You are on page 1of 36

Studi Trase Pembangunan LRT Lintas

Pondok Cina-Citayam

E.1 Kedudukan LRT Lintas Pondok Cina – Citayam


dalam Konstelasi Wilayah yang Lebih Luas
Posisi LRT lintas Pondok Cina-Citayam dalam konteks yang lebih luas akan dievaluasi
melalui sejumlah peraturan yang terkait dengan LRT lintas Pondok Cina-Citayam. Beberapa
aspek yang perlu diperhatikan dalam evaluasi ini mencakup:
E.1.1 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Menurut Pepres 54/2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Jabodetabekpunjur), Rencana Tata Ruang Kawasan
Jabodetabekpunjur berisi:
a. rencana struktur ruang merupakan rencana pengembangan susunan pusat-pusat
permukiman dan sistem jaringan prasarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat yang secara hierarki memiliki hubungan
fungsional
b. rencana pola ruang merupakan rencana distribusi peruntukan ruang di Kawasan
Jabodetabekjur yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budi daya.

E-1
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

Gambar E.1. Peta Struktur Ruang Wilayah Nasional


Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, 2008

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 yang mengenai perubahan


atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, peta struktur ruang wilayah nasional dapat dilihat melalui ilustrasi yang disajikan
pada Gambar E.2 berikut:

E-2
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

Gambar E.2. Peta Struktur Ruang Wilayah Nasional


Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, 2017

Berdasarkan PP No. 13 Tahun 2017 Lampiran II Daerah Khusus Ibukota Jakarta-Jawa


Barat-Banten terdapat Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan
Jabodetabek yang termasuk dalam kategori (II/C/3) yaitu tahapan pengembangan berfokus
pada revitalisasi dan percepatan pengembangan kota-kota pusat Pertumbuhan
Nasional.

Rencana struktur ruang terdiri atas sistem pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana. Sistem pusat permukiman merupakan hierarki pusat permukiman sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Sistem jaringan prasarana meliputi system
transportasi, sistem penyediaan air baku, system pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun, sistem drainase dan pengendalian banjir, system pengelolaan persampahan, sistem
jaringan tenaga listrik, dan sistem jaringan telekomunikasi. Keterkaitan fungsi kota,
keterkaitan kota PKN, keterkaitan fungsi jalan sebagai konektivitas fungsi kota dan keterkaitan
pola dan distribusi perjalanan menggambarkan struktur kota Jabidetabek. Peran kota Jakarta
masih merupakan kota sentral namun diimbangi secara dinamis dengan struktur kota lain
sebagai penyeimbang, penggerak dinamisasi interaksi spasial. Direktorat Jenderal Tata Ruang
(2004) menggambarkan keterkaitan tersebut dalam 4 pola struktur kota.
a) Keterkaitan Fungsi Kota
Keterkaitan fungsi kota merujuk pada hubungan dan interaksi antara berbagai fungsi
yang ada di dalam suatu kota. Fungsi-fungsi ini dapat mencakup aspek-aspek seperti
ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan lingkungan. Keterkaitan ini menciptakan
suatu sistem kompleks di mana setiap fungsi saling memengaruhi satu sama lain.

E-3
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

Beberapa contoh keterkaitan fungsi kota meliputi:


• Fungsi Ekonomi: Kesehatan ekonomi kota dapat mempengaruhi tingkat
pekerjaan, pendapatan penduduk, dan distribusi kekayaan. Sebaliknya,
perkembangan ekonomi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
infrastruktur, pendidikan, dan ketersediaan tenaga kerja.
• Fungsi Sosial dan Budaya: Kegiatan sosial dan budaya, seperti acara-acara
kota, festival, dan pusat seni, dapat memperkaya kehidupan masyarakat dan
mendukung pariwisata. Sebaliknya, perkembangan sosial dan budaya dapat
menciptakan iklim yang kondusif untuk perkembangan ekonomi dan
pendidikan.
• Fungsi Pendidikan: Keterkaitan antara lembaga-lembaga pendidikan dengan
sektor-sektor lainnya, seperti industri dan pemerintah, dapat membentuk arah
pengembangan ekonomi dan mempersiapkan tenaga kerja yang berkualifikasi.
• Fungsi Lingkungan: Infrastruktur kota, tata ruang, dan kebijakan lingkungan
dapat memengaruhi kualitas hidup penduduk dan berkontribusi pada
pembangunan berkelanjutan.
• Fungsi Pelayanan Umum: Keterkaitan antara pelayanan publik, seperti
kesehatan dan keamanan, dengan kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat
memainkan peran penting dalam membentuk karakter dan identitas kota.
Pentingnya memahami keterkaitan fungsi kota adalah agar pengembangan dan
perencanaan kota dapat dilakukan secara holistik, mempertimbangkan dampak dari
setiap kebijakan atau perubahan pada berbagai aspek kehidupan kota.

b) Keterkaitan antar Kota PKN


Keterkaitan antar kota Pusat Kegiatan Nasional biasanya berkaitan dengan hubungan
dan saling ketergantungan antar kota-kota yang termasuk dalam sistem ini. Beberapa
ciri umum keterkaitan antar kota Pusat Kegiatan Nasional melibatkan:
• Pusat Ekonomi: Pusat Kegiatan Nasional cenderung menjadi pusat ekonomi
utama, dengan banyak investasi, industri, dan lapangan pekerjaan kunci
terkonsentrasi di sana. Keterkaitan ekonomi antar kota biasanya melibatkan
aliran modal, barang, dan jasa.

E-4
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

• Infrastruktur Transportasi: Koneksi transportasi yang baik antar kota adalah


kunci untuk mendukung keterkaitan. Ini mencakup jaringan jalan raya, rel
kereta api, bandara, dan pelabuhan yang memfasilitasi pergerakan orang dan
barang antar kota.
• Pendidikan dan Penelitian: Pusat Kegiatan Nasional mungkin menjadi pusat
pendidikan tinggi, riset, dan inovasi, menarik siswa, peneliti, dan perusahaan
dari kota-kota di sekitarnya.
• Pusat Pemerintahan: Pusat Kegiatan Nasional seringkali menjadi pusat
administrasi pemerintahan nasional, dan hubungan antar kota melibatkan
koordinasi dalam kebijakan, regulasi, dan tindakan pemerintah.
• Keterkaitan Sosial dan Budaya: Hubungan antar kota melibatkan pertukaran
budaya, kegiatan seni, acara budaya, dan interaksi sosial yang dapat
memperkuat identitas nasional.

Keterkaitan antar kota dalam konteks Pusat Kegiatan Nasional dirancang untuk
menciptakan sistem yang berfungsi secara efisien, mendukung pertumbuhan ekonomi,
dan memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan nasional.

c) Keterkaitan Fungsi Jalan sebagai Konektivitas Fungsi Kota


Keterkaitan fungsi jalan sebagai konektivitas fungsi kota mengacu pada peran jaringan
jalan dalam menghubungkan dan memfasilitasi berbagai fungsi yang ada di dalam
kota. Fungsi ini sangat penting dalam perencanaan perkotaan karena jalan berperan
sebagai arteri utama yang memungkinkan mobilitas penduduk, barang, dan informasi.
Berikut beberapa aspek keterkaitan fungsi jalan sebagai konektivitas fungsi kota:
• Aksesibilitas: Jaringan jalan yang baik dapat meningkatkan aksesibilitas ke
berbagai fungsi kota seperti pusat bisnis, pusat perbelanjaan, pusat
pendidikan, dan pusat kesehatan. Aksesibilitas yang baik menciptakan
lingkungan yang lebih ramah dan dapat diakses oleh masyarakat.
• Ekonomi dan Perdagangan: Jalan berperan sebagai saluran transportasi utama
untuk menggerakkan barang dan jasa. Jika jaringan jalan efisien, perdagangan

E-5
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

dan ekonomi kota dapat berkembang dengan baik. Lokasi bisnis dan pusat
perbelanjaan yang mudah diakses melalui jalan dapat meningkatkan daya tarik
dan keberlanjutan ekonomi kota.
• Pertumbuhan Perkotaan: Fungsi jalan mempengaruhi pola pertumbuhan
perkotaan. Jika jalan-jalan dirancang dengan baik, dapat menciptakan zona-
zona perkotaan yang berkembang dan berfungsi efisien. Sebaliknya,
kemacetan atau kurangnya konektivitas dapat menghambat pertumbuhan dan
pengembangan kota.
• Transportasi Umum: Jalan juga mendukung sistem transportasi umum seperti
bus, kereta, atau sistem metro. Integrasi yang baik antara jaringan jalan dan
sistem transportasi umum dapat meningkatkan efisiensi transportasi dan
mengurangi kebutuhan akan kendaraan pribadi.
• Pengembangan Wilayah: Jalan juga dapat mempengaruhi pola pengembangan
wilayah di sekitarnya. Ketersediaan jalan yang baik dapat mendorong
pengembangan perumahan, pusat industri, dan fasilitas-fasilitas lainnya di
sepanjang jalur tersebut.

Dengan memahami keterkaitan fungsi jalan sebagai konektivitas fungsi kota,


perencana kota dapat merancang sistem transportasi yang mendukung pertumbuhan
berkelanjutan, mobilitas yang efisien, dan aksesibilitas yang baik bagi penduduk kota.

d) Keterkaitan Pola dan Distribusi Perjalanan


Keterkaitan antara pola dan distribusi perjalanan merujuk pada hubungan antara cara
orang bergerak (pola perjalanan) dan sebaran atau penyebaran spatial dari perjalanan
tersebut (distribusi perjalanan). Ini adalah konsep penting dalam studi transportasi
dan perencanaan perkotaan. Berikut penjelasan lebih lanjut:
• Pola Perjalanan: Pola perjalanan merujuk pada kecenderungan dan
karakteristik pergerakan penduduk dalam suatu wilayah atau kota. Faktor-

E-6
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

faktor Pola perjalanan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk pekerjaan,


pendidikan, rekreasi, belanja, dan aktivitas lainnya.
• Distribusi Perjalanan: Distribusi perjalanan berkaitan dengan sebaran spasial
atau penyebaran pergerakan penduduk dalam suatu wilayah atau kota. Faktor-
faktor yang mempengaruhi distribusi perjalanan mencakup lokasi pusat-pusat
kegiatan ekonomi, pusat-pusat perbelanjaan, pusat pendidikan, dan lainnya.
• Keterkaitan:Pola perjalanan yang ada dapat memberikan kontribusi pada pola
distribusi perjalanan. Misalnya, jika banyak orang bekerja di pusat bisnis kota,
distribusi perjalanan harian akan menunjukkan konsentrasi pergerakan menuju
dan dari kawasan tersebut. Perubahan dalam pola perjalanan, seperti
pengembangan pusat-pusat kegiatan baru atau perubahan dalam struktur
ekonomi kota, dapat mempengaruhi distribusi perjalanan dengan mengubah
pola sebaran pergerakan penduduk.
• Perencanaan Transportasi: Memahami keterkaitan ini dapat membantu
perencana kota dan transportasi untuk merancang dan mengoptimalkan
jaringan transportasi sehingga dapat menanggapi kebutuhan pola perjalanan
dan distribusi perjalanan yang ada. Informasi tentang pola dan distribusi
perjalanan dapat membantu dalam pengembangan infrastruktur transportasi
yang efisien dan berkelanjutan.

Keterkaitan antara pola perjalanan dan distribusi perjalanan menjadi dasar penting
dalam merancang sistem transportasi yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat
dan dapat meningkatkan efisiensi pergerakan penduduk dalam suatu wilayah atau
kota.

E-7
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

E.1.2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55


Tahun 2018 Tentang Rencana Induk Transportasi
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi
Tahun 2018-2029
Rencana Induk Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi Tahun
2018-2029 yang selanjutnya disebut RIT Jabodetabek ditetapkan untukjangka walrtu dari
tahun 2018 sampai dengan tahun 2029. RIT Jabodetabek merupakan pedoman bagi
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam perencanaan pembangunan,
pengembangan, dan pengelolaan, serta pengawasan dan evaluasi transportasi di wilayah
perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Pelaksanaan RIT Jabodetabek dilaksanakan secara bertahap sebagai berikut:
- Tahap I tahun 2018-2019
- Tahap II tahun 2020 - 2024; dst
- Tahap III tahun 2025 - 2029.
Cakupan rencana induk ini meliputi 9 (sembilan) pilar kebljakan pembangunan
transportasi di Jabodetabek yang meliputi:
• Peninglatan keselamatan dan keamanan transportasi perkotaan;
• Pengembangan jaringan prasarana transportasi perkotaan;
• Pengembangan sistem transportasi perkotaan berbasisjalan;
• Pengembangan sistem transportasi perkotaan berbasis rel;
• Pengembangan transportasi terintegrasi;
• Peningkatan kinerja lalu lintas;
• Pengembangan sistem pendanaan transportasi perkotaan;
• Pengembangan keterpaduan transportasi perkotaan dan tata ruang; dan
• Pengembangan transportasi perkotaan yang ramah lingkungan.
Kebijakan Pengembangan Sistem Tfansportasi Perkotaan Berbasis Rel, dilaksanakan
dengan strategip embangunan dan pengembangan sistem angkutan umum massal perkotaan
berbasis rel yang menghubungkan wilayah Jabodetabek, dengan program meliputi:
• Pembangunan jalur kereta api ringan (Light Rail Transit/LRT) baik di
wilayah Jakarta uraupun di luar wilayah Jakarta (Bodetabek);
• Pembangunan jalan Automated People Mover (APM) Automated Guideway Transit
(AGT)/Tram;
• Pembangunan jalur kereta api massal cepat (Mass Rapid Transit/MRT), yang
terdiri dari Koridor Utara-Selatan dan Koridor Barat-Timur;
• Pembangunan kereta api bandara;
• Pembangunan loop line Railway (Jakarta elevated loop line railway)
• Pembangunan Jalur Ganda (Double Track)

E-8
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

Gambar E.3. Jalur Kereta Api Ringan (Light Rail Transit)


Sumber: Perpres No 55 Tahun 2018

E-9
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

E.1.3 Peraturan Menteri Perhubungan Republik


Indonesia Nomor PM 25 Tahun 2023 Tentang
Penyelenggaraan Kereta Api Ringan Terintegrasi
di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi
Berdasarkan Permen No 25 Tahun 2023 Pemerintah menugaskan penyelenggara LRT
Jabodetabek untuk penyelenggaran prasarana dan sarana LRT Jabodebek. Penyelenggaraan
prasarana LRT Jabodebek terdiri atas:
a. pembangunan prasarana;
b. pengoperasian prasarana;
c. perawatan prasarana; dan
d. pengusahaan prasarana

Penyelenggaraan sarana LRT Jabodebek terdiri atas:


a. pengadaan sarana;
b. pengoperasian sarana;
c. perawatan sarana; dan
d. pengusahaan sarana.

Permen No 25 Tahun 2023 menugaskan penyelenggara LRT Jabodetabek untuk


menyelenggarakan prasarana dan sarana, hal ini mungkin mencakup:
• Pengelolaan Infrastruktur: Penyelenggara LRT diwajibkan untuk mengelola dan
memelihara prasarana LRT seperti jalur rel, stasiun, dan fasilitas lainnya agar tetap
beroperasi dengan baik dan aman.
• Pengelolaan Sarana: Ini dapat mencakup tugas penyelenggara LRT untuk mengelola
sarana transportasi, seperti armada kereta, agar selalu dalam kondisi baik dan
memenuhi standar keselamatan.
• Kewajiban Operasional: Mungkin terdapat ketentuan mengenai frekuensi layanan,
keamanan, kebersihan, dan aspek-aspek lain dari operasional LRT yang harus dipenuhi
oleh penyelenggara.
• Kewajiban Keuangan: Penyelenggara LRT mungkin diharuskan untuk memenuhi
kewajiban keuangan tertentu, seperti pembayaran pajak, royalti, atau kontribusi
kepada pemerintah.
• Keterlibatan Pihak Ketiga: Peraturan ini juga mungkin mengatur keterlibatan pihak
ketiga, seperti kerjasama dengan badan usaha atau lembaga terkait.

E.2 Gambaran Umum Jabodetabek


Jabodetabek terletak di Pulau Jawa dan memiliki ciri khas sebagai pusat politik,
demografi, dan ekonomi di Indonesia. Wilayah ini mencakup DKI Jakarta, sebagian Provinsi
Jawa Barat yang meliputi Kota Depok, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi, dan
Kabupaten Bekasi, serta sebagian Provinsi Banten yang mencakup Kota Tangerang, Kota
Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang. Selain itu, DKI Jakarta terbagi menjadi 5 Kota,
yaitu Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan.

E - 10
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

Gambar E.4 Peta JABODETABEK


Sumber: Rencana Induk Transportasi Jabodetabek, 2015

Ide integrasi Jabodetabek sebagai suatu kesatuan fungsional dimulai pada tahun 1965
ketika Presiden Sukarno memerintahkan penyusunan Rencana Induk Jakarta dan sekitarnya
kepada Direktorat Perencanaan Kota dan Daerah. Direktorat ini kemudian mengusulkan
konsep Rancana Induk Wilayah Metropolitan Jakarta, yang mencakup Jakarta dan daerah
sekitarnya, seperti Depok, Serpong, Cibinong, Citeureup, dan Bogor. Ungkapan "Jabodetabek"
pertama kali diperkenalkan oleh perencana Belanda, Christ Rozentraten dan Steenveld, yang
terlibat dalam penyusunan Rencana Induk tersebut. Pada saat itu, konsep Jabodetabek hanya
mencakup daerah yang sudah terbangun (built-up area).
Dari segi sejarah, keberadaan wilayah Jabodetabek bukanlah hal baru. Semua daerah
di dalam wilayah tersebut awalnya merupakan bagian dari satu provinsi, yakni provinsi Jawa
Barat. Baik provinsi DKI Jakarta maupun kabupaten Tangerang, kota Tangerang, dan kota
Tangerang Selatan yang kini termasuk dalam wilayah provinsi Banten, dulunya merupakan
bagian tak terpisahkan dari provinsi Jawa Barat. Sementara itu, Bogor, Depok, dan Bekasi
hingga saat ini masih menjadi bagian dari wilayah provinsi Jawa Barat. Oleh karena itu,
Jabodetabek secara fungsional dapat dianggap sebagai satu kesatuan ekosistem, dan secara
administratif berasal dari satu kesatuan administrasi. Dalam pengelolaannya, Jabodetabek
memerlukan kebijakan yang harmonis dan sinkron untuk mengatasi permasalahan di wilayah

E - 11
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

tersebut, termasuk kebijakan tata ruang yang seharusnya mengakomodasi Jabodetabek


sebagai kesatuan fungsional yang harmonis.

E.2.1 Kondisi Demografi


Aglomerasi Jabodetabek yang meliputi Jakarta sebagai kota inti dan wilayah lainnya
sebagai pendukung yaitu Kabupaten dan Kota Bekasi, Kabupaten dan Kota Bogor, Kabupaten
dan kota Tanggerang, Kabupaten dan Kota Depok. Dengan jumlah penduduk sebanyak
32.192.539 Jiwa dan kepadatan penduduk mencapai 6.056 Jiwa/km2, Jabodetabek
merupakan daerah yang termasuk dalam KSN (Kawasan Strategis Nasional) yang tertuang
dalam Perpres 54 Tahun 2008 tentang RTRWN (Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional).

Tabel E.1. Kependudukan Jabodetabek 2023


Luas Wilayah Kepadatan
Wilayah Penduduk (jiwa)
(km2) (jiwa/km2)
DKI Jakarta 10.679.951 662,33 16.125
Bogor 1.063.513 118,5 8.975
Depok 2.123.349 200,29 10.601
Tanggerang 1.853.462 164,55 11.264
Bekasi 2.590.257 210,49 12.306
Tangerang Selatan 1.747.906 164,86 10.602
Kab. Bekasi 3.214.791 1.273 2.525
Kab. Tanggerang 3.352.472 959,61 3.494
Kab. Bogor 5.566.838 2.302 2.418
JABODETABEK 32.192.539 6.056 8.701
Sumber: BPS, 2023

Berdasarkan table di atas daerah dengan kepadatan penduduk tertinggi tersebar di


sekitar DKI Jakarta sebesar 16.125 jiwa/km2, sementara yang terendah yaitu Kabupaten
Bogor sebesar 2.418 jiwa/km2. Kepadatan penduduk juga bertambah pesat pada sejumlah
kabupaten di wilayah timur dan selatan di luar DKI Jakarta terutama di sepanjang jalan arteri
utama (Gambar E.5)

Gambar E.5. Perubahan Kepadatan Tata Guna Lahan


Sumber: Rencana Induk Transportasi Jabodetabek, 2015

E - 12
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

Pertumbuhan penduduk di wilayah perkotaan tidak berbanding lurus dengan


ketersediaan lahan, hal ini menyebabkan kecenderungan masyarakat membeli lahan
untuk pemukiman mereka di luar Jakarta, dengan harga relatif lebih murah dan masih
luas. Timbulnya kota-kota baru di luar Jakarta yang bersifat menyebar (sprawling),
memperparah lalu lintas di Jakarta oleh karena banyaknya masyarakat yang bekerja
di Jakarta namun tinggal di luar Jakarta seperti di Depok, Bogor, Bekasi, dan
Tanggerang namun menggunakan kendaraan pribadi untuk untuk menuju kantor.

E.2.2 Kondisi Ekonomi


Jabodetabek merupakan singkatan dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan
Bekasi, yang merupakan wilayah metropolitan yang padat penduduk dan memiliki peran
penting dalam perekonomian Indonesia. Sebagai pusat keuangan, perdagangan, industri,
dan layanan, Jabodetabek memiliki dampak besar pada ekonomi nasional.
Beberapa karakteristik ekonomi Jabodetabek meliputi:
• Pertumbuhan Ekonomi: Wilayah ini dikenal sebagai salah satu mesin pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi sebagian besar disumbangkan
oleh sektor-sektor seperti perdagangan, jasa keuangan, industri, dan teknologi
informasi.
• Industri: Jabodetabek memiliki beragam sektor industri, termasuk manufaktur,
otomotif, tekstil, elektronik, dan makanan dan minuman. Kehadiran berbagai kawasan
industri membantu mendukung lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi.
• Pusat Keuangan: Jakarta, sebagai bagian dari Jabodetabek, adalah pusat keuangan
dan bisnis di Indonesia. Kehadiran kantor pusat perusahaan nasional dan
internasional, serta sektor jasa keuangan yang berkembang, menciptakan kontribusi
signifikan terhadap ekonomi regional dan nasional.
• Transportasi dan Infrastruktur: Jabodetabek memiliki tantangan dalam hal kemacetan
lalu lintas dan aksesibilitas, namun pemerintah terus berinvestasi dalam proyek
infrastruktur untuk memperbaiki kondisi ini. Proyek-proyek seperti kereta cepat dan
perluasan jaringan transportasi umum diharapkan dapat meningkatkan konektivitas
dan mobilitas.
• Pertumbuhan Penduduk: Kepadatan penduduk yang tinggi juga menciptakan pasar
konsumen yang besar. Pertumbuhan penduduk yang cepat dan urbanisas memberikan
peluang dan tantangan bagi pembangunan ekonomi di wilayah ini.
Jabodetabek adalah pusat pertumbuhan ekonomi terbesar Di Negara ini dimana 40%
dari keseluruhan investasi asing terkonsentrasi di wilayah ini. Jabodetabek memiliki peran
yang sangat besar bagi kegiatan ekonomi nasional, aktifitas ekonomi tersebut menghasilkan
PDRB lebih dari Rp 2.897.165 miliar (Tabel E.2).
Tabel E.2. PDRB Harga Konstan Jabodetabek 2023
Kontribusi Wilyah (%)
Wilayah PDRB (Rp. Miliar)

DKI Jakarta 1.829.090 63%


Bogor 35.258,87 1%
Depok 52.564,98 2%
Tanggerang 112.780,03 4%

E - 13
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

Kontribusi Wilyah (%)


Wilayah PDRB (Rp. Miliar)

Bekasi 265.130,82 9%
Tangerang Selatan 66.021,91 2%
Kab. Bekasi 265.130,82 9%
Kab. Tanggerang 103.221,02 4%
Kab. Bogor 167.966,18 6%
JABODETABEK 2.897.165 100%
Sumber: BPS, 2023

Berdasarkan tabel diatas struktur perekonomian Jabodetabek 2023, yang dihitung dari
PDRB atas dasar harga berlaku, menunjukkan perekonomian Jabodetabek masih
terkonsentrasi di Kota Jakarta dengan persentase kontribusi wilayah 63%, diikuti oleh
Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi dengan kontribusi wilayah masing-masing sebesar 9%,
dan kabupaten Bogor sebesar 6%.

E.2.3 Kondisi Transportasi di Jabodetabek


Pertumbuhan kendaraan pribadi diperkotaan mengalami peningkatan, sedangkan
modal shares angkutan umum dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan, di tahun
2002 penggunaan angkutan umum mencapai 55% dan mengalami penurunan yang signifikan
sampai di tahun 2010 menjadi 28%. Hal ini diperparah karena semakin banyaknya orang dari
pedesaan berpindah ke wilayah perkotaan, yang ketika berpindah ke kota cenderung
menggunakan kendaraan pribadi. Lalu lintas harian di Jabodetabek pada tahun 2003
mencapai 37,3 Juta/hari pada tahun 2010 menjadi 59 Juta/hari pada tahun 2010. Sistem
angkutan umum perkotaan yang buruk menjadi pemicu masyarakat cenderung menggunakan
kendaraan pribadi, tidak adanya fasilitas yang memberikan kenyamanan dan keamanan
penumpang, serta tidak adanya kepastian waktu tunggu yang menjadikan masyarakat
cenderung menggunakan kendaraan pribadi Gamber E.6.

Gambar E.6. Penurunan Modal Share Angkutan Umum


Sumber : RITJ, 2015

E - 14
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

Tekanan perjalanan menuju pusat kota Jakarta terjadi setiap hari dengan beban
tertinggi terjadi pada jam puncak pagi dan sore. Sekitar 7,70 juta perjalanan per hari masuk
dan keluar Jakarta dari wilayah Tangerang, Bogor, Depok dan Bekasi pada tahun 2004.
Diperkirakan dengan tingkat pertumbuhan perjalanan 3-4% per tahun, pada tahun 2014
jumlah perjalanan mencapai 10,86 juta perjalanan. Kemacetan yang tejadi pada batas wilayah
sudah menembus ke wilayah lingkar dalam Jakarta (Inner Ringroad), ditandai dengan waktu
tunggu lepas dari simpang utama mencapai lebih dari 10 menit/ simpang. Total perjalanan di
Jabodetabek pada tahun 2003 berkisar 37,3 Juta/hari* menjadi 59 Juta/Hari pada tahun 2010
(JICA 2003; URDI 2011 JAPTraTis, 2011).

Gambar E.7. Sebaran Perjalanan di Jabodetabek


Sumber : RITJ, 2015

E.3 Gambaran Umum Kota Depok


Kota Depok adalah sebuah kota di propinsi Jawa Barat, Letak Kota Depok sangat
strategis, karna diapit oleh Kota Jakarta dan Kota Bogor. Hal ini menyebabkan Kota Depok
semakin tumbuh dengan pesat seiring dengan meningkatnya perkembangan jaringan
transportasi yang tersinkronisasi secara regional dengan kota-kota lainnya. Kota Depok
sebagai salah satu wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 20.029
ha. Peta administrasi kota Depok dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

E - 15
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

Gambar E.8. Peta Adiministrasi Kota Depok, 2023


Sumber: Raperda RTRW Kota Depok 2020-2040

Secara administratif Kota Depok terbagi atas 11 wilayah kecamatan, yaitu: Kecamatan
Beji, Bojongsari, Cilodong, Cimanggis, Cinere, Cipayung, Limo, Pancoran Mas, Sawangan,
Sukmajaya, Tapos. Kota Depok memiliki luas wilayah sekitar 200,3 km2 dengan Kecamatan
Tapos sebagai wilayah yang terluas 33,26 km2 sedangkan Kecamatan Cinere sebagai wilayah
terkecil 10,55 km2. Adapun luas wilayah kota masing masing kecamatan di Kota Depok sebagai
berikut:
Tabel E.3. Tabel Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan di Kota Depok
Wilayah Kecamatan Luas Wilayah (Km2)

Sawangan 26,19
Bojongsari 19,30
Pancoran Mas 18,03
Cipayung 11,45
Sukmajaya 17,35
Cilodong 16,19
Cimanggis 21,58
Tapos 33,26
Beji 14,56
Limo 11,84

E - 16
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

Wilayah Kecamatan Luas Wilayah (Km2)

Cinere 10,55

Kota Depok 200,29


Sumber : Kota Depok Dalam Angka, 2023

E.3.1 Kondisi Geografis


Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat : 6° 19’ 00’’ - 6° 28’ 00’’ Lintang
Selatan dan 106° 43’ 00’’-106° 55’ 30’’ Bujur Timur. Kota Depok memiliki luas wilayah 200,29
km2 atau 0,58 % dari luas Provinsi Jawa Barat, berbatasan langsung dengan tiga
kabupaten/kota dan dua provinsi yaitu :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi
Banten dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi dan Kecamatan
Gunung Putri Kabupaten Bogor;
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojonggede
Kabupaten Bogor;
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Gunung Sindur Kabupaten
Bogor.

Gambar E.9. Letak Geografis Kota Depok


Sumber: Google Maps, 2024

E - 17
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

Keterkaitan ini membuat Depok menjadi bagian integral dari wilayah metropolitan
Jabodetabek dan memudahkan akses penduduknya ke fasilitas dan pekerjaan di Jakarta. Kota
Depok merupakan daerah dengan daratan rendah dengan kisaran ketinggian 60-
150meter diatas permukaan air laut (mdpl), yang merupakan dataran rendah-
perbukitan bergelombang lemah.

Tabel.E.4. Tinggi Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Depok, 2022

Wilayah Kecamatan Tinggi Wilayah (mdpl)

Sawangan 106
Bojongsari 60
Pancoran Mas 104
Cipayung 150
Sukmajaya 98
Cilodong 111
Cimanggis 106
Tapos 90
Beji 91
Limo 96
Cinere 77

Kota Depok 104


Sumber: BPS, 2023

E.3.2 Kondisi Fisik


3.2.1 Geologi
Berdasarkan peta geologi regional oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Bandung tahun 1992, Lembar Jakarta dan Kepualuan Seribu 1:100.00, stratigrafi wilayah
Depok sekitarnya dari tua ke muda disusun oleh batuan perselingan, batupasir dan batu
lempung sebagai berikut :
• Formasi Bojongmanik (Tmb): Perselingan konglomerat, batupasir, batulanau, batu
lempung
• Formasi Serpong (Tpss): Breksi, lahar, tuf breksi, tuf batu apung
• Satuan Batuan Gungung api Muda (Qv): tuf halus berlapis, tuf pasiran berselingan
dengan konglomeratan
• Satuan Batuan Kipas Alluvium: Endapan lempung pasir, krikil, kerakal dan
• Satuan Endapan Alluvia (Qa)

Struktur geologi di daerah ini merupakan lapisan horizontal atau sayap lipatan dengan
kemiringan lapisan yag hampir datar, sesar mendatar yang diperkirakan berarah utara –
selatan. Menurut Laporan Penelitian Sumberdaya Air Permukaan di Kota Depok, kondisi
geologi Kota Depok termasuk dalam system geologi cekungan Botabek yang dibentuk oleh
endapan kuarter yang berupa rombakan gunung api muda dan endapan sungai. Singkapan

E - 18
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

batuan tersier yang membatasi cekungan Bogor – Tangerang – Bekasi terdapat pada bagian
barat – barat daya dimana di jumpai pada Formasi Serpong, Genteng dan Bojongmanik.
Secara umum keadaan jenis tanah di Kota Depok adalah sebagai berikut:
• Tanah Alluvial, tanah endapan yang masuh muda, terbentuk dari endapan lempung,
debu dan pasir, umumnya tersikap di jalur-jalur sungai, tingkat kesuburan sedang –
tinggi.
• Tanah Latosol coklat kemerahan, tanah yang belum begitu lanjut perkembangannya,
terbentuk dari tufa vulkan andesitis – basalitis, tingkat kesuburannya rendah – cukup,
mudah meresapkan air, tanah terhadap erosi, tekstur halus.

Gambar E.10. Peta Jenis Tanah Kota Depok


Sumber: Zain. 2002

Asosiasi Latosol merah dan laterit air tanah, tanah latosol yang perkembangannya
dipengaruhi air tanah, tingkat kesuburan sedang, kandungan air tanah cukup banyak, sifat
fisik tanah sedang – kurang baik

3.2.2 Topografi
Kondisi wilayah bagian utara umumnya berupa dataran rendah, sedangkan di wilayah
bagian Selatan umumnya merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian 40-140 meter di
atas permukaan laut dengan kemiringan lereng antara 2-15 %.
Penyebaran wilayah berdasarkan kemiringan lereng:
• Wilayah dengan kemiringan lereng antara 8-15 % tersebar dari Barat ke Timur.
• Wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 15 % terdapat di sepanjang sungai Cikeas,
Ciliwung dan bagian Selatan sungai Angke.

E - 19
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

Gambar E.11. Peta Sebaran Spasial Kelas Lereng Lahan Kota Depok
Sumber: Zain. 2002

Kemiringan lereng antara 8-15 % potensial untuk pengembangan perkotaan dan


pertanian, sedangkan kemiringan lereng yang lebih besar dari 15 % potensial untuk dijadikan
sebagai benteng alam yang berguna untuk memperkuat pondasi. Di samping itu, perbedaan
kemiringan lereng juga bermanfaat untuk sistem drainase. Permasalahan yang muncul akibat
topografi Kota Depok adalah karena adanya perbedaan kemiringan lereng menyebabkan
terjadinya genangan atau banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu.

3.2.3 Hidrologi
Kota Depok memiliki sumber daya air yang terdiri dari dua sumber yaitu sungai dan situ.
Air Permukaan adalah semua air yang terdapat dan berasal dari sumber – sumber air yang
berada di permukaan tanah. Air permukaan yang dimaksud dalam paparan berikut ini adalah
air sungai dan air danau.
a. Sungai
Sungai – sungai tersebut berhulu di bagian selatan, merupakan dataran tinggi atau
pegunungan yang terletak di Kabupaten Bogor seperti Gunung Salak, Gunung Halimun,
Gunung Gede dan Gunung Pangrango. Selain itu, kota Depok juga mempunyai beberapa
saluran irigasi yaitu saluran irigasi Cisadane Empang dan saluran irigasi Kali Baru.
Beberapa sungai yang mengalir melalui kota Depok adalah sebagai berikut:
- Sungai Angke

E - 20
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

Sungai ini merupakan batas wilayah antara kota Depok dan Kabupaten Tangerang,
mengalir kearah utara, Sungi Angke ini mempunyai perbedaan debit yang bear
antara musim hujan dan musim kemarau.
- Sungai Ciliwung
Sungai Ciliwung digunakan sebagai sumber mata air baku bagi kota Depok dan
Jakarta. Pada perbatasan dengan DKI Jakarta dan Jawa Barat pada musim kemarau
mempunyai debit sebesar 9,06-13,40 m3/detik.
- Sungai Pesanggrahan
Sungai ini merupakan sumberdaya air terpenting untuk Sawangan, dan kondisi air
berwarna coklat bercampur Lumpur dan Kotoran. Sungai ini mempunyai fluktuasi
yang tinggi antara musim hujan dan musim kemarau. Bahkan pada musim hujan
sering menimbulkan banjir setempat.
b. Saluran Irigasi Kali Baru
Saluran ini juga merupakan saluran irigasi untuk pertanian, sehingga pada periode
tertentu dikeringkan untuk pemeliharaan saluran, berdasarkan pengukuran debit aliran
yang diukur dengan currentmeter, debit sesaat QS=603,36 1/detik. (Sumber RTRW Kota
Depok tahun 2000).
c. Saluran Irigasi Cisadane Empang
Saluran ini juga mempunyai fungsi utama untuk pengairan pertanian, sehingga pada
periode tertentu dilakukan pengeringan, untuk pemeliharaan saluran. Data debit dari
cabang Dinas PU Pengairan Kabupaten Bogor antara tahun 1992 sampai 197, stasiun
pengukuran KP Pecahan Air, debit minimal QS=200 1/detik. (Sumber RTRW Kota Depok
tahun 2000).
d. Danau/Situ
Salah satu sumber air permukaan yang ada di kota Depok adalah danau atau
situ. Situ-situ ini berfungsi sebagai irigasi local, perikanan, sanitasi,
pengendali air, air minum, industri dan rekreasi.
Berdasarkan studi literatur saat in terdapat 21 situ di kota Depok, sedangkan
menurut Bagian Lingkungan Hidup sekitar 25 situ. Sementara itu hasil survey
lapangan yang dilaksanakan oleh Innerindo Dinamika terdapat sekitar 30 situ.
e. Air Tanah
Di kota Depok banyak ditemukan sumur gali untuk kebutuhan masyarakat. Pada
umumnya kondisi sumur gali baik, tetapi air tawar di sebagian tempat kondisinya keruh
dan berbau, kedalaman rata-rata 10 m. Ditemukan juga banyak ditemukan sumber air
tanah dalam. Saat ini air tanah merupakan sumber penyediaan air yang utama untuk
kota Depok. Formasi genteng dan endapan vulkanik mempunyai potensi 3-4 lt/det/km2,
alluvium potensi 5-7 lt/det/km2.
Dari survei air tanah Botabek didapatkan tiga system akuifer yang sangat umum, yaitu:
- Akuifer dangkal : 0-20 m, preatik semi terikat pada tempat lebih dalam,
- Akuifer menengah: 20-70 m, semi terikat hingga semi tak tertekan,
- Akuifer dalam : > 70 m, semi terikat atau tertekan, artesis di lokasi dekat pantai.
Informasi tersebut meliputi informasi tentang kedalaman, lokasi sumur, dan mutu
air. Muka air tanah statis di daerah pantai rata-rata 2 meter, di bagian selatan air
tanah dangkal 8-10 m dan air tanah dalam 10-30 m. Zona recharge yang baik
terdapat pada batuan kipas vulkanik, batuan vulkanik yaitu di bagian selatan.

E - 21
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

3.2.4 Klimatologi
Kondisi klimatologi Kota Depok, seperti halnya wilayah-wilayah di Indonesia,
dipengaruhi oleh posisinya yang berada di kawasan iklim tropis. Berikut adalah uraian secara
detil kondisi klimatologi Kota Depok:
• Iklim Tropis Basah
Musim Hujan dan Musim Kemarau: Kota Depok mengalami iklim tropis dengan
musim hujan dan musim kemarau yang khas. Musim hujan biasanya terjadi antara
November hingga Maret, sementara musim kemarau terjadi antara April hingga
Oktober.
• Suhu Udara
Suhu udara di Kota Depok cenderung relatif stabil sepanjang tahun. Rata-rata suhu
harian berkisar antara 24°C hingga 32°C. Meskipun suhu tidak mengalami fluktuasi
yang signifikan antara musim hujan dan kemarau, terdapat perbedaan suhu yang
dapat dirasakan, terutama selama musim hujan yang cenderung lebih sejuk.
• Curah Hujan
Kota Depok dikenal dengan curah hujan yang tinggi, terutama selama musim hujan.
Curah hujan tahunan dapat mencapai ratusan hingga ribuan milimeter (Jumlah curah
hujan rata-rata 2684 m/th, Jumlah hari hujan rata-rata 222 hari/tahun). Puncak musim
hujan biasanya terjadi pada bulan Desember dan Januari.
• Kelembaban Udara
Kelembaban udara di kawasan ini cenderung tinggi, khususnya selama musim hujan.
Kelembaban yang tinggi dapat membuat suasana terasa lebih panas (Penyinaran
matahari rata-rata yaitu 49,8 % dan Kelembapan udara rata-rata 82%).
• Angin dan Siklon Tropis
Angin muson yang berubah arah terjadi selama peralihan antara musim hujan dan
kemarau. Angin ini membawa kelembaban dari Samudera Hindia, memberikan
kontribusi pada curah hujan. Selama musim hujan, wilayah ini dapat berpotensi
mengalami siklon tropis, yang dapat menyebabkan hujan lebat dan angin kencang.
• Perubahan Iklim dan Bencana Alam
Kota Depok, seperti wilayah lainnya di Indonesia, dapat mengalami dampak perubahan
iklim seperti kenaikan suhu, perubahan pola hujan, dan peningkatan risiko bencana
alam.
Penting untuk memahami kondisi klimatologi Kota Depok dalam konteks perencanaan
perkotaan, manajemen risiko bencana, dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Informasi ini
dapat membantu dalam pengembangan kebijakan dan tindakan yang memperhitungkan
kondisi iklim yang spesifik di wilayah tersebut.

E.3.3 Kependudukan
Kependudukan adalah hal-hal yang berkaitan dengan penduduk seperti jumlah
penduduk, kepadatan penduduk, pembagian penduduk menurut usia dan wilayah, dan hal-
hal lainnya yang berhubungan dengan penduduk di suatu wilayah. Berdasarkan hasil sensus
penduduk 2022 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Depok Jumlah penduduk Kota Depok
berjumlah 2.123.349 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki laki sebesar
1.071.173 jiwa dan jumlah penduduk dengan kelamin perempuan sebanyak 1.052.176 jiwa,

E - 22
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

dengan kata lain rasio jumlah penduduk laki kali sebesar 50,45% dan rasio jenis kelamin
perempuan sebesar 49,55% (BPS, 2022).

Tabel E.5. Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun Menurut Kecamatan di
Kota Depok Tahun 2022
Laju Pertumbuhan
Kecamatan Penduduk (ribu) Penduduk per Tahun
2020 – 2022 (%)
Sawangan 191,70 3,68
Bojongsari 143,60 3,06
Pancoran Mas 251,60 1,51
Cipayung 181,14 2,92
Sukmajaya 255,96 0,85
Cilodong 177,64 2,95
Cimanggis 253,33 0,43
Tapos 272,89 1,96
Beji 172,41 0,37
Limo 121,70 2,73
Cinere 101,39 0,04
Kota Depok 2.123,35 1,79
Sumber: Kota Depok Dalam Angka, 2023

Tabel E.6. Distribusi. Persentase, Kepadatan Penduduk per Tahun Menurut Kecamatan di
Kota Depok Tahun 2022
Persentase Kepadatan Penduduk
Kecamatan
Penduduk per km2
Sawangan 9,03 7.320
Bojongsari 6,76 7.440
Pancoran Mas 11,85 13.954
Cipayung 8,53 15.820
Sukmajaya 12,05 14.753
Cilodong 8,37 10.972
Cimanggis 11,93 11.739
Tapos 12,85 8.205
Beji 8,12 11.841
Limo 5,73 10.279
Cinere 4,78 9.610
Kota Depok 100 10.602
Sumber: Kota Depok Dalam Angka, 2023

Berdasarkan tabel di atas, kepadatan penduduk di Kota Depok sebesar 10.602


jiwa/km2 dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk per tahun dari 2020 hingga 2022
yaitu 1,79 penduduk/tahun. Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Cipayung
dengan 15.820 jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan

E - 23
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

Kepulauan Marore dengan 1.661 jiwa. Adapun pada wilayah studi, Kecamatan Sawangan
memiliki kepadatan penduduk sebesar 7.320 jiwa/km2. Laju pertumbuhan penduduk terbesar
terdapat di kecamatan Sawangan sebesar 3,68, sedangkan yang terkecil Kecamatan Cinere
jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 0,04.

E.3.4 Perekonomian
Kinerja perekonomian suatu daerah salah satunya diukur berdasarkan total nilai
tambah di daerah bersangkutan, atau dikenal dengan PDRB (Produk Domestik Regional
Bruto). Produk Domestik Bruto (PDRB) mencerminkan seluruh nilai barang dan jasa yang
dihasilkan oleh suatu wilayah dalam satu tahun. Perekonomian Kota Depok tahun 2022
tumbuh sebesar 5.24 persen dibandingkan tahun sebelumnya Tabel E.7.
Tabel E.7 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha di Kota Depok (miliar rupiah) Tahun 2018 – 2022
Lapangan Usaha 2018 2019 2020 2021 2022

Pertanian, Kehutanan dan


891,63 952,27 952,11 976,38 1.066,68
Perikanan
Pertambangan dan
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Penggalian
Industri Pengolahan 19.254,42 20.337,43 20.337,11 21.701,86 23.458,26
Pengadaan Listrik dan Gas 190,29 198,92 193,72 213,01 227,34
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, 48,56 54,13 59,99 64,76 70,71
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 12.853,64 14.800,77 14.530,62 15.500,01 16.980,21
Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi Mobil 14.010,79 15.707,00 14.925,53 15.754,55 17.135,81
dan Sepeda Motor
Transportasi dan
2.848,25 3.039,07 3.065,35 3.135,15 3.600,33
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi
2.477,47 2.906,66 2.909,96 2.925,93 3.251,06
dan Makan Minum
Informasi dan Komunikasi 1.168,68 1,261,64 1.651,67 1.761,30 1.882,33
Jasa Keuangan dan
2.682,71 2.827,34 2.869,16 3.157,87 3.497,09
Asuransi
Real Estate 1.031,12 1.150,29 1.186,03 1.308,33 1.475,13
Jasa Perusahaan 126,25 144,11 132,61 145,31 165,74
Administrasi Pemerintah,
Pertahanan dan Jaminan 1.830,94 1.921,68 1.795,87 1.770,60 1.786,40
Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 1.887,31 2.195,20 2.400,07 2.473,90 2.672,57
Jasa Kesehatan dan
687,51 783,40 780,45 86,079 91,678
Kegiatan Sosial
Jasa Lainnya 2.373,61 2.684,09 2.596,02 2.632,53 2.980,24
Produk Domestik
64.363,24 70.964,04 70.386,33 74.382,34 81.166,75
Regional Bruto
Sumber: Kota Depok Dalam Angka, 2023

E - 24
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha di Kota Depok 2022 diperlihatkan pada Gambar E.12 berikut.

Gambar E.12. Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
Kota Depok
Sumber: Kota Depok Dalam Angka, 2023

Berdasarkan tabel dan grafik diatas, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas
Dasar Harga Berlaku menurut lapangan usaha di Kota Depok dari tahun 2018 hingga 2022
terus mengalami perubahan dimana nilai PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) pada tahun
2018 sebesar 64.363,24 miliar rupiah, tahun 2019 sebesar 70.964,04 miliar rupiah, tahun
2020 sebesar 70.386,33 miliar rupiah, tahun 2021 sebesar 74.382,34 miliar rupiah, dan tahun
2022 sebesar 81.166,75 miliar rupiah. Berdasarkan hal itu, nilai PDRB (Produk Domestik
Regional Bruto) berdasarkan lapangan usaha di Kota Depok tertinggi terjadi pada tahun 2022.
Berdasarkan Kajian Analisis Ketimpangan Ekonomi Kota Depok 2023 yang
dilaksanakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Depok Bekerja sama dengan
Institut Pertanian Bogor Proyeksi pengeluaran per kapita per bulan menurut kelompok
pengeluaran di Kota Depok untuk tahun 2023 disajikan pada Tabel. Rata-rata pengeluaran
untuk kelompok 10 persen terbawah adalah sejumlah Rp. 720.988,09 per kapita per bulan

E - 25
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

dengan simpangan baku 145.156,06. Pengeluaran minimum pada kelompok ini tercatat
sebesar Rp. 350.971,41 per kapita per bulan dan pengeluaran maksimumnya sebesar Rp.
938.430,87 per orang setiap bulannya.
Besaran pengeluaran meningkat seiring dengan meningkatnya kelompok pengeluaran.
Rata-rata pengeluaran pada kelompok 10 persen teratas adalah sebesar Rp. 8.167.076,70 per
kapita per bulan dengan simpangan baku Rp. 2.497.523,70, melonjak hampir 1.66 kali lipat
dibandingkan kelompok pengeluaran di bawahnya yang sebesar Rp. 4.914.568,8 per orang
per bulan. Pengeluaran minimum pada kelompok ini tercatat sebesar Rp. 5.862.275 per kapita
per bulan dan pengeluaran maksimumnya sebesar Rp. 20.316.968,70 per orang setiap
bulannya.

Tabel E.8. Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Menurut Kelompok Pengeluaran Kota Depok
Tahun 2023
Pengeluaran Per Kapita Per Bulan
Kelompok
No Pengeluaran Rata-Rata Maksimum Simpangan
Minimum (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp) Baku (Rp)

1 <=938.430,9 720.988,1 350.971,41 938.430,9 145.156,1


938.430,9 -
2 1.079.853,8 942.554,6 1.212.048,5 80.330,5
1.212.048,5
1.212.048,5 -
3 1.363.167,9 1.212.569,3 1.493.562,9 81.171,2
1.493.562,9
1.493.562,9 -
4 1.617.354,7 1.494.516,3 1.724.717,8 66.263,2
1.724.717,8
1.724.717,8 -
5 1.866.688,6 1.726.911,9 2.001.108,9 82.084,5
2.001.108,9
2.001.108,9 -
6 2.320.575,7 2.001.633,3 2.607.926,5 186.245,6
2.607.926,5
2.607.926,5 -
7 2.973.656,1 2.608.198,6 3.360.681,6 199.554,5
3.360.681,6
3.360.681,6 -
8 3.773.952,2 3.369.234,6 4.282.278,9 260.964,7
4.282.278,9
4.282.278,9 -
9 4.914.568,8 4.295.470,2 5.856.154,3 453.398,3
5.856.154,3
10 >5.856.154,3 8.167.076,7 5.862.275 20.316.968,7 2.497.523,7
Sumber: Analisis Ketimpangan Ekonomi Kota Depok, 2023

E.4 Gambaran Umum Stasiun Pondok Cina


E.4.1 Lokasi Stasiun Pondok Cina
Stasiun Pondok Cina (POC), sering disingkat sebagai Stasiun Pocin, merupakan stasiun
kereta api kelas II yang terletak di Kelurahan Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa
Barat. Stasiun yang terletak pada ketinggian +74 m ini hanya melayani kereta api komuter
Commuter Line. Stasiun Pondok Cina merupakan salah satu stasiun yang dekat dengan
Universitas Indonesia dan Universitas Gunadarma.
Stasiun ini biasa digunakan oleh mahasiswa Universitas Indonesia dan Universitas
Gunadarma untuk naik-turun KRL serta digunakan juga oleh warga yang tinggal di Beji.

E - 26
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

Stasiun Pondok Cina sangat strategis karena terletak di belakang Depok Town Square, Margo
City, dan Code Margonda. Stasiun ini lebih lazim disebut akronimnya (Pocin) oleh masyarakat
daripada nama lengkapnya. Penyebutan nama lengkap stasiun umumnya hanya dilakukan
untuk pengumuman kedatangan kereta api di stasiun dan kepentingan formal lainnya

Gambar E.13. Stasiun Pondok Cina


Sumber: Google Maps, 2024

E.4.2 Akses Menuju Stasiun Pondok Cina


Lokasi Stasiun Pocin sangat strategis, terletak di belakang Detos, Margo City, dan Code
Margonda. Keunggulan lainnya adalah kedekatannya dengan kampus-kampus terkenal di
Depok, seperti UI dan Universitas Gunadarma. Hal ini membuat akses ke stasiun ini sangat
mudah, dengan berbagai pilihan transportasi seperti angkutan kota, taksi, atau bis yang dapat
digunakan untuk mencapai destinasi ini.

Gambar E.14. Kondisi Stasiun Pondok Cina Saat Jam Pulang Kerja
Sumber: https://megapolitan.okezone.com

E - 27
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

Beberapa jurusan angkutan umum yang bisa dipakai untuk menuju ke stasiun ini:
- Angkot Kota Depok D11 jurusan Depok-Palsigunung
- Angkot Kota Depok D112 jurusan Depok-Kampung Rambutan
- Miniarta M03 jurusan Pasar Minggu-Depok
- Miniarta M04 jurusan Pasar Minggu-Depok Timur
- KWK S19 jurusan Pinang Ranti-Depok
- Kopaja S63 jurusan Blok M-Depok
- Deborah jurusan Lebak Bulus-Depok
- Deborah jurusan Kalideres-Depok
- Mayasari Bakti AC82 jurusan Tanjung Priok-Depok
- Mayasari Bakti AC81 jurusan Kalideres-Depok
- Mayasari BaktiAC84 jurusan Pulo Gadung-Depok
- PPD P54 jurusan Grogol-Depok

E.4.3 Fasilitas Stasiun Pondok Cina


Stasiun Pondok Cina dioperasikan oleh Kereta Api Indonesia (KAI) dan merupakan
stasiun kelas II (kelas dua). Berikut adalah uraian umum mengenai fasilitas yang biasanya
ditemui di stasiun kelas II:
• Loket Penjualan Tiket: Stasiun kelas II memiliki loket-loket penjualan tiket yang
menyediakan layanan untuk pembelian tiket kereta api.

Gambar E.15. Loket Stasiun Pondok Cina


Sumber: https://google.com

E - 28
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

• Peron dan Area Tunggu: Terdapat peron-peron tempat penumpang menaiki dan
turun dari kereta. Area tunggu penumpang yang nyaman untuk menunggu
keberangkatan kereta.

Gambar E.16. Peron Stasiun Pondok Cina


Sumber: https://google.com

• Fasilitas Penunjang: Toilet umum yang dapat digunakan oleh penumpang. Fasilitas
pengumuman dan informasi yang diperlukan oleh penumpang.

Gambar E.17. Toilet Umum Stasiun Pondok Cina


Sumber: https://google.com

E - 29
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

• Keamanan dan Petugas Stasiun: Petugas keamanan dan petugas stasiun yang
siap membantu penumpang. Fasilitas keamanan seperti CCTV untuk menjaga
keamanan di area stasiun.

Gambar E.18. Petugas Keamanan Stasiun Pondok Cina


Sumber: https://google.com

• Konektivitas Transportasi: Stasiun ini berfungsi sebagai pusat konektivitas


transportasi di Kota Depok, menghubungkan penumpang dengan berbagai moda
transportasi seperti angkutan umum dan taksi.
• Lingkungan Sekitar: Stasiun Pondok Cina terletak di kawasan yang memiliki
aksesibilitas baik ke berbagai fasilitas, seperti pusat perbelanjaan, tempat makan, dan
sebagainya.

Gambar E.19. Lingkungan Sekitar Stasiun Pondok Cina


Sumber: https://google.com

E - 30
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

E.5 Gambaran Umum Stasiun Citayam


E.5.1 Lokasi Stasiun Citayam
Stasiun Citayam terkadang disebut Stasiun Citayem (CTA) merupakan stasiun kereta
api Kelas II yang terletak tepat di perbatasan antara Kelurahan Bojong Pondok Terong,
Kecamatan Cipayung, Kota Depok, dengan Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Bojonggede,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Stasiun yang terletak pada ketinggian +120meter ini hanya
melayani rute KRL Commuter Line dengan jarak 37,6 km arah selatan dari Jakarta Kota. Dari
stasiun ini ada percabangan menuju Stasiun Nambo. Jalur ini awalnya dibuat untuk membuat
jalur loopline dari Stasiun Parung Panjang hingga Stasiun Sungai Lagoa via Stasiun Cikarang.

Gambar E.20. Stasiun Citayam


Sumber: Google Maps, 2024
Dahulu ke utara stasiun ini ada halte bernama Halte Pondok Terong. Halte itu ditutup
pada dekade 1990-an karena okupansi yang minim dan juga karena pembangun jalur ganda
Jakarta-Bogor. Hingga saat ini bekas peron stasiun itu masih ada. Perjalanan KRL Commuter
Line yang baru beroperasi dilakukan 10x dalam sehari. Stasiun ini merupakan stasiun transit
menuju Stasiun Cibinong atau Stasiun Nambo.

Gambar E.21. Diagram Lintasan Stasiun Citayam


Sumber: https://p2k.stekom.ac.id

E - 31
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

E.5.2 Akses Menuju Stasiun Citayam


Stasiun Citayam adalah sebuah stasiun kereta api yang terletak di Citayam, Depok,
Jawa Barat, Indonesia. Berikut adalah beberapa opsi akses menuju Stasiun Citayam:
• Kendaraan Pribadi:
Jika Anda memiliki kendaraan pribadi, Anda dapat menggunakan mobil atau sepeda
motor untuk mencapai Stasiun Citayam. Pastikan untuk memeriksa kondisi jalan dan
rute terbaik sesuai dengan lokasi Anda.
• Angkutan Umum:
Angkutan umum, seperti angkot atau bus, mungkin juga menjadi opsi untuk menuju
Stasiun Citayam. Pastikan untuk mengecek rute dan jadwal angkutan umum yang
tersedia di daerah Anda.
• Ojek Online atau Taksi:
Layanan ojek online atau taksi juga dapat digunakan untuk mencapai Stasiun Citayam.
Aplikasi ojek online atau panggilan taksi dapat membantu Anda mendapatkan
transportasi dengan cepat.
• Berjalan Kaki atau Sepeda:
Jika Anda berada dalam jarak yang dekat, berjalan kaki atau menggunakan sepeda
mungkin menjadi opsi yang nyaman untuk mencapai stasiun.
• Kereta Api:
Tentu saja, satu opsi yang paling langsung adalah menggunakan layanan kereta api.
Anda dapat naik kereta dari stasiun terdekat ke Stasiun Citayam sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan.

E.5.3 Fasilitas Stasiun Citayam


Fasilitas di stasiun kereta api, termasuk Stasiun Citayam, umumnya mencakup
beberapa hal berikut:
• Loket Penjualan Tiket: Terdapat loket-loket penjualan tiket untuk pembelian tiket
kereta api.

Gambar E.22. Loket Tiket Stasiun Citayam


Sumber: https://google.com

E - 32
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

• Peron dan Area Tunggu: Peron-peron tempat penumpang menaiki dan turun dari
kereta. Area tunggu penumpang yang nyaman.

Gambar E.23. Peron Stasiun Citayam


Sumber: https://google.com

• Toilet: Fasilitas toilet umum untuk kebutuhan penumpang.

Gambar E.24. Toilet di Stasiun Citayam


Sumber: Kompas.com

• Papan Informasi: Papan informasi yang menampilkan jadwal keberangkatan dan


kedatangan kereta.

E - 33
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

• Layanan Pengumuman: Sistem pengumuman untuk memberikan informasi kepada


penumpang terkait jadwal atau pengumuman penting lainnya.

Gambar E.25. Papan Informasi di Stasiun Citayam


Sumber: Kompas.com

• Area Parkir: Area parkir untuk kendaraan pribadi penumpang atau pengunjung stasiun.

Gambar E.26. Area Parkir di Stasiun Citayam


Sumber: Kompas.com

E - 34
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

• Fasilitas Keamanan: Keamanan stasiun, mungkin melibatkan petugas keamanan dan


sistem keamanan lainnya seperti CCTV.

Gambar E.27. CCTV Analitik di Stasiun Citayam


Sumber: Kompas.com
• Toko dan Warung: Beberapa stasiun menyediakan toko atau warung makanan dan
minuman untuk memenuhi kebutuhan penumpang.

Gambar E.28. Toko Makanan di Stasiun Citayam


Sumber: Kompas.com

E - 35
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024
Studi Trase Pembangunan LRT Lintas
Pondok Cina-Citayam

• Pusat Layanan Pelanggan: Tempat pelayanan pelanggan atau loket informasi di mana
penumpang dapat mengajukan pertanyaan atau mendapatkan bantuan.
• Ramp dan Fasilitas Aksesibilitas: Beberapa stasiun dilengkapi dengan fasilitas
aksesibilitas seperti ramp dan lift untuk penumpang dengan kebutuhan khusus.

Gambar E.29. Fasilitas Aksebiltas di Stasiun Citayam


Sumber: Kompas.com
• Ojek Online dan Taksi: Area penjemputan atau tempat berhenti untuk ojek online atau
taksi yang memudahkan penumpang untuk melanjutkan perjalanan.

Gambar E.30. Titik Penjemputan di Stasiun Citayam


Sumber: google maps, 2024

E - 36
Dokumen Usulan Teknis
TA 2024

You might also like