You are on page 1of 11

Rekayasa Sipil, Vol. 12 No. 1 .

Februari 2023 Pp 1- 11 p-ISSN 2252-7699 e-ISSN 2598-5051


DOI: http://dx.doi.org/10.22441/jrs.2023.v12.i1.01

Pendekatan Transit Oriented Development dalam Moderenisasi


Transportasi Publik di Tiga Kota Penyangga Utama Jakarta

Andri Irfan Rifai1, Susanty Handayani2, Muhammad Isradi3, Nasrun4


1FakultasTeknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Internasional Batam, Indonesia
andri.irfan@uib.ac.id
2Institut Transportasi dan Logistik Trisakti, Jakarta, Indonesia

susantyhandayani@gmail.com
3Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Jakarta, Indonesia

isradi@mercubuana.ac.id
4Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat, Indonesia

naszth1969@gmail.com

Received: 01-09-2022 Revised: 03-03-2023 Accepted: 03-03-2023

Abstract
The Transit Oriented Development (TOD) approach to buffer cities is challenging. The TOD is closely related to
the difficulty level of structuring public transportation, which has been formed traditionally for decades. Of course,
the concept offered cannot be the same as development in an area designed from the start as a modern TOD. This
paper aims to examines a concept of a TOD structuring approach in encouraging the modernization of public
transportation by optimally making use of the buffer cities built by continuing to pay attention to the aesthetics of
forming the city. Secondary sources were used in the analysis (articles, books, and planning reports). Calculations,
measurements, and metrics were included but to a lesser extent because the study is mainly focused on policy-making.
The buffer cities chosen were the traditional buffer cities, namely Bogor City, Bekasi City, and Tangerang City. The
analysis results shown that in preparing TOD in traditional buffer cities, it was necessary to determine the strategy
for developing TOD areas, technical criteria for TOD areas, and supporting tools for TOD areas. Meanwhile, the
development of modern transportation in supporting TOD was to pay attention to aspects of public transportation,
aspects of connectivity and connectivity, aspects of pedestrian facilities, aspects of special facilities for cyclists, and
aspects of modal split.
Keywords: Buffer cities, Public transport, Traditional development, Transit oriented development.

Abstrak
Pendekatan Transit Oriented Development (TOD) pada kota-kota penyangga merupakan tantangan tersendiri. Hal
tersebut berkaitan erat dengan tingkat kesulitan penataan transportasi publik yang sudah terbentuk secara tradisional
selama beberapa dekade. Tentu saja konsep yang ditawarkan tidak bisa sama dengan pengembangan di area yang sudah
didesain dari awal sebagai TOD modern. Paper ini dengan tujuan mengkaji sebuah konsep pendekatan penataan TOD
dalam mendorong modernisasi transportasi publik dengan memanfaatkan secara optimal kota penyangga yang sudah
terbangun dengan terus memperhatikan estetika pembentuk kota. Analisis dilakukan pada sumber-sumber sekunder
(artikel, buku, dan laporan perencanaan). Fokus studi lebih banyak pada penentuan kebijakan, serta ditambah secara
minor dengan perhitungan, pengukuran, dan metrik. Kota penyangga yang dipilih, adalah kota penyangga yang
terbentuk secara tradisional, yaitu Kota Bogor, Kota Bekasi, dan Kota Tangerang. Hasil analisa memperlihatkan bahwa
dalam Menyusun TOD pada kota penyangga tradisional harus memperhatikan penentuan strategi serta pengembangan
kawasan TOD, kriteria teknis kawasan TOD, penunjang serta perangkat pada kawasan TOD. Sedangkan untuk
pengembangan transportasi modern dalam mendukung TOD adalah harus memperhatikan aspek angkutan umum,
Aspek keterhubungan dan konektivitas, aspek fasilitas khususnya untuk pejalan kaki, pesepeda, dan peralihan moda.
Kata Kunci: Kota penyangga, Pengembangan tradisional, Transit oriented development, Transportasi publik
Andri Irfan Rifai, Susanty Handayani, Muhammad Isradi, Nasrun / Pendekatan Transit Oriented Development … / Pp. 1-11

PENDAHULUAN adanya integrasi antarmoda agar memudahkan


masyarakat dalam melakukan pergerakan dan
Jakarta sebagai kota metropolitan di
membuat perjalanan masyarakat menjadi lebih
Indonesia yang memiliki ciri adanya konsentrasi
efisien (Isradi et al., 2022).
tinggi dalam hal penduduk, dan banyak
Kota penyangga di wilayah kota raya
perusahaan komersial, keuangan, dan industri.
diharapkan menjadi kota pendukung dan
Hal inilah yang menyebabkan kawasan terbangun
pelengkap dalam konsep aglomerasi. Keberadaan
perkotaan meluas melampaui batas wilayah
kota-kota tersebut jangan menjadi beban untuk
administrasi kota. Akibat ketidakseimbangan
diri sendiri dan untuk kota raya secara
antara permintaan dan penawaran tanah, situasi
keseluruhan. Kota penyangga yang terbentuk
ini mendorong tingginya harga tanah di wilayah
secara tradisional seperti Kota Bogor, Kota
metropolitan. Karena pembatasan ini, kota-kota
Tangerang, dan Kota Bekasi memerlukan
terdekat terpaksa menjadi kota penyangga utama.
pendekatan khusus agar menjadi kota yang
Untuk menjaga konektivitas antar kota utama
handal. Pergerakan dan perpindahan penduduk
dengan kota penyangga diperlukan layanan
harian dari kota penyangga ke kota raya dan
infrastruktur dan sistem transportasi yang
sebaliknya perlu diatur dengan optimal
optimal. Sistem transportasi yang handal dapat
(Andriyani et al., 2021). Pengaturan transportasi
meningkatkan kemampuan dan pertumbuhan
modern dan pengembangan wilayah berbasis
ekonomi secara signifikan (Rifai et al., 2015).
TOD menjadi salah satu solusi untuk memperkuat
Kawasan aglomerasi ini merupakan
manajemen pengembangan wilayah yang
kombinasi antara Jakarta sebagai kota utama dan
optimal. Berbagai pilihan penataan, redesign,
kota di sekelilingnya sebagai penyangga yang
bahkan rebuild dapat menjadi usulan dan konsep
mempunyai jumlah penduduk total pada kisara 33
perbaikan sistem transportasi yang terintegrasi
juta penduduk. Aglomerasi Jabodetabek terdiri
dengan TOD. Penelitian ini bertujuan untuk
dari 9 kota dan kabupaten yang saling berinteraksi
membahas pendekatan pengembangan
dalam pengembangan ekonomi, pembangunan
transportasi modern sebagai pengembangan TOD
fisik dan penentuan kebijakan. Jakarta Raya
pada kota penyangga yang terbentuk secara
memiliki jaringan pelayanan transportasi dan
tradisional melalui analisis data sekunder dan
mobilitas masyarakat yang luas serta bersifat
kondisi saat ini di lapangan.
komuter secara dominan (Rifai et al., 2021).
Transit-Oriented Development (TOD) adalah
Jaringan pelayanan tersebut saat ini menjadi urat
konsep pembangunan perkotaan yang
nadi pergerakan komuter masyarakat Jabodetabek
dikemukakan oleh arsitek Amerika, Peter
sehingga memiliki aspek strategis baik secara
Calthorpe pada akhir 1980-an. Secara umum,
politik, ekonomi, maupun budaya yang signifikan
TOD didefinisikan sebagai pengembangan
dalam aktivitas sehari-hari masyarakat Jakarta
campuran yang mendorong orang untuk hidup
Raya (Dwiatmoko, 2020).
dekat dengan layanan transportasi umum atau
Wilayah penyangga tersebut memiliki
disebut transit. Pengembangan TOD pada
permasalahan yang kompleks di bidang
awalnya memiliki radius 400 hingga 800 meter
transportasi publik seiring dengan kepadatan
dari titik simpul transportasi (Pojani & Stead,
penduduk yang tinggi di wilayah tersebut. Hal
2018). Masyarakat diimbau untuk berjalan kaki
tersebut dikarenakan oleh jumlah, tingkat
atau bersepeda ke lokasi tersebut agar pejalan
ekonomi serta dinamika penduduk yang dibatasi
kaki terkena dampak dari penggunaan gagasan
oleh wilayah spasial sehingga membutuhkan
TOD tersebut. atau penggunaan moda
sarana dan prasarana yang mencukupi (Kinasih &
transportasi tidak bermotor (Knowles et al.,
Permata, 2022). Hal ini mengakibatkan
2020).
pemborosan sumber daya layanan transportasi,
Strategi TOD adalah memperpendek jarak
seperti terlihat dari distribusi layanan yang tidak
perjalanan pejalan kaki pada area menempatkan
merata, aksesibilitas yang buruk, biaya
tempat parkir di sekitar stasiun dan
transportasi yang tinggi, waktu tunggu yang
mempromosikan penggunaan kendaraan tidak
melebihi toleransi pelanggan layanan,
bermotor. Pengembangan kawasan TOD harus
pencemaran lingkungan yang tinggi, dan masalah
berupa pengembangan kawasan atau bangunan
eksternalitas lainnya (Isradi et al., 2021).
dengan penggunaan banyak fungsi (mixed-use)
Pembangunan sarana maupun prasarana
serta sistem transportasi ramah lingkungan
transportasi saat ini sangat perlu mengedepankan

2
Andri Irfan Rifai, Susanty Handayani, Muhammad Isradi, Nasrun / Pendekatan Transit Oriented Development … / Pp. 1-11

(Padeiro et al., 2019). Pusat-pusat kegiatan Pendekatan tersebut mendorong masyarakat kota
dengan aktivitas tinggi dipusatkan di kawasan memiliki kesadaran untuk beraktivitas secara
sekitar stasiun kereta, terminal bus, halte bus atau terpusat pada area TOD yang dibentuk, dapat
titik transportasi lainnya dan akan semakin dilihat pada gambar 1 berkaitan dengan type,
berkurang ketika semakin menjauhi titik karaktersitik dan konsep rancangan TOD.
transportasi tersebut (Ibraeva et al., 2020).

Tipe Karakteristik Konsep rancangan


TOD Single-node

 Lingkungan tunggal berbasis di sekitar


stasiun kereta api
 Pembangunan dengan pola melingkar di
sekitar stasiun kereta api
 Lokasi perkotaan atau pinggiran kota
 Radius optimal 0,5 km (jarak berjalan kaki ke
stasiun)

 Jaringan simpul regional di sekitar stasiun


TOD – Multi-node

kereta api
 Lokasi perkotaan atau pinggiran kota
 Node melingkar atau setengah lingkaran
 Pola 'rangkaian manik-manik' yang khas
 Saling mendukung
 Kekhususan peruntukan pada node (contoh,
simpul pendidikan tinggi, simpul layanan
kesehatan, dll.)
TOD - Corridor

 Berbasis di sekitar halte Light Rail Transit


(LRT) atau Bus Rapid Transit (BRT)
 Lokasi perkotaan
 Perkembangan linier atau seperti pola pita di
sepanjang jalur transit
 Berlaku untuk daerah perkotaan yang ada atau
perluasan perkotaan yang direncanakan.

Gambar 1. Tipe, karakteristik, dan konsep rancangan TOD


(Pojani & Stead, 2018)

Kawasan TOD tidak sekedar pengembangan publik harus memiliki kapasitas tinggi seperti
di dekat stasiun transportasi publik, tetapi harus kereta, kereta ringan, bus rapid transit (Rifai et al.,
juga berorientasi pada interkoneksi antara stasiun 2021). Konsep TOD pada dasarnya adalah
atau terminal sehingga peningkatan pengguna pengembangan suatu kawasan yang mendorong
secara optimal dengan moda yang beragam dan penggunaan angkutan umum massal dan
fungsi transportasi publik dapat tercapai terintegrasi dengan berbagai aktivitas dan guna
(ATR/BPN, 2017). Suatu Kawasan TOD lahan campuran mulai dari residensial, komersial
sekurang-kurangnya harus memiliki satu moda serta fasilitas umum-sosial yang dilengkapi
transit atau transportasi publik. Transportasi dengan ruang terbuka hijau (BPTJ, 2019).

3
Andri Irfan Rifai, Susanty Handayani, Muhammad Isradi, Nasrun / Pendekatan Transit Oriented Development … / Pp. 1-11

Kawasan pengembangan kawasan TOD dapat dan pesepeda dari luar ke dalam kawasan TOD, di
berupa suatu pembangunan baru (new dalam kawasan TOD, dan dari dalam ke luar
development) atau pembangunan kembali kawasan TOD (Alawadi et al., 2021). Aspek
(redevelopment) satu atau lebih bangunan yang angkutan publik dijelaskan sebagai sistem
dirancang dan berorientasi pada penggunaan angkutan massal dan angkutan umum lainnya
fasilitas transportasi umum. Secara ringkas yang terintegrasi dalam kawasan TOD. Lebih
pendekatan TOD dapat dilihat pada gambar 1. lanjut, angkutan publik yang bersinggungan dan
Dalam perencanaan kawasan TOD terdapat berintegrasi memiliki kriteria jadwal tetap, rute
tiga prinsip utama, yaitu diversity (keragaman tetap, jam operasional, dan memiliki beberapa
guna lahan), density (kepadatan tinggi), dan standar layanan minimum yang harus dipenuhi
destination accessibility (akses menuju lokasi (Pongprasert & Kubota, 2019).
tujuan (Nyunt & Wongchavalidkul, 2020). Untuk Untuk tujuan berjalan kaki, penyediaan
implementasi, Institute for Transportation and fasilitas untuk pejalan kaki dalam bentuk jalur
Development Policy (ITDP) telah menyusun khusus pejalan kaki dan plaza pejalan kaki yang
delapan prinsip pengembangan TOD yang terdiri dibangun di atas tanah atau bawah tanah harus
dari walk, cycle, connect, transit, mix, densify, mempertimbangkan penggunaan fungsi sosial
compact, dan shift (Litman, 2017). Pada akhirnya, dan ekologi dalam bentuk kegiatan bersepeda,
tujuan TOD diharapkan dapat membangkitkan interaksi sosial, kegiatan bisnis, kegiatan pameran
ekonomi yang besar, memberikan kentungan di ruang terbuka, dan area hijau, dalam hal aspek
finansial, dan memberi manfaat sosial dengan keselamatan, kenyamanan, penampilan,
tujuan utama adalah mengubah perilaku pribadi kenyamanan, interaksi sosial, dan koneksi.
dari orientasi kendaraan pribadi untuk memilih Bersepeda berarti penyediaan fasilitas yang
berjalan kaki dan menggunakan transportasi khusus didedikasikan untuk pengendara sepeda
publik (Ali, et al., 2021). Selain itu TOD juga dalam bentuk jalur sepeda dan parkir dan
diharapkan dapat mempermudah mobilitas dan terhubung ke transfer moda transportasi sebagai
aksesibilitas ke layanan dan kegiatan transportasi, stasiun atau terminal dan halte bus (Tamakloe et
serta mendorong struktur tata ruang kota yang al., 2021).
kompak dan hemat energi dalam pemanfaatan Perubahan kebiasaan dan pergeseran modal
penggunaan lahan (Mohamad et al., 2021). untuk penggunaan transisi kendaraan pribadi ke
Pengembangan TOD adalah konsep integrasi angkutan publik pada prinsipnya akan dilakukan
area dengan node angkutan publik. Tujuannya dengan menyediakan dan mengatur fasilitas
adalah dapat menciptakan nilai tambahan yang parkir di area TOD. Selain itu, ada beberapa
berfokus pada integrasi antara jaringan batasan untuk parkir di jalan dan area maksimum
transportasi publik dengan jaringan transportasi untuk fasilitas parkir di luar pengembangan.
yang ada. Pengembangan kawasan mixed-use Bersamaan dengan uraian dari masing-masing
dengan kepadatan dan intensitas pemanfaatan aspek, kebijakan harus dapat memandu dan
ruang sedang hingga tinggi, serta fokus pada menetapkan rekomendasi teknis yang memuat
pengurangan kendaraan bermotor, merupakan hal beberapa hal yang harus dipenuhi yang
lain yang perlu diperhatikan (Stojanovski, 2020). menekankan lima elemen yang disebutkan di atas
Kawasan TOD adalah kawasan yang ditetapkan (Al-Harami & Furlan, 2020). Dalam
dalam rencana tata ruang sebagai kawasan fokus implementasinya diperlukan kebijakan organisasi
integrasi antar dan antar moda yang berjarak 400– yang dapat mengarahkan dan mengatur
800 meter dari pusat transportasi umum dan pengembang utama kawasan TOD untuk
bertujuan untuk memanfaatkan ruang campuran bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
padat dengan intensitas sedang hingga tinggi dari integrasi.
penggunaan ruang (Nasution & Widyastuti, Pengembangan kawasan TOD di Indonesia
2021). berkaitan dengan banyak stakeholder, salah
Konektivitas yang ditentukan dalam satunya adalah Agraria Tata Ruang (ATR).
peraturan terdiri dari penyediaan fasilitas Pendekatan TOD yang ditawarkan berdasarkan
integrasi dan akses bebas hambatan dengan legalitas terdiri dari empat substansi utama, yaitu
konsep yang mulus, nyaman dan aman. prinsip TOD, pemilihan dan penentuan lokasi
Konektivitas didefinisikan sebagai fasilitas yang area TOD, pengembangan area TOD, dan
memberikan kemudahan pergerakan pejalan kaki kelembagaan kawasan TOD. Perencanaan TOD

4
Andri Irfan Rifai, Susanty Handayani, Muhammad Isradi, Nasrun / Pendekatan Transit Oriented Development … / Pp. 1-11

dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan skala mempermudah konsep perancangan, beberapa
layanan, pengembangan pusat layanan, dan tipologi disederhanakan menjadi tiga tipologi
kegiatan yang diusulkan, mencakup TOD kota, utama, seperti dapat dilihat pada gambar 2
TOD sub kota, dan TOD lingkungan. Untuk berikut.

Gambar 2. Tipologi Kawasan TOD


(ATR/BPN, 2017)

Setiap tipologi memiliki persyaratan terkait


METODE PENELITIAN
tata ruang dan fungsi ekonomi, seperti jenis
aktivitas, kriteria angkutan massal, penggunaan Pemilihan lokasi penelitian TOD ini
lahan, kepadatan bangunan, fasilitas, dan ruang dilakukan pada kawasan utama di tiga kota
terbuka (Taki & Maatouk, 2018). TOD perkotaan penyangga, yaitu Kota Bogor, Kota Tangerang,
diidentifikasi oleh skala kegiatan yang terdiri dari dan Kota Bekasi. Tiga kota tersebut memiliki
skala regional dan peran sebagai pusat ekonomi potensi dan kesiapan dari sisi infrastruktur,
primer dan budaya daerah, sedangkan TOD transportasi, kondisi fisik, serta tingkat kesulitan
pinggiran kota diarahkan untuk fungsi sekunder yang berbeda. Secara keseluruhan, terdapat lima
dari kegiatan ekonomi, dan TOD lingkungan kriteria utama yang mendasari penilaian
diusulkan untuk pengembangan ekonomi skala pemilihan lokasi, yaitu: efektivitas peningkatan
lokal. Pada akhirnya pengembangan TOD sangat angkutan publik, posisi dalam rencana dan
berkaitan erat dengan keberhasilan penataan kebijakan pemerintah, lokasi, potensi dan
ruang itu sendiri. Pengembangan kawasan lama program regional dan dampak ekonomi dan
harus tetap memperhatikan keterkaitan dengan sosial. Potensi area yang luas dengan kondisi
fungsi dan harmonisasi dengan kawasan lainnya. yang ada yang mendukung pengembangan TOD
Terkait dengan intensitas, ada perbedaan perlu ditangani sebelumnya. Ini secara khusus
antara TOD kota, subkota, dan lingkungan terkait dengan lahan yang tersediaan , kebutuhan
dengan parameter rasio luas lantai, pola akan ruang dan gerakan (mobilization) untuk
kepadatan (pertengahan, menengah-tinggi, dan mewujudkan gerakan yang lancar (seamless),
tinggi), jumlah lantai, dan cakupan lahan. Dalam peningkatan lingkungan yang berkualitas dan
hal kontrol dan manajemen, berbagai peraturan meningkatkan ekonomi yang bermanfaat melalui
terkait harus dapat menjadi alat pendukung untuk mengoptimalkan nilai lahan. Penguatan data
pengembangan kawasan termasuk pengalihan hak didapatkan dari data sekunder berupa artikel,
pembangunan, kawasan fiskal khusus, zona buku, pedoman, dan standar TOD. Sebagai
insentif atau zona bonus, konsolidasi tanah, dan pelengkap penulisan, dilakukan pengumpulan
alat pendukung lainnya. Pengetatan peraturan tata data yang berasal dari data perencanaan TOD di
ruang dapat menjamin keberhasilan tata kelola Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek
kota secara keseluruhan, dan dapat menjaga (BPTJ).
tingkat layan terhadap masyarakat (Padeiro et al., Tahapan selanjutnya adalah menghimpun
2019). dan mereview beberapa peraturan, kebijakan dan
rencana serta kajian studi yang pernah dilakukan
tentang penyusunan pengembangan kawasan
TOD di tiga kota penyangga utama tersebut.
Pengumpulan data sekunder meliputi 5 jenis data,

5
Andri Irfan Rifai, Susanty Handayani, Muhammad Isradi, Nasrun / Pendekatan Transit Oriented Development … / Pp. 1-11

yaitu: data transportasi eksisting, fisik dasar khususnya sarana dan prasarana transportasi
kawasan terkait dengan guna lahan eksisting dan untuk mendukung pengembangan berbasis TOD
peta-peta dasar (GIS), data sosial ekonomi, di kawasan yang akan dimasukkan ke dalam
meliputi data kependudukan, ekonomi kawasan, konsep dan indikasi program.
dan potensi pengembangannya, pemanfaatan
lahan dan sebaran kegiatan, prasarana dan utilitas
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
umum serta rencana pengembangan kawasan.
Metode analisis data dibagi ke dalam dua Pembahasan yang dilakukan adalah
cakupan besar yaitu analisis keruangan dan pendekatan modernisasi aspek transportasi publik
analisis transportasi. Yang pertama adalah pada pengembangan TOD dengan memadukan
analisis kualitatif aspek keruangan yang kawasan kota penyangga yang terbentuk secara
menggunakan batas dan kriteria yang telah tradisional sebagai kesatuan yang sinergis. usulan
ditentukan sebelumnya, seperti batas fisik (jalan, tata ruang yang dapat memudahkan pergerakan,
sungai, dan rel kereta api), batas administrasi mengurangi kemacetan, dan menata ruang
(desa, kecamatan, kecamatan), dan perubahan sehingga menghasilkan nilai ekonomi yang
titik tanah, menjadi menentukan delineasi tinggi. Untuk mencapai kelancaran pergerakan,
kawasan TOD. Analisis ini juga diperlukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan, dan
mengetahui kondisi, permasalahan, dan potensi meningkatkan manfaat ekonomi melalui
daerah saat ini selain tujuan pembangunan maksimalisasi nilai lahan, penting untuk
daerahnya. Berdasarkan ukurannya, ada tiga mengantisipasi potensi wilayah yang luas dengan
tahapan dalam pemeriksaan kondisi kawasan kondisi eksisting yang mendukung
TOD saat ini: level kota, area stasiun (dalam pengembangan TOD. Hal ini terutama berkaitan
radius berjalan kaki hingga 800 m), serta area dengan ketersediaan lahan, kebutuhan ruang, dan
stasiun dan wilayah stasiun. Setelah analisis pergerakan (mobilization). Kota penyangga
kawasan stasiun dan atau terminal dilakukan, utama yang terbentuk secara tradisional tersebut
konsep komponen tata ruang dirumuskan yang adalah Kota Bogor, Kota Tangerang, dan Kota
terdiri dari struktur dan zona peruntukan ruang, Bekasi.
intensitas pemanfaatan ruang serta program yang Pemilihan Kota Bogor sebagai kawasan TOD
sesuai untuk mengembangkan Kawasan TOD. yang mendasari penilaian kawasan diwakili oleh
Terakhir, adalah analisis kuantitatif untuk area pengembangan Baranangsiang karena
mengetahui dampak pengembangan kawasan memiliki fungsi yang penting sebagai pusat
TOD dilihat dari aspek transportasi, khususnya kegiatan sekaligus simpul transportasi darat yang
terkait dengan aksesibilitas, kebutuhan prasarana terbentuk secara tradisional seperti ditunjukan
jalan, serta asal dan tujuan perjalanan. Tujuan dari pada gambar 3. Harapannya dapat dikembangkan
analisis transportasi ini adalah untuk memahami sebagai hub transportasi berbasis rel (Light Rail
karakteristik pergerakan lalu lintas di kawasan, Transit - LRT). Saat ini, Terminal Baranangsiang
preferensi para pengguna simpul transportasi, merupakan hub transportasi darat berstatus
serta menghitung serta memproyeksikan terminal tipe A yang terletak di Jalan Raya
kebutuhan sarana dan prasarana di kawasan, Pajajaran, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor.

6
Andri Irfan Rifai, Susanty Handayani, Muhammad Isradi, Nasrun / Pendekatan Transit Oriented Development … / Pp. 1-11

Gambar 3. Kawasan TOD Kota Bogor

Lokasi Terminal Baranangsiang dekat pengembangan Kawasan perlu dibatasi.


dengan akses tol dan berada di jalur utama. Pengembangan transportasi dilakukan dengan
Lingkungan ini menawarkan fasilitas pejalan kaki meningkatkan kapasitas jaringan jalan dan
yang kuat, dapat diakses dari kawasan layanan transportasi umum, diantaranya dengan
pemukiman, dekat dengan sektor komersial dan menciptakan jarak terdekat untuk menuju simpul
perbelanjaan, serta terhubung dengan jalur hijau transportasi, pengembangan jalur khusus
Kebun Raya Bogor. Kemacetan lalu lintas, angkutan umum, dan penyediaan jalur pedestrian
pengaturan pedagang kaki lima yang tidak dan sepeda. Untuk orientasi lingkungan dilakukan
memadai, dan masalah transportasi umum adalah dengan penyediaan taman dan ruang terbuka dan
beberapa masalah pembangunan daerah. Area pembangunan Gedung dengan konsep green
terminal Baranangsiang membentuk sebagian building.
besar wilayah saat ini., sehingga kegiatan

Gambar 4. Kawasan TOD Kota Tangerang

Kota penyangga kedua adalah Kota Bus antarkota) serta berbasis rel (KRL, kereta
Tanggerang dengan kawasan TOD Poris Plawad bandara) yang terbuka untuk berbagai
sebagai model pengembangan di kota tersebut perkembangan di masa depan. Di Jalan Benteng
dapat dilihat pada gambar 4. Terpilihnya kawasan Betawi di Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang
ini karena memiliki fungsi yang penting sebagai terdapat Terminal Poris Plawad. Karena prospek
pusat kegiatan kota sekaligus sebagai hub dari integrasi antara layanan KRL, link bandara, dan
beberapa simpul transportasi berbasis jalan (BRT, terminal bus, kawasan ini memiliki lokasi yang

7
Andri Irfan Rifai, Susanty Handayani, Muhammad Isradi, Nasrun / Pendekatan Transit Oriented Development … / Pp. 1-11

strategis. Selain area parkir dan boarding Selanjutnya kota penyangga utama lainnya
terminal, properti di sekitarnya berpotensi untuk adalah Kota Bekasi. Pada gambar 5 pilihan lokasi
dikembangkan rumah tinggal, proyek mixed-use, yang menjadi rujukan pengembangan TOD utama
dan gedung apartemen bertingkat. Pengembangan di kota tersebut adalah Stasiun Bekasi yang
transportasi dilakukan dengan peningkatan terletak di Jl. Ir. H. Djuanda. Kawasan yang
jangkauan pelayanan dan optimalisasi fasilitas berada di Kecamatan Bekasi Utara ini dipilih
penunjang angkutan umum, pembangunan karena memiliki fungsi yang penting sebagai
perlintasan tidak sebidang, dan penyediaan pusat kegiatan perkotaan (pemerintahan,
fasilitas untuk pejalan kaki dan pesepeda dengan perdagangan dan jasa) sekaligus simpul
penyediaan vegetasi di jalur pedestrian, jalan transportasi darat berbasis rel (commuter line).
akses dengan penghijauan, green design untuk Stasiun Bekasi melayani sekitar 14 juta
kawasan komersial dan permukiman, dan penumpang per tahun dengan rute Bekasi-Jakarta
sempadan kereta api untuk konsep Kota via Manggarai dan Pasar Senen.
pengembangan lingkungan.

Gambar 5. Kawasan TOD Kota Bekasi

Bekasi kini sedang dibangun double track, dengan halte bus terintegrasi dan diorientasikan
dengan rencana peningkatan akses dan sedemikian rupa sehingga pengembangan serba
pembangunan JPO. Selain itu, penggunaan lahan guna dibangun di sekitarnya. Itu terletak di jalan
di berbagai wilayah dengan fasilitas perkotaan kolektor utama. Terdapat beberapa permasalahan
dapat meningkatkan nilai lahan dan mendorong antara lain kurangnya bangunan yang
pertumbuhan permukiman dengan kepadatan mengintegrasikan penggunaan stasiun dengan
tinggi. Beberapa permasalahan di sekitar Stasiun penggunaan lahan di sekitarnya, pembangunan
Bekasi antara lain trotoar yang tidak memadai, fasilitas pejalan kaki yang kurang memadai, area
antrean di stasiun karena angkutan umum yang parkir yang tidak efektif, dan masalah keamanan
tidak teratur, dan keselamatan pejalan kaki karena bagi pengguna karena kurangnya median jalan
kurangnya median jalan dan fasilitas dan perlintasan sebidang. antara jalur kereta api
penyeberangan.. Bekasi mengarahkan guna lahan dan pemukiman penduduk.
yang mengembangkan fungsi campuran dengan Penetapan rencana pengembangan kawasan
kegiatan perdagangan dan perkantoran. Dari luas TOD, kriteria teknis kawasan TOD, dan alat
kawasan 204 Ha, rencana guna lahan kawasan pendukung kawasan TOD merupakan tiga
TOD Bekasi utamanya diperuntukkan bagi zona metode utama pengembangan kawasan TOD
mixed use perkantoran, komersial, mixed use yang dilakukan di tiga kota utama pendukung.
perumahan dan komersial, dan mixed use Langkah pertama adalah mengimplementasikan
perumahan dan perkantoran. rencana di daerah maju. Kawasan TOD harus
Bekasi Timur memiliki stasiun dengan lahan dilaksanakan dengan perencanaan dan
parkir yang cukup luas. Stasiun ini dilengkapi pembangunan kembali lahan atau ruang yang

8
Andri Irfan Rifai, Susanty Handayani, Muhammad Isradi, Nasrun / Pendekatan Transit Oriented Development … / Pp. 1-11

sudah dibangun (redevelopment site), yang pembangunan yang diinginkan. Zona pengenaan
meliputi perancangan kawasan TOD dan fiskal khusus atau zonasi fiskal, kemudian metode
memodifikasi struktur serta kegiatan penambahan konsolidasi lahan dan berbagai dukungan
fasilitas baru agar sesuai dengan pengembangan tambahan, seperti insentif dan disinsentif,
kawasan TOD. Selain itu, pembangunan di atas digunakan untuk mencapai kinerja kawasan TOD.
tanah kosong atau terlantar di antara tanah Sesuai dengan konsep awal TOD sebagai
terbangun (infill development site), disebut juga pengembangan kota penyangga dengan
pembangunan di atas tanah kosong atau transportasi publik yang modern adalah kawasan
terbengkalai. konstruksi di tanah atau daerah yang TOD yang berorientasi pada pusat pelayanan
belum dikembangkan. kota. Pertumbuhan kawasan perkotaan ini
Pengembangan sistem transportasi massal dipengaruhi oleh pelayanan yang diberikan pada
merupakan syarat mutlak bagi pengembangan tingkat regional atau oleh penerapan kawasan
kawasan TOD, dan banyaknya pengguna perkotaan sebagai pusat kegiatan. TOD Sub Kota
transportasi massal berdampak pada keberhasilan adalah kawasan TOD yang diterapkan pada suatu
TOD. Oleh karena itu, penting untuk menetapkan kawasan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan
sejumlah kriteria teknis di kawasan TOD, dan terletak pada pusat pelayanan sub kota di
termasuk kriteria sistem transportasi dan transit. kawasan kota dengan fungsi pelayanan skala kota.
Sistem angkutan massal memuat moda TOD Lingkungan juga merupakan kawasan
transportasi yang dapat mengakomodir headway, dengan fungsi pelayanan skala lingkungan yang
jarak dekat, menengah, dan jauh serta daya angkut terletak pada pusat pelayanan lingkungan dalam
tinggi, sedang, dan rendah. Kriteria teknis wilayah kota atau wilayah kabupaten yang telah
selanjutnya yaitu lingkungan kawasan TOD (400- dikembangkan sebagai pusat kegiatan..
800 meter) dimana hal-hal yang perlu Salah satu metode penerapan manajemen
diperhatikan dalam kriteria ini antara lain untuk permintaan lalu lintas adalah pembangunan
pengembangan struktur ruang kawasan TOD kawasan TOD. Strategi manajemen permintaan
meliputi area publik, komersial dan perumahan. lalu lintas modern, dalam bentuk strategi, terjalin
Lokasi transit, jaringan transit primer, jaringan dengan pertumbuhan kawasan TOD.
transit sekunder, pengumpan, dan infrastruktur Pengendalian lalu lintas pada ruas jalan dan
pendukungnya semuanya harus diperhitungkan persimpangan tertentu, mempengaruhi
saat merancang dan menggunakan ruang kawasan penggunaan kendaraan pribadi, menggalakkan
TOD. Bahwa pembedaan berikut dapat dilakukan penggunaan angkutan umum dan kendaraan
menurut jenis TOD serta kriteria dan metrik angkutan yang ramah lingkungan, serta
kinerja kawasan TOD kota sebagai pusat mempermudah peralihan penggunaan kendaraan
pelayanan kota, TOD kecamatan sebagai pusat pribadi ke kendaraan angkutan umum adalah
pelayanan kota, dan TOD lingkungan sebagai dengan cara: 1) mengontrol lalu lintas; 2)
pusat pelayanan lingkungan. mempengaruhi penggunaan kendaraan pribadi; 3)
Yang ketiga adalah memperkuat penyangga mendorong penggunaan angkutan umum dan
kawasan TOD. Pemerintah daerah telah memilih kendaraan angkutan yang ramah lingkungan; dan
untuk menggunakan beberapa langkah, seperti 4) memengaruhi kebiasaan perjalanan masyarakat
zona insentif, yang merupakan salah satu bentuk dengan menawarkan berbagai pilihan yang layak
mekanisme kerja sama antara pemerintah daerah dalam hal moda, lokasi/ruang, waktu, dan rute
dan pengembang untuk mengembangkan daerah perjalanan.
yang terkait dengan kepentingan publik, dalam Prinsip-prinsip transportasi dalam
upaya mewujudkan pengembangan TOD. daerah pengembangan kawasan TOD adalah angkutan
seperti yang diantisipasi. Daerah pengirim adalah umum, keterhubungan atau konektivitas, berjalan
suatu mekanisme untuk mendorong peralihan hak kaki, bersepeda serta beralih moda. Selain harus
guna bangunan (luas lantai) secara sukarela dari memenuhi prinsip-prinsip transportasi
suatu lokasi dan daerah yang hendak dilestarikan pengembangan kawasan TOD harus memenuhi
atau dilindungi atau yang pertumbuhannya tidak prinsip-prinsip TOD dalam peraturan
optimal. Dengan mempertahankan struktur dan perundangan-undangan di bidang penataan ruang.
kawasan penting serta memaksimalkan intensitas Aspek transportasi modern dalam
pemanfaatan ruang, sistem TDR pemerintah penyelenggaraan pengembangan kawasan TOD
daerah akan digunakan untuk mencapai yang harus diperhatikan adalah 1) Aspek

9
Andri Irfan Rifai, Susanty Handayani, Muhammad Isradi, Nasrun / Pendekatan Transit Oriented Development … / Pp. 1-11

angkutan umum; 2) Aspek keterhubungan dan Commuter Train Services. International


konektivitas; 3) Aspek fasilitas pejalan kaki; 4) Journal of Supply Chain Management, 9(2),
Aspek fasilitas khusus pesepeda; 5) Aspek 504–509.
peralihan moda. Ibraeva, A., de Almeida Correia, G. H., Silva, C.,
& Antunes, A. P. (2020). Transit-Oriented
Development: A Review of Research
KESIMPULAN
Achievements and Challenges.
Pendekatan Transit Oriented Development Transportation Research Part A: Policy and
dalam modernisasi transportasi publik di tiga Practice, 132, 110–130.
Kota penyangga utama Jakarta dengan Isradi, M., Arifin, Z., Setiawan, M. I., Nasihien,
pengambilan sampel di Kota Bogor, Kota R. D., & Prasetijo, J. (2022). Traffic
Tangerang, dan Kota Bekasi dapat dilakukan Performance Analysis of Unsignalized
degan tetap memanfaatkan tata kota yang sudah Intersection Using the Traffic Conflict
terbentuk. Dalam pengembangannya harus Parameter Technique. Sinergi, 26(3), 397.
memperhatikan penentuan strategi https://doi.org/10.22441/sinergi.2022.3.015
pengembangan kawasan TOD, kriteria teknis Isradi, M., Molina, P., Rifai, A. I., Mufhidin, A.,
kawasan TOD, dan perangkat penunjang kawasan & Prasetijo, J. (2021). Evaluation of
TOD. Sedangkan untuk pengembangan Performance and Services of Integrated
transportasi modern dalam mendukung TOD Transportation System ( Case Study :
adalah harus memperhatikan aspek angkutan Connecting Line between MRT Dukuh Atas
umum, Aspek keterhubungan dan konektivitas, Station and KRL Sudirman Station ).
aspek fasilitas pejalan kaki, aspek fasilitas khusus Proceedings of the International
pesepeda, dan aspek peralihan moda. Conference on Industrial Engineering and
Operations Management, 496–507.
DAFTAR PUSTAKA Kinasih, R. K., & Permata, S. (2022). Aplikasi
IPA dan CSI untuk Penentuan Prioritas
Alawadi, K., Khanal, A., Doudin, A., & Perbaikan Kinerja Terminal 2 Bandara
Abdelghani, R. (2021). Revisiting Transit- Internasional Soekarno - Hatta di Masa
Oriented Development: Alleys as Critical Pandemi Covid-19. Rekayasa Sipil, 11(1),
Walking Infrastructure. Transport Policy, 17.
100, 187–202. https://doi.org/10.22441/jrs.2022.v11.i1.03
Al-Harami, A., & Furlan, R. (2020). Qatar Knowles, R. D., Ferbrache, F., & Nikitas, A.
National Museum-Transit Oriented (2020). Transport’s Historical,
Development: the Masterplan for the Urban Contemporary and Future Role in Shaping
Regeneration of a ‘Green TOD.’ Journal of Urban Development: Re-Evaluating Transit
Urban Management, 9(1), 115–136. Oriented Development. Cities, 99, 102607.
Andriyani, A., Dermawan, W. B., Isradi, M., & Litman, T. (2017). Evaluating Transportation
Rifai, A. I. (2021). Operational Performance Economic Development Impacts. Victoria
Analysis of Rapid Transit Bus ( BRT ) Transport Policy Institute Victoria, BC,
Corridor 11 in Pulogebang Bus Station. Canada.
World Journal of Civil Engineering, 2(2), Mohamad, N. F. N., Fahmy-Abdullah, M., &
71–80. Masrom, M. A. N. (2021). Transit Oriented
http://world.journal.or.id/index.php/wjce% Development (TOD) Typology. IOP
0AAttribution Conference Series: Earth and
ATR/BPN. (2017). Peraturan Menteri Agraria Environmental Science, 736(1), 12037.
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nyunt, K. T. K., & Wongchavalidkul, N. (2020).
Nasional Nomor 16 tahun 2017 tentang Evaluation of Relationships Between
Pedoman Pengembangan Kawasan Ridership Demand and Transit-Oriented
Berorientasi Transit. Development (TOD) Indicators Focused on
BPTJ. (2019). Peluang Investasi Jalan Tol 2015- Land Use Density, Diversity, and
2019. Kementrian PUPR. Accessibility: A Case Study of Existing
Dwiatmoko, H. (2020). Applying Important Metro Stations in Bangkok. Urban Rail
Peformance Analysis for Jabodetabek Transit, 6(1), 56–70.

10
Andri Irfan Rifai, Susanty Handayani, Muhammad Isradi, Nasrun / Pendekatan Transit Oriented Development … / Pp. 1-11

Padeiro, M., Louro, A., & da Costa, N. M. (2019).


Transit-Oriented Development and
Gentrification: a Systematic Review.
Transport Reviews, 39(6), 733–754.
Pojani, D., & Stead, D. (2018). Past, Present and
Future of Transit-Oriented Development in
Three European Capital City-Regions. In
Advances in Transport Policy and Planning
(Vol. 1, pp. 93–118). Elsevier.
Pongprasert, P., & Kubota, H. (2019). TOD
Residents’ Attitudes Toward Walking to
transit station: a Case Study of Transit-
Oriented Developments (TODs) in
Bangkok, Thailand. Journal of Modern
Transportation, 27, 39–51.
Rifai, A. I., Hadiwardoyo, S. P., Correia, A. G.,
Pereira, P., & Cortez, P. (2015). The Data
Mining Applied for the Prediction of
Highway Roughness Due to Overloaded
Trucks. International Journal of
Technology, 6(5), 751–761.
https://doi.org/10.14716/ijtech.v6i5.1186
Rifai, A. I., Surgiarti, Y. A., Isradi, M., Mufhidin,
A., Mercu, U., & Jakarta, B. (2021).
Analysis of Road Performance and the
impact of Development in Pasar Minggu,
Jakarta (Case Study of Jalan Lenteng Agung
- Tanjung Barat). ADRI International
Journal of Civil Engineering, 6(1), 68–74.
Stojanovski, T. (2020). Urban Design and Public
Transportation–Public Spaces, Visual
Proximity and Transit-Oriented
Development (TOD). Journal of Urban
Design, 25(1), 134–154.
Taki, H. M., & Maatouk, M. M. H. (2018).
Promoting Transit Oriented Development
Typology in the Transportation Planning.
Communications in Science and
Technology, 3(2), 64–70.
Tamakloe, R., Hong, J., & Tak, J. (2021).
Determinants of Transit-Oriented
Development Efficiency Focusing on an
Integrated Subway, Bus and Shared-Bicycle
System: Application of Simar-Wilson’s
Two-Stage Approach. Cities, 108, 102988.

11

You might also like