You are on page 1of 8

MaKMA Volume 2 Nomor 1 2019.

Hlm 75-82 e-ISSN: 2621-8178


p-ISSN: 2654-5934

Majalah Kesehatan Masyarakat


Aceh (MaKMA)
http://ojs.serambimekkah.ac.id/index.php/makma
ASUPAN SERAT DAN AIR SEBAGAI FAKTOR RISIKO
KONSTIPASI DI KOTA BANDA ACEH

Nunung Sri Mulyani, Wiqayatun Khazanah, Suci Febrianti

Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh



Alamat Korespondensi: Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, Lampeuneurut. Email:
nunungmulyani76@gmail.com

ABSTRAK
Konstipasi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perubahan konsistensi feses menjadi keras,
ukuran besar, penurunan frekuensi atau kesulitan defekasi. Angka menunjukkan bahwa sekitar
2,5 juta kunjungan ke dokter setiap tahun adalah untuk mengobati konstipasi dan jumlah orang
yang menderita konstipasi meningkat dengan usia. Serat makanan di dalam feses dapat menyerap
banyak air, sehingga membuat feses menjadi lunak atau mencegah konstipasi. Penelitian ini
bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional studi. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 60 orang. Data yang dikumpulkan yaitu asupan serat, asupan cairan dan aktivitas fisik
yang dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan food recall dan kuisioner. Analisis
statistik yang digunakan yaitu Uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi
kejadian konstipasi di Puskesmas Batoh sebesar 66,7%. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada
hubungan yang bermakna antara asupan serat dengan kejadian konstipasi (p value = 0,002), ada
hubungan yang bermakna antara asupan cairan dengan kejadian konstipasi (p value= 0,005), dan
tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian kontipasi (p value =
0,057). Diharapkan pihak Puskesmas memberikan komunikasi informasi edukasi (KIE) agar
masyarakat meningkatkan kualitas kesehatan agar mengurangi risiko yang dapat menyebabkan
terjadinya konstipasi.

Kata Kunci: Asupan Cairan, Aktivitas Fisik, Asupan Serat, Kejadian Konstipasi

Riwayat Artikel
Diterima : 09 Januari 2019 75
Disetujui : 16 Februari 2019
Dipublikasi : 28 Februari 2019
FIBER INTAKE AND WATER AS A RISK FACTOR FOR
CONSTIPATION IN THE CITY OF BANDA ACEH

ABSTRACT
Constipation is a condition characterized by changes in stool consistency to hard, large size,
decreased frequency or difficulty in defecation. Figures show that around 2.5 million doctor visits
each year are to treat constipation and the number of people suffering from constipation increases
with age. The dietary fiber in the stool can absorb a lot of water, making it stool soft or prevent
constipation. This research is descriptive analytic with a cross sectional study approach. The
sample in this study were 60 people. Data collected were fiber intake, fluid intake and physical
activity collected by interview using food recall and questionnaire. The statistical analysis used
is the Chi-Square Test. The results showed that the prevalence of constipation at Batoh
Community Health Center was 66.7%. The bivariate analysis showed that there was a significant
relationship between fiber intake and the incidence of constipation ( p value = 0.002), there was
a significant correlation between fluid intake and the incidence of constipation ( p value = 0.005),
and there was no significant relationship between physical activity and the incidence of
contipation ( p value = 0.057) . It is expected that the Puskesmas will provide education
information communication (IEC) so that people improve quality of health in order to reduce the
risk that can cause constipation.

Keywords: Constipation Events, Fiber Intake, Physical Activity.

76
PENDAHULUAN fungsional pada mahasiswi gizi UI
Konstipasi merupakan masalah sebesar 52,5%. [4]
yang sering terjadi dan dapat Konsumsi serat masyarakat
menimbulkan masalah serius. Aceh tergolong rendah. Prevalensi
Konstipasi adalah suatu keadaan yang masyarakat Aceh yang kurang
ditandai oleh perubahan konsistensi mengkonsumsi sayur dan buah yaitu
feses menjadi keras, ukuran besar, sekitar 95,9%. Rendahnya konsumsi
penurunan frekuensi atau kesulitan buah dan sayur kurang dari 5 porsi/hari
defekasi. Konstipasi sering ditandai selama 7 hari dalam seminggu
dengan gejala cemas ketika defekasi khususnya pada umur 75 tahun keatas
oleh karena rasa nyeri saat buang air yaitu sebanyak 95,3%.[5] Angka
besar. Konstipasi dapat menimbulkan menunjukkan bahwa sekitar 2,5 juta
stres berat bagi penderita akibat kunjungan ke dokter setiap tahun adalah
ketidaknyamanan.Dampak lain akibat untuk mengobati konstipasi dan jumlah
konstipasi fungsional yakni gangguan orang yang menderita konstipasi
aktivitas seperti kram perut, penurunan meningkat dengan usia. Guna menekan
kualitas hidup melalui produktivitas risiko konstipasi, yang utama adalah
yang menurun. Faktor risiko asupan menjaga pola makan cukup serat dan
serat yang rendah merupakan penyebab perilaku. Usaha pencegahan ini lebih
tersering konstipasi fungsional karena murah dan menjanjikan karena
asupan serat yang rendah dapat kecukupan serat akan membantu
menyebabkan masa feses berkurang, memperlancar proses buang air besar.[6]
dan sulit dibuang.[1] Menurut Jahari dan Sumarno
Angka kejadian konstipasi serat bukanlah zat yang dapat diserap
makin meningkat, di Amerika Serikat oleh usus, namun perannya sangat
tercatat 2-27 % dengan 2,5 juta penting dalam proses pencernaan. Serat
kunjungan ke dokter dan hampir membantu melancarkan pencernaan dan
100.000 perawatan per tahunnya. Setiap bahkan pada mereka yang menderita
tahunnya di Amerika, kira-kira lebih kelebihan asupan gizi, serat dapat
dari 2,5 juta orang pergi ke dokter mencegah atau mengurangi risiko
karena masalah konstipasi. Kontipasi akibat kegemukan. Fungsi serat
biasanya terjadi pada wanita, orang makanan adalah membuat makanan
berusia lanjut, dan anak- anak. Sekitar dapat bertahan lama berada dalam
12% dari populasi penduduk di seluruh lambung. Makanan berserat dapat
dunia mengalami konstipasi. [2] bertahan di dalam lambung sampai 24
Hasil penelitian Claudina dkk jam, sedangkan makanan lain hanya 4
(2018) pada 73 remaja di Semarang usia jam. Fungsi lain dari serat makanan
15-17 tahun didapatkan prevalensi adalah merangsang aktivitas saluran
konstipasi fungsional sebesar 68,5% usus untuk mengeluarkan feses secara
dan ditemukan secara bermakna lebih teratur. Selain itu serat makanan di
besar prevalensi pada subjek yang dalam feses dapat menyerap banyak air,
berusia lebih dari 16 tahun.[3] Penelitian sehingga membuat feses menjadi lunak
Oktaviana dan Setiarini (2013) atau mencegah konstipasi.[7]
didapatkan kejadian konstipasi Penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan kekurangan konsumsi

77
serat adalah konstipasi,kanker kolon, dan dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu
beberapa penyakit-penyakit sistemik kelompok kasus sebanyak 40 sampel
lainnya seperti hiperlipidemia, penyakit dan kelompok kontrol sebanyak 20
kardiovaskular, diabetes dan obesitas.[8] sampel.
Faktor risiko konsumsi serat yang
rendah merupakan penyebab konstipasi Pengumpulan data asupan serat
fungsional karena asupan serat yang rendah diperoleh berdasarkan hasil wawancara
dapat menyebabkan masa feses berkurang, menggunakan form food recall 24 jam
dan sulit dibuang.[1] Penelitian Oktaviana yang dilakukan selama 3 hari secara
(2013) menyatakan ada hubungan tidak berturut-turut. Asupan serat
bermakna antara asupan serat dengan dikelompokan menjadi kurang (< 35
kejadian konstipasi fungsional.[4] gr/hr) dan cukup (>35 gr/hr). Asupan
Penelitian Eva (2015) juga menyatakan cairan dikatagorikan cukup jika ≥ 2
bahwa ketidakcukupan konsentrasi liter/hr dan katagori kurang jika < 2
asupan serat makanan berpengaruh liter/hr. Aktivitas fisik diperoleh
secara signifikan terhadap kejadian melalui wawancara dikelompokkan
konstipasi membuktikan bahwa asupan menjadi ringan (< 50% ) dan berat (≥
serat makanan yang cukup sesuai 50%).
dengan asupan serat makanan dengan Menjawab hipotesis yang
standar kecukupan dapat mengurangi diajukan, maka uji statistik dalam
resiko konstipasi. [9] Beberapa faktor penelitian ini menggunakan Chi-Square
yang mempermudah terjadinya test pada CI:95%. Data disajikan secara
konstipasi pada orang dewasa antara tabular dan tekstular.
lain ,defisiensi serat, kurangnya intake
cairan , aktifitas fisik, rutinitas atau HASIL
perubahan gaya hidup, depresi, Karakteristik sampel penelitian,
penggunaan obat-obatan, gangguan sebagaimana hasil yang disajikan pada
metabolik hiperkalsemia dan hipotyroid [Tabel 1]. menunjukan bahwa secara
[10] keseluruhan sampel yang diperoleh
sebanyak 60 orang terbagi kedalam
kelompok kasus dan kontrol. Terlihat
METODE bahwa, menurut karakteristik jenis
Penelitian ini bersifat deskriptif kelamin sampel lebih didominasi oleh
analitik dengan pendekatan case control berjenis kelamin perempuan yaitu
study untuk menganalisis faktor gizi sebesar 66,7% sedangkan berdasarkan
yang mempengaruhi konstipasi pada di usia, lebih banyak berusia 45-50 tahun
Wilayah kerja Puskesmas Batoh Banda (70,0%), selanjutnya berdasarkan
Aceh yang dilaksanakan pada bulan pekerjaan mayoritas IRT sebesar
Juni tahun 2018 . 50,0%.
Sampel pada penelitian ini Hasil statistik [Tabel.2]
diambil dengan cara purposive diketahui bahwa secara proporsional
sampling dengan kriteria kelompok orang dewasa yang mengalami
kasus da kontrol sebagai berikut : pasien konstipasi 77,8% mempunyai asupan
yang didiagnosa konstipasi (kasus) dan serat yang kurang dan hanya 33,3%
pasien tidak didiagnosa konstipasi yang mempunyai asupan serat cukup.
(kontrol), bersedia menjadi sampel, Hasil uji statistik diperoleh nilai p=
berusia 45 – 65 tahun, tidak 0,015 sehingga pada taraf signifikan
membedakan jenis kelamin. Sampel 95% menunjukan asupan serat
mempunyai hubungan signifikan (p <

78
0,05) dengan kejadian konstipasi. konstipasi . Asupan serat yang cukup
Kurangnya asupan serat mempunyai sesuai dengan kebutuhan, maka
resiko sebesar 1,43kali terhadap konsistensi feses pun akan menjadi
kejadian konstipasi dibandingkan lembut, bervolume dan dapat
dengan orang dewasa di Puskesmas dikeluarkan dengan lancar sehingga
Batoh Banda Aceh yang cukup tidak terjadi konstipasi. Hal ini
mengkonsumsi serat. dikarenakan serat makanan memiliki
Selanjutnya, hasil penelitian kemampuan mengikat air di dalam
tentang hubungan asupan cairan dengan kolon yang membuat volume feses
kejadian konstipasi sebagaimana menjadi lebih besar dan akan
disajikan pada tabel 3. Hasil tersebut merangsang saraf pada rektum yang
mendeskripsikan bahwa sebesar 94,1% kemudian menimbulkan keinginan
orang dewasa yang mengalami untuk defekasi sehingga feses lebih
konstipasi mempunyai asupan cairan mudah dieliminir.13
yang kurang, dan 55,8% lainnya
mempunyai asupan cairan yang cukup. Serat makanan sangat berguna
Uji statistik chi-square menunjukan untuk kesehatan. Salah satu keuntungan
bahwa nilai p= 0,012 dengan nilai odds tersebut adalah untuk mencegah
ratio (OR) yaitu 0,79. Oleh karena itu, konstipasi dengan cara meningkatkan
hasil tersebut menunjukan bahwa berat feses. Masukan serat dianggap
terdapat hubungan bermakna (p < 0,05) cukup apabila buang air besar dapat
antara asupan cairan dengan kejadian dilakukan dengan mudah, tanpa perlu
konstipasi pada orang dewasa di mengejan kuat. Di samping cukup
Puskesmas Batoh Kota Banda Aceh. asupan serat, olahraga teratur juga
sebaiknya dilakukan.14

PEMBAHASAN Hasil analisis bivariat


Hasil penelitian ini menunjukan menunjukan bahwa nilai P (0,005) <
bahwa asupan serat mempunyai 0,005 yang artinya ada hubungan yang
hubungan bermakna dengan kejadian signifikan antara asupan cairan dengan
konstipasi pada orang dewasa di kejadian konstipasi. Asupan cairan
Puskesmas Batoh Kota Banda Aceh. secara parsial memberikan pengaruh
Penelitian ini didukung oleh penelitian terhadap kejadian konstipasi dengan
yang dilakukan oleh Ambarita dkk kekuatan hubungan (Odds ratio) 0,79
(2014) yang menyatakan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95%.
ketidakcukupan konsentrasi asupan Hasil penelitian ini didukung
serat makanan berpengaruh secara oleh penelitian serupa yang pernah
signifikan terhadap kejadian dilakukan oleh Amry (2013)
konstipasi.[11] Rendahnya konsumsi menunjukan bahwa nilai p (0,001) <
serat cenderung meningkatkan 0,005 yang artinya ada hubungan antara
konstipasi. Hasil Penelitian ini juga asupan cairan dengan konstipasi.
sejalan dengan penelitian Wulandari Artinya asupan cairan secara parsial
(2016) menunjukkan bahwa dengan uji memberikan pengaruh terhadap
statistik Rank Spearman didapatkan p = konstipasi. Besar kontribusi yang
0,001, asumsi α = 0,005, hubungan diberikan oleh asupan cairan terhadap
antara asupan makanan berserat dengan konstipasi adalah sebesar 31,8%. Hal ini
terjadinya konstipasi12], peningkatan karena air memiliki peran di dalam
jumlah Obesitas pada an Asupan serat tubuh yaitu membantu kerja organ-
yang cukup dapat mencegah terjadinya organ pencernaan, seperti usus besar

79
yang berfungsi untuk mencegah sedangkan konsumsi cairan yang
konstipasi (susah buang air besar) kurang juga mempunyai resiko sebesar
karena gerakan-gerakan usus menjadi 0,79 kali terhadap kejadian konstipasi
lebih lancar dan feses pun dikeluarkan pada orang dewasa di Puskesmas Batoh
dengan lebih lancar. 15 Kota Banda Aceh.
Salah satu peran air adalah Masalah konstipasi pada orang
memperlancar fungsi pencernaan. Peran dewasa sudah perlu mendapat perhatian
air di dalam tubuh sangat besar karena khusus. Perlu dilakukan penyuluhan
air membantu kerja organ-organ secara kontinyu dan pemeriksaan untuk
pencernaan di seperti usus besar. menghindarkan faktor risiko konstipasi.
Asupan cairan dapat mempengaruhi
terjadinya konstipasi. Cairan terdiri dari
dari air yang diminum dan diperoleh DAFTAR PUSTAKA
dari makanan dan air yang diperoleh 1. Lee, W.T., Ip, K.S., Chan, J.S., Lui,
sebagai hasil metabolisme atau air N.W., Young, B.W. 2008.
metabolik. Air membawa hasil sisa Increased prevalence of
metabolisme akan berperan sebagai constipation in pre-school children
pelumas untuk membantu pergerakkan is attributable to under-
sisa metabolisme bergerak di sepanjang consumption of plant foods: a
kolon. Semakin tubuh membutuhkan air community-based study. J Paediatr
maka semakin besar usahanya untuk Child Health; 44(4) :170-5.
menyerap kembali air yang tersedia di 2. Riskesdas 2013. Laporan hasil
dalam usus. Ketika tubuh kekurangan riset kesehatan dasar (Riskesdas)
air, maka gerak kolon akan semakin Provinsi Aceh. Jakarta. Badan
lambat dan mengakibatkan feses Penelitian dan pengembangan
menjadi lebih kering dan menghasilkan Kesehatan Departemen Kesehatan
feses yang keras sehingga menyebabkan RI; 2013
pengeluaran feses menjadi sulit. Hal
tersebut yang dinamakan konstipasi. 13 3. Claudina, I., Rahayuning, D.,
Rata-rata asupan cairan Kartini, A. Hubungan Asupan Serat
sehari-hari sedikitnya 1,5-2 liter per hari Makanan dan Cairan dengan
atau 7-8 gelas per hari diperlukan untuk Kejadian Konstipasi Fungsional
menjaga dan mempertahankan pada Remaja di SMA Kesatrian 1
konsistensi feses agar lebih Semarang. Jurnal Kesehatan
lunak/lembek. Kecukupan asupan Masyarakat. 2018;6(1):486-495
cairan sedikitnya 2 liter sehari 4. Oktaviana, E.S., Setiarini, A.
diperlukan untuk mempertahankan pola Hubungan Asupan Serat dan
usus dan mempertahankan konsistensi Faktor-faktor lain dengan
dari feses apabila asupan cairan kurang Konstipasi Fungsional pada
maka konsistensi feses akan keras. 15 Mahasiswi Reguler Gizi Fakultas
Kesehatan Masyarakat UI Tahun
2013. Program Studi Gizi Fakultas
KESIMPULAN DAN SARAN
Asupan serat yang kurang dan Kesehatan Masyarakat UI Depok
konsumsi cairan yang kurang pada 5. Utari, D. M., H. Riyadi., Muhilal, dan
orang dewasa dapat merupakan faktor Purwantyastuti. 2011. Jurnal
resiko kejadian konstipasi. Kurangnya Kesehatan Masyarakat Nasional.
asupan serat mempunyai resiko sebesar 5(4) : 166-170.
1,43 kali terhadap kejadian obesitas

80
6. de Carvalho, É. B., Vitolo, M. R., 11. Ambarita EM, Madanijah S, Nurdin
Gama, C. M., Lopez, F. A., Taddei, NM. Hubungan Asupan Serat
J. A. C., & de Morais, M. B. 2006. Makanan dan Air dengan Pola
Fiber intake, constipation, and Defekasi anak Sekolah Dasar di
overweight among adolescents Kota Bogor. J Gizi dan Pangan.
living in Sao Paulo city. Nutrition 2014; 9(1) : 7-14
and Dietetic, 22(7), 744-749.
12. Wulandari M. Hubungan antara
7. Puspamika, DM., Sutiari, NK. Asupan Serat dengan Kejadian
Konsumsi serat pada Anak Sekolah Konstipasi pada Pekerja di PT Tiga
Dasar Kota Denpasar. J Serangkai Surakarta.
Community Health. 2016.Program Studi Ilmu Gizi
2014;II(1):133-140 Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah
8. Kranz, S., Brauchla, M., Slavin, J. Surakarta
L., & Miller, K. B. (2012). What
Do We Know about Dietary Fiber 13. Hidayah, S, N. 2010. Hubungan
Intake in Children and Health? The Asupan Serat, Cairan, Aktifitas
Effects of Fiber Intake on Fisik terhadap Kejadian Yogyakarta
Constipation, Obesity, and (Skripsi), Fakultas Kedokteran
Diabetes in Children. American UGM, Yogyakarta.
Society for Nutrition. Adv. Nutr, 3,
47-53. 14. Amelia, D.K. Sari, Wirjatmadi.
Hubungan aktivitas fisik dengan
9. Eva F. Prevalensi Konstipasi dan Kejadian Konstipasi pada Lansia di
Faktor Risiko Konstipasi pada Kota Madiun. Jurnal Media Gizi
Anak. Program Magister Program indonesia, Januari-Juni 2016, 11(1) :
Studi Ilmu Biomedik Universitas hlm 40-47
Udayana Denpasar; 2015
15. Amry, LY. Analisis Faktor-faktor
10. Oktariyani, 2013. Analisis Praktik Kejadian Konstipasi pada Lanjut
Klinik Keperawatan Kesehatan Usia di Panti Wredha Budhi Dharma
Masyarakat Perkotaan Pada Umbulharjo Yogyakarta. Jurnal
Bapak B Dengan Masalah Surya Medika, Juli 2013, 9(2)
Konstipasi Di Wisma Bungur
Sasana Tresna Werdha Karya
Bhakti Cibubur .Depok .
Universitas Indonesia

81
LAMPIRAN
Tabel [1]. Distribusi Karakteristik Sampel Penelitian di Puskesmas Batoh Banda
Aceh
Karakteristik n %

Umur
45-50 42 70
51-65 18 30
Jenis Kelamin
Laki-laki 20 33,3
Perempuan 40 66,7
Pekerjaan
IRT 30 50.0
Buruh 4 6.7
Pedagang 4 6.7
Swasta 16 26.7
PNS 4 6.7
Pensiunan 2 3.3
Total 60 100

Tabel [2]. Hubungan Asupan Serat dengan Kejadian Konstipasi Pada Orang
Dewasa di Puskesmas Batoh Banda Aceh

Kejadian Konstipasi
Asupan Jumlah OR
Ya Tidak p
Serat CI: 95%
f % f % f %
Kurang 35 77,8 10 22,3 45 100,0
1,43
Cukup 5 33,3 10 66,7 15 100,0 0,002
Jumlah 40 66,7 20 33,3 60 100,0

Tabel [3]. Hubungan Asupan Cairan dengan Kejadian Konstipasi Pada Orang
Dewasa di Puskesmas Batoh Banda Aceh

Kejadian Konstipasi
Asupan Jumlah OR
Ya Tidak p
Cairan CI: 95%
f % f % f %
Kurang 16 94,1 1 5,9 17 100,0
0,79
Cukup 24 55,8 19 44,2 43 100,0 0,005
Jumlah 40 66,7 20 33,3 60 100,0

82

You might also like