You are on page 1of 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN LED DENGAN METODE WESTERGREEN,


PEMERIKSAAN KADAR HEMOGLOBIN, DAN GOLONGAN
DARAH

Dosen pengampu :
Hupitoyo, S.KP, M.Kes

Disusun oleh:
Diva Safira Iqnabila Maulani
P17311233079/1B

JURUSAN KEBIDANAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG
POLTEKKES KEMENKES MALANG
2023
PRAKTIKUM HEMOGLOBIN

1. Pemeriksaan Hemoglobin Darah Metode Sahli


1.1. Landasan Teori
Hemoglobin merupakan pigmen yang membuat warna merah pada sel darah.
Menurut fungsinya, Hemoglobin digunakan sebagai media transport oksigen dari
paru-paru ke jaringan tubuh. Oksigen adalah suatu bagian terpenting dari
metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi. Hemoglobin juga mempunyai fungsi
membawa Karbondioksida hasil metabolisme dari jaringan tubuh ke paru paru untuk
selanjutnya dikeluarkan saat bernafas.

Sel darah merah merupakan komponen esensial pada tubuh manusia yang pada
keadaan normal selalu berbentuk bikonkaf, tak berinti dan berfungsi sebagai
pembawa oksigen. Fungsi utama dari sel-sel darah merah, yang juga dikenal sebagai
eritrosit adalah mengangkut hemoglobin, dan seterusnya mengangkut oksigen dari
paru-paru ke jaringan. Selain mengangkut hemoglobin, sel-sel darah merah juga
mempunyai fungsi lain. Hemoglobin merupakan dapur asam-basa (seperti juga pada
kebanyakan protein), sehingga hemoglobin bertanggung jawab untuk sebagian besar
daya transportasi seluruh darah. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa fungsi
terpenting hemoglobin adalah transporsi O2 dan CO2 antara paru-paru dan jaringan.
Suatu protein eritrosit, yaitu hemoglobin, memainkan peranan penting pada kedua
prosestersebut. Sebagai perbandingan, kadar zat tertentu yang terkandung di ludah
hanya seperseratus sampai seperseribu dari apa yang dapat ditemukan didalam darah.

Hb dewasa (HbA) mempunyai;

 4 gugus heme

 Setiap heme mengandung 1 ion Fe2+

 4 sub unit protei globin


 Setiap sub unit mengikat 1 mol O2

 1 mol globin mengikat 1 mol CO2

Adanya hemoglobin dalam darah ini menyebabkan eritrosit berwarna merah,


karena hemoglobin karena hemoglobin merupakan penyusun 30% dari total isi
eritrosit (Mutshler 1991). Hemoglobin mempunyai berat molekul penyusun 64.450
dan merupakan suatu molekul yang dibentuk oleh 4 rantai polipetida, dimana tiap
polipeptida melekat pada gugus heme.

1.2 Tujuan Pemeriksaan Kadar Hemoglobin


Pemeriksaan hemoglobin dilakukan dalam rangka menegakkan suatu
diagnose, skrining terhadap kesehatan, ataupun evaluasi dan monitoring terhadap
tindakan
1.3 Alat dan Bahan
1. Haemometer set terdiri dari :

Alat

 Tabung Sahli
 Pipet Sahli
 Batang pengaduk
 HCL 0,1 N
 Pipet tetes
 Blood lancet
 Pen lancet
 Alkohol swabs
 Handscoon
Bahan

 Darah
1.4 Prosedur Pemeriksaan
1. mencuci tangan dan menggunakan handscoon

2. masukkan larutan HCL 0,1 ke dalam tabung Sahli hingga mencapai di angka 2

3. persiapkan blood lancet dan pen lancet

4. Lakukan steril atau disinfektan pada ujung jari yang akan di ambil darahnya
dengan alkohol swabs dengan satu kali swabs

5. Tunggu sampai alkohol mengering

6. Tusukkan jarum pada ujung jari sampai darah keluar

7. Hisap darah menggunakan pipet Sahli hingga darah mencapai angka 20

8. Masukkan darah ke dalam tabung Sahli yang sudah dicampurkan dengan HCL
0,1

9. Homogenkan dengan batang pengaduk, dan inkubasi 5-10 menit

10. Setelah di inkubasi tambahkan aquades tetes demi tetes hingga warna sesuai
dengan kadar pembanding.

11. Menyamakan warnanya dan jika sudah sama baca skala HB.

12. Melepas handscoon dan membersihkan alat-alat yang telah digunakan.

1.5 Hasil Pemeriksaan


Nama : Galuh Arriza
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Kadar hb : 12,0 g/dl
Dari praktikum pemeriksaan hemelglobin dengan metode sahli kita mandapatkan
hasil yaitu kadar hemoglobin sukarelawan normal. Kadar hemoglobin normal
dipengaruhi beberapa faktor seperit usia dan jenis kelamin.
Kadar bb normal =
a. Bayi baru lahir :15.2-23.6 gr/dl

b. Anak usia 1-3 tahun :10.8 - 12.8 gr/dl

c. Anak usia 4-5 tanun :10.7 - 14.7 gr/dI

d. Anak usia 6-10 tahun : 10.8 - 15.6 gr/dl

e. Pada pria dewasa : 13.2 - 17.3 gr/dl

f. Pada wanita dewasa : 11.7 - 15.5 gr/dl


2. Pemeriksaan Laju Endap Darah
2.1 Dasar Teori

Pengukuran Laju Endap Darah (LED) atau juga di sebut Erythrocyte


Sedimentation Rate (ESR) adalah suatu teknik pemeriksaaan yang tidak spesifik oleh
karena LED ini banyak di pengaruhi oleh keadaaan patologis maupun kondisi
fisiologis misalnya peradangan, keganasan penggunaan hormonal, kehamilan, konsisi
hemodinamik dan sebagainya Tetapi setidaknya jika ada perubahan LED terhadap
nilai normal akan diketahui pasti ada penyimpangan kondisi normal atau intervensi
terhadap kondisi normal. Di klinik fasilitas layanan kesehatan pengukuran LED
masih menjadi salah satu cara untuk menegakkan diagnose.

Sebuah pathologi penyakit akan menyebabkan respon immunologi pada tubuh


terutama pada sistem sirkulasi Volume plasma relativ bertambah karena peningkatan
fibrinogen dan imunoglobulin dan sisi lain daya adesi permukaaan eryhtrocyte
terhadap yang lain dan densitasnya meningkat sehingga lebih besar dari plasma
Akibat kondisi ini adalah terjadi ikatan dan penumpukan erythrocyte dan
terbentuknya agregat yang di kenal dengan Rouleaux Massa rouleaux yang terbentuk
akan menetukan percepatan endapan karena massa akan tertarik grvitasi sehinggga
mengendap Pembentukan masa ini bergantung derajad patologi yang terjadi, semakin
berat patologi maka perubahan pada erythrocyte senakin besar pula sehingga
kecepatan endapnya mjuga lebih tinggi Patologi yang mempengaruhi adalah Infeksi
acute, infeksi kronis, Keganasan, penyakit degenarative.

Pengukuran Laju Endap Darah Metode Westergren Metode Westergren sangat


baik jika digunakan untuk LED dengan kecepatan tinggi dalam arti dengan kondisi
patologi yang sangat kritis. Panjang tabung westergren 20 cm diameter lumennya 2,5
mm dan kedua ujungnya terbuka. Kalibrasi 0 ada di atas dan diangka 20 ada di bawah
memiliki kapasitas 2 ml darah.
2.2 Tujuan
Mengetahui kondisi patologi infeksi yang terjadi dalam tubuh melalui
perubahan volume pada plasma dan denitas erythrocyte.

2.3 Alat dan Bahan

 Tabung Westergren
 Rak tabung westergren
 Bola penghisap
 Darah vena 2 ml
• Anti koagulan (Na. Citrat 3,8%, atau EDTA atau Heparin)

2.4 Prosedur Pemeriksaan


1. Siapkan darah vena dalam kontainer steril yang telah di berikan Anti koagulan
sebanyak
2. 2 ml (NaCl 3,8%, 4 : 1)
3. Campurkan darah tersebut dengan antikoagulan dengan searah pada alasnya
4. Hisaplah darah dari kontainernya ke dalam tabung westergren sapai garis tanda
nol
5. Letakkan tabung pada rak secara tegak lurus dan jauhkan dari cahaya sinar
matahari langsung dan getaran
6. Setelah 1 jam kemudian bacalah hasilnya

2.5 Hasil Pemeriksaan


Nama : Galuh Arriza
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Hasil pemeriksaan laboratorium LED pada setiap orang cenderung berbeda-beda
tergantung pada jenis kelamin, usia, dan penyakit.
batas normal dari pemeriksaan LED sebagai berikut:

•Anak-anak: 0–10 mm/jam.

•Pria berusia di bawah 50 tahun: 0–15 mm/jam.

•Pria berusia di atas 50 tahun: 0–20 mm/jam.

•Wanita berusia di bawah 50 tahun: 0–20 mm/jam.

•Wanita berusia di atas 50 tahun: 0–30 mm/jam.


3. Pemeriksaan Golongan Darah ABO
3.1 Dasar Teori
Pemeriksaan golongan darah ABO dilakukan untuk menentukan jenis golongan
darah pada manusia. Penentuan golongan darah ABO pada umumnya dengan
menggunakan metode Slide. Metode ini didasarkan pada prinsip reaksi antara
aglutinogen (antigen) pada permukaan eritrosit dengan aglutinin yang terdapat dalam
serum/plasma yang membentuk aglutinasi atau gumpalan. Metode slide merupakan
salah satu metode yang sederhana, cepat dan mudah untuk pemeriksaan golongan
Darah. Antigen – antigen golongan darah yang sangat penting adalah antigen A, dan
B. Ciri antigen itu berada pada ujung gula – gula yang melekat langsung pada dinding
sel atau melekat pada rangkaian protein yang menonjol dari hamparan bilipid.
Reagen antisera merupakan reagen yang digunakan untuk pemeriksaan
golongan darah ABO. Diperoleh dari biakan supernatan secara in vitro yang berasal
dari hibridisasi immunoglobulin sel tikus, dan hasil pemeriksaanya akan terbentuk
aglutinasi. Misalnya pada golongan darah A ketika ditambahkan reagen antisera A,
reagen antisera B, dan reagen antisera AB, maka terjadi aglutinasi pada darah yang
di tetesi reagen antisera B dan AB, sedangkan pada reagen antisera AB tidak
terbentuk aglutinasi. Dari segi reagen metode ini kurang ekonomis, maka serum dapat
dijadikan sebagai reagen pada pemeriksaan golongan darah ABO
Serum merupakan cairan darah yang berwarna kuning. Didalam serum
terdapat dua protein yaitu albumin dan globullin. Antibodi berada di dalam serum
dikarenakan Antibodi golongan darah merupakan protein globulin, yang bertanggung
jawab sebagai kekebalan tubuh alamiah untuk melawan antigen asing. Komposisi
serum sama dengan plasma yaitu 91% air, 8% protein, dan 0,9%mineral. Akan tetapi
didalam serum tidak ada faktor pembekuan (fibrinogen).serum tidak diberi anti
koagulan, fibrinogen dapat diubah menjadi benang-benang fibrin sehingga terjadi
pembekuan darah. Dimana antikoagulan ini mengikat kalsium sebagai faktor
pembekuan sehingga fibrinogen tidak di ubah menjadi benang-benang fibrin.

3.2 Tujuan
1. Untuk menentukan golongan darah
2. Dapat membedakan golongan darah A,B,AB dan O
3.3 Alat dan Bahan
a. Lancet
b. Slide Golongan Darah
c. Pengaduk / tusuk gigi
d. Darah kapiler
e. Reagen Golongan Darah anti-A, anti-B, anti-AB, anti Rhesus
f. Alkohol 70%
g. Kapas
3.4 Prosedur Pemeriksaan
1. Siapkan kartu uji atau object glass yang telah di beri nomor 1-4
2. Disinfektan atau sterilkan jari yang akan diambil darah
3. Tunggu jari hingga mengering
4. Tusuk jari menggunakan lancet lalu tekan hingga mengeluarkan darah
5. Teteskan darah 4 object glass
6. Teteskan masing-masing serum pada object glass 1-4 dan lihat perubahan yang
terjadi
3.5 Hasil Pemeriksaan
Dari praktikum yang dilakukan dapat ditemukan bahwa berdasarkan sampel darah
sukarelawan yang digunakan adalah A menggumpal (diuji menggunakan serum A), B
tidak menggumpal (diuji menggunakan serum B), AB tidak menggumpal (diuji
menggunakan serum AB), rhesus + menggumpal (diuji menggunakan serum anti
rhesus) bisa kita simpulkan bahwa golongan darah yang kita amati memberikan hasil
golongan darah A+
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN URINE

Dosen Pengampu:
Endah Kamila, SST.,M.Keb

Disusun oleh:
Diva Safira Iqnabila Maulani
P17311233079/1B

JURUSAN KEBIDANAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG
POLTEKKES KEMENKES MALANG
2023
1. Tes Kehamilan
1.1 Landasan Teori
Kehamilan yaitu terjadinya pembuahan dari ovum yang akhirnya berkembang
sampai menjadi fetus. Bila terjadi ovulasi, ovum bersama beratus- ratus sel granulosa
yang melekat padanya akan dikeluarkan langsung ke dalam rongga peritoneum.
Setelah ejakulasi dalam waktu 5-10 menit pembuahan ovum berlangsung. Beberapa
sperma akan dihantarkan melalui uterus ke ampula. Pada bagian akhir dari tuba
palofi, ovarium yang dibantu oleh kontraksi uterus dan tuba palofi yang dirangsang
oleh prostaglandin dalam cairan seminal dan cairan oksitosin, Pada kehamilan
biasanya terjadi perubahan pada seluruh tubuh, pengaruh hormon-hormon
somatotropin, estrogen danprogesterone.

HCG (Human Chorionic Gonadotropin) merupakan suatu hormon yang


dihasilkan oleh jaringan plasenta yang masih muda dan dikeluarkan lewat urin
dihasilan bila terjadi proliferasi abnormal pada jaringan epitel korion. Adanya HCG
dalam urin dapat digunakan untuk deteksi kehamilan. Pemeriksaan kehamilan dapat
dilakukan dengan metode latex danmetode strip test.

1.2 Tujuan Pemeriksaan

Untuk mendeteksi kehamilan pada seseorang.

1.3 Alat dan Bahan


a. Sarung tangan
b. Masker
c. Bengkok
d. Pot urine steril
e. Tisu
f. Test pack
g. Urine
1.4 Prosedur Kerja
a. Tampung urine di dalam pot urin yang sudah disediakan
b. Persiapkan alat tes nya
c. Pegang ujung alat tes, lalu celupkan pada urine hingga batas maksimal.
d. Celupkan selama 3-5 detik, kemudian angkat alat tes dari urine dan letakkan pada
wadah yang kering dan bersih.
1.5 Hasil Pemeriksaan
Hasil dari praktikum tes kehamilan yang kita amati yaitu strip testpack muncul 1
garis yang menandakan bahwa sampel urine sukarelawan adalah
negatif (tidak hamil).

2. Protein Urine

2.1 Landasan Teori

Urine merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urine diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh. Secara umum, urine terdiri atas urea dan bahan kimia
organik serta anorganik lain yang larut dalam air. Urine biasanya terdiri atas 95% air
dan 5% zat terlarut, yang dimana konsentrasi zat terlarut tersebut dapat sangat
beragam, yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti asupan diet, aktivitas
fisik, metabolisme tubuh, dan fungsi endokrin.

2.2 Tujuan Pemeriksaan


Untuk mengetahui kadar protein yang terdapat di dalam urine
2.3 Alat dan Bahan
a. Urine
b. Penyaring
c. Hand Scoon
d. Penjepit Tabung
e. Pembakar spirtus
f. Asam asetat
g. Tabung reaksi
h. Cup Steril
2.4 Prosedur Kerja
a. Saring urine menggunakan penyaring lalu masukkan ke dalam cup yang bersih
b. Masukkan urine yang sudah disaring ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 cc.
c. Panaskan tabung reaksi diatas pembakar spirtus dengan menggunakan penjepit.
d. Posisikan tabung reaksi miring dan goyang-goyangkan secara perlahan hingga
mendidih.
e. Masukkan asam asetat ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 tetes
f. Panaskan kembali tabung reaksi hingga mendidih
g. Amati perubahan apa saja yang terjadi

2.5 Hasil Pemeriksaan

Hasil dari praktikum protein urine menggunakan strip urine yaitu dinyatakan
sebagai normal menunjukkan bahwa kandungan protein dalam urine sangat rendah
atau tidak ada sama sekali. Hal ini dapat diartikan bahwa ginjal berfungsi dengan baik
dan tidak ada masalah kesehatan yang terkait dengan kebocoran
protein ke dalam urine.

3. Reduksi Urine

3.1 Landasan Teori

Urinalisis adalah pemeriksaan sampel urin untuk tujuan skrining, diagnosis


evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, batu ginjal, dan
memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi
(hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.

3.2 Tujuan Pemeriksaan

Untuk mengetahui kadar glukosa didalam urine.

3.3 Alat dan Bahan


a. Urine
b. Hnd Scoon
c. Penjepit
d. Gelas ukur
e. Reagen Fehling A dan Fehling B
f. Tabung reaksi
g. Pembakar Spiritus
h. Suntik
3.4 Prosedur Kerja

a. Masukkan urine ke dalam tabung reaksi A sebanyak 2cc dan tabung reaksi B

sebanyak 1 ml

b. Masukkan reagen Fehling A sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi A dan reagen

Fehling B sebanyak 2 ml ke dalam tabung reaksi B.

c. Campurkan sampai homogen kemudian panaskan tabung reaksi dengan

menggunakan penjepit hingga mendidih dengan cara menggoyangkan tabung

reaksi secara perlahan.

d. Amati hasil yang terjadi.

3.5 Hasil Pemeriksaan


Berdasarkan hasil reduksi urine sukarelawan dinyatakan normal. Pada pratikum
pemeriksaan reduksi pada urin, merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya
glukosa atau gula pada urin, dimana hasil +3 menandakan adanya kadar glukosa
sebanyak 2-3.5%, yang termasuk ke dalam kondisi yang disebut dengan glikosuria
atau kadar glukosa yang tinggi pada urin.

Hasil pemeriksaan reduksi urine:

• (-) tidak terjadi perubahan warna / tetap biru jernih (kadar glukosa <0,5%)

• (+1) terjadi warna hijau kekuningan (kadar glukosa 0,5% – 1%)

• (+2) terjadi warna kuning keruh (kadar glukosa 1% – 1,5%)

• (+3) terjadi warna jingga / lumpur keruh (kadar glukosa 2% – 3,5%)

• (+4) terjadi warna merah bata (kadar glukosa >3,5%)

Nilai Normal : tidak terjadi perubahan warna.

You might also like