You are on page 1of 42

PEDOMAN CSSD

RS IBU DAN ANAK IBUNDA

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK IBUNDA


Jl. Lintas Timur Mataram Baru, Lampung Timur
No. HP. 081367384041, E-mail : ibundalampungtimur@gmail.com
2019
DAFTAR ISI

Halaman Judul Pedoman CSSD……………….………………....…………………….. i


Daftar isi ……………………………………………………………………………….. ii
Keputusan Direktur RS IBU DAN ANAK IBUNDA…………………………………. iii
Lampiran Keputusan Direktur RS IBU DAN ANAK IBUNDA………………………. 1
BAB I PENDAHULUAN…………………………..…………………………. 1
BAB II STANDAR KETENAGAAN................................................................ 4
BAB III STANDAR FASILITAS........................................................................ 5
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN....................................................... 10
BAB V LOGISTIK............................................................................................. 20
BAB VI KESELAMATAN PASIEN.................................................................. 22
BAB VII KESELAMATAN KERJA................................................................... 25
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU................................................................... 32
BAB IX PENUTUP.............................................................................................. 34

ii
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK “IBUNDA”
Jalan Lintas Timur, Mataram Baru, Lampung Timur
Telp. 0813-6738-4041 Email : ibundalampungtimur@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RS IBU DAN ANAK IBUNDA


Nomor : 57/I/RSIAI/VIII/2019

TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN CSSD


RS IBU DAN ANAK IBUNDA

Menimbang :

a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu Penyelenggaraan CSSD di RS Ibu dan Anak Ibunda,
maka diperlukan Pedoman Penyelenggaraan CSSD yang bermutu tinggi;
b. Bahwa agar Penyelenggaraan CSSD di RS Ibu dan Anak Ibunda dapat terlaksana dengan baik,
perlu adanya Pedoman Penyelenggaraan CSSD RS Ibu dan Anak Ibunda sebagai landasan bagi
Penyelenggaraan CSSD di RS Ibu dan Anak Ibunda;
c. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu ditetapkan Pedoman Penyelenggaraan
CDDS RS Ibu dan Anak Ibunda dengan Keputusan Direktur RS Ibu dan Anak Ibunda.

Mengingat :
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaranan
Bidang Perumahsakitan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
1. Keputusan Direktur RS Ibu dan Anak Ibunda Tentang Pedoman Penyelenggaraan CSSD RS
Ibu dan Anak Ibunda;
2. Pedoman Penyelenggaraan CSSD RS Ibu dan Anak Ibunda sebagaimana dimaksud dalam
Diktum Kesatu sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini;

iii
3. Pedoman Penyelenggaraan CSSD RS Ibu dan Anak sebagaimana dimaksud dalam Diktum
kedua harus dijadikan acuan dalam menyelenggarakan pelayanan pencegahan dan
pengendalian infeksi di RS Ibu dan Anak Ibunda;
4. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Lampung Timur

Pada tanggal : 25 Agustus 2019

Direktur

RS IBU DAN ANAK IBUNDA,

dr. Henri Anton Silitonga, Sp.O.G.

NIP. 010816

iv
Lampiran

Keputusan Direktur RS IBU DAN ANAK IBUNDA

Nomor : 57/I/RSIAI/VIII/2019

Tanggal : 25 Agustus 2019

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Instalasi Sterilisasi Sentral adalah suatu bagian pelayanan penunjang medis yang ada di
rumah sakit untuk memberikan pelayanan sterilisasi pada seluruh unit pelayanan yang
memerlukan bahan atau alat steril secara terpusat yang bertujuan memelihara efektivitas secara
akurat terhadap proses pembersihan, desinfeksi, dan sterilisasi dan memberikan kontribusi dalam
pendidikan di Rumah Sakit yang terkait dengan pengendalian infeksi.

Instalasi Sterilisasi Sentral RS Ibu dan Anak Ibunda selalu berusaha mengembangkan diri
dan menyesuaikan dengan perkembangan ilmu kesehatan dan kedokteran, dengan cara
meningkatkan sumber daya manusia dan melengkapi sarana prasarana sesuai dengan kebutuhan,
sehingga tujuan di atas dapat tercapai dengan maksimal.

B. Tujuan Panduan
 Tujuan Umum:
Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi bahan dan alat medis guna menekan kejadian
infeksi di rumah sakit.

 Tujuan Khusus:
1. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan pusat sterilisasi di rumah sakit.
2. Untuk mengadakan dan pengawasan dan kontrol mutu terhadap hasil sterilisasi.
3. Sebagai sebuah panduan kerja bagi tenaga pelaksana dalam memberikan pelayanan pusat
sterilisasi.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan sterilisasi meliputi:

1. Perencanaan dan pengadaan


2. Dekontaminasi dan pencucian
3. Pengemasan dan pemberian tanda / etiket
4. Proses sterilisasi

1
5. Penyimpangan
6. Distribusi
Instalasi Sterilisasi Sentral RS Ibu dan Anak Ibunda termasuk instalasi pelayanan di
Bidang Penunjang Medis. Pelayanan yang mampu memberikan standart pelayanan sterilisasi yang
tinggi, untuk mendukung peran rumah sakit. Pelayanan sterilisasi yang mampu memberikan
kebutuhan paket peralatan dan barang steril untuk Instalasi Kamar Operasi dan Keperawatan
diantaranya: Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi
Laboratorium, Instalasi Pelayanan Intensif, Instalasi Farmasi, dan lain-lain.

D. Batasan Operasional
Untuk membantu lebih mengarahkan pemahaman tentang isi buku ini, perlu dibuat batasan
istilah penting yang terkait dengan kerangka pelayanan sterilisasi rumah sakit. Batasan operasional
di bawah ini merupakan batasan istilah, baik dari sumber Buku Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi
(CSSD) di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009, maupun dari
sumber-sumber lain yang dipandang sesuai dengan kerangka konsep pelayanan yang terurai dalam
buku ini.

 Instalasi Sterilisasi Sentral adalah suatu bagian dari rumah sakit, dengan staf dan
perlengkapan yang khusus yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan proses pencucian
atau dekontaminasi, pengemasan, sterilisasi dan penyimpangan serta distribusi alat atau
instrumen medis dari berbagai departemen atau unit pelayanan di rumah sakit yang salah
satunya untuk memberikan kontribusi dalam pendidikan Rumah Sakit yang terkait dengan
pengendalian infeksi.
 Standar Pelayanan Minimal Sterilisasi adalah suatu kemampuan minimal yang harus
dimiliki Instalasi Sterilisasi Sentral yang meliputi pemrosesan alat atau instrumen medis
melalui dari dekontaminasi, pembersihan, pengemasan, sterilisasi penyimpanan sampai
dengan pendistribusian alat atau instrumen medis yang sudah steril. Adanya perencanaan
kebutuhan bahan habis pakai (kasa, kapas, dan lain-lain) kemudian diproduksi, disteril dan
didistribusikan ke seluruh unit pelayanan yang membutuhkan maupun dijual untuk umum
melalui Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
 Autoclave adalah suatu alat / mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan
uap bertekanan.
 Dry heat adalah suatu alat / mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan
panas lisrik.
 Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi
 Bowie-Dick test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin sterilisasi uap berpompa
vakum, dimana penemu metodenya adalah J.H. Bowie dan J. Dick.
 Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pecemar mikroorganisme atau
subtansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut termasuk
perendaman, pencucian, desinfeksi sampai sterilisasi.
2
 Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal (panas) atau kimia.
 Indikator biologi adalah sediaan berisi sejumlah tertentu mikroorganisme spesifik dalam
bentuk spora yang paling resisten terhadap suatu proses sterilisasi tertentu dan digunakan
untuk menunjukkan bahwa sterilisasi telah tercapai.
 Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai terjadinya
pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai dengan adanya perubahan warna.
 Indiktor mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dan lain-lain pada mesin sterilisasi
yang menunjukkan mesin berjalan normal.
 Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora.
 Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora melalui cara
fisika atau kimia.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehaan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
4. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi Rumah Sakit Kelas B, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2004.
5. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2009.

3
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Berdasarkan analisa beban kerja, maka standar kebutuhan tenaga di Instalasi Sterilisasi
Sentral RS Ibu dan Anak Ibunda adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Pola Ketenagaan Personil Instalasi Sterilisasi Sentral Rumah Sakit Umum duta mulya.

Kualifikasi Tenaga
Nama Jumlah
Nor yang Keterangan
Jabatan Formal Kebutuhan
Formal Ada

Kepala S1 Pelatihan Cukup


Instalasi Sterilisasi
Keperawatan
Sterilisasi dan 1 1
Ners
Sentral Pelatihan
Manajemen

Pelaksana D3 Pelatihan Cukup


Dekontaminasi Sterilisasi 1 1
Keperawatan
dan Produksi

Pelaksana SMU Pelatihan


Sterilisasi dan Sterilisasi
Quality
Control

Pelaksana SMU Pelatihan


Store dan Sterilisasi
Distribusi

B. Distribusi Ketenagaan
Kepala Instalasi Sterilisasi Sentral membawahi Koordinator Dekontaminasi dan Produksi,
Koordinator Sterilisasi dan Quality Control, serta Koordinator Store dan Distribusi.

C. Pengaturan Jaga
Instalasi Seterilisasi Sentral Rumah Sakit Umum duta mulya memberikan pelayanan
selama dua shif jam 07.00 – 21.00 dalam 6 hari. Pembagian petugas diatur menjadi dua shift,
yaitu pagi, sore . Petugas pagi sebanyak dua orang, petugas sore sebanyak dua orang, Pada malam
hari dan hari libur ada petugas on call jika membutuhkan.

4
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

Loket Penerimaan Barang kotor

R. Dekontaminasi

Filter air R. Sterilisasi

R. Produksi R. Penyimpanan bahan/alat


medis steril

Loket serah terimah barang steril

==================================================================

Gambar 3.1. Denah Ruangan Instalasi Sterilisasi Sentral RS Ibu dan Anak Ibunda

5
B. Standar Fasilitas
Sarana fisik dan peralatan di sterilisasi sentral sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan
pelayanan di sterilisasi sentral rumah sakit. Dalam merencanakan sarana fisik, dan peralatannya,
sebaiknya melibatkan staf sterilisasi sentral. Mengingat sterilisasi sentral merupakan jantung
rumah sakit dimana tugas pokok sterilisasi sentral adalah menerima alat atau bahan medik dari
semua unit-unti di rumah sakit untuk kemudian di proses menjadi alat atau bahan medik dalam
kondisi steril dan selanjutnya mendistribusikan kepada unit lain yang membutuhkan kondisi steril,
maka dalam menentukan lokasi sterilisasi sentral perlu diperhatikan.

a. Bangunan Instalasi Sterilisasi Sentral


Pembangunan Instalasi Pusat Sterilisasi harus sesuai dengan kebutuhan bangunan pada saat
ini sera kemungkinan perluasan sarana pelayanan dimasa datang dan didesain menurut tipe /
kapasitas rumah sakit dengan ketentuan untuk rumah sakit.

1. 200 TT, luas bangunan kurang lebih 130 m2.


2. 400 TT, luas bangunan kurang lebih 200 m2.
3. 600 TT, luas bangunan kurang lebih 350 m2.
4. 800 TT, luas bangunan kurang lebih 400 m2.
5. 1000 TT, luas bangunan kurang lebih 450 m2.
Untuk Instalasi Sterilisasi Sentral di Rumah Sakit Umum duta mulya memiliki luas bangunan
7meter x 16 meter = 112m2 dengan 130 TT.

b. Lokasi Instalasi Sterilisasi Sentral


Lokasi Instalasi Sterilisasi Sentral di RS Ibu dan Anak Ibunda terpisah dengan pemakai alat
atau bahan steril terbesar di rumah sakit yaitu Instalasi Kamar Operasi. Pemilihan atau
penetapan lokasi yang tepat berdampak pada efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian
infeksi, yaitu dengan meminimumkan risiko terjadinya kontaminasi silang serta mengurangi
lalu lintas transportasi alat steril.

c. Pembagian dan Persyaratan Instalasi Sterilisasi Sentral


Pada prinsipnya desain Ruang Sterilisasi Sentral terdiri dari ruang bersih dan ruang kotor
yang dibuat sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang dari ruang
kotor ke ruang bersih, selain itu pembagian ruangan disesuaikan dengan alur kerja Ruang
Sterilisasi Sentral dibagi 6 ruang yaitu :

1. Ruang Serah Terima


Pada ruang ini terjadi proses serah terima alat kotor atau habis pakai dari ruang
perawatan, rawat inap, rawat jaln, unit penunjang dan kamar operasi untuk diserahkan
kembali ke petugas sterilisasi.

2. Ruang Dekontaminasi
6
Pada ruang ini terjadi proses dekontaminasi dan pembersihan Ruang Dekontaminasi
harus direncanakan, dipelihara, dan dikontrol untuk mendukung efisiensi proses
dekontaminasi dan untuk melindungi pekerja dari benda-benda yang dapat menyebabkan
infeksi, racun dan hal-hal berbahaya lainnya.

a) Ventilasi
Udara dan partikel-partikel debu dapat membawa mikroorganisme dari satu tempat
ke tempat lainnya sehingga dapat meningkatkan bioburden dan mengkontaminasi
alat-alat kesehatan yang sudah didekontaminasi, alat-alat yang siap disterilkan dan
bahkan yang sudah disterilkan. karenanya, sistem ventilasi harus didesain sedemikian
rupa sehingga udara di ruang dekontaminasi harus :

- Dihisap keluar atau ke sistem sirkulasi udara yang mempunyai filter.


- Diganti 10 kali dalam 1 jam.
- Tekanan udara negatif tidak mengkontaminasi udara ruangan lainnya.

b) Suhu dan Kelembaban


Suhu dan kelembaban berpengaruh pada bioburden lingkungan dan juga kenyamanan
pekerja di ruang dekontaminasi Suhu dan kelembaban yang direkomendasikan
adalah :

- Suhu udara antara 180C – 220C.


- Kelembaban udara antara 35 % - 75 %.

c) Kebersihan
Debu, serrangga dan vermin adalah pembawa mikroorganisme, sehingga kebersihan
ruang dekontaminasi sangatlah penting. Alat-alat pembersih harus sesuai dengan
bahan-bahan pembersihnya. Harus ada peraturan tertulis mengenai prosedur
pengumpulan sampah dan transportasinya, dan pembuangan limbah-limbah baik
yang dapat maupun yang tidak dapat menyebabkan infeksi dan juga yang berbahaya.
Secara umum, praktek kebersihan sebaiknya mencakup.

- Setidaknya sekali sehari dipel.


- Setidaknya sekali sehari membersihkan dan mendesinfeksi sink/tempat mencuci,
meja kerja dan peralatan.
- Langsung membersihkan dan mendesinfeksi tumapahan darah dengan desinfektan
yang digunakan di Rumah Sakit.
- Secara teratur membersihkan rak-rak penyimpanan, dinding, langit-langit,
ventilasi AC dan fixture lainnya (lampu, sprinkler, ducting, exhaust van dan
sebagainya).

7
- Prosedur kontrol terhadap binatang perusak (serangga, tikus, dan sebagainya).
- Setidaknya sekali sehari sampah dibuang dan lain-lain yang kotor diganti.
- Pemisahan sampah infectious dan non infectious.
3. Ruang Produksi
Di ruang ini dilakukan proses pengemasan alat yang sebelumnya sudah didekontaminasi
dan dibersihkan. Dan juga proses pembuatan bahan dispossible (kasa, kapas, dan lain-
lain) untuk diolah menjadi bahan siap pakai sesuai kebutuhan, tidak hanya kebutuhan
untuk Instalasi Kamar Operasi melainkan digunakan untuk kebutuhan pelayanan rawat
jalan dan rawat inap serta dijual untuk umum.

4. Ruang Sterilisasi
Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat atau bahan disposible (kasa, kapas, dan lain-
lain) dan dilengkapi dengan exhaust.

Proses sterilisasinya menggunakan sterilisasi dry heat (panas kering) dan steam (uap /
autoclave).

5. Ruang Penyimpanan (Store)


Ruang ini sebaiknya berada dekat dengan ruang sterilisasi. Di ruang ini penerangan harus
memadai, suhu antara 180C 0 220C dan kelembaban udara antara 35 % - 75 % ventilasi
menggunakan sistem tekanan positif dengan efisiensi filtrasi partikel antara 90 – 50 %
(untuk partikular berukuran 0,5 mikron). Dinding dan lantai ruangan terbuat dari bahan
yang halus, kuat sehingga mudah diberrsihkan, item steril disimpan pada jarak 19 – 24
cm dari lantai dan minimum 43 cm dari langit-langit serta 5 cm dari dinding serta
diupayakan untuk menghindari terjadinya penumpukan debu pada kemasan, serta alat
steril tidak disimpan dekat westafel atau saluran pipa lainnya. akses ke ruang
penyimpanan steril, dilakukan oleh petugas sterilisasi sentral yang sesuai dengan
persyaratan. Lokasi ruang penyimpanan steril harus jauh dari lalu lintas dan jendela serta
pintu sesedikit mungkin dan terisolasi.

6. Ruang Distribusi
Di ruang ini digunakan untuk pendistribusian alat atau bahan yang sudah steril, seluruh
unit rawat inap, rawat jalan, unit penunjang, dan kamar operasi yang membutuhkan alat
atau bahan steril dapat dipinjam ke instalasi sterilisasi sentral melalui ruang distribusi ini.

d. Kalibrasi Alat

Kalibrasi secara periodik harus dilakukan sesuai dengan instruksi manual dari produsen
mesin. Beberapa contoh item yang harus dikalibrasi adalah pengukur suhu dan tekanan, timer,
dan elemen pencatat lainnya. Kalibrasi ulang harus dilakukan apabila komponen-komponen
ini mengalami perbaikan. Kalibrasi alat harus dilakukan oleh orang terlatih khususnya
terhadap jenis mesin sterilisasi yang akan dikalibrasi. Kalibrasi pada mesin sterilisasi

8
dilakukan minimal sekali dalam setahun, dilakukan oleh Balai Pengamanan Fasilitas
Kesehatan (BPFK) Departeman Kesehatan atau agen pemegang merek alat.

e. APD (Alat Pelindung Diri)

Instalasi Sterilisasi Sentral harus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti skort
legan panjang yang tahan terhadap cairan kimia heavy-duty, penutup kepala, masker “high
filtration”, dan “tight fitting” google, khususnya dipakai oleh staf saat melakukan prosedur
yang memungkinkan terjadinya cipratan atau kontaminasi dari cairan yang mengandung darah
atau cairan tubuh lainnya. harus ada alas kaki khusus untuk memasuki ruang dekontaminasi
dan penutup sepatu tahan air yang diperlukan untuk melindungi sepatu dan makser, dan
google harus dilepaskan saat meninggalkan ruang dekontaminasi. Sarung tangan, gaun
pelindung dan google harus dicuci setiap hari. Alat pelindung yang dipakai ulang harus di
laundry setelah setiap pemakaian.

9
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

Instalasi Sterilisasi Sentral RS Ibu dan Anak Ibunda melayani semua unit di rumah sakit yang
membutuhkan kondisi steril. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari selalu berhubungan dengan :

- Bagian laundry
- Instalasi pemeliharaan sarana
- Instalasi farmasi
- Instalasi laboratorium
- Sanitasi
- Perlengkapan / logistik
- Rawat inap, rawat jalan, IGD, IBS, dan lain-lain.

A. TATA LAKSANA PELAYANAN


1. Perencanaan
Perencanaan instrumen medis, bahan habis pakai, (kasa, kapas, dan lain-lain) dan linen
maupun bahan re-use dilakukan oleh Instalasi Sterilisasi Sentral, dalam rencana anggaran
tahunan disesuaikan dengan kebutuhan unit-unit pelayanan.

- Data inventaris instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen.
- Standar instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen tiap unit.
- Data kebutuhan instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen steril selama setahun.
- Pemakaian instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen dalam proses sterilisasi.
- Data kerusakan alat dan kebutuhan penggantian atau penambahan peralatan / bahan baru.
Perencanaan disusun setiap tahun sekali oleh Kepala Instalasi Sterilisasi Sentral melalui
Rencana Anggaran Belanja Tahunan.

2. Pengadaan
Pengadaan instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen dilakukan berdasarkan
perencanaan yang telah disusun oleh Instalasi Sterilisasi Sentral dan diajukan dalam RKAP
Tahunan. Pengadaan dilakukan oleh tim Pengadaan Rumah Sakit berdasarkan RKAP yang
telah disetujui.

3. Dekontaminasi
Dekontaminasi : adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan benda-benda yang
mungkin terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya bagi kehidupan, sehingga aman untuk
proses selanjutnya. Tujuan dari proses dekontaminasi ini adalah untuk melindungi pekerja
10
yang bersentuhan langsung dengan alat-alat kesehatan yang sudah melalui proses
dekontaminasi tersebut, dari penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme
pada alat-alat kesehatan tersebut.

a. Menangani, Mengumpulkan, dan Transportasi Benda-benda Kotor :


Peralatan dan alat-alat kesehatan pakai ulang yang sudah terkontaminasi, harus ditangani,
dikumpulkan dan dibawa ke ruang dekontaminasi sedemikain rupa sehingga menghindari
kontaminasi terhadap pasien, pekerja dan fasilitas lainnya.

Oleh karena hal ini harus ditetapkan sehingga :

 Peralatan pakai ulang dipisahkan dari limbah / buangan ditempat pemakaian oleh
petugas yang mengetahui potensi terjadinya infeksi dari benda-benda tersebut.
 Benda-benda tajam dipisahkan dan ditempatkan di dalam kontainer yang baik.
 Kain-kain pakai ulang ditempatkan ke tempat khusus dan dikembalikan ke laundry.
 Semua cairan yang terkontaminasi dimasukkan ke kontainer yang tahan bocor, jika
tidak mungkin dibuang ke toilet / sink / spoulhook sebelum membawa peralatan yang
kotor.
 Alat-alat yang tidak dipakai dan tidak dibuka dikembalikan ke ruang dekontaminasi,
untuk selanjutnya disteril ulang sebelum didistribusikan kembali.
 Jika diperlukan, petugas yang menangani, mengumpulkan dan membawa alat-alat
harus memakai alat pelindung untuk mencegah kontak dengan darah atau cairan
tubuh lainnya.
Di RS Ibu dan Anak Ibunda, untuk Dekontaminasi awal atau pre cleaning dilakukan di
unit pemakai sebelum dibawa ke Instalasi Sterilisasi Sentral. Dekontaminasi awal
menggunakan larutan Clorin dengan perbandingan satu saset Clorin untuk 5 liter air bersih
yang kemudian dilakukan perendaman selama 10 – 15 menit dan pengiriman peralatan
kotor yang telah didekontaminasi ke Instalasi Sterilisasi Sentral harus dalam kontainer
tertutup.

b. Pembuangan Limbah
Limbah atau pembuangan harus dipisahkan dari alat-alat pakai ulang ditempat pemakaian,
diidentifikasi dan dibuang menurut kebijakan Rumah Sakit yang mengacu pada peraturan
pemerintah.

c. Mencuci/Cleaning
Semua alat-alat pakai ulang harus dicuci hingga benar-benar bersih sebelum didensifeksi
atau di sterilkan.

11
d. Menangani alat-alat yang terkontaminasi di point of use
Pembersihan alat-alat pakai ulang terkontaminasi harus dimulai sesegera mungkin setelah
dipakai. Karenanya, untuk memulai pembersihan dan mencegah kotoran menjadi kering,
alat-alat harus :

 Langsung dibungkus dan bawa ke ruang dekontaminasi.


 Di bersihkan dari kotoran yang besar-besar ditempat pemakaian sesuai prosedur yang
berlaku dan langsung bungkus untuk menghindari percikan, tumpahan atau penguapan
sampai dibawa ke ruang dekontaminasi

e. Menangani alat-alat yang terkontaminasi di ruang dekontaminasi


Untuk memulai pembersihan ,alat-alat harus :

 Dibongkar (disassambled) jika dirakit lebih dari satu komponen dan dibuka semua
sambungannya untuk memastikan seluruh permukaan tercuci bersih.
 Disortir berdasarkan metode pembesihan.
 Dibersihkan sebelum proses sterilisasi uap ataupun dry heat, karena baik uap atupun
dry heat tidak dapat meresap dan membunuh mokroorganisme. Jika alat alat tidak
dibersihkan dengan baik terlebih dahulu.

f. Bahan-bahan pencuci (Cleaning agent)


Supaya efektif, bahan pencuci harus membantu menghilangkan residu kotoran organik
tanpa merusak alat. Karenanya, bahan pencuci harus :

- Sesuai dengan bahan, alat dan metode mencuci yang dipilih.


- Ikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai type bahan pencuci yang dapat dipakai.
Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada type kotoran yang ada, pada umumnya,
protein lebih mudah dibersihkan dengan detergen yang besifat basa. Garam mineral
mudah dibersihkan dengan detergen asam. Pemilihan bahan pencuci dan metode
mencuci harus ditetapkan sebelum proses dijalankan, jika tidak, kerusakan alat yang
akan dicuci atau alat pencuci bisa terjadi.
- Tentukan banyaknya detergen yang diperlukan, tergantung pada kandungan kadar
garam mineral pada air. Jika kandungan garam mineral sedikit, gunakan sedikit
detergen dan gunakan lebih banyakdetergen jika kandungan garam mineral pada air
lebih banyak.
- Pertimbangan untuk menggunakan enzym pelarut protein untuk mencuci alat-alat yang
memiliki lumen dan sambungan.
- Digunakan sesuai petunjuk produsendan sesuai dengan bahan alat.

g. Metode merendam dan membilas


Mencuci bersih adalah proses yang menghilangkan semua partikel yang kelihatan dan
hampir semua partikel yang kelihatan dan hampir semua partikel yang tidak kelihatan,
12
dan menyiapkan semua permukaan dari semua alat-alat agar aman untuk proses
densifeksi dan sterilisasi. Mencuci dapat dilakukan secara manual atau mekanikal atau
kombinasi keduannya. Karenanya untuk memastikan kebersihan dan tidak merusak alat
serta keamanan petugas, alat-alat harus :

- Dibongkar (disassable), jika dirakit lebih dari satu komponen dan semua sambungan
harus di buka untuk memastikan semua permukaan alat tercuci bersih.
- Dimulai dengan merendam dalam air pada suhu 20.C-43.C selama 10 menit dan atau
dalam produk enzym yang dapat melepaskan darah dan zat-zat protein lainnya untuk
mencegah terjadinya koagulasi darah pada alat dan juga memabantu menghilangkan
protein.
- Atau dapat juga dimulai dengan membilas di air kran yang mengalir untuk melepaskan
partikel-partikel protein.

h. Mencuci secara manual


Beberapa alat atau instrumen yang lembut atau rumit perlu dicuci secara manual setelah
direndam, pada proses ini alat atau instrumen harus :

- Dicuci didalam air untuk mencegah penguapan jika alat dapat tengelam/terendam.
- Dicuci menurut aturan produsen jika alat tidak dapat tenggelam/terendam.
- Dicuci dengan alat antigores untuk mencegah kerusakan pada alat, alat-alat dengan
lumens atau berlubang kecil-kecil harus dibersihkan dengan densifeksi atau disterilkan
setiap hari.
- Dibilas dengan air kran yang mengalir dengan suhu 40.C – 55.C untuk menghilangkan
detergen. Lebih baik lagi jika menggunakan air deionisasi atau suling. Setelah dicuci
dan dibilas, dikeringkan terlebih dahulu sebelum dirubrikasi (dengan parafin),
didensifeksi atau disterilkan.

4. Pengemasan
Yang dimaksud pengemasan adalah proses membungkus, mengemas, dan menampung alat-alat
yang dipakai ulang untuk disterilisasi, penyimpanan dan pemakaian berikutnya. Bahan
kemasan sterilisasi adalah semua material yang tersedia, yang didesain untuk keamanan hasil
sterilisasi. Tujuan pengemasan adalah untuk berperan terhadap keamanan dan efektivitas
perawatan pasien yang merupakan tanggung jawab utama pusat sterilisasi.

Ada 3 prinsip dasar pengemasan yang harus diperhatikan :

 Sterilan harus dapat menyerap dengan baik ke seluruh permukaan kemasan dan isinya.
 Harus dapat menjaga sterilitas isinya, hingga kemasan dibuka.
 Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan isinya terkontaminasi.

13
Pengemasan di Instalasi Sterilisasi Sentral RS Ibu dan Anak Ibunda dilakukan dengan
menggunakan 3 cara :

1. Kemasan kertas plastik (bolsaplast), untuk bahan atau alat yang berukuran tidak terlalu
besar. Kemasan telah dilengkapi dengan indikator kimia pada setiap tepinya.
2. Kemasan linen, digunakan untuk membungkus linen steril, atau tromol instrumen yang
berukuran besar.
3. Kemasan bak instrumen, digunakan untuk instrumen medis yang berukuran variatif dari
kecil sampai besar.

5. Pemberian tanda
Pemberian tanda adalah prosedur yang harus dilakukan sebelum alat atau bahan yang akan
disterilkan masuk ke dalam mesin sterilisasi. Pemberian tanda ini meliputi :

- Pemberian label atau bahan, yang berisi data isi kemasan (jumlah dan jenis alat atau
bahan), tanggal penyeterilan, tanggal kedaluwarsa.
- Pemberian tanda indikator kimia eksternal (autoclave tape) untuk memastikan apakah
kemasan telah dilakukan proses sterilisasi di dalam mesin sterilisasi.
- Pemberian tanda indikator internal (stripe atau starigage) untuk memastikan apakah
mesin telah melakukakan paparan pada permukaan instrumen di dalam kemasan baik di
dalam kemasan crep, linen ataupun kertas plastik.

6. Metode sterilisasi
Sterilisasi di RS Ibu dan Anak Ibunda dilakukan dengan cara sebagaimana berikut ini :

Sterilisasi Panas Kering :

Proses sterilisasi terjadi melalui mekanisme konduksi panas, dimana panas akan diabsorsi oleh
permukaan luar dari alat yang disterilkan lalu merabat kebagian dalam permukaan sampai pada
akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai. Sterilisasi panas kering biasa digunakan untuk alat-alat
atau bahan dimana steam tidak dapat berpenetrasi secara mudah atau untuk peralatan terbuat
dari kaca. Pada sterilisasi panas kering pembunuhan mikroorganisme terjadi melalui proses
oksidasi sampai terjadi keogulasi protein sel. Sterilisasi dengan cara ini di pergunakan untuk
peralatan logam dan kaca tahan panas. Metode ini memerlukan waktu yang lebih lama dengan
suhu yang lebih tinggi.

Siklus kerja dari mesin sterilisasi pana skering meliputi :

1. Pemanasan udara panas dihasilkan melalui mekanisme listrik dan disirkulasikan pada
chember.
2. Periode plateau (sterilisasi) suhu proses sterilisasi pada chember.

14
3. Pada saat seluruh chember memiliki suhu yang sama maka berakhirlah fase equilibrium dan
dimulai fase holding time atau sterilisasi.
4. Pendinginan chamber dilakukan dengan mensirkulasikan udara dingin dan terfiltrasi ke
dalam chember.

Keuntungan dari sterilisasi panas kering antara lain :

1. Dapat mensterilkan beberapa jenis bahan yang tidak dapat ditembus steam seperti serbuk
kering dan bahan minyak.
2. Tidak memiliki sifat korosif pada logam.
3. Melalui mekanisme kondkusi dapat mencapai seluruh permukaan alat yang tidak dapat di
bongkar pasang.

Kelemahan dari sterilisasi panas kering antara lain :

1. Penetrasi terhadap material/bahan berjalan sangat lambat dan tidak merata.


2. Diperlukan pemaparan panas yang lebih lama untuk mencapai kondisi steril.
3. Suhu tinggi dapat merusak bahan dari karet den beberapa bahan lain.

- Sterilisasi Uap Panas Jenuh (Autoclave) :


Salah satu upaya pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit adalah melalui proses
sterilisasi yang efektif. Salah satu metode sterilisasi yang paling efisien dan efektif adalah
melalui sterilisasi uap. Uap dapat membunuh mikroorganisme melalui denaturasi dan keagulasi
sel protein secara irreversible. Untuk dapat menghasilkan barang yang steril maka perlakuan
pre sterilisasi (dekontaminasi dan pembersihan yang baik, pengemasan yang baik) dan pasca
sterilisasi (penyimpanan) perlu diperhatikan. Jadi proses kesempurnaan proses sterilisasi uap
tergantung pada proses pengurangan jumlah mikroorganisme sebelum sterilisasi pembersihan
yang baik dan mencegah terjadinya rekontaminasi sebelum digunakan.

- Memasukan barang pada mesin :


Keberhasilan sterilisasi dengan metode ini ditentukan pula oleh penataan barang yang benar
dalam mesin, sehingga memudahkan proses pengosongan udara dari chember, selanjutnya
steam mudah berpenetrasi ke dalam kemasan, dan mencegah terbentuknya kondensat
berlebihan yang menyebabkan terjadinya kemasan basah. Kemasan linen sebaiknya diposisikan
secara vertikal untuk memudahkan uap berpenetrasi pada kemasan dan memudahkan
pengosongan udara. Pengisian chember mesin dengan barang sebaiknya tidak melebihi 75%
kapasitas chember. Demikian pula barang-barang steril hanya boleh ditangani setelah
mengalami pendinginan secara sempurna. Pada saat proses pendinginan, barang steril tidak
boleh diletakan pada permukaan logam karena akan terjadi proses kondensasi pada barang

15
sehingga terjadi rekontaminasi. Load berisi barang steril harus disimpan dalam rak kawat
sampai dingin.

7. Penyimpanan

Alat atau bahan steril disimpan dalam lemari yang tidak sering dijamah, suhu sejuk dan
kering dan tidak lembab (syarat kelembaban berkisar 45 - 75%). Alat digunakan kembali
dengan mengikuti prinsip FIFO (First in first out), dimana alat yang lebih dahulu disterilkan,
dipakai terlebih dahulu. Alat yang dibugkus dalam kemasan pauches (Medipack) dan dalam
penyimpanan yang optimal, dapat dianggap tetap steril selama kemasan masih rapih, sehingga
satu tahun, sesuai hasil kultur yang perna dilakukan RS Ibu dan Anak Ibunda. Namun apabila
ragu akan sterilitas kemasan, harus dilakukan sterilisasi ulang sebelum dipakai, dan alat yang
tidak dibungkus harus segera digunakan segera setelah dikeluarkan.

8. Distribusi
Distribusi bahan atau alat medis steril dari Instalasi Sterilisasi Sentral ke unit pelayanan
dilkukan dengan menggunakan box plastik tertutup. Distribusi bahan atau alat steril dilakukan
melalui loket peminjaman bahan atau alat medis steril, pada jam pengambilan yang telah
ditentukan, yaitu pukul 07.00 – 21.00 wib. Pada unit unit khusus seperti IBS, IGD, ICU jika
memerlukan alat medis steril di atas jam 21.00 atau hari libur ada petugas jaga on call 24 jam.
Distribusi alat atau instrumen kotor dari unit pelayanan ke Instalasi Sterilisasi Sentral dengan
menggunakan box plastik tertutup khusus instrumen kotor, dan diserahkan di loket Instalasi
Sterilisasi Sentral khusus penerimaan barang kotor. Setiap kegiatan serah terima baik bahan
atau alat medis steril maupun alat medis kotor, harus dilakukan pencatatan pada buku
ekspedisi, dan di tanda tangani oleh petugas unit pelayanan dan petugas Instalasi Sterilisasi
Sentral.

B. ALUR PELAYANAN

Alur kerja yaitu urutan-urutan dalam memproses alat/bahan. Alur kerja dibuat
sedemikian rupa sehingga :
1. Pekerjaan dapat efektif dan efisien.
2. Menghindari terjadinya kontaminasi silang sehingga daerah bersih dan kotor hendaknya
terpisah.
3. Jarak yang ditempuh sependek mungkin dan tidak bolak balik.
4. Memudahkan dalam pemantauan

16
ALUR PELAYANAN STERILISASI

Unit Pelayanan Alat kotor Linen Kotor Unit Pelayanan

Dekontaminasi Inst. Sterilisasi Sentral R.Pencucian

awal

Loket Bahan Kotor Dekontaminasi Dekontaminasi

Pencucian Pencucian

Pengemasan Pengeringan

Penandaan Pengemasan

Sterilisasi
Loket Bahan Kotor

Penyimpanan

Distribusi

Loket Bahan Steril

Unit Pelayanan

Gambar :4.1 Alur Pelayanan Sterilisasi di RS Ibu dan Anak Ibunda

17
C. TATA LAKSANA MONITORING DAN EVALUASI MUTU HASIL STERILISASI
Tujuan pelayanan sterilisasi adalah untuk menyediakan produk bahan/alat medis yang steril,
namun bukan hanya menghasilkan barang-barang yang steril. Sterilan harus ada jaminan dapat
mensterilkan bahan/alat yang telah disterilkan benar-benar steril. Untuk menjamin sterilitas
alat/bahan diperlukan mekanisme yang ketat.

- Kontrol kualitas sterilisasi


Kontrol proses sterilisasi akan memberikan jaminan bahwa peralatan medis yang disediakan
benar-benar steril. Cara yang paling ideal adalah dengan cara melakukan kultur atau uji
sterilitas dari tiap produk yang disterilkan. Nmaun cara ini tidak praktis dan sangat mahal.
Untuk itu Instalasi Sterilisasi Sentral RS Ibu dan Anak Ibunda dilakukan monitoring setiap
tahapan sterilisasi untuk memberikan jaminan bahwa parameter-parameter yang ditentukan
dalam prosesnya sudah dipenuhi dengan baik.

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk kontrol kualitas sebagai berikut :

1. Pemberian nomor lot pada tiap kemasan.


Tiap kemasan yang yang akan disteril harus mencantumkan identitas berupa nomor mesin
sterilisasi, tanggal proses sterilisasi, dan keterangan siklus keberapa dari mesin sterilisasi.

Alasan pengidentifikasian ini akan memudahkan pada saat diperlukannya melakukan recall
atau penarikan kembali kemasan yang sudah terdistribusikan.

2. Data mesin sterilisasi.


Untuk tiap siklus sterilisasi, harus didukumentasikan nomor lot, informasi umum kemasan
(kemasan linen, kemasan instrumen, dan sebagainya), waktu pemaparan dan suhu (jika
belum tercatat oleh mesin sterilisator), nama operator, data hasil pengujian biologi, data
respon terhadap indikator kimia dan data hasil dari uji Bowie-Dick.

3. Waktu kedaluwarsa
Setiap kemasan yang disteril harus diberi label yang mengidikasikan waktu kedaluwarsa
untuk memudahkan rotasi stock, walaupun waktu kedaluwarsa tidak tergantung pada
waktu, melaikan pada kejadian yang dialami oleh kemasan tersebut.

4. Kalibrasi alat
Sterilisator harus dilakukan kalibrasi secara berkala untuk memastikan bahwa kondisi alat
masih layak pakai menjamin mutu hasil sterilisasi. Kalibrasi sterilisator dilakukan setiap
tahun sekali, untuk setiap jenis sterilisator, baik sterilisator panas kering maupun sterilisator
autoclave.

18
Jenis-jenis Indikator Sterilisasi

1. Indukator Mekanik.
Yaitu bagian-bagian dari proses sterilisator, seperti indikator suhu, waktu maupun tekanan yang
menunjukan bahwa alat bekerja dengan baik.

2. Indikator Kimia
Yaitu indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi pada obyek yang disterilkan dengan
adanya perubahan warna.

Ada 2 macam :

- Indikator kimia eksternal : pada bagian luar kemasan, berfungsi untuk memberikan bukti visual
bahawa benda atau alat sudah melawati proses sterilisasi, dan sebagai segel dan pengaman
kemasan. Aakan tetapi tidak membuktikan adanya penetrasi sterilan ke dalam ke dalam bagian
dalam kemasan.
- Indikator internal : di letakan pada setiap kemasan atau bagian kemasan yang paling sulit di
capai sterilan. Perubahan warna menunjukan kemasan telah melawati proses sterilisasi.
3. Indikator Biologi.
Yaitu berupa sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk spora yang bersifat
resisten terhadap beberapa parameter yang terkontrol dan terukur dalam proses sterilisasi tertentu.
Prinsip kerjanya adalah mensterilkan spora hidup yang non pathogenik dan resisten dalam jumlah
tertentu. Jika pada akhir proses, spora itu mati, dapat diasumsikan bahwa benda lain yang kita
sterilkan telah steril juga.

Di RS Ibu dan Anak Ibunda dilakukan monitoring mutu akhir sterilisasi dengan menggunakan
indikator kimiawi eksternal dan internal, indikator mekanik serta indikator Biologi. Dan secara
periodik setiap tiga bulan sekali dilakukan pemeriksaan kultur mikrobiologi terhadap hasil
sterilisasi untuk menilai mutu akhir dan menentukan masa kedaluwarsa bahan steril dalam
penyimpanannya.

19
BAB V

LOGISTIK

A. Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan


Pengertian :

Prosedur penyediaan alat kesehatan habis pakai adalah permintaan alat kesehatan yang
pemakaianya tidak mendapat ganti dari Instalasi Farmasi. Agar ketersediaan alat atau bahan
selalu tersedia maka dijadwal pada hari tertentu untuk meminta persediaan ke Instalasi Farmasi
atau Gudang dengan prosedur sebagai berikut :

1. Petugas Instalasi membuat SPB (surat permintaan barang) ke bagian pengadaan.


2. Kepala Instalasi menanda tangani SPB tersebut.
3. Kemudian di catat di buku register SPB, dan SPB di berikan ke bagian pengadaan barang,
dan tinggal menunggu proses realisasi barang.
4. Petugas Instalasi saling mengecek barang yang sudah terealisasi dengan menanda tangani
pada buku ekspedisi SPB, petugas instalasi tanda tangan pada kolom unit peminta
sedangkan pengadaan tandatangan pada kolom penyerahan.
5. Petugas Instalasi mencatat pada barang pada buku inventaris.

B. Perencanaan Peralatan Atau Peremajaan


Pengertian :

Suatu kegiatan untuk merencanakan pengadaan peralatan baru sesuai kebutuhan saat itu
sebagai pengganti alat yang rusak atau diperkirakan harus diganti karena keausan.

- Tujuan :
Tujuan perencanaan pengadaan atau peremajaan peralatan adalah agar peralatan digunakan siap
pakai setiap saat tanpa ada gangguan dan dapat mengikuti perkembangan teknologi kedokteran
sehingga menunjang kelancaran pelayanan. Jadual kegiatan dilakukan dalam setiap tahun dan
disampaikan dalam Rencana Anggaran Belanja Rumah Sakit.

- Prosedur :
1. Dilakukan pengecekan rutin sehingga diketahui peralatan yang sudah tidak dapat
dipakai atau tidak dapat diperbaiki, kemudian dimasukan dalam rencana anggaran rutin.
2. Pembelian peralatan sepengatahuan Kepala Bidang Penunjang Medis dan Kepala
Bidang Keperawatan dengan mengajukan permintaan penggantian peralatan ke Tim
Pengadaan Barang Rumah Sakit, disertai perkiraan biaya.
3. Pengajuan anggaran rutin untuk pengadaan barang dilakukan setiap tahun sesuai jadwal
kepada tim pengadaan rumah sakit disertai perkiraan biaya.

20
4. Setelah anggaran yang diajukan disetujui oleh tim perencanaan, tim perencanaan
berkoordinasi dengan tim pembelian rumah sakit.
5. Bila terealisasi kepala Instalasi menerima alat dan menandatangni buku penerimaan
barangserta berita acara penerimaan dari tim penerima barang dan mencatat dalam buku
iventaris.

21
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman. Hal ini termasuk asessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berisiko dengan
pasien. Pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut serta
implementasinya solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sedangkan insiden keselamtan
pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat, kematian dan lain-lain) yang tidak seharusnya
terjadi.

B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah untuk mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar supaya tercipta budaya
keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien
dan masyrakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit dan terlaksananya
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamata pasien terdapat tujuh langkah menuju Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.

Adapun tujuh langkah keselamtan pasien adalah :

1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, menciptakan kepemimpinan dan


budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan, membangun komitmen dan fokus yang kuat dan
jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko, mengembangkan sistem dan proses
pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan asessmen hal potensial bermasalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan, memastikan pegawai agar dengan mudah dapat
melaporkan kejadian insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada KKP-RS
(Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien, mengembangkan cara-cara komunikasi yang
terbuka dengan pasien.

22
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien, mendorong karyawan untuk
melakuakan analis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien, menggunakan informasi
yang ada tetang kejadian atau maslah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan.

Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus diterapkan.

Standar tersebut sebagai berikut :

1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan pasien.

Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit :

1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangkah pendek 1-2 tahun.
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit.
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen dan
karyawan.
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti tersebut diatas.
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut diatas) dan
melakukan self asessment dengan instrumen akreditasi pelayanan keselamatan pasien
rumah sakit.
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit.
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit dan
kejadian tidak diharapkan.

Sasaran Keselamatan Pasien Instalasi Sterilisasi Sentral di RS Ibu dan Anak Ibunda

1. Peningkatan Komunikasi yang Efektif.


Peningkatan Komunikasi yang Efektif adalah komunikasi lisan yang menggunakan
prosedur. Write back, Read back, dan Repeat Back (Reconfirm).

2. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan


23
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan
pelayanan kesehatan. Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan
termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia yang sering
berhubungan dengan ventilasi mekanik. Pokok eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi
lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.

24
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa upaya
keselamatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah sakit adalah tempat kerja
yang termasuk dalam kategori seperti disebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga
bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah
sakit.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud
pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja dalam kondisi sehat
dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penaykit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai
dengan martabat manusia.

Keselamatan dan kesehatan kerja atau (K3) merupakan bagian integral dari perlindungan
terhadap pekerja, dalam hal ini Instalasi Sterilisasi Sentral dan perlindungan terhadap Rumah Sakit.
Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan kesehatan dan keselamatan kerja akan
meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit.

Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin :

a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam keadaan sehat
dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan pada tiga
kelompok, yaitu :

a. Kondisi dan lingkungan kerja


b. Kesadaran dan kualitas pekerja
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
terjadi bila :

- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus


- Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi
- Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas, atau terlalu
dingin.
- Tidak tersedia alat-alat pengaman

25
- Kurang memperhatikan persyaratan penangulangan bahaya kebakaran dan lain-lain.

A. Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan.


- Petugas yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan mengenai cara penularan
dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan
protokol jika terpajan.
- Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan umum mengenai
penayakit tersebut.
- Petugas kesehatan yang kontak dengan penyakit menular melalui udara harus menjaga fungsi
saluran pernafasan (tidak merokok, tidak minum dingin) dengan baik dan menjaga kebersihan
tangan.

B. Petunjuk Pencegahan Infeksi Untuk Petugas Kesehatan


- Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan kesehatan, petugas harus
menggunakan APD yang sesuai untuk kwaspadaan standar dan kwaspadaan isolasi
(berdasarkan penularan secara kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.
- Semua petugas harus mendapatkan pelatihan tentang gejalapenyakit menular yang sedang
dihadapi.
- Semua petugas kesehatan dengan penaykit flu harus dievaluasi untuk memastikan agen
penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dari kontak langsung dengan
pasien, terutama mereka yang bertugas di Instalasi Care Unit, Ruang Anak, Ruang Bayi.
- Semua petugas di Instalasi Sentral Sterilisasi harus menggunakan APD, khususnya sarung
tangan, masker, dan skort bila melakukan pembersihan dan sterilisasi pada alat/instrumen.

C. Pencegahan kecelakaan pada petugas


- Tanggung jawab melaksanakan semua kegiatan secara aman di lingkungan sterilisasi sentral
menjadi tanggung jawab petugas terhadap bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan
sterilisasi sentral. Pada dasarnya kecelakaan dapat di timbulkannya. Dengan memperhatikan
secara seksama dan melatih teknik-teknik bekerja secara aman maka risiko terjadinya
kecelakaan kerja dapat diturunkan secara signifikan.

D. Penerimaan barang kotor dan daerah dekontaminasi


Bahaya pemaparan terhadap darah dan cairan tubuh lainnya maupun zat-zat kimia dilingkungan
pusat sterilisasi dapat menyebabkan luka, penyakit dan dalam kondisi yang ekstrim menyababkan
kematian. Uapaya pencegahan dapat dilakukan secara efektif dengan menggunakan alat pelindung
diri seperti sarung tangan, penutup kepala, penutup kaki, gaun anti cairan, masker atau goggle
mata. Penyediaan alat pelindung diri menjadi tanggung jawab institusi bersangkutan, tetapi adalah
tanggung jawab petugas pusat sterilisasi untuk melindungi dirinya dengan menggunakan alat
pelindung diri secara benar. Penanganan yang salah terhadap alat-lat tajam yang terkontaminasi
26
seperti pisau, jarum dan lain-lain dapat menyebabkan rusaknya permukaan kulit yang pada
akhirnya dapat memungkinkan masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh sehingga
menyebabkan terjadinya penyakit.

Saran tindakan yang aman :

- Jangan sekali-kali memasukan tangan kedalam tempat yang berisi barang yang terkontaminasi
tanpa dapat melihat dengan jelas isi dari tempat tersebut.
- Tuangkan cairan yang dapat menggangu pengenalan secara visual alat-alat, lalu pindahkan
alat/instrumen satu persatu, pastikan pada bagian yang runcing dari instrumen mengarah
berlawanan terhadap tubuh kita pada saat transportasi.
- Buang sampah benda tajam (jarum suntik, mess) ke dalam tempat box tahan tusukan dan tidak
dibunag pada tempat sampah biasa.
- Pada saat memproses benda tajam pakai ulang, pisahkan dari instrumen lain dan posisikan
sedemikian sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya luka pada petugas lain dengan
penanganan normal.
- Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penggunaan zat kimia secara aman, dan gunakan alat
pelindung diri untuk mencegah pemaparan zat kimia terhadap kulit dan membran mukosa yang
dapat menyebabkan luka bakar kimia.
- Berhati-hatilah bila mendekati daerah dimana air biasa digunakan, periksa kondisi lantai untuk
mencegah terjatuh akibat lantai licin, sebaiknya ada rambu-rambu perigatan.
- Pada saat mencuci instrumen ke dalam bak cuci, perhatikan untuk selalu mengosok dibawah
permukaan air untuk mencegah terjadinya aerusol yang dapat terhirup.

E. Penyiapan proses sterilisasi


Pengoperasian mesin sterilasator hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih yang sudah
mendapatkan pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara menggunakan mesin sterilisasi
secara benar. Dengan demikian maka kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dapat diperkecil
dan upaya untuk mendapatkan barang-barang steril menjadi lebih terjamin.

Jenis-jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit maupun membran
mukosa, akibat kelalaian pada penggunaan zat kimia maupun akibat terlalu dekatnya posisi
terhadap sumber panas (sterilisasi uap). Luka bakar elektrik, akibat penggunaan instrumen/alat
listrik. Luka pada mata akibat percikan zat kimia sehingga pemakaian alat pelindung mata
diperlukan.

Saran tindakan yang aman :

- Gunakan sarung tangan pada saat menangani mesin sterilisasi atau saat berhubungan
dangan obyek lain yang bersuhu tinggi.
27
- Tindakan hati-hati harus tetap diperhatikan pada saat menggunakan sealler panas dan
pemotongan kantong sterilisasi pouches.
- Pengoperasian mesin sterilisator hanya boleh dilakukan oleh petugas yang terlatih.

F. Pencegahan kecelakaan pada pasien


Petugas Pusat Sterilisasi mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencegah terjadinya
kecelakaan pada pasien yang dirawat di rumah sakit sehubungan dengan alat-alat instrumen yang
digunakan. Melakukan proses dekontaminasi, densifeksi, pengemasan, sterilisasi, dan penanganan
barang steril secara tepat dan benar sesuai SPO (Standar Prosedur Operasional) yang ditetepkan
merupakan cara terbaik bagi petugas untuk mencegah terjadinya/luka pada pasien. Penggunakaan
barang yang belum diuji kelayakannya fungsi dan pakainya dapat mengalami komplikasi meupun
penundaan tindakan. Alat-alat terkontaminasi atau on steril (seperti instrumen bedah) apabila
digunakan pada pasien dapat menimbulkan infeksi nosokomial.

Saran tindakan yang aman :

- Lakukan pengujian terhadap instrumen/alat sebelum didistribusikan dari pusat sterilisasi


sesuai dengan petunjuk sesuai dengan petunjuk pabrik dan SPO di pusat sterilisasi.
- Pastikan bahwa semua barang telah didekontaminasi dan bebas dari kotoran, kerusakan
atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi penggunaan barang/alat.
- Pastikan agar barang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup pada saat transportasi
menuju daerah dekontaminasi.
- Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan proses sterilisasi mengalami
pengujian secara teratur dan dijamin bekerja dengan baik.
- Pastikan bahwa semua komponen instrumen dalam keadaan lengkap dan berfungsi secara
normal.
- Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual selama siklus berlangsung
melalui pengujian indikator kimia, biologis dan pengujian deteksi uadara dalam chember
(sistem mesin sterilisasi uap pre vacum).

G. Penanganan zat-zat kimia di pusat sterilisasi


Penanganan zat-zat kimia di Instalasi Sterilisasi Sentral sangat perlu diperhatikan mengingat
banyak zat kimia yang digunakan bersifat toksik. Apabila penanganan tidak dilakukan dengan baik
maka dapat membahayakan baik petugas sterilisasi itu sendiri maupun pasien. Berikut ini zat kimia
yang ada di Instalasi Sterilisasi Sentral :

1. Alkohol

Alkohol dalam bentuk etil atau isopropil alkohol (60% - 90%) di gunakan sebagai densifektan
intermediat dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, dan virusidal.

28
 Tindakan pertolongan
1. Bawah korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi, dan
penatalaksanaan sirkulasi.
 Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
1. Tengadakan kepala dan miringkan kesisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan air bersih
atau NaCL 0,9% perlahan selama 15-20 menit.
3. Bila masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4. Jangan biarkan korban mengosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata.

2. Formaldehid
Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bahu menyengat. Umumnya digunakan sebagai
densifektan. Formlin adalah larutan yang mengandung formaldehid dan methanol dengan
kadarbervariasi (biasanya antara 12-15%).

 Bahaya terhadap kesehatan


Dosis toksik : Dosis letal pada manusia secara oral 0,5 – 5 g/kg BB

Akut : 2 – 3 ppm, rasa gatal pada mata, 4-5 ppm lakrimasi, 10 ppm
lakrimasi berat, 10-20 ppm susah nafas, batuk, terasa panas pada
hidung dan tenggorokan, 50 – 100 ppm iritasi akut saluran
pernafasan.

Lambat : Sensitisasi dermatitis

Kronik : Karsiogenik, gangguan menstruasi dan kesuburan pada wanita,


percikan pada mata dapat mengakibatkan kerusakan berat sampai
dengan menetap, kornea buram dan buta.

Jika tertelan : Menyebabkan luka korosif mukosa gastrointestinal disertai mual,


muntah, perdarahan.

Jika terhirup : Iritasi saluran nafas, nafas berbunyi, laringospasme.

Kontak kulit : Iritasi kulit

Kontak mata : Iritaasi dan lakrimasi, pada konsentrasi pekat menyebabkan kornea

29
buram dan buta.

 Tindakan pertolongan
1. Bawah korban ke ruangan dengan nsirkulasi udara baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi, dan
penata laksanaan sirkulasi

 Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


1. Tengadakan kepala dan miringkan kesisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan air bersih
atau NaCL 0,9% perlahan selama 15-20 menit.
3. Bila masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4. Jangan biarkan korban mengosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata.

 Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


1. Bawah segera korban ke pancuran terdekat
2. Cuci dengan segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
3. Jika tidak tersedia air, sekalah dengan kain pada bagian kulit yang terkena secara perlahan.
4. Lepaskan pakaian, alroji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan buanglah
dalam tempat plastik tertutup.
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan,
masker, apron.
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.

 Tindakan pertolongan pada pemaparan gastrointestinal


1. Segera beri korban minum air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengeceran. Untuk orang dewasa maksimal 250cc sekali minum, untuk anak-anak
maksimal 100 ml.
2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon aktif
3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksible dapat
dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi.

3. Natrium Hipoklorit
Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya mengandung bahan aktif Natrium
Hipoklorit (Na OCL) 5-10%. Selain digunakan sebagai pemutih juga digunakan sebagai
densifektan. Pada kosentrasi >20% zat ini bersifat korosif dan bila tertelan akan berbahaya dan jika
kontak dengan asam lambung akan melepaskan asam klorat gas klor bebas dalam lambung yang
apabila terhirup dapat menyebabkan kerusakan paru-paru.
30
 Bahaya terhadap kesehatan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi dengan
oksigen lembab 100% dan penatalaksanaan sirkulasi.

 Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


1. Tengadakan kepala dan miringkan kesisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan air bersih
atau NaCL 0,9% perlahan selama 15-20 menit.
3. Bila masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4. Jangan biarkan korban mengosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata.

 Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


1. Bawah segera korban ke pancuran terdekat
2. Cuci dengan segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
3. Jika tidak tersedia air, sekalah dengan kain pada bagian kulit yang terkena secara perlahan.
4. Lepaskan pakaian, alroji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan buanglah
dalam tempat plastik tertutup.
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan,
masker, apron.
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.

 Tindakan pertolongan pada pemaparan gastrointestinal


1. Segera beri korban minum air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengeceran. Untuk orang dewasa maksimal 250cc sekali minum, untuk anak-anak
maksimal 100 ml.
2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon aktif
3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksible dapat
dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi.
4. Pengenceran dengan demulsen seperti susu atau antacid.

31
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

A. Pengertian
Derajat kesempurnaan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan
menggunakan potensi sumber daya yang tersedia secara wajar, efisien dan efektif serta
diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma etika, hukum sosial budaya
dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan instansi dan masyarakat konsumen.

B. Tujuan
 Tujuan Umum :
Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu pelayanan secara
efektif dan efisien agar tercapai derajat kesehatan yang optimal.

 Tujuan Khusus :
Tercapainya pengendalian mutu pelayanan melalui :

1. Optimalisasi tenaga, sarana dan prasarana.


2. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan yang
dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien.
3. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitihan dan pengembangan pelayanan
kesehatan.
C. Prinsip Dasar Upaya Pengendalian Mutu Pelayanan
Prinsip dasar upaya pengendalian mutu adalah pemilihan aspek yang akan ditingkatkan dengan
menentapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk mengukur suatu pelayanan.

Adapun prinsip dasar yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan adalah :

1. Keprofesian
2. Efisiensi
3. Keamanan pasien
4. Kepuasan pasien
5. Sarana dan Lingkungan fisik
D. Indikator Mutu Instalasi Sterilisasi Sentral di Rumah Sakit Umum duta mulya
1. Insiden Komunikasi yang kurang efektif
Ruang Lingkup : Komunikasi yang dilakukan secara akurat, lengkap, dimegerti,
tidak duplikasi dan tepat kepada penerima informasi untuk
mengurangi kesalahan dan untuk meningkatkan keselamatan
pasien. Komunikasi dapat dilakukan menggunakan lisan, verbal,
atau elektronik.

32
Dimensi Mutu : Keselamatan pasien

Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien melalui komunikasi yang efektif

Definisi : Komunikasi yang kurang efektif adalah komunikasi lisan yang


Operasional tidak menggunkan prosedur : Write back, Read back, dan Repeat
Back (reconfirm)

Kriteria inklusi : - Kesalahan prosedur komunikasi lisan atai via telpon : Write
back, Read back, dan Repeat Back (reconfirm)
- Pelaporan secara lisan yang tidak menggunakan prosedur
SBAR
- Prosedur spelling ejaan tidak digunakan untuk obat yang
bersifat LASA / NORUM
Kriteria Eksklusi : Komunikasi non lisan/tertulis

Numerator : Jumlah ketidaktepatan komunikasi lisan/via telepon

Denominator : -

Standar : 0

2. Insiden Ketidakpatuhan cuci tangan


Ruang Lingkup : Ketidakpatuhan cuci tangan oleh petugas kesehatan

Dimensi Mutu : Keselamatan pasien

Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien melalui kegiatan mencuci tangan

Definisi : Ketidakpatuhan cuci tangan meliputi ketidakpatuhan waktu atau 5


Operasional momen cuci tangan dan ketidakpatuhan 6 langkah cuci tangan

Kriteria inklusi : - Tidak melakukan cuci tangan pada 5 momen cuci tangan

33
BAB IX

PENUTUP

Pedoman Pelayanan Sterilisasi di RS Ibu dan Anak Ibunda di susun sebagai upaya panduan
untuk melakukan kegiatan sehari-hari dalam memberikan pelayanan. Di harapakan melalui pedoman
pelayanan ini dapat tercipta keseragaman pemahaman dan persepsi, dalam mewujudkan pelayanan RS
Ibu dan Anak Ibunda yang berkualitas, dengan pengendalian infeksi nosokomial secara nyata.

Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, maka tidak
menutup kemungkinan, pedoman yang saat ini berlaku, akan semakin disempurnakan. Oleh karenanya,
terhadap pedoman ini pun akan tetap dilakukan evaluasi secara berkala, agar diperoleh perkembangan
yang terbaru, demi upaya peningkatan mutu pelayanan di Instalasi Sterilisasi Sentral RS Ibu dan Anak
Ibunda.

Ditetapkan di Lampung Timur

Pada tanggal : 25 Agustus 2019

Direktur

RS IBU DAN ANAK IBUNDA,

dr. Henri Anton Silitonga, Sp.O.G.

NIP. 010816

34
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK “IBUNDA”
Jalan Lintas Timur, Mataram Baru, Lampung Timur
Telp. 0813-6738-4041 Email : ibundalampungtimur@gmail.com

ALUR STERILISASI

Unit Pelayanan Alat kotor Linen Kotor Unit Pelayanan

Dekontaminasi Inst. Sterilisasi Sentral R.Pencucian

awal

Loket Bahan Kotor Dekontaminasi Dekontaminasi

Pencucian Pencucian

Pengemasan Pengeringan

Penandaan Pengemasan

Sterilisasi
Loket Bahan Kotor

Penyimpanan

Distribusi

Loket Bahan Steril

Unit Pelayanan

Gambar :4.1 Alur Pelayanan Sterilisasi di RS Ibu dan Anak Ibunda


ALUR PENGELOLAAN INSTRUMENT KOTOR DAN
PENDSTRIBUSIAN INSTRUMENT BERSIH CSSD

RS IBU DAN ANAK IBUNDA

IGD IBS ICU IRNA

LOKET PENERIMAAN ALAT MEDIK KOTOR

PERENDAMAN INFEKSIUS

PENCUCIAN

PENGEMASAN

STERILISASI

PENYIMPANAN/PENDISTRIBUSIAN
ALAT MEDIK STERIL
ALUR PENGELOLAAN LINEN DI LAUNDRY

RS IBU DAN ANAK IBUNDA

IGD IBS ICU IRNA

LOKET PENERIMAAN LINEN KOTOR

PEMILAHAN

PENCUCIAN PENCUCIAN
INFEKSIUS NON INFEKSIUS

PENGERINGAN

PEMILAHAN

PENYETRIKA

PENYIMPANAN/PENDISTRIBUSIAN
LINEN BERSIH
INVENTARISASI BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

RS IBU DAN ANAK IBUNDA

RUANG : CSSD

UKURAN BENTUK
NO NAMA B3 KATEGORI LABEL/SIMBOL
PENYIMPANAN SEDIAAN
1. Alkohol 70 % 5 Liter Cair Mudah terbakar

2. Povidan Iodine 30 ml Cair Beracun

3. Antiseptik & Desinfektan 500 ml Cair Iritans

4. Gliserin 1 liter Cair Iritans

5. Klorin 1 liter Cair Beracun

You might also like