You are on page 1of 544
DAFTAR ISI SAMBUTAN KEPALA DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FKUI. KATA PENGANTAR ... DAFTAR NAMA PENGARANG. DAFTAR ISI BAB I. PENGETAHUAN DASAR 1. Anatomi dan fal kulit 2. Anatomi alat kelamin 3. Mikrobiologi kulit 4, Histopatologi kulit a Pengetahuan dasar imunologi Morfologi dan cara membuat diagnosis 7. Uji Diagnosis di Bidang Dermato- Venereologi 8 Pemeriksaan Penunjang Infeksi Kulit dan Genitalia Eksterna 2 BAB Il. PENYAKIT KULIT 9. Pioderma 10. Tuberkulosis kutis 11. Kusta 12. Mikosis a. Nondermatofitosis b. Dermatofitosis 13. Kandidosis 44. Penyakit virus a. Herpes Zoster b. Moluskum Kontagiosum c. Variola 4. Varisela e. Veruka Vulgaris dan Veruka Plana 15. Penyakit parasit hewani a. Pedikuiosis b. Skabies ¢. Creeping Eruption (Cutaneous Larva Migrans) 16. Antraks 17. Frambusia 18. Dishidrosis (Eksema Vesikular Palmoplantar) Rahadi Rihatmadija .. Sjaiful Fahmi Dail. Benny E. Wiryadi ‘Sri Adi Sularsito dan Sondang MHA‘ ‘Pandjitan Siralt on Retno Widowati Soebaryo Siti Aisah Boediardja dan Unandar Budimulja Siti Aisah Boediardia....... Sri Linuwih Menaldi, Sandra Widaty dan Hanny Nilasar.. Adhi Djuanda Adhi Djuanda....... | Made Wisnu, Emmy Sjamsoe-Dail, Sri Linuwih Menai. 7 Kusmarinah Bramono, Unandar Budimul... Sandra Widaty, Unandar Budimulja.. Sandra Widaty Erdina HD Pusponegoro SitiAisah Boediardja dan Ronny P. Handoko Ronny P. Handoko .. Si Alsah Boediardja dan Ronny P. Handoko Herman Cipt Ronny P. Handoko ... Sit Alsah Boediardja dan Ronny P. Handoko Siti Aisah Boediard Erdina HD Pusponegoro Erdina HD Pusponegoro Erdina HD Pusponegoro vii halaman 71 78 87 103 109 17 121 124 126 128 131 134 137 141 143 146 151 viii . | is na HD Pusponego" 19. Dermatosis pada kehamilan Ergas pein crmmRetno W. Soebaryo =~. 156 20. Dermatitis SriAdi Sut a. Dermatitis Kontak (iritan, alergik agi utasto dan Retro W Soebarye 157 dan autosensitisasi) Sri i 167 i Siti Aisah Boediard)a-~ b. Dermatitis Atopik OS nie 7 184 c. Neurodermatitis Sirkumskripta sti oe " asia dan SHAdt ‘Sularsito, 185 d. Dermatitis Numularis Githa Ranmay nya dan Sri Adi S. 18% az Nadia Yusharyahy 8 e. Dermatitis Stasis Shanné i 1 21. Erupsi obat alergik Windy Keumala Buciant Evita Halim Effendi " - 0, Evita Hal , 22. Kelainan kulit akibat alergi makanan Retno ‘Widowati Soebary' . Tantien Noegrohowati 23. Sindrom Stevens-Johnson dan o Nekrolisis epidermal toksin (N.E.T.) Evita Halim Effendl..w-. & 24. Fotobiologi Retno Widowati Soebaryo dan 25. Fotosensitivitas Retno Widowati Soebaryo 206 26. Dermatosis eritroskuamosa a. Psoriasis Tut Nurul Alam Jacoeb... 213 b. Parapsoriasis Ahi Djuanda 23 . Pitiriasis Rosea ‘Adhi Djuanda dan Wieke Triestianawati... 205 d. Eritroderma Adhi Djuanda... secauennseess 228 e. Dermatitis Seboroik jut Nurul Alam Jacoeb.. 22 27. Dermatosis vesikobulosa kronik Benny E. Wiryadi 234 28. Epidermolisis bulosa Siti Aisah Boediardja, 248 29. Reaksi kulit terhadap trauma mekanis Siti Aisah Boediardja dan Triana Agustin ... 259 30. Tumor kulit Herman Cipto dan Aida SD Suriadiredja, 262 31. Hemangioma Herman Cipto a 32. Ulkus kruris Sri Adi Sularsito. : 279 33. Akne Vulgaris lima Bernadette dan M. Sjarief Wasiaatmaja 288 34, Erupsi Akneiformis M. Sjarief Wasiaatmaj . 293 35. Rosasea M. Sjarief Wasiaatmaj é 295 36. Rinofima Lili Legiawati, Aryani Sudharmono dan lima Bernadette 298 37. Penyakit jaringan konektif a. Lupus eritematosus kutan Windy Keumala Budi b. Skleroderma Githa frei 2 cc. Dermatomiositis Larissa P: ; se 38. Urtikaria den angioedema Sitaisah Boodioe a | - 39. Prurigo Stina Boesiateia dan Evita H. Effendi... 3% 40. Hipersensitvitas terhadap gigitan lardja dan Benny E. Wiryadi... 315 Serangga Siti Ai : 41. Miliaia Ering Hooter. 320 42. Keratosis folikularis Sri Linuwi ‘usponegoro... 328 43, Keratoderma Sl Ligne Menai 308 44. Pitiriasis rubra pilaris Detty oie a 330 - pclae _ gen a HD Pusponegoro 3st n Erdin 47. a. Kelainan pigmen it} Aisah Boediardja HD Pusponegoro 3% : Lily Soepa 33 b. Vitiligo TeincePardiman we 48. Kelainan rambut Lil ul Alam Jacoet, 362 49. Kelainan kuku Lin coePardiman, 369 50. Hubungan kelainan kulit dan 'y Soepardiman dan 378 penyakit sistemik Sti Adi Sutay Isito..... 398 51. Hubungan kelainan kulit dan kejiwaan 52. Penyakit kulit akibat defisiensi vitamin dan gizi 53. Pitrasis Alba 54, Eritrasma 55. Dermatosis pustular subkomeal 56. Vaskulits 57. Kortikosteroid sistemik . 58. Penggunaan antihistamin dalam Bidang dermatologi 59. Bedah kulit 60. Dasar terapi laser pada penyakit kulit 61. Dermato-terapi BAB Ill. PENYAKIT KELAMIN 62. Tinjauan infeksi menular seksual (LM.s) 63. Infeksi genital nonspesifik 64, Gonore 65. Trikomoniasis 66. Vaginosis bakterial 67. Sifilis 68. Ulkus mole 69. Herpes simpleks 70. Kandiloma akuminatum 74. Limfogranuloma venerium 72, Granuloma inguinale 73. Human Immunodeficiency virus (HIV dan Acquired immune deficiency syndrome (alps) Lampiran Penatalaksanaan Infeksi Menular Sesksua .... LEMBAR FOTO PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN..... INDEKS ‘Sri Linuwih Menaldi dan Melani Marissa. Triana Agustin dan Mochtar Hamzah. Lily Soepardiman... Sandra Widaty...... Adhi Djuanda .. Endi Novianto dan Windy Keumala Budianti Adhi Djuanda dan Evita Halim Effendi Tina Wardhani Wisesa... Herman Cipto dan Lis Surachmiati Irma Bernadette, Aryani Sudharmono dan Mochtar Hamzah.... Mochtar Hamzah, ‘Sjaiful Fahmi Daili dan Farida Zubier.. ‘Sjaiful Fahmi Daili dan Hanny Nilasari.. Sjaiful Fahmi Daili dan Hany Nilasar Sjaiful Fahmi Daili dan Hany Nilasar Wrest Indriatmi : Adhi Djuanda Wresti Indriatmi Wresti Indriatmi.. Weesti Indriatmi.. ‘Adhi Djuanda dan Hany Nilasari. Wresti Indriatmi Sjaiful Fahmi Daili dan Farida Zubier..... 398 400 403 404 405 406 408 an 47 423 426 436 439 443 450 452 455 475 478 481 484 488 490 498 504 535 BAB | PENGETAHUAN DASAR ANATOMI DAN FAAL KULIT Oleh Rahadi Rihatmadja PENDAHULUAN Kult merupakan organ yang istimewa pada manusia. Berbeda dengan organ lain, kulit yang terletak pada sisi terluar manusia ini memudah- kan pengamatan, baik dalam kondisi normal maupun sakit. Manusia secara sadar terus menerus mengamati organ ini, baik yang dimilik orang lain (misalnya ketika bertatapan mata) maupun diri sendiri (terkadang hingga menjadi semacam obsesi). Dari kulit, muncul berbagai aksesori yang ter- indera manusia; rambut (kasar dan halus), kuku, dan kelenjar (sekretnya terurai oleh mikroorganisme dan keluartah bau). Dalam kondisi sehat, kulit beserta aksesorinya ini menunjang rasa percaya dir ‘seseorang; dalam keadaan sakit, mereka mungkin menjadi sumber keresahan. Kadang-kadang, kul yang tidak sehat “bercerita” kepada dokter tentang Pasien yang dihadapinya; banyak berkeringat, Sering cuci tangan, punya kebiasaan kuliner tertentu, hobi bertualang ke alam liar, orangtua yang bertalian darah, berganti-ganti pasangan seksual, Pemah sakit cacar, hingga emosi terpendam yang ‘mungkin saja disangkal. Tidak jarang, kulit juga mengingatkan dokter Untuk melihat lebih jauh dari sekedar di permukaan (not just skin-deep); kelainan kulit dapat merupakan manifestasi penyakit autoimun, kencing manis, hipotiroid, kanker darah, kolesterol tinggi, dan lain4ain. Maka, pengetahuan tentang kesehatan ult tentu saja tidak dapat dipersempit menjadi Persoalan kosmetis belaka. Kult adaiah organ terbesar pada tubuh ‘manusia, dengan berat sekitar 5 kg dan luas 2 mm pada seseorang dengan berat badan 70 kg. Bila diamati lebih tel, terdapat variasi kulit sesual dengan area tubuh. Kult yang tidak berambut disebut kulit glabrosa, ditemukan pada tetapak tangan dan telapak kaki, Pada kedua lokasi ter- sebut, kulit memilki selief yang jelas di permukaan- nya yang disebut dermatoglyphics. Kulit glabrosa kira-kira 10 kali lebih tebal di- bandingkan dengan kulit yang paling tipis, misak nya di daerabslipatan (fleksural). Secara histologik, kulit glabrosa kaya akan kelenjar keringat tetapi miskin kelenjar sebasea. Kulit yang berambut selain memilki banyak folkel juga memiliki kelenjar sebasea. Kuli kepala memilik folikel rambut yang besar dan terletak dalam hingga ke lapisan lemak kulit (Subkutis), sedangkan kulit. dahi memiliki rambut yang halus (velus) tetapi dengan kelenjar ‘sebasea yang berukuran besar. Selain keberadaan rambut, wama kulit me- Tupakan aspek yang paling mudah dilhat pada kulit manusia. Dikenal pembagian wama kulit me- nurut Fitzpatrick berdasarkan pada kemampuan kulit untuk berpigmentasi (tanning) dan kemung- kinan terbakar (sunbum) pasca pajanan sinar ultraviolet (Tabel 1.1). Terdapat pula variasi regional igmentasi kul berdasarkan lokasi tubuh. Tabel 1.1. Tipe kulit menurut Fitzpatrick Description Type! Always buns, never tans Type ll Usually burns, tans with difficulty Type Ill Sometimes mild bums, tans gradually to light brown Type IV. Rarely bums, tans easily to moderate brown Type V_Nevor bums, tans very easily, deeply pigmented Kullt (dan adneksa) menjalankan berbagai tugas dalam memelihara kesehatan manusia Secara utuh yang meliputi fungsi, yaitu: 4 Ik, (1) perlindungan fisik {terhadap gaya mekanit sinar ultraviolet, bahan kimia), (2) perlindungan imunologik, (3). ekskresi, (4) pengindera, (8) pengaturan suhu tubuh, (©) _pembentukan vitamin D, (7) kosmetis. Fungsifungsi tersebut lebin mudah dipahami dengan meninjau struktur mikroskopik kul yang terbagi menjadi 3 lapisan: epidermis, dermis dan subkutis. Dalam menjalankan berbagai fungsi di atas, ketiga lapisan tersebut bertindak sebagai satu ke- satuan yang saling terkait satu dengan yang lain. ‘Sebagai contoh, periindungan imunologik terhadap infeksi dikerjakan bersama oleh keratinosit dan sel penyaii antigen di epidermis yang berkomunikasi dengan limfosit yang beredar di sekitar pembuluh darah dermis. L Epidermis Lapisan epidermis adalah lapisan_kulit dinamis, senantiasa beregenerasi, berespons tethadap rangsangan di luar maupun dalam tubuh manusia. Tebalnya bervariasi antara 0,4- 1,5 mm. Penyusun terbesar epidermis adalah keratinosit. Terselip di antara keratinosit adalah sel Langerhans dan melanosit, dan kadang-kadang juga sel Merkel dan limfosit. Keratinosit tersusun dalam beberapa lapisan, Lapisan paling bawah disebut stratum basalis, di atasnya berturut-turut adalah stratum spinosum dan stratum granulosum. Ketiga lapisan epidermis ini dikenal sebagai stratum Malpighi. Lapisan ter. atas adalah stratum komeum yang tersusun oleh keratinosit yang telah mati (komeosit) Susunan epidermis yang berlapisapis ini menggambarkan proses diferensiasikeratinisasi) yang dinamis, yang tidak lain berfungsi menyedia. kan sawar kulit pelindung tubuh dari tan saw ancaman di a. Stratum basalis Keratinosit stratum basalis berboy T tu nuk berjajar di atas lapican struktural yang feobul a membrane zone (BMZ). Keratnost basal borin kokoh di alas BMZ karena protein stuktural ot ‘memaky’ membran sitoplasma keratingsiy 0a BMZ yang disebut hemidesmosom, tt Pada agai jenis hemidesmosom, pre adalah BPAg dan init amiga struktur hemidesmosom, 0° ult tidak dapat menahan typ enyakit perfigotd bulosa my penting di Gangguan Pan menyebabkan ada PS mekanik. Posutoimun yang menghancutian ope Le menyebabkan timbulnya cg, orvopidermal yang terletak antara keratings, st dan BMZ. — basal erdapat tiga subpopulasi keratinosi g stratum basalis, yaitu: 4... sel punca (stem cells), 2 transient amplifying cells (TAC), 3. sel pascamitosis (p0st-mitotic cells) Sel punca lambat membelah dit, biasanye akiif saat terjadi kerusakan luas epidermis yang membutuhkan regenerasi cepat. TAC, sesua dengan namanya, aktif bermitosis dan merupakan subpopulasi terbesar stratum basalis. Sel-sel ini tidak lama tinggal di stratum basalis; setelah beberapa kali membelah diri (pascamitosis) dan berkomitmen untuk berdiferensiasi, mereka berpindah ke lapisan di atas stratum basalis (suprabasal). Keratinosit memiliki_struktur_intrasitoptesma yang disebut keratin intermediate filament (KF) Terdapat berbagai macam jenis keratin dengan keasaman dan berat molekul yang berbeda. Dua macam keratin akan berpasangan dan terpiin dalam ikatan a-heliks yang kokoh, dan berfungs! Sebagai sitoskeleton (cyfo-skeleton). DNA ke tinosit basal menyandi protein keratin 5 dan ‘4 Sedangkan keratinosit di stratum spinosum me ‘nyandi protein K1/K10, most Skeleton member! kekuatan pada kes Padagenncnenahan gaya mekanik pada Kut an genetic cen (Kelainan kulit akibat ganda | misalnya epidermolisis bUOs* BS), terjadi mutasi DNA sedemii denga Penyandang EBS sangat ren" teat Day cha" Schingga, mudah ‘endl Mat dan peut Detaerak. Keiak, saat keris? Mengalamy peel Stratum. komeum, KIF ae Sawarkui, PO" ulang guna_member ma Melanin, Plomen ratnosit banyak mengandu"d nso} wama yang tersimpan 44 anos mensintesis melanin &* mendistribusikannya pada sekitar 36. keratinosit di stratum basalis. Melanin yang tersebar dalam keratinosit memberikan wama secara keseluruhan pada kulit sesorang. Melanin dapat menyerap sinar ultraviolet yang berbahaya bagi DNA. Tidak mengherankan wama kulit umat manusia me- rnunjukkan variasi geografis; populasi asli_ pada kondisi alam dengan intensitas sinar ultraviolet tinggi memiliki wama kulit yang lebih gelap. Ke- ganasan kul terkait sinar matahari lebih banyak diumpai pada orang Kaukasia yang tinggal di Australia. Selain merusak DNA, sinar ultraviolet juga mampu mempercepat penuaan dan timbulnya kerutan, Sedikit irons, kini banyak orang berlomba- lomba menghilangkan pigmen alami mereka demi obsesi akan kecantikan. ‘Sel Merkel berfungsi sebagai reseptor mekanik (mechanoreceptors), terutama berlokasi pada kulit dengan sensitvitas raba yang tinggi, termasuk Kuli, yang berambut maupun glabrosa (bibir dan jari) b. Stratum spinosum Keratinosit stratum spinosum memiliki bentuk poligonal, berukuran lebih besar daripada kerati- nosit stratum basale. Pada pemeriksaan mikros- kopik terlihat struktur mirip taji (spina) pada per- mukaan keratinosit yang sebenamya merupakan penyambung antar keratinosit yang disebut desmo- som. Desmosom terdii dari berbagai protein struktural, misalnya desmoglein dan desmokoiin. ‘Stuktur ini memberi kekuatan pada epidermis untuk menahan trauma fisis di permukaan kulit. Pada beberapa penyakit autoimun, misalnya pemfigus, terjadi gangguan terhadap pembentuk- an desmoglein sehingga keratinosit tidak lagi ter- hubung satu dengan yang Iain (akantolisis). Pada epidermis terbentuk celah yang berisi keratinosit yang terlepas dari kesaluannya, yang disebut ‘sel akantolitik, Celah tersebut secara is akan tampak sebagai vesikel atau bula. Ekspresi KIF pada lapisan ini berubah menjadi K(eratin)1/K10; pada keadaan hiperproliferasi, misalnya psoriasis, ekpresinya berubah menjadi K6/K16. Keratinosit stratum spinosum mulai_mom- bentuk struktur Khusus yang disebut lamellar granules (LG) yang dapat dillhat menggunakan mikroskop elektron. Struktur ini terdi darl berbagal protein dan lipid, misainya glikoprotein, glikolipid, fosfolipid, dan yang terpenting glukosilseramid yang merupakan cikal bakal seramid, yang kelak ‘akan berperan dalam pembentukan sawar lipid 5 pada stratum komeum. Sawar lipid akan bersinerai dengan sawar struktural yang terbentuk oleh KIF pada lapisan stratum korneum. Pada stratum spinosum dan granulosum ter- dapat sel Langerhans (SL), sel dendritk yang merupakan sel penyaji antigen. Antigen yang me- nerobos sawar kulit akan difagosit dan diproses oleh SL, untuk kemudian dibawa dan disajkan kepada limfosit untuk dikenali. Dengan demikian, SL berperan penting dalam pertahanan imunologik manusia. Keratinosit sendiri hingga derajat tertentu juga mampu membangkitkan respons imunologik dengan cara melepaskan sitokin proinflamasi, jika terjadijojas yang mengancam. ¢, Stratum granulosum Keratinosit stratum granulosum mengandung keratohyaline granules (KG) yang terihat pada pemeriksaan mikroskopik biasa. KG mengandung profilagrin dan loricrin yang penting dalam pem- bentukan comified cell envelope (CCE). Secara sederhana, keratinosit di stratum granulosum me- mulai program kematiannya senditi (apoptosis), sehingga kehilangan inti dan organel sel penunjang hidupnya. Profilagrin akan dipecah menjadi filagrin yang akan bergabung dengan KIF menjadi makro- filamen. Beberapa molekul filagin kelak akan d- pecah menjadi molekul asam urokanat yang mem- berikan kelembaban stratum komeum dan me- nyaring sinar ultraviolet. Loricrin akan bergabung dengan protein-protein struktural desmosom, dan berikatan dengan membran plasma keratinosit. Proses-proses tersebut menghasilkan CCE yang akan menjadi bagian dari sawar kulit di stratum komeum. Waktu yang dipertukan bagi keratinosit basal Untuk mencapal stratum komeum kira-kira 14 han, dan dapat lebih singkat pada keadaan hiperproli- ferasi misalnya psoriasis dan dermatitis kronik. d. Stratum korneum CCE yang mulai dibentuk pada stratum komeum akan mengalami penataan bersama dengan lipid yang dihasikan oleh LG. Susunan kedua Komponen sawar kulit tersebut sering diklaskan sobagal brick-and-mortar, CCE menjadi batu bata yang diliputl oleh lipid sebagai semen di ssekitamya, Matrks lipid ekstraselular ampuh me- nahan kehilangan air dan juga mengatur permea- biltas, deskuamasi, aktvitas peptida antimikroba, ‘oksklus! toksin dan penyerapan kimia secara 6 selektif. Komeosit lebih berperan dalam memberi Penguatan terhadap trauma mekanis, produksi sitokin yang memulai proses peradangan serta erlindungan terhadap sinar ultraviolet. Waktu yang dipertukan bagi komeosit untuk melepaskan dil (shedding) dari epidermis kira-kira 14 hari. I. Dermis Dermis merupakan jaringan di bawah epidermis yang juga memberi ketahanan pada kult, termoregulasi, pertindungan imunologik, dan ‘ekskresi. Fungsi-fungsi tersebut mampu dilaksana- kan dengan baik karena berbagai elemen yang berada pada dermis, yakni stuktur fibrosa dan filamentosa, ground substance, dan selular yang terdiri atas endotel, fibroblas, sel radang, kelenjar, folikel rambut dan saraf. Serabut kolagen (collagen bundles) mem- bentuk sebagian besar dermis, bersama-sama serabut elastik memberikan kulit kekuatan dan elastisitasnya. Keduanya tertanam dalam matriks yang disebut ground substance yang terbentuk dari proteogikans (PG) dan glikosaminoglkans (GAG). PG dan GAG dapat menyerap dan mempertahan- kan air dalam jumiah besar sehingga berperan dalam pengaturan cairan dalam kulit dan memper- tahankan growth factors dalam jumlah besar. Fibroblas, makrofag dan sel mast rutin di- temukan pada dermis. Fibroblas adalah sel yang memproduksi protein matriks jaringan ikat dan serabut kolagen serta elastik di dermis. Makrofag merupakan salah satu elemen pertahanan imuno- logik pada kulit yang mampu ber-tindak sebagai fagosit, sel penyaji antigen, maupun mikrobisidal dan tumorisidal MN. Subkutis Subkutis_ yang terdiri atas jaringan lemak ‘mampu mempertahankan suhu tubuh, dan merupa- kan cadangan energi, juga menyediakan bantalan yang meredam trauma melalui permukaan kul, Deposisi lemak menyebabkan terbentuknya lekuk tubuh yang memberikan efek kosmetis, Sel-sel lemak terbagt-bagi dalam lobus, satu sama isin dipisankan oleh septa. ADNEKSA KULIT ‘Yang tergolong adneksa kult adalah rambut, kelenjar ekrin dan apokrin, serta kuku. Folikel rambut sering disebut sebagai unt pilosebasea arena terdii atas bagian rambut dan kelenjar sebasea yang bermuara ke bagian folikel yang disebut ismus. Rambut yang tebal cnn inal, misal los ae urang dari 1 om dan tidak berpgng, peiche velus, terdapat pada sebagian besar py mukaan kulit kecuali kulit glabrosa. Unit pigs, basea pada aksila dan inguinal mengang felenjar apokrin, dan pada dada, punggung aja dan wajah memiliki kelenjar sebasea yang besa, Rambut tumbuh mengikuti siklus 3 fase anagey (pertumbuhan), Katagen (involusi) dan telogey (istrahat). Panjang masing-masing fase berbeds pada lokasi kulit yang berbeda. Pada kul kepala fase anagen berlangsung kira-kira selama 3 tahun, fase katagen 3 minggu dan fase telogen 3 bulan Pada suatu waktu pada kulit kepala 85% rambut berada pada fase anagen, sekitar 10% berada pada fase telogen dan sisanya pada tahap katagen, Maka, pada keadaan normal dapat ditemukan rambut yang rontok. Kelenjar ekrin berada pada epidermis dan dermis. Bagian di epidermis disebut akrosiringium Bagian sekretorik kelenjar ekrin terletak di dermis dalam, dekat perbatasan dengan subkutis. Keleriar ini tersebar di seluruh permukaan kulit kecuall d daerah ujung penis, kltoris dan bibir. Kepadatan Pada berbagai lokasi tubuh berbeda-beda. Fungsi utama kelenjar ekrin adalah (1) mengatur penglepasan panas, (2) eksresi air dan elektrolit, (3) mempertahankan keasaman _permukaan kul sehingga mencegah kolonisasi kuran Patogen, Kelenjar apokrin baru aktif saat pubertas; seket fina dlhasikannya akan diurai oleh kuman se ingga keluariah bau. Fungsi kelenjar apokrin pad? ;nanusia tidak jelas tetapi mungkin sekret kelent ini mengandung semacam feromon, DAFTAR PUSTAKA, 1. Chu pH, Devel lopment ar the skin. Woit k, ae ind structure of mith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Pal — DA. eater. Fitzpatiek's Deaton! Medicine Hi 2012, pean: 8 6d. New York: MoGram MeGrath JA, Uite y of, human skin, in Cox N, Grins etmatoiogy. ge Anatomy and organiza In: Bums 7, Breathnach © ©, editor. Rook's Textbook & ed. 0 i Publis Ls ara pa at Oro: tcl es Haran ns SM. Fal hat alam: ous Kelamn My AAH S, editor. ms Pena Kil as _ 2010, hg KOS. Jakarta: Balai Pena FH spre bara Gambar 1-1. Penampang Anatomi Kulit dan Apendiks A. Epidermis 1. stratum korneum 2. stratum lusidum 3. stratum granulosum 4, stratum spinosum 5, stratum basale B. Dermis ‘6. pars papile 7. pars retikulara 8. melanosit 9, badan Meissner 10. sel Langerhans 11, glandula sebasea 12. rambut 13, muskulus arektor pill 14, badan Pacini . Subkutis , Unit kelenjar apokrin Unit kelenjar ekrin Vaskularisas! dermal : - pleksus superfisialis - pleksus profunda m™moo ANATOMI ALAT KELAMIN Oleh Sjaiful Fahmi Daili PENDAHULUAN Sebelum membicarakan Infeksi Menular ‘Seksual (IMS), yang akan dibicarakan di bab Ill, kiranya perlu terlebin dahulu kita mengenal anatomi alat kelamin, Karena gejala beberapa penyakit ter- sSebut erat sekali hubungannya dengan susunan anatomi alat kelamin. Alat kelamin dibagi atas 2 jenis: 1. Alat kelamin laki-aki (Gambar 2-1 & 2-2) 2. Alat kelamin perempuan (Gambar 2-3, 2-4 & 25) ALAT KELAMIN LAKI-LAKI Uretra Uretra adalah organ berbentuk pipa yang terdapat antara ostium uretra intemum dan ostium uretra ekstemum. Panjangnya + 20 cm dan me- ‘nyerupai huruf S terbalik horizontal, dari vesika urinaria ke simfisis pubis melengkung dengan cekungan ke depan atas, sedangkan bagian se- lanjutnya melengkung dengan cekungan meng- adap ke bawah belakang. Pada uretra dapat dibedakan: ~ Pars prostatika = Pars membsanasea } uretra posterior = Pars spongiosa > uretra anterior Uretra pars prostatika Bagian ini terletak dalam glandula prostata, antara ostium uretra interium dan fasia diagfragma turogenitale superior, panjangnya + 3 om dan me- rupakan bagian uretra terlebar dengan daya dilatasi terbesar. Uretra dilapisi oleh epitel transisional, Pada dinding dorsal dapat diihat: = verumontanum: rigi memanjang di garis tengah ~ sinus prostatikus: muara saluran glandula prostata ~ kolikulus seminalis dan duktus eyakulatorius Uretra pars membranasea Merupakan bagian uretra terpendek (é 1,2cm), mulai dari ujung prostat sampai umbi zakar dan juga ditapisi epitel transisional. Kecuali di ostium uretra eksternum, bagian ini merupakan bagian uretra tersempit. Di sebelah dorsolateral, masing-masing sebelah kanan dan Kiri, terletak glandula bulbo uretralis Cowper. Pars membranasea ini diingkari otot lingkar m.sfingter uretra ekstemum. Uretra pars spongiosa Merupakan bagian uretra terpanjang (t 15 cm) dari fasia diagfragma urogenitale inferior sampai ostium uretra ekstemum. Dilapisi epitel torak, kecual ‘12mm terakhir (fosa navikularis) yang dilapisi epitel Sepeng berlapis. Potongan melintangnya 05 om melebar di fosa navikularis, kemudian menyempit kembali di orifisium uretra eksternum. Di dinding atas dan sisi terdapat muara kelenjar-kelenjar uretra (Litre) yang mengarah ke ventral, Penis Di dalam zakar (Penis) terday pat badan pe- Agembung (erekti), yaitu: 1. Korpus spongiosum, 2. Korpus kavemosu ateral kanan dan ki Penis yang meliputi uretva IM Penis, di sebelah dorso- ii korpus spongiosum penis. ie ied cengan Membentuk umbi zakar (bulbus yakni key a Penis dan di ujung proksimalnya, leh ip ee (glans Penis). Glans penis diputi uutium) ya berhubungan ) yang di cae Si glans melalui frenulum ini enjar sebasea, yaitu glandula esikan smegma, i kedua sisi wara saluran ke Tyson yang mengh; rze>ga0ecD Gambar 2-1. Dasar uretra laki-laki duktus deferens . vesikula seminalis duktus eyakulatorius uretra pars prostatika testis glandula bulbouretralis |. umuara glandula bulbouretralis . glandula uretralis (Littré) fosa navikularis j. ostium uretre eksternum k. uretra pars kavermosa |. bulbus uretre m.sflingter uretre eksternus 1. uretra pars membranasea ©. epididimis . verumontanum 4. asinus-asinus prostat r. vesika urinaria 10 Gambar 2-2. Potongan sagital melalui saluran kemih kelamin lakitaki a b. oxvosereac vesika urinaria simfisis pubis . lig. suspensorium penis uretra pars prostatika diafragma urogenitalis, korpus kavernosum penis J. uretra pars kavernosa |. kaput epididimis, kauda epididimis fosa navikularis - ostium uretre eksternum duktus deferens ™. vesikula seminalis ‘1. ampula duktus defentis 9. duktus eyakulatorius P. rektum 4m. sfingter uretre eksty uretra pars, membranasea © glandula bul 8. bulbus penis 1. bulbus uretra . Korpus spongios um ur \. testis ore ™. glandula propusiatis Duktus parauretralis berupa pi yang teratur sejajar dengan bagian tear ince dan bermuara di sekitar bibir orifisium uretre eksternum. Glans penis dan permukaan dalam preputium dilapisi epitel gepeng, 2. Kospus kavernosum penis Kedua korpus kavemnosum penis di akar penis berpencar masing-masing membentuk krus penis yang memperoleh fiksasi pada ramus inferior os pubis dan ramus superior os iskii, Prostat Berukuran 4x4 om, terletak di bawah kandung kencing, di atas diagfragma urogenitale dan me- ‘iputi bagian pertama uretra. Terdiri atas 2 lobus lateral dan 1 lobus medial, salurannya dilapisi oleh epitel torak dan bermuara pada uretra pars prostatika. Vesikula seminalis Kedua vesikula seminalis merupakan alat yang gepeng, lonjong, dan panjang + 5 cm. Struktur dalamnya berupa tabung yang berkelok-kelok. Saluran kedua vesikula seminalis masing-masing bersatu. dengan bagian terakhir duktus deferens yang homolateral untuk membentuk duktus eyakulatorius. Duktus deferens Merupakan pipa penghubung yang terentang antara kutub bawah epididimis dan alas prostata di kedua sisi tubuh. Bagian pertama berjalan naik di dorsal epididimis, kemudian ikut membentuk funikulus spermatikus. Bagian terakhimya melebar menjadi ampula duktus deferentis, kemudian menyempit dan bersatu dengan saluran vesikula seminalis menjadi duktus eyakulatorius. Testis dan epididimis Kedua alat terbungkus dalam kantung buah zakar (skrotum). Anak buah zakar (epididimis) melekat pada permukaan posterolateral buah zakar testis. Dari rete testis dilepaskan + 20 pipa, yaitu duktus eferentis yang membentuk kutub atas epididimis, lalu bersatu menjadi satu saluran yang berliku-tiku dan membentuk kaput dan kauda epididimis. ll ALAT KELAMIN PEREMPUAN Alat kelamin perempuan dan laki-faki mem- Punyal asal yang sama, namun pada perkem- bangan selanjutnya terjadi beberapa perbedaan. Mons veneris dan lablum pudendi Kedua bibir kemaluan besar (labium mayus pudendi) masing-masing berasal dari benjolan genital kanan dan kiri, yang pada laki-laki meng- hasilkan kantung buah zakar. Persatuan kedua benjolan genital di sebelah ventrokranial kemudian diubah menjadi bukit kemaluan (mons pubis atau mons veneris). Kedua bibir kemaluan kecil (labium minus pudendi) berasal dari lipatipat urogenital kanan dan kiri yang pada perempuan tidak bersatu di garis tengah. Dalam mons veneris terdapat jaringan lemak subkutis. Kedua labium mayus berupa lipat yang tebal mulai dari mons veneris ke belakang bawah untuk bersatu pada komisura posterior 42,5 m, ventral terhadap anus. Dalam labium mayus terdapat jaringan lemak berbentuk kumparan. Kedua labium minus ini di ventral berteriu membentuk kulup kelentit (preputium kittorides) dan di dorsal bersatu dalam komisura posterior (fourchette). Klitoris (kelentit) Merupakan homolog bagian dorsal penis dan berasal dari tuberkulum genitale yang tidak berkembang seperti halnya pada laki-laki. Alat ini berisi 2 badan pengembung yang bersatu pada glans klitorides. Vestibulum pudendi (serambi kemaluan) Vestibulum pudendi adalah ruangan yang dibatasi oleh kedua bibir kemaluan kecil (labia minora), Pada ruangan inibermuara orifisium uretra eksternum, saluran kelenjar Bartholin (glandula vestibularis mayor), dan ostium vagine. Di kedua sisi vestibulum terdapat badan pengembung yang dikenal sebagai bulbus vestibuli. Di ujung inferior bulbus vestibuli sebelah kanan dan kiri terdapat glandula vestibularis mayor (Bartholin) yang dianggap homolog glanduta bulbouretralis (Cowper) pada lakilaki. Saluran_kelenjar Bartholin bermuara di permukaan dalam tabium minus pada perbatasan antara 2/3 bagian depan dan 1/3 bagian belakang. Gambar 2-3. Potongan sagital melalui panggul perempuan a. simfisis pubis g. rektum b. vesika urinaria h. forniks posterior ¢. tuba uterina i. forniks anterior d. ovarium js vagina e. uterus k. uretra f. serviks uteri |. labium minus 1m, labium mayus 13 Gambar 2-4. Uterus dan adneksa a. korpus uteri g. ovarium b. lig. ovarii propium he lig. fatum uteri c, tuba uterina i, ostium uteri eksternum d, fimbria tuba uterina }. vagina e. infundibulum k. kanalis servisis {. fibria ovarika |. ostium uteri internum 14 Gambar 2-5. Vulva a. Klitoris b. vestibulum vagine ©. ostium uretre ekstemum d. ostium vagine e. himen f. anus 9. frenulum labiorum pudendi h. labium minus i. labium mayus Gambar 2-6. Kelenjar getah bening panggu! dan lipat paha a. kgb. aortisi 2. traktus vertikalis b. kgb. diasi komunis g. ureter cc. kgb. inter iliasi h. av iliaka komunis d. kgb. iliasi interni i, kgb. anorektalis e. kgb. iliasi eksterni J. kgb. iliaka eksterna £. kgb. inguinalis superfisialis k. ligamentum inguinale 1. traktus horizontalis |. kgb. inguinalis profundi 16 Himen (selaput dara) Merupakan lipatan mukosa yang membatasi ostium vagine pada gadis. Uretra Panjang uretra perempuan hanya 3 cm, dengan epitel transisional di bagian proksimal dan epitel berlapis di bagian distal. Kelenjar Skene terletak di sebelah kanan dan kir, lateral dari orifisium uretra eksternum. Saluran dilapisi epitel torak dan bermuara di vestibulum vagine atau orifisium uretra eksternum. Vagina Vagina adalah saluran penghubung antara vestibulum pudendi dan serviks uteri. Panjang dinding depan 9 cm dan dinding belakang 14 cm, terdiri atas epitel gepeng berlapis yang mengandung banyak glikogen Uterus (rahim) Terdiri atas leher (serviks) dan badan (korpus) uteri. Korpus uteri terdiriatas 3 lapisan: > endometrium miometrium perimetrium Di dalam korpus uteri terdapat sebuah Tonga berukuran 5x8 cm disebut rongga rahim (kavum uteri). Bagian atas korpus uteri disebut fundus uteri dan di sudut lateral fundus uteri bermuara saluran telur (tuba uterina) ke dalam kavum uteri Tuba uterina dan ovarium Tuba uterina terletak melintang di sisi kanan dan kiri rahim, ukuran panjang + 12 cm, terdiri atas pars uteri, ismus, ampula dan fimbrie. Tuba uterina dilapisi epitel torak berambut getar. Ovarium berbentuk oval dan melekat pada permukaan dorsal ligamentum fatum uteri. SISTEM PEMBULUH GETAH BENING DAN KELENJAR GETAH BENING, ALAT KELAMIN Kelenjar getah bening alat kelamin dapat dibedakan menjadi dua kelompok bevar (Gambar 2 6): izontalis Kelenjar-kelenjar ingy Uae kelenjar kelenjar inguinal dan jus) ent getah bening dalam panggy dan sepanjang aorta abdominalis, terutama merupakan kelenjar-kelenjar regional alat alat reproduksi. Nama kelenjar kelenjar tersebut disesuaikan dengan nama pembuluh darah yang diinginya atau sesuai dengan nama alat yang terdapat berdekatan dengan kelenjar-kelenjar bersangkutan. Pada Lakiaki Penis ‘Anyaman pembuluh getah bening dangkal ditampung oleh kelenjar-kelenjar inguinal superfisial medial, kadang kadang ditampung oleh kelenjar-kelenjariliaka ekstema. Anyaman pembuluh getah bening dalam ditampung oleh kelenjar-kelenjar inguinal dalam medial. Skrotum Pembuluh getah bening skrotum ditampung oleh kelenjar kelenjar inguinal superfsial medial. Uretra Getah bening dari uretra pars spongiosa ditampung oleh kelenjar-kelenjar inguinal superfisial medial, kelenjar kelenjar_ inguinal dalam, dan kadang-kadang oleh kelenjar kelenjar iliaka ekstema. Sedangkan getah bening dari uretra pars prostatka dan mem branasea disalurkan ke kelenjar-kelenat Wesitel lateral dan selanjutnya ke kelenjar- Kelenjriiakaintema Prostata, vesikula-seminalis ath bening dari prostata dan vesikula- seria dltampung oleh kelenjar sakral,liaka ma, iiaka intema, dan anorektal. Testis dan epididimis Getah bening ditampung olen yo (28H dan epiciiis kelenjar: iliaka ekstema. Pada Perempuan Labium mayus G , oh ene ari labium mayus ditampurd intro hea kelenjar iiaka ekstema. Labium minus Ditampung oleh Kelenjar-kelenjar inguinal super- fisial medial, inguinal dalam, dan iliaka eksterna, Kelenjar Bartholin Ditampung oleh kelenjar-kelenjar _vesikal anterior. Klitoris ‘Anyaman pembuluh getah bening dangkal di- tampung oleh kelenjar kelenjar inguinal superfsial medial dan kelenjar-kelenjar inguinal dalam ‘medial. Anyaman pembuluh getah bening dalam ditampung oleh kelenjar-kelenjar iliaka eksterna, Uretra Getah bening uretra ditampung oleh kelenjar- kelenjar inguinal supertisial medial, kelenjar kelenjar inguinal dalam, interiiaka, dan gluteal inferior. Ovarium Ditampung oleh kelenjar-kelenjar sepanjang aorta abdominalis. 7 Uterus Fundus uteri: sama seperti ovarium Korpus uteri: ke kelenjar kelenjar sepanjang aorta, kelenjar kelenjar inguinal superfisil, dan inter- iliakal. Serviks uteri: ke kelenjar kelenjar iliaka dan kelenjar-kelenjar sepanjang aorta, Vagina Bagian kranial: beranastomosis dengan serviks uteri lalu ke kelenjar iliaka ekstemna dan interiliaka. Bagian kaudal: ke kelenjar kelenjar_interliakal gluteal inferior dan beberapa kelenjar inguinal superfisial, Bagian dorsal: ke kelenjar anorektal. DAFTAR PUSTAKA 1. King A, Nicol C. Venereal diseases. 3° ed. London: ‘The English Language Book Society and Bailiere ‘Tindal; 2008. p 167 77. 2. Paulsen F, Waschke J. Sobotta Atlas of Human ‘Anatomy. 15° ed. London : Urban & Fischer ; 2013. 18 MIKROBIOLOGI KULIT Oleh Benny E. Wiryadi PENDAHULUAN Kult manusia tidak bebas hama (steril) dan kulit ster hanya didapatkan pada waktu yang sangat singkat setelah lahir. Kulit manusia tidak steril mudah dimengerti, karena permukaan kulit mengandung banyak bahan makanan (nutrisi) untuk pertumbuhan bakteri, antara lain lemak, bahan-bahan yang mengandung nitrogen, mineral, dan lain-lain yang merupakan hasil tambahan proses keratinisasi atau yang merupakan hasil apendiks kulit Mengenai hubungannya dengan manusia, bakteri dapat bertindak sebagai ~ parasit yang dapat menimbulkan penyakit, atau sebagai - _ komensal yang merupakan flora normal. PATOGENESIS DAN VIRULENSI ‘Spesies bakteri yang mampu menimbulkan penyakit dianggap sebagai patogen. Patogenesitas atau sifat patogen merupakan istilah yang relatif dan bakteri mempunyai frekuensi untuk menim- bulkan penyakit yang sangat berbeda, Organisme dengan patogenesitas rendah, kadang-kadang Patogen atau patogen oportunistik, sering muncul tanpa menimbulkan penyakit. Organisme dengan patogenesitas tinggi atau Patogen habitual umumnya berasosiasi dengan Penyakit. Patogen oportunistik ialah organise onpatogen yang dapat menimbulkan infeksi pada hospes dengan debilitas atau hospes yang mem- Punyai predisposisi. Pembawa kuman (cartier) jalah hospes yang mengandung bakteri patogen, tanpa adanya penyakit yang ditmbukan oleh bakteri tersebut. Istilah virulens! dipakal untuk melukiskan per- bedaan galur (strain) dalam suatu spesies patogen dan mencakup semua bahanbahan di dalam ‘organisme tersebut yang dapat menyebarkan kuman atau menimbulkan penyakit pada hospes yang baru. KOLONISASI Bakteri yang mengontaminasi kulit dapat hidup dan bermultiplikasi disebut kolonisasi dan kemudian dapat menimbulkan penyakit infeksi. Kolonisasi berbeda dengan infeksi, yakni pada kolonisasi hospes tidak memberi respons dan dengan demikian pada kolonisasi juga tidak ter- dapat kenaikan titer antibodi Frekuensi kontaminasi menimbulkan kolonisasi dan kolonisasi_ menimbulkan penyakit infeksi bergantung pada: Virulensi organisme Besamya inokulasi Tempat masuk kuman Pertahanan atau imunitas hospes PATOGENES!IS INFEKSI Sifat respons inflamasi bakteri tertentu, di samping ber banyaknya bakteri yang ma kulit (inokulasi_kulit PeONo kulit terhadap rgantung pada suk ke dalam ), juga bergantung pada cara bakteri tersebut mencapai daerah yang bersangkutan, Dinding pembuluh darah fering merupakan tempat utama_ kelainan kul pada penyebaran infeksi. Manifestasi awalberupa _perdarahan atau trombosis disertai infark. Kemudian diikuti reaksi selular akibat inokulasi bakteri Inflamasi setempat dar Menimbulkan penyeb; Ada_bakteri-baki menimbulkan bakteri Menimbulkan_ respor Pada tempat masuk Contobnya jalah ku Streptobacilius moni dalam kulit, talu timbul in Supurasi. Hal ini dapat daran sistemik. teri tertentu yang dapat lemia atau lesi jauh tanpa NS inflamasi yang jelas kuman (porte d’entre’e). man Yersinia pestis dan iiformis (rat-bite fever). Peranan imunoglobulin yang beredar dan hipersensitivitas tipe lambat dalam pertahanan kulit untuk menghadapi kuman tertentu masih banyak yang belum diketahui. IgM belum pernah ditemukan di dalam keringat, dan IgA, IgG dan IgD hanya ditemukan dalam jumlah yang kecil (0,01% dari kadar dalam serum). Akan tetapi, banyaknya frekuensi infeksi jamur spesitik di kulit dan mukosa, serta kandidosis pada penderita penyakit imunodefisiensi, memberi dugaan ada kaitan dengan respons imun. PERTAHANAN KULIT 1. Keadaan kering Kulit mempunyai perlindungan yang kering dan secara mekanik terhadap kontaminasi organisme dengan jalan deskuamasi, Teori acid mantle yang mula-mula dikemukakan oleh Amold, Merchionini, dan yang lain, me ngatakan bahwa pH permukaan kulit yang kebanyakan bersifat asam sebagai per- tahanan kulit yang penting, sekarang sama sekali ditolak. Tampaknya yang bertanggung jawab terhadap perbedaan ukuran meng hilangnya bakteri dari daerah asam atau alkali jalah desikasi. Derajat kekeringan kulit yang relatif dapat membatasi pertumbuhan kuman negatif-Gram. 2. Mekanisme kimiawi Asam-asam lemak berantai karbon yang tidak jenuh terbentuk di permukaan_ kulit sebagai hasil pemecahan ester ester sebum oleh flora komensal. Streptococcus pyogenes sangat sensitf terhadap asam-asam yang tidak jenuh dan berantai karbon panjang. Faktor kering dan bahan-bahan yang terdiri alas asam-asam lemak berantai karbon tidak jenuh juga dapat mengeliminasi Staphylococcus aureus. Dari hasit-hasil penyelidikan telah diketahui bahwa bahan aktif asam asam lemak tidak jenuh yang mempunyai efek anti-bakteri, terutama asam oleat. 3, Fenomena interferensi bakter! Fenomena ini ialah pengaruh suprosif bakteri atau galur bakteri terhadap kolonisas! bakteri lainnya. Walaupun pengaruh lersebut merupakan sesuatu yang sult diterangkan, akan tetapi relevansinya minimal jelas tampak dalam hal kolonisasi Staphylococcus dl kulit dan hidung. Contoh: untuk menghadapl 19 epidemi Staphylococcus aureus pada tempat- tempat perawatan bayi, dipergunakan galur spesies yang kurang virulen. Galur tersebut diinokulasikan pada umbilikus bayi yang baru lahir. Dengan cara tersebut kemung kinan untuk mendapat infeksi oleh epidemi faga 80/81, galur yang prevalens yang lebih banyak dan lebih berkuasa pada bayi, dapat dikurangi, Dengan kata lain kolonisasi di beberapa tempat oleh satu galur Staphylo- coccus akan mengganggu kolonisasi oleh galur lain, 4. Bakteri normal di kulit, ‘Adanya bakteri tersebut menghasilkan antibiotik yang dapat menghambat mikro- organisme lainnya. FLORA NORMAL KULIT Price pada tahun 1938 membedakan flora transien dan flora residen. Flora transien terdiri atas organisme yang sangat beraneka ragam, dapat bersifat patogen atau nonpatogen, yang tiba di permukaan kulit dari sekitamya dan bukan merupakan organisme yang secara teratur dijumpai di permukaan kul. Flora tersebut dianggap tidak memperbanyak diri di permukaan kulit dan cepat menghilang dengan hapusan, jadi tidak dapat mempertahankan dirinya secara tetap pada kulit normal. Flora transien juga lebih mudah dihilangkan dari kulit normal dengan desinfektan Flora residen terdiri atas sejumlah kecil Jenis organisme yang memperbanyak diri di permukaan kuli. Flora residen hampir selalu secara teratur terdapat pada kebanyakan individu normal, berupa organisme yang nonpatogen dan tidak mudah menghilang dengan hapusan. Perbedaan antara flora residen dengan flora transien dicantumkan di bawah Flora residen 1, Nonpatogen 2, Sebagai organisme yang stabil di permukaan kulit, Hampir selalu secara teratur {terdapat pada kebanyakan individu normal. 3, Dapat mompertahankan diti dari tekanan- tekanan kompetisi oleh organisme lainnya yang secara kontiny’ mengontaminasi permukaan kulit dan dapat memperbanyak dil secara teratur. 20 4, Tidak mudah dihilangkan dengan cara menghapus 5. Jenis organisme sangat kecil, kebanyakan termasuk salah satu dari dua fami yaitu famili Micrococcaceae atau fami Corynebacteriaceae. Flora transien 1. Patogen atau nonpatogen 2. Bukan merupakan oraganisme yang secara teratur terdapat di permukaan kulit. 3. Tidak dapat mempertahankan dir secara tetap pada kulit normal. Tidak dapat memper- banyak dir 4, Mudah dihilangkan dari kulit normal dengan cara menghapus atau dengan desinfektan, tetapi lebih sukar dihilangkan dari kulit yang sakit. 5. Jenis organisme sangat banyak (beraneka ragam). FLORA RESIDEN Flora residen tersering ialah 1. Micrococcaceae 2. Corynebacterium acnes 3. Aerobic diphteroids Famili residen Micrococcaceae terdiri atas 3 genus: 1, Microcuccus 2. Staphylococcus 3. Sarcina Sifat sifat famili Micrococcaceae ialah kokus Gram-positif dan katalase positi. Klasifikasi sistem Baird Parker (1963): Berdasarkan kemampuan membentuk asam dari glukosa dalam kondisi anaerobik, maka Micro - coccaceae dibagi dalam genus Staphylococcus yang memberi reaksi posit, dan genus Micro- coccus yang memberi reaksi negatif. Kemudian masing-masing genus dibagi lagi dalam subdivisi, contoh: Staphylococcus mempunyai 6 tipe dan ‘Micrococcus mempunyai 7 tipe. Pemibagian sub- divisi tersebut berdasarkan kemampuan organisme memproduksi sam dari _gula,memproduksi fosfatase dan membentuk aseton dari glukosa. 'S | adalah Staphylococcus aureus, dapat di- bedakan dari subdivisi lainnya berdasarkan sifat koagulase positf dan fermentasi anaerobik manitol ii. Organisme-organisme Yang. termasyy com eubavsi subdivisi SM dan SV disebyt Staphylococcus epidermidis. S \V ialah galur yang dapat memproduksi asam dari marito| eerara aerobik, tetapi tidak secara anaerobik, S| jarang ditemukan dalam jumiah besar pada kult normal dewasa. Galur S It dari grup ini dapat di isolasikan dari hampir setiap sampel kulit normal, ‘SIV dapat meragi manitol secara aerobik. Micrococcus _ Tipe M1 dan M2: sering ditemukan di daerah intertriginosa - Tipe M3: dominan pada kulit kepala dewasa “Tipe M7: sering disebut Sarcina lutea, lebin sering ditemukan pada kulit normal daripada dermatitis. Corynebacteria ‘Aerobie diphtheroids merupakan anggota genus Corynebacterium yang _nonpatogen. Organisme ini berbentuk batang Gram-positf. Anaerobic diphtheroid Contohnya antara lain ialah Corynebac- terium acnes, merupakan flora residen di kul, terutama di folikel, yakni di tempat-tempat yang banyak sekresi sebum. Jumfahnya akan bertambah banyak setelah akil balik. Organisme ini bertanggung jawab pada sebagian besar lipolisis sebum di dalam kanal folikel. Organisme negatif-Gram Flora residen lainnya ialah Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan organisme UP Mima-Herella. FLORA TRASIEN Flora transien terdiri atas: 1. Organisme aerobik yang membentuk spora (Bacillus spp.) 2. Streptococcus 3. Neisseria 4. Basil negatif-Gram yang berasal dari daerah intertriginosa dapat menjadi flora transien di tempat lain. FAKTOR MODIFIKASI 1. Pantang mandi tidak meningkatkan jumlah organisme Musim tampak hanya berpengaruh sedikit Pada jumlah organisme. Jumlah organisme ‘meningkat jika suhu luar dan kelembaban meningkat. 3. Penambahan hidrasi akan meningkatkan flora total. Mula mula Staphylococcus dan Micrococci yang Predominan, tetapi kemudian diphtheroid dan bentuk negatif-Gram yang lebih banyak. 2. LOKASI FLORA BAKTERI Mayoritas organisme aerobik terdapat di Permukaan lapisan terluar stratum komeum dan juga pada infundibulum folikel rambut. Organisme anaerobik terdapat dalam jumlah besar pada sebum yang disekresikan dan mungkin pada bagian dalam folikel pilosebaseus. Kelenjar keringat, baik ekrin maupun apokrin dan saluran keluarnya mungkin bebas dani bakteri. PERANAN FLORA NORMAL. 4. Yang terpenting ialah sebagai pertahanan terhadap infeksi bakteri, dengan jalan inter- ferensi bakter 2. Memproduksi asam lemak _bebas. Terdapat banyak bukti Corynebacterium acnes dan kokus negatif-Gram mampu menghidrolisiskan lemak dari sebum dan menghasilkan asam lemak bebas. FLORA PADA ORIFISIUM TUBUH Meatus auditorium eksternum Disamping Micrococci dan diphtheroid, juga terdapat basil tahan asam yang nonpatogen, 21 Vestibulum nasi ‘Organisme yang tersering diisolasi_ialah Micrococci dan diphtheroid. Staphylococcus dapat ditemukan pada separuh populasi yang diambil sampelnya. Streptococcus pyogenes kadang- kadang juga ditemukan. Uretra Micrococci dan diphtheroid biasanya terdapat dalam jumlah kecil. Mycobacterium smegmatis Mmungkin ditemukan di sekret preputium pada laki laki dan wanita, Vulva Organisme aerobik, termasuk diphteroid, Micrococci, enterococci dan coliform banyak di- temukan pada vulva. Umbilikus. Kolonisasi Staphylococcus aureus biasanya terdapat pada umbilikus bayi segera setelah lahir. Namun dapat juga dikolonisasi oleh Streptococcus pyogenus. DAFTAR PUSTAKA. 1. Marples RR. Fundamental cutaneous micro biology. In: Moschella SL. Pilsbury DM, Hurley HU Dermatology. 2~ ed. Philadelphia: WB Saunders Co; 1992, p 701-9, 2. Robert SOB, Highet AS. Bacterial infections. In: Rook A. Wikinson DS, Ebling FUG. Textbook of Dermatology. 4* ed. Oxford: Blackwell Scientific Publications; 2010, p 30.1 82. 3. Weinberg AN, Swartz MN. Bacterial disease with Cutaneous involvements, In: Fitzpatrick TB, Eisen ‘AZ, Wolf K, Freedberg IM, Ausen KF. Dermatology in General Midicine. 8 ed. New York: McGraw Hil Book Company; 2012. p 2121-263. 22 HISTOPATOLOGI KULIT Oleh Sri Adi Sularsito, Sondang MHA Pandjaitan-Sirait PENDAHULUAN Pemeriksaan_histopatologi kulit dibutuhkan ‘sebagai pemeriksaan penunjang untuk menjawab berbagai pertanyaan, seperti: Apakah diagnosis nya? Bagaimanakah proses patologinya? Apakah tepi telah bebas lesi? Apakah penyakit telah meng- lami perbaikan atau menyembuh setelah peng- obatan? Pertanyaan-pertanyaan ini akan menentu- kan kapan, dimana, dan bagaimana potongan jaringan kulit harus diambil. Potongan jaringan ult harus adekuat untuk menjawab pertanyaan Pertanyaan tersebut agar didapatkan jawaban yang memuaskan, Ketepatan pengambilan potongan jaringan kulit hingga dibaca oleh seorang spesialis derma topatologi merupakan suatu rangkaian yang amat enting, Proses ini dimulai dengan: 1) pemilihan jenis potongan jaringan kulit satu atau lebih, 2) pengambilan potongan jaringan —kulit dengan metode yang paling tepat, 3) _penanganan spesimen dengan hati-h 4) fiksasi jaringan dan proses persiapan ‘spesimen histopatologik yang baik, 5) diagnosis histopatologi yang tepat. Proses penentuan diagnosis. akhir memiliki beberapa langkah, yaitu diagnosis secara mikros kopik terlebih dahulu, kemudian diskusikan data- data Klinis disesuaikan dengan gambaran histo- Patologis beserta diagnosis bandingnya, setelah itu didapatkan diagnosis akhit. Kadang kala di- butuhkan konsultasi dengan beberapa spesialis, dermatopatologi dan klinisi untuk menentukan diagnosis akhir PEMILIHAN LOKAS! PENGAMBILAN POTONGAN JARINGAN KULIT Pada umumnya, penyakit kulit inflamasi disertai rasa gatal sehingga kelainan kulit sering telah digaruk dan meninggalkan erosi, ekskoriasi, atau ulkus, bahkan kadang dengan infeksi sekunder. Pemilihan potongan jaringan kulit sebaiknya dari lesi kulit yang masih utuh, tanpa kelainan sekunder. Lebih baik memilih papul atau plak dibandingkan makula, bila ada pustul seperti pada psoriasis pustulosa, pustul dapat diambil sebagai potongan jaringan, tetapi jangan mengambil kelainan impetigenisata, Lebih baik memitih kelainan yang fully developed dibandingkan lesi yang baru atau involusi. Bila tidak tampak kelainan yang khas secara Kinis, tetapi kulit ditandai dengan bekas garukan, maka potongan jaringan kulit_ masih tetap

You might also like