You are on page 1of 128
KEMENTERIAN ot KESEHATAN RSUP REPUBLIK Gr 4 23 S INDONESIA tee —— FORMULARIUM RUMAH SAKIT Edisi VIII RSUP H. ADAM MALIK 2022 KEMENTERIAN KESEHATAN RI ; DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN et? RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H.ADAM MALIK JL. Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan Km. 12 Kotak Pos 246 Telp. (061) 8364581 - 8360143 - 8360051 Fax. 8360255 MEDAN - 20136 KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSUP H. ADAM MALIK NOMOR : HK.02.03/XV.IIL3.3.1/ 8999 /2022 TENTANG FORMULARIUM RUMAH SAKIT EDISI VII DI RSUP H. ADAM MALIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA RSUP H. ADAM MALIK Menimbang —: a. bahwa dalam upaya optimalisasi pelayanan obat pada pasien perlu disusun daftar obat dalam bentuk formularium rumah sakit bagi pasien di RSUP H. Adam Malik; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf (a), diatas perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik. Mengingat : 1. Undang Undang RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedoktera Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja; 3. Undang Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit: 4. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian; 5. Undang Undang RI no. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan; 6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Pelayanan Umum sebagaimana diubah menjadi Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; 7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: HK.02.02/ MENKES/ 068/ 1/ 2010 tentang Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemeriniah; 8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: HK.03.01/ MENKES/ 159/ I/ 2010 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Keschatan Pemerintah; 9. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit; 10. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien; 11. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 54 Tahun 2018 Tentang Penyusunan Dan Penerapan Formularium Nasional Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan; 12. Peraturan Menteri Keschatan No. 12 Tahun 2020 tentang Akreditasi Rumah Sakit; 13. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 73 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUP H. Adam Malik; 14, Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 24 Tahun 2021 Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian; 15. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor : 214/KMK.05/2019 tentang Penetapan RSUP H. Adam Malik pada Dapertemen Kesehatan sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan Pengelolaan Badan Layanan Umum; 16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/613/2017 tanggal 23 November 2017 tentang Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik sebagai Rumah Sakit Pendidikan Utama untuk Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 17. Keputusan Menteri Keschatan RI Nomor HK.02.02/1/0856/2020 tanggal 17 Maret 2020 tentang Izin Operasional RSUP H. Adam Malik sebagai KSU Kelas A; 18. Keputusan, Menteri Kesehatan RI Nomor: HK.01.07/MENKES/6477/2021 tentang Daftar Obat Esensial Nasional; 19. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/. MENKES/ 6485/ 2021 tentang Formularium Nasional; 20. Keputusan Menteri Keschatan RI No. HK.01.07/Menkes/1128/2022 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit. MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSUP H. ADAM MALIK TENTANG FORMULARIUM RUMAH SAKIT EDISI VIII DI RSUP H. ADAM MALIK. KESATU : Formularium Rumah Sakit Edisi VIII Rumah Sakit di RSUP H. Adam Malik sebagaimana tercantum dalam lampiran merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Keputusan ini. KEDUA : Segala biaya yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan ini dibebankan kepada DIPA BLU RSUP H. Adam Malik. KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan. apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan atas keputusan ini akan perbaikan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di: Medan - 9 September 2022 DAFTAR ISI Kata Pengantar Direktur Utama RSUP H. Adam Malik. Kata Pengantar Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan Dan Penunjang RSUP H. Adam Malik. Kata Pengantar Ketua Tim Farmasi Dan Terapi RSUP H. Adam Malik..... Kata Pengantar Kepala Instalasi RSUP H. Adam Malik.. Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik tentang Pembentukan Tim Farmasi dan Terapi RSUP H. Adam Malik Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik tentang Kebijakan Pelayanan Kefarmasian di RSUP H. Adam Malik FORMULARIUM RUMAH SAKIT.. INDEKS KELAS TERAPI INDEKS NAMA OBAT... Formulir Peresepan Obat Non Formularium Nasional atau Goat Non Formlasium Nasional yang Tidak Sesual dengan Restriksi Penggunaan Formas... Daftar Singkatan .. iti viii 73 78 95 KATA PENGANTAR DIREKTUR UTAMA RSUP H. ADAM MALIK Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas izinNya maka Buku Formularium RSUP H A Malik edisi VIII tahun 2022 dapat diterbitkan. ‘Sejak berlakunya akreditasi Joint Commission International (JCI) pada tahun 2018, maka RSUP H Adam Malik semakin bergiat untuk melakukan perbaikan dan peningkatan mutu. Di tahun 2022 ini, RSUP H. Adam Malik bersiap untuk penilaian dalam akreditasi oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Salah satu standar KARS dalam pengelolaan obat adalah adanya formularium yang diseleksi secara kolaboratif oleh para ahli yang tergabung dalam Tim Farmasi dan Terapi. Seleksi dilakukan secara cermat dengan mempertimbangkan khasiat, keamanan, mutu, ketersediaannya di pasaran dan biaya pengobatan yang paling murah. Pembatasan jenis produk harus dilakukan untuk mengefisienkan pengelolaan obat dan menjaga kualitas pelayanan kepada pasien. Saya kembali menekankan pentingnya efisiensi dalam pelayanan mengingat pembayaran biaya pelayanan kesehatan bagi pasien JKN dilaksanakan menggunakan sistem paket pelayanan (INA-CBGs). Obat dan alat kesehatan yang merupakan komponen biaya yang cukup bermakna, perlu mendapat perhatian khusus sehingga rumah sakit tidak mengalami kerugian. Agar terlaksananya pengelolaan dan penggunaan obat di RSUP H Adam Malik yang efisien maka seluruh pihak yang terlibat harus bekerja sama sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangannya masing-masing, Saya mengucapkan terima kasih kepada Tim Farmasi dan Terapi yang telah menyelesaikan revisi Formularium, Semoga kita dapat terus meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan memberikan yang terbaik bagi pasien. Direktur Utama RSUP H Adam Malik, dr. Zainal Safri, Sp.PD-KKV, Sp.JP NIP. 1968050419903 1001 KATA PENGANTAR DIREKTUR PELAYANAN MEDIK, KEPERAWATAN DAN PENUNJANG RSUP H. ADAM MALIK Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas izinNya maka Buku Formularium RSUP H A Malik edisi VIII tahun 2022 dapat diterbitkan. Salah satu standar KARS dalam Pelayanan Kefarmasian Dan Penggunaan Obat (PKPO) adalah adanya formularium dengan pertimbangan efikasi, keamanan, mutu, ketersediaannya di pasaran dan biaya pengobatan yang paling efisien, dengan tetap menjaga kualitas pelayanan kepada pasien. Efisiensi dalam pelayanan pasien sangat penting diterapkan pembayaran biaya pelayanan kesehatan bagi pasien JKN dilaksanakan menggunakan sistem paket pelayanan (INA-CBGs), Dalam rangka terwujudnya pengelolaan dan Penggunaan obat di RSUP H Adam Malik yang efisien maka seluruh pihak yang terlibat harus bekerja sama sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangannya masing-masing. Saya mengucapkan terima kasih kepada Tim Farmasi dan Terapi yang telah menyelesaikan revisi Formularium, Semoga kita dapat terus meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan memberikan yang terbaik bagi pasien. Keperawatan Dan Penunjang Direktur Pelayanan Medik, \ RSUP H Adam Majik, ed ((Paru), Sp.P(K) Dr. dr. Fajrinu) Mt, 122001 NIP. 1964053111 KATA PENGANTAR KETUA TIM FARMASI DAN TERAPI RSUP H. ADAM MALIK Proses seleksi obat di RSUP H.Adam Malik dari tahun ke tahun semakin diperbaiki sejalan dengan standar manajemen penggunaan obat dimana rumah sakit harus memiliki daftar obat yang digunakan melalui proses yang bersifat kolaboratif dengan mempertimbangkan kebutuhan dan keselamatan pasien serta cost-effectiveness. Penyusunan dan revisi Formularium Rumah Sakit dikembangkan berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan Obat agar dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional. Terkait RSUP H. Adam Malik yang melaksanakan program Jaminan Kesehatan Nasional melalui BPJS Kesehatan, maka obat yang masuk dalam Formularium Nasional Tahun 2021 dimasukkan ke dalam daftar obat Formularium RS untuk mewujudkan kendali mutu dan kendali biaya. ‘Tim Farmasi dan Terapi juga telah menerima usulan dari Kelompok Staf Medis (KSM). Usulan tersebut telah dibahas dalam rapat Tim Farmasi dan Terapi. Penggunaan obat diluar restriksi Formularium Nasional yang masuk ke dalam buku jini telah dibahas dan diputuskan dalam rapat TFT berdasarkan pertimbangan obat tersebut dibutuhkan untuk indikasi tertentu. Untuk peresepan obat Non Formularium Nasional harus melalui prosedur yang telah ditetapkan menggunakan form permintaan khusus dan disetujui oleh direktur, Atas nama Tim Farmasi dan Terapi RSUP H. Adam Malik, saya mengucapkan terima kasih atas perhatian dan kerja sama segenap pemangku Kepentingan. Semoga dengan terbitnya Formularium RSUP H. Adam Malik Edisi VIII tahun 2022 dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Ketua Tim Farmasi dan Terapi, wi NIP. 195808111987111001 KATA PENGANTAR ‘KEPALA INSTALASI FARMASI RSUP H. ADAM MALIK Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas izinNya maka Buku Formularium RSUP H. Adam Malik edisi VIII tahun 2022 dapat diterbitkan. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis, disusun oleh Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit. Pemilihan obat secara rasional akan menentukan keberhasilan kendali biaya, kendali mutu dan mengutamakan keselamatan pasien sehingga terwujud peningkatan mutu layanan kesehatan. RSUP H Adam Malik dengan visi menjadi rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan nasional yang terbaik dan bermutu di Indonesia pada tahun 2024, terus melakukan upaya nyata untuk mencapai visi tersebut melalui peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dengan standar internasional. Keamanan obat (medication safety) adalah salah satu fokus utama pada pelayanan keschatan untuk mencapai standar akreditasi. Hal itu semakin menegaskan pentingnya _pemilihan, Perencanaan, pengadaan dan pengendalian obat terstandar di lingkungan RSUP H. ‘Adam Malik. ‘Saya berharap dengan terbitnya buku Formularium RSUP H. Adam Malik maka akan mendukung perescpan obat secara rasional dan cost-effective yang ‘mengutamakan kepentingan pasien sesuai program pemerintah untuk pemerataan pelayanan kesehatan dalam Jaminan Kesehatan Nasional. Buku formularjum ini disusun mengacu kepada buku Formularium Nasional sebagai pedoman setiap dokter yang berpraktik di RSUP H. Adam Malik dalam meresepkan obat yang rasional, tepat indikasi dan dosis, memperhitungkan resiko efek samping, memperhatikan interaksi obat dan menimbang efektivitas biaya. Akhir kata, atas nama Instalasi Farmasi, saya mengucapkan terima kasih dan menyampaikan penghargaan atas kerjasama yang dilakukan oleh Tim Farmasi dan Terapi RSUP H. Adam Malik dalam menghasilkan buku formularium ini, ‘Semoga buku ini bermanfaat dan digunakan sebaik-baiknya oleh seluruh pihak. Kepala Instalasi Farmasi, Gays Dra. Marlina Silitonga, Apt. NIP. 1961110119891 12001 DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN ? KEMENTERIAN KESEHATAN RI > RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK Tey. cot aneden “Roun ae Ne)“ ABOOST Fae) RWS ib: ww: amc El saminarh cit 136 RSUP. ~~ au. KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSUP H. ADAM MALIK NOMOR: HK.02.03/XV.1.1/ 4045/2021 TENTANG PEMBENTUKAN TIM FARMASI DAN TERAPI DI RSUP H. ADAM MALIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, DIREKTUR UTAMA RSUP H. ADAM MALIK Menimbang ‘@. bahwa untuk meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan farmasi di Rumah Sakit perlu adanya standar pelayanan yang digunakan khususnya di bidang obat-obatan sebagai pedoman dalam kefarmasian; b. bahwa untuk mendukung terlaksananya standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit maka perlu Pembentukan Tim Farmasi dan Terapi di RSUP H. Adam Malik; ¢. bahwa berdasarkan butir (a) dan (b) tersebut diatas, perlu dibentuk Tim Farmasi dan Terapi di RSUP H. Adam Malik dengan keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik; Mengingat 4. Undang Undang Ri No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; Undang Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 3. Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah RI No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, 4, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Akreditasi Rumah Sakit; 5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasiandi Rumah Sakit; 6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik indonesia Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit; 8. Peraturan Menteri Kesehatan Ri No. 73 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUP H. Adam Malik; 9. Peraturan Menteri Kesehatan No. 03 Tahun 2021 tentang Perubahan Penggolongan, Pembatasan, dan Kategori Obat; 10. Keputusan Menteri Keuangan No. 214/KMK.05/2009 tentang Penetapan RSUP H. Adam Malik Pada Departemen Kesehatan sebagai instalasi Pemerintah yang menerapkan Pengelolaan Badan Layanan Umum: 11. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/Menkes/1068/I/2010 tentang Kewajiban Menulis Resep, Menggunakan poem ggerk FP/O1,01/XV.1.4.6/ 1021/2018 tanggal 20 Februari 2014 ientang Kebijakan Pelayanan Kelarmasian «i RSUP TI. Adam Malik dinyotakan tidak berlaka lagi. Segale biava yang dibebankan kepada DIPS nbul alcibat pelaksanann kepiatan ini BLU RSUP Hl, Adam Malik, Keputusan ini beriak sciak tanggal diteiapkan dengan ketentucn apabila dikemudian bari terdapat kekeliruan atas keputusan ini kan perlmikan sebagaimana mestinya, Medan Lampiran : Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Nomor HK.02.03/XV.1.3.3.1/ 677% /2022 ‘Tanggal 02 Agustus 2022 Tentang, Kebijakan Pelayanan Kefarmasian di RSUP H. ‘Adam Malik KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RSUP H. ADAM MALIK A. Organisasi dan Tata laksana 1) Direktur Utama RSUP H. Adam Malik adalah penanggungjawab atas kebijakan yang diberlakukan di Rumah Sakit, termasuk kebijakan tentang pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik. 2) Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang adalah pengendali Program pengelolaan sediaan farmasi, alat keschatan, bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik di RSUP H. Adam Malile 3) Tim Farmasi dan Terapi (TFT) adalah unit kerja di bawah Direktur Utama yang merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan peraturan tentang pengelolaan dan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik di RSUP H. Adam Malik. 4) Keanggotaan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) disahkan oleh Direktur Utama. Keanggotaannya diperbaharui setiap dua tahun sekali 5) Tugas TET mencakup : a. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan obat di Rumah Sakit Db. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam formularium Rumah Sakit ¢. Mengembangkan standar terapi 4. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat €. Melakukan intervensi dalam meningkaikan penggunaan obat yang rasional £ Mengkoordinir penatalaksanaan reaksi obat yang tidak dikehendaki 8 Mengkoordinir penatalaksanaan medication error h. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di Rumah Sakit 6) Anggota TFT tidak boleh mempunyai ikatan kerja dengan perusahaan farma: manapun; Setiap anggota TFT dalam pengambilan keputusan harus bebas dari kepentingan pribadi atau kelompok. 7) TET mengadakan rapat rutin sekurang-kurangnya 1 bulan sekali guna membahas implementasi dari kebijakan tentang pengelolaan dan penggunaan obat. 8) Kelompok Staf Medis merupakan wadah nonstruktural yang terdiri dari sejumlah pejabat fungsional dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis. 9) Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. 10) Depo Farmasi adalah tempat menyimpan dan mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang berada di bawah dan menjadi tanggung jawab Instalasi Farmasi. 11) Unit Layanan Pengadaan adalah unit yang melaksanakan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan Bahan medis habis pakai sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. 12) Tim Teknis Pejabat Pembuat Komitmen (Tim Teknis PPK) adalah tim yang dibentuk oleh Direktur Utama untuk membantu pekerjaan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), dalam hal ini terkait memeriksa hasil pekerjaan Barang/Jasa. 13)Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. 14)Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. 15)Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apotcker, baik dalam bentuk paper maupun clectronik untuk met dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. 16)Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. 17)Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyclidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, _pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrascpsi untuk manusia. 18)Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan Kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. 19)Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam peraturan perundang-undangan. 20)Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, BMHP kedaluarsa adalah sediaan farmasi, alat keschatan, BMHP yang sudah lewat batas berlakunya sebagaimana yang ditctapkan. 21)Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, BMHP substandar adalah adalah sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP yang tidak berfungsi sesuai spesifikasinya. 22)Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, BMHP rusak adalah sediaan farmasi, alat keschatan, BMHP yang tidak bisa terpakai lagi karena rusak secara fisik atau berubah bau dan warna yang dipengaruhi oleh udara yang lembab, sinar matahari, suhu dan/atau goncangan fisik sehingga tidak memenuhi Persyaratan mutu, keamanan, dan khasiat. 23)Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengueapkan sumpah jabatan apoteker. 24)Tenaga Telnis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Abli Madya Farmas 25) Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai lainnya di RSUP H. Adam Malik diselenggarakan dengan sistem satu pintu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. 26) Tim Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) di RSUP H. Adam Malik adalah Tim yang ditetapkan oleh Direktur Utama untuk membantu Direktur Utama dalam menyusun kebijakan tentang pengendalian resistensi antimikroba dengan mengintegrasikan program Komite Medik, Tim Farmasi dan Terapi, Tim Peneegahan Pengendalian Infeksi, pelayanan Mikrobiologi Klinik dan pelayanan Farmasi Klinik. 27) Tim PPRA melaksanakan perawatan pasien bersama di ruang perawatan antara klinisi, spesialis mikrobiologi Klinik, farmasi klinik dan perawat yang berhubungan dengan penggunaan antimikroba dan berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi klinik. Perawatan pasien infeksi dipimpin oleh konsultan penyakit tropik infeksi. 28) STARS adalah Sistem Terintegrasi Aplikasi Rumah Sakit, yang dapat diakses melalui /tip:// stars. sirsmancin com dalam jaringan internet di Rumah Sakit, yang digunakan dalam pelayanan pasien di Rumah Sakit, baik pelayanan langsung maupun tidak langsung. 29) Sistem manajemen obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai direview/ ditelaah sekali dalam setahun. 30) Pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan pelayanan kefarmasian RSUP. H. ‘Adam Malik dilakukan secara terbuka dan akuntabel. B. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan medis habis pakai Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai bersifat multidisipliner meliputi serangkaian kegiatan yang harus diselenggarakan secara efektif dan efisien dengan berorientasi pada keselamatan pasien yaitu: 1, Pemilihan Perencanaan kebutuhan Pengadaan Penerimaan Penyimpanan Pendistribusian Penarikan Pemusnahan Pengendalian 10. Administrasi veeR pease 1. Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, alat keschatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai ini berdasarkan: a, formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi; b. pola penyakit; ¢. efektifitas dan keamanan; d. pengobatan berbasis bukti; e. mutu; £ harga; dan 8. ketersediaan di pasaran. Pemilihan obat dilakukan oleh Tim Farmasi dan Terapi (TPT) dan ditetapkan menjadi Formularium Rumah Sakit, diberlakukan melalui keputusan Direktur Utama dan direvisi secara berkala (2 tahun). a. Kebijakan dan prosedur sistem formularium harus dimasukkan sebagai salah satu peraturan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua staf medik, b. Proses penyusunan dan revisi formularium harus dirancang agar dihasilkan formularium yang selalu mutakhir dan dapat_memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional. ¢. Pemilihan terhadap obat yang akan digunakan di RSUP H. Adam Malik harus dilakukan secara cermat dengan mempertimbangkan asas cost- effectiveness. 4. Tim Farmasi dan Terapi harus memilih produk obat yang menunjukkan keunggulan dibandingkan produk lain vang sejenis dari aspek khasiat, keamanan, ketersediaannya di pasaran, harga dan biaya pengobatan yang paling murah. Proses pemilihan obat mengikuti Standar Prosedur Operasional Penyusunan Formularium Rumah Sakit. i Kriteria penambahan obat di Formularium Rumah Sakit * Sediaan farmasi memiliki rasio khasiat - keamanan (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan pasien © Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas * Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan © Praktis dalam penggunaan dan penyerahan yang disesuaikan dengan tenaga, sarana, dan fasilitas kesehatan * Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang, serupa, pilihan dijatuhkan pada : ¥ Obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah ¥ Obat dengan sifat farmakokinetik yang diketahui paling menguntungkan ¥ Obat yang stabilitasnya lebih baik ¥ Mudah diperoleh Kriteria pengurangan di Formularium Rumah Sakit: * Sudah ditarik oleh Pemerintah dari peredaran. * Sediaan farmasi sudah tidak diproduksi lagi oleh pabrik * Sulit diperoleh + Menimbulkan efek samping yang merugikan (KTD) akibat penggunaan obat + Jarang diresepkan ‘+ Sudah ada obat lain yang lebih cost-effective Penyediaan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai harus dibatasi untuk mengefisienkan pengelolaannya dan menjaga kualitas pelayanan. Daftar obat yang telah disetujui dan ditetapkan oleh pimpinan RSUP H. Adam Malik untuk digunakan dalam pelayanan keschatan di RSUP H. Adam Malik tertuang dalam buku Formularium RSUP H. Adam Malik. Kelompok Staf Medis (KSM) mengajukan usulan obat baru untuk dimasukkan ke dalam formularium ke Tim Farmasi dan Terapi berdasarkan fakta bahwa obat tersebut tercantum di dalam clinical pathway atau pedoman pelayanan medik yang diterbitkan oleh Kelompok Staf Medis. Oleh karena itu setiap perubahan obat atau rejimen terapi di dalam clinical pathway atau pedoman pelayanan medik harus diberitahukan secara tertulis dengan mencantumkan tanggal efektit pelaksanaan penggantian kepada Tim Farmasi dan Terapi. Setiap obat baru yang diusulkan untuk masuk dalam formularium harus dilengkapi dengan informasi tentang kelas terapi, indikasi terapi, bentuk sediaan dan kekuatan, bioavailabilitas dan farmakokinetik, kisaran dosis, efek samping dan efek toksik, perhatian khusus, kelebihan obat baru ini dibandingkan dengan obat lama yang sudah tercantum di dalam formularium, uji Klinik, atau kajian epidemiologi yang mendukung keunggulannya, perbandingan harga dan biaya pengobatan dengan obat atau cara pengobatan terdahulu, kecuali yang memiliki data biockuivalensi (BE) dan/ atau rekomendasi evidence-based medicine (EBM). Obat yang terpilih masuk dalam formularium adalah obat yang, memperlihatkan tingkatan bukti ilmiah yang tertinggi untuk indikasi dan keamanannya, Bila dari segolongan obat yang sama indikasinya memperlihatkan tingkatan bukti ilmiah khasiat dan keamanan yang sama tinggi, maka pertimbangan selanjutnya adalah dalam hal ketersediaannya di pasaran, harga dan biava pengobatan yang paling murah 1. Pada kasus dimana diperlukan suatu obat yang tidak tercantum dalam formularium nasional atau tidak sesuai dengan restriksi penggunaan, maka dokter dapat mengajukan permintaan khusus dengan mengisi Formulir Peresepan Obat Non Formularium Nasional atau Obat Formularium Nasional yang Tidak Sesuai dengan Restriksi Penggunaan yang ditujukan kepada Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang melalui Tim Farmasi dan Terapi. Jika dapat disetujui, maka akan diadakan sesuai aturan dan ketentuan proses pengadaan, Proses permintaan obat non formularium mengikuti Standar Prosedur Operasional Peresepan Obat Non Formularium Nasional atau Obat Formularium Nasional yang Tidak Sesuai dengan Restriksi Penggunaan. m. Pada keadaan dimana obat yang diperlukan tidak tersedia, maka Instalasi Farmasi akan memberi informasi kepada dokter penulis resep dan menyarankan obat penggantijika ada. 8. Sosialisasi Formularium dilakukan oleh Tim Farmasi dan Terapi melalui media komunikasi dan/atau sistem informasi yang tersedia. ©. Buku Formularium yang sedang berlaku wajib tersedia di setiap lokasi pelayanan: di ruang rawat inap, rawat jalan, gawat darurat, dan depo farmasi, baik dalam bentuk cetakan ataupun softcopy. Setiap KSM memiliki buku Formularium Nasional dan Formularium Rumah Sakit yang menjadi acuan selama melakukan praktik di RSUP H. Adam Malik. p. Kepatuhan penggunaan obat sesuai Formularium Nasional dipantau secara berkala (setiap bulan) berdasarkan data penggunaan obat dari Instalasi Farmasi . Perencanaan merupakan proses untuk menentukan jumlah sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dengan melibatkan seluruh KSM, Serta penentuan periode pengadaan yang sesuai dengan pemilihan, untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan cfisien, |. Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana kebutuhan RSUP H. Adam Malik, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang beriaku. a. Pengadaan sediaan farmasi, alat keschatan dan bahan medis habis pakai dilakukan berdasarkan perencanaan vang diajukan oleh pengguna. b. Pengadaan dapat dilakukan melalui: i. Pembelian, harus sesuai dengan ketentuan pengadaan barang dan jasa yang berlaku. Pembelian barang yang telah digunakan terlebih dahulu, harus dikelola secara akuntabel diluar sistem persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan tetap berpedoman pada ketentuan pengadaan barang dan jasa yang berlaku, sesuai dengan Standar Prosedur Operasional Pengelolaan Alat Kesehatan Titipan ii, Produksi Sediaan Farmasi 1) Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran; 2) Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri; 3) Sediaan Farmasi dengan formula khusus; 4) Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking; 5) Sediaan Farmasi untuk penelitian; dan 6) Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus dibuat baru (recenter paratus). 4 iii, Sumbangan/Dropping/Hibah, harus sesuai dengan kebutuhan pasien di Rumah Sakit berasal dari: 1) Program pemerintah, sesuai peraturan yang berlaku 2) Program Non pemerintah Pengadaan obat yang tidak tercantum dalam Formularium Nasional dan Formularium RS hanya dapat dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari Tim Farmasi dan Terapi dan disetujui oleh Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang. d. Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai diluar jam kerja Instalasi Farmasi dilakukan mengikuti Standar Prosedur Operasional Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang Habis di Instalasi Farmasi Diluar Jam Kerja. Pengadaan dilakukan cito untuk kebutuhan sediaan farmasi di luar jam kerja dengan kriteria bila sediaan farmasi kosong di RSUP H. Adam malik dan jumlah pemakaian untuk 2 (dua) hari dengan persetujuan Kepala Instalasi Farmasi {. Masa Kadaluarsa (Expired Date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai tertentu (waksin, regensia, dil), atau pada kondisi tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan, Penerimaan §merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlab, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Bahan medis habis pakai diterima oleh Tim ‘Teknis PPK, untuk kemudian diserahterimakan kepada staf Instalasi Farmasi. Penerimaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) disertai dengan Material Safety Data Sheet (MSDS) Penyimpanan merupakan proses menempatkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis yang diterima di tempat yang sesuai persyaratan untuk menjamin kualitas dan keamanannya; a, Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai harus dilakukan sesuai persyaratan dan standar kefarmasian untuk menjamin stabilitas dan keamanannya serta memudahkan dalam pencariannya untuk mempercepat pelayanan. b. Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di Rumah Sakit disimpan di © Gudang Instalasi Farmasi + Depo Farmasi + Kamar obat pasien Instalasi Rawat Inap ‘+ Troli Emergensi di ruang rawat, + Kit Emergensi di ambulance c. Pengamanan terhadap sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di semua area Rumah Sakit diberi kunci, khusus gudang farmasi dipasang CCTV dan pintu terali besi seria akses terbatas hanya boleh dimasuki oleh petugas yang diberi wewenang. d. Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari berkunei ganda (double tock) baik di gudang instalasi farmasi maupun depo farmasi. ©. Obat High Alert (Obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi) harus disimpan di tempat terpisah dan diberi label khusus mengikuti Standar Prosedur Operasional Penyimpanan Obst High Alert. Semua tempat penyimpanan Obat High Alert ditandai dengan garis merah (red line). Khusus injeksi KCl 7,46%, tidak boleh ada di ruang rawat kecuali secara klinis sangat diperlukan (Ok, ICU, PICU, HCU, IGD, CVCU) f Obat High alert yang akan digunakan dan telah diberi identitas pasien (nama, No.RM, Tanggal Lahir) high alert disimpan bersama dengan obat Jain dalam lemari obat masing-masing pasien di kamar obat g. Daftar Obat High Alert ditentukan bersama oleh Tim Farmasi dan Terapi sebagaimana tertera dalam buku Panduan Penggunaan Obat High Alert h, Daftar Obat High Alert yaitu : 1, Elektrolit Pekat i. KCI 7.46% fi, NaCl 3% 2. Obat-obat LASA i. eFEDrine - EPINEFrin ii, DOPamin - DOBUTamin fii, EPINEFrin ~ NORepinefrin 3. Obat Resiko Tinggi : i, Natrium Bikarbonat 8,4% injeksi ii, MgSO4 20% dan 40% fii, Custadiol iv. Cardiopledgia Sol ampul / 10 mL v. Obat Sitostatika Oral dan Parenteral vi, Obat-obat yang Mempengaruhi Darah: —_Alteplase, Streptokinase, Enoksaparin, Fondaparinuks, Heparin, Streptokinase Antidiabetes parenteral (Insulin) Narkotika Parenteral dan Transdermal Obat Anastesi Umum : Propofol, Deksmedetomidin, Ketamin i. Semua petugas kesehatan yang menggunakan obat High Alert harus ‘mengikuti Panduan Penggunaan Obat High Alert. J. Obat High Alert kemasan terkecil sampai terbesar harus ditempel logo High Alert. Kk, Obat dengan tampilan mirip atau bunyi mirip (Look Alike Sound Alike/LASA) disimpan tidak berdekatan, minimal jarak 1 (satu) item obat, diberi label “LASA” pada rak/ wadah penvimpanannya, dan nama obat ditulis dengan tallman letter pada wadah penyimpanan, 1 Obat yang dibawa pasien dari luar RSUP H. Adam Malik dapat digunakan selama perawatan di Rumah Sakit atas persetujuan dokter dan dikelola oleh Instalasi Farmasi sesuai Standar Prosedur Operasional Rekonsiliasi Obat. m, Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) yang bersifat mudah menyala atau terbakar, eksplosif, oksidator/ reduktor, racun, korosif, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, iritasi dan berbahaya lainnya harus disimpan terpisah dalam lemari khusus B3 dan disertai tanda bahan berbahaya, MSDS (Material Safety Data Sheet} dan spill kit. n. Produk nutrisi disimpan secara terpisah pada suhu s 25°C, dalam kelompok nutrisi sesuai dengan aturan penyimpanan yang ditetapkan produsen sesuai Standar Prosedur Operasional Penyimpanan Produk Nutrisi. ©. Obat yang bersifat radioaktif disimpan sesuai _persyaratan penyimpanannya sesuai Standar Prosedur Operasional Penyimpanan Produk Radioaktif, p. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan Bahan medis habis pakai dan tempat penyimpanannya harus di supervisi oth Apoteker secara berkala (sctiap 2 (dua) minggu sekali) sesuai Standar Prosedur Operasional Supervisi Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan medis habis pakai. q. Obat penelitian dikelola secara tersendiri dan dipantau penyimpanannya oleh Instalasi Farmasi. Obat penelitian disimpan terpisah dari perbekalan farmasi lainnya dan diberi penandaan sesuai Standar Prosedur Operasional Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai t. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai emergensi disimpan dalam troli emergensi (di ruangan) dan kit emergensi (di ruangan dan ambulance) terkunci, diperiksa, dipastikan selalu tersedia dan harus diganti segera, penggantian sesuai dengan Standar Prosedur Operasional Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Keschatan dan Bahan Medis Habis Pakai pada Troli Emergensi dan Kit Emergensi di Ruangan dan Ambulance. ‘roli dan kit emergensi dapat diakses dalam waktu paling lama 5 menit. Daftar obat Emergensi ditetapkan oleh Tim Code Blue. s. Bahan baku dan zat untuk peracikan harus diberi label yang mencantumkan kandungan, tanggal kadaluarsa dan peringatan penting sesuai dengan Standar Prosedur Operasional Pengelolaan Bahan Baku t. Obat yang sudah kadaluarsa atau rusak harus disimpan terpisah i gudang farmasi sambil menunggu pemusnahan sesuai dengan Standar Prosedur Operasional Pengelolaan Obat Kadaluarsa dan/atan Rusak. Distribusi © Distribusi dilakukan secara desentralisasi melalui Depo Farmasi Rawat Jalan, Rindu A, Rindu B, IGD, IBP, IPI, PJT, Pencampuran dan Paviliun dalam rangka menyalurkan/ menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/ pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. * Di unit pelayanan yang tidak memiliki depo farmasi 24 jam, maka pelayanan farmasi diluar jam kerja dinlihkan ke depo farmasi IGD, dengan ketentuan khusus pelayanan untuk peresepan pasien baru, perubahan regimen, dan kebutuhan mendesak (cito). + Penyiapan obat (Dispensing) adalah proses mulai dari resep/ instruksi pengobatan diterima oleh apotcker/ tenaga teknis kefarmasian melakukan penyiapan obat racikan dan non racikan sesuai dengan resep/ resep elektronik/ Kartu Obat Pasien, memberi etiket sampai dengan obat diterima oleh perawat di ruang rawat untuk diberikan kepada pasien rawat inap, atau sampai dengan obat diterima oleh pasien/ keluarga pasien rawat jalan dengan jaminan bahwa obat yang diberikan tepat dan bermutu baik, ‘+ Waktu penyiapan obat (response time) adalah waktu mulai dari resep selesai diverifikasi sampai obat siap untuk diserahkan kepada pasien/keluarga pasien rawat jalan. ‘© Waktu penyiapan obat jadi pasien rawat jalan (sistem resep individual) adalah kurang dari 30 (tiga puluh menit) dan waktu penyiapan obat racikan adalah kurang dari 60 menit. Waktu penyiapan obat cito (segera) adalah kurang dari 15 (lima belas) menit + Untuk resep Alat Kesehatan yang akan digunakan untuk operasi harus diserahkan selambat-lambatnya 3 hari sebelum jadwal operasi, ‘+ Sistem distribusi dan penyiapan obat untuk pasien rawat jalan diberlakukan sistem resep individual, yaitu penyiapan obat yang dikemas sesuai permintaan jumlah yang tercantum di resep untuk kebutuhan beberapa hari (obat pasien dengan diagnosa penyakit kronis maksimal 30 hari). Sistem distribusi dan penyiapan obat untuk pasien rawat inap diberlakukan sistem unit dose. Pendistribusian dengan sistem one day dose dispensing yaitu penyiapan obat yang dikemas untuk satu kali pemakaian kebutuhan satu hari, kecuali untuk obat racikan pasien anak disiapkan untuk 3 hari. Penerimaan resep di Depo Farmasi untuk terapi lanjutan paling lama jam 11.00 WIB, resep terapi tambahan paling lama diterima jam 17.00 WIB. Pendistribusian obat, alkes dan BMHP dilakukan serah terima di kamar obat pada jam 14.00 WIB, untuk terapi tambahan dan terapi pasien baru dilakukan serah terima di kamar obat jam 19.45 WIB. Terapi lanjutan yang diresepkan di atas jam 11.00 WIB dan resep cito serah terima dilakukan di depo. Terapi lanjutan yang diresepkan di atas jam 20.00 WIB serah terima dilakukan di depo IGD. Pelayanan resep pertama dari depo farmasi IGD diberikan untuk kebutuhan pasien sampai dengan jadwal pemberian obat dari depo pasien dirawat. Pendistribusian bahan medis habis pakai untuk kebutuhan Floor Stock diamprah dari Instalasi Farmasi, Jumlah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) didistribusikan ke Instalasi/Ruangan pengguna dan depo farmasi maksimal untuk kebutuhan 3 hari Pada pasicn rawat inap, obat dapat diberikan oleh perawat yang berkompeten dalam hal pemberian obat dan memiliki kewenangan klinis. Kebijakan tentang kewenangan tenaga keperawatan dalam pemberian obat ditetapkan melalui ketetapan Direktur Utama. Dokter peserta didik dapat meresepkan obat dibawah supervisi DPJP. ‘Obat yang akan diberikan kepada pasien harus diverifikasi oleh perawat mengenai kesesuaiannya dengan instruksi dokter. Mutu obat yang akan diberikan kepada pasien harus dipastikan baik dengan diperiksa secara visual. Pasien dipastikan tidak memiliki rivayat alergi dan kontraindikasi dengan ‘obat yang akan diberikan. Pada pasien rawat inap, pemberian obat high alert dari farmasi ke perawat dilakukan double check, pemberian obat dari perawat ke pasien dilakukan double check oleh 2 orang perawat. Pada pasien rawat jalan, pemberian obat dari farmasi ke pasien dilakukan double check oleh 2 orang petugas farmasi. Pada pemberian infus, label nama obat ditempelkan pada botol infus atau syringe pump, label obat Sistem Unit Dose Dispensing/ obat oral/ topikal memuat identitas pasien, asal resep (pasien rawat jalan), tanggal penyiapan, ruangan (pasien rawat inap), signa yang jelas, nama obat, dosis, tal exp. date khusus untuk obat-obat yang dikeluarkan dari kemasan asli dan untuk Label obat hasil rekonstitusi disertai dengan stabilitas penyimpanan; Setiap obat yang telah disiapkan harus diberi label sesuai ‘Standar Prosedur Operasional Pelabelan. Obat dengan bentuk sediaan Tetes, Salep, Sirup diserahkan oleh perawat kepada pasien untuk digunakan sendiri (self-medication) oleh pasien/ Keluarga pasien setelah diedukasi olch apoteker dan dipantau olch perawat. Pemberian obat harus dicatat di Tabel Rekaman Pemberian Obat Tepat Waktu sesuai Standar Prosedur Operasional Pemberian Obat. ‘+ Pemberian informasi dan edukasi mengenai obat yang digunakan pasien terdokumentasi dalam Lembar Edukasi Pasien Terintegrasi. ‘+ Informasi spesifik pasien yang dibutuhkan untuk proses telaah efektif dapat diakses di unit pelayanan farmasi oleh Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian terlatih bila di luar jam kerja. 7. Penarikan sediaan farmasi, alat keschatan, dan bahan medis habis pakai merupakan proses yang dilakukan terhadap: ‘© Produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal, serta dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Obat yang ditarik dari peredaran oleh pemerintah atau pabrik pembuatnya harus segera dikembalikan ke Perbekalan. + Sediaan farmasi, alat keschatan dan bahan medis habis pakai yang tidak digunakan, rusak, akan/ sudah kadaluarsa (bentuk utuh atau yang sudah dibuka) harus dikembalikan ke Perbekalan dan diretur ke perusahaan, + Penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan sesuai dengan Standar Prosedur Operasional Penarikan Sediaan Farmasi. 8 Pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai merupakan proses yang dilakukan untuk sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai bila: + Produk tidak memenuhi persyaratan mutu + Telah kadaluarsa + Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan © Pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai mengikuti Standar Prosedur Operasional Pemusnahan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai, pemusnahan dilaksanakan oleh Tim Pemusnahan yang ditetapkan oleh Rumah Sakit. 9. Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Pengendalian/pengawasan penulisan resep obat generik dilakukan oleh Instalasi Farmasi bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi, Tujuan pengendalian persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai adalah untuk: €, penggunaan obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit; b. penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi; dan cc, memastikan persediaan efektif dan cfisien atau tidak terjadi kelebihan dan —_kekurangan/kekosongan, —_kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta pengembalian pesanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai Pengendalian persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan cara: a. melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving); b, melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan berturut-turut (death stock); c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala 10. Administrasi adalah proses pencatatan dan pelaporan secara_ periodik terhadap kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, dan tahunan); dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Sistem pencatatan dalam pelayanan pasien dilaksanakan melalui Sistem Informasi, yaitu STARS, penyimpanan data dapat berupa softcopy dan cetakan. Administrasi berupa ‘+ pelaporan narkotika dan psikotropika setiap bulan + laporan pelayanan kefarmasian (penerimaan, pendistribusian, pelayanan resep, stok opname, barang kadaluarsa dan akan kadaluarsa dalam 6 bulan, pelayanan farmasi klinis) + pengarsipan surat masuk/keluar + pengarsipan resep manual + laporan orientasi pegawai baru di Instalasi farmasi ‘+ laporan penilaian kinerja pegawai, + laporan pelaksanaan pengembangan kompetensi pegawai © laporan pelaksanaan pendidikan mahasiswa ‘+ Laporan indikator mutu ©. Pelayanan Farmasi Klinis Pelayanan farmasi klinis meliputi: 1. Pengkajian dan Pelayanan Resep Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat 2. 3. 4. Pelayanan Informasi Obat (PIO) 5. Konseling 6. Visite 7. Pemantauan Terapi Obat (PTO) 8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) 9. Evaluasi Pengunaan Obat (EPO) 10. Dispensing Sediaan Steril Pengkajian dan pelayanan resep + Peresepan dilakukan secara elektronik dan manual. Peresepan elektronik dilakukan melalui STARS, peresepan manual dilakukan melalui lembar resep dan Kartu Obat Pasien (KOP}. © Prioritas peresepan dilakukan melalui STARS. * Peresepan manual dilakukan bila sistem sedang terganggu atau tidak dapat diakomodir oleh STARS, tulisan harus jelas dan dapat dibaca, menggunakan istilah dan singkatan yang lazim sehingga tidak disalahartikan. Jika resep/ instruksi pengobatan tidak dapat dibaca atau tidak jelas, maka apoteker bertanya kepada minimal 2 orang petugas farmasi yang sedang bertugas, bila tidak ada penyelesaian maka petugas farmasi menghubungi dokter penulis resep sesuai dengan Standar Prosedur Operasional Penanganan Resep Yang Tidak Jelas. ‘* Jenis-jenis resep yang dapat dilayani: resep reguler, resep cito, resep pengganti obat emergensi ‘+ Dokter yang berhak menulis/ menginput data pasien/ data obat ke STARS adalah staf medis yang mempunyai SIP (Surat Izin Praktik) di RSUP H. Adam Malik atau dokter PPDS di bawah pengawasan Dokter DPJP. ‘* Dokter yang berhak menulis/ menginput data pasien/ data obat narkotika ke STARS adalah Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) yang memiliki SIP di RSUP H. Adam Malik.

You might also like