You are on page 1of 4

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM

MATA KULIAH: METODOLOGI STUDY ISLAM


NAMA : SHOVIANA
NIM : 21200011104

SOAL

1. Jelaskan singkat mengenai Islam sebagai objek studi dan penelitian?


2. Apa yang saudara ketahui tentang kedudukan filsafat dalam studi agama?
3. Apa yang Saudara ketahui tentang Studi Islam dengan pendekatan fenomenologi?

JAWAB

1. Jelaskan singkat mengenai Islam sebagai objek studi dan penelitian?


Islam sebagai objek studi dan penelitian, pada awalnya timbul pertanyaan
apakah agama bisa diteliti atau dikaji dan pada faktanya agama dapat di dekati secara
kualitatif dan kuantitatif. Semua harus dilihat terlebih dahulu, bahwa agama yang
sedang dikaji atau diteliti itu dilihat dari bagai gejala apa. Ada hakikatnya ada beberapa
wujud gejala agama yang harus diperhatikan atau dipahami kalau kita semua mau
mempelajari suatu agama. Diantaranya ada naskah-naskah sumber ajaran agama serta
simbol agama. Kedua, para memeluk atau pemuka agama, yaitu perilaku atau sikap
serta penghayatan para pemeluknya. Ketiga, lembaga-lembaga serta ibadat-ibadat yaitu
seperti halnya shalat, haji dan lainnya. Keempat, yaitu organisasi-organisasi keagamaan
yang ada wadah para penganutnya berkumpul menjadi satu. Pengkajian mengenai
keagamaan seperti islam bisa mengambil salah satu sasaran dari beberapa wujud gejala
tersebut.
Jika sesorang hendak mengkaji atau meneliti sebuah peralatan didalam agama,
maka itu semua tergantung alat apa yang dipergunakan untuk menelitnya. Islam
merupakan suatu agama yang universal, yang memiliki sifat yang bisa tumbuh dimana
saja dan disegala waktu. Namun, pengaruh lokalitas serta tradisi budaya dalam suatu
golongan disadari atau tidak sulit dihindari tentunya didalam kehidupan masyarakat
muslim. Tetapi dalam sebuah kajian, bahwa sekalipun dihadapkan pada budaya lokal
dunia keuniversalan islam tidak akan batal. Selanjutnya ini menjadi sebuah pertanda
bahwa perbedaan yang ada diantara satu tempat ke tempat yang lain tidak menjadi
sebuah penghalang dalam mewujudkan sebuah tujuan.
Penelitian agama adalah suatu proses penelitian yang dilakukan untuk
mengatahui yang dilakukan untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan
manusia dan Tuhan. Dalam konteks khusus studi islam ada beberapa aspek dari islam
yang dapat menjadi objek, yaitu:
1. Islam sebagai doktrin agama
2. Islam sebagai gejala budaya
3. Islam sebagai interaksi social
4. Islam sebagai produk sejarah dan sasaran penelitian.
Dapat disimpulkan bahwa berkenaan dengan metode penelitian yang
diperlukan, penelitian agama yang berkenaan dengan pemikiran atau gagasan, maka
metode-metode seperti filsafat, fisiologi adalah pilihan yang tepat. Apabila penelitian
agama berkaitan dengan sikap perilaku agama, maka metode ilmu-ilmu social, seperti
sosiologi, antropologi, dan psikologi merupakan metode yang paling tepat digunakan.
Sedangkan kajian yang berkaitan dengan benda-benda keagaam, metode arkeologi atau
metode-metode ilmu natural yang relevan tepat digunakan.

2. Apa yang saudara ketahui tentang kedudukan filsafat dalam studi agama?
Yang saya ketahui tentang kedudukan filsafat dalam studi agama yaitu, keduanya
mempunyai fungsi yang sama kuat untuk kemajuan, keduanya tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia dan keduanya memiliki kedudukan dan peran yang sangat
penting. Karena secara konkrit bahwa islam adalah pembimbing kearah filsafat yang
murni. Hal itu dibuktikan oleh sejarah bahwa berkat Islamlah maka filsafat itu dapat
berkembang dengan baik dan mempunyai kedudukan yang terhormat dalam dunia ilmu
pengetahuan, dan Islam pulalah sesungguhnya yang menyelamatkan filsafat Yunani dari
saat-saat hampir tenggelamnya. Perintah agama untuk berfilsafat ini berdasarkan pada
dua argumen; Pertama, aktifitas filsafat adalah memperhatikan (memikirkan) alam
semesta. Dengan memikirkan semesta maka akan mengetahui Tuhan yang
menciptakannya. Jika pengetahuan tentang ciptaan dapat diraih dengan sempurna, maka
pengetahuan akan Tuhan juga akan lebih sempurna. Kedua, dalam Al-Quran banyak ayat
yang menyeru umat Islam supaya mendayagunakan akal pikirnya. Diantaranya:
a. Tafakkara; yaitu berpikir secara mendalam:

ٍ ‫ض َج ِمي ًعا ِم ْنهُ ۚ ِإ َّن فِي َٰذَلِكَ ََل َيا‬


‫ت ِلقَ ْو ٍم‬ ِ ‫ت َو َما فِي ْاْل َ ْر‬ َّ ‫س َّخ َر لَ ُك ْم َما فِي ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬ َ ‫َو‬
َ‫َيتَفَ َّك ُرون‬
Artinya:
…dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (Q.S.
al-Jatsiyah/45:13).
Ayat di atas, nampak jelas bahwa Al-Quran banyak berisi perintah yang menyuruh
manusia memperhatikan alam (kosmos). Pemikiran mendalam mengenai tanda-tanda
tersebut membawa kepada pemahaman tentang fenomena-fenomena alam itu sendiri.
Hal ini akan melahirkan keyakinan yang kuat akan eksistensi Tuhan Pencipta Alam dan
hukum alam yang mengatur perjalanan alam. Di sisi lain, dari pemikiran yang
mendalam tersebut akan diperoleh temuan-temuan dalam bidang ilmu pengetahuan.
Mengfungsikan akal untuk memikirkan ciptaan (al-i’tibar fî al-maujadat) yang
diserukan dalam ayat-ayat Al-Quran itu pula, adalah menggali sesuatu yang belum
diketahui (Tuhan) dari sesuatu yang sudah diketahui (semesta). Hal demikian
dinamakan dengan analogi.
Jadi Filsafat dan agama mempunyai kedudukan yang sama penting yaitu mencari
kebenaran, karena sesuai dengan al-Qur’an yang di dalamnya banyak terdapat kata
“berakal”, dan “berpikir” dan lainnya yang befungsi sebagai pendorong untuk
berfilsafat; akal merupakan pemberian Allah SWT yang harus dipergunakan sebaik-
baiknya dan semaksimal mungkin, sebagai bentuk syukur atas diberikannya akal tadi,
namun tetap harus dibatasi dengan al-Qur’an dan hadits, agar penggunaan akal tetap
pada jalan yang benar dan tidak menyalahi. Dan filsafat itu dapat diandaikan sebagai
pisau tajam yang bermata dua, yang dapat dimanfaatkan tetapi kalau salah
menggunakanya dapat membahayakan. Filsafat yang dapat membawa pada keimanan
hanyalah filsafat yang mendalam dan dilandasi dengan nilai-nilai quráni (Islam). Orang
yang setengah-setengah belajar filsafat dan jauh dari nilai-nilai Islami cenderung
membawa dirinya kepada kekafiran.

4. Apa yang Saudara ketahui tentang Studi Islam dengan pendekatan fenomenologi?
Yang saya ketahui tentang Studi Islam dengan pendekatan fenomenologi
berdasarkan beberapa pendapat tokoh dapat saya simpulkan bahwa fenomenologi
agama adalah sebagai sebuah metode yang menyesuaikan prosedur-prosedur epoché
(penundaan penilaian-penilaian sebelumnya) dan intuisi eidetic (melihat ke dalam
makna agama) dengan kajian terhadap beragam ekspresi simbolik yang direspons oleh
orang-orang sebagai nilai yang tidak terbatas buat mereka. Selain itu fenomenologi
agama muncul sebagai salah satu disiplin keilmuan dan pendekatan modern terhadap
agama.
Fenomologi agama muncul sebagai upaya untuk menjauhi pendekatan-
pendekatan sempit, etnosentris dan normatif. Fenomologi agama berupaya
mendeskripsikan pengalaman-pengalaman agama seakurat mungkin. Dalam
penggambaran, analisa dan interpretasi makna, fenomenologi agama berupaya untuk
menunda penilaian tentang apa yang riil atau tidak riil dalam pengalaman orang lain.
fenomenologi agama berupaya menggambarkan, memahami dan berlaku adil kepada
fenomena agama seperti yang muncul dalam pengalaman keberagamaan orang lain.
Agama mesti dipelajari sebagai sebuah ekspresi sosial dan kultural dengan
konteks-konteks hisotris,geografis, politik dan ekonomi. Dimensi-dimensi Smart dapat
digunakan, namun tanpamembawa gagasan esensialisnya tentang agama sebagai
sesuatu yang difokuskan secara transendental. Kita bisa juga mendukung pendekatan
polimetodis dengan menggunakan semua ilmu pengetahuan manusia untuk memahami
bagaimana tradisi-tradisi ditransmisikan secara otoritatif dalam berbagai macam
masyarakat dan bagaimana ini diperkuat dalam mitos, ritual, doktrin, pranata hukum,
ekspresi artistik, dan testimoni kaum beriman.

You might also like