You are on page 1of 30
BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Republik Indonesia berdasarkan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, dimana tercantum dalam Pasal 1 dan Bab 1, Undang- Undang Dasar 1945, yaitu negara kesatuan yang berbentuk negara republik. Di dalam Bab 1 Undang- undang Dasar Disebutkan bahwa Negara Indonesia berbatuk republik dengan kedaulatan di tangan rakyat, dilaksanakan menurut Undang ~ undang dasar 1945'. Selain itu, Negara Indonesia merupakan negara hukum? sesuai dengan konstituen dimana Negara Hukum mempunyai arti dan tujuan dalam melaksanakan kegiatan negara. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dimana pengelolaan sumber daya alam ini sejalan dengan Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang —undang dasar 1945 (UUD 1945), yang berbunyi: 2) Cabang-cabangproduksi_yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. 3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai olch negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dalam rangka perubahan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, maka, konsep negara hukum atau “Rechistaat” yang “Indonesia, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, Pasal | Penjelasan umum “id sebelumnya hanya tercantum dalam Penjelasan UUD 1945, dirumuskan dengan tegas dalam Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan * Negara Indonesia adalah Negara Hukum”, Konsep Negara Hukum itu diibaratkan bahwa yang harus , Alatalat untuk perusahaan, termasuk penemuan- penemuan baru milik orang —_asingdan bahan- bahan, ang dimasukkan dari. = Juarke dalam wilayah Indonesia, selamaalat-alat tersebut tidak dibiayai dari Kekayaan devisa Indonesia . Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan undang - undang inikeuntungan yang diperkenankan ditransfer, tetapi_-—dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia, Aliran modal dari suatu- negara ke negara lainnya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, yang lebih produktif dan juga sebagai diversifikasi usaba. Sejarah UU PM mencatat bahwa Indonesia sudah pernah mengalami secaralangsung perubahan Undang-undang Penanaman Modal sebanyak 3 (tiga) kali yaitu pada tahun 1967 (UU PMA), tahun 1968 (UU PMDN) dan terakhir pada tahun 2007. Pada berbagai kepustakaan hukum ekonomi dan atau hukum bisnis, terminologi penanaman modal dapat berarti penanaman modal yang dilakukan oleh investor lokal (domestic investor), investor asing 23 (Foreign Direct Investment, FDI dan penanaman modal yang dilekukan secara tidak langsung oleh pihak asing (Foreign Indirect Investment, FI). Untuk yang terakhir ini dikenal dengan istilah penanaman modal dalam bentuk portfolio, yakni pembelian efek lewat lembaga pasar modal (capital Market)? Menurut pasal I angka 1 UU PM yaitu penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Pemerintah Indonesia secara konsisten telah menerapkan perbedaan antara penanaman modal langsung dan penanaman modal tidak langsung (portofolio), dan telah memberikan pengecualian bagi penanam modal asing yang melakukan penanaman modal tidak langsung untuk dapat memasuki bidang usaha yang terbuka bagi penanaman modal dalam negeri serta tidak tunduk pada ketentuan mengenai pembatasan bidang usaha yang terbuka bagi penanaman modal asing.4 Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanaman modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Sedangkan pengertian penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam mSkodal asing, baik yang ® Sentosa Sembiring, Hukum Investasi, CV Nuansa Aulia, cetakan kedua, edisi Revisi, Februari 2010, hal. 31 > Jumal Erman Rajagukguk, 20 November 2012, "Hukum Investasi dan Pasar Modal", hutp:/www.ermankukum.com/Ku-liah/Hukum'420Investasi%20K uliah%202 pdf. 24 menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.** Pihak yang melakukan kegiatan penanaman modal terdiri dari Penanam Modal Dalam Negeri dan Penanam Modal Asing. Penanam Modal Dalam Negeri dapat berbentuk perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah Republik Indonesia. Penanam Modal Asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah negara 26 Republik Indonesia. Salah satu tujuan pembentukan pemerintahan negara adalah untuk memajukan kesejahteraan umum, Amanat tersebut, antara Iain, telah dijabarkan dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan merupakan amanat konstitusi yang mendasati pembentukan seluruh peraturan perundang-undangan di bidang, perekonomian. Konstitusi mengamanatkan agar pembangunan ekonomi nasional harus berdasarkan prinsip demokrasi_ yang mampu menciptakan, terwujudnya kedaulatan ekonomi Indonesia. Keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan dimantapkan lagi dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI ‘Tahun 1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka Demokrasi Ekonomi 2 Indonesia, UU No. 25/2007, Pasal | angka 2 dan angka 3. % Thid, Pasal 1 angka 5 dan angka 6 25 sebagai sumber hukum materiil. Dengan demikian, pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi menjadi bagian dari kebijakan dasar penanaman modal.?” Seiring dengan ketentuam kebijakan penanaman modal, dapat dikenal juga mengenai ketentuan yang kita bisa sebut sebagai divestasi. Secara teroritis, divestasi pertama kali dijumpai dalam Peraturan Mentri Enegi Sumber Daya Alam No 43 tahun 2018 (“Permen ESDM™). Dalam Permen ESDM menyebutkan bahwa divestasi saham merupakan jumlah saham asing yang harus ditawarkan kepada peserta Indonesia. Divestasi saham pada dasamya merupakan pelepasan, pembebasan dan pengurangan modal terhadap perusahaan yang seluruh sahamnya dimiliki oleh investor asing secara bertahap dengan cara mengalihkan saham tersebut kepada mitra lokal. Secara sederhana dapat dikatakan divestasi saham adalah pengalihan saham dari peserta asing kepada peserta nasional, Jika dicermati ketentuan mengenai divestasi saham pertambangan di Indonesia memang belum ada, namun tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan lainnya dan pada UU PMA dan UU PM dan , UU No, 4 Tahun 2009 tentang Minerba (* U Minerba”), dalam melakukan divestasi saham terdapat dua pihak yaitu pertama, penanam modal asing yang bergerak dalam bidang pertambangan, yang terdiri dari perseroan warga negara asing, badan usaha asing dan/atau pemerintah asing. Obyek divestasi saham sendiri adalah saham yang dimiliki oleh penanam modal asing. Dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan ” Ibid, Penjelasan Umum, 26 Republik Indonesia No. 183/PMK.05/2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Divestasi terhadap Investasi Pemerintah (“PMK Divestasi”), telah ditentukan obyek divestasi Pemerintah yang terdiri atas surat betharga dan kepemilikan investasi langsung. Saham yang ditanamkan oleh penanam modal asing dalam melakukan investasi mencangkup berbagai bidang usaha terbuka di mana untuk investasi, asing dapat memiliki 100% atau 80% atas modalnya tersebut. Apabila modal yang dimiliki oleh investor asing sebesar 100% maka investor asing tersebut harus melakukan divestasi sebanyak 51%, ‘Namun apabila investasi yang ditanamkan oleh investor asing hanya sebesar 80% maka dia cukup melakukan dives si sebanyak 31% sementara sisanya sebesar 20% dapat dikuasai oleh badan hukum domestik. Penguasaan tersebut dilakukan ketika investor asing melakukan proses divestasi saham untuk pertama kalinya, Ketentuan kontrak karya telah diatur dalam UU No 11 Tahun 1967 tentang pertambangan di mana sebelumnya dimulai oléh UU PMA yang menjadi pintu masuk inverstor asing untuk menanamkan modalnya dalam, bisnis pertambangan. Dalam Pasal 8 UU PMA disebutkan bahwa penanaman modal asing di bidang pertambangan didasarkan pada suatu kerjasama dengan Pemerintah atas dasar kontrak karya atau bentuk lain sesuai ketentuan perundangan yang berlaku. Kontrak karya merupakan perjanjian innomirat yaitu perjanjian yang pengaturannya tidak diatur di dalam KUH Perdata, akan tetapi merupakan perjanjian khusus yang ketentuannya merujuk kepada Pasal 1338 KUH Perdata dengan asas kebebasan berkontrak. Asas kebebasan berkontrak merupakan asas yang sangat penting dalam proses divestasi 27 karena asas ini menghendaki kebebasan dari para pihak, yaitu Pemerintah atau badan hukum asing dengan pihak lainnya. Di samping itu, para pihak bebas untuk menentukan jumlah dan harga, baik aset maupun saham yang, akan didivestasikan, syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pembeli aset atau saham, serta menentukan bentuk perjanjiannya, Meskipun asas kebebasan berkontrak telah menjadi landasan hukum dan mengikat bagi para pihak yang ‘menandatanganinya namun tetap dibatasi dengan Pasal 1320 KUH Perdata, yang menjadi syarat sahnya perjanjian. . 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah garis besar materi-materi yang dimuat dalam bab per bab dengan perineian sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan yang mendasari penelitian ini. BAB Il. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai teori-teori serta landasan konseptual, Penulis membahas antara lain penanaman modal, divestasi, dan pengertian grandfather clause dalam UU PM dan Perka BPKM , agar tidak terjadi perluasan makna atau penyimpangan dalam penulisan penelitian ini. 28 BAB III. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dipaparkan tentang jenis penelitian, prosedur perolchan bahan penelitian, bahan-bahan hukum yang digunakan, pendekatan- pendekatan yang digunakan di dalam penelitian, dan hambatan penelitian beserta penanggulangannya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data sekunder, yang nantinya akan digunakan sebagai landasan teoritis sehingga berkaitan dengan masalah yang akan diteliti oleh peneliti guna mendukung data-data yang diperoleh selama penelitian dengan cara mempelajari buku-buku literature dan sumber lain yang relevan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian, BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Dalam bab ini akan menjawab rumusan masalah secara mendalam sebagai hasil penclitian dengan menganalisa dan membahas pelaksanaan grandfather clause datam penerapan di UU PM dan Perka BKPM serta menjeaskan mengenai fungsi penerapan grandfather clause terhadap penanaman modal dalam meningkatkan iklim investasi di Indonesia sera pengertian divestasi dalam penerapan di grandfather clause di Indonesia. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah penulis bahas mulai dari bab I, selain itu penulis juga akan memberikan 29 saran yang relevan dari permasalahan yang telah penulis teliti dalam penelitian ini, 30

You might also like