Professional Documents
Culture Documents
Screenshot 2022-08-02 at 10.31.36
Screenshot 2022-08-02 at 10.31.36
OLEH :
IIN WAHYUNI
NIM. 2002093
SYEDZA SAINTIKA
viii
ix
PROPOSAL
OLEH :
IIN WAHYUNI
NIM. 2002093
SYEDZA SAINTIKA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
NIM : 2002093
Pembimbing I Pembimbing II
Menyetujui ;
Oleh :
IIN WAHYUNI
NIM. 2002093
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
KETUA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal yang berjudul
“Pengaruh Kompres Tepid Water Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak
Balita Dengan Febris Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Penuh Tahun 2022”.
Dalam penyusunan proposal ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan
dan bantuan, untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada pembimbing I
ibu Harmawati, S.Kp,M.Kep dan pembimbing II ibu Ns. Putri Minas Sari, M.Kep
sehingga pada kesempatan ini perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan
terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. DR. H. Syamsul Amar, MS Pembina Yayasan Pengembangan
Sumber Daya Manusia (YPSDM) sumatera barat.
2. Bapak Drs. H. Hasrinal, Amd. Kep, MM Ketua Stikes Syedza Saintika
Padang.
3. Ibu Ns. Weni Sartiwi, S.Kep, M.Kep, Ketua Prodi Sarjana Ilmu Keperawatan
Stikes Syedza Saintika Padang.
4. Kepala Puskesmas Sungai Penuh Ibu Afridesi, S.Km, M.Km yang telah
memberikan izin melakukan survei awal dan penelitian.
5. Pembimbing 1 Ibu Harmawati,S,Kp,M.Kep dan Ibu pembimbing 2 Ns. Putri
Minas Sari, M.Kep.
6. Bapak/Ibu dosen pengajar beserta staf Stikes Syedza Saintika yang telah
memberikan ilmu kepada penulis selama perkuliahan.
7. Teristimewa kepada Orang tercinta serta keluarga besar yang telah memberi
semangat, dukungan dan doa yang tulus bagi penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN PERSETUJUAN ii
PERNYATAAN PENGESAHAN PEMBIMBING iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR BAGAN xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penulisan 8
1.Tujuan Umum 8
2.Tujuan Khusus 9
D. Manfaat Penulisan 9
E. Ruang Lingkup Penelitian 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11
A. Konsep Dasar Teoritis Febris 11
1.Anatomi Fisiologi 1 1
2.Defenisi Febris 1 7
3.Klasifikasi 1 9
4.Etiologi 2 0
5.Patofisiologi 2 1
6.Manifestasi Klinis 2 3
7.Komplikasi 2 4
8.Pemeriksaan Diagnostik 2 4
9.Penatalaksanaan 2 5
C. erangka Teori
K 1
3
A. J enis Penelitian 3 2
C. empat Penelitian
T 4
3
D. aktu penelitian
W 3 4
E. tika Penelitian
E 3 4
H. nalisa Data
A 4 0
I. erangka Konsep
K 4 1
J. Hipotesa Penelitian 42
K. Definisi Operasional 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
2.1 Organ Pengatur Suhu Tubuh 11
DAFTAR TABEL
No Gambar Halaman
2.1 Rancangan Penelitian......................................................................32
3.1 Defenisi Operasional ......................................................................43
ix
DAFTAR BAGAN
No Gambar Halaman
2.1 Kerangka Teori 22
3.1 Kerangka Konsep 42
ix
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Febris atau demam merupakan meningkatnya suhu tubuh dalam
merespon infeksi, luka, atau peradangan. Suhu tubuh yang naik-turun, dan
suhu yang meningkat bisa menjadi hal yang wajar pada anak yang sehat.
Oleh karena itu, peningkatan suhu yang kecil yang tidak menyusahkan
0
seorang anak tidak memerlukan perhatian medis. Suhu 100.4 (sekitar
0
38 C) dan lebih tinggi dianggap tidak wajar dan biasanya perlu mendapat
perhatian. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak sering
mengalami kejadian sakit. Kejadian sakit yang dialami anak biasanya akan
diikuti dengan beberapa gejala diantaranya adalah demam. Demam akan
muncul pada berbagai penyakit khususnya penyakit infeksi. (Hermayudi,
2017).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah dapat dirumuskan masalah yaitu apakah ada
pengaruh teknik kompres tepid water sponge terhadap penurunan suhu
tubuh anak balita dengan febris di wilayah kerja puskesmas sungai penuh
tahun 2022?.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
D. Manfaat Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teoritis Febris
1. Anatomi Fisiologi
a. Organ Pengatur Suhu Tubuh
Gambar 2.1
(Raimundus, 2016)
Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah
Hipothalamus, Hipothalamus ini dikenal sebagai thermostat yang
berada dibawah otak. Thermostat hipotalamus memiliki semacam
titik kontrol yang disesuaikan untuk mempertahankan suhu tubuh.
Jika suhu tubuh turun sampai di bawah atau naik sampai di titik ini,
maka pusat akan memulai impuls untuk menahan panas atau
meningkatkan pengeluaran panas.
3) Hormon pertumbuhan
Hormon pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%.
Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
4) Hormon tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua
reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin
dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% di
atas normal.
5) Hormon kelamin
Hormon kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan
metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal,
menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan,
fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena
pengeluaran hormon progesteron pada masa ovulasi
meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3-0,6ºC di atas suhu basal.
6) Demam (peradangan)
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan
peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan
suhu 10ºC.
7) Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan
metabolisme 20-30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak
ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan
metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami
malnutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh.
8) Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme
juga mengakibatkan gesekan antar komponen otot/organ yang
menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat
meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3-40,0ºC.
9) Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada
hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu
tubuh mengalami gangguan. Beberapa zat pirogen yang
dikeluarkan pada saat terjadi infeksi dapat merangsang
peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar
keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme
pengaturan suhu tubuh terganggu.
10) Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan,
artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat
lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya,
lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia.
Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi
sebagian besar melalui kulit.
c. Demam lebih dari 7 hari, tanpa tanda lokal, diagnosa etiologi tidak
dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, namun dapat
ditelusuri dengan tes laboratorium.
4. Etiologi
Menurut Hermayudi (2017), febris dapat disebabkan oleh faktor
infeksi ataupun faktor non-infeksi. Demam akibat infeksi bisa disebabkan
oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit. Infeksi bakteri yang
pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak antara lain
Pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis,
bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis, ensefalitis,
selulitis, otitis media, infeksi saluran kemis (ISK), dan lain-lain. Infeksi
virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral
Pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, dan virus-virus umum
1
seperti H1N1 .
Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara
lain coccidioides imitis, criptococcosis dan lain-lain. Infeksi parasit yang
pada umumnya menimbulkan demam antara lain malaria, Toksoplasmosis,
dan helmintiasi.Demam akibat faktor non-infeksi dapat disebabkan oleh
beberapa hal antara lain faktor lingkungan (suhu lingkungan yang
eksternal dan terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi dan lain-lain), penyakit
autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus, vaskulitis dan lain-
lain), keganasan (penyakit Hodgkin, leukimia) dan pemakaian obat-obatan
(antibiotik, difenilhidantoin, dan autihistamin). Selain itu, anak-anak juga
dapat mengalami demam sebagai akibat efek samping dari pemberian
imunisasi selama kurang lebih 1-10 hari.
Hal lain yang juga berperan sebagai faktor non-infeksi penyebab demam
adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan otak, status
epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan lainnya.
5. Patofisiologi
Menurut Sodikin (2012), suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang
mengatur keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas.
Produksi panas tergantung pada aktivitas metabolik dan aktivitas fisik.
Kehilangan panas terjadi melalui radiasi (perpindahan suhu dari suhu
objek panas ke objek yang dingin, evaporasi (panas terbuang akibat
penguapan), konduksi (perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat
perbedaan suhu tubuh antara dua objek) dan konveksi (perpindahan panas
oleh udara yaitu apabila panas berpindah dengan cara pergerakan partikel
yang telah dipanaskan). Dalam keadaan normal termostat di hipotalamus
selalu diatur pada set point sekitar 37ºC, setelah informasi tentang suhu
diolah di hipotalamus selanjutnya ditentukan pembentukkan dan
pengeluaran panas sesuai dengan perubahan set point. Hipotalamus
posterior bertugas meningkatkan produksi panas dan mengurangi
pengeluaran panas.
3) Menggigil
4) Berkeringat
5) Gelisah atau lethargy
6) Tidak ada nafsu makan
7) Nadi dan pernapasan cepat
8) Petechiae
7. Komplikasi
Menurut Sodikin (2012), komplikasi atau penyulit pada kasus
febris adalah sebagai berikut:
1) Demam sangat tinggi atau lebih dari 41ºC
2) Terjadi kejang
3) Demam berlanjut lebih dari 3 hari
4) Tubuh sangat lemas
5) Tidak mau makan atau minum
6) Kehilangan kesadaran
7) Muntah-muntah
8. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), pemeriksaan diagnostik yang
dapat dilakukan pada klien febris adalah:
1) Uji coba darah
Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari ke-2 atau
hari ke tiga. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi.
Masa pembekuan masih normal, masa perdarahan biasanya memanjang,
dapat ditemukan penurunan factor II, V, VII, IX, dan XII. Pada
pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia,
hipokloremia. SGOT, serum glutamit piruvat (SGPT), ureum, dan pH
darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun.
2) Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus
rutin. Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria
ringan.
3) Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga
dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau
limfangiografi.
4) Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa.
9. Penatalaksanaan
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), pada dasarnya menurunkan
Demam dapat dilakukan secara fisik, obat-obatan maupun kombinasi
keduanya.
a. Secara fisik
1) Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
2) Pakaian anak diusahakan tidak tebal
3) Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air
meningkat
4) Memberikan kompres
b. Obat-obatan
Pemberian obat antiseptik merupakan pilihan pertama dalam
menurunkan demam. Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik
terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam
susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek
pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui
pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat
enzim.
2) Mencuci tangan
3) Menempatkan alat di dekat klien dengan benar
b. Tahap Orientasi
1) Memberi salam dan menyapa klien beserta keluarga
2) Menjelaskan tujuan dan posedur tindakan pada klien dan
keluarga
8) Lakukan hal yang sama dalam rentang waktu 15-20 menit dan
cek suhu tubuh secara berkala.
C. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka Teori
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Tabel 2.1
Rancangan Penelitian
K1 O¹ X O²
Keterangan:
K1 : Responden
O¹ : Pengukuran Suhu Tubuh (pretest/sebelum)
O² : Pengukuran Suhu Tubuh (posttest/setelah)
X : Terapi terhadap kelompok eksperimen yaitu dengan pemberian teknik
tepid water sponge selama satu minggu.
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti dalam
penelitian subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Notoatmojo, 2010). Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh balita dengan febris di Puskesmas Sungai Penuh
yang berjumlah 265 orang.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah non-probability sampling. Secara lebih spesifik, penelitian
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penetapan
responden untuk dijadikan sampel berdasarkan kriteria-kriteria
tertentu.
Menurut Prihantin (2016) besar sampel dihitung dengan rumus
Federar, dengan perhitungan sebagai berikut :
Rumus :
Keterangan :
n = Besar Sampel
t = Jumlah Perlakuan
( n-1 ) ( t-1) ≥ 15
( n-1 ) ( 1-1) ≥ 15
n ≥ 1 + 15
n ≥ 16
Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 16 orang dan seluruh
sampel diberikan intervensi. Dalam pemilihan sampel digunakan
kriteria inklusi, untuk menentukan jumlah sampel yang dapat
digunakan.
4. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai bulan September
2022.
5. Etika Penelitian
Menurut Dharma (2017 : 237), etika pelaksanaan penelitian terdiri dari :
1. Data Primer
Data primer didapat dari pengumpulan data yang dilakukan secara
langsung dengan memberikan lembar observasi dan kuesioner ke
responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari keluarga dan sumber lain yang
menunjang penelitian, seperti data dari Dinas Kesehatan dan
Puskesmas. Prosedur pengumpulan data pada kegiatan penelitian yang
dilakukan meliputi dua tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan
Mempersiapkan sarana dan prasarana yang akan mendukung
kegiatan ini seperti izin penelitian, koordinasi dengan pihak
Puskesmas, mensosialisasikan penelitian kepada bagian PTM yaitu
petugas koordinator dan staf.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini yaitu instrument yang telah di edit di konversi kedalam
angka atau kode tertentu.
3. Memasukkan Data (Entry Data)
4. Tabulasi (Tabulating)
Tabulasi merupakan proses pengolahan data yang dilakukan dengan
cara memasukkan data kedalam tabel. Menyusun data dalam bentuk
tabel distribusi atau tabel frekuensi dan tabel salary atau cross
tabulating.
5. Membersihkan Data (Cleaning)
8. Analisa Data
Analisis data menggunakan analisis univariate dengan menggunakan table
nilai rata-rata mean, median, serta analisis bivariate menggunakan t test
independent, untuk mengetahui pengaruh pemberian teknik tepid water
sponge terhadap penurunan suhu tubuh.
1. Analisa Univariat
Analisa univariat yaitu untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat
tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai
mean atau rata-rata, median dan standar deveasi (Notoatmojo, 2010).
Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil
pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah
menjadi informan yang berguna. Analisa ini dilakukan dengan
komputerisasi, dengan menggunakan analisa distribusi frekuensi untuk
melihat pengaruh teknik tepid water sponge terhadap penurunan suhu
tubuh pada pasien febris di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Penuh
Tahun 2022.
2. Analisa Bivariat
9. Kerangka Konsep
Kerangka Konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat
pengaruh teknik tepid water sponge terhadap suhu tubuh pada balita
dengan febris yang di gambarkan sebagai berikut:
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
DAFTAR PUSTAKA
Dengan Hormat,
Saya mahasiswa S1 Keperawatan SYEDZA SAINTIKA Padang.
Responden
( )
LEMBAR OBSERVASI
Pretest Posttest
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
12341234123412341234 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Mengajukan
1.
Judul
2. Acc Judul
Konsultasi
3.
proposal
Seminar
4.
Proposal
Perbaikan
5.
Proposal
Penyusunan
6.
Skripsi
Konsultasi
7.
Skripsi
Ujian
8. Sidang
Skripsi
Perbaikan
9.
Skripsi
10. Yudisium
11. Wisuda
Pembimbing I Pembimbing
II Peneliti
Lampiran 1
2. Membereskan alat
3. Mencuci tangan
4. Dokumentasi