You are on page 1of 12

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA LINGKUNGAN

PERCOBAAN 9
CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

NAMA : PANCA SATIFA FITRIADI


NIM : 2310815210002
KELOMPOK : XIII
ASISTEN : MUHAMMAD RIZKY RAMADHAN

NILAI PARAF

PROGRAM STUDI-1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2023
PERCOBAAN 9
CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan praktikum ini adalah untuk menentukan COD
atau Chemical Oxygen Demand pada suatu perairan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Sungai merupakan sumber air yang memiliki fungsi penting dalam
pemenuhan kebutuhan manusia, diantaranya sebagai sumber air baku untuk
proses pengolahan air minum. Sungai memiliki banyak manfaat lain seperti
sumber irigasi, pembangkit listrik, parawisata, mata pencaharian yang dapat
meningkatkan pembangunan nasional. Sungai dikatakan tercemar apabila
beban pencemar lebih besar dari kapasitas asimilasi perairan yang
diindikasikan oleh tingginya konsentrasi bahan pencemar dibandingkan
ambang batas baku mutu yang berlaku. Status kualitas air sungai di
Kalimantan Selatan menurut Kementerian Lingkungan Hidup tergolong
tercemar berat, khususnya untuk Sungai Martapura. Air Sungai Martapura
ini merupakan sumber air baku bagi perusahaan daerah air minum setempat.
Jumlah zat pencemar yang masuk pada badan air, baik dari aktivitas industri
maupun perilaku masyarakat, khususnya yang tinggal di bantaran sungai
dapat menyebabkan terjadi penurunan kualitas air. Tercemarnya air Sungai
Martapura disebabkan karena limbah domestik masyarakat yang masih
menggunakan toilet apung atau jamban yang ada di sungai. Selain itu aspek-
aspek pencemar juga berasal dari kegiatan rumah tangga, aktifitas pasar,
hotel, rumah makan, tempat-tempat umum lainnya dalam memproduksi
limbah domestik. Kegiatan tersebut menghasilkan limbah yang mengandung
polutan dan mempengaruhi kualitas air Sungai Martapura (Zubaidah, 2020).
Pencemaran air memiliki pengertian bahwa adanya penyimpangan
sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurnian air tersebut. Air
yang tersebar di bumi ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, namun
bukan berarti bahwa semua sudah tercemar, sebagai contoh di daerah
pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bebas dan bersih
dari pencemaran, air hujan yang turun di atasnya selalu mengandung bahan-
bahan terlarut, seperti CO₂, O₂, dan N₂, serta bahan-bahan tersuspensi
seperti debu dan partikel-partikel lainnya yang terbawa air hujan dari
atmosfer, biasanya air tersebut mengandung zat-zat kimia dalam kadar
tertentu, baik zat-zat kimia anorganik maupun zat-zat kimia organik, apabila
kandungan zat-zat kimia tersebut terlalu banyak jumlahnya didalam air, air
tersebut dapat menjadi sumber bencana yang dapat merugikan kelangsungan
hidup semua makhluk sekitarnya. Pencemaran air oleh pabrik maupun
rumah tangga, kandungan zat-zat kimia di dalam air semakin meningkat dan
pada akhirnya kualitas air tersebut menurun, perlu adanya analisa air untuk
menentukan dan menghitung zat-zat kimia yang terkandung di dalam air
sehingga dapat diketahui air tersebut membahayakan kesehatan, layak
tidaknya dikonsumsi maupun sudah tercemar atau belum (Duhupo et al.,
2019).
Sumber pencemar dari kegiatan sektor industri dan domestik dibuang
ke sungai tanpa pengolahan dapat menimbul gangguan pada manusia dan
makhluk hidup serta terganggunya aliran air dan kekurangan oksigen.
Pengukuran Chemical Oxygen Demand (COD) perlu dilakukan untuk
menentukan status muatan oksigen di dalam air dengan metode standar
untuk menentukan COD sederhana, cepat dan waktu analisis hanya singkat
yaitu 2 jam, dibandingkan dengan BOD. Pendekatan baru (misalnya,
oksidasi ozon, oksidasi elektrokatalitik, oksidasi fotokatalitik, dan oksidasi
foto elektrokatalitik. Konsep COD tentunya memiliki keterbatasan tertentu,
seperti tidak langsung mengevaluasi biodegradable kinerja air dan polusi
sekunder mungkin diperkenalkan selama proses penentuan karena itu, baik
BOD maupun COD memiliki arti penting yang tak tergantikan di bidang
pemantauan kualitas air (Qi et al., 2021).
Baku mutu kualitas air yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan
daerah bertujuan melindungi masyarakat dari efek buruk penggunaan air.
Air yang digunakan untuk minum memerlukan standar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan standar yang digunakan untuk pertanian dan industri,
yang mana air untuk keperluan rumah tanta harus bebas dari zat dan
organisme beracun untuk mencegah penyakit yang ditularkan melalui air
yang gunakan. Penelaian kualitas air sungai menggunakan metode water
quality indexs (WQI), water quality indexs (WQI), dan water quality indexs
CCME, dengan membandingkan parameter kualitas air dengan parameter
yang dianalisis, yang berbeda dengan ambang batas dan standar yang
diperbolehkan masing-masing parameter yang ditetapkan. Parameter yang
umum dipakai untuk penilaian kualitas air sungai dengan menggunakan
dalam metode water quality indexs (WQI) adalah dengan parameter pH,
temperatur, DO, BOD, COD, turbidity, total phosphorus, nitrate nitrogen,
E.coli dan fecal coliforms. Parameter-parameter ini dapat memberi
gambaran kualitas air sungai secara fisik, kimia, dan biologi (Gusri et
al., 2022).
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen yang
diperlukan untuk mengurai zat organik dan mengubah zat organik tersebut
menjadi CO2 dan H2O. Kadar COD yang tinggi dalam suatu perairan
menandakan bahwa perairan tersebut telah tercemar. Air industri
mengandung COD berkisar antara 50-2000 mg O 2/L. COD selalu memiliki
nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai BOD dikarenakan COD
mengukur zat-zat organik yang ada, sedangkan BOD mengukur zat organik
yang mengalami penurunan secara biologis. Pengukuran COD dan BOD
dapat digunakan sebagai parameter kegiatan oksidasi dalam perairan
(Hertika et al., 2022). COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah
oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang
terkandung dalam air. COD (Chemical Oxygen Demand) kebutuhan oksigen
kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan-bahan organik
yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Hasil
penetapan COD banyak digunakan untuk pengukuran beban pencemaran
dari suatu buangan rumah tangga dan industri. COD juga didefinisikan
sebagai jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengeksidasi zat-zat
organik yang ada dalam sampel air, dimana pengoksidasi K ₂Cr ₂O ₇
digunakan sebagai sumber oksigen. Nilai COD mengindikasikan kandungan
total zat organik, baik yang biodegradable maupun non-biodegradable,
dengan mengukur nilai COD diperoleh nilai yang menyatakan jumlah
oksigen yang dibutuhkan untuk proses oksidasi terhadap total senyawa
organik baik yang mudah diuraikan secara biologis maupun terhadap
senyawa yang tidak bisa secara biologis (Duhupo et al., 2019).
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Perlindungan
Lingkungan Hidup dan Penyelenggaraan Perlindungan Lingkungan Hidup,
menyatakan parameter kontaminasi limbah COD kelas 1 yaitu air yang
dimanfaatkan sebagai air baku untuk air minum atau keperluan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut memiliki
kapasitas kadar 10 mg/L. COD kelas 2 yaitu air yang dimanfaatkan untuk
prasarana atau sarana rekreasi, budidaya air tawar, peternakan, irigasi, dan
keperluan lainnya yang memerlukan kualitas air yang sama dengan
peruntukannya memiliki kadar 25 mg/L. COD kelas 3 yaitu air yang
dimanfaatkan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk
mengairi tanaman, dan keperluan lain yang membutuhkan kualitas air yang
sama memiliki kapasitas kadar 40 mg/L. COD kelas 4 yaitu air yang
dimanfaatkan untuk irigasi tanaman dan kebutuhan lain yang membutuhkan
kualitas air yang sama memiliki kadar 80 mg/L

III. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas ukur, gelas
bekker, pipet tetes, erlenmeyer, buret, batu didih, hotplate, penjepit, statif
dan klem.

B. BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah H 2SO4 8 N,
KMnO4 0,1 N, KMnO4 0,01 N, H2C2O4 0,1 N, dan sampel air (sungai
Kemuning dan irigasi Mentaos).

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Sampel air diukur dengan gelas ukur sebanyak 100 mL dan
dipindahkan ke dalam erlenmeyer
2. Larutan KMnO4 0,1 N ditambahkan sebanyak 2-5 tetes hingga
sampel air berubah warna.
3. Larutan H2SO4 8 N ditambahkan sebanyak 5 mL.
4. Larutan KMnO4 0,01 N ditambahkan sebanyak 10 mL.
5. Batu didih dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
6. Larutan dipanaskan sampai mendidih, kemudian didinginkan selama
10 menit.
7. Larutan H2C2O4 0,1 N ditambahkan sebanyak 5 mL.
8. Larutan dititrasi dengan KMnO4 0,1 N sampai larutan berubah warna
menjadi merah jambu.
9. Volume larutan KMnO4 0,1 N yang digunakan saat titrasi dicatat
hasilnya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Chemical Oxygen Demand (COD)
Hasil Pengamatan
No. Prosedur Kerja Air Sungai Air Irigasi
Kemuning Mentaos

1. Sampel air diukur dengan 100 mL (Bening) 100 mL (Bening)


gelas ukur sebanyak 100 mL
dan dipindahkan ke dalam
erlenmeyer
2. Larutan KMnO4 0,1 N 3 tetes, berwarna 3 tetes, berwarna
ditambahkan sebanyak 2-5 merah muda ungu muda
tetes hingga larutan berubah
warna
3. Larutan H2SO4 8 N Kuning bening Tidak terjadi
ditambahkan sebanyak 5 mL perubahan warna
4. Larutan KMnO4 0,01 N Berwarna ungu Berwarna ungu tua
ditambahkan sebanyak 10 pekat
mL

5. Batu didih dimasukkan ke 2 buah 2 buah


dalam erlenmeyer

6. Larutan dipanaskan sampai Suhu 350° C Suhu 350° C


mendidih selama 15 menit 15 selama 18 menit 40
detik detik
7. Larutan H2C2O4 0,1 N Berwarna bening Berwarna bening
ditambahkan sebanyak 5 mL
8. Larutan dititrasi dengan Berwarna bening Berwarna ungu
larutan KMnO4 0,1 N sampai
larutan berubah warna
menjadi merah jambu
9. Volume larutan KMnO4 0,1 Vawal = 4,4 mL Vawal = 8 mL
N yang digunakan saat titrasi Vakhi = 5,7 mL Vakhir = 8,4 mL
dicatat hasilnya Vtitras= 1,3 mL Vtitrasi = 0,4 mL

Perhitungan:
1. Air sungai Kemuning
Diketahui :
V titrasi = 1,3 mL
N standar blank = 0,5
V sampel = 100 mL
Ditanya :
TOM (Total Oxygen Matter) = …?
COD (Chemical Oxygen Demand) = …?
Dijawab:
Vtitrasi x N standar blank x 31607
TOM =
V sampel
1, 3 x 0 ,5 x 31607
=
100
20544 , 55
=
100
= 205,4455
= 205 mg/L
TOM
COD =
0,7
205
=
0 ,7
= 292,857 mg/L
= 293 mg/L
2. Air irigasi Mentaos
Diketahui :
V titrasi = 0,4 mL
N standar Blank = 0,5
V sampel = 100mL
Ditanya :
TOM (Total Oxygen Matter) = …?
COD (Chemical Oxygen Demand) = …?
Diawab :
Vtitrasi x N standar blank x 31607
TOM =
V sampel
0 , 4 x 0 ,5 x 31607
=
100
6321 , 4
=
100
= 63,214
= 63 mg/L
TOM
COD =
0,7
63
=
0 ,7
= 90 mg/L

B. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan COD dalam suatu
perairan. Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan kadar oksigen
yang diperlukan untuk mengoksidasi zat organik yang ada pada air
secara kimiawi. COD yang tinggi menandakan banyaknya jumlah zat
organik yang teroksidasi pada sampel air, yang akan menyebabkan
tingkat oksigen terlarut (DO) berkurang. Penurunan DO dapat
menyebabkan kondisi anaerob, yang dapat merusak ekosistem di
dalam air. Tes COD sering digunakan karena waktu analisanya yang
lebih singkat dibandingkan tes BOD. Metode pengukuran yang
digunakan pada percobaan Chemical Oxygen Demand adalah refluks
tertutup titrasi permanganometri, metode refluks tertutup digunakan
karena sampel dan pereaksi yang digunakan sedikit sehingga lebih
ekonomis. Pemanasan permanganotmetri dilakukan dalam suasana
asam dengan penambahan asam sulfat dan asam oksalat dengan
kalium permanganat ditambahkan dengan hati-hati karena jika terkena
udara bebas senyawa KMnO4 akan membentuk ion mangan yang akan
membuat larutan menjadi kecokelatan. Praktikum ini menggunakan
beberapa alat seperti erlenmeyer, batu didih, hotplate, penjepit, statif
dan klem, pipet tetes, gelas ukur, dan buret. Bahan yang digunakan
adalah KMnO4 0,1 N, H2SO4 8 N, H2C2O4 0,1 N, dan sampel air.
Sampel air yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sampel air
irigasi Mentaos dan air Sungai Kemuning. Percobaan yang pertama
yaitu pemeriksaan Chemical Oxygen Demand (COD) pada air Sungai
Kemuning. Percobaan yang kedua yaitu pemeriksaan Chemical
Oxygen Demand (COD) pada air irigasi Mentaos. Tahap pertama
sampel air diukur menggunakan gelas ukur sebanyak 50 mL dan
dipindahkan ke dalam erlenmeyer. Sampel air Sungai Kemuning dan
sampel air irigasi Mentaos memiliki warna awal yang sama yaitu
bening. Larutan KMnO4 0,1 N ditambahkan sebanyak 2-5 tetes hingga
larutan sampel air berubah warna. Hasil yang dilakukan untuk sampel
air Sungai Kemuing diberikan 3 tetes dan menghasilkan warna merah
muda sedangkan sampel air irigasi mentaos diberikan 3 tetes dan
menghasilkan warna ungu muda. Larutan H2SO4 8 N ditambahkan
sebanyak 5 mL dan menghasilkan perubahan warna untuk sampel air
Kemuning dari merah muda menjadi kuning bening sedangkan air
irigasi Mentaos tetap berwarna ungu muda. Suhu erlenmeyer
memanas karena H2SO4 merupakan asam kuat yang sangat toksik,
larutan KMnO4 0,01 N ditambahkan sebanyak 10 mL. Perubahan
warna yang pada air sampel Kemuning adalah ungu pekat sedangkan
air irigasi Mentaos berubah menjadi ungu tua. Batu didih dimasukkan
ke dalam erlenmeyer masing-masing 2 buah untuk setiap sampel. Batu
didih akan berbunyi sebagai penanda larutan sudah mendidih.
Larutan dipanaskan diatas hotplate sampai mendidih dengan
suhu 350C, untuk sampel air Kemuning diperlukan waktu 15 menit 15
detik dan sampel air irigasi diperlukan waktu selama 18 menit 40
detik. Larutan didinginkan selama 10 menit dengan suhu ruang
terbuka. Larutan H2C2O4 0,1 N ditambahkan sebanyak 5 mL ke dalam
kedua sampel dan didapatkan perubahan warna yang terjadi. Sampel
air sungai Kemuning dan air irigasi Mentaos berubah warna menjadi
bening. Suhu larutan memanas sehingga proses titrasi dilakukan
dengan sangat hati-hati. Larutan sampel dititrasi dengan KMnO 4 0,1 N
sampai larutan berubah warna menjadi merah jambu. Perubahan
warna yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan karena
sampel air sungai Kemuning tetap berwarna bening sedangkan air
irigasi Mentaos menjadi ungu. Volume KMnO4 yang digunakan untuk
sampel air sungai Kemuning sebesar 1,3 mL, volume KMnO 4 yang
digunakan untuk sampel air irigasi Mentaos sebesar 0,4 mL.
Hasil perhitungan kadar COD pada kedua sampel didapat untuk
air sungai Kemuning yaitu sebesar 293 mg/L sedangkan pada air
irigasi Mentaos yaitu sebesar 90 mg/L. Hasil perhitungan uji
laboratorium kemudian dibandingkan dengan baku mutu sesuai
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021
Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Baku mutu COD dalam air sungai terbagi menjadi baku mutu
kelas 1 memiliki kadar COD maksimal 10 mg/L, baku mutu kelas 2
memiliki kadar COD maksimal 25 mg/L, baku mutu kelas 3 memiliki
kadar COD maksimal 40 mg/L, dan baku mutu kelas 4 memiliki kadar
COD maksimal 80 mg/L. kadar COD yang terdapat pada air sampel
Kemuning dan air irigasi Mentaos melebihi baku mutu yang
ditetapkan pemerintah baik untuk air kelas 1 sampai kelas 4, sehingga
tidak aman digunakan masyarakat umum.
Faktor penyebab tingginya COD pada suatu perairan bisa
disebabkan banyak hal, diantaranya oksigen terlarut, zat organik dan
sumber pencemar lainnya. Kelarutan oksigen di dalam air, tergantung
pada suhu, tekanan oksigen dalam atmosfer, serta kandungan garam
dalam air. Faktor paling utama penyebab tingginya COD yaitu limbah
rumah tangga dan industri sebaiknya dapat dilaksanakan yaitu dengan
melihat titik awal penyebab tingginya kadar COD pada perairan
tersebut. Tingginya kadar COD juga bisa disebabkan reaksi-reaksi
kimia dalam limbah karena akumulasi komponen bahan kimia yang
sangat beragam dalam limabah. Perairan yang kadar COD nya tinggi
karena disebabkan limbah rumah tangga dan industri, maka harus
dimulai dengan langkah pencegahan, yaitu tidak membuang sampah
limbah rumah tangga ke sungai, meminimalisir penggunaan bahan
kimia organik pada proses industri dan kesadaran masyarakat serta
pemilik usaha menjadi kunci utama dalam penanganan masalah
lingkungan yang baik.Konsentrasi COD yang tinggi menyebabkan
kandungan oksigen terlarut didalam air menjadi rendah, bahkan habis
sama sekali, akibatnya oksigen sebagai sumber kehidupan bagi
makhluk air hewan dan tumbuh-tumbuhan tidak dapat terpenuhi
sehingga makhluk air tersebut manjadi mations. Konsentrasi COD
yang tinggi dalam air menunjukkanadanya bahan pencemar organik
dalam jumlah yang banyak, sejalan dengan hal ini mikroorganisme
patogen maupun tidak patogen ada dalam jumlah yang banyak.
Mikroorganisme patogen dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit bagi manusia karena itu, dapat dikatakan bahwa konsentrasi
COD yang tinggi didalam air dapat menyebabkan kerugian bagi
manusia.

VI. KESIMPULAN
Tujuan dari praktikum yang dilakukan adalah untuk menentukan COD
pada suatu perairan. Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah
oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi atau menguraikan zat organik
secara kimiawi. Percobaan pada sampel air Sungai Kemuning menghasilkan
warna akhir bening dengan volume titrasi 1,3 mL dan sampel air irigasi
Mentaos menghasilkan warna akhir ungu dengan volume titrasi 0,4 mL.
Hasil perhitungan nilai COD pada air Sungai Kemuning sebesar 225,75
mg/l, dan nilai COD pada air irigasi Mentaos sebesar 248,32 mg/l. Hasil dari
perhitungan COD kedua sampel air tersebut adalah melebihi batas dari baku
mutu sehingga kedua air tersebut tidak ideal digunakan untuk kehidupan
sehari-hari Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021.
Penurunan kadar COD yang terlalu tinggi bisa dilakukan dengan
mengidentifikasi sumber penyebab naiknya angka COD dalam perairan lalu
melakukan pengolahan terhadap air limbah yang dihasilkan dari aktivitas
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Duhupo, D., Akili, R. H., & Pinontoan, O. R. (2019). Perbandingan Analisis


Pencemaran Air Sungai Dengan Menggunakan Parameter Kimia BOD dan
COD di Kelurahan Ketang Baru Kecamatan Singkil Kota Manado Tahun
2018 Dan 2019. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi.
8(7), 1-4.

Gusri, L., Kalsum, S. U., & Juwita, R. (2022). Penelitian Kualitas Air Zona
Tengah Sungai Batanghari Jambi. Jurnal Daur Lingkungan. 5(2), 52-53.

Soukotta, E., Ozsaer, R., & Latuamury, B. (2019). Analisis Kualitas Kimia Air
Sungai Riuapa Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan. Jurnal Hutan
Pulau-Pulau Kесії. 3(1), 86-96.

Zubaidah, T. (2020). Penilaian Perubahan Kualitas Air Sungai: Aplikasi Di


Sungai Martapura, Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Lingkungan
Lahan Basah. 5(3), 57-62.

Hertika, A. M. S., Putra, R. B. D. S., & Arsad, S. (2022). Buku Ajar Kualitas Air
dan Pengelolaannya. Malang: UB Press.

Qi, M., Han, Y., Zhao, Z., & Li, Y. (2021). Integrated Determination of Chemical
Oxygen Demand and Biochemical Oxygen Demand. Polish Journal of
Environmental Studies, 30(2), 17-86.

You might also like