mahmud II berangsur-angsur dilaksanakan. Kekuatan
militer baru tersebut menjadi semakin loyal terhadap sultan dan menjadi alat
proses sentralisasi politik serta pendorong proses medornisasi.11
Pada tahun 1826, untuk mengurangi pengaruh ulama dan beberapa tokoh
organisasi keagamaan, terutama tokoh tarekat Bektasyiyah, ia mendirikan
lembaga Evkaf, sebuah lembaga yang menghimpun dan mengurus harta milik
kerajaan. Lembaga Evkaf dipimpin oleh seorang menteri Evkaf yang tujuannya
untuk mensentralisasi administrasi dan pencatatan harta milik kerajaan.
Sebelumnya harta kerajaan berada di bawah tanggung jawab para penguasa lokal,
yang saat itu berada ditangan ulama. Tetapi upaya di bidang ini tidak sepenuhnya
11
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 123.
12
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 124.
8
berhasil dan dilanjutkan oleh penggantinya, sehingga sebagian besar harta milik
kerajaan saat itu dapat dicatat dan diselamatkan. Selain itu, administrasi pusat juga
mulai dibenahi. Sistem model kementrian model Eropa diperkenalkan dan seluruh
menteri bertanggung jawab pada seorang perdana menteri. Pada tahun 1838,
Untuk membantu meletakkan dasar strategi perencanaan jangka panjang ia
mendirikan sebuah lembaga legislatif dan dikenal dengan nama Meclis-I Ahkam-I
Adliye. Pada tahun 1833, dibuka lembaga penerjemahan. Kedutaan besar kerajaan
Turki di berbagai Negara asing dibuka kembali sehingga memungkinkan bagi
mereka melancarkan ide tandingan terhadap apa yang dilontarkan sarjana Eropa.13
13
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 124.
14
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 125.
9
2. Menerapkan sistem demokrasi dalam pemerintahan. Misalnya, tradisi
aristokrat ia langgar dan pakaian-pakaian resmi para pejabat diganti
dengan pakaian sederhana.
3. Menghapus kekultusan sultan yang dianggap sakral oleh rakyat.
4. Kekuatan sadrazam dihapus dan diganti dengan pardana menteri.
Kekuasaan yudikatif yang pada mulanya di tangan sadrazam dipindahkan
ke Syekh Islam.
5. Menghapus hukuman mati yang biasa dilakukan para penguasa terhadap
tersangka tanpa melalui prosedur hukum.
6. Mengadakan pembaharuan di bidang pendidikan dengan memasukkan
kurikulum umum ke dalam lembaga pendidikan madrasah.
7. Mendririkan sekolah kedokteran, kemiliteran dan teknik. Ia juga
mengirimkan siswa-siswa untuk belajar ke luar negeri.15
B. Tanzimat
15
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, h. 90-96.
16
Lois Ma’luf, Al-Munjid fi> Lugah wa al- A’lam, (Beirut: Da>r al-Masyriq, t.th), h. 818.
17
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 126.
18
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, h. 97.
10
Munculnya Tanzimat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:
19
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, hal 211.
11
Sadik Rifat Pasya, Piagam Humayun diumumkan pada tahun 1856 yang pada
dasarnya memperkuat Piagam Gulhane.
20
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 127.
12
b) Mustafa Sami Pasya (wafat 1855 M)
13
yang menggantikan Mahmud II, mengeluarkan hatt-i syerif
gulhane (piagam gulhane).23
Sejak diumumkannya deklarasi tersebut, maka menjadi
kewajiban sultan untuk : pertama, menjaga keaman harta milik
seluruh warga negara yang berada diwilayah kekuasaan kesultanan
Turki, dan karena seluruh pungutan diluar pajak akan segera
dihapus. Selain itu akan diperbaharui sistem rekruitmen dalam
tubuh angkatan bersenjata. Kedua, seluruh umat beragama, baik
muslim maupun non muslim, akan berada dalam kedudukan yang
sama di hadapan hukum. Sebagai konsekuensi dari sikap kedua,
maka segala bentuk pelanggaran hukum harus diumumkan secara
transparan dan keanggotaan majlis yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan hukum akan ditambah.24
Pada tahun 1856 diumumkan lagi satu piagam baru, hatt-i
humayun, yang lebih banyak mengandung pembaharuan terhadap
kedudukan orang Eropa yang berada dibawah kekeuasaan kerajaan
Turki Usmani. Ini tidak mengherankan karena piagam humayun
diadakan atas desakan negara-negara Eropa pada kerajaan Usmani
yang pada waktu itu telah dalam keadaan lemah dan selalu
mengalami kekalahan dalam peperangan.
Dalam pendahuluan piagam ini disebut bahwa tujuannya
ialah memperkuat jaminan-jaminan yang terkandung dalam piagam
gulhane. Selanjutnya disebut bahwa masyarakat Kristen dan bukan
Islam lainnya diperbolehkan mengadakan pembaharuan-
pembaharuan yang mereka perlukan dan mendirikan rumah-rumah
peribadatan masing-masing, sekolah-sekolah, rumah sakit dan
tanah pemakaman. Semua perbedaan yang ditimbulkan oleh
perbedaan agama, perbedaan bahasa dan perbedaan bangsa
dihapuskan. Kebebasan beragama dijamin dan paksaan merubah
23
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 99
24
Syafiq A Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, h.128
14
agama dilarang. Seluruh rakyat, tanpa pilih bulu dapat menjadi
pegawai kerajan usmani.25
25
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 101-102
26
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 103
15
C. Usmani Muda
Beberapa tokoh dan para pembaharu dalam gerakan Usmani Muda antara
lain sebagai berikut :
a) Ziya Pasya
27
Yusran Asmuni, Dirasah Islamiah III, h. 21
28
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 105
16
muda ia diangkat menjadi pegawai pemerintah, kemudian atas
usaha Mustafa Rasyid Pasya pada tahun 1854 ia diterima menjadi
salah seorang sekretaris sultan. Untuk keperluan tugas barunya, ia
mempelajari bahasa Prancis, dan dalam waktu yang singkat ia
menguasainya dan dapat menerjemahkan buku-buku Prancis
kedalam bahasa Turki. Karena terjadi kesalah pahaman dengan Ali
Pasya maka ia pergi ke eropa pada tahun 1867 dan tinggal disana
selam lima tahun.
Usaha-usaha pembaharuannya antara lain kerajaan usmani
menurut pendapatnya harus memakai sistem pemerintahan
konstitusional, tidak dengan kekuasaan absolut. Meurutnya negara
eropa maju disebabkan tidak terdapat lagi pemerintahan yang
absolut, semuanya dengan sistem pemerintahan konstitusional.
Dalam sistem pemerintahan konstitusional harus ada dewan
perwakilan rakyat. Alasan perlu adanya DPR ini agar perbedaan
pendapat dapat ditampung dan kritik terhadap pemeritah
diperlukan untuk kepentingan pemerintah dan rakyat.
b) Midat Pasya
17
korban perjuangan pada saat perang dengan Rusia. Sultan Abdul
Hamid membubarkan parlemen dengan alasan darurat perang, dan
menangkap Midat Pasya dan pemimpin-pemimpin usmani muda
lainnya dan membuangnya ke luar negari.
c) Namik Kemal
18
dilanggarnya hak-hak rakyat. Dalam pelaksanaan kedaulatan itu
tidak mungkin dijalankan rakyat seluruhnya, maka dibentuklah
system perwakilan rakyat. Wakil-wakil rakyat dipilih oleh rakyat
dengan melalui berbagai jalan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
19
B. Implikasi
20