You are on page 1of 5

LEMBAR JAWABAN TUGAS 2

“Ilmu Sosial Budaya Dasar (MKDU4109)”

Dosen: Sri Ira Suharwati, M.Pd.

Nama : Hamid Rosyadi


NIM : 045190053
Semester : 2 (Dua)
Program Studi : Sastra Inggris

UNIVERSITAS TERBUKA
Jalan Pondok Cabe Raya, Pondok Cabe Udik, Kecamatan Ciputat,
Kota Tangerang Selatan, Banten 15418
1. Multikulturalisme merupakan cara masyarakat menghadapi keragaman budaya, baik di tingkat
nasional maupun di tingkat komunitas. Secara aspek sosiologis, multikulturalisme
mengasumsikan bahwa masyarakat, secara keseluruhan, mendapat manfaat dari peningkatan
keragaman melalui koeksistensi yang harmonis dari berbagai budaya. Masyarakat multikultural
adalah orang-orang dari berbagai ras, etnis, dan kebangsaan yang hidup bersama dalam
komunitas yang sama. Dalam komunitas multikultural, orang mempertahankan, mewariskan,
merayakan, dan berbagi cara hidup, bahasa, seni, tradisi, dan perilaku budaya mereka yang unik.

Multikulturalisme adalah kunci untuk mencapai tingkat keragaman budaya yang tinggi.
Keragaman terjadi ketika orang-orang dari ras, kebangsaan, agama, etnis, dan filosofi yang
berbeda berkumpul untuk membentuk komunitas. Masyarakat yang benar-benar beragam adalah
masyarakat yang mengakui dan menghargai perbedaan budaya masyarakatnya. Pendukung
keragaman budaya berpendapat bahwa itu membuat umat manusia lebih kuat dan mungkin, pada
kenyataannya, menjadi penting untuk kelangsungan hidup jangka panjangnya. Pada tahun 2001,
Konferensi Umum UNESCO mengambil posisi ini ketika ditegaskan dalam Deklarasi Universal
tentang Keanekaragaman Budaya bahwa “… keragaman budaya sama pentingnya bagi umat
manusia seperti keanekaragaman hayati bagi alam.”

Menurut Haviland, multikultural diartikan sebagai pluralitas kebudayaan dan agama, di mana
jika kita memelihara pluralitas maka akan mencapai kehidupan yang ramah dan menciptakan
kebudayaan. Pluralisme kebudayaan multikulturalisme berarti penolakan akan kefanatikan,
purbasangka, rasialisme, dan menerima secara inklusif keberagaman yang ada (Haviland, 1988).

Menurut Bikhu Parekh bahwa multikultultural mengandung tiga komponen; 1. konsep ini
berkaitan dengan kebudayaan, 2. konsep ini mengacu kepada pluralitas kebudayaan, 3. konsep
ini mengandung cara tertentu untuk merespons pluralitas itu. Oleh karena itu, multikulturalisme
bukanlah sebuah doktrin politik pragmatik melainkan bagaimana cara pandang atau ideologi
dalam kehidupan sehari-hari (Bikhu Parekh, 2001).

Contoh:

Menghormati orang lain yang sedang beribadah sesuai agama dan keyakinannya. Menghargai
pendapat, pemikiran, serta pendirian atau ideologi orang lain.

2. Stereotip merupakan asumsi tentang apa yang akan dilakukan seseorang atau bagaimana
mereka akan berperilaku berdasarkan kelompok sosial yang mereka ikuti, seperti; ras, gender,
etnis, suku, kelompok, komunitas. Stereotip berbahaya karena dapat menimbulkan prasangka dan
bias implisit berdasarkan karakteristik yang tidak dapat dipastikan kebenarannya.

Stereotip telah didefinisikan sebagai konsep klasifikasi palsu sebagai aturan nada perasaan
emosional yang kuat dari suka atau tidak suka, persetujuan atau ketidaksetujuan. Menurut
Lippman, stereotip adalah prasangka individu yang begitu kuat dikondisikan oleh kontak kolektif
sehingga mereka menjadi sangat standar dan seragam di dalam kelompok.Dia juga berpendapat
bahwa stereotip adalah gabungan dari ide atau sikap yang membentuk gambaran kepala kita atau
"massa apersepsi" yang berarti bahwa semua pengalaman yang diperoleh di masa lalu
menentukan persepsi kita tentang objek pada saat tertentu.

Dengan kata lain, perilaku, persepsi, dan penilaian seseorang tentang orang lain serta tentang diri
sendiri ditentukan oleh pola stereotip yang kita peroleh dari budaya kita. Sebab generalisasi yang
berlebihan atau generalisasi yang salah, orang diklasifikasikan ke dalam tipe yang berbeda tanpa
meluangkan waktu untuk melihat apa sebenarnya mereka.
Contoh stereotip;

A. Orang jawa disebut selalu berbasa-basi ketika awal berjumpa.

B. Etnis Tionghoa digambarkan orang yang kaya yang pelit.

3. Menurut Bikhu Parekh, kesetaraan ialah prinsip moral yang mengakui bahwa semua individu
memiliki martabat yang sama dan harus diperlakukan secara adil dan sederajat, tanpa
diskriminasi berdasarkan ras, agama, suku, gender, atau orientasi seksual.

Parekh menegaskan bahwa kesetaraan bukan hanya tentang memberikan hak yang sama kepada
semua orang, tapi juga tentang mengakui perbedaan dan memperlakukan individu lain sesuai
dengan kebutuhan dan kapasitasnya.

Menurut Parekh, kesetaraan adalah tentang memprolakmirkan keadilan sosial dan memastikan
bahwa semua individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan mencapai potensi
mereka.

Sebagai contoh dalam aspek sosial bernegara;

A. Equality before the law


Dalam Pasal 27 ayat (1) UUD RI 1945 secara tegas telah memberikan jaminan bahwa “segala
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.

B. Hak mendapatkan pendidikan

Hal ini sejalan di tetapkannya hak fundamental yang berkaitan erat dengan sebuah hasil
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (1948). Dalam deklarasi tersebut juga dijelaskan bahwa
semua individu mendapatkan hak vital untuk mendapatkan pembangunan ekonomi dan juga
dalam sosial budayanya.

Referensi:

▪︎MKDU4109

▪︎https://www.kompas.com/skola/read/2022/12/20/070000569/multikulturalisme--pengertian-
dan-contohnya

▪︎https://www.populismstudies.org/Vocabulary/multiculturalism

▪︎https://en.m.wikipedia.org/wiki/Stereotype

▪︎https://www.liputan6.com/hot/read/5282234/stereotype-adalah-penilaian-tak-seimbang-
terhadap-suatu-kelompok-masyarakat-kenali-jenisnya

▪︎https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/13621029808420691?journalCode=ccst20

You might also like