You are on page 1of 31

PROPOSAL

PENGARUH KOMPRES TEPID WATER SPONGE TERHADAP

PENURUNAN SUHU TUBUH ANAK BALITA DENGAN


FEBRIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

SUNGAI PENUH TAHUN 2022

Penelitian Keperawatan Anak

OLEH :

IIN WAHYUNI
NIM. 2002093

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SYEDZA SAINTIKA​

viii


ix
PROPOSAL

PENGARUH KOMPRES TEPID WATER SPONGE TERHADAP


PENURUNAN SUHU TUBUH ANAK BALITA DENGAN
FEBRIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

SUNGAI PENUH TAHUN 2022

Penelitian Keperawatan Anak

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Program Studi Ilmu Keperawatan
Stikes Syedza Saintika

OLEH :
IIN WAHYUNI
NIM. 2002093

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SYEDZA SAINTIKA

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Nama : IIN WAHYUNI

NIM : 2002093

PRODI : SARJANA ILMU KEPERAWATAN

Judul penelitian : Pengaruh Kompres Tepid Water Sponge Terhadap


Penurunan Suhu Tubuh Anak Balita Dengan Febris Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Penuh Tahun 2022

Proposal ini telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan dihadapan tim


penguji Proposal Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Syedza Saintika Padang.
Komisi Pembimbing :

Pembimbing I ​ ​ ​ ​ Pembimbing II

(Harmawati, SKp,M.Kep) ​ ​ ​ (Ns. Putri Minas


Sari, M.Kep)


Menyetujui ;

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


SYEDZA SAINTIKA PADANG
KETUA

(Drs. H. Hasrinal, Amd.Kep, MM)​


ix

PERNYATAAN PENGESAHAN PEMBIMBING

PENGARUH KOMPRES TEPID WATER SPONGE TERHADAP


PENURUNAN SUHU TUBUH ANAK BALITA DENGAN
FEBRIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

SUNGAI PENUH TAHUN 2022

Oleh :
IIN WAHYUNI
NIM. 2002093

Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II

(Harmawati,S,Kp,M.Kep) (Ns. Putri Minas Sari, M.Kep)

Mengetahui,
KETUA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

(Ns. Weni Sartiwi, M.Kep)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal yang berjudul
“Pengaruh Kompres Tepid Water Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak
Balita Dengan Febris Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Penuh Tahun 2022”.
Dalam penyusunan proposal ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan
dan bantuan, untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada pembimbing I
ibu Harmawati, S.Kp,M.Kep dan pembimbing II ibu Ns. Putri Minas Sari, M.Kep
sehingga pada kesempatan ini perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan
terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. DR. H. Syamsul Amar, MS Pembina Yayasan Pengembangan
Sumber Daya Manusia (YPSDM) sumatera barat.
2. Bapak Drs. H. Hasrinal, Amd. Kep, MM Ketua Stikes Syedza Saintika
Padang.
3. Ibu Ns. Weni Sartiwi, S.Kep, M.Kep, Ketua Prodi Sarjana Ilmu Keperawatan
Stikes Syedza Saintika Padang.
4. Kepala Puskesmas Sungai Penuh Ibu Afridesi, S.Km, M.Km yang telah
memberikan izin melakukan survei awal dan penelitian.
5. Pembimbing 1 Ibu Harmawati,S,Kp,M.Kep dan Ibu pembimbing 2 Ns. Putri
Minas Sari, M.Kep.

6. Bapak/Ibu dosen pengajar beserta staf Stikes Syedza Saintika yang telah
memberikan ilmu kepada penulis selama perkuliahan.
7. Teristimewa kepada Orang tercinta serta keluarga besar yang telah memberi
semangat, dukungan dan doa yang tulus bagi penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.

8. Serta teman-teman seperjuangan yang tidak bisa disebutkan namanya satu


persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam proses penyusunan proposal ini sudah


ditulis semaksimal mungkin. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
demi kesempurnaan proposal ini semoga Allah SWT selalu memberikan
kemudahan kepada kita semua.

Padang, Agustus 2022

Peneliti

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ​i
PERNYATAAN PERSETUJUAN ​ii
PERNYATAAN PENGESAHAN PEMBIMBING ​iii
KATA PENGANTAR ​iv
DAFTAR ISI ​vi
DAFTAR GAMBAR ​viii
DAFTAR TABEL ​ix
DAFTAR BAGAN ​xi
DAFTAR LAMPIRAN ​xii
BAB 1 PENDAHULUAN ​1
A. ​Latar Belakang ​1
B. ​Rumusan Masalah ​8
C. ​Tujuan Penulisan ​8
1.Tujuan Umum ​8
2.Tujuan Khusus ​9
D. ​Manfaat Penulisan ​9
E. ​Ruang Lingkup Penelitian ​10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ​11
A. ​Konsep Dasar Teoritis Febris ​11
1.Anatomi Fisiologi 1​ 1

2.Defenisi Febris 1​ 7

3.Klasifikasi 1​ 9

4.Etiologi 2​ 0

5.Patofisiologi 2​ 1

6.Manifestasi Klinis 2​ 3

7.Komplikasi 2​ 4

8.Pemeriksaan Diagnostik 2​ 4

9.Penatalaksanaan 2​ 5

B. ​Konsep Tindakan Keperawatan Tepid Water Sponge ​27


1.Definisi 2​ 7

2.Manfaat Tepid Water Sponge 2​ 8

3.Pelaksanaan Tepid Water Sponge 2​ 9

C. ​ erangka Teori
K ​1
3

BAB III METODE PENELITIAN 3​ 2

A. J​ enis Penelitian 3​ 2

B. ​ opulasi dan Sampel


P 3​ 3

C. ​ empat Penelitian
T ​4
3

D. ​ aktu penelitian
W 3​ 4

E. ​ tika Penelitian
E 3​ 4

F. ​ eknik Pengumpulan Data


T 3​ 7

G. ​ roses Pengolahan Data


P 3​ 9

H. ​ nalisa Data
A 4​ 0

I. ​ erangka Konsep
K 4​ 1
J. ​Hipotesa Penelitian ​42
K. ​Definisi Operasional ​42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

No Gambar ​ ​ ​ ​ ​ ​ ​ Halaman
2.1 Organ Pengatur Suhu Tubuh ​ ​11

DAFTAR TABEL
No Gambar ​ ​ ​ ​ ​ ​ ​ Halaman
2.1 Rancangan Penelitian......................................................................32
3.1 Defenisi Operasional ......................................................................43


ix
DAFTAR BAGAN
No Gambar ​ ​ ​ ​ ​ ​ ​ Halaman
2.1 Kerangka Teori ​ ​22
3.1 Kerangka Konsep ​ ​42

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : SOP Tepid Water Sponge


Lampiran 2 : Gantt Chart Penelitian

Lampiran 3 : Persetujuan Menjadi Responden


Lampiran 4 : Lembar Observasi Pretest-Posttest
Lampiran 5 : Lembar Konsultasi

Lampiran 6 : Surat Izin Pengambilan Data Awal dari STIKES SYEDZA


SAINTIKA PADANG

Lampiran 7 : Surat Izin Pengambilan Data dari Puskesmas Sungai Penuh

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Febris atau demam merupakan meningkatnya suhu tubuh dalam
merespon infeksi, luka, atau peradangan. Suhu tubuh yang naik-turun, dan
suhu yang meningkat bisa menjadi hal yang wajar pada anak yang sehat.
Oleh karena itu, peningkatan suhu yang kecil yang tidak menyusahkan
0
seorang anak tidak memerlukan perhatian medis. Suhu 100.4 (sekitar
0
38 C) dan lebih tinggi dianggap tidak wajar dan biasanya perlu mendapat
perhatian. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak sering
mengalami kejadian sakit. Kejadian sakit yang dialami anak biasanya akan
diikuti dengan beberapa gejala diantaranya adalah demam. Demam akan
muncul pada berbagai penyakit khususnya penyakit infeksi. (Hermayudi,
2017).

Demam yang tinggi memicu metabolisme yang sangat cepat,


jantung dipompa lebih kuat dan cepat, frekuensi napas lebih cepat.
Dehidrasi terjadi akibat penguapan kulit dan paru dan disertai dengan
ketidakseimbangan elektrilit, yang mendorong suhu makin tinggi.
0
Kerusakan jaringan akan terjadi bila suhu tubuh lebih tinggi dri 41 C,
terutama pada jaringan otak dan otot yang bersifat permanen. Kerusakan
tersebut dapat menyebabkan kerusakan batang otak, terjadinya kejang,
koma sampai kelumpuhan. Kerusakan otot yang terjadi berupa
rabdomiolisis dengan akibat terjadinya mioglobinuria (Ismoedijanto,
2016).

Berdasarkan data WHO (Word Health Organization), pada tahun


2019 di Amerika dilaporkan per tahun <0,2 kasus/100.000 populasi, mirip
dengan di Eropa Barat dan Jepang. WHO memperkirakan sekurangnya
12,5 juta kasus terjadi per tahun, pada tahun 2020 kasus demam
meningkat hingga 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian setiap
tahunnya. Angka ini meningkat mencapai 18-34 juta pada tahun 2021.
Data kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatrik di Brazil terdapat sekitar
19% sampai 30% anak di periksa karena menderita demam. Sebagian
besar anak usia balita mengalami serangan demam rata-rata enam kali
pertahunnya (WHO 2020).

Berdasarkan data Riskesdas prevelensi febris pada tahun 2019


berdasarkan hasil pengukuran angka kesakitan febris di Indonesia
menempati urutan ke tiga dari 10 penyakit terbanyak yang dirawat inap di
rumah sakit, yaitu dilaporkan sebesar 80.850 kasus yang meninggal
sebanyak 1.747 kasus. Dirumah sakit besar di Indonesia menunjukkan
adanya kecenderungan peningkatan jumlah kasus febris dari tahun ke
tahun dengan rata-rata kesakitan 500/100.000 penduduk dan kematian
diperkirakan sekitar 0,6–5%. Sedangkan angka kasus febris di provinsi
Jambi pada tahun 2019 hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita
demam menyerang pasien pada tingkatan umur balita dengan akurasi
87,26% (Dinkes Jambi, 2021).

Gejala umum yang terjadi pada penderita demam umumnya


gampang teriritasi dan tidak bisa tidur atau makan dengan baik. Anak
balita kehilangan keinginan bermain, meskipun terkadang anak yang
mengalami demam tinggi kelihatan sehat. Adakalanya, demam yang cepat
tinggi dapat menyebabkan serangan (serangan febrile), dan amat jarang
demam menjadi sangat tinggi sehingga anak menjadi lesu dan tidak ada
reaksi (Wahyu Rahayu 2016 :18).

Peningkatan suhu tubuh terus menerus apabila tidak diatasi secara


cepat dan tepat akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak
terganggu. Demam dapat membahayakan apabila suhu tubuh diatas
normal. Kejang dapat terjadi sebagai akibat dari demam tinggi yang tidak
ditangani secara dini sehingga menimbulkan hipoksia jaringan otak dan
pada akhirnya kerusakan otak. Suhu tubuh tinggi dapat mengakibatkan
perdarahan lokal dan degenerasi parenkimotosa di seluruh tubuh,
gangguan ini akan menyebabkan terganggunya fungsi sel (Sasla,dkk.
2022).

Penatalaksaan febris dapat dilakukan dengan terapi farmakologi


(obat-obatan), non farmakologi, maupun kombinasi keduanya. Terapi
farmakologi merupakan pengelolaan febris menggunakan obat-obatan
yang dikenal dengan obat antipiretik yang dikenal dengan paracetamol
(asetaminofen), salisilat atau anti-inflamasi nonsteroid (AINS) untuk
menangani demam. Akan tetapi terapi obat tersebut memiliki efek
samping yang dikaitkan dengan tekanan darah rendah, adanya gangguan
pada fungsi hati dan ginjal, retensi garam dan air, ataksia, dan mengantuk
(Wardiyah, 2016).

Penatalaksaan non farmakologi merupakan pengobatan yang tidak


menggunakan obat-obat dengan bahan kimia, seperti halnya pengobatan
komplementer. Pengobatan komplementer bersifat terapi pengobatan
alami. Italian Pediatric Society Guidelines menjelaskan bahwa salah satu
dari beberapa metode yang digunakan dalam mengatasi demam yaitu
teknik kompres tepid water sponge (Iqomah, dkk. 2019).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Sungai Penuh febris


termasuk penyakit terbesar di Kota Sungai Penuh. Tahun 2019 terdapat
2.500 kasus, pada tahun 2020 menjadi 3.150 kasus sedangkan pada tahun
2021 meningkat menjadi 4.500 kasus (Dinkes Kota Sungai Penuh, 2021).
Kota Sungai Penuh memiliki 11 puskesmas yaitu puskesmas desa gedang,
puskesmas kumun, puskesmas koto baru, puskesmas koto lolo, puskesmas
pondok tinggi, puskesmas rawang, puskesmas sungai bungkal, puskesmas
sungai liuk, puskesmas sungai penuh, puskesmas tanah kampung,
puskesmas tanjung.

Pada tahun 2020 puskesmas dengan angka febris tertinggi adalah


Puskesmas Kumun yang berada pada peringkat pertama yaitu sebanyak
300 kasus, peringkat kedua puskesmas tanah kampung sebanyak 235
kasus, peringkat ketiga puskesmas sungai liuk yaitu sebanyak 200 kasus,
peringkat keempat puskesmas semerap sebanyak 192 kasus.

Pada tahun 2021 Puskesmas dengan angka febris tertinggi adalah


Puskesmas Sungai Penuh berada pada peringkat pertama yaitu sebanyak
265 kasus, peringkat kedua puskesmas pondok tinggi sebanyak 200 kasus,
peringkat ketiga puskesmas koto baru sebanyak 174 kasus, peringkat
keempat puskesmas tanjung sebanyak 142 kasus, peringkat kelima
puskesmas sungai bungkal sebanyak 95 kasus.

Dari 11 puskesmas yang ada di Kota Sungai Penuh puskesmas


sungai penuh adalah puskesmas yang mengalami jumlah peningkatan
kasus febris di setiap tahunnya. Berdasarkan data yang didapatkan dari
Puskesmas Sungai Penuh, jumlah pasien yang terkena febris terhitung dari
tahun 2019 hingga 2021 diketahui pada tahun 2019 didapatkan jumlah
pasien demam sebanyak 354 kasus, pada tahun 2020 pasien dengan
masalah demam mengalami penurunan yaitu sebanyak 188 kasus, pada
tahun 2021 pasien dengan masalah demam kembali mengalami
peningkatan dengan jumlah sebanyak 265 kasus (Puskesmas Sungai
Penuh, 2022).

Menurut Nurlaili (2018) tepid water sponge dapat menurunkan


0
suhu tubuh 0,84 C, ketika tindakan ini dilakukan, suhu tubuh akan
menurun karena adanya seka pada tubuh saat pemberian tepid water
sponge yang mempercepat pelebaran pembuluh darah perifer di seluruh
tubuh sehingga proses penguapan panas dari kulit ke lingkungan sekitar
akan lebih cepat. Tindakan tepid water sponge menghasilkan penurunan
suhu tubuh yang signifikan sehingga mencegah terjadinya komplikasi
(Nurlaili, dkk. 2018).
Tepid water sponge merupakan alternatif teknik kompres hangat
yang marak dilakukan di negara maju maupun di negara berkembang
lainnya. Kompres tepid water sponge adalah sebuah teknik kompres
hangat yang menghubungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah
supervisial dengan teknik seka .Tindakan dengan menggunakan kain atau
handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada
bagian tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan
suhu tubuh. Pada proses pemberian kompres tepid water sponge ini
mekanisme kerja pada kompres tersebut memberikan efek adanya
penyaluran sinyal ke hopotalamus melalui keringat dan vasodilatasi perifer
sehingga proses perpindahan panas yang diperoleh dari kompres tepid
water sponge ini berlansung melalui dua proses yaitu konduksi dan
evaporasi dimana proses perpindahan panas melalui proses konduksi ini
dimulai dari tindakan mengkompres anak dengan waslap dan proses
evaporasi ini diperoleh dari adanya seka pada tubuh saat pengusapan yang
dilakukan sehingga terjasi proses penguapan panas menjadi keringat
(Alves, 2019).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Anita Dyah, 2020)


“Pengaruh Tepid Water Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak
Pra Sekolah Yang Mengalami Demam Di RSUD Ungaran” hasil analisis
menunjukkan bahwa sebelum dilakukan tindakan tepid water sponge
0
sebagian besar (73,34%) berada pada suhu 38-39 Celcius, suhu tubuh
setelah dilakukan tepid water sponge sebagian besar (63%) berada pada
0
suhu 37-38 Celcius. Perbedaan suhu tubuh anak pada uji t berpasangan
untuk kelompok intervensi diperoleh nilai signifikasi 0.000 (p<0.05) jadi,
pemberian kompres tepid water sponge berpanguruh pada penurunan suhu
tubuh.
Dikuatkan lagi dengan penelitian lain yang berjudul “The
Effectiveness of Water Tepid Sponge to Lower Body Temperature in
Children with Fever”. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penelitian
yang menggunakan desain Pre Eksperimen ini menunjukkan adanya
perbedaan rerata (mean) suhu tubuh sebelum dan sesudah tindakan tepid
0 0
sponge (sebelum 38.540 C dan sesudah 37.700 C sehingga ada penurunan
0
sebesar 0.84 C; p value = 0.000 < a = 0,05). Dari dua hasil penelitian
terdahulu tentang pengaruh tepid water sponge terhadap penurunan suhu
tubuh pada pasien febris dapat disimpulkan bahwa tindakan ini efektif
digunakan untuk menurunkan suhu tubuh pada pada pasien febris.
Survey awal yang dilakukan pada hari Selasa tanggal 05 Juni 2022
jam 09.30 Wib di wilayah kerja puskesmas Sungai Penuh, peneliti
melakukan wawancara 7 orang pasien demam, menanyakan tindakan apa
yang diberikan dan disarankan perawat puskesmas saat suhu tubuh
meningkat, 5 orang dari mereka mengatakan saat melakukan kunjungan ke
puskesmas untuk pengecekan suhu tubuh mereka hanya mendapatkan
terapi farmakologi yaitu pemberian obat antipiretik seperti paracetamol
dan hanya istirahat dirumah.

Peneliti lanjut memberikan pertanyaan apakah pernah


mendapatkan terapi non farmakologi seperti tepid water sponge, rata-rata
7 orang dari pasien mengatakan belum mengetahui tentang tepid water
sponge dan mereka belum pernah mendapatkan tindakan dari perawat
puskesmas. Saat suhu tubuh meningkat diketahui perawat belum pernah
memberikan teknik kompres tepid water sponge pada pasien dengan
febris.
Berdasarkan data dan hasil survei peneliti tertarik untuk
mengetahui dan meneliti lebih banyak mengenai “Pengaruh Teknik
Kompres Tepid Water Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak
Balita Dengan Febris Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Penuh?”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah dapat dirumuskan masalah yaitu apakah ada
pengaruh teknik kompres tepid water sponge terhadap penurunan suhu
tubuh anak balita dengan febris di wilayah kerja puskesmas sungai penuh
tahun 2022?.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui “pengaruh teknik kompres tepid water sponge


terhadap penurunan suhu tubuh anak balita dengan febris di wilayah
kerja puskesmas sungai penuh tahun 2022”.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui rata-rata suhu tubuh anak balita pasien dengan febris
sebelum dilakukan kompres tepid water sponge di wilayah kerja
puskesmas Sungai Penuh tahun 2022.

b. Mengetahui rata-rata suhu tubuh anak balita dengan febris setelah


dilakukan kompres tepid water sponge di wilayah kerja puskesmas
Sungai Penuh tahun 2022.

c. Mengetahui pengaruh teknik kompres tepid water sponge terhadap


penurunan suhu tubuh anak balita dengan febris di wilayah kerja
puskesmas Sungai Penuh tahun 2022.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Penuh


Sebagai bahan masukan, acuan dan informasi dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien demam dengan metode non farmakologi di
Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Penuh Tahun 2022.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Stikes Syedza Santika
Padang Juga untuk menambah ilmu dan teknologi terapan bidang
keperawatan dalam mengetahui pengaruh teknik kompres tepid water
sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak balita dengan febris di
wilayah kerja puskesmas sungai penuh.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengaruh teknik
kompres tepid water sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak balita
dengan febris dan dapat digunakan sebagai referensi bahan belajar
untuk generasi selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

​Penelitian ini membahas tentang pengaruh teknik tepid water


sponge terhadap penurunan suhu tubuh pada anak balita dengan febris di
wilayah kerja puskesmas Sungai Penuh tahun 2022. Dalam penelitian ini
yang dijadikan variabel independen adalah terapi tepid water sponge dan
variabel dependen suhu tubuh pasien. Jenis penelitian pre eksperimen
dengan pendekatan one grup pretest dan posttest. Penelitan ini
dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas Sungai Penuh tahun 2022.
Popolasi penelitian ini adalah seluruh balita dengan febris berjumlah 173
orang dan sampel pada penelitian ini 16 orang. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah non-probability sampling. Dalam
penelitian ini menggunakan kuisioner data dikumpulkan dengan metode
observasi, metode wawancara dan metode pengukuran. Analisa data
menggunakan analisis univariate dengan menggunakan table distribusi
dan frekuensi serta analisis bivariate menggunakan t test independent,
untuk mengetahui pengaruh pemberian teknik tepid water sponge terhadap
penurunan suhu tubuh balita.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teoritis Febris
1. Anatomi Fisiologi
a. Organ Pengatur Suhu Tubuh

Gambar 2.1
(Raimundus, 2016)
​ ​Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah
Hipothalamus, Hipothalamus ini dikenal sebagai thermostat yang
berada dibawah otak. Thermostat hipotalamus memiliki semacam
titik kontrol yang disesuaikan untuk mempertahankan suhu tubuh.
Jika suhu tubuh turun sampai di bawah atau naik sampai di titik ini,
maka pusat akan memulai impuls untuk menahan panas atau
meningkatkan pengeluaran panas.

b. Penjalaran Sinyal Suhu pada Sistem Saraf


Sinyal suhu yang dibawa oleh reseptor pada kulit akan diteruskan
ke dalam otak melalui jaras spinotalamus (mekanismenya hampir
sama dengan sensasi nyeri). Ketika sinyal suhu sampai di tingkat
medulla spinalis , sinyal akan menjalar dalam traktus lissauer
beberapa segmen di atas atau di bawah, dan selanjtnya akan
berakhir terutama pada lamina I, II, dan III radiks dorsalis.
Setelah mengalami percabangan melalui satu atau lebih neuron
dalam medulla spinalis, sinyal suhu selanjutnya akan dijalarkan ke
serabut termal asenden yang menyilang ke traktus sensorik
anterolateral sisi berlawanan, dan akan berakhir di tingkat reticular
batang otak dan komplek ventrobasal thalamus. Beberapa sinyal
suhu pada kompleks ventrobasal akan diteruskan ke korteks
somatosensorik.

c. Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh


1) Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal
ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh
menjadi berbeda pula.

2) Rangsangan saraf simpatis


Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan
metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu,
rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang
tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir
seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas.
Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress
individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin
dan neropineprin yang meningkatkan metabolisme.

3) Hormon pertumbuhan
Hormon pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%.
Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.

4) Hormon tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua
reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin
dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% di
atas normal.

5) Hormon kelamin
Hormon kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan
metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal,
menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan,
fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena
pengeluaran hormon progesteron pada masa ovulasi
meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3-0,6ºC di atas suhu basal.
6) Demam (peradangan)
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan
peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan
suhu 10ºC.

7) Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan
metabolisme 20-30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak
ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan
metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami
malnutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh.

8) Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme
juga mengakibatkan gesekan antar komponen otot/organ yang
menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat
meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3-40,0ºC.

9) Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada
hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu
tubuh mengalami gangguan. Beberapa zat pirogen yang
dikeluarkan pada saat terjadi infeksi dapat merangsang
peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar
keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme
pengaturan suhu tubuh terganggu.

10) Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan,
artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat
lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya,
lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia.
Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi
sebagian besar melalui kulit.

11) Irama diurnal


Suhu tubuh bervariasi pada siang dan malam hari. Suhu
terendah manusia yang tidur pada malam hari dan bangun
sepanjang siang terjadi pada awal pagi dan tertinggi pada awal
malam.

12) Jenis kelamin


Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih
tinggi dari pada wanita. Suhu tubuh wanita dipengaruhi daur
haid. Pada saat ovulasi, suhu tubuh wanita pada pagi hari saat
bangun meningkat 0,3-0,5

13) Usia individu


Usia sangat mempengaruhi metabolisme tubuh akibat
mekanisme hormonal sehingga memberi efek tidak langsung
terhadap suhu tubuh.

d. Mekanisme kehilangan panas melalui kulit


Sebagian besar pembentukan panas dalam tubuh dihasilkan oleh
organ dalam terutama di hati, otak, jantung, dan otot rangka selama
berolahraga. Kemudian panas ini dihantarkan dari organ dan
jaringan yang lebih dalam ke kulit, yang mana kemudian dibuang
ke udara dan lingkungan sekitarnya, oleh karena itu, laju
kehilangan panas hampir seluruhnya.

e. Hubungan suhu tubuh dengan cairan tubuh


Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan, dan cairan inilah
yang berperan dalam mengatur suhu tubuh manusia. Seperti yang
terlihat saat berkeringat, yaitu tubuh melepaskan keringat saat
panas untuk mengurangi panas berlebih dalam tubuh sehingga
mengurangi suhu tubuh yang tinggi tersebut. Semua pengaturan
suhu tubuh seperti ini dilakukan dan bergantung pada asupan air
yang ada pada tubuh kita.

f. Hubungan suhu tubuh dengan eritrosit


Apabila eritrosit naik, maka suhu tubuh pun akan ikut naik.
Begitupula sebaliknya. Suhu tubuh yang naik, menyebabkan
pembuluh darah mengembang sehingga berdekatan dengan kulit
dan wajah pun jadi memerah. Sedangkan, jika suhu tubuh turun
maka pembuluh darah mengecil sehingga berjauhan dengan kulit
dan wajahpun menjadi pucat.
2. Defenisi Febris
​Febris atau demam merupakan meningkatnya suhu tubuh dalam
merespon infeksi, luka, atau peradangan. Suhu tubuh yang naik-turun, dan
suhu yang meningkat bisa menjadi hal yang wajar pada anak yang sehat.
Oleh karena itu, peningkatan suhu yang kecil yang tidak menyusahkan
0
seorang anak tidak memerlukan perhatian medis. Suhu 100.4 (sekitar
0
38 C) dan lebih tinggi dianggap tidak wajar dan biasanya perlu mendapat
perhatian. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak sering
mengalami kejadian sakit. Kejadian sakit yang dialami anak biasanya akan
diikuti dengan beberapa gejala diantaranya adalah demam. Demam akan
muncul pada berbagai penyakit khususnya penyakit infeksi. (Hermayudi,
et al. 2019 : 1).
​Demam merupakan keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu
suhu tubuh di atas 38º Celsius (Ismoedijanto, 2016). Demam adalah proses
alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh ketika
suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C) (Hartini, 2015).
Demam sangat berbeda dengan hipertemia. Hipertermia adalah
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas maupun mengurangi
produksi panas akibat dari peningkatan suhu (Ribek et al., 2018)
​Secara garis besar, ada dua kategori febris yang sering kali diderita
oleh anak balita (dan manusia pada umumnya) yaitu demam noninfeksi
dan demam infeksi (Widjaja, 2016).

a. Demam non infeksi


​ ​Demam noninfeksi adalah demam yang bukan disebabkan
oleh masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam noninfeksi jarang
terjadi dan diderita oleh manusia dalam kehidupan sehari- hari. Demam
non-infeksi timbul karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa sejak
lahir, dan tidak ditangani dengan baik. Contoh demam non-infeksi antara
lain demam yang disebabkan oleh adanya kelainan degeneratif atau
kelainan bawaan pada jantung, demam karena stres, atau demam yang
disebabkan oleh adanya penyakit- penyakit berat misalnya leukimia dan
kanker darah (Widjaja, 2016).
b. Demam infeksi
​Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh masukan
patogen, misalnya kuman, bakteri, viral atau virus, atau binatang kecil
lainnya ke dalam tubuh. Bakteri, kuman atau virus dapat masuk ke dalam
tubuh manusia melalui berbagai cara, misalnya melalui makanan, udara,
atau persentuhan tubuh. Imunisasi juga merupakan penyebab demam
infeksi karena saat melalukan imunisasi berarti seseorang telah dengan
sengaja memasukkan bakteri, kuman atau virus yang sudah dilemahkan
ke dalam tubuh balita dengan tujuan membuat balita menjadi kebal
terhadap penyakit tertentu. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan
infeksi dan akhirnya menyebabkan demam pada anak antara lain yaitu
tetanus, mumps atau parotitis epidemik, 12 morbili atau measles atau
rubella, demam berdarah, TBC, tifus dan radang paru-paru (Widjaja,
2016).
3. Klasifikasi
​Demam dapat merupakan satu-satunya gejala yang ada pada balita
yang terkena infeksi. Panas dapat dibentuk secara berlebihan pasa
hiperteroid, intoksikasi aspirin atau adanya gangguan pengeluaran panas,
misalnya heat stroke. Klasifikasi dilakukan berdasarkan pada tingkat
kegawatan pasien, etiologi demam dan umur.
​Klasifikasi berdasarkan umur pasien dibagi menjadi kelompok
umur kurang dari 2 bulan, 3-36 bulan dan lebih dari 36 bulan. Pasien
berumur kurang dari 2 bulan, dengan atau tanpa tanda SBI (Serious
Bacterial
​Infection). Infeksi sering kali terjadi tanpa disertai demam. Pasien
demam harus dinilai apakah juga menunjukkan gejala yang berat.
Klasifikasi berdasarkan lama demam pada anak, dibagi menjadi:
a. Demam kurang 7 hari (demam pendek) dengan tanda lokal yang jelas,
diagnosa etiologi dapat ditegakkan secara anamnestik, pemeriksaan
fisis, dengan atau tanpa bantuan laboratorium, misalnya tonsilitis akut.
b. Demam yang tidak diketahui penyebabnya, sebagian terbesar adalah
sindrom virus.

c. Demam lebih dari 7 hari, tanpa tanda lokal, diagnosa etiologi tidak
dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, namun dapat
ditelusuri dengan tes laboratorium.
4. Etiologi
​Menurut Hermayudi (2017), febris dapat disebabkan oleh faktor
infeksi ataupun faktor non-infeksi. Demam akibat infeksi bisa disebabkan
oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit. Infeksi bakteri yang
pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak antara lain
Pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis,
bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis, ensefalitis,
selulitis, otitis media, infeksi saluran kemis (ISK), dan lain-lain. Infeksi
virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral
Pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, dan virus-virus umum
1
seperti H1N1 .
​Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara
lain coccidioides imitis, criptococcosis dan lain-lain. Infeksi parasit yang
pada umumnya menimbulkan demam antara lain malaria, Toksoplasmosis,
dan helmintiasi.Demam akibat faktor non-infeksi dapat disebabkan oleh
beberapa hal antara lain faktor lingkungan (suhu lingkungan yang
eksternal dan terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi dan lain-lain), penyakit
autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus, vaskulitis dan lain-
lain), keganasan (penyakit Hodgkin, leukimia) dan pemakaian obat-obatan
(antibiotik, difenilhidantoin, dan autihistamin). Selain itu, anak-anak juga
dapat mengalami demam sebagai akibat efek samping dari pemberian
imunisasi selama kurang lebih 1-10 hari.
Hal lain yang juga berperan sebagai faktor non-infeksi penyebab demam
adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan otak, status
epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan lainnya.
5. Patofisiologi

​Menurut Sodikin (2012), suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang
mengatur keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas.
Produksi panas tergantung pada aktivitas metabolik dan aktivitas fisik.
Kehilangan panas terjadi melalui radiasi (perpindahan suhu dari suhu
objek panas ke objek yang dingin, evaporasi (panas terbuang akibat
penguapan), konduksi (perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat
perbedaan suhu tubuh antara dua objek) dan konveksi (perpindahan panas
oleh udara yaitu apabila panas berpindah dengan cara pergerakan partikel
yang telah dipanaskan). Dalam keadaan normal termostat di hipotalamus
selalu diatur pada set point sekitar 37ºC, setelah informasi tentang suhu
diolah di hipotalamus selanjutnya ditentukan pembentukkan dan
pengeluaran panas sesuai dengan perubahan set point. Hipotalamus
posterior bertugas meningkatkan produksi panas dan mengurangi
pengeluaran panas.

​Bila hipotalamus posterior menerima informasi suhu luar lebih


rendah dari suhu tubuh maka pembentukan panas ditambah dengan
meningkatkan metabolisme dan aktivitas otot rangka dalam bentuk
menggigil dan pengeluaran panas dikurangi dengan vasokontriksi kulit
dan pengurangan produksi keringat sehingga suhu tubuh tetap
dipertahankan tetap. Hipotalamus anterior mengatur suhu tubuh dengan
cara mengeluarkan panas. Bila hipotalamus anterior menerima informasi
suhu luar lebih tinggi dari suhu tubuh maka pengeluaran panas
ditingkatkan dengan vasodilatasi kulit dan menambah produksi keringat.
Umumnya peninggian suhu tubuh terjadi akibat peningkatan set point.
Infeksi bakteri menimbulkan demam karena endoktosin bakteri
merangsang sel PMN untuk membuat pirogen endogen yaitu interleuken-
1, interleuken 6 atau tumor nekrosis faktor.

​Pirogen endogen bekerja di hipotalamus dengan bantuan enzim


siklooksigenase membentuk protaglandin selanjutnya proraglandin
meningkatkan set point hipotalamus. Ada tiga fase yang terjadi selama
demam berlangsung, antara lain sebagai berikut :
a. Fase I (awitan dingin atau menggigil)

1) Peningkatan denyut jantung


2) Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
3) Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot
4) Kulit pucat dan dingin akibat vasokonstriksi
5) Merasakan sensasi dingin
6) Dasar kuku mengalami sianosis
7) Rambut kulit berdiri
8) Pengeluaran keringat berlebihan
9) Peningkatan suhu tubuh

b. Fase II (proses demam)

1) Proses menggigil hilang


2) Kulit terasa hangat (panas)
3) Merasa tidak panas (dingin)
4) Peningkatan nadi dan laju pernapasan
5) Peningkatan rasa haus
6) Dehidrasi ringan sampai berat
7) Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf
8) Lesi mulut herpetic
9) Kehilangan nafsu makan
10) Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat
katabolisme protein.
c. Fase III (pemulihan)

1) Kulit tampak merah dan hangat


2) Berkeringat
3) Menggigil ringan
4) Kemungkinan mengalami dehidrasi
6. Manifestasi Klinis
​Suriadi dan Yuliani (2010), mengemukakan dalam bukunya bahwa
gambaran demam adalah sebagai berikut:
1) Demam
2) Temperatur 38,9ºC sampai 40,6ºC

3) Menggigil
4) Berkeringat
5) Gelisah atau lethargy
6) Tidak ada nafsu makan
7) Nadi dan pernapasan cepat
8) Petechiae
7. Komplikasi
​Menurut Sodikin (2012), komplikasi atau penyulit pada kasus
febris adalah sebagai berikut:
1) Demam sangat tinggi atau lebih dari 41ºC
2) Terjadi kejang
3) Demam berlanjut lebih dari 3 hari
4) Tubuh sangat lemas
5) Tidak mau makan atau minum
6) Kehilangan kesadaran
7) Muntah-muntah
8. Pemeriksaan Diagnostik
​Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), pemeriksaan diagnostik yang
dapat dilakukan pada klien febris adalah:
1) Uji coba darah
Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari ke-2 atau
hari ke tiga. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi.
Masa pembekuan masih normal, masa perdarahan biasanya memanjang,
dapat ditemukan penurunan factor II, V, VII, IX, dan XII. Pada
pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia,
hipokloremia. SGOT, serum glutamit piruvat (SGPT), ureum, dan pH
darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun.
2) Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus
rutin. Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria
ringan.
3) Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga
dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau
limfangiografi.
4) Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa.
9. Penatalaksanaan
​Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), pada dasarnya menurunkan
Demam dapat dilakukan secara fisik, obat-obatan maupun kombinasi
keduanya.
a. Secara fisik
1) Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
2) Pakaian anak diusahakan tidak tebal
3) Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air
meningkat

4) Memberikan kompres
b. Obat-obatan
​Pemberian obat antiseptik merupakan pilihan pertama dalam
menurunkan demam. Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik
terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam
susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek
pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui
pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat
enzim.

​Asetaminofen merupakan deerivate para-aminofenol yang


bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam
susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15mgr/kgBB/kali tiap 4
jam maksimal 5 kali sehari. Turunan asam propionat seperti ibuprofen
juga bekerja menekan pembentukan prostaglandin. Obat ini bersifat
antipertik, sampai 8 jam. Metamizole (antalgin) bekerja menekan
pembentukan prostaglandin. Mempunyai efek antipiretik, analgetik dan
antiinflamasi. Dosis terapeutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6-8 jam dan tidak
dianjurkan untuk anak kurang dari 6 bulan. Pemberiannya secara per
oral, intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat
golongan fenamat. Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan
sebagai antipiretik. Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3
dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh diberikan anak usia
kurang dari 6 bulan.

B. Konsep Tindakan Keperawatan Tepid Water Sponge


1. Definisi

Pengobatan non farmakologi adalah suatu bentuk pelayanan pengobatan


yang menggunakan cara, alat atau bahan yang digunakan sebagai
alternatif atau pelengkap pengobatan medis tertentu. Salah satu terapi
non farmagologi yang dapat digunakan untuk menurunkan suhu tubuh
pada anak febris yaitu teknik tepid water sponge (kompres hangat
dengan teknik seka). Tindakan dengan menggunakan kain atau handuk
yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian
tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu
tubuh.

​Kompres tepid water sponge adalah sebuah teknik kompres


hangat yang menghubungkan teknik kompres blok pada pembuluh
darah supervisial dengan teknik seka. Pada proses pemberian kompres
tepid water sponge ini mekanisme kerja pada kompres tersebut
memberikan efek adanya penyaluran sinyal ke hipotalamus melalui
keringat dan vasodilatasi perifer sehingga proses perpindahan panas
yang diperoleh dari kompres tepid water sponge ini berlansung melalui
dua proses yaitu konduksi dan evaporasi dimana proses perpindahan
panas melalui proses konduksi ini dimulai dari tindakan mengkompres
anak dengan waslap dan proses evaporasi ini diperoleh dari adanya seka
pada tubuh saat pengusapan yang dilakukan sehingga terjasi proses
penguapan panas menjadi keringat (Alves, 2019).

​Menurut (Yunianti SC et al, 2019) kompres tepid water sponge


merupakan suatu tindakan kompres hangat dengan teknik seka
diberikan kepada pasien yang mengalami kenaikan suhu tubuh.
Tindakan ini dilakukan dengan menyeka bagian tubuh terutama lipatan-
lipatan tubuh, dilakukan dalam rentang waktu 30 menit perhari sampai
suhu tubuhnya menurun. Tindakan tepid water sponge menghasilkan
penurunan suhu tubuh yang signifikan sehingga mencegah terjadinya
komplikasi.
​Kompres tepid water sponge adalah tindakan dengan
menggunakan kain atau handuk yang dicelupkan kedalam air hangat
yang ditempelkan pada bagian dahi, leher, ketiak, selangkangan, perut,
dan bagian tubuh yang terbuka sehingga memberikan rasa nyaman dan
menurunkan suhu tubuh. Terapi ini dilakukan 20-30 menit selama 1 hari
0
jika suhu tubuh >37,5 C (Berutu, 2019).
2. Manfaat Tepid Water Sponge
​Manfaat tepid water sponge mendorong darah kepermukaan
tubuh sehingga darah dapat mengalir dengan lancar. Ketika suhu tubuh
meningkat dilakukan tepid water sponge, hipotalamus anterior memberi
sinyal pada kelenjar keringat untuk melepaskan keringat. Tindakan ini
diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai
keadaan normal kembali (Filipinomedia, 2010).
3. Pelaksanaan Tepid Water Sponge Untuk Mengatasi Penurunan Suhu
Tubuh
​Prosedur pelaksanaan Tepid Water Sponge (Rosdahl &
Kowalski, 2008, dalam Setiawati, 2009)
a. Tahap Prainteraksi
1) Menyiapkan alat dengan benar
(Mangkuk berisi air hangat, lap mandi (wash lap), handuk
mandi, perlak, handscothermometer digital)

2) Mencuci tangan
3) Menempatkan alat di dekat klien dengan benar
b. Tahap Orientasi
1) Memberi salam dan menyapa klien beserta keluarga
2) Menjelaskan tujuan dan posedur tindakan pada klien dan
keluarga

3) Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien


c. Tahap kerja
1) Menjaga privasi klien
2) Mengatur posisi klien senyaman mungkin
3) Menempatkan perlak dibawah klien
4) Membuka pakaian klien dengan hati-hati
5) Mengukur suhu tubuh klien sebelum melakukan tindakan
6) Tutup tubuh klien dengan handuk mandi. Kemudian basahkan
wash lap atau lap mandi, usapkan mulai dari dahi, leher, axila,
dengan tekanan lembut perlahan, lap keseluruh tubuh, lakukan
sampai ke ekstremitas bawah secara bertahap. Pertahankan
0 0
kehangatan air (37 C-40 C).

7) Apabila wash lap mulai mengering maka rendam kembali


dengan air hangat lalu ulangi tindakan seperti diatas.

8) Lakukan hal yang sama dalam rentang waktu 15-20 menit dan
cek suhu tubuh secara berkala.

9) Hentikan prosedur jika klien kedinginan atau menggigil,


setelah suhu tubuh klien mendekati normal selimuti klien
dengan selimut mandi dan keringkan. Pakaikan klien baju yang
tipis dan mudah menyerap keringat.

10) Mengganti pakaian klien dengan pakaian yang tipis dan


menyerap keringat

11) Cuci tangan setelah seluruh prosedur dilakukan


d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi keadaan klien
2) Membereskan alat
3) Mencuci tangan
4) Dokumentasi

C. Kerangka Teori
Bagan 2.1

Kerangka Teori

​ ​ ​ ​ ​
BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-


Eksperiment yaitu mengetahui pengaruh teknik tepid water sponge
terhadap suhu tubuh pada anak febris di wilayah kerja puskesmas Sungai
Penuh tahun 2022. Penelitian ini menggunakan pendekatan One Group
Pretest dan Posttest yaitu sebelum diberi teknik tepid water sponge akan
diukur suhu tubuh, kemudian setelah diberikan tepid water sponge
dilakukan pengukuran suhu tubuh kembali.

Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Rancangan Penelitian

Subjek Pretest Intervensi Posttest

K1 O¹ X O²

Keterangan:
K1 : Responden
O¹ : Pengukuran Suhu Tubuh (pretest/sebelum)
O² : Pengukuran Suhu Tubuh (posttest/setelah)
X : Terapi terhadap kelompok eksperimen yaitu dengan pemberian teknik
tepid water sponge selama satu minggu.

2. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti dalam
penelitian subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Notoatmojo, 2010). Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh balita dengan febris di Puskesmas Sungai Penuh
yang berjumlah 265 orang.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah non-probability sampling. Secara lebih spesifik, penelitian
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penetapan
responden untuk dijadikan sampel berdasarkan kriteria-kriteria
tertentu.
Menurut Prihantin (2016) besar sampel dihitung dengan rumus
Federar, dengan perhitungan sebagai berikut :

Rumus :

​ ​ ​ ​
Keterangan :
n = Besar Sampel

t = Jumlah Perlakuan

( n-1 ) ( t-1) ≥ 15

( n-1 ) ( 1-1) ≥ 15 ​
n ≥ 1 + 15

n ≥ 16
Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 16 orang dan seluruh
sampel diberikan intervensi. Dalam pemilihan sampel digunakan
kriteria inklusi, untuk menentukan jumlah sampel yang dapat
digunakan.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu :

a. Ibu balita bersedia menjadi responden


b. Berusia 1-5 tahun
c. Belum dilakukan tindakan tepid water sponge
Kriteria eklusi dalam penelitian ini yaitu :

a. Usia lebih dari 5 tahun


b. Pasien dengan komplikasi penyakit lain
3. Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
Sungai Penuh Tahun 2022.

4. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai bulan September
2022.

5. Etika Penelitian
Menurut Dharma (2017 : 237), etika pelaksanaan penelitian terdiri dari :

1. Menghormati harkat dan Martabat Manusia (respect for human


dignity)
Penulis menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Subyek
memiliki hak asasi dan kebebasan untuk menentukan pilihan ikut atau
menolak penelitian (autonomy). Peneliti tidak melakukan paksaan,
partisipan juga berhak mendapatkan informasi yang terbuka dan
lengkap tentang pelaksanaan penelitian, resiko penelitian, keuntungan
yang mungkin didapat dan kerahasiaan informasi. Setelah
mendapatkan penjelasan yang lengkap dan mempertimbangkannya
dengan baik, responden kemudian menentukan apakah akan ikut atau
menolak sebagai sampel. Peneliti juga memberikan kebebasan kepada
responden untuk memberikan informasi ataupun tidak memberikan
informasi. Peneliti juga mempersiapkan formulir persetujuan untuk
menjadi responden (informed consent).

2. Menghormati Privasi dan Kerahasiaan Subjek (respect for privacy


and confidentiolity)
Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi
untuk mendapatkan kerahasiaan informasi. Peneliti merahasiakan
berbagai informasi yang menyangkut privasi tentang identitas
responden dan segala informasi tentang penyakit yang diderita
responden agar tidak diketahui oleh orang lain. Dengan demikian
segala informasi yang menyangkut identitas responden tidak terekspos
secara luas. Dan peneliti juga mencantumkan inisial terhadap nama
dari responden.

3. Menghormati keadilan dan inklusifitas (respect for justice


inclisiveness)
Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa
penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan
secara profesional. Sedangkan prinsip keadilan mengandung makna
bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan subjek. Peneliti melakukan
tindakan yang akan dilakukan dengan sangat hati hati dan sungguh
sungguh agar responden dapat merasakan manfaat yang diharapkan
yaitu terjadi penurunan suhu tubuh.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang Ditimbulkan


(balancing harm and benefits)
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus
mempertimbangkan manfaat sebesar-besarnya bagi subjek penelitian
dan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan (beneficience).
Kemudian meminimalisirkan resiko / dampak yang merugikan bagi
responden (nonmaleficience). Sebelum melakukan tindakan peneliti
menjelaskan terlebih dahulu mengenai teknik tepid water sponge dan
manfaat apa saja yang akan dirasakan responden setelah dilakukan
terapi.

6. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan, dalam
penelitian (Hardani, dkk, 2020)

1. Data Primer
Data primer didapat dari pengumpulan data yang dilakukan secara
langsung dengan memberikan lembar observasi dan kuesioner ke
responden.

2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari keluarga dan sumber lain yang
menunjang penelitian, seperti data dari Dinas Kesehatan dan
Puskesmas. Prosedur pengumpulan data pada kegiatan penelitian yang
dilakukan meliputi dua tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan
Mempersiapkan sarana dan prasarana yang akan mendukung
kegiatan ini seperti izin penelitian, koordinasi dengan pihak
Puskesmas, mensosialisasikan penelitian kepada bagian PTM yaitu
petugas koordinator dan staf.
2. Tahap Pelaksanaan

a) Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2022


dengan pemberian teknik tepid water sponge kepada balita
selama 1 minggu.

b) Peneliti mengumpulkan data tentang balita yang mengalami


febris dari catatan yang ada di puskesmas.

c) Melakukan seleksi terhadap calon sampel untuk memenuhi


kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan.

d) Peneliti menemui calon responden, kemudian


memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, manfaat dan
prosedur penelitian.

e) Ibu dari anak yang bersedia menjadi responden


menandatangani lembar informed consent sebagai bukti
kesediannya.

f) Peneliti menjelaskan tentang langkah-langkah teknik tepid


water sponge kepada responden.

g) Pengkajian suhu tubuh sebelum pelaksanaan penelitian pada


responden dengan mengukur suhu tubuh pre test.

h) Mengukur hasil suhu tubuh, dan memilih responden dengan


tingkat hasil suhu tubuh tinggi yang sama sesuai dengan jumlah
penghitungan sampel yang telah ditentukan.

i) Setelah selesai di lakukan postest yaitu mengukur suhu tubuh


maka responden diberikan latihan teknik tepid water sponge
yang di lakukan selama 10 menit dilanjutkan dengan diskusi,
memberi

kesempatan responden untuk bertanya dan menceritakan


perasaannya setelah melakukan latihan.

Peneliti memberikan jadwal untuk pertemuan selanjutnya.


Adapun aturan dalam dalam pelaksanaan pemberian teknik
tepid water sponge adalah sebagai berikut:

a) Teknik tepid water sponge diberikan dalam waktu 5 hari


b) Disarankan untuk dilakukan setiap hari
7. Proses Pengolahan Data
Proses pengumpulan data melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Menyunting Data (Editing)


Menilai kelengkapan lembar observasi, kejelasan dan kesesuaian suhu
tubuh pada lembar hasil observasi sebelum dan sesudah pemberian
teknik tepid water sponge.

2. Mengkode Data (Coding)

Pada tahap ini yaitu instrument yang telah di edit di konversi kedalam
angka atau kode tertentu.
3. Memasukkan Data (Entry Data)

Memasukkan data dan mengolahnya dalam bentuk master table,


kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS.

4. Tabulasi (Tabulating)
Tabulasi merupakan proses pengolahan data yang dilakukan dengan
cara memasukkan data kedalam tabel. Menyusun data dalam bentuk
tabel distribusi atau tabel frekuensi dan tabel salary atau cross
tabulating.
5. Membersihkan Data (Cleaning)

Peneliti melakukan pengecekan kembali data yang sudah di entri


apakah ada kesalahan atau tidak, kesalahan tersebut mungkin terjadi
saat kita mengentri ke komputer, jika ada kesalahan tersebut dapat kita
perbaiki kembali.

8. Analisa Data
Analisis data menggunakan analisis univariate dengan menggunakan table
nilai rata-rata mean, median, serta analisis bivariate menggunakan t test
independent, untuk mengetahui pengaruh pemberian teknik tepid water
sponge terhadap penurunan suhu tubuh.

1. Analisa Univariat
Analisa univariat yaitu untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat
tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai
mean atau rata-rata, median dan standar deveasi (Notoatmojo, 2010).
Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil
pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah
menjadi informan yang berguna. Analisa ini dilakukan dengan
komputerisasi, dengan menggunakan analisa distribusi frekuensi untuk
melihat pengaruh teknik tepid water sponge terhadap penurunan suhu
tubuh pada pasien febris di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Penuh
Tahun 2022.

2. Analisa Bivariat

Untuk menguji febris apakah ada hubungan variabel pengaruh tepid


water sponge terhadap tingkat suhu tubuh pada pasien febris di wilayah
puskesmas sungai penuh tahun 2022.

Analisa terhadap dua variabel data untuk melihat hubungan variabel


(Independent dan Dependent). Tujuan analisis bivariat ini adalah untuk
melihat hubungan variabel dependent dan independent dengan
menggunakan uji t test Independent dengan derajat kepercayaan 95%
(α=0,05) dengan p≤0,05 berarti ada pengaruh teknik tepid water sponge
terhadap suhu tubuh pada pasien febris. Pengambilan keputusan
terhadap uji analisis bivariat, menggunakan pertimbangan syarat uji t,
yaitu data wajib berdistribusi normal (Sopiyudin, 2016).

9. Kerangka Konsep
Kerangka Konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat
pengaruh teknik tepid water sponge terhadap suhu tubuh pada balita
dengan febris yang di gambarkan sebagai berikut:

Bagan 3.1
Kerangka Konsep

Variabel independen ​ ​ ​ Variabel Dependen

10. Hipotesa Penelitian


Berdasarkan Tinjauan Pustaka dan kerangka konsep diatas maka
dapat dirumuskan hipotesa pada penelitian ini sebagai berikut:
Ha ​: Ada Pengaruh pemberian tepid water sponge terhadap
penurunan suhu tubuh pada balita febris di wilayah kerja
puskesmas sungai penuh
Ho ​: Tidak ada hubungan pengaruh pemberian tepid water sponge
terhadap penurunan suhu tubuh pada balita febris di wilayah kerja
Kenaikansungai
puskesmas suhu
penuhtubuh
yang ditengahi oleh Febris
kenaikan titik
11. Definisi Operasional ambang
regulasi panas
​Menurut Notoatmodjo (2018) defenisi operasional merupakan
hipotalamus. pusat
petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur. Dengan membaca
regulasi/ pengatur panasPengobatan Febris
definisi operasional
hipotalamusdalam suatu penelitian, sehingga peneliti dapat
mengetahuimengendalikan
baik buruknya pengukuran
suhu tersebut. Adapun definisi
operasional yang digunakan untuk mengukur variabel secara deskriptif
tubuh dengan
analitik dijelaskan pada tabel dibawah ini.
menyeimbangkan sinyal Farmakologi Non Farmakologi
Tabel 3.1
dari reseptor neuronal
Defenisi operasional
perifer dingin dan panas. Tepid water sponge
Variable Definisi Cara ukur Alat Ukur Hasil Skala
Operasional Ukur Ukur
Dependen : Suhu tubuh Observasi Thermomet Suhu Rasio
Suhu Tubuh adalah ukuran er Tubuh:
dari kemampuan Tertinggi
tubuh dalam >37.50C-
menghasilkan 38.30C
dan
menyingkirkan terendah:
hawa panas <350C

Independen: Tepid waterObservasiSOPDilakukan 1Rasio


Tepid water sponge: adalah kali dalam
sponge tindakan sehari selama
nonfarmakologis 5 hari dengan
kompres hangat durasi 15-20
dengan teknik menit.
seka diberikan
kepada pasien
yang mengalami
kenaikan suhu
tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Aguspairi. (2011). Efektifitas Metode Tepid Sponge Dan Kompres Dingin


Dalam Menurunkan Suhu Tubuh Anak Demam
http://ji.unbari.ac.id/index.php/ilmiah/article/view/69
Arie, K.D, (2016). Perbedaan Penurunan Suhu Tubuh Antara Pemberian
Kompres Air ​Hangat(n-1) (t-1) ≥Tepid
Dengan 15 Sponge Bath Pada Anak
Demam http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/366/272
Asmarawanti, dkk. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tepid Water
Sponge ​Pada ​Ibu Terhadap Penanganan Demam Pada
Balita Dengan Diagnosi ​ bservasi
O ​ ebris Di Ruang Ade
F
Irma Suryani Lantai 1 RSUD Sekarwangi ​ abupaten Sukabumi
K
https://ejournal.stikesypib.ac.id/index.php/JK/article/view/17

Aurelia, dkk. (2022). Penerapan Pemberian Kompres Hangat Di Axila Untuk


Menurunkan Suhu Pada Anak Di Ruang Anak RSUD Jend. Ahmad Yani
Metro
https://jurnal.akperdharmawacana.ac.id/index.php/JWC/article/view/34
6
Berutu, Heriaty. (2019). Pengaruh Kompres Tepid Water Sponge Terhadap
​Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Yang Mengalami Hipertermi
Di Ruang ​ elur RSU Daerah Sidikalang
M
​http://ejournal.akperkesdam/binjai.ac.id/index.php/Jur_Kes_Da
m/article/view/74
Chalik, Raimundus. (2016). Anatomi Fisiologi Manusia. Pusdik SDM
Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.
Cendekia Utama. (2018). Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat.
​Volume ​7 No 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cendekia
Utama ​ udus.
K

Faradilla, dkk. (2020). The Effectiveness Of The Water Tepid Sponge To


Decrease The Body Temperature In Children With Febrile Seizure
http://e_journals.unmul.ac.id/index.php/JKPBK
Firmansyah, dkk. (2021). Studi Kasus Implementasi Evidence-Based Nursing
​Water ​Tepid Sponge Bath Untuk Menurunkan Demam Pasien
​https://ejournal.uhb.ac.id/index.php/VM/article/view/579
Hamid, M. (2011). Keefektifan Kompres Tepid Water Sponge Yang Dilakukan
Ibu Dalam Menurunkan Demam Pada Anak Di Puskesmas Mumbulsari
Kabupaten Jember https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/21121/
Hamyani. (2013). Pengaruh Pemberian Tepid Water Sponge Dan Antipiretik
​Dibandingkan Dengan Antipiretik Saja Pada Balita Yang Mengalami
​Hypertermia Post Operasi ASD Di Ruangan ICU Anaj Rumah Sakit
Jantung ​ an
D ​ embuluh Darah Harapan Kita
P
​http://perpus.fikumj.ac.id/index.php?p=fstreampdf&fid=870&bid=2008
Haryani, dkk. (​ 2018). Pengaruh Tepid Sponge Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Pada Anak Pra S​ ekolah Yang Mengalami Demam
Di RSUD Ungaran
https://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/stikes/article/vi
ew 212
Hermayudi, dkk. (2017). Penyakit Daerah Hidroterapis. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Kirmantoro, dkk. (2016). Anatomi Fisiologi. Yogyakarta : Pustaka Baru
Lestari, Titik. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika.
Notoatmojo, Soekidjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
​Rineka ​Cipta.
Padila. (2017). Asuhan keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha
​ edika
M
Rifaldi, dkk. (2020). Efektifitas Pemberian Kompres Tepid Water Sponge Dan
​Pemberian Kompres Bawang Merah Terhadap Penurunan Suhu Tubuh ​
Anak ​Demam Di Banjarmasin, Kalimantan Selatan
​https://journal.stikessuakainsan.ac.id/index.php/jksi/article/view/247
Setiani, dkk. (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Self
Management Demam Pada Anak Usia Toodler Diruang Teratai RSAB
Harapan Kita Jakarta 2021
https://jurnal.ikbis.ac.id/JPKK/article/view/307

Sodikin, (2012). Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta : Pustaka


Belajar
Sofikah, dkk. (2021). Hubungan Pemberian Kompres Hangat Dan
​Paracetamol Pada ​Anak Usia 12-24 Bulan Dengan Penurunan
​Demam Di Desa Larikrejo ​ ecamatan
K ​ ndaan
U
Kabupaten Kudus
​https://jurnal.stikesbup.ac.id/index.php/.jks/article/view/81
Utaminingsih, W.R. (2015). Menjadi Dokter Bagi Anak. Yogyakarta :
​Cakrawala ​Ilmu.

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)
Kepada Yth,
Klien dan Keluarga
Di
Tempat

Dengan Hormat,
Saya mahasiswa S1 Keperawatan SYEDZA SAINTIKA Padang.

Nama ​ ​: IIN WAHYUNI


NIM ​ ​: 2002093

Bermaksud akan melaksanakan penelitian tentang “Pengaruh Kompres


Tepid Water Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Balita Dengan Febris
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Penuh Tahun 2022” Adapun segala
informasi yang baik saudara/i berikan akan dijamin kerahasiaannya dan saya
bertanggung jawab apabila informasi yang akan merugikan maka Bapak/Ibuk
tidak perlu mencantumkan nama.
Sehubungan dengan hal tersebut, apabila Bapak/Ibuk setuju untuk ikut
serta dalam penelitian ini dimohon untuk menandatangani kolom yang telah
disediakan. Atas kesediaan dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih.

​ ​ ​ ​ ​ ​ ​
Responden ​ ​

​ ​ ​ ​

​ ​ ​ ​ ​ ​ ​( ​ ​ ​)

LEMBAR OBSERVASI

“Pengaruh Kompres Tepid Water Sponge Terhadap Penurunan Suhu


Tubuh Anak Balita Dengan Febris Di Wilayah Kerja

Puskesmas Sungai Penuh Tahun 2022”

No. Inisial Responden Umur Hari ke Suhu Tubuh

Pretest Posttest

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.
11.

12.

13.

14.

15.

16.

Lampiran 2 ​RENCANA KEGIATAN


No Kegiatan Bulan/Minggu
Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November

12341234123412341234 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Mengajukan
1.
Judul
2. Acc Judul
Konsultasi
3.
proposal
Seminar
4.
Proposal
Perbaikan
5.
Proposal
Penyusunan
6.
Skripsi
Konsultasi
7.
Skripsi
Ujian
8. Sidang
Skripsi
Perbaikan
9.
Skripsi
10. Yudisium
11. Wisuda

Pembimbing I ​ ​ ​ ​ ​Pembimbing
II ​ ​ ​ ​ ​ ​ ​ Peneliti

Harmawati, S.Kp,M.Kep ​ ​ ​ Ns. Minas Sari,


M.Kep ​ ​ ​ ​ ​ Iin Wahyuni​

Lampiran 1

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


Tepid Water Sponge
Kompres tepid water water
Teknik tepid Suhu Tubuh
sponge merupakan suatu tindakan
Pengertian sponge
kompres hangat dengan teknik seka diberikan kepada
pasien yang mengalami kenaikan suhu tubuh.
Memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh
Tujuan
dalam menangani febris (demam).

Indikasi Klien dengan febris


1. Mangkuk berisi air hangat
2. Lap mandi (wash lap)
3. Handuk mandi
Peralatan
4. Perlak
5. Handscoon
6. Thermometer digital
B. Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi data
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Memcuci tangan
4. Menempatkan alat di dekat klien dengan benar
C. Tahap Orientasi
1. Memberi salam dan menyapa klien berserta keluarga
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien
dan keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
D. Tahap Kerja
1. Menjaga privasi klien
2. Mengatur posisi klien senyaman mungkin
3. Menempatkan perlak dibawah klien
4. Membuka pakaian klien dengan hati-hati
5. Mengukur suhu tubuh klien sebelum melakukan
tindakan
6. Tutup tubuh klien dengan handuk mandi. Kemudian
basahkan wash lap atau lap mandi, usapkan mulai
dari dahi, leher, axila, dengan tekanan lembut
perlahan, lap keseluruh tubuh, lakukan sampai ke
ekstremitas bawah secara bertahap. Pertahankan
Prosedur Kerja
kehangatan air (370C-400C).
7. Apabila wash lap mulai mengering maka rendam
kembali dengan air hangat lalu ulangi tindakan
seperti diatas.
8. Lakukan hal yang sama dalam rentang waktu 15-20
menit dan cek suhu tubuh secara berkala.
9. Hentikan prosedur jika klien kedinginan atau
menggigil, setelah suhu tubuh klien mendekati
normal selimuti klien dengan selimut mandi dan
keringkan. Pakaikan klien baju yang tipis dan mudah
menyerap keringat.
10. Mengganti pakaian klien dengan pakaian yang tipis
dan menyerap keringat
11. Cuci tangan setelah seluruh prosedur dilakukan
E. Tahap Terminasi
1. Evaluasi keadaan klien

2. Membereskan alat

3. Mencuci tangan

4. Dokumentasi

You might also like