You are on page 1of 118

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

PT SATRIA LESTARI

BAB II
RUANG LINGKUP STUDI

2.1. Lingkup Rencana Kegiatan Yang Akan Ditelaah dan Alternatif Komponen
Rencana Kegiatan
2.1.1. Status dan Lingkup Rencana Kegiatan Yang Akan Ditelaah
A. Status Studi AMDAL
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Nomor
540/026/KP-Er/DPE-IV/IV/2009 tentang pemberian kuasa pertambangan
eksplorasi pada PT Satria Lestari pada wilayah permohonan KW. KTN 2009 026 Er
dengan luas 2.961 Ha di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi
Kalimantan Timur.
Dengan memperhatikan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), maka dapat
disimpulkan, bahwa kegiatan pertambangan batubara PT Satria Lestari
diprakirakan akan dapat menimbulkan dampak besar dan dampak penting
terhadap lingkungan hidup.
Selanjutnya dengan memperhatikan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib
Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), maka
Usaha kegiatan pertambangan batubara PT Satria Lestari merupakan bidang usaha
yang wajib dilengkapi dengan kajian lingkungan (AMDAL) sebagai panduan dalam
melaksanakan kegiatan di lapangan, sehingga dampak negatif dan positif yang
akan timbul dapat dikelola dengan baik.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dalam pelaksanaan studi dan
penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL),
pemrakarsa PT Satria Lestari memberikan kepercayaan kepada CV Agronusa
Consultant untuk melaksanakan studi dan penyusunan dokumen AMDAL dimaksud.
Studi AMDAL rencana Usaha kegiatan penambangan batubara PT Satria Lestari
dilaksanakan secara terintegrasi dengan studi kelayakan (teknis dan ekonomis),
dimana pelaksanaan kegiatan studi dan penyusunan Dokumen AMDAL kegiatan
Usaha Pertambangan batubara PT Satria Lestari disusun dengan mengacu kepada
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Hasil studi
AMDAL akan dituangkan ke dalam bentuk:
1. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup
2. Analisis Dampak Lingkungan Hidup
3. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL),
4. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL), dan
5. Ringkasan Eksekutif

B. Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah


Setempat
Secara administratif KP eksplorasi PT Satria Lestari terletak di Desa Margahayu,
Jonggon Jaya, Sungai payang, dan Loa Kulu Kota kecamatan Loa Kulu serta
Kelurahan Jahab Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi

RUANG LINGKUP STUDI II - 1


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Kalimantan Timur. Secara geografis, terletak pada koordinat 116°50’21,41” -


117°54’00,06” Bujur Timur dan 00°30’22,12” - 00°33’32,50” Lintang Selatan.
Adapun koordinat lokasi wilayah KP Eksploitasi PT Satria Lestari secara lengkap
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.1. Batas Geografis KP. Eksplorasi PT Satria Lestari
Garis Bujur (BT) Garis Selatan (LS)
Titik
Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik
1 116 50 21,41 00 33 32,50
2 116 54 00,06 00 33 32,50
3 116 54 00,06 00 33 22,00
4 116 53 27,91 00 33 22,00
5 116 53 27,91 00 30 40,74
6 116 54 00,06 00 30 40,74
7 116 54 00,06 00 30 22,12
8 116 51 29,00 00 30 19,00
9 116 51 29,00 00 31 19,00
10 116 50 47,00 00 31 19,00
11 116 50 47,00 00 32 20,00
12 116 50 21,41 00 32 20,00
Sumber : Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Nomor : 540/026/KP-Er/DPE-IV/IV/2009

Wilayah tapak proyek penambangan batubara PT Satria Lestari ini meliputi areal
eksploitasi batubara, jalan tambang, pengolahan batubara, stockpile batubara, dan
areal pelabuhan batubara (gambar 2.1.)
Berdasarkan peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Kalimantan Timur
tahun 1999 memperlihatkan bahwa areal KP PT Satria Lestari berada dalam
Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) (gambar 2.2.).
C. Luas Tapak Proyek
Keadaan lokasi rencana pertambangan batubara PT Satria Lestari disajikan pada
tabel berikut.
Tabel 2.2. Keadaan Lokasi Pertambangan Batubara PT Satria Lestari
No. Deskripsi Keadaan Areal Kerja
1. Luas 2.961 Ha
2. Persetujuan Bupati Kutai Kartanegara 540/026/KP-Er/DPE-IV/IV/2009
3. Luas Kajian:
Di Dalam Areal Penambangan 2.311,00 Ha
a. PIT (10 Pit) 310,00 Ha
b. Disposal area (16 unit) 56,60 Ha
c. Top Soil (16 unit) 5,85 Ha
d. Sedimen Pond (16 unit) 21,25 Ha
e. Jalan angkut diareal penambangan 17,15 Ha
f. Bangunan sarana dan prasarana penunjang 1,50 Ha
diareal penambangan
g. Buffer Area 1.898,65 Ha

Di Luar Areal Penambangan 104,00 Ha


a. Jalan angkut diluar lokasi penambangan 24,00 Ha
b. Bangunan sarana dan prasarana 15,00 Ha
penunjang, Stockpile dan Pelabuhan
c. Buffer Area/lahan tak terganggu 65,00 Ha
Sumber: PT Satria Lestari, 2009

RUANG LINGKUP STUDI II - 2


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Gambar 2.1. Peta lokasi kegiatan PT Satria Lestari

RUANG LINGKUP STUDI II - 3


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Gambar 2.2. Peta RTRW PT Satra Lestari

RUANG LINGKUP STUDI II - 4


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

2.1.2. Rencana Kegiatan


A. Gambaran Umum Kondisi Lokasi Tambang Batubara PT Satria Lestari
Secara administratif lokasi/tapak proyek penambangan batubara PT Satria Lestari
berada pada wilayah Desa Margahayu, Jonggon Jaya, Sungai payang, kecamatan
Loa Kulu dan Kelurahan Jahab Kecamatan Tenggarong Kecamatan Tenggarong,
sedangkan tapak proyek lokasi pelabuhan berada pada wilayah Desa Loa Kulu Kota
Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara, lokasi pelabuhan berada diluar
ijin KP Ekplorasi PT Satria Lestari. Kesampaian daerah dari Tenggarong kearah
jalan kota Bangun berjarak 25 km (Km 19) dan jalan ber aspal, kemudian
dilanjutkan dari km 19 ke arah Jonggon dengan melewati jalan PU ( beraspal )
atau melewati jalan tambang PT MHU kemudian masuk kearah kebun karet PT
Hasfarm terus menuju lokasi penyelidikan (ditempuh dalam waktu 2 Jam dari
Kota Tenggarong).
1. Keadaan dan Kondisi Penyebaran Lapisan Batubara
Berdasarkan data singkapan dan korelasi geologi dan kegiatan eksplorasi detail
yang dilakukan diketahui bahwa lapisan pembawa batubara di wilayah KP.
Eksplorasi adalah formasi Pulau Balang dan formasi Balikpapan yang berumur
antara Miosen Tengah-Akhir. Batubara yang dijumpai pada Formasi Pulau
Balang dan Formasi Balikpapan pada daerah penyelidikan terdapat sumbu
antiklin yang mempunyai kedudukan relatif landai yaitu sekitar N 30 o – 240o,
dan E 10o – 25o. Tebal lapisan batubara berkisar 2 – 7 meter, lempung berkisar
0,5 meter. Struktur sedimen primer yang dijumpai didaerah penelitian adalah
masif hingga laminasi dan gradasi normal.
Batuan yang tersingkap pada daerah penyelidikan meliputi :
a. Perulangan batu pasir : Warna kekuningan hingga berwarna abu-abu
kehijauan, masif berbutir halus sampai sewdang, terpilah baik, membulat
sampai sedang, porositas baik, kompak, ketebalan lapisan hingga 9 meter.
b. Sisipan Batu Lempung : Warna abu-abu kecoklatan, kompak, mineral
lempung dengan ketebalan lapisan hingg lebih dar 3 meter.
c. Sisipan Batu lempung karbonat : Warna abu-abu kehitaman, kompak
dengan ketebalan lapisan hingga 0,2 meter.
d. Sisispan Batubara : Warna hitam, kilap kaca, pecahan menyudut, belahan
2-3 arah, ketebalan lapisan seam 1 = 1,5–1,7 meter, seam 1-1 = 0,9-1,2
meter, seam 2 = 1,4-1,59 meter, seam 3 = 0,9-1,2 meter, seam 4 = 1,8-
12 meter, seam 4-1 = 1,4-1,6 meter, seam 5 = 1,4-1,59 meter, seam 6 =
1,2-1,4 meter, seam 6-1 = 1,5-1,65 meter, seam 7 = 2,1-2,5 meter, seam
8 = 1,65-1,92 meter, seam 9 = 1,6-1,95 meter dan seam 10 = 0,8-1,15
meter.
2. Sifat dan Kualitas Endapan
Kenampakan fisik batubara hasil analisa kualitas batubara menunjukkan
batubara umumnya berwarna hitam, mengkilap kaca, menyudut (angular
frac.), kekerasan sedang dan tidak mengotori tangan. Kualitas batubara yang
telah dianalisis pada laboratorium dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Kualitas Batubara PT Satria Lestari
Parameter Kualitas Rata-rata
Total Moisture %(ar) 10,56
Moisture % (adb) 9,76
Ash % (adb) 2,66

RUANG LINGKUP STUDI II - 5


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Volatile Matter % (adb) 42,66

RUANG LINGKUP STUDI II - 6


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Tabel 2.3. Lanjutan


Parameter Kualitas Rata-rata
Relative Density % (adb) 1.312
Total Sulphur % (adb) 0,91
HGL 51,33
Calorific Value Kkal/kg 6.647
Sumber : PT Satria Lestari, 2009

3. Cadangan Batubara
Perhitungan cadangan telah dilakukan dengan cara menghitung luas area di
dalam hitungan overburden yang sama, selanjutnya dikali dengan ketebalan ril
batubara dan berat jenis batubara.
Perhitungan S/R dilakukan dengan menghitung perbandingan antara volume
OB dalam satuan BCM dan jumlah cadangan batubara dalam ton. SR
selanjutnya telah dihitung baik perindividual maupun akumulatif untuk
kemanfaatan penentuan batas ekonomi penambangan. Berdasarkan hasil
eksploitasi dapat ditentukan bahwa SR di areal penambangan PT Satria Lestari
adalah 1 : 5,58. Dari kegiatan eksplorasi yang telah dilaksanakan di areal
penambangan PT Satria Lestari dengan luas 2.961 ha, diketahui jumlah
cadangan batubara sebesar 3.950.008,44 ton. Perhitungan cadangan batubara
secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.4.

RUANG LINGKUP STUDI II - 7


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Tabel 2.4. Cadangan Batubara PT Satria Lestari


VOLUME

COAL (TON) SR
PIT TOTAL
OB (BCM) SEAM

1 1-1 2 3 4 4-1 5 6 6-1 7 8 9 10

A 2.773.859,79 302.75 208.


0,10 739,
40

B 1.682.157,05

C 2.270.618,77

D 9.272.798,72

E 4.988.128,00

F 9.511.825,15

G 5.120.673,91

H 1.781.825,47

I 2.963.866,32

J 1.241.002,08

TOTAL 41.606.755,27

RUANG LINGKUP STUDI II - 8


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

4. Umur Kegiatan Tambang dan Rencana Produksi


PT Satria Lestari berencana memproduksi batubara sebesar 400.000 ton awal
tahun, tahun ke-2 (dua) sebesar 600.000 ton, dan untuk tahun ke 3 (tiga)
sampai tahun ke 6 (enam) sebesar 737.502,11 ton. Berdasarkan cadangan
batubara, maka dengan demikian dapat diperkirakan bahwa umur kegiatan
tambang PT Satria Lestari adalah sekitar 6 tahun dan 3 tahun berikutnya
dilanjutkan dengan kegiatan reklamasi lahan.
Adapun rencana produksi batubara PT Satria Lestari dapat dilihat pada Tabel
2.5. dan jadwal rencana kegiatan penambangan PT Satria Lestari disajikan
pada Tabel 2.6.
Tabel 2.5. Rencana Produksi PT Satria Lestari
Top Soil Overburden Luas
Tahun PIT Batubara (Ton)
(BCM) (BCM) (Ha)
1 A, B, C 287.784 2.110.414 400.000,00 31,39
2 C, D 215.838 3.381.459 600.000,00 47,09
3 D, E, F 221.084 4.200.605 737.502,11 57,88
4 E, F 397.952 4.023.738 737.502,11 57,88
5 F, G1, G2 397.952 4.023.738 737.502,11 57,88
H, I1, I2,
6 397.952 4.023.738 737.502,11 57,88
J
Total 1.918.562 21.763.692 3.950.008,44 310,00
Sumber : PT Satria Lestari, 2009

Tabel 2.6. Jadwal Rencana Kegiatan Usaha Pertambangan Batubara PT


Satria Lestari
Tahun Ke -
No. Tahap Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9

A Tahap Pra Kontruksi X

1. Sosialisasi Rencana Usaha X

2. Pembebasan Lahan X X

3. Penerimaan Tenaga Kerja X X

4. Mobilisasi Peralatan X

B Tahap Kontruksi
5. Pembangunan Jalan Tambang X X

6. Pembangunan Fasilitas Penunjang X

7. Pemb. Stockpile & Instalasi


X
Pengolahan Batubara
8. Pembangunan Pelabuhan
X
Batubara
C Tahap Operasi
1. Pembersihan Lahan Tambang X X X X X X

2. Pengupasan dan penimbunan


X X X X X X
Tanah Pucuk
3. Pengupasan dan Penimbunan
X X X X X X
Tanah Penutup

RUANG LINGKUP STUDI II - 9


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Tabel 2.6. Lanjutan


Tahun Ke -
No. Tahap Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9

4. Penambangan Batubara X X X X X X

5. Pengangkutan Batubara X X X X X X

6. Pengolahan dan Penimbunan


X X X X X X
Batubara
7. Pemuatan dan Pengapalan
X X X X X X
Batubara
8. Operasional Bengkel & Genset X X X X X X

9. Pemberdayaan Masyarakat X X X X X X

10. Reklamasi dan Revegetasi Lahan X X X X X X X X X

D 1. Rasionalisasi Tenaga Kerja X X

2. Demobilisasi Peralatan X X X X

3. Reklamasi dan Revegetasi Lahan


X X X
Lanjutan
4. Pengembalian Lahan X
Sumber : PT Satria Lestari, 2009

5. Geoteknik
Dari hasil analisa geotekniik yang berdasarkan data data lithologi (baik
pengamatan langsung dilapangan maupun dari hasil data bor), maka daerah
penyelidikan disimpulkan batuannya relatif agak keras dan bersifat agak abrasif
karena mengandung komposisi mineral kuarsa yang cukup banyak.
Untuk pembuatan design tambang disesuaikan dengan kondisi batuannya
terutama dalam pembuatan Bench Slope dalam batas dinding tambang (Final
Wall) sehingga perlu dibuat atau didesign berdasarkan faktor aman (Slope
stability) termasuk dalam penentuan lokasi-lokasi sarana dan prasarana seperti
jalan tambang, kantor, gudang dan sebagainya, dari penyelidikan yang
dilakukan didukung dengan kajian analisis topografi dan tingkat kerentanan
tanah (daerah penyelidikan tidak dijumpai adanya masalah yang berarti karena
tidak adanya struktur mayor yang bekerja).
6. Metode Penambangan
Operasional penambangan PT Satria Lestari dari hasil eksplorasi dan studi
kelayakan diketahui bentuk dan karakteristik cadangan batubaranya termasuk
dalam formasi Cekungan Kutai Bagian Utara. Sehingga metode penambangan
yang diterapkan adalah tambang terbuka (open pit mining) dan dibantu oleh
peralatan mekanis untuk kegiatan penggaruan, pemuatan serta pengangkutan
seperti peralatan backhoe – dump truck dibantu dengan bulldozer sebagai alat
garu dorong dan grader untuk perawatan jalan. Kegiatan peledakan dilakukan
untuk penggalian dan pembongkaran overburden yang struktur batuannya
tergolong keras.
Penambangan dimulai dengan mengupas lapisan penutup di daerah blok-blok
yang sudah ditentukan dengan arah penggalian dimulai dari singkapan
batubara pada batas tertentu, kemudian diikuti dengan penggalian lapisan
batubara. Teknik penambangannya dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah
penambangan sesuai dengan rencana tahunan sedemikian rupa, sehingga
kesinambungan produksi bisa terjaga. Sebaiknya penggalian dilakukan secara
bertahap yang dimulai dari lokasi di dekat singkapan batubara dengan panjang
yang sudah ditentukan dan kemudian dilanjutkan penggaliannya baik ke arah
dipping maupun striking sampai pada batas akhir lereng penambangan. Arah

RUANG LINGKUP STUDI II - 10


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

kemajuan penambangan tiap tahun menyerupai garis diagonal, sehingga front


penambangan dengan berbagai elevasi akan terbentuk (Lihat Gambar 2.3).

Gambar 2.3. Sketsa Pola Kerja Alat


Melihat bentuk lapisan batubaranya, kegiatan penambangan akan dilakukan
dengan contour mining. Teknik penggaliannya bertahap dari evelasi yang
paling tinggi ke evelasi yang rendah sampai kedalaman batas penambangan
yang telah ditentukan. Penggalian batubara dimulai dari bagian atas (roof)
lapisan batubara ke arah bagian bawah (floor) lapisan batubara. Arah
kemajuan penambangan batubara selanjutnya akan mengikuti penyebaran
lapisan batubara pada setiap seam yang akan ditambang.
7. Jenis Sumber Energi/Bahan Bakar
a. Energi Listrik
Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik pada kegiatan penambangan dan
penerangan akan digunakan pembangkit tenaga listrik yang digerakkan
dengan generator diesel berkekuatan 20 Kw sebanyak 2 unit pada lokasi
sarana penunjang dan stockpile dengan instalasi pegolahan batubara.
Pemakaian generator tersebut adalah untuk menggerakkan berbagai
peralatan dan penerangan, yang akan digunakan dalam kegiatan proses
pengolahan, bengkel dan bangunan lainnya seperti kantor, perumahan,
penerangan jalan dan pompa air minum.
b. Bahan Bakar Minyak dan Pelumas
Untuk pengaturan dalam pendistribusian bahan bakar, akan dibangun 1
(satu) stasiun bahan bakar yang letaknya berdekatan dengan pompa bahan
bakar dan jaraknya jauh (tidak berdekatan) dengan sungai atau perairan.
Konstruksi gudang bahan bakar terbuat dari beton cor baik bangunan
utama maupun inlet dan outlet termasuk tanggul guna menghindari
ceceran fuel dan limpasan air hujan. Pembangunan stasiun bahan bakar
tetap mengacu konstruksi yang ada bila ada penambahan stasiun.
Bahan bakar yang akan dipergunakan dalam operasi penambangan
ditampung pada tangki bahan bakar dan untuk mendistribusikan bahan

RUANG LINGKUP STUDI II - 11


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

bakar digunakan pompa bahan bakar dengan kapasitas 550 liter/jam,


selanjutnya dipindahkan ke fuel truck untuk didistribusikan ke peralatan-
peralatan yang sedang beroperasi. Untuk bahan pelumas ditempatkan pada
drum-drum dengan kapasitas 200 liter/drum yang ditempatkan pada
gudang penyimpanan. Rencana kebutuhan bahan bakar per tahun sebesar
1.018.700 liter/tahun dan pelumas sebesar 46.728 liter/tahun. Rencana
kebutuhan bahan bakar dan pelumas selengkapnya dapat dilihat pada Tabel
2.7. dan Tabel 2.8.
Tabel 2.7. Kebutuhan Bahan Bakar Per-tahun
Pemakaian Bahan Bakar
Jumlah Jumlah
No. Jenis alat Ltr/ Ltr/ Ltr/ Alat Pemakaian
jam hari tahun
1 Excavator CAT 320 30 180 45.000 4 180.000
2 Bulldozer Cat D 7 G 25 180 45.000 3 135.000
3 Bulldozer Cat D 9 R 35 180 45.000 1 45.000
4 Whell Loader 30 180 45.000 1 45.000
5 Nissan CWB 14 140 35.000 6 210.000
6 Tower Lamp 8 72 18.000 6 108.000
7 Pompa Multiflow 8 80 12.000 10 120.000
8 Mobil Operasional 6 42 6.300 8 50.400
9 Mobil Penyiram 8 48 9.600 1 9.600
Jalan
10 Chain Shaw 0.5 2 200 2 400
11 Mobil Karyawan 10 70 10.500 1 10.500
12 Fuel truck (nissan 8 56 8.400 2 16.800
CKA)
13 Genset & Electrical 14 140 35.000 2 70.000
Work
14 Genset office 8 72 18,000 1 18.000
Jumlah 204,50 1.442 333.000 47 1.018.700

Sumber : PT Satria Lestari, 2009

Tabel 2.8. Kebutuhan Minyak Pelumas Per-tahun


Pemakaian Minyak Pelumas
Jumlah Jumlah
No. Jenis alat Ltr/ Ltr/ Ltr/ Alat Pemakaian
jam hari tahun
1 Excavator CAT 320 0,2 2,4 600 4 2.400
2 Bulldozer Cat D 7 G 1,2 14,4 3.600 3 10.800
3 Bulldozer Cat D 9 R 1,5 18 4.500 1 4.500
4 Whell Loader 1,2 14,4 3.600 1 3.600
5 Nissan CWB 0,9 10,8 2.700 6 16.200
6 Tower Lamp 0,05 0,75 187,5 10 1.875
7 Pompa Multiflow 0,05 0,75 187,5 6 1.125
8 Mobil Operasional 0,2 1,4 140 8 1.120
9 Mobil Penyiram 0,2 2 518 1 518
Jalan
10 Chain Shaw 0,05 0,75 90 2 180
11 Mobil Karyawan 0,2 1,4 210 1 210

RUANG LINGKUP STUDI II - 12


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Tabel 2.8. Lanjutan


Pemakaian Minyak Pelumas
Jumlah Jumlah
No. Jenis alat Ltr/ Ltr/ Ltr/ Alat Pemakaian
jam hari tahun
12 Fuel truck (nissan 0,2 1,4 350 2 700
CKA)
13 Genset & Electrical 0,9 6,3 1.575 2 3.150
Work
14 Genset office 0,2 1,4 350 1 350
Jumlah 7,05 76,15 18.608 47 46.728
Sumber : PT Satria Lestari, 2009

c. Sarana Kebutuhan Air


Kebutuhan air untuk kebutuhan karyawan/perumahan sebanyak 33,12
m3/hari. Kebutuhan air akan dipenuhi dari sungai Mahakam dengan
menggunakan pompa dan dialirkan dengan menggunakan jalur pipa yang
dibenamkan di tanah dan akan dilengkapi dengan water treatment sehingga
air yang dihasilkan dapat memenuhi standar kualitas kesehatan.
Pengambilan air baku untuk memenuhi kebutuhan ini akan dilengkapi
dengan izin dari instansi terkait. Dasar penentuan debit air ini dengan
asumsi bahwa jumlah karyawan yang tinggal di camp sebanyak 138 orang
(1 orang + 3 orang pengikut). Kebutuhan air 1 KK/hari (4 orang x 60 liter
= 240 liter atau 0,24 m3), maka kebutuhan air per hari untuk karyawan
pada tahap awal 0,24 m3 x 138 orang = 33,12 m3.

Kapur/tawas

Air Baku Pengadukan Bak Pengendap

Air bersih Filtrasi

Gambar 2.4. Diagram Proses Pengolahan Air Bersih

B. Rencana Kegiatan Penyebab Dampak


Rencana kegiatan penambangan batubara PT Satria Lestari akan dilaksanakan
melalui empat tahapan kegiatan yakni tahap pra-konstruksi, konstruksi, operasi
dan pasca-operasi, dengan uraian kegiatan sebagai berikut :

1. Tahap Pra-konstruksi

a. Sosialisasi Rencana Kegiatan


Sosialisasi rencana kegiatan dilakukan untuk menjelaskan kepada
masyarakat bahwa akan ada rencana kegiatan penambangan batubara
yang dilakukan oleh pemrakarsa (PT Satria Lestari) baik itu penjelasan
tentang tahapan/rencana kegiatan, manfaat, dampak positif dan dampak
negatif yang kemungkinan timbul dari kegiatan penambangan batubara.
Dengan adanya kegiatan sosilaisasi masyarakat dapat memberikan saran
dan tanggapan mengenai rencana kegiatan serta mempersiapkan rencana
untuk kepentingan mereka terkait rencana kegiatan.

RUANG LINGKUP STUDI II - 13


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Pelaksanaan sosialisasi dilakukan secara terbuka antara pemrakarsa (PT


Satria Lestari) dengan pihak-pihak terkait terutama masyarakat dan aparat
pemerintah setempat serta melibatkan dinas terkait lainnya.

b. Pembebasan Lahan
Kegiatan pembebasan lahan meliputi ganti rugi tanah dan tanam tumbuh
pada lahan masyarakat yang terkena kegiatan penambangan batubara PT
Satria Lestari. Pembebasan lahan dilakukan dengan sistem ganti rugi tanah
tidak menggunakan sistem pinjam pakai lahan karena pada umumnya
masyarakat tidak menghendaki. Dalam kegiatan ini juga akan dilakukan
pembebasan lahan yang menjadi batas buffer area sehingga pada daerah
tersebut perlu dilakukan inventarisasi kepemilikan tanah.
Kegiatan pembebasan lahan dilaksanakan secara musyawarah dengan
melibatkan pemilik lahan, Badan Pertanahan dan aparat kecamatan
setempat. Kegiatan pengukuran tanah akan dilaksanakan oleh Badan
Pertanahan Kutai Kartanegara sebagai instansi yang berwenang, sedangkan
inventarisasi tanam tumbuh dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan, Dinas
Perkebunan dan Pertanian. Identifikasi kepemilikan dan penguasaan lahan
dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh pihak kecamatan bersama
kelurahan/desa yang bersangkutan.
Sebelum kegiatan pembebasan lahan ini dilakukan, terlebih dahulu akan
dilakukan inventarisasi mengenai letak, luas dan pemilik sah lahan/tanah
yang akan dibebaskan. Kemudian hasilnya akan diumumkan di kantor
Kecamatan, Desa dan RT, agar semua pihak mengetahuinya dan dapat
mempertanyakan jika terdapat hal-hal yang dianggap tidak sesuai dengan
kenyataan lapangan. Setelah data yang terhimpun sudah cukup valid dan
diperkirakan tidak ada permasalahan tumpang tindih kepemilikan lahan,
selanjutnya dilakukan negosiasi harga, pembayaran dan pembuatan surat
kesepakatan. Pembebasan lahan dilakukan secara bertahap. Pembebasan
lahan tahap awal dilaksanakan pada lahan yang terkena rencana
pembuatan jalan dan lokasi pelabuhan, kemudian pembebasan lahan
selanjutnya dilaksanakan secara bertahap disesuaikan rencana
pelaksananaan kegiatan.
Mengenai nilai untuk ganti rugi atas tanah dan tanam tumbuh tersebut
akan disesuaikan dengan nilai tanah yang mengacu pada peraturan serta
sesuai dengan kesepakatan antara ke dua belah pihak (PT Satria Lestari
dan pemilik lahan).
Untuk menghindari permasalahan seperti adanya tumpang tindih
pengusaan lahan, permasalahan legalitas surat-surat tanahnya, dan lain
sebagainya, pihak PT Satria Lestari akan berkoordinasi dengan Pemerintah
Kecamatan dan aparat desa setempat serta instansi pemerintah yang
berwenang terhadap kegiatan ini.
c. Penerimaan Tenaga Kerja
Pihak manajemen PT Satria Lestari mempunyai kebijaksanaan untuk
memprioritaskan masyarakat lokal untuk terlibat dalam aktivitas
penambangan yang disesuaikan dengan kualifikasi/persyaratan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan dan prosentase masyarakat lokal terlibat akan
meningkat seiring dengan meningkatnya kapasitas produksi. Pembinaan
masyarakat lokal agar sesuai dengan kualifikasi/persyaratan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan, pemrakarsa akan melakukan pembinaan
melalui pendidikan dan latihan yang terangkum dalam program Comdev.
Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk mendukung operasi sesuai
rancangan tambang yang ada, maka untuk tenaga kerja yang tidak

RUANG LINGKUP STUDI II - 14


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

langsung berhubungan dengan operasi penambangan jumlahnya relatif


tetap selama umur penambangan, sedangkan untuk kerja yang terlibat
langsung dalam operasi penambangan terutama untuk operator alat berat
disesuaikan dengan jumlah peralatan yang diperlukan beserta kualifikasi
selama umur proyek penambangan. Jumlah tenaga kerja yang terlibat
dalam kegiatan penambangan batubara PT Satria Lestari sebanyak 123
orang. Perekrutan tenaga kerja akan dilakukan langsung oleh PT Satria
Lestari denagn melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, kepala desa, camat
dan instansi teknis terkait dan dilakukan secara trasnparan. Jumlah dan
klasifikasi tenaga kerja yang direkrut selengkapnya disajikan pada Tabel
2.9.
Tabel 2.9. Jumlah dan Kreteria Tenaga Kerja Yang Dibutuhkan PT
Satria Lestari
No. Kualifikasi
Jabatan Jumlah Status
Pendidikan
A. Tenaga Kerja Devisi Marketing
1 Manager Marketing 1 Tetap Sarjana
2 Kepala Bagian
a. Commercial 1 Tetap Sarjana
b. Operation 1 Tetap Sarjana
3 Supervisor L/C 1 Tetap Sarjana
4 Administrasi 1 Tetap Sarjana
B. Tenaga Kerja Devisi Tambang
1 Manager Tambang 1 Tetap Sarjana
2 Kepala Bagian :
a. Perencanaan dan Produksi 1 Tetap Sarjana
b. HSE 1 Tetap Sarjana
c. Pengolahan dan Pengapalan 1 Tetap Sarjana
d. Administrasi 1 Tetap Sarjana
3 Supervisor
a. Produksi 1 Tetap Sarjana
b. Perencanaan 1 Tetap Sarjana
c. Pengukuran dan Pemetaan 1 Tetap Sarjana
d. HSE 1 Tetap Sarjana
e. Pengolahan dan Pemuatan 1 Tetap Sarjana
f. Perawatan 1 Tetap Sarjana
g. Pengapalan 1 Tetap Sarjana
4 Foreman/Sur. Senior
a. Perencanaan 1 Tetap Sarjana/SMA
b. Geologi 1 Tetap Sarjana/SMA
c. K3 1 Tetap Sarjana/SMA
d. Lingkungan 1 Tetap Sarjana/SMA
e. QC 1 Tetap Sarjana/SMA
5 Foreman/Sur. Junior
a. Shift 1 1 Tetap Sarjana/SMA
b. Shift 2 1 Tetap Sarjana/SMA
c. Surveyor 1 1 Tetap Sarjana/SMA
d. Surveyor 2 1 Tetap Sarjana/SMA
e. P & P Shift 1 1 Tetap Sarjana/SMA
f. P & P Shift 2 1 Tetap Sarjana/SMA
g. P & P Shift 3 1 Tetap Sarjana/SMA
h. CHF & Equip 1 Tetap Sarjana/SMA
i. Coal Terminal 1 Tetap Sarjana/SMA
j. Transhipment 1 Tetap Sarjana/SMA
k. Administrasi 1 Tetap Sarjana/SMA
6 Non Staff 30 Tetap SMA/Sederajat
C. Tenaga Kerja Devisi Personalia

RUANG LINGKUP STUDI II - 15


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Tabel 2.9. Lanjutan


No. Kualifikasi
Jabatan Jumlah Status
Pendidikan
1 Meneger Persomalia & General
1 Tetap Sarjana
Affair
2 Kepala bagian :
a. Personalia & GA 1 Tetap Sarjana
b. Land. Com & Com. Dev 1 Tetap Sarjana
c. Logistic 1 Tetap Sarjana
3 Supervisor :
a. Personalia & GA Sarjana/
1 Tetap
Sarjana Muda
b. Cheif Security 1 Tetap S. Muda/SMA
c. Land. Com. 1 Tetap S. Muda/SMA
d. Com. Dev. 1 Tetap S. Muda/SMA
e. Pengadaan 1 Tetap S. Muda/SMA
f. Gudang 1 Tetap S. Muda/SMA
4 Foreman/Sur. Senior :
a. Personalia 1 Tetap S. Muda/SMA
b. General Affair 1 Tetap SMA
c. Komandan Regu 2 Tetap SMA
5 Non Staff 17 Tetap SMA/sederajat
D. Tenaga Kerja Devisi Pengembangan Tambang
1 Manager Mining Development 1 Tetap Sarjana
2 Kepala Bagian Ekplorasi 1 Tetap Sarjana
3 Supervisor :
a. Plan & Data Center 1 Tetap Sarjana
b. Field 1 Tetap Sarjana
4 Foreman/Sur. Senior
a. Data Center 1 Tetap S. Muda/STM
b. Geologist 1 Tetap S. Muda/STM
c. Geodethic 1 Tetap S. Muda/STM
5 Foreman/Sur. Junior
a. Drafter 1 Tetap STM
b. Sur. Geologi 1 Tetap STM
c. Sur. Topografi 1 Tetap STM
6. Non Staff 8 Tetap SMA
E. Tenaga Kerja Devisi Logistik
1 Kepala Bagian Logistik 1 Tetap Sarjana Muda
2 Supervisor :
a. Pengadaan 1 Tetap S. Muda/SMA
b. Gudang 1 Tetap S. Muda/SMA
3 Non Staff 2 Tetap SMA/SMP
F. Tenaga Kerja devisi Keuangan & Akuntansi
1 Menager Keuangan & Akuntansi 1 Tetap Sarjana Muda
2 Kepala Bagian Keunagan
1 Tetap Sarjana Muda
Comercial dan Akuntansi
3 Supervisor :
a. Kas, Likuiditas, Exim &
1 Tetap Sarjana Muda
Penagihan
b. Akuntansi 1 Tetap Sarjana Muda
4 Foreman/Sur. Senior
a. Kasir 1 Tetap S. Muda/SMA
b. Acc 1 Tetap S. Muda/SMA
Sumber : PT Satria Lestari, 2009

Sebagai upaya mencegah dan meminimalkan resiko kecelakaan kerja,


maka semua tenaga kerja yang terlibat dalam pertambangan di PT Satria
Lestari dilengkapi dengan alat pelindung keselamatan kerja yang

RUANG LINGKUP STUDI II - 16


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

merupakan perlengkapan standart yang harus dikenakan oleh pekerja


antara lain meliputi : Helm Pengaman, Sarung Tangan, Sepatu Safety, Alat
pelindung badan saat mengelas, Ear Plug, Reflection Jacket, Safety Belt,
Tiang dan Bendera yang dipasang di mobil operasional tambang.
Mengingat kegiatan pertambangan berdampak terhadap Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Setiap pekerja PT Satria Lestari akan diikutkan ke
dalam program JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja), yang meliputi
jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), jaminan Kematian (JK) Jaminan Hari Tua
(JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).
Waktu kerja kegiatan operasi penambangan yang mencakup kegiatan
penggalian, pemuatan pengangkutan dan spreading tanah penutup serta
pengangkutan batubara. Rencana operasi per shif adalah 9 jam (9 jam/shif)
dengan jam kerja efektif per shif adalah 8 jam. Sedang asumsi hari hujan
dan slipeery adalah sebesar 30% untuk Overburden dan 24% untuk
batubara dari total jam kerja, sehingga total jam kerja efektif per tahun
adalah 3.472 jam (2 shif operasi).
Sistem penggajian mengikuti peraturan dari Dinas tenaga kerja dengan jam
kerja, apabila karyawan melakukan kerja lembur maka perusahaan
membayar sesuai dengan perhitungan upah lembur karyawan yang
berlaku.
d. Mobilisasi Peralatan
Dalam kegiatan mobilisasi peralatan (alat-alat berat) terutama dari luar
proyek yang masuk ke dalam lokasi proyek, dilakukan melalui jalan darat
dan sungai. Pada tahap awal mobilisasi peralatan (alat-alat berat) melalui
Sungai Mahakam dengan menggunakan kapal ponton atau LCT, kemudian
melalui jalan Desa Margahayu menuju lokasi kegiatan. dengan
menggunakan mobil pengangkut khusus (trailer). Sebelum dilakukan
mobilisasi PT Satria Lestari akan mengurus ijin di Dinas Perhubungan, dan
Dinas Pekerjaan Umun Kabupaten Kutai Kartanegara berkaitan dengan
kelas jalan yang akan dilalui sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM.69 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Angkut
Barang di Jalan. Sesuai Perda Provinsi nomor 4 Tahun 2002 PT Satria
Lestari akan melengkapi pajak kendaraan bermotor atau bea balik nama
kendaraan bermotor khususnya kendaraan alat berat.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana penggunaan peralatan tambang
dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.10. Rencana Penggunaan Peralatan Dalam Operasional
Tambang PT Satria Lestari
No. Aktifitas Model Kapasitas
A. Penggalian dan Pengangkutan Batubara
1 Alat Pembersih Cat 320, kuku backer datar 0,9 m3
2 Alat Angkut Nissan, CWB 20 ton
3 Alat Bantu DozerCat D7G 5,8 m3
B. Penggalian dan Pengangkutan Tanah Penutup
1 Alat Garu dorong CAT D9R Universal Blade, Single 14,4 m3
shank ripper
2 Alat Penyebar CAT D7G 5,8 m3
C. Alat bantu
1 Backhoe CAT 320C 0,9 m3
2 Alat Penyebar CAT D7G 5,8 m3
D. Perawatan Jalan dan Penunjang
1 Motor Grader Mitsubishi MG 430
2 Compactor CAT-SD100B
3 Water truck Nissan CKA12

RUANG LINGKUP STUDI II - 17


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Tabel 2.10. Lanjutan


No. Aktifitas Model Kapasitas
4 Lube Truck
5 Fuel Truck 20.000 ltr
6 Diesel Genset 20 Kw
7 Lighting 500 Kw
8 Water Pump Multi Flow 390S 300 Kw
E. Pekerjaan di Stockpile
1 Wheel Loader
2 Dozer Cat 988 9 m3
Cat D8R U Blade 2,5 m3
F. Kantor Karyawan P & K
1 Jeep 4-WD
2 Pick-up 4-WD
3 Pemadam
Kebakaran
4 Ambulance 4-WD
5 Personal Bus Minibus
Sumber : PT Satria Lestari, 2009

2. Tahap Konstruksi

a. Pembangunan Jalan Tambang


Jalan yang akan dibangun PT Satria Lestari adalah jalan dari lokasi
penambangan menuju lokasi pengolahan dan pelabuhan sepanjang ± 20
km. Rencana pembangunan jalan berupa jalan tambang yang sifatnya
crossing dengan jalan umum PT Satria Lestari terlebih dahulu mengajukan
izin ke Dinas PU. Pada jalan tambang PT Satria Lestari mempunyai
konstruksi tanah compact dan di bagian kanan dan kiri jalan dibuat tanggul
dan parit untuk drainase. Sketsa Profil jalan disajikan pada Gambar 2.5.
Jalan tambang yang dibangun terdiri dua jalur pengangkutan dump truck
berkecepatan maksimum 40 km/jam. Kecepatan dump truck bermuatan di
tikungan tidak boleh lebih 25 km/jam.

Gambar 2.5. Dimensi Jalan Tambang


Lebar jalan tambang adalah 10 meter, maka lebar jalan tambang ditambah
saluran drainase/parit dan tanggul menjadi 12 m. Tanggul yang dibuat
tingginya 0,85 m (2/3 x tinggi ban dump truck kapasitas 20 ton sebesar 1,2
m).

RUANG LINGKUP STUDI II - 18


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Lebar jalan tambang ditambah pada daerah tikungan karena adanya sudut
yang ditimbulkan oleh panjang alat tambang, sehingga lebar badan jalan
pada daerah tikungan menjadi 12 m dengan kemiringan maksimum 8%,
seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6. Super Elevasi Jalan Tambang


Pembuatan jalan tambang dilakukan dengan cara :
1) Cut :
Dilakukan di area berbukit dengan melakukan pemotongan
tanah/batuan yang mengikuti ketentuan : tinggi lereng 6 m, lebar
(beam) 4 - 5 m dan kemiringan slope 50º.
2) Fill :
Dilakukan pengisian tanah buangan pada daerah lembah untuk
membentuk kemiringan jalan (grade) sesuai dengan rencana.
Penimbunan dilakukan pemadatan lapis per lapis dengan geometri
sebagai berikut : tinggi lereng 3 m, lebar (berm) 4 - 5 m dan
kemiringan/slope 15º.
Pada jaringan jalan yang berpotongan dengan sungai, drainase, pembuatan
jaringan jalan diusahakan melalui bagian sungai yang tersempit. Sehingga
secara teknis pada sungai kecil dan dangkal cukup dibuat gorong-gorong
dengan konstruksi decker dari kayu, namun apabila hal tersebut tidak
memungkinkan maka perusahaan akan membangun jembatan sebagai
akses penghubung. Pada tempat-tempat jalan yang rendah dan tempat
penyaluran air dari parit dibuatkan gorong-gorong sesuai dengan ukuran
besar parit.

b. Pembangunan Fasilitas Penunjang


Kegiatan pembangunan fasilitas penunjang (emplasement) disesuaikan
dengan kebutuhan proyek, sehingga diharapkan fasilitas-fasiltas tersebut
sangat berguna untuk memperlancar kegiatan operasional tambang.
Rencana pembangunan fasilitas penunjang (emplasement) ini direncanakan
menggunakan lahan seluas ± 4 ha untuk fasilitas di lokasi tambang dan
lokasi stockpile dan instalasi pengolahan batubara. Fasilitas penunjang
dapat dilihat pada Tabel 2.11.

RUANG LINGKUP STUDI II - 19


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Tabel 2.11. Fasilitas Penunjang PT Satria Lestari


Lokasi
Jumlah Areal
No Jenis Bangunan Ukuran Areal
(unit) Stockpile &
Tambang
Pelabuhan
1. Perkantoran 25 x 15 m 2 unit 1 unit 1 unit
2. Mess Karyawan
Junior Camp 36 x 11 m 4 unit 2 unit 2 unit
Senior Camp 18 x 11 m 6 unit 3 unit 3 unit
Craft Camp 36 x 11 m 6 unit 3 unit 3 unit
Expat Camp 6x4m 8 unit 4 unit 4 unit
Camp Office 15 x 12 m 2 unit 1 unit 1 unit
Mess Hall 40 x 15 m 2 unit 1 unit 1 unit
Tempat Ibadah 14 x 15 m 2 unit 1 unit 1 unit
3. Pos Keamanan 3x3m 2 unit 1 unit 1 unit
4. Kantin 10 x 18 m 2 unit 1 unit 1 unit
5. Klinik 4x6m 2 unit 1 unit 1 unit
6. Stasiun BBM 19 x 12 m 2 unit 1 unit 1 unit
7. Rumah Generator Set 5x6m 2 unit 1 unit 1 unit
(60 x 40 x 3
8. Settling Pond 4 unit 3 unit 1 unit
m)
Reservoir (Instalasi Air
9. 3 x 15 m 3 unit - 3 unit
Bersih)
10. Workshop/Bengkel 70 x 25 m 2 unit 1 unit 1 unit
11. Laboratorium 10 x 18 m 1 unit 1 unit -
12. Gudang handak 10 x 18 m 1 unit 1 unit -
13. Oil Trap 3x1m 2 unit 1 unit 1 unit
Taman dan Lapangan
14. 31.593 m2 2 unit 1 unit 1 unit
Parkir
Sumber : PT Satria Lestari, 2009

Di lokasi fasilitas penunjang akan dilengkapi dengan sarana pencegahan


kebakaran (sarana deteksi dini terhadap bahaya kebakaran) dan sarana
penanggulangan kebakaran (hydrant pompa air dll).
Dalam pelaksanaannya pemrakarsa akan berkoordinasi dengan Dinas
Kesehatan terkait klinik dan kantin, baik untuk tempat maupun
ketersediaan tenaga yang menjalankannya.

c. Pembangunan Stockpile dan Instalasi Pengolahan


Pengolahan batubara dilaksanakan untuk memenuhi dan menyesuaikan
permintaan konsumen akan kualitas dan ukuran batubara, untuk itu perlu
dibangun instalasi pengolahan.
Fasilitas pengolahan batubara (Coal Handling Facility) yang akan dibangun
di sekitar lokasi pelabuhan adalah Coal Crushing Plant dan Barge Loading
dengan jarak ± 200 meter dari pinggiran Sungai Mahakam.
Tabel 2.12. Jenis, Jumlah dan Kapasitas Alat Pengolahan
No. Jumlah Type/Jenis Kapasitas Lokasi
Alat
1 1 Unit Wheel Loader Cat 475 HP, 6.4 M3 Rom stockpile
988 G bucket
2 1 Unit Bulldozer, Cat D9R 405 HP, 16.43 Product stockpile
3 1 Unit Exavator, Cat 320 C 138 HP, 0,50 m 3
Product stockpile
4 1 Unit Hopper 200 m 3
ROM stockpile

RUANG LINGKUP STUDI II - 20


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Tabel 2.12. Lanjutan


No. Jumlah Type/Jenis Kapasitas Lokasi
Alat
5 1 Unit Appron feeder 500 ton/jam ROM stockpile
6 1 Unit Primary Crusher 500 ton/jam ROM stockpile
7 1 Unit Roller Screen 500 ton/jam ROM stockpile
8 1 Unit Secondary Crusher 500 ton/jam ROM stockpile
9 1 Unit Transfer Conveyor 500 ton/jam, 25 Product stockpile
meter panjang
10 1 Unit Stacking Conveyor 500 ton/jam, 100 Product stockpile
meter panjang
11 1 Unit Belt feeder 600 ton/jam Product stockpile
12 1 Unit Feeding Conveyor 600 ton/jam, 42 Product stockpile
meter panjang
13 1 Unit Barge loading 600 ton/jam, 140 Product stockpile
conveyor meter panjang dan Jetty
Sumber : PT Satria Lestari, 2009

Rencana pembangunan instalasi pengolahan seluas 10 ha terbagi menjadi:


- Pos keamanan/satpam (security) dengan luas 9 m2/pos.
- Instalasi pengolahan/preparasi batubara (coal processing plant) dan
tempat penimbunan batubara bersih (stockpile).
- Instalasi pengolahan/preparasi batubara (coal processing plant) yang
terdiri dari vibrating hopper, double roll crusher, double deck vibrating
screen, dan belt conveyor. Selain itu pihak pemrakarsa akan
melengkapi coal processing plant-nya dengan bak pengendapan
(settling pond).
- Tempat penimbunan batubara bersih (stockpile) seluas 4,5 ha dibuat
untuk menampung batubara bersih siap jual (cleaned coal) dengan
kapasitas 2 x 50.000 ton. Stockpile ini akan dilengkapi dengan hopper
loading dan barge loading conveyor dengan kemampuan sekitar 600
ton/jam
Untuk mengantisipasi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah
proses pengolahan batubara, direncanakan akan dibuat kolam pengendap
settling pond di lokasi pelabuhan dengan dimensi 60 x 40 x 3 m sebanyak
3 bak. Di sekeliling konstruksi pengolahan batubara dan pinggir sungai
akan dibuat drainase/parit dan tanggul (khusus pinggir sungai) yang
menuju settling pond (kolam pengendap). Tujuan pembangunan kolam
pengendap adalah untuk menampung air tirisan tambang dari stockpile
dengan memperhatikan curah hujan maksimum dan luas daerah catchment
area. Untuk mempercepat terjadinya proses pengendapan, maka air limbah
di treatment dengan penambahan alum. Setelah terjadi pengendapan,
maka air yang bersih pada bagian atas akan dialirkan ke bak berikutnya
dan akhirnya ke bak pengendapan akhir. Seminggu sekali lumpur/sedimen
yang mengendap di dasar bak diangkat/dikeruk dan dikeringkan, kemudian
setelah kering diangkut dengan menggunakan dump truck ke lokasi
tambang untuk digunakan sebagai penimbun lubang bekas tambang (back
filling).

RUANG LINGKUP STUDI II - 21


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

d. Pembangunan Pelabuhan (Jetty)


Kegiatan pembangunan pelabuhan berguna untuk memperlancar kegiatan
operasional tambang. Lokasi pembangunan pelabuhan berada di tepi
Sungai Mahakam yang termasuk dalam wilayah Desa Loa Kulu Kota.
Pelabuhan ini digunakan untuk melayani pengangkutan produk batubara ke
kapal untuk dikirim ke konsumen. Konstruksi pelabuhan ini terbuat dari
besi yang dipancang di tepi sungai berupa pender yang diberi bantalan
karet, untuk melayani 1 tongkang yang sedang muat dan 1 tongkang yang
menunggu. Pelabuhan (jetty) di areal seluas ± 1 Ha. Pada lokasi jetty akan
diturap dengan konstruksi besi/beton agar tidak menimbulkan erosi saat
loading dan agar tidak menganggu lalulintas perairan, jetty dibangun tidak
menjorok ketengah sungai. Berkaitan dengan pembangunan jetty PT Satria
Lestari berkoordinasi dengan Dinas terkait mengenai perijinannya.

3. Tahap Operasi

a. Pembersihan Lahan
Kegiatan pembersihan lahan (land clearing) akan dilakukan pada saat
membuka areal penambangan untuk kegiatan tambang. Pembukaan lahan
dilakukan secara bertahap sesuai dengan arah kemajuan kegiatan.
Peralatan yang digunakan untuk pembersihan lahan adalah parang, kapak,
dan chainsaw dan bulldozer.
Batang pohon yang berukuran kecil dan semak belukar didorong dengan
bulldozer dan akan ditimbun pada di suatu tempat, sedangkan pohon yang
berukuran besar pemotongannya dilakukan dengan menggunakan
chainsaw, kemudian kayunya dikumpulkan selain digunakan untuk
keperluan konstruksi kegiatan tambang juga akan dimanfaatkan baik oleh
perusahaan maupun masyarakat setempat.
Setelah lahan dibersihkan maka langsung dilakukan kegiatan pengupasan
tanah pucuk (top soil), yang mana jeda waktu antara kegiatan pembersihan
lahan dan pengupasan tanah pucuk tidak berlangsung lama.
b. Pengupasan dan Penimbunan Tanah Pucuk (Top Soil)
Pengupasan tanah pucuk dengan ketebalan rata-rata 150 cm dilakukan
dengan Bulldozer CAT D7R dan alat angkut yang dipergunakan adalah truck
kapasitas 20 ton, kemudian ditimbun di tempat penimbunan tanah pucuk di
dalam wilayah KP untuk pemanfaatan lebih lanjut pada saat kegiatan
reklamasi. Tanah pucuk merupakan tanah yang banyak mengandung bahan
organik karena itu tanah ini dikategorikan sebagai media tumbuh yang baik
bagi tanaman.
Pengelolaan tanah pucuk meliputi :
1) Material didorong dan kemudian dikumpulkan dengan Bulldozer dan
dimuat dengan Excavator ke dump truck untuk diangkut ke lokasi
penimbunan.
2) Penggalian dilakukan pada saat musim kemarau agar unsur hara yang
terkandung pada top soil tetap terjaga.
3) Tempat penimbunan top soil harus stabil dengan tinggi bench maksimal
3 m dan kemiringan 30o.
4) Untuk menghindari terjadinya gully pada tempat penimbunan,
sebaiknya dilakukan penanaman cover crop.

RUANG LINGKUP STUDI II - 22


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

5) Di sekeliling lokasi penimbunan tanah pucuk dibuat saluran drainase


yang dilengkapi dengan kolam pengendapan (Sediment Pond) untuk
mengendalikan air limpasan dan menampung sedimen hasil erosi dari
timbunan tanah pucuk dan sekitarnya.
6) Untuk menjaga unsur hara yang terkandung pada top soil, maka
dilakukan pemupukan dan penyiraman pada saat musim kemarau.
c. Pengupasan dan Penimbunan Tanah Penutup (overburden)
Lapisan tanah penutup merupakan lapisan tanah atau batuan yang berada
diantara lapisan tanah pucuk dan lapisan batubara. Penggalian tanah
penutup dilakukan dengan penggaruan menggunakan dan pembongkaran
mengunakan Excavator. Pembongkaran tanah yang terletak di atas lapisan
batubara dilakukan dengan penggaruan dan penggusuran. Alat mekanis
yang digunakan adalah Bulldozer D7G.
Dalam penggalian lapisan penutup ini selain digunakan peralatan mekanis,
juga akan digunakan bahan peledak (blasting) untuk membongkar lapisan
tanah penutup. Hal ini dilakukan bila lapisan tanah penutup yang akan
digali terdapat batuan yang keras.
Adapun rencana penggunaan peralatan kegiatan penambangan
PT Satria Lestari disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.13. Peralatan Peledakan PT Satria Lestari .

No Jenis Alat Jumlah Satuan

I DRILLING BLAST HOLE


Drill Tech D245S 2 Unit
Farrel Tricone Bit 1 Unit
II BLAST ACCECORIES
1 Crimper 8 Unit
2 Copper Cable 150 Meter
III BLASTING MACHINE
Cobla 100 1 Unit
IV MIXING UNIT 2 Unit
Sumber : PT Satria Lestari, 2009.

Peledakan dilaksanakan dengan sistem Tunda (mill seconds delay blasting)


dengan tujuan untuk mengurangi debu, kebisingan dan getaran, dimana
bahan peledak pada setiap lubang bor tidak meledak sekaligus tetapi
mempunyai selang waktu. Dengan sistem tunda ini dimaksudkan agar
kebisingan yang terjadi dapat diminimalis karena ledakan terjadi hanya
pada satu lubang saja. Peledakan dilakukan dari satu lubang hingga ke
lubang berikutnya hingga lubang-lubang yang telah terisi bahan peledak
meledak seluruhnya kemudian dilakukan pembongkaran tanah penutup
dengan bantuan Excavator.

Tabel 2.14. Ringkasan Geometri Peledakan


Weigh of Specific
Bench Hole Depth Burden Spacing
Charge Drilling Charge
Height (m) (m) (m) (m)
(kg) (m/m³) (m/m³)

10,00 11,01 3,37 4,21 49,67 0,08 0,37

Sumber : PT Satria Lestari, 2009.

RUANG LINGKUP STUDI II - 23


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Spacing

Burden Steming

Bench Heigh
Column Hole depth
Charge

Sub drilling

Gambar 2.7. Geometri Peledakan

Gambar 2.8. Pola Peledakan


Pemindahan tanah penutup menuju lokasi penimbunan dilakukan dengan
menggunakan dump truck menuju lokasi penimbunan yang telah
direncanakan. Tempat pembuangan tanah penutup penanganannya
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Pembuangan tanah penutup ke lokasi galian tambang (out side dump)
berjarak 100 - 1.500 meter dari lokasi penambangan.
2) Pembuangan tanah penutup ke dalam areal tambang (in side dump)
yaitu digunakan sebagai penimbun kembali ke bekas tambang (back
filling).
Tanah penutup yang telah dibongkar kemudian dimuat kedalam dump truck
kapasitas 50 ton dengan menggunakan Excavator menuju lokasi
penimbunan yang telah ditentukan (out side dump atau in side dump).
Penataan penimbunan tanah penutup ini dirancang dengan
mempertimbangkan aspek-aspek kestabilan dari hidrologi serta selaras
dengan topografi di sekitarnya. Penimbunan tanah penutup dilakukan
dengan ketinggian 10 meter dan dengan sudut lereng ± 60 o dan sudut
akhir ± 45o dengan ketinggian penimbunan sekitar 30 m. Penataaan
penimbunan tanah penutup dilakukan dengan sistem benching dan

RUANG LINGKUP STUDI II - 24


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

berteras-teras untuk memudahkan pembagian kerja dan pengoperasian


alat-alat berat serta menjaga kemantapan atau kestabilan lereng.
Lokasi rencana penimbunan overburden dapat dilihat pada Tabel 2.15.
Tabel 2.15. Rencana Lokasi Penimbunan Overburden
Tahun PIT OB Lokasi Penimbunan

Out : East & south PIT A,B,C


1 A, B, C 2.110.414
BackFill : PIT A, B
Out :East & south PIT A, B, C
2 C, D 3.381.459
BackFill : PIT A & B
Out : East & south PIT D, E, F
3 D, E, F 4.200.605
BackFill : PIT D,E,F
Out : East & south PIT E & F
4 E, F 4.023.738
BackFill : PIT E, F
Out : East & south PIT F,G1,G2
5 F, G1, G2 4.023.738
BackFill : PIT E, F, G1, G2
Out : East & south PIT G2,H,I1,I2,J
6 H, I1, I2, J 4.023.738
BackFill : PIT G2, H, I1,I2, J
Sumber : PT Satria Lestari, 2009

d. Penambangan Batubara
Setelah kegiatan penimbunan lapisan tanah penutup (overburden) maka
kegiatan yang selanjutnya dilakukan adalah penggalian batubara. Kegiatan
ini menggunakan excavator yang dikombinasikan dengan bulldozer dan
peralatan penunjang lainnya.
Berdasarkan data yang meliputi bentuk dan karakteristik lapisan batubara
serta lapisan penutupnya, sistem penambangan yang diterapkan oleh PT
Satria Lestari adalah sistem tambang terbuka (open pit).
Berdasarkan bentuk lapisan batubaranya, kegiatan tambang akan dilakukan
dengan contour mining. Teknik penggaliannya bertahap dari elevasi yang
paling tinggi ke elevasi yang rendah sampai kedalaman batas
penambangan yang telah ditentukan. Penambangan batubara dilakukan
dengan membuat jenjang pengaman pada lapisan tanah penutup, jenjang
dibuat dengan kemiringan tiap jenjang (individual slope) sebesar 65o dan
kemiringan total jenjang (overall slope) sebesar 55o, seperti yang terlihat
pada Gambar 2.9.

7m

65° 5m

Berm

Gambar 2.9. Sketsa lereng tunggal (individual slope).


Penggalian batubara pada kegiatan tambang PT Satria Lestari dilaksanakan
dengan menggunakan Bulldozer yang dilengkapi garu. Setelah batubara
terbongkar kemudian dikumpulkan dengan Bulldozer yang menggunakan

RUANG LINGKUP STUDI II - 25


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Blade. Kemajuan penambangan batubara selanjutnya akan mengikuti arah


penyebaran batubara pada setiap Pit yang akan ditambang.
Pada penambangan batubara biasanya akan terjadi air tirisan tambang, hal
ini merupakan konsekwensi logis dari suatu kegiatan penambangan karena
disatu pihak lokasi tambang dikehendaki kering, akan tetapi dilain pihak air
tirisan tambang terus mengalir baik berasal dari air larian permukaan (run
off) pada waktu hujan maupun dari rembesan air tanah.

Gambar 2.10. Saluran Trapersium


Untuk menjaga lokasi bukaan tambang batubara agar tetap kering maka
disekeliling dari lantai bukaan tambang dibuatkan saluran/parit keliling dan
sumur (sump) untuk menampung air tirisan tambang, selanjutnya air tirisan
tersebut di pompakan ke luar tambang dan ditampung di settling pond
ataupun dengan memanfaatkan lubang bekas bukaan tambang yang belum
di timbun. Sedangkan untuk menghindari air run off dari tanah penutup
diatasnya maka tiap jenjang dan lereng tanah penutup dibuat saluran
drainase.

Gambar 2.11. Lokasi Saluran Penyaliran


Dengan adanya air tirisan, maka fenomena air asam tambang (Acid Mine
Drainage) dapat terjadi baik di lokasi penambangan batubara, di lokasi
penimbunan tanah penutup (waste dump area), maupun dilokasi
penimbunan akhir (stockpile). Terbentuknya air asam tambang pada
umumnya disebabkan adanya kandungan mineral sulfida (FeS2) baik yang
ada di dalam batubara (sulfur) dan batuan sekitarnya, adanya zat oksidan
berupa oksigen (O2) dari udara dan adanya air (H 2O), dimana ketiga bahan
pembentuk asam tersebut saling bereaksi dan akan membentuk senyawa
ferro sulfat dan asam sulfat yang dapat menyebabkan penurunan pH air.
Oleh karena itu pihak pemrakarsa akan melakukan treatment terhadap air
tirisan yang ada di settling pond dengan penambahan kapur guna menaikan
pH air.

RUANG LINGKUP STUDI II - 26


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

e. Pengangkutan Batubara
Proses pengangkutan batubara dilakukan dengan menggunakan dump truck
berkapasitas 20 ton. Selain dump truck, proses pengangkutan juga dibantu
dengan excavator. Sistem pengangkutan batubara langsung dilakukan dari
lokasi penambangan menuju tempat pengolahan batubara yang berada satu
lokasi dengan stockpile dan pelabuhan melalui jalan tambang yang telah
dibuat pada tahap konstruksi. Untuk tujuan keselamatan kerja, kecepatan
maksimum dump truck yang diizinkan adalah 40 km/jam.
Untuk mengurangi polusi debu diudara khususnya pada musim kemarau
maka dilakukan penyiraman badan jalan tambang setiap hari dengan interval
waktu 3 – 4 jam sekali dengan menggunakan mobil tangki air. Untuk
pemeliharaan jalan penghubung dan jalan utama digunakan grader dan
compactor.
f. Pengolahan dan Penimbunan Batubara
Batubara PT Satria Lestari tidak memerlukan pencucian untuk menurunkan
kadar abunya karena kadar rata-rata seam 4,8 nilainya < 8% masih dinilai
cukup baik. Pengolahan batubara PT Satria Lestari hanya memerlukan
proses crushing, screening, stockpiling, dan blending.
Batubara dari lokasi tambang diangkut dengan menggunakan dump truck
dengan kapasitas 20 ton dengan melewati jalan tambang sepanjang + 20
Km dan jembatan timbang. Untuk selanjutnya dilakukan penimbunan di ROM
stockpile atau langsung dimasukan ke dump hopper berkapasitas 200 m 3.
Proses selanjutnya batubara dari ROM stockpile dimasukan dengan
menggunakan wheel loader tipe Cat. 988 G ke dump hopper dan appron
feeder. Pemecahan batubara ukuran 400 mm dimulai pada crusher
sekondary dengan kapasitas 500 ton/jam sehingga didapat ukuran batubara
50 mm yang merupakan standar produksi komersial.
Setelah melalui transfer conveyor dengan kapasitas 600 ton/jam, batubara
yang sudah dipecah melalui sensor magnit dan belt scale ditransport melalui
stacking conveyor dengan kapasitas 500 ton/jam menuju produk stockpile
dengan kapasitas 2 x 50.000 ton. Batubata di stockpile kemudian di tata dan
dipadatkan dengan menggunakan bulldozer type Cat D9R dan Cat D7R, Hal
ini bertujuan untuk menghindari selt combustion dan didorong kedalam
reclaim hopper melewati reclaim conveyor dengan kapasitas 500 ton/jam.

RUANG LINGKUP STUDI II - 27


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Gambar 2.12. Diagram alir Pengolahan Batubara

RUANG LINGKUP STUDI II - 28


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Gambar 2.13. Picturial Flow Sheet Pengolahan Batubara

RUANG LINGKUP STUDI II - 29


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

g. Pemuatan dan pengapalan batubara


Kegiatan pemuatan batubara (loading) ke kapal ponton pengangkut (barge)
dilakukan di pelabuhan (jetty) yang terletak di tepi sungai Mahakam, Desa
Loa Kulu Kota Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi
Kalimantan Timur.
Mula-mula batubara siap jual yang berada di lokasi penimbunan akhir (stock
pile) di lokasi pelabuhan didorong dengan menggunakan loader menuju
hopper, dan kemudian batubara tersebut diangkut dengan barge loading
conveyor yang berkapasitas 200 ton/jam sepanjang ± 250 meter menuju
kapal ponton (barge) dengan kapasitas ± 7.000 ton yang berada di
pelabuhan (jetty). Fasilitas ini menggunakan lokasi di tepi Sungai Mahakam.
Untuk fasilitas penyandaran dilengkapi fender atau penahan ponton untuk
menahan saat penyadaran ponton maupun sedang diisi, juga dijaga oleh tug
boat untuk memastikan kondisi ponton selalu pada tempatnya dengan
mengikat ponton dengan tali tambatan ke darat atau bolar di sungai. Untuk
mengendalikan ceceran pada saat pemuatan corong dilengkapi dengan
penangkap ceceran. Desain dermaga dan processing plant seperti pada
lampiran. Sebelum pembangunan akan mengajukan ijin ke Dinas
Perhubungan, dan penggunaan conveyor mengajukan ijin ke Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Timur, dan Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Kutai Kartanegara.
h. Operasional Bengkel dan Genset
Kegiatan perbengkelan meliputi perbaikan dan pemeliharaan kendaraan alat
berat seperti: bulldozer, wheel loader, backhoe excavator, grader dan dump
truck dan alat-alat penunjang lainnya seperti truck tangki air dan BBM, mobil
operasional dan lain-lain yang digunakan dalam kegiatan penambangan,
maupun perbaikan dan pemeliharaan peralatan pengolahan/preparasi
batubara, sedangkan operasional genset merupakan aktivitas pengunaan
energi listrik untuk memperlancar operasional penambangan.
Fasilitas perbengkelan untuk perawatan peralatan tambang disediakan di
area tambang, sedangkan fasilitas perbengkelan untuk perawatan peralatan
pengolahan/preparasi batubara berada di arael pengolahan/preparasi
batubara yang hanya menangani perawatan perbaikan mesin dan listrik.
Dalam aktivitasnya kegiatan perbaikan dan pemeliharaan kendaraan alat
berat serta operasional genset akan menghasilkan limbah cair seperti
ceceran BBM, oli/pelumas bekas yang perlu penenganan lebih hati-hati
karena termasuk jenis limbah B3. Oleh karena itu pemrakarsa akan
melengkapi unit perbengkelannya dengan oil trap untuk menampung limbah
oil dan pelumas bekas tersebut dan kemudian dikumpulkan di dalam drum
untuk diserahkan kepada pengumpul yang mempunyai ijin dari Kementerian
Lingkungan Hidup. Jika terjadi ceceran segera ditaburkan serbuk kayu agar
terserap, kemudian serbuk dibersihkan dan dikumpulkan terpisah untuk
dibakar ditempat yang telah ditentukan pada area yang aman (tempat
penimbunan sampah bengkel).
Penanganan oli/BBM akan mengikuti standart operasional procedur (SOP)
mengacu pada Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor 225/BAPEDAL/09/1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyim-
panan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas. Sedangkan untuk
pengukuran dan pemantauan emisi dari genset akan dibuat desain cerobong
untuk emisi gas buang dengan mengacu Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 205/BAPEDAL/07/1996.

RUANG LINGKUP STUDI II - 30


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Bengkel yang akan dibangun dilengkapi dengan bak pengolahan oil bekas
(oil treatment/oil trap) untuk mengantisipasi ceceran oil bekas, oli bekas
dikumpulkan dan dijual pada pihak ketiga yang memiliki ijin . Desain bak
pengolahan oil dapat dilihat pada gambar 2.15.

Gambar 2.14. Desain Bengkel

Bengkel
Genset Pompa Ke Drum
Fuel Tank

Air + Oli 0,75 m 0,75 m 0,75 m 0,75 m

Oli Oli
Oli

Bak IV
Air
1m
Air Bak III
Filter Air

Bak I Bak II Filter

Gambar 2.15. Desain Bak Oil Trap


Pembangkit listrik ditujukan untuk keperluan penerangan dan pengoperasian
alat-alat listrik untuk keperluan perkantoran, mess karyawan, workshop
maupun kebutuhan lainnya yang memerlukan tenaga listrik terletak dekat
dengan lokasi bengkel dan didistribusikan ke berbagai tempat yang
memerlukan listrik. Sedangkan untuk keperluan operasional pada malam
hari digunakan genset primer mover (air cooled) dengan menara lampu.
Bangunan generator ini dibuat dengan luasan 30 m 2. Untuk lebih jelasnya
mengenai desain ruang dan cerobong genset disajikan pada gambar 2.16.
berikut.

RUANG LINGKUP STUDI II - 31


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Gambar 2.16. Desain Ruang Genset dan Cerobong Genset


i. Pemberdayaan masyarakat (community development)
Sebagai bentuk kepedulian perusahaan dalam memberikan kontribusi
terhadap masyarakat yang berada disekitar wilayah kegiatan penambangan,
maka PT Satria Lestari setiap tahunnya melakukan kegiatan pengembangan
masyarakat (community development) atau yang dewasa ini lebih terkenal
dengan sebutan Corporate Social Responsibility (CSR).
Untuk lebih jelasnya mengenai kegiatan pengembangan masyarakat
(community development) yang direncanakan adalah:
1) Peningkatan SDM / Pendidikan:
a) Bantuan buku pelajaran SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi
b) Bantuan buku perpustakaan, alat olah raga dan kelengkapan
sekolah.
c) Bantuan beasiswa.
d) Bantuan pendirian sarana ibadah
2) Magang kerja
a) Memberikan kesempatan kepada calon tenaga kerja lokal
khususnya lulusan STM dan Perguruan Tinggi untuk magang/
praktek kerja.
3) Peningkatan Kesehatan Masyarakat

RUANG LINGKUP STUDI II - 32


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

a) Pelayanan kesehatan di klinik kesehatan perusahaan untuk


masyarakat umum sekitar tambang.
b) Pemberian penyuluhan kesehatan dan imunisasi gratis.
c) Memfasilitasi pengadaan posyandu di desa sekitar tambang.
4) Peningkatan Sarana Infrastruktur
a) Bantuan pembuatan fasilitas sarana pedesaan seperti
penggrederan jalan, pembuatan parit jalan dsb.
5) Kegiatan Pelatihan / Training
a) Training : Driver/Operator, Mekanik surveyor
b) Training Ketrampilan untuk Masyarakat
j. Reklamasi dan Revegetasi lahan
Reklamasi dan revegetasi lahan bekas tambang dilakukan ketika
pertambangan dimulai pada blok pertambangan tahun pertama dengan
jangka waktu minimal sebulan setelah ditambang. Kegiatan ini bertujuan
untuk memulihkan kondisi lahan sehingga mendekati kondisi awal sebelum
pertambangan. Dalam pelaksanaannya, PT Satria Lestari mengacu kepada
Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2008
tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang.
Pekerjaan yang dilakukan dalam kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan
dapat dilihat pada uraian berikut ini :
1) Persiapan Lahan
a) Pengamanan lahan bekas tambang, kegiatan ini meliputi ;
- Pemindahan/pembersihan seluruh peralatan
dan prasarana yang tidak digunakan di lahan yang akan
direklamasi.
- Perencanaan secara tepat lokasi
pembuangan limbah beracun dan berbahaya dengan perlakuan
khusus agar tidak mencemari lingkungan.
- Melarang dan menutup jalan masuk ke
lahan bekas tambang yang akan direklamasi.
b) Pengaturan bentuk lahan
Pengaturan bentuk lahan disesuaikan dengan kondisi topografi dan
hidrologi setempat dan pengaturan bentuk lahannya dapat dilihat
pada uraian berikut ini ;
- Pengaturan bentuk lereng ;
Pengaturan bentuk lereng dimaksudkan untuk mengurangi
kecepatan air limpasan, sedimentasi, erosi, dan longsor.
Kemudian lereng yang terlalu tinggi atau terjal dibentuk berteras-
teras.
- Pengaturan saluran pembuangan air ;
Pengaturan saluran pembuangan air (SPA) dimaksudkan untuk
pengatur air agar mengalir pada tempat tertentu dan dapat
mengurangi kerusakan lahan akibat erosi. Selanjutnya jumlah dan
bentuk SPA tergantung dari bentuk lahan (topografi) dan luas
areal yang direklamasi.

RUANG LINGKUP STUDI II - 33


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

2) Kegiatan back filling dan penghamparan top soil


Pada kegiatan ini adalah menimbun kembali lubang galian bekas
tambang dengan material over burden yang berasal dari disposal area
(waste dump) dan/atau dari kegiatan pengupasan tanah penutup yang
sedang berjalan. Selanjutnya setelah areal back filling tertata rapi, tahap
berikutnya dilakukan penghamparan top soil sebanyak dengan ketebalan
maksimal 75 – 100 cm. Pada kegiatan back filling tersebut dilakukan
tindakan pemulihan kesubuan tanah dengan cara pengapuran,
pemupukan organik dan anorganik serta pemberian gypsum apabila
dilahan reklamasi terdapat kerak (crusting).
3) Kegiatan Revegetasi
Revegetasi pada tahap awal dilakukan dengan jenis cover crop yang
berfungsi untuk mengembalikan struktur dan kesuburan tanah, kemudian
dilanjutkan dengan penanaman jenis pionir yang tahan terhadap
keasaman tanah dan kekeringan seperti Accasia, Sungkai dan Sengon.
Selain itu diupayakan dilakukan penanaman jenis tanaman lokal seperti
meranti, Gmalina, bengkirai, dan tanaman buah seperti rambutan,
cempedak, dan durian. Penanaman akan dilakukan dengan jarak tanam 3
x 3 m atau 1.111 pohon/ha. Pemeliharaan dan perawatan tanaman
dilakukan hingga tahun ketiga. Pemeliharaan dan perawatan tanaman
pada tahun pertama dilakukan setiap 3 bulan sekali, pada tahun kedua
dan ketiga dilakukan setiap 6 bulan sekali.
Pada kegiatan revegetasi ini PT Satria Lestari akan membuat persemaian
atau pembibitan untuk pemenuhan akan bibit tanaman dengan
melibatkan masyarakat setempat baik sebagai penyedia bibit tanaman
maupun keterlibatan dalam penanaman dan pemeliharaan tanaman.
Selain itu pihak pemrakarsa juga akan menyamakan persepsi dengan
keinginan Pemda dan masyarakat setempat dalam kegiatan reklamasi
dan revegetasi lahan. Karena kegiatan tambang berada pada kawasan
hutan maka kegiatan revegetasi lahan mengacu pula pada Peraturan
Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 Tentang Rehabilitasi dan Reklamasi
Hutan.

4. Tahap Pasca-Operasi
a. Rasionalisasi tenaga kerja
Dengan berakhirnya kegiatan penambangan, maka PT Satria Lestari akan
melaksanakan rasionalisasi tenaga kerja atau pemutusan hubungan kerja
(PHK) terhadap tenaga yang dimiliki. Proses pemutusan hubungan kerja
akan dilaksanakan berdasarkan peraturan dan perundang-undangan tenaga
kerja yang berlaku. PT Satria Lestari akan memberikan uang pesangon
sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dimana uang pesangon
tersebut dapat dijadikan sebagai modal kerja, modal usaha maupun modal
lainnya yang akan menunjang kehidupan tenaga kerja tersebut setelah
lepas dari perusahaan.
Selain itu, dengan perekrutan yang telah dilaksanakan oleh PT Satria
Lestari akan menciptakan tenaga kerja yang mempunyai keterampilan dan
jika terjadi pelepasan tenaga kerja maka karyawan ini akan lebih mudah
diterima di perusahaan penambangan batubara lain yang beroperasi di
sekitarnya.

b. Demobilisasi Peralatan

RUANG LINGKUP STUDI II - 34


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Dengan berakhirnya kegiatan penambangan pada tahap pasca-operasi,


maka kegiatan demobilisasi peralatan (alat-alat berat) dari lokasi proyek ke
luar lokasi proyek sebagian besar dilakukan melewati jalan sungai dengan
menggunakan kapal ponton atau LCT, sedangkan yang melalui jalan darat
diangkut dengan menggunakan mobil pengangkut khusus (trailer) yang
melewati ruas jalan raya yang ada.
c. Reklamasi dan Revegetasi Lanjutan
Pada tahap ini adalah lanjutan dari pelaksanaan reklamasi dan revegetasi
yang dilaksanakan pasca penambangan. Reklamasi dan revegetasi pada
tahap ini dilakukan pada lokasi Pit terakhir pada penambangan.
Pelaksanaan dari kegiatan ini sama dengan kegiatan pada pelaksanaan
reklamasi dan revegetasi pada tahap operasi.
d. Pengembalian lahan
Pada akhir kegiatan tahap pasca-operasi penambangan ini, sejalan dengan
tingkat keberhasilan kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan secara
menyeluruh, maka areal bekas tambang yang telah direklamasi dan
direvegetasi terlebih dahulu dievaluasi oleh Tim Pemerintah Kabupaten
Kutai Kartanegara dan dinyatakan telah mendekati rona awal (memenuhi
kriteria) dengan jangka waktu evaluasi lahan yang telah direklamasi dan
direvegetasi tersebut diperkirakan sekitar ± 2 – 3 tahun setelah pasca-
tambang dan setelah dinyatakan berhasil, baru lahan tersebut dan bekas
jalan angkut batubara (main haul road) serta bekas lokasi prasarana dan
sarana penunjang (emplasement) dikembalikan kepada Pemerintah
Kabupaten Kutai Kartanegara.

2.1.3. Kegiatan Lain Di Sekitar Lokasi Rencana Kegiatan Beserta Dampak-


dampak Yang Ditimbulkannya Terhadap Lingkungan Hidup
Kegiatan lain yang terdapat di sekitar rencana lokasi pertambangan PT Satria Lestari
adalah pemukiman, perkebunan dan pertambangan.
Aktifitas kegiatan pemukiman, pertanian, perkebunan dan pertambangan di sekitar
lokasi PT Satria Lestari secara langsung akan mempengaruhi kondisi lingkungan
sekitar sehingga terjadi akumulasi perubahan lingkungan akan semakin besar. Dengan
demikian keterkaitan dampak dengan kegiatan lain di sekitar tersebut perlu dicermati
secara serius karena akan berpengaruh terhadap komponen fisik kimia, biologi, sosial
ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat.
Adapun kegiatan lain yang ada disekitar lokasi pertambangan PT Satria Lestari adalah:

A. Pemukiman Penduduk
Pemukiman penduduk yang berada didalam dan di sekitar rencana lokasi tambang
batubara PT Satria Lestari antara lain :
Sebelah Utara : Desa Margahayu dan Kelurahan Jahab
Sebelah Barat : Desa Margahayu
Sebelah Barat : Kelurahan Jahab
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan pemukiman masyarakat terhadap
lingkungan adalah munculnya limbah padat dan limbah cair yang dapat
berpengaruh terhadap kualitas air dan tanah.
B. Perkebunan
Kegiatan perkebunan yang berada di sekitar lokasi rencana tambang batubara PT
Satria Lestari antara lain :

RUANG LINGKUP STUDI II - 35


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Sebelah Utara : PT. Budi Duta Agro Makmur


Sebelah Barat : PT. Budi Duta Agro Makmur
Sebelah Selatan : PT. Budi Duta Agro Makmur
Sebelah Timur : PT. Budi Duta Agro Makmur
Dampak yang muncul dari kegiatan perkebunan yaitu peningkatan aliran
permukaan, erosi, sedimentasi, dan penurunan kualitas air akibat kegiatan
pembukaan lahan serta penggunaan pestisida, lapangan usaha dan pendapatan
masyarakat.
C. Pertambangan
Kegiatan pertambangan yang berada di sekitar lokasi rencana tambang batubara
PT Satria Lestari antara lain :
Sebelah Utara : PT. Multi Harapan Utama dan PT. Mahakam Prima Akbar
Sejati
Sebelah Barat : PT. Multi Harapan Utama
Sebelah Selatan : PT. Serco Kaltim
Sebelah Timur : PT. Mahakam Prima Akbar Sejati dan PT. Multi Harapan
Utama
Dampak-dampak yang ditimbulkan dari aktifitas pertambangan sekitar lokasi
penambangan PT Satria Lestari yaitu peningkatan debu, intensitas kebisingan,
aliran permukaan, erosi, sedimentasi, penurunan kualitas air, kesuburan tanah,
flora dan fauna, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, munculnya lapangan
kerja dan usaha, Keselamatan dan kesehatan kerja, serta peningkatan lalu lintas.
Gambaran dari kegiatan lain di atas dapat dilihat pada gambar peta kegiatan lain
(gambar 2.17.)

RUANG LINGKUP STUDI II - 36


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Gambar 2.17. PETA KEGIATAN LAIN

RUANG LINGKUP STUDI II - 37


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

2.1.4. Alternatif yang Dikaji Dalam AMDAL


Kajiaan Alternatif dari rencana kegiatan penambangan batubara PT Satria Lestari
didasarkan pada ekologi yang diprakirakan berpotensi muncul terhadap komponen
lingkungan hidup sekitar.
Alternatif yang akan dikaji dalam ANDAL rencana kegiatan penambangan batubara PT
Satria Lestari adalah alternatif lokasi blasting (peledakan).
A. Alternatif 1
Kegiatan pengupasan dan penimbunan tanah penutup (overburden) PT Satria
Lestari akan menggunakan blasting dalam pengupasan tanah penutup hal ini
dikarenakan adanya lapisan tanah penutup yang tergolong agak keras, kegiatan
blasting (peledakan) tersebut dilakukan di seluruh PIT rencana penambangan.
Untuk mengetahui lokasi blasting (peledakan) dapat dilihat pada Gambar 2.18.
B. Alternatif 2
Kegiatan pengupasan dan penimbunan tanah penutup (overburden) PT Satria
Lestari akan menggunakan blasting dalam pengupasan tanah penutup, namun
pada PIT H bagian utara khususnya dan PIT I-2 tidak dilakukan kegiatan blasting
(peledakan), hal ini dikarenakan relatif dekatnya lokasi penambangan dengan
pemukiman penduduk Desa Margahayu, kegiatan pengupasan tanah penutup pada
Blok tersebut hanya dilakukan secara mekanis. Untuk mengetahui lokasi blasting
(peledakan) dapat dilihat pada Gambar 2.19.
Penekanan terhadap kajian alternatif akan diuraikan secara lengkap pada arahan
penanganan dampak penting dalam dokumen ANDAL dan upaya pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup pada dokumen RKL dan RPL.

RUANG LINGKUP STUDI II - 38


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Gambar 2.18. Peta alternatif 1

RUANG LINGKUP STUDI II - 39


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Gambar 2.19. Peta alternatif 2

RUANG LINGKUP STUDI II - 40


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

2.2. Rona Lingkungan Hidup Awal


2.2.1. Komponen Fisik – Kimia
A. Iklim
Keadaan parameter iklim di lokasi studi digambarkan dengan menggunakan data
keadaan parameter iklim dari Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika Bandara
Temindung Samarinda, Kalimantan Timur. Data iklim yang digunakan meliputi periode
pengamatan tahun 1998-2008.
1. Tipe Iklim
Menurut klasifikasi iklim Schmidt and Ferguson yang didasarkan pada data curah
hujan bulanan periode 1998 - 2008 dari Badan Meteorologi dan Geofisika Bandara
Temindung Samarinda, tipe iklim lokasi studi termasuk kedalam tipe iklim A
(sangat basah) dengan nilai Q sebesar 0,135 (0,000  Q < 0,143).
2. Curah Hujan
Berdasarkan hasil pencatatan curah hujan Stasiun Meteorologi dan Geofisika
(BMG) Bandara Temindung Samarinda periode 1998 - 2008, diketahui bahwa
curah hujan rata-rata bulanan tertinggi terjadi pada bulan Februari sebesar 392,2
mm, dikarenakan pada bulan tersebut frekuensi hari hujan dan volume hujan
sangat tinggi, sedangkan curah hujan bulanan terendah terjadi pada bulan Agustus
sebesar 203,7 mm. Untuk lebih jelasnya mengenai data curah hujan dapat dilihat
pada Tabel 2.16.
Berdasarkan data jumlah hari hujan dari Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika
Bandara Temindung Samarinda selama periode 1998 - 2008, bahwa hari hujan
rata-rata per tahun adalah 235,6 mm, dengan jumlah bulan basah rata-rata
pertahunnya sebesar 10,9 bulan, bulan lembab 1,1 bulan dan bulan kering 1,2
bulan.
Tabel 2.16. Jumlah Curah Hujan Bulanan (mm) periode 1998 - 2008 di
Wilayah Studi dan Sekitarnya
Curah Hujan (mm) Jumlah (mm)
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des BB BL BK
15.3 2.5 0.0 10.5 76.2 363.1 191.8 182.2 122.3 241.2 213.8 338.0 1638.1
1998
BK BK BK BK BL BB BB BB BB BB BB BB 7 1 4
222,1 392,2 218,5 180,7 170,5 121,3 129,8 203,7 226,3 317,6 255,1 264,2 2702
1999
BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB 12 0 0
188,8 308,3 265,9 138,5 249,4 279,6 118,2 101 209,1 175,3 381,4 168,7 2584,2
2000
BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB 12 0 0
156,4 307,3 235,7 157,6 187,1 109,7 98,4 26,4 167,7 134,1 220,8 112,1 1913,3
2001
BB BB BB BB BB BB BL BK BB BB BB BB 10 1 1
156,9 128,2 284,4 190 130 180,6 76,4 32,7 73,5 140,1 101,7 181,8 1676,3
2002
BB BB BB BB BB BB BL BK BL BB BB BB 9 2 1
253,3 157,9 417,3 135,7 244,9 79,8 44,5 95,6 273,8 220,9 203,7 217,9 2345,3
2003
BB BB BB BB BB BL BK BL BB BB BB BB 9 2 1
339,7 224,3 401,6 384,8 367,6 55,4 100,1 0 171,7 2,1 280,9 175,5 2503,7
2004
BB BB BB BB BB BK BB BK BB BK BB BB 10 0 2
200,7 38,9 225,4 336,3 199,4 98,6 271 145,4 94,1 339,6 304,5 296,5 2550,4
2005
BB BK BB BB BB BL BB BB BL BB BB BB 9 2 1
227,8 206,8 214,6 206,6 306,5 184,6 24,4 97,5 107,7 69,6 190,6 110 1946,7
2006
BB BB BB BB BB BB BK BL BB BL BB BB 9 2 1
306,8 220,4 260,3 339,7 112,3 213,4 278,5 132,9 182,6 181,4 84,6 141,2 2454,1
2007
BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BL BB 11 1 0

RUANG LINGKUP STUDI II - 41


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

142,6 194,4 211,4 259,4 50,9 205,2 333,3 148,7 153,4 207,5 501 349,7 2757,5
2008
BB BB BB BB BK BB BB BB BB BB BB BB 11 0 1
2 221,0 218,1 233,9 156,4 166,6 116,6 178,2 202,9 273,8 235,5 2486,36
Rata 273,51 209,48
4 2 8 51 4 1 2 4 1 6 10,9 1,1 1,2
Max 339,7 392,2 417,3 384,8 367,6 279,6 333,3 203,7 273,8 339,6 381,4 338
Sumber : Stasiun Meteorologi dan Geofisika Bandara Temindung Samarinda, 2009.

Tabel 2.17. Jumlah Hari Hujan Rata-Rata Tahunan Periode 1998 - 2008 di
Wilayah Studi dan Sekitarnya
Hari Hujan (hari)
Tahun Jumlah
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1998 18 22 2 19 16 9 10 1 3 13 15 15 143
1999 2 2 1 6 18 17 23 26 22 22 20 28 187
2000 17 17 28 21 22 20 19 19 21 27 19 21 251
2001 21 21 21 22 21 26 18 21 22 22 21 18 254
2002 22 22 22 22 20 16 17 2 23 20 19 15 220
2003 16 12 22 19 18 20 10 6 10 11 22 17 183
2004 18 12 20 23 18 17 18 16 20 20 20 20 222
2005 18 22 22 21 22 13 23 1 21 7 19 23 212
2006 19 10 13 22 22 23 22 13 13 23 26 25 231
2007 19 18 18 21 22 22 5 10 9 6 20 22 192
2008 16 18 27 27 11 19 26 27 19 23 22 26 261
Rata-rata 18,6 17,6 19,6 22,3 21 20,2 19,1 14,2 18,3 19,4 22,3 23 235,6
Sumber : Stasiun Meteorologi dan Geofisika Bandara Temindung Samarinda, 2009.

3. Suhu Udara
Secara klimatis keadaan suhu/temperatur udara yang tercatat di Stasiun Badan
Metereologi dan Geofisika Bandara Temindung Samarinda selama periode 1998 -
2008, kondisi lingkungan pada areal studi mempunyai suhu bulanan berkisar
antara 22,07oC – 30,37oC. Keadaan suhu udara rata-rata bulanan secara lengkap
dan terperinci dapat dilihat pada Tabel 2.18.
Tabel 2.18. Temperatur Udara Rata-Rata Bulanan Periode 1998 - 2008 di
Wilayah Studi dan Sekitarnya
Temperatur Udara (oC)
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1998 26,5 26,2 27 27,2 27,6 27,3 27,2 27,3 27,2 27,6 27,5 28,1
1999 28,8 29,8 29,8 30,3 28,9 27,6 27,3 27,1 27,7 27,6 27,2 26,8
2000 27,2 27 27,1 27,3 26,7 26,5 26,2 26,7 26,6 26,9 27 27,2
2001 26,8 26,6 26,9 26,9 27,2 26,2 26,5 26,5 26,9 27 27,6 26,6
2002 26,7 27,1 26,9 27,5 27,5 27,1 26,8 27,2 27 27,5 27,2 27,3
2003 27,5 27,5 27,1 27,7 27,6 27,2 27,2 27,3 27,2 27,9 27,6 27,8
2004 27,2 27,9 27,2 27,8 27,8 27,5 26,9 27,1 26,9 27,2 27,6 27,3
2005 27,6 26,9 27,2 27,2 27,6 27,5 26,6 27,1 27,1 28,5 27,8 27,1
2006 27,3 28,3 28,2 27,1 28,5 27,1 26,9 27,5 27,9 27,2 26,9 27,2
2007 27,1 27,7 27,7 27,5 27,3 26,7 27,7 27,2 32,1 27,8 27,6 28
2008 27 27,3 26,7 27 27,4 26,8 26,3 26,5 27,1 27,4 27,2 27
Rata2 29,97 30,23 30,18 30,35 22,07 29,75 29,56 29,75 30,37 30,26 30,12 30,04
Sumber : Stasiun Meteorologi dan Geofisika Bandara Temindung Samarinda, 2009.

4. Kelembaban Udara
Kelembaban nisbi (relative humidity) merupakan perbandingan antara kelembaban
aktual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air. Kelembapan nisbi (RH)

RUANG LINGKUP STUDI II - 42


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

akan semakin kecil bila suhu udara meningkat, dan sebaliknya akan meningkat
bila suhu udara menurun. Berdasarkan data Stasiun Badan Metereologi dan
Geofisika Bandara Temindung Samarinda kelembaban udara di wilayah studi
selama periode 1998 - 2008, bahwa kelembaban udara rata-rata bulannya
berkisar antara 75,7% - 85,7%. Keadaan kelembaban udara rata-rata bulanan
secara lengkap dan terperinci dapat dilihat pada Tabel 2.19.
Tabel 2.19. Kelembaban Udara Rata-Rata Bulanan Periode 1998 - 2008 di
Wilayah Studi dan Sekitarnya
Kelembaban Udara (%)
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

1998 83,2 85,7 83 83,8 81,7 80,5 79,8 75,7 76,3 79,5 82,3 82,3
1999 73,5 70,7 67 68,2 79,8 82,5 83,2 82,1 81,9 83 81,8 83,2
2000 81,6 83,3 82,2 81,7 85,6 82,8 82,7 82,8 82,8 82,7 83,2 81,8
2001 83,5 82,1 83,2 83,5 82,7 85,5 83,6 83,1 83,9 82,7 82,1 83,7
2002 85,3 83,1 83,6 83,3 85,9 82,8 81,7 76,7 73,8 82,9 82,3 83
2003 80,3 80 82,5 83,5 83,5 83,7 80,1 77 79,2 79,7 82,8 82,6
2004 82,2 79,6 73,2 82,2 82,5 81 81,5 81,2 83,3 81,8 83,1 82,8
2005 69,5 83,2 82,6 82,6 83,2 80 83,2 75,5 81,6 76,2 81,7 82,1
2006 82,1 78,2 79,6 85 86,6 87,1 85,9 81,2 78,2 83,9 86,2 85,3
2007 85 83 82 82 87 85 79 80 80 79 82 83
2008 83,2 82 84,5 84,5 84,8 83,9 86,1 84,9 84,5 84,8 83 85,1
Jumlah 889,4 890,9 883,4 900,3 923,3 914,8 906,8 880,2 885,5 896,2 910,5 914,9
Rata2 83,2 85,7 83 83,8 81,7 80,5 79,8 75,7 76,3 79,5 82,3 82,3
Sumber : Stasiun Metereologi dan Geofisika Bandara Temindung Samarinda, 2009.

5. Intensitas Penyinaran Matahari


Intensitas penyinaran matahari menggambarkan tentang lamanya tingkat
penyinaran yang menerpa permukaan bumi dengan satuan persen (%) per hari
(dari pukul 08.00 – 16.00). Intensitas matahari ini berkaitan erat dengan peristiwa
evapotranspirasi dan evaporasi, karena dengan semakin tinggi tingkat intensitas
penyinaran matahari, maka laju evapotranspirasi dan evaporasi akan semakin
meningkat pula. Berdasarkan data Stasiun Badan Metereologi dan Geofisika
Bandara Temindung Samarinda besaran intensitas penyinaran matahari rata-rata
perbulan adalah 31,4% - 43,7%. Keadaan intensitas penyinaran matahari rata-
rata bulanan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.20.
Tabel 2.20. Rata-Rata Penyinaran Matahari Periode 1998 – 2008 di
Wilayah Studi dan Sekitarnya
Rata-Rata Penyinaran Matahari (%)
Tahun Jml Rata2
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1998 30 25 58 29 0 0 0 32 0 0 0 0 174 30
1999 28 32 29 23 62 67 57 66 20 22 26 58 490 28
2000 78 80 60 62 53 51 51 38 36 2 51 39 601 78
2001 12 23 35 26 37 36 22 25 22 38 23 32 239 12
2002 38 25 21 22 22 28 22 53 23 32 39 29 354 38
2003 32 35 32 29 23 26 52 55 20 51 26 22 403 32
2004 50 29 32 58 52 20 71 69 20 52 21 59 533 50
2005 22 52 51 22 55 53 26 26 37 28 25 26 525 22
2006 23 38 21 20 52 60 22 68 22 51 26 30 433 23
2007 33 62 61 26 22 22 23 53 52 27 39 28 448 33
2008 42 36 31 41 46 44 31 31 31 36 38 24 431 42
Jumlah 388 437 431 358 424 407 377 516 283 339 314 347 4690 388
Rata2 38,8 43,7 43,1 35,8 42,4 40,7 37,7 51,6 28,3 33,9 31,4 34,7 469 38,8
Sumber : Stasiun Metereologi dan Geofisika Bandara Temindung Samarinda, 2009.

RUANG LINGKUP STUDI II - 43


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

6. Arah dan Kecepatan Angin


Arah angin dilokasi studi berdasarkan data yang diperoleh dari Stasiun Badan
Metereologi dan Geofisika Temindung Samarinda (1998 - 2008), pada bulan
Januari hingga April bertiup ke arah Timur Laut, pada bulan Mei hingga Oktober
angin bertiup ke arah Selatan, dan pada bulan Nopember hingga Desember angin
bertiup ke arah Barat. Data kecepatan angin rata-rata bulanan di wilayah studi
berkisar antara 4 - 6 knot.
Tabel 2.21. Arah dan Kecepatan Angin di Wilayah Studi dan Sekitarnya
(1998 - 2008)
Kec. (Knot) Tenang 1-3 4-6 7-10 11-16 17-22 Jumlah
Arah f % f % f % f % f % f % f %
Utara 1.213 1,97 1.682 2,73 246 0,4 22 0,04 1 0,00 3.164 5,14
Timur Laut 1.079 1,75 2.259 3,67 1.066 1,74 253 0,41 15 0,02 4.674 7,59
Timur 877 1,43 1.836 2,98 651 1,06 113 0,18 8 0,01 3.485 5,66
Tenggara 828 1,35 1.823 2,96 389 0,63 33 0,06 1 0,00 3.074 5,00
Selatan 1.390 2,26 3.095 5,03 678 1,1 63 0,09 2 0,00 5.228 8,48
Barat Daya 1.049 1,71 1.981 3,22 216 0,35 11 0,04 1 0,00 3.258 5,30
Barat 1.203 1,96 1.965 3,19 284 0,46 25 0,04 4 0,01 3.481 5,66
Barat Laut 1.092 1,77 1.521 2,47 152 0,25 6 0,03 2 0,00 2.773 4,52
2.395 52,65 14,20 26,25 5,99 0,89 0,04 29.137 47,35
Jumlah 31.532 100
Sumber : Stasiun Meteorologi dan Geofisika Bandara Temindung Samarinda, 2009.

B. Kualitas Udara dan Kebisingan


Parameter kualitas udara dan kebisingan yang akan ditelaah terkait dampak yang
akan ditimbulkan oleh rencana kegiatan terhadap kualitas udara di lokasi studi
melingkupi parameter konsentrasi SO2, NOx, CO, dan debu serta tingkat kebisingan.
Data rona lingkungan hidup awal kondisi kualitas udara dan kebisingan di lokasi studi
nantinya akan dilakukan pengambilan sampel langsung dilapangan (data primer) dan
akan disajikan dalam dokumen ANDAL.
C. Hidrologi
1. Pola aliran sungai
Sesuai dengan keadaan morfologi, pola aliran sungai di daerah studi termasuk pola
dendritis, yaitu yang dicirikan dengan kondisi sungai-sungai biasanya mengalir
searah dengan punggung bukit.
Pada areal lokasi rencana tambang PT Satria Lestari terdapat sungai-sungai kecil
yakni anak sungai Tenggarong dan sungai Sentek sedangkan pada areal pelabuhan
terdapat sungai Mahakam. Keberadaan sungai Tenggarong dan sungai Sentek
tersebut bergantung dari curah hujan.
2. Sedimentasi
Beban sedimentasi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh besarnya debit aliran dan
kandungan bahan sedimen dalam air sungai bersangkutan. Prakiraan besarnya
sedimentasi dari suatu daerah tangkapan air dapat dilakukan melalui perhitungan
nisbah pelepasan sedimen dari massa tanah yang tererosi.
Hasil analisis sedimentasi pada lokasi rencana kegiatan penambangan batubara PT
Satria Lestari akan diuraikan secara lengkap pada dokumen ANDAL.
3. Kualitas air permukaan
Lingkup parameter kualitas air yang akan ditelaah terkait rencana kegiatan
penambangan batubara PT Satria Lestari meliputi parameter kualitas air yang

RUANG LINGKUP STUDI II - 44


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

ditetapkan pemerintah dalam PP RI No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan


Kualitas Air dan Pengendalian pencemaran air.
Namun untuk lebih detailnya mengenai kualitas air permukaan nantinya akan
dilakukan pengambilan sampel secara langsung di lapangan (data primer) dan
hasilnya akan disajikan dalam Dokumen ANDAL.

D. Fisiografi, meliputi :
1. Topografi dan morfologi.
Dilihat dari aspek fisiografi, keadaan topografi/ketinggian lokasi studi berkisar
antara 35 m - 70 m dari permukaan laut, yang pada umumnya terdiri dari daerah
perbukitan bergelombang. Perbedaan tinggi antara lembah dan puncak bukit
mecapai 40 meter dengan kemiringan agak landai (10 o-35o). Berdasarkan peta
kelas kelerengan (Gambar 2.13.) wilayah KP. PT Satria Lestari terdiri dari tiga
kelas lereng yaitu datar (0 – 4%), landai (4 – 10%), agak curam (10 – 17%).

2. Geologi
Secara regional, daerah penelitian termasuk cekungan Kutai (Kutai Basin) yang
batuannya terbagi menjadi tiga formasi batuan yang mempunyai ciri-ciri hampir
mirip satu sama lainnya. Batuan pada cekungan Kutai diperkirakan berasal dari
batu pasir kuarsa, lanau, lempung dan batubara. Ketiga formasi batuan tersebut
antara lain:
a) Formasi Pulau Balang
Formasi ini terdiri dari grewake, batu pasir kuarsa, batu gamping, tufa dan
batubara. Formasi ini berada diatas formasi Bebuluh yang diendapkan secara
selaras. Umur formasi Pulau balang adalah Miosen tengah.
b) Formasi Balikpapan
Formasi Balikpapan terdiri dari batu pasir, kuarsa dan lempung dengan sisipan
lanau, serpih, batu gamping dan batubara. Formasi ini menjemari diatas
formasi Pulau Balang. Lingkungan pengendapnya adalah penengah delta
sampai dataran delta.
c) Formasi Pamaluan
Formasi ini terdiri dari batu pasir kuarsa dengan sisipan batu lempung, serpih,
batu gamping dan batu lanau dengan lingkungan pengendapannya neritik.
Formasi ini diperkirakan umurnya antara Miosen Awal-Miosen Tengah.
Untuk menggambarkan secara lebih komprehensif mengenai kelas lereng rencana
lokasi penambangan batubara PT Satria Lestari dapat dilihat pada peta kelas
lereng rencana lokasi penambangan batubara PT Satria Lestari (gambar 2.20) dan
kondisi topografi pada rencana lokasi penambangan batubara PT Satria Lestari
dapat dilihat pada peta topografi rencana lokasi penambangan batubara PT Satria
Lestari (gambar 2.21). Sedangkan mengenai sebaran formasi geologi pada
rencana lokasi penambangan batubara PT Satria Lestari dapat dilihat pada peta
geologi rencana lokasi penambangan batubara PT Satria Lestari (gambar 2.22).

RUANG LINGKUP STUDI II - 45


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Gambar 2.20. PETA KELAS LERENG PT. SL

RUANG LINGKUP STUDI II - 46


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Gambar 2.21. PETA TOPOGRAFI IUP PT. SL

RUANG LINGKUP STUDI II - 47


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

GAMBAR 2.22. PETA GEOLOGI IUP PT. SL

RUANG LINGKUP STUDI II - 48


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

E. Ruang, Lahan dan Tanah


1. Tata Ruang Wilayah
Secara administratif areal tambang batubara PT Satria Lestari berada di
Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara. Berdasarkan Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kalimantan Timur areal rencana penambangan
PT Satria Lestari termasuk dalam Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK). Peta
RTRWP Kalimantan Timur pada areal rencana penambangan batubara PT Satria
Lestari dan sekitarnya dapat dilihat Gambar 2.2.
2. Penutupan Lahan
Penutupan lahan pada areal rencana penambangan batubara PT Satria Lestari
berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 50.000, Peta Citra Landsat
Path/Raw : 116-60, tahun 2006 dan Peta Penutupan Lahan Provinsi Kalimantan
Timur skala 1 : 250.000, areal rencana penambangan PT Satria Lestari didominasi
oleh hutan lahan kering sekunder.
Peta penutupan lahan pada areal rencana penambangan batubara PT Satria Lestari
dapat dilihat pada Gambar 2.23.
3. Tanah
Kesuburan tanah adalah kemampuan atau potensi suatu tanah untuk menyediakan
unsur hara dalam jumlah yang cukup dan berimbang dalam memenuhi kebutuhan
tanaman.
Secara alami tanah yang belum terganggu oleh aktivitas manusia, pada umumnya
berada pada kondisi subur dan biasanya apabila diusahakan khususnya pada tahap
awal pengelolaan lahan tidak perlu ada pemupukan. Karena unsur hara yang
dikandungnya cukup tinggi dan kondisi lingkungan rhizosfirnya berada dalam
keadaan seimbang.
Berdasarkan peta sebaran jenis tanah (Gambar 2.24), diketahui bahwa areal
rencana penambangan batubara PT Satria Lestari terbagi menjadi 2 jenis tanah
yaitu Ultisol dan Inceptisol. Namun untuk lebih detailnya mengenai tingkat
kesuburan tanah dilokasi studi akan dilakukan pengambilan sample dan hasil
analisanya akan disajikan dalam dokumen ANDAL.

RUANG LINGKUP STUDI II - 49


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Gambar 2.23. Peta Penutupan Lahan

RUANG LINGKUP STUDI II - 50


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Gambar 2.24. Peta Sebaran Jenis Tanah

RUANG LINGKUP STUDI II - 51


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

2.2.2. Komponen Biologi


A. Flora Darat
Berdasarkan karakteristik vegetasi di daerah studi secara umum terbagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu hutan lahan kering sekunder dan tanaman budidaya.
Vegetasi yang terdapat pada hutan lahan kering sekunder terdiri dari jenis-jenis kayu
pionir dan jenis-jenis kayu komersial. Jenis kayu pioner diantaranya adalah jabon
(Anthocephalus cadamba), binuang (Duabanga moluccana), mahang (Macaranga
triloba), trema (Trema orientalis), jambu-jambu (Zyzygium sp), puspa (Scima
walicii), rengas (Gluta renghas), laban (Vitex pubescens) dan perupuk (Lophopetalum
sp). Jenis kayu komersial diantaranya adalah meranti putih (Shorea leavis), kapur
(Dryobalanops sp), keruing (Dipterocarpus sp) dan nyatoh (Palaquium sp). Tumbuhan
bawah yang terdapat berupa pakis-pakisan atau paku-pakuan (Acrosticum sp),
karamunting (Melastoma malabaricum), rumput-rumputan (Paspalus conjugatum),
predang (Cyperus sp), ptenandra (Ptenandra azurae), sirih hutan (Piper auduncum)
dan jahe hutan (Zingeber sp).
Pada kawasan studi daerah perkampungan dan ladang masyarakat ditemukan
tanaman budidaya antara lain : mangga (Mangifera indica), durian (Durio zibentinus),
pisang ( Musa sp), rambutan (Nephelium sp), kelapa (Cocos nicifera), karet (Hevea
brasilensis) dan padi (Oriza sativa).
Namun untuk lebih detailnya mengenai komposisi vegetasi di wilayah studi akan
dilakukan pengambilan data langsung di lapangan (data primer) dan hasil analisisnya
akan disajikan dalam dokumen ANDAL.
B. Satwa Liar
Hutan tropis Kalimantan adalah sangat kaya akan keanekaragaman jenis satwa liar,
dari mulai kelompok Arthropoda/serangga sampai kepada mamalia besar dan banyak
jenis burung. Jenis-jenis ini menempati tempat hidup yang sangat spesifik di dalam
hutan tropis yang menyebar baik secara horisontal maupun vertikal. Habitat
diterjemahkan sebagai tempat hidup dimana satwa liar dapat tumbuh dan
berkembang sedemikian rupa, tanpa adanya gangguan yang berarti. Ada beberapa
definisi tentang habitat, tapi pada prinsipnya memberikan kesan kepentingan bahwa
habitat harus memiliki tiga unsur pokok, yaitu ketersediaan makanan, air dan tempat
untuk berkembang biak.
Studi mengenai fauna darat pada kegiatan pertambangan batubara ini meliputi family
mamalia, reptilia, aves, dan insecta, yang nantinya akan dilihat mengenai tipe habitat,
keragaman jenis dan populasi serta aspek konservasi.
Berdasarkan orientasi lapangan dan wawancara dengan masyarakat, bahwa fauna
darat yang terdapat di daerah studi adalah untuk hewan mamalia yang sering
dijumpai adalah babi hutan (Sus scrofa), Musang (Paradoxurus hermaproditus),
Monyet (Macaca fascicularis) sedangkan Aves seperti burung Pipit (Lonchura fuscons)
Elang (Milvus migran), bubut (Centropus sinensis), Cekakak Sungai (Holcyon chloris),
dan untuk reptilia berupa ular hijau (Dryephia prasinus), biawak (Varanus salvator),
kadal (Mabonya multifasciata). Mengenai jenis serangga yang sering ditemui seperti
lebah (Trichograma spp), kupu-kupu (Eurema spp) dan capung (Gompus exilis).
Mengenai informasi gambaran kondisi fauna darat pada daerah studi ini secara
lengkap akan dilakukan pengamatan langsung di lapangan (data primer) dan akan
disajikan dalam dokumen ANDAL.

RUANG LINGKUP STUDI II - 52


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

C. Biota Perairan
Biota perairan meliputi plankton (phytoplankton dan zooplankton), benthos dan
nekton. Plankton merupakan organisme renik (tumbuhan dan hewan) yang hidupnya
melayang secara pasif dalam badan air (pergerakan pasif), sedangkan benthos
merupakan organisme dasar yang dapat bersifat vagil (tertambat/menempel di
permukaan substrat) dan sessil (relatif menetap) di dasar perairan. Komposisi jenis
biota dalam suatu perairan dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimia perairan.
1. Plankton
Plankton merupakan organisme perairan yang melayang secara pasif dan terbawa
aliran air serta menempati tingkatan tropik dasar yang sangat berperan dalam
menjembatani transfer energi dari produsen primer ke konsumen atau organisme
yang berjenjang tropik yang lebih tinggi. Berdasarkan jenisnya plankton dapat
dibagi menjadi 2 jenis yaitu phytoplankton (tumbuhan) dan zooplankton (hewan).
Phytoplankton merupakan produsen primer yang mampu merubah khlorofil (zat
warna) menjadi senyawa organik yang kaya energi melalui proses fotosintesa.
Dengan melihat fungsinya di alam, maka kedudukan phytoplankton sangat penting
dalam rantai makanan. Zooplankton menempati tropik lebih tinggi setelah
phytoplankton dan merupakan makanan utama dari ikan, udang dan biota perairan
yang lebih besar lainnya.
2. Benthos
Benthos merupakan organisme yang hidupnya menempel di dasar perairan dan
menempati tropik lebih tinggi setelah zooplankton. Benthos umumnya pemakan
detritus dan plankton, serta beberapa jenis merupakan makanan ikan, udang dan
burung. Ada beberapa jenis benthos tertentu yang digunakan sebagai bio-indikator
terhadap pencemaran perairan, karena sifat hidupnya yang diam menetap di dasar
suatu perairan dan mempunyai toleransi yang tinggi serta mampu menerima
segala perubahan ekstrim yang terjadi di perairan. Sehingga jenis benthos tertentu
dapat digunakan sebagai indikator pencemaran dalam perairan.
3. Nekton
Berdasarkan hasil pengamatan dan informasi yang diperoleh dari masyarakat,
diketahui bahwa pada sungai yang mengalir di areal konsesi penambangan
batubara PT Satria Lestari terdapat beberapa jenis ikan seperti Jelawat
(Leptobartus hoeven), Baung (Mystus nigriceps), Patin (Pangasius
poliyurandodon), Sepat (Trichogaster leeri). Namun untuk lebih detailnya
mengenai data keragaman biota perairan yang terdiri dari plankton, benthos dan
nekton pada perairan yang mengalir di areal konsesi penambangan batubara PT
Satria Lestari akan dilakukan pengambilan data langsung di lapangan (data
primer) dan akan dilakukan analisis laboratorium, hasil analisis tersebut akan di
uraikan dalam dokumen ANDAL.
2.2.3. Komponen Sosial, Ekonomi, Budaya Dan Kesehatan Masyarakat
Usaha pertambangan batubara PT Satria Lestari secara administratif berada dalam
wilayah pemerintahan Kabupaten Kutai Kartanegara yang meliputi lima desa di yakni
Desa Margahayu, Jonggon Jaya, Jahab, Sungai Payang dan Loa Kulu Kota.
Konsekuensi dari kegiatan tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan
menimbulkan berbagai dampak terhadap lingkungan, baik positif maupun negatif.
Dampak positif perlu ditumbuh kembangkan dalam rangka percepatan pembangunan
dan pengembangan daerah yang bersangkutan. Sedangkan dampak negatif sedapat
mungkin diminimalisir agar tidak merugikan berbagai pihak, terutama lingkungan
sebagai media. Dengan kata lain agar kedua dampak tersebut dapat berimplikasi
positif (baik) bagi semua pihak terkait serta semua aspek kehidupan (fisik, kimia,
biologi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat) maka kegiatan penambangan

RUANG LINGKUP STUDI II - 53


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

batubara harus direncanakan sedemikian rupa sehingga fungsi dan daya dukung
lingkungan setelahnya dapat tetap difungsikan sesuai dengan peruntukan selanjutnya.
Dalam kaitannya dengan dampak terhadap komponen sosekbudkesmas yang akan
terjadi, maka dalam studi ini akan dikaji rona awal komponen sosial ekonomi, budaya
serta kesehatan masyarakat dalam rangka memudahkan dalam menganalisis
perubahan sosial ekonomi, budaya serta kesehatan masyarakat dimasa yang akan
datang. Adapun uraian mengenai kondisi tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini.
A. Demografi/Kependudukan
PT Satria Lestari merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang
usaha pertambangan batubara dengan luasan ± 2.691 Ha. Batas administratif
masing-masing desa yang terkena dampak dari adanya kegiatan penambangan
batubara PT Satria Lestari adalah sebagai berikut :
Jumlah maupun pertumbuhan penduduk di suatu daerah merupakan faktor penting
dan menjadi patokan dalam memprediksi banyak hal termasuk diantaranya adalah
ketersediaan tenaga kerja dalam kaitannya dengan percepatan pembangunan yang
dilaksanakannya dan jumlah pekerja dalam kaitannya dengan tingkat kesejahteraan.
Berdasarkan data yang didapatkan dari masing-masing desa, jumlah penduduk di
lokasi studi dirincikan pada tabel berikut.
Tabel 2.22. Jumlah Penduduk di Lokasi Studi
No. Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah Luas Kepadatan
Lokasi Jumlah Kriteria
Laki-laki Perempuan KK (Km2) (Jiwa/Km2)
1 Desa Tidak
1.676 1.364 3.040 813 31,25 97
Margahayu padat
2 Desa Tidak
1.329 1.147 2.476 594 62 39-40
Jonggon Jaya padat
3 Kelurahan 211,5 Tidak
1.254 1.679 3.632 * 17.16
Jahab 4 Padat
4 Desa Sungai Tidak
1.387 1.148 2.535 642 277,73 92
Payang Padat
5 Desa Loa Tidak
3.864 3.675 7.539 * 146 52
Kulu Kota padat
Sumber : Monografi masing-masing desa, 2009
* : Data Tidak tersedia
Kriteria kepadatan penduduk menurut BPS tahun 1999 :
1. Jumlah penduduk < 200 jiwa/Km2 : tidak padat
2. Jumlah penduduk 200-400 jiwa/Km2 : sedang
3. Jumlah penduduk > 400 jiwa/Km2 : padat

Berdasarkan kriteria kepadatan penduduk yang ditetapkan oleh BPS pada tahun 1999,
diketahui bahwa tingkat kepadatan penduduk di masing-masing desa secara umum
termasuk kategori tidak padat. Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa jumlah
penduduk di lokasi studi berada pada kisaran 39 hingga 97 jiwa/Km 2. Dari Tabel 2.20.
di atas, dapat diketahui pula komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin (sex
ratio) yang didapat dengan cara membandingkan jumlah penduduk laki-laki dengan
jumlah penduduk perempuan. Hal tersebut menyatakan banyaknya jumlah penduduk
laki-laki dalam setiap 100 penduduk perempuan. Selengkapnya sex ratio masing-
masing desa disajikan pada Tabel 2.23.
Tabel 2.23. Sex Ratio di Lokasi Studi
No. Lokasi Sex Ratio Penjelasan
Di Desa Margahayu Jaya terdapat 122 orang laki-laki
1 Desa Margahayu 122,87
dalam setiap 100 orang perempuan
2 Desa Jonggon Jaya Di Desa Jonggon Jaya terdapat 115 orang laki-laki dalam
115,87
setiap 100 orang perempuan
3 Kelurahan Jahab Di Kelurahan Jahab terdapat 74 orang laki-laki dalam
74,68
setiap 100 orang perempuan
4 Desa Sungai 120,81 Di Desa Sungai payang terdapat 120 orang laki-laki dalam
setiap 100 orang perempuan

RUANG LINGKUP STUDI II - 54


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Payang
Di Desa Loa Kulu Kota terdapat 105 orang laki-laki dalam
5 Desa Loa Kulu Kota 105,14
setiap 100 orang perempuan
Sumber : Monografi masing-masing desa, 2009

Dari tabel tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pada masing-masing lokasi
studi, penduduk laki-laki lebih banyak dibanding penduduk perempuan.
1. Struktur Penduduk Berdasarkan Usia
Berdasarkan usianya penduduk dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
penduduk produktif dan penduduk tidak produktif. Penduduk produktif merupakan
penduduk yang berada pada interval usia 15-64 tahun sedangkan penduduk tidak
produktif adalah penduduk yang berusia 0-14 tahun dan penduduk yang berusia
lebih dari 65 tahun atau dengan kata lain penduduk tidak produktif adalah
penduduk anak-anak dan penduduk yang telah lanjut usia (lansia). Penduduk
produktif merupakan indikator ketersediaan tenaga kerja pada suatu daerah dan
berpengaruh terhadap akselerasi pembangunan yang dilaksanakannya. Selain itu
penduduk produktif juga merupakan indikator tersedianya kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha yang tentunya berimplikasi positif terhadap peningkatan
kesejahteraan penduduknya. Jumlah penduduk usia produktif pada masing-masing
dfesa studi selengkapnya disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.24. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
Desa
Kelompok Desa Kelurahan Desa S. Desa Loa
No. Jonggon
Umur (tahun) Margahayu
Jaya
Jahab Payang Kulu Kota

1 0 – 14 542 849 1.096 725 1.032


2 15 – 64 2.131 1.420 2.408 52 315
3 > 65 367 207 128 * 6.003
Jumlah 3.040 2.476 3.632 * 9.223
Sumber : Monografi masing-masing desa, 2009

Secara parsial di lokasi studi didominasi oleh penduduk usia produktif, dengan
banyaknya angkatan kerja (usia produktif) yang tersedia menunjukkan bahwa
sumberdaya manusia yang potensial untuk pembangunan cukup tersedia.
2. Struktur Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Salah satu keberhasilan pembangunan dibidang pendidikan adalah meningkatnya
warga yang memiliki tingkat keterampilan dasar seperti membaca dan menulis.
Kurang/tidak berhasilnya pembangunan bidang pendidikan pada suatu daerah
selain berasal dari masyarakatnya sendiri juga dapat berasal dari keterbatasan
fasilitas pendidikan yang ada seperti gedung termasuk dalam hal ini adalah jenis
dan jumlah bangunan sekolah yang ada, buku-buku maupun tenaga pengajar.
Menurut monografi desa setempat, diketahui fasilitas pendidikan yang terdapat di
desa studi dapat dikategorikan cukup baik karena terdapat fasilitas pendidikan
sampai jenjang SMU. Selengkapnya mengenai data tersebut di atas dapat dilihat
pada Tabel 2.25.
Tabel 2.25. Fasilitas Pendidikan di Lokasi Studi
Desa
Fasilitas Desa Kelurahan Desa S. Desa Loa
No. Jonggon
Pendidikan Margahayu
Jaya
Jahab Payang Kulu Kota

1 TK 4 3 2 1 1
2 SD 4 3 3 3 2
3 SLTP 1 1 1 1 1
4 SMU 1 - 1 - -

RUANG LINGKUP STUDI II - 55


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Sumber : Monografi masing-masing desa, 2009

Menurut data monografi masing-masing desa diketahui tingkat pendidikan


penduduk cukup beragam mulai dari penduduk yang tidak bersekolah, penduduk
dengan tingkat pendidikan SD, SLTP, SMU hingga perguruan tinggi. Penduduk
yang tidak bersekolah, berpendidikan SD dan SLTP sebagian besar diketahui
merupakan penduduk tua (orang tua). Sedangkan penduduk dengan tingkat
pendidikan SMU dan perguruan tinggi sebagian besar merupakan penduduk muda.
3. Struktur Penduduk Berdasarkan Agama
Kehidupan beragama di Indonesia diatur dalam UUD 1945 pasal 29 serta sila
pertama pada Pancasila. Kehidupan beragama harus senantiasa dibina dalam
rangka menciptakan kehidupan masyarakat yang serasi, seimbang dan selaras.
Sehingga diharapkan dapat mengatasi berbagai permasalahan sosial sebagai
dampak globalisasi dewasa ini. Berdasarkan data monografi desa masing-masing
tahun 2008, diketahui bahwa lokasi studi didominasi oleh pemeluk agama Islam.
Kemudian diikuti oleh pemeluk agama Kristen Protestan dan Katolik. Sedangkan
pemeluk Hindu dan Budha tidak ditemukan di lokasi studi.
Tabel 2.26. Jumlah Penduduk Menurut Agama
Desa
Desa Kelurahan Desa S. Desa Loa
No. Agama Margahayu
Jonggon
Jahab Payang Kulu Kota
Jaya
1 Islam 2.958 2.398 978 1.700 7.288
2 Kristen Protentan 53 78 915 680 173
3 Kristen Katolik 29 - 1523 300 70
4 Hindu - - * - 3
5 Budha - - * - 5
Jumlah 3.040 2.476 * - 7.539
Sumber : Monografi masing-masing desa, 2009

Sarana ibadah dibangun dalam rangka mendukung aktivitas peribadatan. Selain


itu, sarana ibadah juga dapat diartikan sebagai eksistensi dari masing-masing
pemeluknya. Jenis sarana ibadah yang mendominasi lokasi studi merupakan
sarana ibadah milik umat Islam baik yang berupa masjid, musholla maupun
langgar.
Tabel 2.27. Fasilitas Ibadah di Lokasi Studi
Desa
Desa Kelurahan Desa S. Desa Loa
No. Jenis Margahayu
Jonggon
Jahab Payang Kulu Kota
Jaya
1 Masjid 5 7 1 5 9
2 Langgar/musholla * * 2 3 11
3 Gereja 2 2 8 6 3
4 Pura - - - - -

5 Vihara - - - - -

Sumber : Monografi masing-masing desa, 2009

B. Perekonomian
1. Mata Pencaharian
Menurut data monografi masing-masing Kecamatan tahun 2009, jenis mata
pencaharian penduduk di lokasi sebagian besar terbagi menjadi dua kelompok
yakni bertani termasuk buruh tani dan swasta. Sedangkan sebagian kecil lainnya
merupakan penduduk dengan mata pencaharian PNS, nelayan, jasa dan pedagang.
Data tersebut selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

RUANG LINGKUP STUDI II - 56


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Tabel 2.28. Mata Pencaharian Penduduk di Lokasi Studi


No. Desa
Jenis Mata Desa Kelurahan Desa S. Desa Loa
Jonggon
Pencaharian Margahayu
Jaya
Jahab Payang Kulu Kota

1 Bertani 1.601 400 258 1.000 160


2 Nelayan - * * - 20
3 Pedagang/
43 * 85 23 2.306
wiraswasta
4 Pegawai Negeri
29 10 23 5 340
Sipil (PNS)
5 Karyawan/buruh 713 29 726 250 40
6 ABRI 4 * * - 70
7 Jasa 28 * * - 55
8 Pertukangan 13 7 * 5 -
9 Pensiunan 10 * * - -
Sumber : Monografi masing-masing desa, 2009

2. Fasilitas Perekonomian
Fasilitas perekonomian, seperti pasar penting keberadaannya bagi perkembangan
suatu daerah. Semakin tinggi mobilitas disertai oleh aksesabilitinya terhadap
pusat-pusat perekonomian menjadikan perkembangan suatu daerah semakin
cepat pula. Fasilitas perekonomian yang terdapat di lokasi studi dapat dilihat pada
Tabel 2.29. berikut.
Tabel 2.29. Fasilitas Perekonomian yang Terdapat di Lokasi Studi
Desa
Desa Kelurahan Desa S. Desa Loa
No. Jenis Margahayu
Jonggon
Jahab Payang Kulu Kota
Jaya
1 Pasar 1 1 1 1 1
2 KUD 2 1 3 2 1
3 Koperasi simpan 1
1 1 1 -
pinjam/LPD
Sumber : Monografi masing-masing desa, 2009

C. Sarana Transportasi
Keberadaan sarana transportasi bila dikaitkan dengan aksesabiliti suatu daerah
mempunyai hubungan yang sangat erat. Semakin beragam jenis dan jumlahnya pada
suatu daerah, dapat disimpulkan aksesabilitinya semakin baik. Alat transportasi air
seperti perahu baik perahu dayung maupun perahu motor digunakan oleh penduduk
yang bertempat tinggal dekat dengan sungai. Sedangkan penduduk yang bertempat
tinggal jauh dari sungai umumnya menggunakan alat transportasi darat seperti
sepeda, sepeda motor, mobil, gerobak dan truck. Berikut data mengenai sarana
transportasi yang terdapat di lokasi studi.
Tabel 2.30. Sarana Transportasi di Lokasi Studi
Desa
Desa Kelurahan Desa S. Desa Loa
No. Jenis Margahayu
Jonggon
Jahab Payang Kulu Kota
Jaya

1 Sepeda 34 40 25 68 591

2 Sepeda Motor 363 65 100 185 825

3 Mobil 16 9 20 3 45

RUANG LINGKUP STUDI II - 57


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

4 Perahu motor - - 20 30 23

RUANG LINGKUP STUDI II - 58


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Tabel 2.30. Lanjutan


Desa
No Desa Kelurahan Desa S. Desa Loa
Jenis Margahayu
Jonggon
Jahab Payang Kulu Kota
Jaya

5 Perahu dayung - - 15 25 7

6 Truck 2 2 2 2 10
Sumber : Monografi masing-masing desa, 2009

D. Sarana Komunikasi
Selain hal-hal di atas, keberadaan sarana komunikasi sebagai penunjang
perekonomian juga sangat penting dalam kaitannya dengan keterbukaan dan
percepatan arus informasi. Selain itu sarana komunikasi juga merupakan dasar dalam
menilai kemajuan daerah yang bersangkutan. Adapun sarana komunikasi yang
terdapat di lokasi studi dapat dilihat pada Tabel 2.31.
Tabel 2.31. Sarana Komunikasi di Lokasi Studi
Desa
Desa Kelurahan Desa S. Desa Loa
No. Jenis Margahayu
Jonggon
Jahab Payang Kulu Kota
Jaya

1 Pesawat TV 496 299 911 167 750

2 Telepon umum (wartel) - - - - -

3 Hand phone 603 200 250 23 745

4 Pesawat Radio 67 33 65 97
322
5 Parabola 367 150 143 375
525
Sumber : Monografi masing-masing desa, 2009

Dari tabel di atas, jenis alat komunikasi yang paling banyak dimiliki penduduk di desa
studi adalah pesawat televisi baik yang didukung dengan kepemilikan antena parabola
maupun tidak. Jenis alat komunikasi lainnya adalah hand phone, radio dan telepon
umum.
E. Fasilitas Sosial
Fasilitas sosial merupakan fasilitas yang dapat digunakan oleh setiap penduduk tanpa
terkecuali, baik untuk perseorangan maupun kelompok seperti berolah raga atau
musyawarah (rapat) desa. Fasilitas tersebut dapat berupa sarana olah raga, gedung
kesenian maupun panti. Berikut data fasilitas sosial yang terdapat di lokasi studi.
Tabel 2.32. Fasilitas Sosial di Lokasi Studi
Desa
Desa Kelurahan Desa S. Desa Loa
No. Jenis Jonggon
Margahayu Jahab Payang Kulu Kota
Jaya
A Olah Raga
1 Lapangan sepak bola 2 1 1 3 2
2 Lapangan volley 2 2 2 4 1
3 Lapangan bulu tangkis 1 1 2 2 2
4 Lapangan tenis meja 2 1 2 2 1
B Jenis Lainnya
1 Kantor Desa 1 1 1 1 1
2 Balai Desa 1 1 1 1 1
3 Puskesmas Pembantu 1 1 1 1 1
4 Kantor BPD 1 1 1 1 1
5 Kantor LPM 1 * 1 1 1
6 Gedung PKK 1 * * 1 1
7 Pos Kamling 5 * * 2 3
Sumber : Monografi masing-masing desa, 2009

RUANG LINGKUP STUDI II - 59


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

F. Pola Pemanfaatan dan Status Lahan


Lahan yang terdapat di lokasi studi sebagian besar merupakan lahan yang belum
dimanfaatkan oleh penduduk setempat, sebagian kecil lainnya telah dimanfaatkan
untuk perkebunan, perladangan/tegalan, persawahan, pemukiman, pekarangan, dan
pemakaman. Berdasarkan uraian singkat di atas disimpulkan bahwa perkembangan
desa maupun ekonomi masih sangat mungkin dilakukan mengingat lahan yang
tersedia masih memadai.
Tabel 2.33. Pola Pemanfaatan Lahan di Lokasi Studi
Desa
Desa Kelurahan Desa S. Desa Loa
No. Jenis Margahayu
Jonggon
Jahab Payang Kulu Kota
Jaya
1
Pemukiman 156 132 200 * *
2
Pekarangan 65 75 69 * 693
3
Sawah 310 * * 300 650
4
Ladang/tegalan 740 * * 225 60
5
Kebun 68 80 211 200 0.77
Bangunan
6 0,1 0.2 0.2 0.2 5,53
desa/umum
7 Pekuburan 1,5 1 1 1 291
8 Pasar 0,5 * * * -
9 Industri 2,5 * * * 77
10Lainnya 1781,4 * * * 145.198,94
Jumlah 3.125 * * * 16.500
Sumber : Monografi masing-masing desa, 2009

G. Sosial Budaya
Masyarakat asli yang berada di lokasi studi adalah Suku Kutai dan Dayak, sedangkan
suku lainnya merupakan perpaduan dari beberapa suku seperti Jawa, Bugis, Banjar,
Madura, dan Timor. Meskipun masyarakat asli dan pendatang memiliki adat istiadat
yang berbeda, namun mereka tetap dapat hidup rukun. Adat istiadat yang ada telah
mengalami perubahan meski tidak signifikan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh arus
modernisasi dan informasi yang mulai menyentuh seluruh lapisan masyarakat.
H. Kesehatan Masyarakat
Kondisi kesehatan masyarakat di lokasi studi dapat dilihat dari kondisi tempat tinggal,
sumber air bersih yang digunakan penduduk untuk keperluan memasak, minum dan
MCK, tempat pembuangan dan pengolahan sampah serta banyaknya fasilitas dan
tenaga kesehatan di daerah yang bersangkutan.
1. Fasilitas Kesehatan
Perhatian terhadap bidang kesehatan masyarakat tampak dari penyediaan fasilitas
kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas dan puskesmas pembantu yang
terdapat di suatu daerah. Semakin banyak jumlah fasilitas kesehatan yang ada
dapat dikategorikan pelayanan kesehatan di daerah tersebut semakin baik pula.
Tabel 2.34. Sarana Kesehatan di Lokasi Studi
Desa
Jenis Sarana Desa Kelurahan Desa S. Desa Loa
No Jonggon
Kesehatan Margahayu
Jaya
Jahab Payang Kulu Kota

1 Rumah Sakit - - - - -
2 Puskesmas - - - - 1
3 Puskesmas 1 1 1 1 1
Pembantu
4 Posyandu 2 1 1 1 5
Sumber : Puskesmas masing-masing desa, 2009

RUANG LINGKUP STUDI II - 60


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

2. Tenaga Kesehatan
Kualitas penyediaan fasilitas kesehatan dapat diukur dengan persentase
ketersedian fasilitas dan tenaga medis/paramedis di suatu tempat. Makin tinggi
persentase ketersediaan fasilitas kesehatan di suatu tempat, makin tinggi pula
kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat tersebut. Demikian pula jika jumlah
tenaga medis/paramedis di suatu tempat memadai. Alasannya adalah semakin
banyak sarana yang ditunjang oleh jumlah tenaga medis/paramedis yang
memadai berarti semakin mudah dan cepat dijangkau oleh masyarakat, selain
biaya yang dikeluarkan juga relatif lebih murah.
Tabel 2.35. Tenaga Kesehatan di Lokasi Studi
Desa
Tenaga Desa Kelurahan Desa S. Desa Loa
No. Jonggon
Kesehatan Margahayu
Jaya
Jahab Payang Kulu Kota

1 Dokter - - - - -
2 Perawat - 1 1 1 -
3 Bidan 1 - - - 1
4 Mantri 1 - - - -
5 Dukun bayi 1 * * * 3
Sumber : Puskesmas Pembantu masing-masing desa, 2009

3. Insidensi dan Prevalensi Penyakit


Laporan angka kesakitan yang berasal dari puskesmas pembantu masing-masing
desa merupakan dasar untuk mengetahui jenis penyakit yang sering diderita oleh
masyarakat dapat dilihat dari insidensi 10 penyakit terbanyak yang disajikan pada
tabel di bawah ini.
Tabel 2.36. Sepuluh Penyakit Terbanyak yang Sering diderita Penduduk
No. Jenis Penyakit
1 ISPA
2 Diare
3 Gastritis/mah
4 Penyakit Kulit
5 Hypertensi
6 Reumatik
7 Gigi – Mulut
8 Penyakit Mata
9 Malaria
10 Alergi
Sumber : Puskesmas Pembantu masing-masing desa, 2009

4. Status Gizi Masyarakat


Masalah status gizi masyarakat merupakan salah satu faktor yang perlu
diperhatikan secara lebih serius karena masalah gizi buruk dapat menyebabkan
terjadinya gangguan kesehatan individual. Status gizi janin yang masih berada
dalam kandungan dan bayi yang sedang menyusu juga sangat dipengaruhi oleh
status gizi sang ibu.
Status gizi masyarakat di daerah studi termasuk dalam kategori baik. Berdasarkan
informasi/keterangan puskesmas setempat status gizi masyarakat sudah mencapai
4 sehat tapi belum 5 sempurna karena sebagian besar warga belum
mengkonsumsi susu setiap hari. Informasi mengenai ketiadaan kasus status gizi
buruk di daerah studi diperkuat dengan tidak pernah ditemukannya hal tersebut.
Selain itu berdasarkan wawancara, diketahui sejauh ini kebutuhan pangan dan
sandang masyarakat cukup terpenuhi.

RUANG LINGKUP STUDI II - 61


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Untuk data-data yang lebih detail pada komponen Sosekbudkesmas akan


berkoordinasi dengan pemerintah setempat dan akan dilakukan observasi lapangan,
kemudian hasilnya akan diuraikan secara rinci dalam dokumen ANDAL.
2.3. Pelingkupan
Pelingkupan merupakan suatu proses awal untuk menentukan lingkup permasalahan
dan mengidentifikasi dampak penting hipotesis yang terkait dengan rencana kegiatan.
Dalam penentuan dampak penting hipotetik diawali dengan melakukan identifikasi
dampak potensial dengan maksud untuk mengidentifikasikan segenap dampak
lingkungan hidup yang secara potensial akan timbul sebagai akibat dari kegiatan
penambangan batubara PT Satria Lestari. Caranya dengan pengamatan di lapangan
dan diskusi dengan masyarakat, atau observasi langsung ke lapangan. Selanjutnya
dilakukan evaluasi dampak potensial dilakukan untuk menghilangkan/meniadakan
dampak potensial yang dianggap tidak relevan atau tidak penting, sehingga diperoleh
daftar dampak besar dan penting hipotetik yang dipandang perlu dan relevan untuk
ditelaah secara mendalam dalam studi ANDAL. Metode yang digunakan untuk
melakukan evaluasi dampak potensial ini adalah interaksi kelompok dalam Tim Studi
ANDAL/Konsultan yang dengan mempertimbangkan hasil konsultasi dan diskusi
dengan pakar, instansi yang bertanggung jawab serta masyarakat yang
berkepentingan.
Adapun proses pelingkupan untuk penyusunan Kerangka Acuan ANDAL dilaksanakan
melalui serangkaian proses/tahapan sebagai berikut :
1. Identifikasi dampak potensial,
2. Evaluasi dampak potensial
3. Klasifikasi dan prioritas.
2.3.1. Identifikasi Dampak Potensial
Pada tahap identifikasi dampak potensial, dimaksudkan untuk mengidentifikasi
segenap dampak lingkungan hidup yang secara potensial akan timbul sebagai akibat
dari rencana kegiatan penambangan batubara PT Satria Lestari. Identifikasi dampak
potensial ini merupakan serangkaian hasil dari observasi lapangan, diskusi dengan
masyarakat sekitar lokasi rencana kegiatan, diskusi dengan instansi pemerintah, serta
hasil dari konsultasi dan diskusi dengan para pakar.
Pada identifikasi dampak potensial ini hanya diiventarisasi dampak potensial yang
mungkin akan timbul dari tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi hingga pasca
operasi rencana penambangan batubara PT Satria Lestari tanpa memperhatikan
besar/kecilnya dampak, atau penting tidaknya dampak.
Untuk melakukan identifikasi dampak yang mungkin akan timbul, metode yang
digunakan adalah matrik sederhana, yaitu dengan melihat interaksi antara komponen
rencana kegiatan dengan komponen lingkungan yang akan terkena dampak baik
secara langsung maupun tidak langsung.
A. Tahap Prakonstruksi
Komponen kegiatan rencana usaha penambangan batubara pada tahap
prakonstruksi meliputi kegiatan sosialisasi rencana kegiatan, pembebasan lahan,
penerimaan tenaga kerja dan mobilisasi peralatan tambang. Pada rangkaian
kegiatan ini diidentifikasi berpotensi menimbulkan dampak terhadap komponen
sosekbudkesmas dan fisik-kimia lingkungan.

1. Sosialisasi Rencana Kegiatan


Dalam kegiatan sosialisasi rencana kegiatan, diidentifikasi berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan hidup terhadap sikap dan persepsi
masyarakat.

RUANG LINGKUP STUDI II - 62


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

a. Sikap dan persepsi masyarakat


Dampak lingkungan terhadap sikap dan persepsi masyarakat pada kegiatan
sosialisasi adalah munculnya sikap dan persepsi positif masyarakat sekitar
terhadap rencana proyek. Kecenderungan dampak positif tersebut muncul
karena adanya harapan-harapan dari masyarakat tentang terbukanya
peluang berusaha dan terciptanya lapangan pekerjaan bagi penduduk
disekitar proyek.
2. Pembebasan Lahan
Pada kegiatan pembebasan lahan diidentifikasi berpotensi menimbulkan
dampak lingkungan hidup terhadap perubahan fungsi lahan dan konflik sosial.
a. Fungsi Lahan
Perubahan fungsi lahan merupakan salah satu dampak lingkungan hidup
yang diprakirakan akan muncul akibat dari aktivitas penambangan batubara
dengan sistem open pit mining. Kecenderungan dampak yang akan muncul
terhadap fungsi lahan tersebut bersifat negatif. Perubahan fungsi lahan
terjadi sejak dilakukannya kegiatan pembebasan lahan yang semula
dikuasai oleh masyarakat setempat. Perubahan fungsi lahan yang terjadi
pada tahapan ini adalah terjadinya perubahan fungsi lahan yang semula
berfungsi sebagai sarana produksi biomassa bagi usaha pertanian
masyarakat menjadi lahan marginal dan lahan rehabilitasi bekas
penambangan batubara. Dampak lingkungan tersebut bersifat langsung
(dampak primer) terhadap komponen sosial.
b. Konflik sosial
Dampak lingkungan hidup terhadap konflik sosial pada kegiatan
pembebasan lahan cenderung bersifat negatif yaitu terjadi proses dissosiasi
dalam masyarakat. Adanya kemungkinan tumpang tindih dalam
penguasaan lahan yang akan dibebaskan dan perbedaan persepsi antara
pemrakarsa dan masyarakat mengenai nilai lahan yang akan dibebaskan
menimbulkan kontradiksi yang dapat berkembang menjadi konflik sosial
(proses disosiatif). Dampak tersebut bersifat langsung (dampak primer)
terhadap komponen sosial.
3. Penerimaan Tenaga Kerja
Pada kegiatan penerimaan trenaga kerja untuk operasional PT Satria Lestari
diprakirakan berpotensi menimbulkan dampak lingkungan terhadap lapangan
pekerjaan, lapangan usaha dan pendapatan masyarakat serta sikap dan
persepsi masyarakat.
a. Lapangan Pekerjaan
Dampak lingkungan hidup akibat kegiatan penerimaan tenaga kerja
terhadap lapangan pekerjaan cenderung bersifat positif yaitu terbukanya
kesempatan kerja bagi masyarakat setempat, terlebih lagi bila didukung
oleh adanya prioritas bagi penduduk setempat dalam penerimaan tenaga
kerja bagi operasional PT Satria Lestari dan dampak tersebut bersifat
langsung terhadap komponen sosial.
b. Lapangan Usaha
Adanya konsentrasi pekerja pada aktivitas penambangan batubara PT
Satria Lestari diprakirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap
terbukanya lapangan usaha masyarakat. Dampak lingkungan terhadap
peluang usaha masyarakat tersebut merupakan dampak turunan (dampak

RUANG LINGKUP STUDI II - 63


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

primer). Sektor usaha yang diprakirakan akan tercipta yang terkait dengan
aktivitas karyawan PT Satria Lestari adalah usaha jasa dan perdagangan.
c. Pendapatan Masyarakat
Dampak lingkungan hidup terhadap pendapatan masyarakat pada kegiatan
penerimaan tenaga kerja merupakan dampak lanjutan (dampak sekunder)
dari terbukanya lapangan kerja dan lapangan usaha bagi masyarakat
setempat. Dampak yang berpotensi muncul terhadap pendapatan
masyarakat cenderung bersifat positif, dengan tersedianya lapangan kerja
bagi penduduk lokal, maka diharapkan terjadi peningkatan pendapatan
masyarakat.
d. Sikap dan Persepsi Masyarakat
Dampak terhadap sikap dan persepsi masyarakat pada kegiatan
penerimaan tenaga kerja merupakan dampak lanjutan akibat dari
terciptanya lapangan pekerja, dimana semakin besar tenaga kerja lokal
yang mampu terserap dalam penerimaan tenaga kerja maka dapat
diharapkan munculnya sikap dan persepsi positif masyarakat sekitar.
4. Mobilisasi Peralatan
Kegiatan mobilisasi peralatan tambang pada rencana penambangan batubara
PT Satria Lestari diprakirakan menimbulkan dampak terhadap gangguan
lalulintas umum (perairan dan darat), kualitas udara, keselamatan masyarakat,
dan Keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
a. Lalulintas Perairan
Dampak lingkungan hidup terhadap lalulintas perairan akibat adanya
mobilisasi alat cenderung bersifat negatif yaitu terjadinya gangguan
kelancaran lalulintas pada jalur sungai Mahakam yang digunakan pada
kegiatan mobilisasi peralatan. Dampak ini bersifat langsung (dampak
primer) yang berpengaruh terhadap komponen sosial.
b. Lalulintas Umum
Mobilisasi peralatan tambang dari lokasi pendaratan alat menuju lokasi
penambangan diprakirakan berdampak terhadap munculnya gangguan
lalulintas umum di sekitar proyek. Hilir mudik kendaraan pengangkut
peralatan tambang (trailer) berpotensi menimbulklan gangguan kelancaran
lalulintas umum pada ruas jalan umum yang akan digunkan untuk
perlintasan kendaraan angkutan peralatan tambang. Dampak lingkungan
hidup yang ditimbulkan pada peristiwa ini diklasifikasikan sebagai dampak
yang bersifat langsung (dampak primer).
c. Kualitas Udara
Dampak lingkungan terhadap kualitas udara pada kegiatan mobilisasi
peralatan tambang adalah terjadinya penurunan kualitas udara akibat
terjadinya peningkatan kandungan debu udara ambien. Dampak yang
terjadi merupakan dampak primer yang bersumber dari tebaran debu yang
dihasilkan oleh gesekan roda pengangkut peralatan tambang dengan
permukaan badan jalan.
d. Keselamatan Masyarakat
Dampak lingkungan terhadap keselamatan masyarakat dalam kegiatan
mobilisasi peralatan tambang merupakan dampak turunan (sekunder)
akibat dari munculnya gangguan lalulintas umum. Mengingat besarnya
kendaraan angkutan peralatan tambang yang akan mlintasi jalan umum
berpotensi minimbulkan gangguan serius terhadap lalulintas umum.

RUANG LINGKUP STUDI II - 64


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Gangguan lalulintas tersebut selanjutnya berpotensi menimbulkan resiko


keselamatan masyarakat, yaitu kemungkinan terjadinya kecelakaan
lalulintas.
e. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Bongkar muat peralatan berat tambang dan pengoperasian unit angkutan
alat berat berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja bagi para pekerja
yang terlibat langsung dalam kegiatan ini. Dampak lingkungan terhadap K3
pada kegiatan mobilisasi peralatan bersifat langsung (dampak primer).
B. Tahap Konstruksi
Komponen kegiatan usaha penambangan batubara PT Satria Lestari pada tahap
konstruksi meliputi pembangunan jalan tambang, pembangunan fasilitas
penunjang, pembangunan stockpile dan instalasi pengolahan batubara serta
kegiatan pembangunan pelabuhan batubara.
1. Pembangunan Jalan Tambang
Kegiatan pembangunan jalan tambang diprakirakan menimbulkan dampak
lingkungan terhadap vegetasi, habitat satwa liar, erosi, kualitas air, biota
perairan, sedimentasi, kualitas udara, tata air permukaan, stabilitas lahan dan
K3 (Keselamatan dan kesehatan kerja).
a. Vegetasi
Dampak lingkungan hidup terhadap vegetasi pada kegiatan pembangunan
jalan tambang adalah terjadinya degradasi vegetasi alami pada areal
bukaan lahan untuk jalan tambang. Yang menjadi sumber dampak
terhadap vegetasi pada kegiatan ini adalah kegiatan pembersihan lahan
(brushing) pada rencana bukaan jalan. Jenis vegetasi yang akan terkena
dampak pada peristiwa ini adalah semak belukar pada areal bero
perladangan, jenis pohon pada areal kebun campuran, rerumputan dan
tanaman pangan pada areal pertanian masyarakat. Dampak lingkungan
terhadap vegetasi merupakan dampak primer pada kegiatan pembangunan
jalan tambang.
b. Habitat Satwa Liar
Dampak lingkungan terhadap satwa liar pada kegiatan pembangunan jalan
tambang merupakan dampak lanjutan akibat dari terjadinya degradasi
vegetasi. Terjadinya kerusakan vegetasi secara tidak langsung akan
merusak habitat satwa liar sehingga terjadi gangguan serius terhadap
kehidupan satwa liar pada bukaan lahan untuk jalan tambang.
c. Erosi
Kegiatan pembangunan jalan tambang diprakirakan menimbulkan dampak
terhadap erosi tanah. Dampak yang ditimbulkan terhadap erosi tersebut
adalah terjadinya peningkatan laju erosi tanah permukaan akibat dari
hilangnya vegetasi penutup tanah dan terjadinya perapuhan ikatan butiran
tanah pada proses pemotongan dan penimbunan tanah (cut & fill).
d. Sedimentasi
Butiran tanah yang terangkut pada peristiwa erosi tanah berpotensi
menjadi material sedimen pada badan perairan yang terdapat di sekitar
bukaan lahan jalan tambang. Fraksi pasir dan fraksi yang lebih kasar
merupakan bahan sedimen potensial yang menyebabkan terjadinya
peningkatan beban sedimentasi. Dampak lingkungan yang ditimbulkan
terhadap sedimentasi pada kegiatan pembangunan jalan tambang

RUANG LINGKUP STUDI II - 65


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

merupakan dampak lanjutan (dampak tersier) akibat dari hilangnya


vegetasi penutup tanah dan terjadinya peningkatan erosi permukaan.

e. Kualitas air
Dampak lingkungan terhadap kualitas air pada kegiatan pembangunan
jalan tambang adalah terjadinya penurunan kualitas air permukaan yang
diakibatkan oleh peningkatan kandungan padatan tersuspensi pada air
limpasan yang berasal dari bukaan lahan jalan tambang. Dampak terhadap
kualitas air tersebut merupakan dampak lanjutan (dampak tersier) akibat
dari hilangnya vegetasi penutup tanah dan terjadinya peningkatan laju
erosi.
f. Biota Perairan
Dampak lingkungan hidup terhadap kualitas biota perairan pada kegiatan
pembangunan jalan tambang merupakan dampak yang bersifat lanjutan
(dampak kwarter) dari penurunan kualitas air permukaan dan memiliki
kecenderungan bersifat negatif yaitu terjadinya gangguan terhadap
kehidupan biota perairan.
g. Kualitas Udara
Dampak lingkungan terhadap kualitas udara pada kegiatan pembangunan
jalan tambang adalah terjadinya penurunan kualitas udara di sekitar proyek
akibat dari peningkatan kadar debu udara ambien. Sumber debu pada
peristiwa ini adalah akibat gesekan roda alat angkutan material (dump
truck) dengan permukaan tanah. Semakin tinggi intensitas pengoperasian
alat angkutan material tersebut, mangakibatkan semakin tinggi pula debu
yang dihasilkan.
h. Tata Air Permukaan
Bentangan jalan tambang di permukaan tanah akan memotong alur-alur
makro dan mikro alami di permukaan tanah. Pemotongan tersebut akan
mengganggu tata aliran permukaan alami dan hal ini umumnya ditunjukkan
oleh terjadinya konsentrasi aliran permukaan dan terbentuknya genangan
permanen di sekitar jalan tambang. Dampak lingkungan terhadap tata air
permukaan akibat kegiatan pembangunan jalan tambang merupakan
dampak yang bersifat langsung (dampak primer).
i. Stabilitas Lahan
Proses cut and fill pada pembuatan jalan tambang akan meningkatkan
momen kinetik massa tanah pada bidang kupasan dan urugan.
Peningkatan momen kinetik tersebut menyebabkan penampang tanah
relatif tidak stabil, dan pada kondisi yang lebih ekstrim berpotensi memicu
terjadi tanah longsor. Dampak lingkungan terhadap stabilitas lahan pada
kegiatan pembangunan jalan tambang merupakan dampak yang bersifat
langsung (dampak Primer).
j. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Kegiatan brushing, pengupasan tanah dan penimbunan merupakan
komponen utama kegiatan pembangunan jalan tambang yang diprakirakan
berpotensi menimbulkan dampak terhadap K3. Dampak lingkungan
terhadap K3 tersebut adalah munculnya potensi kecelakaan kerja dan
gangguan kesehatan pekerja yang terlibat secara langsung dalam kegiatan
pembangunan jalan tambang. Beberapa kemungkinan yang dapat

RUANG LINGKUP STUDI II - 66


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

menimbulkan resiko terhadap K3 pada kegiatan pembangunan jalan


tambang adalah:
1) Terjadinya kecelakaan kerja akibat pengoperasian mesin pemotong
pohon dan terkena rebahan pohon sewaktu melaksanakan kegiatan
brushing.
2) Munculnya potensi gangguan kesehatan pernapasan para pekerja akibat
dari paparan debu.
3) Munculnya resiko kecelakaan kerja akibat dari pengoperasian alat berat.
2. Pembangunan Fasilitas Penunjang
Kegiatan pembangunan fasilitas penunjang diprakirakan menimbulkan dampak
lingkungan terhadap vegetasi, erosi, sedimentasi, kualitas air, biota perairan,
K3, lapangan usaha dan pendapatan masyarakat.
a. Vegetasi
Dampak lingkungan hidup terhadap vegetasi pada kegiatan pembangunan
fasilitas penujang adalah terjadinya degradasi vegetasi alami pada areal
bukaan lahan untuk tapak fasilitas penunjang. Sumber dampak terhadap
vegetasi pada kegiatan ini adalah kegiatan penyiapan lahan pada rencana
bukaan lahan fasilitas penunjang. Jenis vegetasi yang akan terkena dampak
hutan lahan kering sekunder dan semak belukar. Dampak lingkungan
terhadap vegetasi merupakan dampak primer pada kegiatan pembangunan
fasilitas penunjang.
b. Erosi
Kegiatan pembangunan fasilitas penunjang diprakirakan menimbulkan
dampak terhadap erosi tanah. Dampak yang ditimbulkan terhadap erosi
tersebut adalah terjadinya peningkatan laju erosi tanah permukaan akibat
dari hilangnya vegetasi penutup tanah dan terjadinya perapuhan ikatan
butiran tanah pada proses pematangan tanah.
c. Sedimentasi
Butiran tanah yang terangkut pada peristiwa erosi tanah berpotensi
menjadi material sedimen pada badan perairan yang terdapat di sekitar
bukaan lahan fasilitas penunjang. Fraksi pasir dan fraksi yang lebih kasar
merupakan bahan sedimen potensial yang menyebabkan terjadinya
peningkatan beban sedimentasi. Dampak lingkungan yang ditimbulkan
terhadap sedimentasi pada kegiatan pembangunan fasilitas penunjang
merupakan dampak lanjutan (dampak tersier) akibat dari hilangnya
vegetasi penutup tanah dan terjadinya peningkatan erosi permukaan.
d. Kualitas air
Dampak lingkungan terhadap kualitas air pada kegiatan pembangunan
fasilitas penunjang adalah terjadinya penurunan kualitas air permukaan
yang diakibatkan oleh peningkatan kandungan padatan tersuspensi pada air
limpasan yang berasal dari bukaan lahan fasilitas penunjang. Dampak
terhadap kualitas air tersebut merupakan dampak lanjutan (dampak
tersier) akibat dari hilangnya vegetasi penutup tanah dan terjadinya
peningkatan laju erosi.
e. Biota Perairan
Dampak lingkungan hidup terhadap kualitas biota perairan pada kegiatan
pembangunan fasilitas penunjang merupakan dampak yang bersifat
lanjutan (dampak kwarter) dari penurunan kualitas air permukaan dan
memiliki kecenderungan bersifat negatif yaitu terjadinya gangguan

RUANG LINGKUP STUDI II - 67


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

terhadap kehidupan biota perairan.


f. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Dampak lingkungan terhadap K3 pada kegiatan pembangunan fasilitas
penunjang adalah munculnya potensi kecelakaan kerja dan gangguan
kesehatan pekerja yang terlibat secara langsung dalam kegiatan
pembangunan fasilitas penunjang. Beberapa kemungkinan yang dapat
menimbulkan resiko terhadap K3 pada kegiatan ini adalah:
1) Terjadinya kecelakaan kerja akibat pengoperasian mesin pemotong
pohon dan terkena rebahan pohon sewaktu melaksanakan kegiatan
pembersihan lahan area fasilitas penunjang.
2) Terjadinya kecelakaan kerja akibat tertimpa material bangunan.
3) Munculnya resiko kecelakaan kerja akibat dari pengoperasian alat berat.
4) Munculnya resiko kecelakaan kerja akibat terjatuh dari ketinggian
bangunan.
g. Lapangan Usaha
Dampak lingkungan terhadap lapangan usaha masyarakat pada kegiatan
pembangunan fasilitas penunjang adalah terbukanya kesempatan berusaha
bagi masyarakat setempat dalam penyediaan barang dan jasa.
Pembangunan fasilitas penunjang memerlukan jasa pertukangan dan
material bangunan yang dapat diperoleh dari penyediaannya oleh
masyarakat di sekitar proyek.
h. Pendapatan Masyarakat
Dampak lingkungan hidup terhadap pendapatan masyarakat akibat
kegiatan pembangunan fasilitas penunjang adalah terjadinya peningkatan
pendapatan masyarakat setempat. Dampak ini merupakan dampak lanjutan
(dampak sekunder) akibat dari terciptanya lapangan usaha bagi
masyarakat.
3. Pembangunan Stockpile dan Instalasi Pengolahan
Kegiatan stockpile dan instalasi pengolahan batubara diprakirakan
menimbulkan dampak lingkungan terhadap vegetasi, erosi, sedimentasi,
kualitas air, biota perairan dan K3.
a. Vegetasi
Dampak lingkungan hidup terhadap vegetasi pada kegiatan pembangunan
stockpile dan instalasi pengolahan batubara adalah terjadinya degradasi
vegetasi alami pada areal bukaan lahan untuk area stockpile dan instalasi
pengolahan batubara. Yang menjadi sumber dampak terhadap vegetasi
pada kegiatan ini adalah kegiatan penyiapan dan pematangan lahan pada
rencana tapak stockpile. Jenis vegetasi yang akan terkena dampak pada
peristiwa ini adalah semak belukar. Dampak lingkungan terhadap vegetasi
merupakan dampak primer pada kegiatan pembangunan stockpile dan
instalasi pengolahan batubara.
b. Erosi
Kegiatan pembangunan stockpile dan instalasi pengolahan batubara
diprakirakan menimbulkan dampak terhadap erosi tanah. Dampak yang
ditimbulkan terhadap erosi tersebut adalah terjadinya peningkatan laju
erosi tanah permukaan akibat dari hilangnya vegetasi penutup tanah dan
terjadinya perapuhan ikatan butiran tanah pada proses pemotongan dan
penimbunan tanah (cut & fill).

RUANG LINGKUP STUDI II - 68


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

c. Sedimentasi
Butiran tanah yang terangkut pada peristiwa erosi tanah berpotensi
menjadi material sedimen pada badan perairan yang terdapat di sekitar
bukaan lahan stockpile. Fraksi pasir dan fraksi yang lebih kasar merupakan
bahan sedimen potensial yang menyebabkan terjadinya peningkatan beban
sedimentasi. Dampak lingkungan yang ditimbulkan terhadap sedimentasi
pada kegiatan pembangunan stockpile dan instalasi pengolahan batubara
merupakan dampak lanjutan (dampak tersier) akibat dari hilangnya
vegetasi penutup tanah dan terjadinya peningkatan erosi permukaan.
d. Kualitas air
Dampak lingkungan terhadap kualitas air pada kegiatan pembangunan
stockpile dan instalasi pengolahan batubara adalah terjadinya penurunan
kualitas air permukaan yang diakibatkan oleh peningkatan kandungan
padatan tersuspensi pada air limpasan yang berasal dari bukaan lahan area
stockpile. Dampak terhadap kualitas air tersebut merupakan dampak
lanjutan (dampak tersier) akibat dari hilangnya vegetasi penutup tanah dan
terjadinya peningkatan laju erosi.
e. Biota Perairan
Dampak lingkungan hidup terhadap kualitas biota perairan pada kegiatan
pembangunan stockpile dan instalasi pengolahan batubara merupakan
dampak yang bersifat lanjutan (dampak kwarter) dari penurunan kualitas
air permukaan dan memiliki kecenderungan bersifat negatif yaitu terjadinya
gangguan terhadap kehidupan biota perairan.
f. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Kegiatan brushing, pengupasan tanah dan penimbunan pada merupakan
komponen utama kegiatan pembangunan stockpile dan instalasi
pengolahan batubara yang diprakirakan berpotensi menimbulkan dampak
terhadap K3. Dampak lingkungan terhadap K3 tersebut adalah munculnya
potensi kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan pekerja yang terlibat
secara langsung dalam kegiatan pembangunan stockpile dan instalasi
pengolahan batubara. Beberapa kemungkinan yang dapat menimbulkan
resiko terhadap K3 pada kegiatan pembangunan stockpile dan instalasi
pengolahan batubara adalah:
1) Terjadinya kecelakaan kerja akibat pengoperasian mesin pemotong
pohon dan terkena rebahan pohon sewaktu melaksanakan kegiatan
pembersihan lahan area stockpile.
2) Munculnya potensi gangguan kesehatan mata pekerja akibat
pengoperasian peralatan las.
3) Munculnya resiko kecelakaan kerja akibat dari pengoperasian alat berat.
4) Munculnya resiko kecelakaan kerja akibat terjatuh dari ketinggian
bangunan instalasi pengolahan batubara.
4. Pembangunan Pelabuhan Batubara
Kegiatan pembangunan pelabuhan batubara diprakirakan berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan hidup terhadap K3.
a. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Dampak linmgkungan hidup terhadap K3 pada kegiatan pembangunan
pelabuhan batubara (jetty) adalah munculnya resiko gangguan kesehatan
dan atau kecelakaan kaibat kerja. Beberapa kemungkinan yang dapat
terjadi pada kegiatan pembangunan pelabuhan batubara yang

RUANG LINGKUP STUDI II - 69


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

menimbulkan munculnya resiko gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja


bagi pekerja yang terlibat langsung dalam kegiatan tersebut, yaitu :
1) Kecelakaan kerja akibat tertimpa material bangunan
2) Kecelakaan kerja akibat jatuh dari ketinggian bangunan
3) Resiko kecelakaan kerja akibat pengoperasian alat berat.
4) Resiko gangguan kesehatan pernapasan akibat tebaran debu di udara.
5) Resiko gangguan kesehatan mata akibat pengoperasian mesin las dan
tebaran debu di udara.
6) Resiko kecelakaan kerja akibat terjatuhnya pekerja ke sungai.
C. Tahap Operasi
Komponen rencana kegiatan penambangan batubara PT Satria Lestari pada tahap
operasi meliputi pembersihan lahan, pengupasan dan penimbunan tanah pucuk,
pengupasan dan penimbunan tanah penutup, penambangan batubara,
pengangkutan batubara, pengolahan dan penimbunan batubara, pemuatan dan
pengapalan batubara, operasional bengkel dan genset, pemberdayaan masyarakat
serta reklamasi dan revegetasi lahan.
1. Pembersihan Lahan
Pada kegiatan pembersihan lahan tambang diprakirakan berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan terhadap vegetasi, habitat satwa liar, erosi
tanah, sedimentasi, kualitas air, biota perairan dan K3.
a. Vegetasi
Dampak lingkungan terhadap vegetasi pada kegiatan pembersihan lahan
tambang memiliki kecenderungan bersifat negatif yaitu terjadinya
degradasi vegetasi penutup tanah pada bukaan lahan tambang. Dampak
yang ditimbulkan bersifat langsung (dampak primer) terhadap komponen
biologi.
b. Habitat Satwa Liar
Dampak lingkungan terhadap satwa liar pada kegiatan pembersihan lahan
tambang merupakan dampak lanjutan akibat dari terjadinya degradasi
vegetasi. Terjadinya kerusakan vegetasi secara tidak langsung akan
merusak habitat satwa liar sehingga terjadi gangguan serius terhadap
kehidupan satwa liar pada bukaan lahan untuk areal penambangan.
c. Erosi
Dampak lingkungan terhadap erosi pada kegiatan pembersihan lahan
tambang cenderung bersifat negatif yaitu terjadinya peningkatan erosi
tanah pada bukaan lahan tambang. Dampak terhadap erosi tersebut
merupakan dampak lanjutan (dampak sekunder) akibat dari terjadinya
degradasi vegetasi penutup tanah. Akibat hilangnya vegetasi penutup
tanah menyebabkan air hujan dapat langsung memukul permukaan tanah,
sehingga terjadi pelepasan partikel-partikel tanah yang menyebabkan
peningkatan erosi. Disamping itu, berkurangnya kemampuan infiltrasi
penampang tanah sehubungan dengan hilangnya vegetasi penutup tanah
akan meningkatkan volume aliran permukaan yang ikut berperan dalam
proses terjadinya peningkatan erosi tanah.
d. Sedimentasi
Dampak lingkungan terhadap sedimentasi pada kegiatan pembersihan
lahan tambang merupakan dampak lanjutan (dampak tersier) akibat dari

RUANG LINGKUP STUDI II - 70


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

degradasi vegetasi penutup tanah dan peningkatan erosi. Material kasar


yang menyusun tekstur tanah, seperti pasir dan kerikil yang yang
dihasilkan selama peristiwa erosi tanah, apabila memasuki badan perairan
berpotensi menjadi sumber terjadinya peningkatan beban sedimentasi.
e. Kualitas air
Dampak lingkungan terhadap kualitas air pada kegiatan pembersihan lahan
tambang adalah terjadinya penurunan kualitas air permukaan pada badan
perairan yang terdapat di sekitar lokasi proyek. Dampak tersebut
merupakan dampak lanjutan (dampak tersier) akibat dari degradasi
vegetasi dan peningkatan erosi. Sumber dampak penurunan kualitas air
adalah kandungan padatan tersuspensi yang terkandung dalam air
permukaan yang dihasilkan pada proses erosui tanah permukaan pada
bukaan lahan tambang.
f. Biota Perairan
Dampak lingkungan hidup terhadap kualitas biota perairan pada kegiatan
pembersihan lahan tambang merupakan dampak yang bersifat lanjutan
(dampak kwarter) dari penurunan kualitas air permukaan dan memiliki
kecenderungan bersifat negatif yaitu terjadinya gangguan terhadap
kehidupan biota perairan di badan perairan.
g. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Dampak lingkungan terhadap K3 pada kegiatan pembersihan lahan
tambang adalah munculnya resiko kecelakaan kerja bagi para pekerja yang
tertlibat langsung pada kegiatan tersebut. Beberapa peluang kecelakaan
kerja yang diprakirakan dapat terjadi pada kegiatan pembersihan lahan
tambang adalah :
1) Terjadi kecelakaan kerja akibat tertimpa rebahan pohon.
2) Munculnya resiko kecelakaan kerja akibat pengoperasian mesin
pemotong kayu.
3) Resiko kecelakaan kerja akibat pengoperasian alat berat.
2. Pengupasan dan Penimbunan Tanah Pucuk
Kegiatan pengupasan dan pemindahan tanah pucuk diprakirakan menimbulkan
dampak lingkungan terhadap kesuburan tanah, kualitas udara, erosi, kualitas
air, sedimentasi dan K3.
a. Kesuburan Tanah
Tanah pucuk merupakan lapisan tanah atas alami yang berfungsi sebagai
media pertumbuhan vegetasi yang ada di atasnya. Pengupasan dan
pemindahan tanah pucuk mengakibatkan terjadinya degradasi kesuburan
tanah pada areal bukaan lahan tambang, sehingga daya dukung tanah
sebagai media pertumbuhan vegetasi akan mengalami penurunan. Dampak
lingkungan terhadap kesuburan tanah pada kegiatan pengupasan dan
pemindahan tanah pucuk merupakan dampak yang bersifat langsung
(dampak primer).
b. Kualitas Udara
Dampak lingkungan terhadap kualitas udara pada kegiatan pengupasan
tanah pucuk adalah akibat dari terjadinya peningkatan kadar debu udara di
sekitar lokasi kegiatan. Pada proses pemindahan tanah pucuk dari lokasi
pengupasan menuju lokasi penimbunan sementara diprakirakan
mengahasilkan debu yang berpotensi mencemari udara di sekitarnya.

RUANG LINGKUP STUDI II - 71


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

c. Erosi
Proses pengupasan dan pemindahan tanah pucuk menyebabkan terjadinya
gangguan ekstrim terhadap soliditas butiran tanah. Rusaknya soliditas
tanah tersebut berimplikasi kepada terjadinya peningkatan kepekaan tanah
terhadap erosi. Dampak lingkungan terhadap erosi pada kegiatan
pengupasan tanah pucuk adalah terjadinya peningkatan erosi tanah akibat
hilangnya vegetasi penutup tanah dan terjadinya perapuhan ikatan antar
butiran tanah.
d. Sedimentasi
Dampak lingkungan terhadap sedimentasi pada kegiatan pengupasan dan
pemindahan tanah pucuk merupakan dampak lanjutan (dampak sekunder)
akibat dari peningkatan erosi. Material kasar yang menyusun tekstur tanah,
seperti pasir dan kerikil yang yang dihasilkan selama peristiwa erosi tanah
berpotensi menjadi sumber terjadinya peningkatan beban sedimentasi
apabila memasuki badan perairan yang terdapat di sekitar lokasi timbunan
tanah pucuk.
e. Kualitas Air
Dampak lingkungan hidup terhadap kualiutas air pada kegiatan pengupasan
dan pemindahan tanah pucuk merupakan dampak lanjutan dari erosi tanah
yaitu terjadinya penurunan kualitas air permukaan. Pada timbunan tanah
pucuk, apabila terjadi hujan maka akan terdapat aliran air limpasan yang
membawa serta padatan tersuspensi. Padatan tersuspensi yang masuk
kedalam badan perairan sungai akan menurunkan kualitas air sungai.
f. Biota Perairan
Dampak lingkungan hidup terhadap kualitas biota perairan pada kegiatan
pengupasan dan pemindahan tanah pucuk merupakan dampak yang
bersifat lanjutan (dampak kwarter) dari penurunan kualitas air permukaan
dan memiliki kecenderungan bersifat negatif yaitu terjadinya gangguan
terhadap kehidupan biota perairan di badan perairan.
g. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Dampak lingkungan yang terjadi terhadap K3 pada kegiatan pengupasan
tanah pucuk adalah munculnya potensi kecelakaan kerja dan gangguan
kesehatan para pekerja yang terlibat pada kegiatan ini. Beberapa
kemungkinan yang diprakirakan dapat terjadi sehubungan dengan
munculnya resiko keselamatan dan kesehatan pekerja pada kegiatan ini
adalah:
1) Kemungkinan tergelincirnya alat angkutan tanah pucuk selama
pelaksanaan kegiatan.
2) Debu udara yang dihasilkan pada kegiatan pemindahan tanah pucuk
berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan pernapasan dan
kesehatan mata para pekerja.
3) Tebaran debu udara pada lokasi kegiatan pengupasan, dan pemindahan
tanah pucuk dapat membatasi jarak pandang pengemudi alat angkut
tanah pucuk, sehingga berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja.
4) Tingginya intensitas pengoperasian alat berat pada kegiatan ini
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja.
3. Pengupasan dan Penimbunan Tanah Penutup

RUANG LINGKUP STUDI II - 72


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Kegiatan pengupasan tanah penutup diprakirakan berpotensi menimbulkan


dampak lingkungan hidup terhadap stabilitas lahan, kualitas udara, getaran,
kebisingan, erosi, sedimentasi, kualitas air, biota perairan dan K3.
a. Stabilitas Lahan
Dampak lingkungan terhadap stabilitas lahan pada kegiatan pengupasan
tanah penutup adalah terjadinya ketidakstabilan lahan pada dinding galian
tambang. Perubahan ekstrim morfologi lereng pada kegiatan pengupasan
tanah penutup akan meningkatkan momen kinetik penampang tanah pada
dinding galian. Peristiwa tersebut akan meningkatkan ketidakstabilan lahan
dan pada kondisi tertentu berpotensi menimbulkan tanah longsor (rock
fall).
b. Kualitas Udara
Tingginya intensitas pengoperasian alat angkut dan alat berat pada
kegiatan penggalian dan pemindahan tanah penutup akan menimbulkan
dampak terhadap terjadinya penurunan kualitas udara ambien di sekitar
lokasi proyek yang bersumber dari peningkatan kadar debu udara dan emisi
gas yang dihasilkan oleh pengoperasian alat angkut dan alat berat
tambang. Dampak terhadap kualitas udara teresebut bersifat langsung
(dampak primer).
c. Getaran
Dampak lingkungan terhadap getaran pada kegiatan pengupasan tanah
penutup adalah terjadinya peningkatan getaran lingkungan di sekitar lokasi
kegiatan pengupasan tanah penutup. Sumber dampak terhadap getaran
adalah akibat pengoperasian peralatan tambang dan peledakan lapisan
tanah penutup. Dampak tersebut diklasifikasikan sebagai dampak primer.
d. Kebisingan
Peningkatan kebisingan lingkungan diprakirakan akan terjadi di sekitar
lokasi penambangan batubara. Sumber kebisingan tersebut adalah suara
kejut yang dihasilkan dari aktivitas peledakan lapisan tanah penutup.
Kebisingan yang terjadi diprakirakan berpotensi menimbulkan gangguan
ketenangan bagi masyarakat yang melakukan aktivitas di sekitar wilayah
penambangan serta berpotensi pula menimbulkan gangguan kesehatan
pendengaran para pekerja yang berada pada zona front kerja pengupasan
tanah penutup.
e. Erosi
Dampak lingkungan terhadap erosi pada kegiatan penggalian dan
pemindahan tanah penutup adalah terjadinya peningkatan erosi tanah pada
timbunan tanah penutup. Dampak yang ditimbulkan bersifat langsung
(dampak primer) dengan sumber dampak utama adalah terjadinya
perapuhan soliditas butiran tanah pada tanah disposal.
f. Sedimentasi
Dampak lingkungan terhadap sedimentasi pada kegiatan penggalian dan
pemindahan tanah penutup merupkan dampak lanjutan akibat dari
peningkatan erosi tanah yang terjadi pada timbunan disposal yaitu
terjadinya peningkatan beban sedimentasi pada badan peraiaran yang
terdapat di sekitar lokasi kegiatan. Material tanah yang terangkut bersama
air larian yang berasal dari timbunan tanah penutup berpotensi
meningkatkan beban sedimentasi pada badan perairan di sekitar areal
penambangan batubara.
g. Kualitas Air

RUANG LINGKUP STUDI II - 73


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Dampak terhadap kualitas air pada kegiatan pengupasan tanah penutup


adalah terjadinya penurunan kualitas air permukaan pada badan perairan
yang terdapat di sekitar lokasi proyek. Material lembut penyusun tekstur
tanah (butiran liat) yang terbawa air larian dari timbunan tanah penutup,
apabila memasuki badan perairan setempat, maka akan menurunkan
kualitas air berupa terjadinya peningkatan kandungan TSS (padatan
tersuspensi). Disamping itu tanah penutup merupakan lapisan sub soil
yang berpotensi membawa serta mineral pyrite. Terdadahnya mineral ini
dengan udara terbuka akan membentuk air asam tambang yang dapat
menurunkan pH air dan meningkatkan kelarutan senyawa besi dan
mangan.
h. Biota Perairan
Dampak lingkungan hidup terhadap biota perairan akibat kegiatan
pengupasan tanah penutup adalah terjadinya gangguan habitat biota air
pada badan perairan yang terdapat di sekitar lokasi tambang. Beberapa
sumber dampak penting terhadap biota air akibat kegiatan ini meliputi :
Penurunan kualitas air permukaan akan berdampak buruk terhadap
biota perairan pada badan perairan di sekitar lokasi penambangan
Percepatan proses sedimentasi badan perairan setempat secara tidak
langsung akan mengganggu kehidupan biota air, karena sedimentasi
yang tidak terkendali akan merusak habitat biota secara permanen.
Terganggunya tata aliran permukaan akan ikut berperanan penting
terhadap terganggunya habitat biota perairan setempat.
i. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Dampak terhadap K3 pada kegiatan pengupasan tanah penutup adalah
muncuknya potensi gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja pada para
pekerja yang terlibat langsung pada kegiatan tersebut. Tingginya intensitas
pengoperasian alat berat tambang berpotensi menimbulkan kecelakaan
kerja. Paparan kebisingan dari suara mesin alat berat tambang dapat
mengurangi daya konsentrasi pekerja yang berujung pada peluang
terjadinya kecelakaan kerja. Paparan debu dan kebisingan secara terus
menerus terhadap pekerja yang berada pada zona front kerja pengelolaan
tanah penutup berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan mata,
pendengaran dan pernapasan para pekerja tersebut.

4. Penambangan Batubara
Kegiatan lanjutan setelah penggalian tanah penutup (over burden) adalah
kegiatan penambangan batubara. Pada kegiatan ini diprakirakan berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan terhadap kualitas air, biota perairan,
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
a. Kualitas Air
Dampak lingkungan terhadap kualitas air akibat dari kegiatan
penambangan batubara cenderung bersifat negative yaitu terjadinya
penurunan kualitas air permukaan. Peningkatan kemasaman air
permukaan secara ekstrim dapat terjadi akibat pencemaran oleh air asam
tambang yang berasal dari mineral pyrite yang terdapat pada lapisan tanah
pengapit batubara. Pemompaan air hujan yang terakumulasi pada lubang
galian tambang berpotensi menyebarkan air asam tambang ke badan
perairan yang terdapat di sekitarnya, sehingga dampak peningkatan
kemasaman air pada kegiatan penggalian batubara berpotensi

RUANG LINGKUP STUDI II - 74


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

menyebabkan penurunan kualitas air permukaan pada badan perairan yang


terdapat disekitar proyek.
b. Biota Perairan
Dampak lingkungan hidup terhadap kualitas biota perairan pada kegiatan
penambangan batubara merupakan dampak yang bersifat lanjutan
(dampak sekunder) dari penurunan kualitas air permukaan dan memiliki
kecenderungan bersifat negatif yaitu terjadinya gangguan terhadap
kehidupan biota perairan di badan perairan.
c. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Dampak lingkungan terhadap K3 pada kegiatan penambangan batubara
adalah munculnya resiko gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja para
pekerja yang berada pada zona front kerja penggalian batubara. Berberapa
kemungkinan yang diprakirakan dapat menyebabkan timbulnya gangguan
kesehatan dan kecelakaan kerja pada kegiatan ini, meliputi :
1) Cekungan galian tambang (pit) pada kegiatan penambangan batubara
akan berpotensi memberi efek penguatan kebisingan yang bersumber
dari suara mesin alat berat tambang. Kondisi ini berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan pendengaran dan konsentrasi kerja
para pekerja yang berada pada zona tersebut.
2) Dinding tanah pada bidang galian tambang relatif tidak stabil sehingga
berpotensi menyebabkan longsoran tanah. Beberapa kejadian yang
pernah ada pada lokasi galian tambang, longsoran tersebut berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja yang serius.
3) Pengoperasian peralatan berat tambang pada kegiatan penggalian
batubara berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja.
5. Pengangkutan Batubara
Pengangkutan batubara dari lokasi penambangan menuju lokasi stockpile
diprakirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap kualitas udara,
kesehatan masyarakat, lalulintas umum (darat), keselamatan masyarakat dan
K3.
a. Kualitas Udara
Jalan angkut yang digunakan dalam kegiatan pengangkutan batubara
merupakan jalan tanah. Gesekan antara roda alat angkutan batubara
dengan permukaan jalan menghasilkan debu yang bertebaran di udara
sekitarnya. Peningkatan kadar debu udara selama proses pengangkutan
batubara tersebut merupakan indikator terjadinya penurunan kualitas udara
di sekitarnya dampak tersebut bersifat langsung (dampak primer).
b. Kesehatan Masyarakat
Dampak lingkungan terhadap kesehatan masyarakat pada kegiatan
pengangkutan batubara merupakan dampak lanjutan (dampak sekunder)
akibat dari terjadinya penurunan kualitas udara. Pada beberapa bagian ruas
jalan angkutan batubara terdapat aktivitas pertanian masyarakat
(perladangan berpindah). Petani peladang tersebut merupakan kelompok
manusia yang berpotensi terkena dampak pada peristiwa ini.
c. Lalulintas Umum (darat)
Bentangan jalan tambang dari lokasi penambangan menuju lokasi stockpile
dan pelabuhan batubara, memotong beberapa ruas jalan akses masyarakat
sekitar. Aktivitas pengangkutan batubara akan berpotongan dengan
aktivitas lalulintas masyarakat tersebut. Oleh karena itu dampak yang

RUANG LINGKUP STUDI II - 75


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

ditimbulkan terhadap lalulintas umum pada kegiatan pengangkutan


batubara adalah terjadinya gangguan lalulintas umum. Munculnya
gangguan lalulintas umum pada kegiatan ini diklasifikasikan sebagai
dampak yang bersifat langsung (dampak primer).
d. Keselamatan Masyarakat
Potensi dampak lingkungan terhadap keselamatan masyarakat pada
kegiatan pengangkutan batubara merupakan dampak turunan akibat dari
munculnya gangguan lalulintas umum. Pada intensitas yang terburuk
diprakirakan dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan lalulintas selama
proses pengangkutan batubara.
e. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Dampak lingkungan terhadap K3 pada kegiatan pengangkutan batubara
adalah munculnya peluang terjadinya kecelakaan kerja. Tingginya kadar
debu udara di sepanjang jalan angkutan batubara akan mengurangi jarak
pandang operator alat angkutan batubara. Kondisi ini berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja. Di samping itu, kecelakaan kerja dapat
pula terjadi akibat tergelincirnya kendaraan angkutan. Tingginya intensitas
kegiatan pengangkutan batubara dapat menimbulkan resiko kecelakaan
kerja.
6. Pengolahan dan Penimbunan Batubara
Pada kegiatan pengolahan dan penimbunan batubara diprakirakan berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan hidup terhadap kebisingan, kualitas udara,
kualitas air, biota perairan dan K3.
a. Kebisingan
Dampak lingkungan hidup terhadap kebisiungan akibat dari kegiatan
pengolahan dan penimbunan batubara adalah terjadinya peningkatan
kebisingan lingkungan di sekitar lokasi stockpile. Dampak ini bersifat
langsung terhadap komponen fisik lingkungan dengan sumber dampak
utama adalah suara yang dihasilkan dari kerja unit crushing plant dan
peralatan berat pendukungnya.
b. Kualitas Udara
Dampak lingkungan terhadap kualitas udara pada kegiatan pengolahan dan
penimbunan batubara merupakan dampak yang bersifat langsung dan
memiliki kecenderungan bersifat negatif, yaitu terjadinya penurunan
kualitas udara ambien disekitar lokasi stockpile. Sumber penurunan
kualitas udara tersebut adalah terjadinya peningkatan kadar debu udara
yang dihasilkan oleh proses pengolahan batubara dan kerja peralatan berat
pendukung di area stockpile.
c. Kualitas Air
Dampak lingkungan terhadap kualitas air pada kegiatan pengolahan dan
penimbunan batubara merupakan dampak yang bersifat langsung (dampak
primer) dan memiliki kecenderungan bersifat negatif yaitu terjadinya
penurunan kualitas air permukaan pada badan perairan di sekitar lokasi
stockpile. Pengolahan batubara menyebabkan perbesaran/perluasan
permukaan sentuhan mineral pyrite dengan udara. Apabila terjadi hujan,
air tirisan yang berasal dari timbunan batubara akan menghasilkan air
asam tambang yang berpotensi menurunkan kualitas air permukaan pada
badan perairan di sekitarnya.
d. Biota Perairan

RUANG LINGKUP STUDI II - 76


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Dampak lingkungan hidup terhadap biota perairan yang terjadi akibat dari
kegiatan pengolahan dan penimbunan batubara adalah munculnya
gangguan habitat biota air pada badan perairan yang terdapat di sekitar
lokasi stockpile. Sumber dampak utama yang berpotensi terjadi merupakan
sinergi dari akibat penurunan kualitas air permukaan pada badan perairan
setempat.
e. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Tebaran debu halus batubara di sekitar area stockpile merupakan bahan
polutan yang bersifat toksik bagi kesehatan manusia. Akumulasi butiran
halus batubara pada organ pernapasan manusia dapat berakibat munculnya
penyakit Anthracosis yaitu suatu penyakit yang termasuk dalam kelompok
pneumokoniosis. Di samping itu, tebaran butiran halus batubara berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan mata pekerja yang beraktivitas pada
zone front kerja crushing plant. Tingginya tingkat kebisingan lingkungan
yang ditimbulkan oleh kerja unit crushing plant berpotensi menimbulkan
gangguan kesehatan pendengaran.

7. Pemuatan dan Pengapalan Batubara


Komponen kegiatan pada pengapalan batubara meliputi kegiatan pemuatan
batubara ke dalam ponton dan kegiatan kedatangan dan keberangkatan
ponton batubara. Kegiatan ini diprakirakan berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan terhadap kualitas air permukaan, biota perairan dan keselamatan
masyarakat.
a. Kualitas Air Permukaan
Dampak lingkungan terhadap kualitas air pada kegiatan pemuatan dan
pengapalan batubara merupakan dampak yang bersifat langsung (dampak
primer) dan memiliki kecenderungan bersifat negatif yaitu terjadinya
penurunan kualitas air permukaan pada badan perairan di sekitar lokasi
pelabuhan. Hal ini disebabkan adanya batubara yang secara tidak langsung
jatuh ke Sungai Mahakam sehingga menghasilkan air asam yang berpotensi
menurunkan kualitas air permukaan pada badan perairan.
b. Biota Perairan
Dampak lingkungan hidup terhadap biota perairan yang terjadi akibat dari
kegiatan pemuatan dan pengapalan batubara adalah munculnya gangguan
habitat biota air pada badan perairan yang terdapat di sekitar lokasi
pelabuhan. Sumber dampak utama yang berpotensi terjadi merupakan
sinergi dari akibat penurunan kualitas air permukaan pada badan perairan
setempat.
c. Keselamatan Masyarakat
Dampak lingkungan terhadap keselamatan masyarakat pada kegiatan
pengapalan batubara adalah munculnya resiko gangguan keselamatan
masyarakat. Loading conveyor pada pelabuhan batubara melintasi jalan
raya Loa Kulu – Tenggarong, pada proses pemuatan batubara ada
kemungkinan terjadi jatuhan batubara dari conveyor ke permukaan jalan
raya. Jatuhan batubara tersebut berpeluang menimpa kendaraan yang
melintasi jalan raya di bawah bentangan conveyor. Dampak yang terjadi
terhadap keselamatan masyarakat pada kegiatan ini merupakan dampak
yang bersifat langsung (dampak primer).

8. Operasional Bengkel dan Genset

RUANG LINGKUP STUDI II - 77


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Aktivitas perbengkelan tambang diprakirakan berpotensi menimbulkan dampak


lingkungan terhadap kualitas udara, kebisingan, kualitas air, biota perairan dan
munculnya resiko terhadap Keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

a. Kualitas Udara
Dampak lingkungan terhadap kualitas udara pada kegiatan operasional
bengkel dan genset adalah terjadinya penurunan kualitas udara di sekitar
lokasi aktivitas bengkel dan genset. Sumber penurunan kualitas udara
pada kegiatan ini adalah emisi gas buangan dari mesin genset dan running
mesin peralatan berat tambang yang diperbaiki. Dampak bersifat langsung
dengan manusia yang berpotensi terkena dampak adalah para pekerja yang
berada pada zona kerja bengkel dan genset tambang.
b. Kebisingan
Sumber kebisingan pada operasional bengkel tambang dan genset adalah
suara yang ditimbulkan oleh suara mesin genset dan pengoperasian
peralatan bengkel. Peningkatan kebisingan lingkungan yang terjadi pada
pengoperasian bengkel dan genset merupakan dampak lingkungan yang
bersifat langsung (dampak primer).
c. Kualitas Air
Dampak lingkungan terhadap kualitas air pada kegiatan perbengkelan dan
genset adalah terjadinya penurunan kualitas air permukaan akibat dari
pencemaran air oleh limbah minyak pelumas bekas. Limbah minyak
pelumas bekas dihasilkan dari aktivitas perawatan peralatan tambang.
Dampak yang ditimbulkan terhadap kualitas air merupakan dampak yang
bersifat langsung (dampak primer).
d. Biota Perairan
Dampak lingkungan hidup terhadap biota perairan akibat aktivitas
perbengkelan dan genset tambang cenderung bersifat negatif yaitu
munculnya gangguan habitat biota perairan pada badan perairan yang
terdapat di sekitar lokasi proyek. Dampak ini merupakan dampak lanjutan
akibat penurunan kualitas air permukaan. Pencemaran air sungai oleh
limbah pelumas bekas dari aktivitas bengkel berpotensi menimbulkan
gangguan serius kehidupan nekton dan jasad renik perairan di sepanjang
aliran sungai yang tercemar.
e. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Pada pengoperasian genset dan aktifitas bengkel terdapat resiko munculnya
kecelakaan kerja serta gangguan kesehatan pekerja yang terlibat dalam
kegiatan tersebut. Beberapa kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja
pada pengoperasian genset dan perbengkelan adalah :
1) Kebisingan yang ditimbulkan peralatan bengkel dan running mesin alat
berat pada operasional bengkel berpotensi menimbulkan gangguan
kesehatan pendengaran pekerja.
2) Kebisingan yang ditimbulkan suara mesin genset berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan pendengaran.
3) Pengoperasian peralatan bengkel dan operasional genset berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja akibat sengatan listrik.
Dampak lingkungan terhadap K3 pada kegiatan pengoperasian genset dan
bengkel tambang merupakan dampak yang bersifat langsung (dampak
primer).

RUANG LINGKUP STUDI II - 78


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

9. Pengembangan Masyarakat (Community Development)


Kegiatan Comdev merupakan tindakan kepedulian pemrakarsa terhadap
kondisi sosial masyarakat di sekitar lokasi proyek. Kegiatan ini diprakirakan
menimbulkan dampak lingkungan terhadap sikap dan persepsi masyarakat
serta sumber daya manusia.
a. Sikap dan Persepsi Masyarakat
Dampak lingkungan terhadap sikap dan persepsi akibat kegiatan
pengembangan masyarakat (comdev) cenderung bersifat positif yaitu
tumbuhnya sikap dan persepsi positif masyarakat terhadap kegiatan
penambangan batubara. Dampak ini bersifat langsung (dampak primer)
dengan komponen lingkungan yang berpotensi terkena dampak adalah
penduduk di sekitar lokasi rencana proyek.
b. Sumber Daya Manusia
Dampak lingkungan terhadap sumber daya manusia akibat kegiatan
pengembangan masyarakat (comdev) cenderung bersifat positif. Dampak
ini bersifat langsung (dampak primer) dengan komponen lingkungan yang
berpotensi terkena dampak adalah penduduk di sekitar lokasi rencana
proyek.
10.Reklamasi dan Revegetasi Lahan
Kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan bekas galian tambang diprakirakan
menimbulkan dampak lingkungan terhadap kesuburan tanah, vegetasi,
stabilitas lahan dan lapangan usaha, pendapatan masyarakat dan fungsi
lahan.
a. Kesuburan Tanah
Kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan diprakirakan akan menimbulkan
dampak terhadap kesuburan tanah pada areal bekas bukaan tambang.
Beberapa perlakuan yang menyebabkan terjadinya perbaikan kesuburan
tanah pada areal reklamasi dan revegetasi lahan meliputi :
1) Pengembalian tanah pucuk pada bukaan lahan bekas penambangan
batubara akan mengembalikan fungsi tanah sebagai media
perkembangan dan pertumbuhan tanaman.
2) Perlakuan kimiawi (pengapuran dan pemupukan lahan) pada areal
reklamasi akan meningkatkan daya dukung tanah bagi kehidupan
vegetasi di atasnya.
3) Perkembangan vegetasi pada areal reklamasi akan sangat berperanan
besar dalam proses pemulihan kesuburan tanah secara alami dan
mandiri yang dikenal dengan istilah siklus hara tertutup.
b. Vegetasi
Dampak lingkungan terhadap vegetasi akibat dari kegiatan reklamasi dan
revegetasi lahan adalah terjadinya proses pemulihan kondisi vegetasi
penutup tanah pada areal bukaan bekas penambangan batubara.
Kombinasi antara tanaman pioneer dan tanaman penutup tanah (cover
crop) yang akan dibudidayakan pada areal bekas penambangan akan
mengembalikan keberadaan dan fungsi vegetasi penutup tanah.
c. Habitat Satwa Liar
Dampak lingkungan terhadap satwa liar pada kegiatan reklamasi dan
revegetasi lahan merupakan dampak lanjutan akibat pemulihan kondisi
vegetasi. Terjadinya pemulihan vegetasi secara tidak langsung akan

RUANG LINGKUP STUDI II - 79


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

mengembalikan habitat satwa liar pada bekas bukaan lahan areal


penambangan.

d. Stabilitas Lahan
Perbaikan morfologi lereng akibat back filling pada kegiatan reklamasi dan
revegetasi lahan diprakirakan memberikan pengaruh positif terhadap
stabilitas lahan pada areal bekas penambangan batubara. Disamping itu,
sistem perakaran tanaman revegetasi berperan sebagai bio mekanik dalam
memperkokoh penampang tanah.
e. Lapangan Usaha
Kegiatan reklamasi dan revegetasi diprakirakan menimbulkan dampak
terhadap peluang usaha masyarakat. Masyarakat petani yang
mendominasi penduduk di kecamatan-kecamatan wilayah studi merupakan
potensi lokal yang dapat diberdayakan dalam pelaksanaan kegiatan
reklamasi dan revegetasi. Beberapa peluang usaha masyarakat yang dapat
dikaitkan dengan operasional pada kegiatan reklamasi meliputi:
1) Pengadaan bibit tanaman revegetasi
2) Penanaman tanaman revegetasi dan
3) Pemeliharaan tanaman revegetasi
f. Pendapatan Masyarakat
Dampak lingkungan hidup terhadap pendapatan masyarakat pada kegiatan
reklamasi dan revegetasi lahan merupakan dampak turunan (dampak
sekunder) akibat terbukanya lapangan berusaha bagi masyarakat
setempat. Terbukanya lapangan usaha bagi masyarakat akan berimplikasi
pada peningkatan pendapatan masyarakat.
g. Fungsi Lahan
Kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan bekas penambangan batubara
diprakirakan memberikan dampak terhadap perbaikan fungsi lahan.
Bersamaan dengan terpulihkannya kondisi vegetasi dan kesuburan tanah
pada areal bekas penambangan batubara memberikan implikasi lanjutan
terpulihkannya fungsi ekologis lahan dan fungsi lahan sebagai sarana
produksi biomassa. Terpulihkannya fungsi ekologis dan ekonomis lahan
dapat diharapkan pula terjadi pemulihan fungsi sosiologis lahan.
D. Tahap Pasca-operasi
Komponen kegiatan pada tahap pasca operasional penambangan batubara PT
Satria Lestari meliputi kegiatan rasionalisasi tenaga kerja, demobilisasi peralatan
tambang, reklamasi dan revegetasi lanjutan serta pengembalian lahan.
1. Rasionalisasi Tenaga Kerja (PHK)
Pada kegiatan rasionalisasi tenaga kerja diprakirakan berpotensi menimbulkan
dampak lingkungan terhadap lapangan pekerjaan.
a. Lapangan Pekerjaan
Dampak lingkungan hidup terhadap lapangan pekerjaan pada kegiatan
rasionalisasi tenaga kerja memiliki kecenderungan bersifat negatif yaitu
hilangnya lapangan pekerjaan. Dampak trerhadap lapangan pekerjaan
tersebut bersifat langsung (dampak primer).
2. Demobilisasi Peralatan

RUANG LINGKUP STUDI II - 80


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Kegiatan demobilisasi peralatan diprakirakan menimbulkan dampak lingkungan


terhadap kualitas udara, lalulintas umum, keselamatan masyarakat dan K3.

a. Kualitas Udara
Dampak lingkungan terhadap kualitas udara pada kegiatan demobilisasi
peralatan tambang adalah terjadinya penurunan kualitas udara akibat
terjadinya peningkatan kandungan debu udara ambien. Dampak yang
terjadi merupakan dampak primer yang bersumber dari tebaran debu yang
yang dihasilkan oleh gesekan roda pengangkut peralatan tambang dengan
permukaan badan jalan.
b. Lalulintas Umum (darat)
Kegiatan demobilisasi peralatan tambang dari lokasi penambangan menuju
lokasi pelabuhan diprakirakan berdampak terhadap munculnya gangguan
lalulintas umum di sekitar proyek. Hilir mudik kendaraan pengangkut
peralatan tambang (trailer) berpotensi menimbulkan gangguan kelancaran
lalulintas umum pada ruas jalan umum yang akan digunkan untuk
perlintasan kendaraan angkutan peralatan tambang. Dampak lingkungan
hidup yang ditimbulkan pada peristiwa ini diklasifikasikan sebagai dampak
yang bersifat langsung (dampak primer).
c. Lalulintas Umum (Perairan)
Dampak lingkungan hidup terhadap lalulintas perairan akibat adanya
demobilisasi alat cenderung bersifat negatif yaitu terjadinya gangguan
kelancaran dan kecelakaan lalulintas pada jalur sungai yang digunakan
pada kegiatan demobilisasi peralatan. Dampak ini bersifat langsung
(dampak primer) yang berpengaruh terhadap komponen sosial.
d. Keselamatan Masyarakat
Dampak lingkungan terhadap keselamatan masyarakat dalam kegiatan
demobilisasi peralatan tambang merupakan dampak turunan (sekunder)
akibat dari munculnya gangguan lalulintas umum. Mengingat besarnya
kendaraan angkutan peralatan tambang yang akan mlintasi jalan umum
berpotensi minimbulkan gangguan serius terhadap lalulintas umum.
Gangguan lalulintas tersebut selanjutnya berpotensi menimbulkan resiko
keselamatan masyarakat, yaitu kemungkinan terjadinya kecelakaan
lalulintas.
e. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Bongkar muat peralatan tambang dan pengoperasian unit angkutan alat
berat berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja bagi para pekerja yang
terlibat langsung dalam kegiatan ini. Dampak lingkungan terhadap K3 pada
kegiatan demobilisasi peralatan bersifat langsung (dampak primer).
Komponen yang terkena dampak adalah pekerja yang terlibat langsung
dalam kegiatan demobilisasi peralatan tambang.
3. Reklamasi dan Revegetasi Lahan Lanjutan
Kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan lanjutan diprakirakan menimbulkan
dampak lingkungan terhadap kesuburan tanah, vegetasi, erosi, sedimentasi,
kualitas air, stabilitas lahan dan lapangan usaha, pendapatan masyarakat dan
fungsi lahan.
a. Kesuburan Tanah

RUANG LINGKUP STUDI II - 81


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan lanjutan diprakirakan akan


menimbulkan dampak terhadap kesuburan tanah pada areal bekas bukaan
tambang. Beberapa perlakuan yang menyebabkan terjadinya perbaikan
kesuburan tanah pada areal reklamasi dan revegetasi lahan meliputi :
1) Pengembalian tanah pucuk pada bukaan lahan bekas penambangan
batubara akan mengembalikan fungsi tanah sebagai media
perkembangan dan pertumbuhan tanaman.
2) Perlakuan kimiawi (pengapuran dan pemupukan lahan) pada areal
reklamasi akan meningkatkan daya dukung tanah bagi kehidupan
vegetasi di atasnya.
3) Perkembangan vegetasi pada areal reklamasi akan sangat berperanan
besar dalam proses pemulihan kesuburan tanah secara alami dan
mandiri yang dikenal dengan istilah siklus hara tertutup.
b. Vegetasi
Dampak lingkungan terhadap vegetasi akibat dari kegiatan reklamasi dan
revegetasi lahan lanjutan adalah terjadinya proses pemulihan kondisi
vegetasi penutup tanah pada areal bukaan bekas penambangan batubara.
Kombinasi antara tanaman pioneer dan tanaman penutup tanah (cover
crop) yang akan dibudidayakan pada areal bekas penambangan akan
mengembalikan keberadaan dan fungsi vegetasi penutup tanah.
c. Habitat Satwa Liar
Dampak lingkungan terhadap satwa liar pada kegiatan reklamasi dan
revegetasi lahan merupakan dampak lanjutan akibat pemulihan kondisi
vegetasi. Terjadinya pemulihan vegetasi secara tidak langsung akan
mengembalikan habitat satwa liar pada bekas bukaan lahan areal
penambangan.
d. Lapangan Usaha
Kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan lanjutan diprakirakan
menimbulkan dampak terhadap peluang usaha masyarakat. Masyarakat
petani yang mendominasi penduduk di kecamatan-kecamatan wilayah studi
merupakan potensi lokal yang dapat diberdayakan dalam pelaksanaan
kegiatan reklamasi dan revegetasi. Beberapa peluang usaha masyarakat
yang dapat dikaitkan dengan operasional pada kegiatan reklamasi meliputi:
1) Pengadaan bibit tanaman revegetasi
2) Penanaman tanaman revegetasi dan
3) Pemeliharaan tanaman revegetasi
e. Pendapatan Masyarakat
Dampak lingkungan hidup terhadap pendapatan masyarakat pada kegiatan
reklamasi dan revegetasi lahan lanjutan merupakan dampak turunan
(dampak sekunder) akibat terbukanya lapangan berusaha bagi masyarakat
setempat. Terbukanya lapangan usaha bagi masyarakat akan berimplikasi
pada peningkatan pendapatan masyarakat.
f. Fungsi Lahan
Kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan lanjutan bekas penambangan
batubara diprakirakan memberikan dampak terhadap perbaikan fungsi
lahan. Bersamaan dengan terpulihkannya kondisi vegetasi dan kesuburan
tanah pada areal bekas penambangan batubara memberikan implikasi
lanjutan terpulihkannya fungsi ekologis lahan dan fungsi lahan sebagai

RUANG LINGKUP STUDI II - 82


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

sarana produksi biomassa. Terpulihkannya fungsi ekologis dan ekonomis


lahan dapat diharapkan pula terjadi pemulihan fungsi sosiologis lahan.

4. Pengembalian Lahan
Pada kegiatan pengembalian lahan diprakirakan berpotensi menimbulkan
dampak terhadap fungsi lahan.
a. Fungsi lahan
Kegiatan pengembalian lahan diprakirakan akan menimbulkan dampak
terhadap fungsi lahan. Lahan bekas penambangan yang telah dikelola
melalui kegiatan reklamasi dan revegetasi dengan segala potensi vegetasi
yang ada di atasnya akan berubah fungsi sebagai sarana produksi
biomassa.

RUANG LINGKUP STUDI II - 83


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Tabel 2.37. Matrik Identifikasi dampak

RUANG LINGKUP STUDI II - 84


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

2.3.2. Evaluasi Dampak Potensial


Evaluasi dampak potensial ini dilakukan untuk menghilangkan/meniadakan dampak
yang dianggap tidak relevan atau tidak penting, sehingga diperoleh daftar dampak
penting hipotesis yang dipandang perlu dan relevan untuk ditelaah secara mendalam
dalam studi ANDAL.
Metode yang digunakan untuk melakukan evaluasi dampak ini adalah interaksi
kelompok dalam Tim Studi AMDAL, penelaahan pustaka, dengan mempertimbangkan
hasil konsultasi dan diskusi dengan para pakar, instansi yang bertanggung jawab serta
masyarakat yang berkepentingan.
Berdasarkan hasil telaahan yang telah diuraikan diatas, maka dampak penting
hipotesis sebagai hasil dari evaluasi dampak potensial adalah sebagai berikut :

A. Tahap Pra-konstruksi
Rangkaian kegiatan pengembangan usaha penambangan batubara PT Satria
Lestari pada tahap pra-konstruksi meliputi kegiatan sosialisasi rencana kegiatan,
pembebasan lahan, penerimaan tenaga kerja dan mobilisasi peralatan tambang.

1. Sosialisasi Rencana Kegiatan


Kegiatan sosialisasi rencana kegiatan pengembangan usaha penambangan
batubara PT Satria Lestari berpotensi menimbulkan dampak lingkungan
terhadap sikap dan persepsi masyarakat.
a. Sikap dan persepsi masyarakat
Dampak lingkungan terhadap sikap dan persepsi masyarakat akibat
kegiatan sosialisasi cenderung bersifat positif yaitu terbentuknya sikap dan
persepsi positif masyarakat terhadap rencana kegiatan atau usaha. Dampak
tersebut dihipotesis sebagai dampak penting yang perlu ditelaah lebih jauh,
karena sikap dan persepsi positif masyarakat di sekitar proyek sangat
menentukan bagi kelangsungan rencana usaha atau kegiatan.

2. Pembebasan Lahan
Pada kegiatan pembebasan lahan diidentifikasi berpotensi menimbulkan
dampak lingkungan terhadap fungsi lahan dan konflik sosial.
a. Fungsi lahan
Perubahan fungsi lahan merupakan salah satu dampak lingkungan hidup
yang diprakirakan akan muncul akibat dari aktivitas penambangan batubara
dengan sistem open pit mining. Kecenderungan dampak yang akan muncul
terhadap fungsi lahan tersebut bersifat negatif. Perubahan fungsi lahan
terjadi sejak dilakukannya kegiatan pembebasan lahan yang semula
dikuasai oleh masyarkat setempat. Perubahan fungsi lahan yang terjadi
pada tahapan ini adalah terjadinya perubahan fungsi lahan yang semula
berfungsi sebagai sarana produksi biomassa bagi usaha pertanian
masyarakat menjadi lahan marginal. Dampak terhadap perubahan fungsi
lahan dihipotesis sebagai dampak penting yang perlu ditelaah lebih jauh.
Tingkat kepentingan dampak yang mendasarinya adalah dampak akan
berlanjut kepada munculnya penyempitan cadangan lahan pertanian
masyarakat dan berubahnya fungsi ekologis lahan secara mendasar.

RUANG LINGKUP STUDI II - 85


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

b. Konflik sosial
Dampak lingkungan hidup terhadap konflik sosial pada kegiatan
pembebasan lahan cenderung bersifat negatif yaitu terjadi proses dissosiasi
dalam masyarakat. Adanya kemungkinan tumpang tindih dalam
penguasaan lahan yang akan dibebaskan dan perbedaan persepsi antara
pemrakarsa dan masyarakat mengenai nilai lahan yang akan dibebaskan
menimbulkan kontradiksi yang dapat berkembang menjadi konflik sosial
(proses disosiatif). Dampak yang ditimbulkan terhadap konflik sosial
tersebut dihipotesis sebagai dampak penting yang perlu ditelaah lebih jauh,
karena berpotensi menimbulkan dampak lanjutan berupa munculnya
gangguan kamtibmas, di samping itu konflik sosial yang terjadi dapat
mencapai intensitas yang tertinggi yaitu munculnya konflik terbuka yang
berkepanjangan.
3. Penerimaan Tenaga Kerja
Akibat dari kegiatan penerimaan tenaga kerja diidentifikasi berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan hidup terhadap lapangan pekerjaan,
lapangan usaha, pendapatan masyarakat serta sikap dan persepsi masyarakat.
a. Lapangan pekerjaan
Dampak lingkungan hidup akibat kegiatan penerimaan tenaga kerja
terhadap lapangan pekerjaan cenderung bersifat positif yaitu terbukanya
kesempatan kerja bagi masyarakat setempat. Kecenderungan dampak
positif yang timbul terhadap lapangan pekerjaan pada kegiatan penerimaan
tenaga kerja dihipotesis sebagai dampak penting yang perlu dilakukan
penelaahan labih lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang dijadikan dasar
pertimbangan adalah bahwa dampak yang ditimbulkan bersifat kumulatif
dan berpotensi menimbulkan dampak lanjutan terhadap munculnya sikap
dan persepsi positif masyarakat terhadap rencana proyek.
b. Lapangan usaha
Dampak lingkungan terhadap lapangan usaha masyarakat pada kegiatan
penerimaan tenaga kerja merupakan dampak turunan (dampak primer).
Sektor usaha yang diprakirakan akan tercipta yang terkait dengan aktivitas
karyawan PT Satria Lestari adalah usaha jasa dan perdagangan. Dampak
tersebut dihipotesis sebagai dampak penting dan perlu dilakukan
penelaahan lebih lanjut, karena dampak lingkungan yang terjadi terhadap
peluang usaha masyarakat tersebut bersifat kumulatif dan akan
berimplikasi kepada terciptanya lapangan pekerjaan non formal bagi
penduduk di sekitar proyek.
c. Pendapatan masyarakat
Dampak lingkungan hidup terhadap pendapatan masyarakat pada kegiatan
penerimaan tenaga kerja merupakan dampak lanjutan (dampak sekunder)
dari terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Dampak yang
berpotensi muncul terhadap pendapatan masyarakat cenderung bersifat
positif, dengan tersedianya lapangan kerja bagi penduduk lokal, maka
diharapkan terjadi peningkatan pendapatan masyarakat. Kecenderungan
dampak positif yang timbul terhadap pendapatan masyarakat dihipotesis
sebagai dampak penting yang perlu dilakukan penelaahan labih lanjut.
Tingkat kepentingan dampak yang dijadikan dasar pertimbangan adalah
bahwa dampak yang ditimbulkan bersifat kumulatif.
d. Sikap dan Persepsi Masyarakat
Dampak terhadap sikap dan persepsi masyarakat pada kegiatan
penerimaan tenaga kerja merupakan dampak lanjutan akibat dari

RUANG LINGKUP STUDI II - 86


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

terciptanya peluang kerja, dimana semakin besar tenaga kerja lokal yang
mampu terserap dalam penerimaan tenaga kerja maka dapat diharapkan
munculnya sikap dan persepsi positif masyarakat sekitar.
Munculnya sikap dan persepsi positif masyarakat akibat kegiatan
penerimaan tenaga kerja dihipotesis sebagai dampak penting yang dinilai
perlu untuk ditelaah lebih lanjut. Dasar pertimbangan tingkat kepentingan
dampak yang ditimbulkan adalah bahwa dampak positif yang terjadi dapat
berbalik menjadi sikap dan persepsi negatif masyarakat apabila tidak
terakomodasinya aspirasi ketenagakerjaan dari masyarakat di sekitar
proyek.
4. Mobilisasi Peralatan
Kegiatan mobilisasi peralatan tambang pada rencana pengembangan usaha
penambangan batubara PT Satria Lestari diidentifikasi berpotensi menimbulkan
dampak lingkungan terhadap gangguan lalulintas umum (perairan dan darat),
kualitas udara,keselamatan masyarakat dan Keselamatan dan kesehatan kerja
(K3).
a. Gangguan lalulintas perairan
Kegiatan mobilisasi peralatan tambang PT Satria Lestari diprakirakan
berpotensi menimbulkan dampak terhadap munculnya gangguan lalulintas
perairan. Sesuai dengan perencanaan jalur mobilisasi peralatan tambang
yang akan menggunakan jalur air pada sungai Mahakam, maka lalulintas
umum yang akan terkena dampak adalah lalulintas perairan di sungai
Mahakam. Dampak lingkungan terhadap lalulintas perairan di sungai
Mahakam pada kegiatan mobilisasi peralatan dinilai sebagai dampak yang
penting, karena lalulintas perairan pada sungai tersebut relatif tinggi
sehingga diprakirakan terjadi gangguan yang cukup berarti.
b. Lalulintas Umum (darat)
Mobilisasi peralatan tambang dari lokasi pendaratan alat menuju lokasi
penambangan diidentifikasi berdampak terhadap munculnya gangguan
lalulintas umum di sekitar proyek. Hilir mudik kendaraan pengangkut
peralatan tambang (trailer) berpotensi menimbulkan gangguan kelancaran
lalulintas umum pada ruas jalan umum yang akan digunakan untuk
perlintasan kendaraan angkutan peralatan tambang. Dampak lingkungan
hidup yang ditimbulkan pada peristiwa ini diklasifikasikan sebagai dampak
yang bersifat langsung (dampak primer).
Dampak terhadap munculnya gangguan lalulintas umum dihipotesiskan
sebagai dampak penting dan dinilai perlu untuk dilakukan penelaahan lebih
lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang menjadi dasar pertimbangan
adalah intensitas dampak yang akan terjadi serta komponen lingkungan
lain yang berpotensi terkena dampak yaitu munculnya resiko terhadap
keselamatan masyarakat.
c. Kualitas udara
Dampak yang terjadi terhadap penurunan kualitas udara pada kegiatan
mobilisasi perealatan tambang merupakan dampak primer yang bersumber
dari tebaran debu yang yang dihasilkan oleh gesekan roda pengangkut
peralatan tambang dengan permukaan badan jalan.
Dampak tersebut dihipotesiskan sebagai dampak tidak penting dan dinilai
perlu untuk dilakukan penelaahan lebih jauh, karena kegiatan berlangsung
tidak lama sehingga dampak yang muncul terhadap kualitas udara juga
bersifat sesaat.

RUANG LINGKUP STUDI II - 87


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

d. Keselamatan Masyarakat
Dampak lingkungan terhadap keselamatan masyarakat dalam kegiatan
mobilisasi peralatan tambang merupakan dampak turunan (sekunder)
akibat dari munculnya gangguan lalulintas umum. Mengingat besarnya
kendaraan angkutan peralatan tambang yang akan melintasi jalan umum,
berpotensi minimbulkan gangguan serius terhadap lalulintas umum.
Dampak lingkungan tersebut dihipotetis sebagai dampak penting yang perlu
ditelaah lebih lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang menjadi dasar
adalah intensitas dampak yang akan terjadi diidentifikasi berpotensi
mencapai level yang terburuk yaitu terjadinya kecelakaan lalulintas yang
menyebabkan kematian.
e. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Bongkar muat alat-alat berat tambang serta pengoperasian unit
pengangkut peralatan tambang (trailer) berpotensi menimbulkan
kecelakaan kerja. Beberapa potensi kecelakaan kerja yang dapat terjadi
selama kegiatan mobilisasi peralatan adalah terjadinya slip kendaraan
angkutan selama perjalanannya dari lokasi pendaratan menuju lokasi
tambang, terjadinya kecelakaan akibat dari sempitnya jalur angkutan yang
digunakan serta adanya tebaran debu yang menghalangi jarak pandang
operator alat angkutan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja.
Dampak lingkungan terhadap K3 pada kegiatan ini dihipotesis sebagai
dampak penting yang perlu ditelaah lebih lanjut. Tingkat kepentingan
dampak yang menjadi dasar pertimbangan adalah bahwa dampak yang
terjadi terhadap K3 dapat mencapai intensitas yang terburuk yaitu
terjadinya kecelakaan akibat kerja yang menyebabkan kematian pekerja.
B. Tahap Konstruksi
Komponen kegiatan pada tahap konstruksi meliputi kegiatan pembuatan jalan
tambang, pembangunan fasilitas penunjang, pembangunan stockpile dan instalasi
pengolahan batubara serta pembangunan pelabuhan batubara (jetty).

1. Pembangunan Jalan Tambang


Kegiatan pembangunan jalan tambang diidentifikasi akan menimbulkan
dampak lingkungan terhadap vegetasi, satwa liar, erosi, sedimentasi, kualitas
air, biota perairan, kualitas udara, tata air permukaan, stabilitas lahan dan K3
(Keselamatan dan kesehatan kerja).
a. Vegetasi
Dampak lingkungan hidup terhadap vegetasi pada kegiatan pembangunan
jalan tambang adalah terjadinya degradasi vegetasi alami pada areal
bukaan lahan untuk jalan tambang. Yang menjadi sumber dampak
terhadap vegetasi pada kegiatan ini adalah kegiatan pembersihan lahan
(brushing) pada rencana bukaan jalan. Dampak tersebut dihipotesiskan
sebagai dampak penting dan perlu dilakukan telaahan lebih lanjut. Tingkat
kepentingan dampak yang dijadikan dasar adalah luas penyebaran dampak
dan dampak turunan yang berpotensi muncul.
b. Habitat Satwa Liar
Dampak lingkungan terhadap satwa liar pada kegiatan pembangunan jalan
tambang merupakan dampak lanjutan akibat dari terjadinya degradasi
vegetasi. Terjadinya kerusakan vegetasi secara tidak langsung akan
merusak habitat satwa liar sehingga terjadi gangguan serius terhadap
kehidupan satwa liar pada bukaan lahan untuk jalan tambang. Dampak ini
dihipotesis sebagai dampak penting, karena kegiatan pembersihan lahan

RUANG LINGKUP STUDI II - 88


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

untuk pembangunan jalan tambang akan menyebabkan hilangnya


hutan/vegetasi yang merupakan tempat tinggal dan sumber makanan dari
satwa liar tersebut.
c. Erosi
Kegiatan pembangunan jalan tambang diprakirakan menimbulkan dampak
terhadap erosi tanah. Dampak yang ditimbulkan terhadap erosi tersebut
adalah terjadinya peningkatan laju erosi tanah permukaan akibat dari
hilangnya vegetasi penutup tanah dan terjadinya perapuhan ikatan butiran
tanah pada proses pemotongan dan penimbunan tanah (cut & fill).
Peningkatan erosi tanah yang terjadi pada kegiatan pembangunan jalan
tambang bersifat irreversible (tidak berbalik), karena bukaan lahan untuk
jalan tambang bersifat permanen, sehingga dampak erosi yang terjadi
dihipotesis sebagai dampak penting dan perlu dilakukan penelaahan lebih
lanjut.
d. Sedimentasi
Dampak lingkungan terhadap sedimentasi pada kegiatan pembuatan jalan
tambang dihipotesis sebagai dampak penting yang perlu ditelaah lebih
lanjut. Dampak terhadap sedimentasi dihipotesis sebagai dampak penting
yang perlu ditelaah lebih lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang menjadi
dasar pertimbangan adalah dampak yang muncul terhadap sedimentasi
berpotensi menimbulkan dampak lanjutan berupa terjadinya pendangkalan
badan perairan yang terdapat di sekitar lokasi proyek dan dampak tersebut
cenderung bersifat irreversible.
e. Kualitas air
Erosi yang terjadi pada bukaan lahan untuk jalan tambang menimbulkan
dampak lanjutan terhadap penurunan kualitas air permukaan. Kandungan
padatan yang tersuspensi dalam aliran permukaan yang berasal dari
bukaan jalan tambang merupakan parameter penting kualitas air, semakin
tinggi kandungan padatan tersuspensi tersebut maka semakin rendah
kualitas air permukaan. Dampak tersebut dihipotesiskan sebagai dampak
penting yang perlu ditelaah lebih lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang
menjadi dasar pertimbangan adalah dampak yang muncul terhadap kualitas
air akan berlangsung lama dan diprakirakan berpotensi menyebar tidak
terkendali melalui media air.
f. Biota Perairan
Dampak lingkungan hidup terhadap bita perairan pada kegiatan
pembangunan jalan tambang merupakan dampak yang bersifat lanjutan
(dampak kwarter) dari penurunan kualitas air dan memiliki kecenderungan
bersifat negatif. Dampak terhadap biota perairan dihipotesis sebagai
dampak tidak penting jika ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak
berlangsung, dimana dampak hanya berlangsung sementara yaitu saat
terjadi hujan dan beberapa waktu setelah hujan sehingga intensitas
dampak tidak mencapai taraf yang dapat membahayakan kehidupan biota
perairan.
g. Kualitas Udara
Dampak lingkungan terhadap kualitas udara pada kegiatan pembangunan
jalan tambang adalah terjadinya penurunan kualitas udara di sedkitar
proyek akibat dari peningkatan kadar debu udara ambien. Dampak tersebut
dihipotesis sebagai dampak yang tidak penting untuk dilakukan penelahaan
lebih jauh, karena dampak yang ditimbulkan terhadap kualitas udara pada

RUANG LINGKUP STUDI II - 89


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

kegiatan pembangunan jalan tambang bersifat sementara dan segera


terpulihkan bersamaan selesainya pembuatan jalan tambang.

h. Tata Air Permukaan


Dampak lingkungan terhadap perubahan tata air permukaan akibat
pembangunan jalan tambang bersifat tidak berbalik, karena sifat permanen
dari bangunan jalan tambang. Bentangan jalan tambang di permukaan
tanah dapat menghambat suplai air permukaan pada dataran pelebahan.
Disamping itu, terbentuknya konsentrasi aliran permukaan akan
meningkatkan percepatan pengikisan lapisan tanah permukaan. Dengan
alasan tersebut maka dampak lingkungan terhadap tata air permukaan
pada kegiatan pembangunan jalan tambang dihipotesiskan sebagai dampak
penting yang perlu ditelaah lebih lanjut.
i. Stabilitas Lahan
Dampak lingkungan terhadap stabilitas lahan pada kegiatan pembangunan
jalan tambang dihipotesiskan sebagai dampak penting yang perlu ditelaah
lebih jauh. Beberapa kriteria tingkat kepentingan dampak lingkungan yang
mendasarinya adalah :
1) Dari segi intensitas dampak, diprakirakan dapat mencapai level terburuk
yaitu terjadinya tanah longsor pada bidang kupasan dan urugan jalan
tambang.
2) Dampak terhadap stabilitas lahan berpotrensi menimbulkan dampak
lanjutan terhadap K3, yaitu muncul resiko kecelakaan kerja akibat
longsoran tanah pada zona jalan tambang.
j. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Kegiatan brushing, pengupasan tanah dan penimbunan pada bukaan jalan
tambang merupakan komponen utama kegiatan pembangunan jalan
tambang yang diprakirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap K3.
Dampak lingkungan terhadap K3 tersebut adalah munculnya potensi
kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan pekerja yang terlibat secara
langsung dalam kegiatan pembangunan jalan tambang. Beberapa
kemungkinan yang dapat menimbulkan resiko terhadap K3 pada kegiatan
pembangunan jalan tambang adalah:
1) Terjadinya kecelakaan kerja akibat pengoperasian mesin pemotong
pohon dan terkena rebahan pohon sewaktu melaksanakan kegiatan
brushing.
2) Munculnya potensi gangguan kesehatan pernapasan para pekerja akibat
dari paparan debu.
3) Munculnya resiko kecelakaan kerja akibat dari pengoperasian alat berat.
Dampak lingkungan yang terjadi terhadap K3 pada kegiatan ini dipandang
sebagai dampak penting yang perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut,
karena intensitas munculnya resiko terhadap K3 diprakirakan dapat
mencapai level yang terburuk yaitu terjadinya kecelakaan kerja dan
gangguan kesehatan pekerja yang menyebabkan kematian atau cacat
tubuh permanen.
2. Pembangunan Fasilitas Penunjang

RUANG LINGKUP STUDI II - 90


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Kegiatan pembangunan fasilitas penunjang diprakirakan menimbulkan dampak


lingkungan terhadap vegetasi, erosi, sedimentasi, kualitas air, biota perairan
K3, lapangan usaha dan pendapatan masyarakat.
a. Vegetasi
Dampak lingkungan hidup terhadap vegetasi pada kegiatan pembangunan
fasilitas penujang diidentifikasi berpotensi menimbulkan dampak lanjutan
terhadap erosi, sedimentasi dan penurunan kualitas air permukaan.
Dengan alasan bahwa dampak yang ditimbulkan akan menyebabkan
beberapa komponen lingkungan lain akan terkena dampak lanjutan, maka
dampak lingkungan yang terjadi terhadap vegetasi dihipotesiskan sebagai
dampak penting yang perlu ditelaah lebih lanjut.
b. Erosi
Terbukanya lahan pada tapak fasilitas penunjang menyebabkan terjadinya
peningkatan erosi tanah permukaan. Dampak tersebut dihipotesis sebagai
dampak penting yang perlu ditelaah lebih lanjut, karena dampak ini
berpotensi menimbulkan dampak lanjutan terhadap peningkatan beban
sedimentasi dan penurunan kualitas air permukaan.
c. Sedimentasi
Butiran tanah yang terangkut pada peristiwa erosi tanah berpotensi
menjadi material sedimen pada badan perairan yang terdapat di sekitar
bukaan lahan fasilitas penunjang. Dampak lingkungan terhadap
sedimentasi tersebut dihipotesis sebagai dampak penting yang perlu
ditelaah lebih lanjut, karena terjadinya sedimentasi pada badan perairan
merupakan dampak yang bersifat iireversible.
d. Kualitas air
Dampak lingkungan terhadap kualitas air merupakan dampak lanjutan
(dampak tersier) akibat dari hilangnya vegetasi penutup tanah dan
terjadinya peningkatan laju erosi. Dampak akan berlangsung lama selama
terbukanya lahan pada tapak fasilitas penunjang, sehingga dampak
tersebut dihipotesiskan sebagai dampak penting yang perlu ditelaah lebih
lanjut.
e. Biota Perairan
Dampak lingkungan hidup terhadap bita perairan pada kegiatan
pembangunan fasilitas penunjang merupakan dampak yang bersifat
lanjutan (dampak kwarter) dari penurunan kualitas air dan memiliki
kecenderungan bersifat negatif. Dampak terhadap biota perairan dihipotesis
sebagai dampak tidak penting jika ditinjau dari intensitas dan lamanya
dampak berlangsung, dimana dampak hanya berlangsung sementara yaitu
saat terjadi hujan dan beberapa waktu setelah hujan sehingga intensitas
dampak tidak mencapai taraf yang dapat membahayakan kehidupan biota
perairan.
f. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Dampak lingkungan terhadap K3 pada kegiatan pembangunan fasilitas
penunjang adalah munculnya potensi kecelakaan kerja dan gangguan
kesehatan pekerja yang terlibat secara langsung dalam kegiatan
pembangunan fasailitas penunjang.
Intensitas dampak lingkungan terhadap K3 diidentifikasikan berpotensi
mencapai level yang terburuk yaitu terjadinya kecelakaan kerja yang
menyebabkan kematian atau cacat tubuh permanen pekerja yang terlibat
langsung dalam kegiatan pembangunana fasilitas penunjang. Dengan

RUANG LINGKUP STUDI II - 91


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

alasan ini maka dampak terhadap K3 dihipotesis sebagai dampak penting


yang perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut.
g. Lapangan Usaha
Pembangunan fasilitas penunjang memerlukan jasa pertukangan dan
material bangunan yang dapat diperoleh dari penyediaannya oleh
masyarakat di sekitar proyek. Pemberdayaan potensi lokal pada kegiatan
pembangunan fasilitas penunjang merupakan tindakan positif yang perlu
ditingkatkan dengan tujuan untuk memeberikan penghasilan kepada
penduduk sekitar. Dampak terhadap terbukanya peluang usaha
masyarakat berpotensi menimbulkan dampak lanjutan terhadap terciptanya
lapangan kerja nonformal serta terbentuknya sikap dan persepsi positif
masyarakat. Dengan alasan tersebut maka dampak terhadap peluang
usaha masyarakat dihipotetsis sebagai dampak penting yang perlu
dilakukaan telaahan lebih lanjut.
h. Pendapatan Masyarakat
Dampak lingkungan hidup terhadap pendapatan masyarakat pada kegiatan
pembangunan fasilitas penunjang merupakan dampak lanjutan (dampak
sekunder) dari terbukanya lapangan usaha bagi masyarakat setempat.
Dampak yang berpotensi muncul terhadap pendapatan masyarakat
cenderung bersifat positif, dengan tersedianya lapangan usaha bagi
penduduk lokal, maka diharapkan terjadi peningkatan pendapatan
masyarakat. Kecenderungan dampak positif yang timbul terhadap
pendapatan masyarakat dihipotesis sebagai dampak penting yang perlu
dilakukan penelaahan labih lanjut.
3. Pembangunan Stockpile dan Instalasi Pengolahan
Kegiatan pembangunan stockpile dan instalasi pengolahan batubara
diidentifikasi berpotensi menimbulkan dampak lingkungan terhadap vegetasi,
erosi, sedimentasi, kualitas air, biota perairan dan K3.
a. Vegetasi
Dampak lingkungan hidup terhadap vegetasi pada kegiatan pembangunan
stockpile dan instalasi pengolahan diidentifikasi berpotensi menimbulkan
dampak lanjutan terhadap erosi, sedimentasi dan penurunan kualitas air
permukaan. Dengan alasan bahwa dampak yang ditimbulkan akan
menyebabkan beberapa komponen lingkungan lain akan terkena dampak
lanjutan, maka dampak lingkungan yang terjadi terhadap vegetasi
dihipotesiskan sebagai dampak penting yang perlu ditelaah lebih lanjut.
b. Erosi
Pada kegiatan pembangunan stockpile dan instalasi pengolahan batubara
diprakirakan menimbulkan dampak terhadap erosi tanah permukaan.
Peningkatan laju erosi pada peristiwa ini disebabkan oleh 2 (dua) hal yang
mendasar, yaitu hilangnya vegetasi penutup tanah pada bukaan lahan areal
stockpile menyebabkan peningkatan terpaan curah hujan terhadap tanah
permukaan sehingga butiran tanah akan lepas dari ikatannya. Proses cut &
fill pada kegiatan pembuatan area stockpile dan instalasi pengolahan
batubara menyebabkan peningkatan kepekaan tanah terhadap erosi. Dua
perubahan kondisi ini saling memperkuat satu sama lain (bersinergi) yang
menyebabkan terjadinya peningkatan laju erosi pada bukaan lahan untuk
area stockpile dan instalasi pengolahan batubara. Dampak tersebut
dihipotesis sebagai dampak penting yang perlu ditelaah lebih lanjut. Tingkat
kepentingan dampak yang menjadi dasar pertimbangan adalah dampak
yang muncul terhadap erosi tanah berpotensi menimbulkan dampak

RUANG LINGKUP STUDI II - 92


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

lanjutan berupa terjadinya peningkatan beban sedimentasi badan perairan


di sekitar lokasi proyek.
c. Sedimentasi
Dampak lingkungan terhadap sedimentasi pada kegiatan pembangunan
stockpile dan instalasi pengolahan batubara merupakan dampak lanjutan
(dampak sekunder) akibat dari peningkatan erosi tanah. Material padatan
yang dihasilkan akibat erosi lokasi stockpile berpotensi meningkatkan
beban sedimentasi badan perairan sungai Mahakam di sekitar lokasi
proyek. Dampak terhadap sedimentasi dihipotesis sebagai dampak penting
yang perlu ditelaah lebih lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang menjadi
dasar pertimbangan adalah dampak yang muncul terhadap sedimentasi
berpotensi menimbulkan dampak lanjutan berupa terjadinya pendangkalan
badan perairan yang terdapat di sekitar lokasi proyek dan dampak tersebut
cenderung bersifat irreversible.
d. Kualitas air
Dampak lingkungan terhadap kualitas air pada kegiatan pembangunan
stockpile dan instalasi pengolahan batubara merupakan dampak turunan
akibat dari peningkatan erosi tanah. Air limpasan yang berasal dari curah
hujan pada permukaan tanah bukaan lahan berpotensi membawa serta
padatan tersuspensi. Aliran tersebut apabila memasuki badan perairan
sungai Mahakam maka akan terjadi peningkatan kandungan padatan
tersuspensi air sungai. Dampak tersebut dihipotesiskan sebagai dampak
penting yang perlu ditelaah lebih lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang
menjadi dasar pertimbangan adalah dampak yang muncul terhadap kualitas
air akan berlangsung lama dan diprakirakan berpotensi menyebar tidak
terkendali melalui media air.
e. Biota Perairan
Dampak lingkungan hidup terhadap bita perairan pada kegiatan
pembangunan stockpile dan instalasi pengolahan batubara merupakan
dampak yang bersifat lanjutan (dampak kwarter) dari penurunan kualitas
air dan memiliki kecenderungan bersifat negatif. Dampak terhadap biota
perairan dihipotesis sebagai dampak tidak penting jika ditinjau dari
intensitas dan lamanya dampak berlangsung, dimana dampak hanya
berlangsung sementara yaitu saat terjadi hujan dan beberapa waktu
setelah hujan sehingga intensitas dampak tidak mencapai taraf yang dapat
membahayakan kehidupan biota perairan.
f. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Beberapa kemungkinan yang dapat menimbulkan resiko terhadap K3 pada
kegiatan pembangunan stockpile dan instalasi pengolahan batubara adalah:
1) Terjadinya kecelakaan kerja akibat pengoperasian mesin pemotong
pohon dan terkena rebahan pohon sewaktu melaksanakan kegiatan
pembersihan lahan area stockpile.
2) Munculnya potensi gangguan kesehatan mata pekerja akibat
pengoperasian peralatan las.
3) Munculnya resiko kecelakaan kerja akibat dari pengoperasian alat berat.
4) Munculnya resiko kecelakaan kerja akibat terjatuh dari ketinggian
bangunan instalasi pengolahan batubara.
Dampak lingkungan terhadap K3 pada kegiatan pembangunan stockpile dan
instalasi pengolahan batubara dihipotesis sebagai dampak penting yang
perlu ditelaah lebih lanjut, karena intensitas dampak yang muncul dapat

RUANG LINGKUP STUDI II - 93


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

mencapai level yang terburuk yaitu terjadinya gangguan kesehatan yang


serius atau terjadinya kecelakaan kerja yang menyebabkan kematian atau
cacat tubuh permanen pekerja yang terlibat langsung dalam kegiatan
tersebut.

4. Pembangunan Pelabuhan
Kegiatan pembangunan pelabuhan batubara diidentifikasi berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan terhadap K3.
a. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Dampak linmgkungan hidup terhadap K3 pada kegiatan pembangunan
pelabuhan batubara (jetty) adalah munculnya resiko gangguan kesehatan
dan atau kecelakaan kaibat kerja. Beberapa kemungkinan yang dapat
terjadi pada kegiatan pembangunan pelabuhan batubara yang
menimbulkan munculnya resiko gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja
bagi pekerja yang terlibat langsung dalam kegiatan tersebut, yaitu :
1) Kecelakaan kerja akibat tertimpa material bangunan
2) Kecelakaan kerja akibat jatuh dari ketinggian bangunan
3) Resiko kecelakaan kerja akibat pengoperasian alat berat.
4) Resiko gangguan kesehatan pernapasan akibat tebaran debu di udara.
5) Resiko gangguan kesehatan mata akibat pengoperasian mesin las dan
tebaran debu di udara.
Dampak lingkungan terhadap K3 tersebut dihipotesiskan sebagai dampak
penting yang perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut. Tingkat kepentingan
dampak yang menjadi dasar pertimbangan adalah dampak yang muncul
terhadap K3 berpotensi mencapai intensitas yang terburuk yaitu terjadinya
gangguan kesehatan dan atau kecelakaan kerja yang menyebabkan
kematian pekerja.
C. Tahap Operasi
Komponen rencana kegiatan penambangan batubara PT Satria Lestari pada tahap
operasi meliputi pembersihan lahan, pengupasan dan penimbunan tanah pucuk,
pengupasan dan penimbunan tanah penutup, penambangan batubara,
pengangkutan batubara, pengolahan dan penimbunan batubara, pemuatan dan
pengapalan batubara, operasional bengkel dan genset, pemberdayaan masyarakat
serta reklamasi dan revegetasi lahan.
1. Pembersihan Lahan
Kegiatan pembersihan lahan tambang diidentifikasi berpotensi menimbulkan
dampak lingkungan hidup terhadap vegetasi, habitat satwa liar, erosi,
sedimentasi, kualitas air, biota perairan dan K3.
a. Vegetasi
Dampak lingkungan terhadap vegetasi pada kegiatan pembersihan lahan
tambang memiliki kecenderungan bersifat negatif yaitu terjadinya
degradasi vegetasi penutup tanah pada bukaan lahan tambang. Dampak
terhadap vegetasi akibat dari kegiatan pembersihan lahan tambang
dihipotesis sebagai dampak penting yang perlu dilakukan penelaahan lebih
lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang mendasarinya adalah bahwa
dampak terhadap vegetasi berpotensi menimbulkan dampak lanjutan

RUANG LINGKUP STUDI II - 94


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

terhadap gangguan habitat satwa liar, peningkatan erosi tanah, sedimentasi


dan penurunan kualitas air permukaan.
b. Habitat Satwa Liar
Dampak lingkungan terhadap satwa liar pada kegiatan pembersihan lahan
tambang merupakan dampak lanjutan akibat dari terjadinya degradasi
vegetasi. Terjadinya kerusakan vegetasi secara tidak langsung akan
merusak habitat satwa liar sehingga terjadi gangguan serius terhadap
kehidupan satwa liar pada bukaan lahan tambang. Dampak ini dihipotesis
sebagai dampak penting, karena kegiatan pembersihan lahan akan
menyebabkan hilangnya hutan/vegetasi yang merupakan tempat tinggal
dan sumber makanan dari satwa liar tersebut.
c. Erosi
Dampak lingkungan terhadap erosi pada kegiatan pembersihan lahan
tambang cenderung bersifat negative yaitu terjadinya peningkatan erosi
tanah pada bukaan lahan tambang. Dampak terhadap erosi tersebut
merupakan dampak lanjutan (dampak sekunder) akibat dari terjadinya
degradasi vegetasi penutup tanah. Akibat hilangnya vegetasi penutup
tanah menyebabkan air hujan dapat langsung memukul permukaan tanah,
sehingga terjadi pelepasan partikel-partikel tanah yang menyebabkan
peningkatan erosi. Dampak tersebut dihipotesis sebagai dampak penting
yang perlu ditelaah lebih lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang menjadi
dasar pertimbangan adalah dampak yang muncul terhadap erosi tanah
berpotensi menimbulkan dampak lanjutan berupa terjadinya peningkatan
beban sedimentasi badan perairan di sekitar lokasi proyek.
d. Sedimentasi
Dampak lingkungan terhadap sedimentasi pada kegiatan pembersihan
lahan tambang merupakan dampak lanjutan (dampak tersier) akibat dari
degradasi vegetasi penutup tanah dan peningkatan erosi. Dampak terhadap
sedimentasi dihipotesis sebagai dampak penting yang perlu ditelaah lebih
lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang menjadi dasar pertimbangan
adalah dampak yang muncul terhadap sedimentasi berpotensi menimbulkan
dampak lanjutan berupa terjadinya pendangkalan badan perairan yang
terdapat di sekitar lokasi proyek dan dampak tersebut cenderung bersifat
irreversible.
e. Kualitas air
Dampak lingkungan terhadap kualitas air adalah terjadinya penurunan
kualitas air permukaan pada badan perairan yang terdapat di sekitar lokasi
proyek. Dampak tersebut merupakan dampak lanjutan (dampak tersier)
akibat dari degradasi vegetasi dan peningkatan erosi. Sumber dampak
penurunan kualitas air adalah kandungan padatan tersuspensi yang
terkandung dalam air permukaan yang dihasilkan pada proses erosi tanah
permukaan pada bukaan lahan tambang. Dampak terhadap kualitas air
tersebut dihipotesiskan sebagai dampak penting yang perlu ditelaah lebih
lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang menjadi dasar pertimbangan
adalah dampak yang muncul terhadap kualitas air akan berlangsung lama
dan diprakirakan berpotensi menimbulkan dampak lanjutan terhadap
munculnya gangguan habitat hidup biota air pada badan perairan di sekitar
lokasi proyek.
f. Biota Perairan
Dampak lingkungan hidup terhadap bita perairan pada kegiatan
pembersihan merupakan dampak yang bersifat lanjutan (dampak kwarter)

RUANG LINGKUP STUDI II - 95


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

dari penurunan kualitas air dan memiliki kecenderungan bersifat negatif.


Dampak terhadap biota perairan dihipotesis sebagai dampak tidak penting
jika ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak berlangsung, dimana
dampak hanya berlangsung sementara yaitu saat terjadi hujan dan
beberapa waktu setelah hujan sehingga intensitas dampak tidak mencapai
taraf yang dapat membahayakan kehidupan biota perairan.

g. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3).


Dampak lingkungan terhadap K3 pada kegiatan pembersihan lahan
tambang adalah munculnya resiko kecelakaan kerja bagi para pekerja yang
tertlibat langsung pada kegiatan tersebut. Beberapa peluang kecelakaan
kerja yang diprakirakan dapat terjadi pada kegiatan pembersihan lahan
tambang adalah :
1) Terjadi kecelakaan kerja akibat tertimpa rebahan pohon.
2) Munculnya resiko kecelakaan kerja akibat pengoperasian mesin
pemotong kayu.
3) Resiko kecelakaan kerja akibat pengoperasian alat berat.
Dampak lingkungan terhadap K3 tersebut dihipotesiskan sebagai dampak
penting yang perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut. Tingkat kepentingan
dampak yang menjadi dasar pertimbangan adalah dampak yang muncul
terhadap K3 berpotensi mencapai intensitas yang terburuk yaitu terjadinya
gangguan kesehatan dan atau kecelakaan kerja yang menyebabkan
kematian pekerja.
2. Pengupasan dan Penimbunan Tanah Pucuk
Pada kegiatan pengupasan dan penimbunan tanah pucuk diidentifikasi
berpotensi menimbulkan dampak lingkungan hidup terhadap kualitas udara,
kesuburan tanah, erosi, sedimentasi, kualitas air, biota perairan dan K3.
a. Kualitas Udara
Dampak lingkungan terhadap kualitas udara pada kegiatan pengupasan
tanah pucuk adalah akibat dari terjadinya peningkatan kadar debu udara di
sekitar lokasi kegiatan. Pada proses pemindahan tanah pucuk dari lokasi
pengupasan menuju lokasi penimbunan sementara diprakirakan
mengahasilkan debu yang berpotensi mencemari udara di sekitarnya.
Penurunan kualitas udara pada kegiatan pengupasan tanah pucuk dinilai
sebagai dampak penting yang perlu ditelaah lebih jauh. Tingkat
kepentingan dampak terhadap kualitas udara tersebut didasarkan kepada
dampak turunan yang berpotensi ditimbulkannya yaitu munculnya potensi
gangguan terhadap Keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Disamping itu
dampak dapat menyebar hingga ke pemukiman penduduk terdekat melalui
media udara.
b. Kesuburan Tanah.
Dampak lingkungan terhadap kesuburan tanah pada kegiatan pengupasan
dan pemindahan tanah pucuk merupakan dampak yang bersifat langsung
(dampak primer). Tanah pucuk merupakan lapisan tanah atas alami yang
berfungsi sebagai media pertumbuhan vegetasi yang ada di atasnya.
Pengupasan dan pemindahan tanah pucuk mengakibatkan terjadinya
degradasi kesuburan tanah pada areal bukaan lahan tambang, sehingga
daya dukung tanah sebagai media pertumbuhan vegetasi akan mengalami
penurunan. Dampak lingkungan terhadap kesuburan tanah tersebut
dihipotesiskan sebagai dampak penting yang perlu dilakukan penelaahan

RUANG LINGKUP STUDI II - 96


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

lebih lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang menjadi dasar


pertimbangan adalah dampak yang muncul terhadap kesuburan tanah
berpotensi mencapai intensitas yang terburuk yaitu terjadinya gangguan
kesuburan tanah yang menyebabkan tanah tidak dapat difungsikan bagi
media pertumbuhan tanaman.

c. Erosi
Dampak lingkungan terhadap erosi pada kegiatan pengupasan tanah pucuk
adalah terjadinya peningkatan erosi tanah akibat hilangnya vegetasi
penutup tanah dan terjadinya perapuhan ikatan antar butiran tanah.
Dampak tersebut dihipotesis sebagai dampak penting dan perlu dilakukan
penelaahan lebih lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang menjadi dasar
pertimbangan adalah bahwa dampak terhadap erosi berpotensi
menimbulkan dampak lanjutan terhadap sedimentasi dan penurunan
kualitas air permukaan.
d. Sedimentasi
Dampak lingkungan terhadap sedimentasi pada kegiatan pengupasan dan
pemindahan tanah pucuk dihipotesis sebagai dampak penting yang perlu
ditelaah lebih lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang menjadi dasar
pertimbangan adalah dampak yang muncul terhadap sedimentasi akan
berlangsung lama selama operasional penambangan berlangsung dan
cenderung bersifat irreversible.
e. Kualitas air
Dampak lingkungan hidup terhadap kualitas air pada kegiatan pengupasan
dan pemindahan tanah pucuk adalah terjadinya penurunan kualitas air
permukaan. Pada timbunan tanah pucuk, apabila terjadi hujan maka akan
terdapat aliran air limpasan yang membawa serta padatan tersuspensi.
Padatan tersuspensi yang masuk kedalam badan perairan akan
menurunkan kualitas air. Dampak lingkungan terhadap kualitas air tersebut
dihipotesiskan sebagai dampak penting yang perlu dilakukan penelaahan
lebih lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang menjadi dasar
pertimbangan adalah dampak yang muncul terhadap kualitas air akan
berlangsung lama selama operasional penambangan berlangsung.
f. Biota perairan
Dampak lingkungan hidup terhadap bita perairan pada kegiatan
pembersihan merupakan dampak yang bersifat lanjutan (dampak kwarter)
dari penurunan kualitas air dan memiliki kecenderungan bersifat negatif.
Dampak terhadap biota perairan dihipotesis sebagai dampak tidak penting
jika ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak berlangsung, dimana
dampak hanya berlangsung sementara yaitu saat terjadi hujan dan
beberapa waktu setelah hujan sehingga intensitas dampak
g. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Dampak lingkungan yang terjadi terhadap K3 pada kegiatan pengupasan
dan pemindahan tanah pucuk adalah munculnya potensi kecelakaan kerja
dan gangguan kesehatan para pekerja yang terlibat pada kegiatan ini.
Beberapa kemungkinan yang diprakirakan dapat terjadi sehubungan
dengan munculculnya resiko keselamatan dan kesehatan pekerja pada
kegiatan ini adalah:

RUANG LINGKUP STUDI II - 97


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

1) Kemungkinan tergelincirnya alat angkutan tanah pucuk selama


pelaksanaan kegiatan.
2) Debu udara yang dihasilkan pada kegiatan pemindahan tanah pucuk
berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan pernapasan dan
kesehatan mata para pekerja.
3) Tebaran debu udara pada lokasi kegiatan pengupasan, dan pemindahan
tanah pucuk dapat membatasi jarak pandang pengemudi alat angkut
tanah pucuk, sehingga berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja.
4) Tingginya intensitas pengoperasian alat berat pada kegiatan ini
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja.
Dampak lingkungan terhadap K3 tersebut dihipotesiskan sebagai dampak
penting yang perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut. Tingkat kepentingan
dampak yang menjadi dasar pertimbangan adalah dampak yang muncul
terhadap K3 berpotensi mencapai intensitas yang terburuk yaitu terjadinya
gangguan kesehatan dan atau kecelakaan kerja yang menyebabkan
kematian pekerja.
3. Pengupasan dan Penimbunan Tanah Penutup
Kegiatan pengupasan dan penimbunan tanah penutup diidentifikasi berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan hidup terhadap stabilitas lahan, kualitas
udara, getaran, kebisingan, erosi, sedimentasi, kualitas air, biota perairan dan
K3.
a. Stabilitas lahan
Dampak lingkungan terhadap stabilitas lahan pada kegiatan pengupasan
tanah penutup dihipotesis sebagai dampak penting yang perlu ditelaah lebih
lanjut. Pada intensitas dampak yang terburuk berpotensi menimbulkan
tanah longsor. Ketidakstabilan lahan pada areal penambangan berpotensi
menimbulkan resiko kecelakaan kerja.
b. Kualitas udara
Dampak lingkungan hidup terhadap kualitas udara pada kegiatan
pengupasan dan penimbunan tanah penutup dihipotesis sebagai dampak
penting yang perlu ditelaah lebih lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang
menjadi dasar pertimbangan adalah dampak yang muncul terhadap kualitas
udara pada kegiatan ini diprakirakan dapat mencapi intensitas dampak
yang terburuk yaitu terjadinya peningkatan kadar debu udara ambien yang
melebihi baku mutu lingkungan.
c. Getaran
Sumber dampak terhadap getaran pada kegiatan pengupasan tanah
penutup adalah akibat pengoperasian peralatan tambang dan peledakan
lapisan tanah penutup. Dampak yang ditimbulkan terhadap getaran
dihipotesiskan sebagai dampak penting yang perlu ditelaah lebih lanjut.
Pada kondisi tertentu, getaran yang dihasilkan pada kegiatan ini berpotensi
merusak konstruksi bangunan yang terdapat di sekitar lokasi kegiatan
d. Kebisingan
Peningkatan kebisingan lingkungan yang terjadi selama berlangsungnya
kegiatan penggalian dan pemindahan tanah penutup merupakan dampak
lingkungan yang dinilai sebagai dampak penting dan perlu dilakukan
penelaahan lebih lanjut, karena kebisingan yang terjadi berpotensi melebihi
baku mutu lingkungan serta menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan

RUANG LINGKUP STUDI II - 98


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

pekerja yang berada pada zona front kerja serta berpotensi mengganggu
ketenangan hingga kepemukiman penduduk terdekat.
e. Erosi
Dampak lingkungan terhadap erosi pada kegiatan penggalian dan
pemindahan tanah penutup adalah terjadinya peningkatan erosi tanah pada
timbunan tanah penutup. Dampak yang ditimbulkan bersifat langsung
(dampak primer) dengan sumber dampak utama adalah terjadinya
perapuhan soliditas butiran tanah pada tanah disposal. Dampak tersebut
dihipotesis sebagai dampak penting dan perlu dilakukan penelaahan lebih
lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang menjadi dasar pertimbangan
adalah bahwa dampak terhadap erosi berpotensi menimbulkan dampak
lanjutan terhadap sediemntasi dan penurunan kualitas air permukaan.
f. Sedimentasi
Dampak lingkungan terhadap sedimentasi pada kegiatan penggalian dan
pemindahan tanah penutup merupkan dampak lanjutan akibat dari
peningkatan erosi tanah yang terjadi pada timbunan disposal yaitu
terjadinya peningkatan beban sedimentasi pada badan peraiaran yang
terdapat di sekitar lokasi kegiatan. Material tanah yang terangkut bersama
air larian yang berasal dari timbunan tanah penutup berpotensi
meningkatkan beban sedimentasi pada badan-badan perairan di sekitar
areal penambangan batubara. Akibat serius dari proses sedimetasi tersebut
adalah terjadinya pendangkalan sungai.
Dampak lingkungan terhadap sedimentasi pada kegiatan penggalian dan
pemindahan tanah penutup dihipotesis sebagai dampak penting yang perlu
ditelaah lebih lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang menjadi dasar
pertimbangan adalah dampak yang muncul terhadap sedimentasi akan
berlangsung lama selama operasional penambangan berlangsung dan
cenderung bersifat irreversible.
g. Kualitas Air
Dampak terhadap kualitas air pada kegiatan pengupasan tanah penutup
adalah terjadinya penurunan kualitas air permukaan pada badan perairan
yang terdapat di sekitar lokasi proyek. Material lembut penyusun tekstur
tanah (butiran liat) yang terbawa air larian dari timbunan tanah penutup,
apabila memasuki badan perairan setempat, makan akan menurunkan
kualitas air berupa terjadinya peningkatan kandungan TSS (padatan
tersuspensi). Disamping itu tanah penutup merupakan lapisan sub soil
yang berpotensi membawa serta mineral pyrite. Terdadahnya mineral ini
dengan udara terbuka akan membentuk air asam tambang yang dapat
menurunkan pH air dan meningkatkan kelarutan senyawa besi dan
mangan.
h. Biota Perairan
Dampak lingkungan hidup terhadap biota perairan yang diprakirakan akan
muncul terkait dengan pencemaran air asam tambang yang dapat
menurunkan pH air dan meningkatkan kelarutan senyawa besi dan mangan
pada badan perairan setempat dipandang perlu untuk ditelaah lebih lanjut
dalan dokumen ANDAL, karena dampak ini berpotensi berlangsung lama
serta akan menyebar tidak terkendali ke beberapa badan perairan yang
terdapat di sekitar lokasi tambang.
i. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

RUANG LINGKUP STUDI II - 99


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Dampak terhadap K3 pada kegiatan penggalian dan pemindahan tanah


penutup adalah munculnya potensi gangguan kesehatan dan kecelakaan
akibat kerja terhadap para pekerja yang terlibat langsung pada kegiatan
tersebut. Tingginya intensitas pengoperasian alat berat tambang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja. Paparan kebisingan dari suara mesin alat
berat tambang dapat mengurangi daya konsentrasi pekerja yang berujung
pada peluang terjadinya kecelakaan kerja. Paparan debu dan kebisingan
secara terus menerus terhadap pekerja yang berada pada zona front kerja
pengelolaan tanah penutup berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan
mata, pendengaran dan pernapasan para pekerja.
Dampak lingkungan terhadap K3 tersebut dihipotesiskan sebagai dampak
penting yang perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut. Tingkat kepentingan
dampak yang menjadi dasar pertimbangan adalah dampak yang muncul
terhadap K3 berpotensi mencapai intensitas yang terburuk yaitu terjadinya
gangguan kesehatan dan atau kecelakaan kerja yang menyebabkan
kematian pekerja.
4. Penambangan Batubara
Pada Kegiatan penambangan batubara diidentifikasi menimbulkan dampak
lingkungan terhadap kualitas air, biota perairan dan K3.
a. Kualitas Air
Dampak lingkungan terhadap kualitas air akibat dari kegiatan
penambangan batubara cenderung bersifat negative yaitu terjadinya
penurunan kualitas air permukaan. Peningkatan kemasaman air permukaan
secara ekstrim dapat terjadi akibat pencemaran oleh air asam tambang
yang berasal dari mineral pyrite yang terdapat pada lapisan tanah pengapit
batubara. Pemompaan air hujan yang terakumulasi pada lubang galian
tambang berpotensi menyebarkan air asam tambang ke badan-badan
perairan yang terdapat di sekitarnya, sehingga dampak peningkatan
kemasaman air pada kegiatan penggalian batubara berpotensi
menyebabkan penurunan kualitas air permukaan pada badan perairan yang
terdapat disekitar proyek. Dampak lingkungan terhadap kualitas air
tersebut dihipotesiskan sebagai dampak penting yang perlu dilakukan
penelaahan lebih lanjut, karena berpotensi menyebar luas melaluli aliran
permukaan.
b. Biota Perairan
Dampak lingkungan hidup terhadap biota perairan yang diprakirakan akan
muncul terkait dengan pencemaran air asam tambang yang dapat
menurunkan pH air dan meningkatkan kelarutan senyawa besi dan mangan
pada badan perairan setempat dipandang perlu untuk ditelaah lebih lanjut
dalan dokumen ANDAL, karena dampak ini berpotensi berlangsung lama
serta akan menyebar tidak terkendali ke beberapa badan perairan yang
terdapat di sekitar lokasi tambang.
c. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Dampak lingkungan terhadap K3 pada kegiatan penambangan batubara
adalah munculnya resiko gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja para
pekerja yang berada pada zona front kerja penggalian batubara. Berberapa
kemungkinan yang diprakirakan dapat menyebabkan timbulnya gangguan
kesehatan dan kecelakaan kerja pada kegiatan ini, meliputi :
1) Cekungan galian tambang (pit) pada kegiatan penambangan batubara
akan berpotensi memberi efek penguatan kebisingan yang bersumber
dari suara mesin alat berat tambang. Kondisi ini berpotensi

RUANG LINGKUP STUDI II - 100


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

menimbulkan gangguan kesehatan pendengaran dan konsentrasi kerja


para pekerja yang berada pada zona tersebut.
2) Dinding tanah pada bidang galian tambang bersifat relatif tidak stabil
sehingga berpotensi menyebabkan longsoran tanah. Beberapa kejadian
yang pernah ada pada lokasi galian tambang, longsoran tersebut
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja yang serius.
3) Pengoperasian peralatan berat tambang pada kegiatan penggalian
batubara berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja.
Dampak lingkungan terhadap K3 tersebut dihipotesiskan sebagai dampak
penting yang perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut. Tingkat kepentingan
dampak yang menjadi dasar pertimbangan adalah dampak yang muncul
terhadap K3 berpotensi mencapai intensitas yang terburuk yaitu terjadinya
gangguan kesehatan dan atau kecelakaan kerja yang menyebabkan
kematian pekerja.

5. Pengangkutan Batubara
Pengangkutan batubara dari lokasi penambangan menuju lokasi stockpile
diidentifikasi berpotensi menimbulkan dampak terhadap kualitas udara,
kebisingan, kesehatan masyarakat, lalulintas umum, keselamatan masyarakat,
sikap dan persepsi masyarakat dan K3.
a. Kualitas udara
Jalan angkut yang digunakan dalam kegiatan pengangkutan batubara
merupakan jalan tanah. Gesekan antara roda alat angkutan batubara
dengan permukaan jalan menghasilkan debu yang bertebaran di udara
sekitarnya. Peningkatan kadar debu udara selama proses pengangkutan
batubara tersebut merupakan indikator terjadinya penurunan kualitas udara
di sekitarnya, dampak tersebut bersifat langsung (dampak primer).
Penurunan kualitas udara yang terjadi diidentifikasi berpotensi
menimbulkan dampak lanjutan terhadap kesehatan masyarakat dan K3,
sehingga dampak tersebut dihipotesis sebagai dampak penting yang perlu
dilakukan penelaahan lebih lanjut.
b. Kesehatan masyarakat
Dampak lingkungan terhadap kesehatan masyarakat pada keghiatan
pengangkutan batubara merupakan dampak lanjutan akibat dari terjadinya
penurunan kualitas udara. Pada beberapa bagian ruas jalan angkutan
batubara terdapat aktivitas pertanian masyarakat (perladangan). Petani
peladang tersebut merupakan kelompok manusia yang berpotensi terkena
paparan debu yang dihasilkan selama kegiatan pengangkutan batubara
berlangsung. Dampak lingkungan terhadap kesehatan masyarakat pada
kegiatan pengangkutan batubara tersebut dihipotesiskan sebagai dampak
penting yang perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut. Tingkat kepentingan
dampak yang menjadi dasar pertimbangan adalah bahwa dampak yang
muncul akan berlangsung lama dan berpotensi mencapai intensitas
terburuk yaitu terjadinya gangguan kesehatan pernapasan bagi petani
peladang yang beraktivitas di sekitar jalan angkutan batubara.
d. Lalulintas umum (darat)
Dampak lingkungan hidup terhadap lalulintas darat pada kegiatan
pengangkutan batubara dihipotesiskan sebagai dampak penting yang perlu
dilakukan penelaahan lebih lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang
menjadi dasar pertimbangan adalah dampak yang muncul terhadap

RUANG LINGKUP STUDI II - 101


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

lalulintas umum akan berlangsung lama dan berpotensi menimbulkan


dampak lanjutan terhadap keselamatan masyarakat.
e. Keselamatan masyarakat
Potensi dampak lingkungan terhadap keselamatan masyarakat pada
kegiatan pengangkutan batubara merupakan dampak lanjutan akibat dari
munculnya gangguan lalulintas umum. Dampak lingkungan terhadap
keselamatan masyarakat tersebut dihipotesiskan sebagai dampak penting
yang perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut. Tingkat kepentingan dampak
yang menjadi dasar pertimbangan adalah dampak yang muncul terhadap
keselamatan masyarakat berpotensi mencapai intensitas yang terburuk
yaitu terjadinya kecelakaan lalulintas yang menyebabkan kematian.

f. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)


Dampak lingkungan terhadap K3 pada kegiatan pengangkutan batubara
adalah munculnya peluang terjadinya kecelakaan kerja. Tingginya kadar
debu udara di sepanjang jalan angkutan batubara akan mengurangi jarak
pandang operator alat angkutan batubara. Kondisi ini berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja. Di samping itu, kecelakaan kerja dapat
pula terjadi akibat tergelincirnya kendaraan angkutan. Tingginya intensitas
kegiatan pengangkutan batubara dapat menimbulkan resiko kecelakaan
kerja. Dampak lingkungan terhadap K3 tersebut dihipotesiskan sebagai
dampak penting yang perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut. Tingkat
kepentingan dampak yang menjadi dasar pertimbangan adalah dampak
yang muncul terhadap K3 berpotensi mencapai intensitas yang terburuk
yaitu terjadinya gangguan kesehatan dan atau kecelakaan kerja yang
menyebabkan kematian pekerja.
6. Pengolahan dan Penimbunan Batubara
Kegiatan pengolahan dan penimbunan batubara diidentifikasi menimbulkan
dampak lingkungan terhadap kualitas udara, kualitas air dan K3.
a. Kualitas Udara
Dampak lingkungan terhadap kualitas udara pada kegiatan pengolahan dan
penimbunan batubara merupakan dampak yang bersifat langsung dan
memiliki kecenderungan bersifat negatif, yaitu terjadinya penurunan
kualitas udara ambien disekitar lokasi stockpile. Sumber penurunan
kualitas udara tersebut adalah terjadinya peningkatan kadar debu udara
yang dihasilkan oleh proses pengolahan batubara dan kerja peralatan berat
pendukung di area stockpile. Dampak terhadap kualitas udara tersebut
dihipotesis sebagai dampak penting yang perlu dilakukan penelaah lebih
lanjut, karena dampak ini dapat mencapai intensitas yang buruk yaitu
twerjadinya penurunan kualitas udara ambien yang melebihi ambang batas
kadar debu ambien yang diperkenankan.
b. Kebisingan
Suara yang berasal dari aktivitas alat berat tambang dan proses
pemecahan batubara dengan menggunakan crussing plant pada kegiatan
pengolahan batubara diprakirakan menimbulkan dampak terhadap
kebisingan lingkungan. Kebisingan yang terjadi berpotensi mengganggu
ketenangan masyarakat di sekitar lokasi proyek dan para pekerja yang
berada pada zona front kerja. Dampak terhadap kebisingan tersebut
dihipotesis sebagai dampak penting yang perlu dilakukan penelaah lebih
lanjut.

RUANG LINGKUP STUDI II - 102


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

c. Kualitas Air
Dampak lingkungan terhadap kualitas air pada kegiatan pengolahan dan
penimbunan batubara merupakan dampak yang bersifat langsung (dampak
primer) dan memiliki kecenderungan bersifat negatif yaitu terjadinya
penurunan kualitas air permukaan pada badan perairan di sekitar lokasi
stockpile. Dampak lingkungan terhadap kualitas air tersebut dihipotesiskan
sebagai dampak penting yang perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut.
Tingkat kepentingan dampak yang menjadi dasar pertimbangan adalah
dampak yang muncul terhadap kualitas air akan berlangsung lama serta
berpotensi menyebar melalui media air.

d. Biota Perairan
Dampak lingkungan hidup terhadap biota perairan yang diprakirakan akan
muncul terkait dengan pencemaran air asam tambang yang dapat
menurunkan pH air dan meningkatkan kelarutan senyawa besi dan mangan
pada badan perairan setempat dipandang perlu untuk ditelaah lebih lanjut
dalan dokumen ANDAL, karena dampak ini berpotensi berlangsung lama
serta akan menyebar tidak terkendali ke beberapa badan perairan yang
terdapat di sekitar lokasi pengolahan batubara.
e. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Tebaran debu halus batubara di sekitar area stockpile merupakan bahan
polutan yang bersifat toksik bagi kesehatan manusia. Akumulasi butiran
halus batubara pada organ pernapasan manusia dapat berakibat munculnya
penyakit Anthracosis yaitu suatu penyakit yang termasuk dalam kelompok
pneumokoniosis. Di samping itu, tebaran butiran halus batubara berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan mata pekerja yang beraktivitas pada
zone front kerja crushing plant. Tingginya tingkat kebisingan lingkungan
yang ditimbulkan oleh kerja unit crushing plant berpotensi menimbulkan
gangguan kesehatan pendengaran. Dampak lingkungan terhadap K3
tersebut dihipotesiskan sebagai dampak penting yang perlu dilakukan
penelaahan lebih lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang menjadi dasar
pertimbangan adalah dampak yang muncul terhadap K3 berpotensi
mencapai intensitas yang terburuk yaitu terjadinya gangguan kesehatan
dan atau kecelakaan kerja yang menyebabkan kematian pekerja.
7. Pemuatan dan Pengapalan Batubara
Komponen kegiatan pada pengapalan batubara meliputi kegiatan pemuatan
batubara ke dalam ponton. Kegiatan ini diprakirakan berpotensi menimbulkan
dampak lingkungan terhadap kualitas air, biota perairan dankeselamatan
masyarakat.
c. Keselamatan Masyarakat
Dampak lingkungan terhadap keselamatan masyarakat pada kegiatan
pengapalan batubara adalah munculnya resiko gangguan keselamatan
masyarakat. Loading conveyor pada pelabuhan batubara melintasi jalan
Loa Kulu Kota – Tenggarong, pada proses pemuatan batubara ada
kemungkinan terjadi jatuhan batubara dari conveyor ke permukaan jalan
raya. Jatuhan batubara tersebut berpeluang menimpa kendaraan yang
melintasi jalan raya di bawah bentangan conveyor.
Dampak yang terjadi terhadap keselamatan masyarakat pada kegiatan ini
dihipotesis sebagai dampak penting yang perlu ditelaah lebih lanjut.

RUANG LINGKUP STUDI II - 103


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Tingkat kepentingan dampak yang dijadikan dasar pertimbangan adalah


bahwa dampak akan berlangsung lama.
8. Operasional Bengkel dan Genset
Operasional bengkel dan genset tambang diidentifikasi berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan terhadap kualitas udara, kebisingan, kualitas
air, biota perairan dan munculnya resiko terhadap Keselamatan dan kesehatan
kerja (K3).
a. Kualitas Udara
Sumber penurunan kualitas udara pada kegiatan operasional bengkel dan
genset tambang adalah emisi gas buangan dari mesin genset dan running
mesin peralatan berat tambang yang diperbaiki. Dampak tersebut
dikategorikan sebagai dampak penting yang perlu ditelaah lebih lanjut,
karena berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan pekerja.
b. Kebisingan
Sumber kebisingan pada operasional bengkel tambang dan genset adalah
suara yang ditimbulkan oleh kerja mesin genset dan pengoperasian
peralatan bengkel. Peningkatan kebisingan lingkungan yang terjadi pada
pengoperasian bengkel dan genset merupakan dampak penting yang dinilai
perlu ditelaah lebih lanjut, karena berpotensi menimbulkan dampak turunan
terhadap munculnya gangguan kesehatan pekerja.
c. Kualitas air
Dampak lingkungan terhadap kualitas air pada operasional genset dan
aktivitas bengkel tambang cenderung bersifat negatif. Dampak yang akan
muncul terhadap kualitas air bersifat langsung (dampak primer) dengan
sumber utama adalah ceceran BBM dan pelumas bekas yang dihasilkan
pada kegiatan perbengkelan dan operasional genset. Dampak lingkungan
terhadap kualitas air tersebut dihipotesiskan sebagai dampak penting yang
perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang
menjadi dasar pertimbangan adalah dampak yang muncul terhadap kualitas
air berpotensi menyebar luas tak terkendali melalui media air.
d. Biota perairan
Dampak lingkungan hidup terhadap biota perairan pada kegiatan
operasional bengkel dan genset merupakan dampak yang bersifat lanjutan
(dampak sekunder) dari penurunan kualitas air dan memiliki
kecenderungan bersifat negatif. Dampak terhadap biota perairan dihipotesis
sebagai dampak penting jika ditinjau dari intensitas dampak, dimana
intensitas dampak dapat mencapai taraf yang mengakibatkan kematian
biota perairan.
e. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Pada pengoperasian genset dan aktifitas bengkel terdapat resiko munculnya
kecelakaan kerja serta gangguan kesehatan pekerja yang terlibat dalam
kegiatan tersebut. Beberapa kemungkiunan terjadinya kecelakaan kerja
pada pengoperasian genset dan perbengkelan adalah :
1) Kebisingan yang ditimbulkan peralatan bengkel dan running mesin alat
berat pada operasional bengkel berpotensi menimbulkan gangguan
kesehatan pendengaran pekerja.
2) Pengoperasian peralatan bengkel dan operasional genset berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja akibat sengatan listrik.

RUANG LINGKUP STUDI II - 104


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Dampak lingkungan terhadap K3 tersebut dihipotesiskan sebagai dampak


penting yang perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut. Tingkat kepentingan
dampak yang menjadi dasar pertimbangan adalah dampak yang muncul
terhadap K3 berpotensi mencapai intensitas yang terburuk yaitu terjadinya
gangguan kesehatan dan atau kecelakaan kerja yang menyebabkan
kematian pekerja.
9. Pemberdayaan Masyarakat (Community Development)
Kegiatan pemberdayaan masyarakat merupakan tindakan kepedulian
pemrakarsa terhadap kondisi sosial masyarakat di sekitar lokasi proyek.
Kegiatan ini diprakirakan menimbulkan dampak lingkungan terhadap sumber
daya masyrakat serta sikap dan persepsi masyarakat.

a. Sumber Daya Manusia (SDM)


Dampak lingkungan hidup terhadap sumberdaya manusia (SDM) pada
kegiatan comdev adalah terjadinya peningkatan kualitas sumberdaya
manusia bagi penduduk setempat. Sumber dampak utama terhadap SDM
tersebut adalah adanya program pemberdayaan masyarakat,
pengembangan pendidikan serta pelatihan tenaga kerja lokal dalam
pelaksanaan kegiatan comdev. Dampak ini dihipotesis sebagai dampak
penting yang perlu ditelaah labih jauh dengan tingkat kepentingan dampak
yang mendasarinya adalah dampak akan berlangsung lama serta terdapat
sejumlah manusia yang berpotensi terkena dampak secara langsung.
b. Sikap dan persepsi masyarakat
Dampak lingkungan hidup terhadap sikap dan persepsi masyarakat pada
kegiatan pengembangan masyarakat di sekitar tambang cenderung bersifat
positif yaitu terbentuknya sikap dan persepsi positif masyarakat terhadap
keberadaan dan kelangsung kegiatan penambangan batubara PT Satria
Lestari. Dampak lingkungan terhadap sikap dan persepsi masyarakat
tersebut dihipotesiskan sebagai dampak penting yang perlu dilakukan
penelaahan lebih lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang menjadi dasar
pertimbangan adalah dampak yang muncul terhadap sikap dan persepsi
masyarakat akan berlangsung lama selama berlangsungnya operasional
penambangan batubara PT Satria Lestari.
10.Reklamasi dan Revegetasi Lahan
Kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan diidentifikasi berpotensi menimbulkan
dampak lingkungan terhadap vegetasi, kesuburan tanah, erosi, sedimentasi
kualitas air, stabilitas lahan, fungsi lahan, lapangan usaha dan pendapatan
masyarakat.
a. Kesuburan Tanah
Kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan diidentifikasi akan menimbulkan
dampak terhadap kesuburan yaitu terjadinya perbaikan kesuburan tanah
pada areal bekas bukaan tambang batubara. Dampak terhadap kesuburan
tersebut tersebut dihipotesiskan sebagai dampak penting yang perlu
dilakukan penelaahan lebih lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang
menjadi dasar pertimbangan adalah dampak yang muncul terhadap
kesuburan berpotensi menimbulkan dampak lanjutan terhadap vegetasi dan
fungsi lahan.
b. Vegetasi
Dampak lingkungan terhadap vegetasi penutup tanah pada kegiatan
reklamasi dan revegetasi lahan adalah terjadinya perbaikan dan

RUANG LINGKUP STUDI II - 105


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

perkembangan kondisi vegetasi pada areal bekas penambangan batubara.


Dampak lingkungan terhadap vegetasi tersebut dihipotesiskan sebagai
dampak penting yang perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut. Tingkat
kepentingan dampak yang menjadi dasar pertimbangan adalah dampak
yang muncul terhadap vegetasi berpotensi menimbulkan dampak lanjutan
terhadap perbaikan habitat satwa liar.
c. Habitat Satwa Liar
Dampak lingkungan terhadap satwa liar pada kegiatan reklamasi dan
revegetasi lahan merupakan dampak lanjutan akibat pemulihan kondisi
vegetasi. Terjadinya pemulihan vegetasi secara tidak langsung akan
mengembalikan habitat satwa liar pada bekas bukaan lahan areal
penambangan. Dampak lingkungan terhadap vegetasi tersebut
dihipotesiskan sebagai dampak penting yang perlu dilakukan penelaahan
lebih lanjut.
d. Stabilitas Lahan
Perbaikan morfologi lereng akibat back filling pada kegiatan reklamasi lahan
diprakirakan memberikan pengaruh positif terhadap stabilitas lahan pada
areal bekas penambangan batubara. Disamping itu, sistem perakaran
tanaman revegetasi berperan sebagai bio mekanik dalam memperkokoh
penampang tanah. Dampak tersebut dihipotesiskan sebagai dampak
penting yang perlu ditelaah lebih lanjut, karena dampak terhadap stabilitas
lahan akan berlangsung lama serta akan mempengaruhi pemulihan fungsi
ekonomis lahan.
e. Fungsi Lahan
Kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan bekas penambangan batubara
diprakirakan memberikan dampak terhadap perbaikan fungsi lahan.
Bersamaan dengan terpulihkannya kondisi vegetasi dan kesuburan tanah
pada areal bekas penambangan batubara memberikan implikasi lanjutan
terpulihkannya fungsi ekologis lahan dan fungsi lahan sebagai sarana
produksi biomassa. Terpulihkannya fungsi ekologis dan ekonomis lahan
dapat diharapkan pula terjadi pemulihan fungsi sosiologis lahan. Dengan
alasan ini maka dampak lingkungan terhadap fungsi lahan dikategorikan
sebagai dampak penting dan perlu dilakukakan telaahan lebih lanjut.
f. Lapangan Usaha
Dampak lingkungan terhadap lapangan usaha masyarakat pada kegiatan
reklamasi dan revegetasi lahan adalah terbukanya kesempatan berusaha
bagi masyarakat setempat. Dampak yang timbul memilki kecenderungan
bersifat positif. Terbukanya lapangan usaha bagi masyarakat dalam
penyediaan bibit tanaman, penanaman dan pemeliharaan tanaman
revegetasi terkait kegiatan ini merupakan hal yang positif dalam rangka
pemberdayaan dan pengembangan potensi masyarakat setempat. Dampak
lingkungan terhadap lapangan usaha masyarakat tersebut dihipotesiskan
sebagai dampak penting yang perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut.
Tingkat kepentingan dampak yang menjadi dasar pertimbangan adalah
dampak yang muncul terhadap lapangan usaha masyarakat berpotensi
menimbulkan dampak lanjutan terhadap munculnya sikap dan persepsi
positif masyarakat.
g. Pendapatan Masyarakat
Dampak lingkungan hidup terhadap pendapatan masyarakat pada kegiatan
reklamasi dan revegetasi lahan merupakan dampak turunan (dampak
sekunder) akibat terbukanya kesempatan berusaha bagi masyarakat

RUANG LINGKUP STUDI II - 106


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

setempat. Terbukanya lapangan usaha bagi masyarakat akan berimplikasi


pada peningkatan pendapatan masyarakat. Dampak lingkungan terhadap
pendapatan masyarakat akibat kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan
dihipotesis sebagai dampak penting dan dilakukan penelaahan lebih lanjut,
karena lapangan usaha pada kegiatan reklamasi dan revegetasi merupakan
usaha alternatif bagi masyarakat selain usaha bertani sehingga terjadi
tambahan sumber pendapatan yaitu semula dari usaha pertanian ditambah
dengan upah kerja borongan kegiatan reklamasi dan revegetasi.
D. Tahap Pasca Operasi
Komponen kegiatan pada tahap operasi usaha penambangan batubara PT Satria
Lestari meliputi kegiatan rasionalisasi tenaga kerja, demobilisasi peralatan,
reklamasi dan revegetasi lahan lanjutan serta pengembalian lahan.
1. Rasionalisasi Tenaga Kerja
Pada kegiatan rasionalisasi tenaga kerja diidentifikasi berpotensi menimbulkan
dampak lingkungan terhadap lapangan pekerjaan.
a. Lapangan Pekerjaan.
Dampak lingkungan hidup terhadap lapangan pekerjaan pada kegiatan
rasionalisasi tenaga kerja memiliki kecenderungan bersifat negatif yaitu
hilangnya lapangan pekerjaan. Dampak terhadap lapangan pekerjaan
tersebut dihipotesis sebagai dampak penting dan perlu dilakukan
penelaahan lebih lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang menjadi dasar
pertimbangan adalah bahwa dampak terhadap hilangnya lapangan
pekerjaan akan berlangsung lama.
2. Demobilisasi Peralatan
Kegiatan demobilisasi peralatan tambang diidentifikasi berpotensi menimbulkan
dampak lingkungan terhadap kualitas udara, gangguan lalulintas umum,
keselamatan masyarakat dan K3.
a. Lalulintas umum (darat)
Kegiatan demobilisasi peralatan tambang dari lokasi penambangan menuju
lokasi pengangkutan alat diprakirakan berdampak terhadap munculnya
gangguan lalulintas umum di sekitar proyek. Hilir mudik kendaraan
pengangkut peralatan tambang (trailer) berpotensi menimbulkan gangguan
kelancaran lalulintas umum pada ruas jalan umum yang akan digunakan
untuk perlintasan kendaraan angkutan peralatan tambang. Dampak
lingkungan hidup yang ditimbulkan terhadap lalulintas umum dipandang
sebagai dampak penting yang perlu ditelaah lebih lanjut, karena berpotensi
menimbulkan dampak lanjutan terhadap keselamatan masyarakat.
b. Lalulintas Perairan
Kegiatan demobilisasi peralatan akan dilakukan melalui jalur perairan
sungai Mahakam, diprakirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap
munculnya gangguan lalulintas umum. Sesuai dengan perencanaan jalur
demobilisasi peralatan tambang yang akan menggunakan jalur air pada
sungai Mahakam, maka lalulintas umum yang akan terkena dampak adalah
lalulintas perairan di sungai Mahakam. Dampak lingkungan terhadap
lalulintas perairan di sungai Mahakam pada kegiatan demobilisasi peralatan
dinilai sebagai dampak yang penting, karena lalulintas perairan pada sungai
tersebut relatif tinggi sehingga diprakirakan terjadi gangguan yang cukup
berarti.
c. Kualitas Udara

RUANG LINGKUP STUDI II - 107


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Dampak lingkungan hidup terhadap kualitas udara pada kegiatan


demobilisasi merupakan dampak yang bersifat langsung (dampak primer)
yaitu terjadinya penurunan kualitas udara sekitar. Sumber dampak utama
terhadap kualitas udara tersebut adalah terjadinya peningkatan kadar debu
udara selama berlangsungnya kegiatan demobilisasi. Dampak terhadap
kualitas udara pada kegiatan ini dihipotesis sebagai dampak tidak penting
dan tidak perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut, karena dampak yang
akan terjadi bersifat sesaat.
d. Keselamatan Masyarakat
Dampak lingkungan terhadap keselamatan masyarakat dalam kegiatan
demobilisasi peralatan tambang merupakan dampak turunan (sekunder)
akibat dari munculnya gangguan lalulintas umum. Mengingat besarnya
kendaraan angkutan peralatan tambang yang akan mlintasi jalan umum
berpotensi minimbulkan gangguan serius terhadap laulintas umum.
Gangguan lalulintas tersebut selanjutnya berpotensi menimbulkan resiko
keselamatan masyarakat, yaitu kemungkinan terjadinya kecelakaan
lalulintas. Dengan alasan tersebut maka dampak lingkungan terhadap
keselamatan masyarakat dihipotesiskan sebagai dampak penting dan perlu
ditelaah lebih lanjut.
e. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Bongkar muat peralatan tambang dan pengoperasian unit angkutan alat
berat berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja bagi para pekerja yang
terlibat langsung dalam kegiatan ini. Dampak lingkungan terhadap K3 pada
kegiatan demobilisasi peralatan bersifat langsung (dampak primer).
Komponen yang terkena dampak adalah pekerja yang terlibat langsung
dalam kegiatan demobilisasi peralatan tambang. Dampak lingkungan yang
terjadi terhadap K3 dikategorikan sebagai dampak penting yang perlu
ditelaah lebih lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang menjadi dasar
pertimbangan adalah bahwa gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja
yang terjadi berpotensi mencapai level yang terburuk.
3. Reklamasi dan Revegetasi Lahan Lanjutan
Kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan lanjutan diidentifikasi berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan terhadap vegetasi, kesuburan tanah, erosi,
sedimentasi kualitas air, stabilitas lahan, fungsi lahan, lapangan usaha dan
pendapatan masyarakat.
a. Kesuburan tanah
Kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan lanjutan diidentifikasi akan
menimbulkan dampak terhadap kesuburan yaitu terjadinya perbaikan
kesuburan tanah pada areal bekas bukaan tambang batubara. Dampak
terhadap kesuburan tersebut tersebut dihipotesiskan sebagai dampak
penting yang perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut. Tingkat kepentingan
dampak yang menjadi dasar pertimbangan adalah dampak yang muncul
terhadap kesuburan berpotensi menimbulkan dampak lanjutan terhadap
vegetasi dan fungsi lahan.
b. Vegetasi
Dampak lingkungan terhadap vegetasi penutup tanah pada kegiatan
reklamasi dan revegetasi lahan lanjutan adalah terjadinya perbaikan dan
perkembangan kondisi vegetasi pada areal bekas penambangan batubara.
Dampak lingkungan terhadap vegetasi tersebut dihipotesiskan sebagai
dampak penting yang perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut. Tingkat
kepentingan dampak yang menjadi dasar pertimbangan adalah dampak

RUANG LINGKUP STUDI II - 108


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

yang muncul terhadap vegetasi berpotensi menimbulkan dampak lanjutan


terhadap erosi, sedimentasi dan kualitas air.
c. Habitat satwa liar
Dampak lingkungan terhadap satwa liar pada kegiatan reklamasi dan
revegetasi lahan lanjutan merupakan dampak lanjutan akibat pemulihan
kondisi vegetasi. Terjadinya pemulihan vegetasi secara tidak langsung
akan mengembalikan habitat satwa liar pada bekas bukaan lahan areal
penambangan. Dampak lingkungan terhadap vegetasi tersebut
dihipotesiskan sebagai dampak penting yang perlu dilakukan penelaahan
lebih lanjut.

d. Stabilitas lahan
Perbaikan morfologi lereng akibat back filling pada kegiatan reklamasi dan
revegetasi lahan lanjutan diprakirakan memberikan pengaruh positif
terhadap stabilitas lahan pada areal bekas penambangan batubara.
Disamping itu, sistem perakaran tanaman revegetasi berperan sebagai bio
mekanik dalam memperkokoh penampang tanah. Dampak tersebut
dihipotesiskan sebagai dampak penting yang perlu ditelaah lebih lanjut,
karena dampak terhadap stabilitas lahan akan berlangsung lama serta akan
mempengaruhi pemulihan fungsi ekonomis lahan.
e. Fungsi lahan
Kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan lanjutan bekas penambangan
batubara diprakirakan memberikan dampak terhadap perbaikan fungsi
lahan. Bersamaan dengan terpulihkannya kondisi vegetasi dan kesuburan
tanah pada areal bekas penambangan batubara memberikan implikasi
lanjutan terpulihkannya fungsi ekologis lahan dan fungsi lahan sebagai
sarana produksi biomassa. Terpulihkannya fungsi ekologis dan ekonomis
lahan dapat diharapkan pula terjadi pemulihan fungsi sosiologis lahan.
Dengan alasan ini maka dampak lingkungan terhadap fungsi lahan
dikategorikan sebagai dampak penting dan perlu dilakukakan telaahan lebih
lanjut.
f. Lapangan usaha
Dampak lingkungan terhadap lapangan usaha masyarakat pada kegiatan
reklamasi dan revegetasi lahan lanjutan adalah terbukanya kesempatan
berusaha bagi masyarakat setempat. Dampak yang timbul memilki
kecenderungan bersifat positif. Terbukanya lapangan usaha bagi
masyarakat dalam penyediaan bibit tanaman, penanaman dan
pemeliharaan tanaman revegetasi terkait kegiatan ini merupakan hal yang
positif dalam rangka pemberdayaan dan pengembangan potensi
masyarakat setempat. Dampak lingkungan terhadap lapangan usaha
masyarakat tersebut dihipotesiskan sebagai dampak penting yang perlu
dilakukan penelaahan lebih lanjut. Tingkat kepentingan dampak yang
menjadi dasar pertimbangan adalah dampak yang muncul terhadap
lapangan usaha masyarakat berpotensi menimbulkan dampak lanjutan
terhadap munculnya sikap dan persepsi positif masyarakat.
g. Pendapatan masyarakat
Dampak lingkungan hidup terhadap pendapatan masyarakat pada kegiatan
reklamasi dan revegetasi lahan lanjutan merupakan dampak turunan
(dampak sekunder) akibat terbukanya kesempatan berusaha bagi

RUANG LINGKUP STUDI II - 109


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

masyarakat setempat. Terbukanya lapangan usaha bagi masyarakat akan


berimplikasi pada peningkatan pendapatan masyarakat. Dampak
lingkungan terhadap pendapatan masyarakat akibat kegiatan reklamasi dan
revegetasi lanjutan dihipotesis sebagai dampak penting dan dilakukan
penelaahan lebih lanjut, karena lapangan usaha pada kegiatan reklamasi
dan revegetasi merupakan usaha alternatif bagi masyarakat selain usaha
bertani sehingga terjadi tambahan sumber pendapatan yaitu semula dari
usaha pertanian ditambah dengan upah kerja borongan kegiatan reklamasi
dan revegetasi lahan lanjutan.

4. Pengembalian Lahan Bekas Tambang


Pada kegiatan pengembalian lahan diidentifikasi menimbulkan dampak
terhadap fungsi lahan.
a. Fungsi lahan
Lahan bekas penambangan batubara dengan segala potensi yang ada di
dalamnya akan diserahkan kepada Negara melalui Pemerintah Daerah
setempat. Potensi vegetasi dan kesuburan tanah pada areal reklamasi
lahan akan menjadikan lahan bekas penambangan berubah fungsi menjadi
lahan sebagai sarana produksi biomassa. Infrastruktur bekas penambangan
batubara seperti jalan, pelabuhan dan fasilitas penunjang lainnya
merupakan potensi yang dapat difungsikan bagi kepentingan umum. Areal
reklamasi lahan bekas penambangan batubara dengan keberadaan
vegetasi yang terdapat padanya akan berfungsi sebagai areal penyangga
bagi keseimbangan ekosistem yang terdapat di sekitarnya. Dampak
terhadap fungsi lahan pada kegiatan pengembalian lahan dipandang
sebagai dampak penting dan perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut.

RUANG LINGKUP STUDI II - 110


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

2.38. Matrik Evaluasi dampak penting

RUANG LINGKUP STUDI II - 111


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

2.3.3. Klasifikasi dan Prioritas Dampak


Sebagai langkah akhir dari proses pelingkupan adalah klasifikasi dan prioritas dampak
penting. Tujuan dari tahap klasifikasi dan prioritas dampak penting adalah
mengelompokan atau mengorganisir dampak penting yang telah dirumuskan pada
tahapan sebelumnya (identifikasi dan evaluasi dampak) dengan maksud agar
diperoleh prioritas dampak penting hipotetik yang akan dikaji lebih lanjut dalam
dokumen ANDAL.
A. Klasifikasi Dampak Penting
Klasifikasi dampak penting hipotetik dari rencana usaha penambangan batubara
PT Satria Lestari adalah :
1. Kelompok dampak penting yang bersifat langsung terhadap komponen sosial
dan ekonomi meliputi : terciptanya lapangan pekerjaan, terbukanya lapangan
usaha masyarakat, munculnya konflik sosial, munculnya gangguan lalulintas
darat dan perairan, terjadinya perubahan fungsi lahan serta munculnya resiko
gangguan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
2. Kelompok dampak penting yang bersifat langsung terhadap komponen sosial
yang kemudian menimbulkan dampak penting turunan terhadap komponen
sosial lainnya, meliputi:
a. Terciptanya lapangan pekerjaan dan lapangan usaha masyarakat
menimbulkan dampak turunan terhadap pendapatan masyarakat.
b. Munculnya gangguan lalulintas darat menimbulkan dampak turunan
terhadap keselamatan masyarakat.
3. Kelompok dampak penting yang bersifat langsung terhadap komponen fisik-
kimia yang kemudian menimbulkan dampak penting turunan terhadap
komponen sosekbudkesmas, meliputi :
a. Terjadinya penurunan kualitas udara ambien menimbulkan
dampak penting turunan terhadap kesehatan masyarakat dan kesehatan
kerja (K3).
b. Peningkatan kebisingan lingkungan menimbulkan dampak penting turunan
terhadap munculnya gangguan kesehatan pekerja (K3).
4. Kelompok dampak penting yang bersifat langsung terhadap komponen biologi
yang kemudian menimbulkan rangkaian dampak penting turunan terhadap
komponen fisik-kimia, yaitu terjadinya degradasi vegetasi menimbulkan

RUANG LINGKUP STUDI II - 112


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

dampak turunan berturut-turut terhadap peningkatan laju erosi tanah,


peningkatan beban sedimentasi dan penurunan kualitas air permukaan.
5. Kelompok dampak penting yang bersifat langsung terhadap komponen fisik-
kimia, meliputi stabilitas lahan, gangguan tata aliran permukaan dan
pencemaran air permukaan oleh limbah minyak pelumas bekas dan air asam
tambang.
B. Prioritas Dampak Penting Hipotetik
Priroritas dampak penting hipotetik rencana kegiatan usaha penambangan
batubara PT Satria Lestari dari tahap persiapan hingga pasca-operasi, sebagai
berikut :
1. Kepentingan aspek sosial dan ekonomi.
a. Terbentuknya sikap dan persepsi masyarakat
b. Munculnya konflik sosial
c. Terbukanya lapangan kerja
d. Terbukanya lapangan usaha
e. Peningkatan pendapatan masyarakat
f. Munculnya resiko gangguan Keselamatan dan kesehatan kerja
g. Munculnya gangguan kesehatan masyrakat
h. Munculnya gangguan lalulintas darat
i. Munculnya gangguan lalulintas perairan
j. Munculnya gangguan Keselamatan masyarakat
k. Perubahan fungsi lahan
l. Peningkatan sumber daya manusia
2. Kepentingan aspek ekologi
a. Penurunan kualitas udara
b. Peningkatan Erosi Tanah
c. Penurunan Kualitas Air
d. Peningkatan beban sedimentasi
e. Penurunan kesuburan tanah
f. Peningkatan getaran
g. Peningkatan kebisingan
h. Terhambatnya tata aliran permukaan
i. Penurunan stabilitas lahan
j. Degradasi Vegetasi
k. Gangguan Habitat Satwa Liar
l. Gangguan biota perairan
Secara keseluruhan alir proses pelingkupan dampak penting rencana kegiatan
penambangan batubara PT Satria Lestari dapat dilihat pada gambar 2.25.

RUANG LINGKUP STUDI II - 113


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

2.25. bagan alir pelingkupan

RUANG LINGKUP STUDI II - 114


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Gambar 2.26. Bagan Alir Identifikasi Dampak Potensial Penambangan Batubara PT Satria Lestari

RUANG LINGKUP STUDI II - 115


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

2.4. Lingkup Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian


Berdasarkan hasil pelingkupan dampak penting rencana kegiatan penambangan
batubara PT Satria Lestari terhadap komponen lingkungan hidup, maka ditetapkan
lingkup wilayah studi dan batas waktu kajian ANDAL rencana kegiatan penambangan
batubara PT Satria Lestari sebagai berikut :

2.4.1. Lingkup wilayah studi


Lingkup wilayah studi bertitik tolak pada ruang dimana rencana kegiatan akan
berlangsung yang diperluas ke ruang ekosistem, ruang sosial dan ruang administrasi
yang lebih luas. Dengan memperhatikan batasan-batasan diatas serta keterbatasan
lain yang dijadikan bahan pertimbangan, lingkup wilayah studi AMDAL PT Satria
Lestari adalah sebagai berikut :
A. Batas proyek
Batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana usaha dan/atau kegiatan akan
melakukan kegiatan mulai dari tahap persiapan hingga pasca operasi. Berdasarkan
kriteria tersebut, maka batas proyek dari rencana kegiatan PT Satria Lestari adalah
wilayah yang meliputi areal tambang, jalan, fasilitas penunjang, stockpile dan
pelabuhan batubara.
B. Batas ekologis
Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan menurut media air dan udara, dimana proses alami yang
berlangsung di dalam ruang tersebut diprakirakan akan mengalami perubahan
yang mendasar. Dalam hal ini, batas ekologis akan ditentukan berdasarkan kondisi
hidrologi, arah dan kecepatan angin di sekitar lokasi kegiatan. Sebagai batas
ekologis untuk media udara adalah  50 m tapak proyek PT Satria Lestari
ditambah di kiri dan kanan jalan dari rencana lokasi jalan dan disekeliling lokasi
pengolahan batubara, stockpile dan pelabuhan (jetty). Sedangkan batas ekologis
untuk media air adalah daerah aliran sungai yang berada di sekitar lokasi proyek
yaitu Sungai anak sungai Tenggarong, Sungai Sentek dan Sungai Mahakam.
C. Batas sosial
Batas sosial adalah ruang disekitar rencana kegiatan yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai

RUANG LINGKUP STUDI II - 116


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

tertentu yang sudah mapan (termasuk sistim dan struktur sosial), sesuai dengan
proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan
mengalami perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
Berdasarkan hal tersebut batas sosial studi AMDAL rencana kegiatan PT Satria
Lestari mencakup Desa Margahayu, Jonggon Jaya, Jahab, Sungai Payang dan Loa
Kulu Kota.
D. Batas administratif
Batas administrasi adalah batas wilayah pemerintahan Kelurahan, Kecamatan dan
Kabupaten Kutai Kartanegara dimana lokasi proyek PT Satria Lestari melakukan
aktifitasnya. Secara administrasi kegiatan PT Satria Lestari akan berlangsung di
wilayah Kecamatan Tenggarong dan Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Resultante dari keempat batas wilayah di atas merupakan wilayah studi AMDAL.
Gambaran mengenai batas wilayah studi AMDAL, yang sekaligus merupakan
resultante dari batas proyek, ekologis, sosial dan administrasi dapat dilihat pada
Peta Batas Wilayah Studi (Gambar 2.27).

2.4.2. Lingkup batas waktu kajian


Batas waktu kajian merupakan batas waktu yang akan digunakan dalam melakukan
prakiraan dan evaluasi dampak dalam studi ANDAL rencana kegiatan PT Satria Lestari.
Batas waktu tersebut disesuaikan dengan rangkaian kegiatan PT Satria Lestari mulai
dari tahap pra-konstruksi, konstruksi, operasi sampai dengan pasca-operasi. Dalam
kaitannya dengan studi ANDAL ini batas waktu kajian dalam kegiatan proyek PT Satria
Lestari selama 6 tahun ditambah reklamasi dan revegetasi lahan 3 tahun.

RUANG LINGKUP STUDI II - 117


KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
PT SATRIA LESTARI

Gambar 2.27. Peta Batas Wilayah Studi

RUANG LINGKUP STUDI II - 118

You might also like