Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Fix 2022 New
Jurnal Fix 2022 New
Andi Estetiono¹
¹ Lecture, University Airlangga, Indonesia
andiestetiono@lecture.unair.ac.id
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh modal
sendiri, jumlah UKM, tingkat pendidikan, dan gender terhadap omzet UKM di
Karanganyar, Jawa Tengah dengan variabel pendampingan BPR sebagai variabel
mediasi.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan verifikatif kuantitatif
menggunakan data primer dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling
method berdasarkan kriteria sebanyak 300 responden. Teknik analisis data yang
digunakan Path Analyst dengan menggunakan software SPSS 25.0
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Modal sendiri berpengaruh
langsung terhadap omzet UKM di Karanganyar Jawa Tengah; (2) Jumlah
pinjaman berpengaruh langsung terhadap omzet UKM di Karanganyar Jawa
Tengah; (3) Tingkat pendidikan berpengaruh langsung terhadap omzet UKM di
Karanganyar Jawa Tengah; (4) Gender tidak berpengaruh berpengaruh langsung
terhadap omzet UKM di Karanganyar Jawa Tengah; (5) Modal sendiri
berpengaruh tidak langsung terhadap Omzet UKM melalui Pendampingan BPR di
Karanganyar, Jawa Tengah melalui pendampingan BPR; (6) Jumlah pinjaman
berpengaruh tidak langsung terhadap Omzet UKM melalui Pendampingan BPR di
Karanganyar, Jawa Tengah melalui pendampingan BPR; (7) Tingkat pendidikan
tidak berpengaruh terhadap Omzet UKM melalui Pendampingan BPR di
Karanganyar, Jawa Tengah melalui pendampingan BPR; (8) Gender tidak
berpengaruh terhadap Omzet UKM melalui Pendampingan BPR di Karanganyar,
Jawa Tengah melalui pendampingan BPR.
Kata Kunci : Omzet UKM, Pendampingan BPR, Pertumbuhan Ekonomi
1. PENDAHULUAN
Karanganyar merupakan salah satu kabupaten yang menjadi penyangga Kota
Surakarta, yang memiliki karakteristik umum daerah agraris, sebagian besar
wilayahnya digunakan sebagai lahan pertanian. Di sisi lain dengan semakin
tumbuh berkembangnya perekonomian di Kabupaten Karanganyar, sektor industri
pun juga mulai tumbuh. Industri Garment dan Tekstil cukup banyak berdiri di
Kabupaten Karanganyar terutama di seputaran perbatasan antara Kabupaten
Karanganyar, Kabupaten Sragen dan Kota Surakarta, salah satunya adalah PT.
Kusuma Hadi (Perusahaan tekstil domestik dengan brand nama Danarhadi).
Selain itu juga terdapat beberapa industri hilir lainnya semisal industri pengolahan
bijih plastik dan industri pengemasan teh.
Industri jasa di Kabupaten Karanganyar juga sudah mulai tumbuh. Hal ini
terbukti dengan semakin menjamurnya industri penginapan, "resort" dan
perhotelan di Kabupaten Karanganyar. Bahkan tercatat beberapa hotel berbintang
sudah mulai beroperasi, meskipun tidak tersebar merata di semua kecamatan.
Hotel-hotel yang dapat menjadi referensi pilihan menginap selain di Kota
Surakarta adalah "Hotel Lor In Bandara" (Hotel Bintang 5), "The Alana Hotel and
Convention Center" (Hotel Bintang 4), "The Edelweiss Hideaway Hotel" (Hotel
Bintang 3), "Grand Laguna Hotel and Villa" (Hotel Bintang 3), "Grand Bintang
Hotel" Tawangmangu, "Pondok Indah Resort and Garden", serta sejumlah hotel
dan penginapan lainnya. Industri perbankan sebagai urat nadi perekonomian
sebuah daerah juga telah banyak dibuka dan beroperasi di Kabupetan
Karanganyar misalnya saja BRI, BNI, Bank Mandiri, BCA dan Bank Jateng serta
beberapa perbankan nasional dan Bank Perkreditan Rakyat.
Selain itu di Kabupaten Karanganyar juga tumbuh menjamur perumahan-
perumahan rakyat, baik dalam bentuk perumahan bersubsidi sampai dengan
perumahan mewah dengan model "cluster". Perumahan-perumahan ini tersebar di
beberapa kecamatan yang ada di Karanganyar seperti halnya di kecamatan
Colomadu ada komplek perumahan "Palm Permata", "Grand Aliza" dan "Tiara
Agung" serta di kecamatan Jaten terdapat komplek perumahan "Safira Asri", "Loh
Agung" dan "Griya Adi".
Berdasarkan uraian diatas yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang
sangat bagus di kabupaten Karanganyar dari berbagai sektor, hal ini menjadi
tantangan dalam mewujudkan pembangunan dibidang ekonomi pada masa
pandemik Covid-19 akan semakin berat bila kita tidak melakukan sesuatu
terobosan-terobosan baru terutama sekali dalam mewujudkan dunia usaha yang
tangguh, kuat dan mempunyai daya saing guna memperkokoh suatu usaha dan
tentunya berdampak pada produktivitas usaha para pelaku UMKM. Maka
Bimbingan atau fasilitator akan memperkuat Sumber Daya Manusia didalam
mendorong pengembangan usaha yang penuh inovasi dan kreatif.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman dalam memberikan konsultasi atau
pendampingan terdapat beberapa jenis kendala atau permasalahan yang sering
dikeluhkan oleh UMKM masa pandemik Covid-19 ini, yaitu:
a. Dimasa pandemik Covid-19 ini kualitas Sumber Daya Manusia UMKM
semakin menurun serta minimnya pengetahuan dan kompetensi
kewirausahaan mengakibatkan rendahnya produktivitas usaha dan tenaga
kerja. Hal tersebut juga tampak pada ketidak mampuan mereka dalam
manajemen usaha, teutama dalam hal tertib pencatatan / pembukuan;
b. Kurangnya inovasi produk UMKM utamanya penguasaan yang berbasis
teknologi, manajemen, informasi dan pasar. Sedangkan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, UMKM memerlukan biaya yang relatif besar apalagi
jika dikelola secara mandiri;
c. UMKM juga masih menghadapi kendala dalam hal akses modal dan
pendanaan. Akibatnya UMKM kesulitan dalam meningkatkan kapasitas
usahanya atau mengembangkan produk-produk yang mampu bersaing.
Sebagian besar UMKM belum cukup tersentuh oleh pelayanan Lembaga
Keuangan Formal (Bank). Sehingga tidak sedikit dari UMKM terpaksa
memanfaatkan Jasa Lembaga Keuangan Mikro yang tradisional meskipun
dengan beban dan resiko yang cukup memberatkan demi mempertahankan
kelangsungan hidup usahanya dimasa pandemik Covid-19 saat ini;
d. Keterbatasan modal merupakan masalah yang melekat pada UMKM dalam
mengembangkan usaha produktifnya. Kebutuhan akan akses pembiayaan
dari Perbankan atau Non Perbankan sangat diharapkan oleh para pelaku
UMKM.
Melihat uraian beberapa permasalahan dan potensi masalah yang mungkin
akan dihadapi oleh UMKM kabupaten Karanganyar di masa yang akan datang
terkait pertumbuhan ekonomi, maka peneliti mengambil judul penelitian
“Pengaruh Mediasi Pendampingan BPR Terhadap Omzet UKM Pada Masa
Pandemi Covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia”.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Omzet UKM
Henry (2004) mengemukakan bahwa omzet penjualan UKM merupakan
salah satu indikator ukuran kinerja keuangan perusahaan. Brigham & Ehrhardt
(2011) berpendapat penjualan adalah sejumlah pembayaran yang dibebankan
kepada pelanggan atas barang yang dijual, baik tunai maupun kredit. Definisi
tersebut menekankan enjualan adalah proses pembebanan sejumlah biaya, baik
tunai maupun kredit kepada pelanggan atas barang atau jasa yang didapatkannya.
Pertumbuhan penjualan merupakan indikator penerimaan pasar atas produk atau
jasa yang dihasilkan, dan pendapatan yang dihasilkan dari penjualan tersebut
digunakan mengukur pertumbuhan penjualan (A. J. Berry, Sweeting, & Goto,
2006; Wren & Storey, 2002). Gitman (2015) menyatakan pertumbuhan penjualan
merupakan variabel yang mempengaruhi struktur modal. Brigham & Ehrhardt
(2011) mengatakan perusahaan dengan penjualan relatif stabil dapat memperoleh
lebih banyak pinjaman, dan menanggung Fixed Cost tinggi dibandingkan
perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Secara umum, pertumbuhan dilihat
sebagai gambaran positif karena menunjukkan kemampuan perusahaan
memperoleh nilai tertentu. Beberapa peneliti menyarankan pertumbuhan
penjualan adalah ukuran kinerja yang paling penting dan terbaik dalam UKM
(Achtenhagen, Naldi, & Melin, 2010; Isaga, 2012), karena pertumbuhan penjualan
adalah indikator kinerja yang lebih akurat dan mudah diakses daripada
pengukuran akuntansi lainnya (Wiklund, 1999). Selain itu, dengan indikator
penjualan, perubahan jangka pendek dan jangka panjang dalam perusahaan dapat
diketahui (Wiklund, 1999).
2.3 Pendidikan
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat, setiap manusia
membutuhkan pendidikan sampai kapan pun dan dimana pun berada. Pendidikan
memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan bukan
saja sangat penting, pendidikan itu sama sekali tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan. baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan bangsa dan
negara.
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat, setiap manusia
membutuhkan pendidikan sampai kapan pun dan dimana pun berada. Pendidikan
memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan bukan
saja sangat penting, pendidikan itu sama sekali tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan. baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan bangsa dan
negara.
Pendidikan lebih dari sekedar pengajaran, karena dalam kenyataannya
pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa atau negara membina dan
mengembangkan kesadaran diri diantara individu-individu, dengan kesadaran
tersebut suatu bangsa atau negara dapat mewariskan kekayaan budaya atau
pemikiran kepada generasi berikutnya. Sehingga menjadi inspirasi bagi mereka di
setiap aspek kehidupan.
Menurut Ahmad dalam Hasbullah (2017:3) “Pendidikan adalah bimbingan
atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”. Menurut
Rousseau dalam Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (2015:69) “Pendidikan adalah
memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita
membutuhkannya pada waktu dewasa”. Selanjutnya menurut Jhon Dewey dalam
Hasbullah (2015:2) “Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-
kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama
manusia”.
Tingkat pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan, yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan
bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. Jenjang pendidikan
sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi.
Dalam penelitian ini yang dimaksud tingkat pendidikan debitur yaitu tingkat
pendidikan formal yang ditempuh dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat
yang paling tinggi, yaitu dari SD, SMP, SMA sampai dengan Perguruan Tinggi.
Biswas & Gupta (2013) dalam risetnya menemukan bahwa latar belakang
pendidikan, penghasilan dan faktor demografis sangat mempengaruhi inklusi
keuangan, karena mereka telah memahami manfaat yang akan diterima (Mahdzan
& Tabiani, 2013); (Seshan & Yang, 2012); (Bhushan & Medury, 2013).
3.2 Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang digunakan sebelum
dilakukannya penelitian (Sugiyono, 2010:84). Berdasarkan gambar kerangka
konsepual diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Diduga ada pengaruh modal Sendiri terhadap omzet UKM pada masa
pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia
H2 : Diduga ada pengaruh jumlah pinjaman terhadap omzet UKM pada masa
pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia
H3 : Diduga ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap omzet UKM pada
masa pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia
H4 : Diduga ada pengaruh gender terhadap omzet UKM pada masa pandemi
covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia
H5 : Diduga variabel pendampingan BPR sebagai variabel mediasi pengaruh
modal sendiri, jumlah pinjaman, tingkat pendidikan, dan gender terhadap
omzet UKM pada masa pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah,
Indonesia
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -26045.429 27478.113 -.948 .344
Gender -1833.971 18665.499 -.005 -.098 .922
Tingkat
20194.349 9818.828 .103 2.057 .041
Pendidikan
Modal Sendiri .231 .028 .778 8.157 .000
Pembiayaan -.069 .023 -.284 -3.041 .003
Coaching 68167.072 32425.549 .101 2.102 .036
a. Dependent Variable: Omzet UKM
Sumber : Data diolah (2022)
Modal
Sendiri
(X1)
P6 = 0.371
P1 = 0.778
Jumlah
P2 = -0.284
Pinjaman P7 = -0.331
(X2)
P9 = 0.029
P4 = -0.005
Gender
(X4)
Beta p value e
Direct Effect Signifikan
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Modal Sendiri terhadap Omzet UKM Pada Masa Pandemi
Covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia
Hasil analisis data dan temuan penelitian menunjukkan bahwa modal sendiri
berpengaruh yang positif terhadap omzet UKM, sehingga dapat dikatakan
hipotesis pertama yang berbunyi “ Diduga ada pengaruh modal Sendiri terhadap
omzet UKM pada masa pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah,
Indonesia” adalah terbukti. Hasil temuan penelitian ini mempunyai makna bahwa
modal sendiri akan memberikan dampak positif terhadap omzet UKM.
Modal (Financial Capital) merupakan dasar dan penentu bagi perusahaan.
Perusahaan kecil tidak membutuhkan banyak modal akan tetapi perusahaan besar
membutuhkan banyak modal, baik dari internal maupun eksternal. Perusahaan
besar banyak mengeluarkan biaya yang digunakan untuk membayar hutang dan
memenuhi kewajiban-kewajiban. Dengan demikian, kebutuhan permodalan
perusahan wajib terpenuhi. (Coad & Pawan, 2012); (Malo & Norus, 2014);
(Robson & Obeng, 2008); serta membatasi kesempatan pemilik dan manajer
dalam mengambil tindakan (untuk akses keuangan) (Wiklund & Shepherd, 2005).
Ketersediaan modal finansial meningkatkan strategi pertumbuhan sumber
daya (Cooper, Gimeno-gascon, & Woo, 1994). Lemahnya sumber daya
disesuaikan dengan kebutuhan strategi dan praktik yang baru, dan pada gilirannya
memungkinkan perusahaan mengejar peluang serta pertumbuhan baru
(Trendowski & Judge, 2008). Banyak penelitian menunjukkan ketersediaan modal
finansial mempengaruhi pertumbuhan dan kinerja perusahaan (Cooper et al.,
1994).
4.3.4 Pengaruh Gender terhadap Omzet UKM Pada Masa Pandemi Covid
19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia
Hasil analisis data dan temuan penelitian menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap omzet UKM pada masa
pandemi covid-19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia, sehingga dapat
dikatakan hipotesis keempat yang berbunyi “Diduga ada pengaruh gender
terhadap omzet UKM pada masa pandemi covid-19 di Karanganyar, Jawa
Tengah, Indonesia” adalah tidak terbukti. Hasil temuan penelitian ini mempunyai
makna bahwa gender debitur UKM belum dapat memberikan dampak terhadap
omzet UKM pada masa pandemi covid-19 di Karanganyar, Jawa Tengah,
Indonesia.
Hal ini tidak sejalan dengan beberapa penelitian Almenberg & Dreber
(2012); Luksander, Béres, Huzdik, & Németh (2014); Atkiinson, A.; Messy
(2013); Brown & Graf (2013); Garwe & Fatoki (2012); Lusardi & Mitchell S.
(2011) yang mengemukakan bahwa gender (jenis kelamin) merupakan faktor
penting dalam pembentukan edukasi keuangan (berpengaruh saat pengambilan
keputusan keuangan), dan dalam penelitiannya menemukan perempuan tidak
terlalu berpendidikan layaknya laki-laki. Pendapat senada diutarakan Bannier &
Neubert (2016); Erichsen (2017); Bottazzi & Lusardi (2016); Grohmann (2016);
Santos & Abreu (2013); Fonseca, Mullen, Zamarro, & Zissimopoulos (2012).
Namun, ketika mengambil keputusan keuangan, perempuan justru lebih tepat dan
berhati-hati akan risiko yang diterima jika dibandingkan dengan laki-laki
(Almenberg & Dreber, 2012).
4.3.5 Pengaruh Modal Sendiri terhadap Omzet UKM Melalui
Pendampingan BPR Pada Masa Pandemi Covid 19 di Karanganyar,
Jawa Tengah, Indonesia
Hasil analisis data dan temuan penelitian menunjukkan bahwa modal
sendiri berpengaruh signifikan secara tidak langsung terhadap omzet UKM pada
masa pandemi covid-19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia, sehingga dapat
dikatakan hipotesis 5.1 yang berbunyi “ Diduga variabel pendampingan BPR
sebagai variabel mediasi pengaruh modal sendiri terhadap omzet UKM pada masa
pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia” adalah terbukti. Hasil
temuan penelitian ini mempunyai makna variabel pendampingan BPR dapat
mediasi pengaruh antara modal sendiri terhadap omzet UKM pada masa pandemi
covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia.
Nthenge & Ringera (2017) menunjukkan hubungan positif pengelolaan
modal kerja; keputusan investasi; keputusan keuangan dengan kinerja keuangan.
Riset ini menunjukkan efek gabungan dari praktik manajemen keuangan
(manajemen modal kerja, keputusan investasi, keputusan keuangan) memiliki
hubungan positif dengan kinerja keuangan. Katerega et al. (2015) menemukan
faktor dasar untuk menentukan keputusan pembiayaan (profesionalisme
manajemen, suku bunga) menjadi prediktor signifikan dari kinerja keuangan.
Kondisi ini menyiratkan manajer UKM harus memiliki rencana bisnis yang jelas,
harus sadar akan kebutuhan pembiayaan (riil) dan menyusun rencana keuangan
dengan baik. Selain itu, akan membawa menghadirkan sikap optimisme dalam
pertumbuhan perusahaan, mendapatkan reputasi yang baik di mata pelanggan dan
pertumbuhan pelanggan usaha.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan, dan kesimpulan, yang
diperoleh, dapat dikembangkan beberapa saran bagi pihak-pihak, yang
berkepentingan dalam penelitian ini. Adapun saran-saran yang dikemukakan,
sebagai berikut:
1. Pengusaha UKM harus memahami finansial literasi dalam pengelolaan modal
sendiri dan berhati-hati sebelum memutuskan mengambil tambahan modal
usaha (terutama modal eksternal), mengingat tingkat suku bunga yang cukup
tinggi dan lemahnya daya beli masyarakat.
2. Pengusaha UKM harus mau membuka diri terhadap perubahan literasi
finansial dan teknologi finansial (fintech) dalam pendampingan BPR pada
para debitur, agar mereka diharapkan lebih kooperatif kepada pihak-pihak
yang ingin membantu, terutama yang melaksanakan penelitian sehingga
terjadi sinergitas untuk mengembangkan kinerja dan omzet UKM di periode
selanjutnya.
3. Lembaga Keuangan (Bank dan Non Bank) diharapkan mampu memberikan
suku bunga yang kompetitif dan persyaratan pinjaman yang lunak bagi UKM.
Salah satu caranya adalah memaksimal program Kredit Usaha Rakyat (KUR)
sehingga target penyerapan pembiayaan UMKM minimal 20% dari total
pembiayaan dapat terpenuhi.
4. Lembaga Keuangan diharapkan lebih edukatif dan selektif dalam mencairkan
kredit baru di tengah kondisi perekonomian yang belum stabil dalam masa
pandemi covid-19 saat ini
DAFTAR PUSTAKA
Almenberg, J., & Dreber, A., (2012). "Gender, stock market participation and
financial literacy". Economics Letters, Elsevier, vol. 137(C), pages 140-
142.
Ahmadi, Abu dan Uhbiyati Nur. 2015. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Bannier, C. E., & Neubert, M. (2016). Gender differences in financial risk taking:
The role of financial literacy and risk tolerance. Economics Letters, 145,
130–135. https://doi.org/10.1016/j.econlet.2016.05.033
Berry, L.L. Wall, E.A. and Carbone, L.P. (2006). “Managing Service Experience
Clues”. Academy of Management Perspectives.
Biswas, S., & Gupta, A. (2013). Financial Inclusion and Financial Literacy: A
Comparative Study in Their Interrelation Between Selected Urban and
Rural Areas in The State of West Bengal. IOSR Journal of Economics and
Finance (IOSR-JEF), e-ISSN: 2321-5933, p-ISSN: 2321-5925., 67–72.
Bhushan, P., & Medury, Y. (2013). Financial literacy and its determinants.
International Journal of Engineering, Business and Enterprise Applications
IJEBEA), 4(2), 155-160.
Bond, S., & Meghir, O. (1994). Company Investment. Fiscal Studies, 15(2), 1–18
Coad, A., & Pawan, J. (2012). Firm growth and barriers to growth among small
firms in India. Small Bus Econ, 383–400. https://doi.org/10.1007/s11187-
011-9318-7
Fonseca, R., Mullen, K. J., Zamarro, G., & Zissimopoulos, J. (2012). What
Explains the Gender Gap in Financial Literacy ? The Role of Household
Decision Making. THE JOURNAL OF CONSUMER AFFAIRS, 46(1),
90–106. https://doi.org/10.1111/j.1745-6606.2011.01221.x
Garwe, D. K., & Fatoki, O. (2012). The impact of gender on SME characteristics
and access to debt finance in South Africa. Development Southern Africa,
29(3), 448–461. https://doi.org/10.1080/0376835X.2012.706040
Hartog, J. J. De, Boogaard, H., Nijland, H., & Hoek, G. (2010). Environmental
health perspectives. ENVIRONMENTAL HEALTH PERSPECTIVES,
118(8), 1109–1116. https://doi.org/10.1289/ehp.0901747
Katerega, Y. N., Ngoma, M., Masaba, A. K., Nangoli, S., & Waswa, Y. (2015).
Financing decision : A vital key to explaining small and medium
enterprises (SMEs) financial performance. Journal of Economics and
International Business Management, Vol. 3(2)(December), 51–58
Luksander, A., Béres, D., Huzdik, K., & Németh, E. (2014). Analysis of the
Factors that Influence the Financial Literacy of Young People Studying in
Higher Education. Public Finance Quarterly, 59(2), 220–241.
Mahdzan, Nurul Shahnaz & Saleh Tabiani. (2013). The Impact Of Financial
Literacy On Individual Saving: An Exploratory Study In The Malaysian
Context. Transformations in Business & Economics, Vol.12, 41-55
Malo, S., & Norus, J. (2014). Growth dynamics of dedicated biotechnology firms
in transition economies . Evidence from the Baltic countries and Poland
Entrepreneurship & Regional Development, 21(August), 481–502.
https://doi.org/10.1080/08985620802332749
Rahmandoust, M., Norouzi, M., Hakimpoor, H., & Khani, N. (2011). TEACHING
FINANCIAL LITERACY TO ENTREPRENEURS FOR SUSTAINABLE
DEVELOPMENT. OIDA International Journal OfSustainable
Development, 02(12). Retrieved from http://www.ssrn.com/link/OIDA-
Intl-JournalSustainable-Dev.html
Robson, P. J. A., & Obeng, B. A. (2008). The Barriers to Growth in Ghana. Small
Business Economics, 30, 385–403. https://doi.org/10.1007/s11187-007-
9046-1
Santos, E., & Abreu, M. (2013). Financial Literacy , Financial Behaviour and
Individuals ’Over-indebtedness.
Smith, C.W., Jr. 1990. ”Corporate Risk Management : Theory and Practice”.
Journal De-rivatieves, Vol. 2, No. 4, Page 21-30
Trendowski, J., & Judge, W. (2008). The Theory of the Growth of the Firm , by
Edith T . Penrose . Oxford : Blackwell , 1959 ( Book Review ).
Management Faculty Publications, 33(4), 1026–1028.
Wilkinson, T., & Brouthers, L. E. (2006). Trade promotion and SME export
performance. International Business Review, 15(3), 233–252.
https://doi.org/10.1016/j.ibusrev.2006.03.001