You are on page 1of 6

No.

Dokumen FO-UGM-UNSOED-05-21

BORANG Berlaku sejak 08 April 2021


LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 0
LABORATURIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 1 dari 7

Mata kuliah : Sistematika Hewan II

AMPHIBIA DAN REPTILIA

Oleh :

Nama : Avessina Putri Sediana


NIM : B1A021024
Kelompok 2
Rombongan V
Asisten : Fadilah Dyah Eka Putri

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO

2023
No. Dokumen FO-UGM-UNSOED-05-21

BORANG Berlaku sejak 08 April 2021


LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 0
LABORATURIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 1 dari 7

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagian besar orang mengenali katak dan kodok sebagai amfibi, namun
sebenarnya amfibi terbagi dalam 3 Ordo, yaitu Caudata (salamander), Anura (katak
dan kodok) dan Gymnophiona (amfibi tak berkaki). Amfibi adalah vertebrata yang
memiliki dua fase kehidupan pada dua lingkungan yang berbeda. Ketika menetas
hidup di air dan bernafas dengan insang, kemudian saat dewasa hidup di darat dan
bernafas dengan paru-paru (Yudha et al., 2019).

Reptil adalah hewan vertebrata berdarah dingin (ektotermal) yang bernafas


dengan paru-paru. Hewan ektotermal adalah hewan yang memerlukan sumber
panas eksternal untuk melakukan kegiatan metabolismenya, hal itulah yang
menyebabkan reptil sering dijumpai berjemur di tempat-tempat yang terkena sinar
matahari. Sebagian besar reptil memiliki kulit bersisik yang tidak saling terpisah,
dengan warna kulit beragam dari menyerupai lingkungannya hingga berwarna khas.
Semua reptil tidak memiliki telinga eksternal (Pariyanto et al., 2020).

Reptil juga memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri di tempat yang


kering di tanah. Ciri lain dari reptil adalah adanya penandukan atau cornificatio
kulit dan squama atau carpace untuk menjaga banyak hilangnya cairan dari tubuh
pada tempat yang kasar. Terdapat beberapa ordo dan sub ordo dari kelas reptilia
yang tersebar di seluruh dunia kecuali daerah kutub. Indonesia memiliki tiga dari
keempat ordo tersebut yaitu Ordo Testudinata, Crocodylia dan Squamata.
Sedangkan Tuarata merupakan reptil primitif yang terdiri dari satu jenis dan hanya
terdapat di Selandia Baru (Aspita, 2020).
No. Dokumen FO-UGM-UNSOED-05-21

BORANG Berlaku sejak 08 April 2021


LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 0
LABORATURIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 1 dari 7

B. Tujuan

Tujuan praktikum pada acara kali ini adalah :

1. Menyebutkan karakter penting untuk identifikasi spesies Amphibia dan


Reptilia.
2. Mengidentifikasi jenis-jenis Amphibia dan Reptilia.
3. Mendeterminasi Amphibia dan Reptilia.
No. Dokumen FO-UGM-UNSOED-05-21

BORANG Berlaku sejak 08 April 2021


LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 0
LABORATURIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 1 dari 7

II. TINJAUAN PUSTAKA

Reptil merupakan vertebrata yang bersisik, fertilisasi internal, telur


bercangkang, dan kulit tertutup sisik. Kulit yang ditutupi sisik akan meminimalkan
kehilangan cairan tubuh, sehingga reptil dapat bertahan di lingkungan darat yang
kering. Secara umum habibat amfibi dan reptil terbagi menjadi 5 yakni terrestrial,
arboreal, akuatik, semi akuatik, dan fossorial. Reptil dan amfibi menghuni hampir
seluruh permukaan bumi, kecuali di antartika (Yudha et al., 2019).

Amphibi adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu lingkungannya.


Amphibi termasuk hewan poikiloterm (berdarah dingin) yang artinya mereka tidak
bisa menggunakan proses metabolisme di dalam tubuhnya untuk dijadikan sebagai
sumber panas. Amphibi memiliki dua karakteristik habitat, yaitu aquatik dan terrestrial
dengan dua fase hidup yaitu fase berudu di air dan fase dewasa di darat. Amphibi
terbagi menjadi 3 ordo, yaitu Anura, Caudata dan Gymnophinia (Leksono & Firdaus,
2017).

Ordo Anura (katak dan kodok) merupakan kelompok dari Kelas Amphibia
yang tidak memiliki ekor, umumnya hidup di air dan tempat yang lembab di darat.
Katak dan kodok masuk ke dalam kelompok terbesar dan paling terkenal di antara
tiga kelompok Amphibia. Saat dewasa, mereka tidak lagi memiliki ekor, berbeda dari
Amphibia lainnya. Ekor katak dan kodok diabsorbsi selama metamorfosis dari tahap
larva ke tahap dewasa. Istilah “kodok” sering digunakan untuk mengacu hanya
terhadap para anggota Genus Bufo, tetapi juga digunakan lebih luas untuk menyebut
setiap spesies darat yang bergerak lamban dengan tubuh pendek dan kulit kasar
berbintil, sedangkan istilah “katak” umumnya ditujukan untuk spesies yang memiliki
tekstur kulit lebih halus dan licin, serta bergerak lebih lincah (Farhana, 2020).
No. Dokumen FO-UGM-UNSOED-05-21

BORANG Berlaku sejak 08 April 2021


LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 0
LABORATURIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 1 dari 7
Ordo Caudata (Urodela) terdiri atas Genus Salamander dan Newt ± 400 jenis.
Ordo jenis ini tidak terdapat di Indonesia. Daerah terdekat persebaran salamander
adalah Vietnam, Laos dan Thailand Utara. Urodela tidak dapat ditemukan di
Indonesia Ordo Caudata bentuk tubuhnya seperti kadal, memiliki tungkai yang sama
panjang dan ekor yang panjang. Genus Salamandra adalah salah satu genus yang
termasuk ordo ini. Bangsa Caudata sebagian bernafas menggunakan insang dan
sebagian yang lain bernafas menggunakan paru-paru. Bentuk Caudata saat masih
larva dan ketika dewasa tidak terlalu nampak perbedaannya (Yudha et al., 2019).

Kelompok hewan reptil dan amfibi lebih dikenal dengan herpetofauna.


Kelompok hewan ini perlu dipelajari, karena manfaatnya bagi lingkungan dan
manusia. Mitologi, budaya, seni dan sastra memandang kelompok hewan tersebut
sebagai karakter menarik bahkan sering dijumpai dalam iklan komersial. Amfibi dan
reptil juga sering dimanfaatkan sebagai makanan dan sumber senyawa obat. Selain itu,
sebagian besar juga dimanfaatkan sebagai hewan coba dalam penelitian. Hal ini
dikarenakan amfibi dan reptil merupakan organisme model yang sangat berguna bagi
banyak studi lapangan perilaku, ekologi dan pengajaran. Amfibi dan reptil merupakan
komponen utama dalam ekosistem dan sering digunakan sebagai indikator status suatu
kerusakan lingkungan. Reptil memiliki peran penting dalam kehidupan manusia dan
lingkungan, sebagai objek pertanian dan peternakan, dan dalam bidang pengobatan
dijadikan suplemen (Yudha et al., 2019).
No. Dokumen FO-UGM-UNSOED-05-21

BORANG Berlaku sejak 08 April 2021


LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 0
LABORATURIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 1 dari 7

III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu bak preparat, kaca
pembesar, mikroskop, masker dan alat tulis.

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Phyton


bivittatus, Eretmochelys imbricata, Bufo melanostictus, Fejervarya
cancrivora, Boiga dendrophila, Varanus salvator, Tribolonotus gracilis,
Tilliqua gigas, Draco Volans, Crocodylus novaeguineae, dan Ambystoma
mexicanum.

B. Metode

1. Latihan pre-laboratorium dikerjakan oleh praktikan sebelum masuk


laboratorium.
2. Karakter pada spesimen yang diamati digambar dan dideskripsikan
oleh praktikan berdasarkan ciri-ciri morfologi, serta mengisi tabel
karakter (LKM).
3. Kunci identifikasi sederhana dibuat berdasarkan karakter spesimen
yang diamati.
4. Laporan praktikum dibuat dengan pembahasan dan kesimpulan dari
hasil praktikum yang dilaksanakan.

You might also like