You are on page 1of 37

PENGARUH MEDIASI PENDAMPINGAN BPR TERHADAP OMZET

USAHA UKM DI KARANGANYAR, JAWA TENGAH

Andi Estetiono¹
¹ Lecture, University Airlangga, Indonesia
andiestetiono@lecture.unair.ac.id

Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh modal
sendiri, jumlah UKM, tingkat pendidikan, dan gender terhadap omzet UKM di
Karanganyar, Jawa Tengah dengan variabel pendampingan BPR sebagai variabel
mediasi.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan verifikatif kuantitatif
menggunakan data primer dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling
method berdasarkan kriteria sebanyak 300 responden. Teknik analisis data yang
digunakan Path Analyst dengan menggunakan software SPSS 25.0
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Modal sendiri berpengaruh
langsung terhadap omzet UKM di Karanganyar Jawa Tengah; (2) Jumlah
pinjaman berpengaruh langsung terhadap omzet UKM di Karanganyar Jawa
Tengah; (3) Tingkat pendidikan berpengaruh langsung terhadap omzet UKM di
Karanganyar Jawa Tengah; (4) Gender tidak berpengaruh berpengaruh langsung
terhadap omzet UKM di Karanganyar Jawa Tengah; (5) Modal sendiri
berpengaruh tidak langsung terhadap Omzet UKM melalui Pendampingan BPR di
Karanganyar, Jawa Tengah melalui pendampingan BPR; (6) Jumlah pinjaman
berpengaruh tidak langsung terhadap Omzet UKM melalui Pendampingan BPR di
Karanganyar, Jawa Tengah melalui pendampingan BPR; (7) Tingkat pendidikan
tidak berpengaruh terhadap Omzet UKM melalui Pendampingan BPR di
Karanganyar, Jawa Tengah melalui pendampingan BPR; (8) Gender tidak
berpengaruh terhadap Omzet UKM melalui Pendampingan BPR di Karanganyar,
Jawa Tengah melalui pendampingan BPR.
Kata Kunci : Omzet UKM, Pendampingan BPR, Pertumbuhan Ekonomi
1. PENDAHULUAN
Karanganyar merupakan salah satu kabupaten yang menjadi penyangga Kota
Surakarta, yang memiliki karakteristik umum daerah agraris, sebagian besar
wilayahnya digunakan sebagai lahan pertanian. Di sisi lain dengan semakin
tumbuh berkembangnya perekonomian di Kabupaten Karanganyar, sektor industri
pun juga mulai tumbuh. Industri Garment dan Tekstil cukup banyak berdiri di
Kabupaten Karanganyar terutama di seputaran perbatasan antara Kabupaten
Karanganyar, Kabupaten Sragen dan Kota Surakarta, salah satunya adalah PT.
Kusuma Hadi (Perusahaan tekstil domestik dengan brand nama Danarhadi).
Selain itu juga terdapat beberapa industri hilir lainnya semisal industri pengolahan
bijih plastik dan industri pengemasan teh.
Industri jasa di Kabupaten Karanganyar juga sudah mulai tumbuh. Hal ini
terbukti dengan semakin menjamurnya industri penginapan, "resort" dan
perhotelan di Kabupaten Karanganyar. Bahkan tercatat beberapa hotel berbintang
sudah mulai beroperasi, meskipun tidak tersebar merata di semua kecamatan.
Hotel-hotel yang dapat menjadi referensi pilihan menginap selain di Kota
Surakarta adalah "Hotel Lor In Bandara" (Hotel Bintang 5), "The Alana Hotel and
Convention Center" (Hotel Bintang 4), "The Edelweiss Hideaway Hotel" (Hotel
Bintang 3), "Grand Laguna Hotel and Villa" (Hotel Bintang 3), "Grand Bintang
Hotel" Tawangmangu, "Pondok Indah Resort and Garden", serta sejumlah hotel
dan penginapan lainnya. Industri perbankan sebagai urat nadi perekonomian
sebuah daerah juga telah banyak dibuka dan beroperasi di Kabupetan
Karanganyar misalnya saja BRI, BNI, Bank Mandiri, BCA dan Bank Jateng serta
beberapa perbankan nasional dan Bank Perkreditan Rakyat.
Selain itu di Kabupaten Karanganyar juga tumbuh menjamur perumahan-
perumahan rakyat, baik dalam bentuk perumahan bersubsidi sampai dengan
perumahan mewah dengan model "cluster". Perumahan-perumahan ini tersebar di
beberapa kecamatan yang ada di Karanganyar seperti halnya di kecamatan
Colomadu ada komplek perumahan "Palm Permata", "Grand Aliza" dan "Tiara
Agung" serta di kecamatan Jaten terdapat komplek perumahan "Safira Asri", "Loh
Agung" dan "Griya Adi".
Berdasarkan uraian diatas yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang
sangat bagus di kabupaten Karanganyar dari berbagai sektor, hal ini menjadi
tantangan dalam mewujudkan pembangunan dibidang ekonomi pada masa
pandemik Covid-19 akan semakin berat bila kita tidak melakukan sesuatu
terobosan-terobosan baru terutama sekali dalam mewujudkan dunia usaha yang
tangguh, kuat dan mempunyai daya saing guna memperkokoh suatu usaha dan
tentunya berdampak pada produktivitas usaha para pelaku UMKM. Maka
Bimbingan atau fasilitator akan memperkuat Sumber Daya Manusia didalam
mendorong pengembangan usaha yang penuh inovasi dan kreatif.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman dalam memberikan konsultasi atau
pendampingan terdapat beberapa jenis kendala atau permasalahan yang sering
dikeluhkan oleh UMKM masa pandemik Covid-19 ini, yaitu:
a. Dimasa pandemik Covid-19 ini kualitas Sumber Daya Manusia UMKM
semakin menurun serta minimnya pengetahuan dan kompetensi
kewirausahaan mengakibatkan rendahnya produktivitas usaha dan tenaga
kerja. Hal tersebut juga tampak pada ketidak mampuan mereka dalam
manajemen usaha, teutama dalam hal tertib pencatatan / pembukuan;
b. Kurangnya inovasi produk UMKM utamanya penguasaan yang berbasis
teknologi, manajemen, informasi dan pasar. Sedangkan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, UMKM memerlukan biaya yang relatif besar apalagi
jika dikelola secara mandiri;
c. UMKM juga masih menghadapi kendala dalam hal akses modal dan
pendanaan. Akibatnya UMKM kesulitan dalam meningkatkan kapasitas
usahanya atau mengembangkan produk-produk yang mampu bersaing.
Sebagian besar UMKM belum cukup tersentuh oleh pelayanan Lembaga
Keuangan Formal (Bank). Sehingga tidak sedikit dari UMKM terpaksa
memanfaatkan Jasa Lembaga Keuangan Mikro yang tradisional meskipun
dengan beban dan resiko yang cukup memberatkan demi mempertahankan
kelangsungan hidup usahanya dimasa pandemik Covid-19 saat ini;
d. Keterbatasan modal merupakan masalah yang melekat pada UMKM dalam
mengembangkan usaha produktifnya. Kebutuhan akan akses pembiayaan
dari Perbankan atau Non Perbankan sangat diharapkan oleh para pelaku
UMKM.
Melihat uraian beberapa permasalahan dan potensi masalah yang mungkin
akan dihadapi oleh UMKM kabupaten Karanganyar di masa yang akan datang
terkait pertumbuhan ekonomi, maka peneliti mengambil judul penelitian
“Pengaruh Mediasi Pendampingan BPR Terhadap Omzet UKM Pada Masa
Pandemi Covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia”.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Omzet UKM
Henry (2004) mengemukakan bahwa omzet penjualan UKM merupakan
salah satu indikator ukuran kinerja keuangan perusahaan. Brigham & Ehrhardt
(2011) berpendapat penjualan adalah sejumlah pembayaran yang dibebankan
kepada pelanggan atas barang yang dijual, baik tunai maupun kredit. Definisi
tersebut menekankan enjualan adalah proses pembebanan sejumlah biaya, baik
tunai maupun kredit kepada pelanggan atas barang atau jasa yang didapatkannya.
Pertumbuhan penjualan merupakan indikator penerimaan pasar atas produk atau
jasa yang dihasilkan, dan pendapatan yang dihasilkan dari penjualan tersebut
digunakan mengukur pertumbuhan penjualan (A. J. Berry, Sweeting, & Goto,
2006; Wren & Storey, 2002). Gitman (2015) menyatakan pertumbuhan penjualan
merupakan variabel yang mempengaruhi struktur modal. Brigham & Ehrhardt
(2011) mengatakan perusahaan dengan penjualan relatif stabil dapat memperoleh
lebih banyak pinjaman, dan menanggung Fixed Cost tinggi dibandingkan
perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Secara umum, pertumbuhan dilihat
sebagai gambaran positif karena menunjukkan kemampuan perusahaan
memperoleh nilai tertentu. Beberapa peneliti menyarankan pertumbuhan
penjualan adalah ukuran kinerja yang paling penting dan terbaik dalam UKM
(Achtenhagen, Naldi, & Melin, 2010; Isaga, 2012), karena pertumbuhan penjualan
adalah indikator kinerja yang lebih akurat dan mudah diakses daripada
pengukuran akuntansi lainnya (Wiklund, 1999). Selain itu, dengan indikator
penjualan, perubahan jangka pendek dan jangka panjang dalam perusahaan dapat
diketahui (Wiklund, 1999).

2.2 Modal dan Pinjaman


Modal awal UKM umumnya berasal dari modal sendiri atau bisa dari
sumber informal lainnya. Pada kenyataannya sumber permodalan ini sering tidak
cukup untuk membiayai kegiatan produksi apalagi untuk kebutuhan investasi
(perluasan kapasitas produksi atau menggantikan mesin-mesin lama). Banyaknya
pesaing yang memiliki kekuatan besar (dalam hal permodalan) merupakan faktor
penghambat lain pertumbuhan UKM, karena kekuatan besar dalam permodalan
akan meningkatan pertumbuhan UKM dan menghasilkan output yang tinggi.
Output yang tinggi akan berbanding lurus dengan omzet yang dihasilkan,
sehingga UKM akan berekspansi lebih luas lagi dan mendorong terciptanya
lapangan pekerjaan.
Modal terbagi menjadi modal Aktif (Debet) dan modal Pasif (Kredit).
Struktur modal merupakan perbandingan komposisi antara modal asing
(eksternal) serta modal sendiri (internal). Modal asing (eksternal) adalah hutang
(jangka panjang dan jangka pendek) yang penggunaannya untuk membiayai
modal kerja dan investasi perusahaan. Modal sendiri (internal) terbagi atas laba
ditahan, tabungan pribadi dan penyertaan pada kepemilikan perusahaan. Struktur
modal merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pengambilan
keputusan keuangan.
Modal merupakan hak pemilik perusahaan, dan tercatat pada neraca pada
sisi modal (saham, keuntungan dan laba ditahan, dan kelebihan nilai perusahaan)
pada total hutangnya. Brigham & Ehrhardt (2011) mengemukakan modal
merupakan pembelanjaan dari luar perusahaan yang dikelompokkan dalam dua
jenis yaitu hutang dan ekuitas. Modal kerja pada dasarnya merupakan dana yang
dibutuhkan untuk membiayai aktivitas perusahaan. Modal kerja selalu menjadi
perhatian perusahaan besar. Modal kerja perusahaan dikelola sedemikian rupa,
dan hasilnya secara signifikan mempengaruhi kinerja keuangan dan kelangsungan
hidup perusahaan (Kingyens, Paradi, & Tam, 2016).
Brigham & Ehrhardt (2011) mengemukakan pengertian struktur modal
sebagai berikut : “The firm’s mixture of debt and equity is called its capital
structure. The capital structure decisions include a firm’s choice of target capital
structure, the average maturity of its debt, and the specific sources of financing it
chooses at any particular time. Managers should make capital structure decisions
designed to maximize the Firm’s value”. Struktur modal adalah penggambaran
mix atas pinjaman dan modal yang digunakan perusahaan untuk menjalankan
aktivitas keuangan (Gitman, 2015).
Manajemen modal kerja menjadi fungsi yang sangat strategis di
perusahaan (Baños-caballero, García-teruel, & Martínez-solano, 2013).
Pengelolaan modal kerja perusahaan merupakan bagian penting dalam
pengelolaan keuangan. Bidang ini dapat mencakup keputusan tentang jumlah dan
kombinasi aset lancar dan bagaimana cara untuk membiayainya. Proses
pengelolaan modal kerja mencakup keputusan mengenai berbagai aspek investasi
tunai, pemeliharaan persediaan pada tingkat tertentu serta pengelolaan piutang dan
hutang. Tujuan utama pengelolaan modal kerja adalah untuk menjaga
keseimbangan optimal antara setiap komponen modal kerja (Gitman, 2015).
Pengelolaan modal kerja meliputi pengelolaan kas, piutang, persediaan dan
hutang. Seiring dampak likuiditas, kebijakan modal kerja perusahaan akan
berimplikasi pada profitabilitas (A. J. Smith, 1990). Kebijakan pengelolaan modal
kerja yang ketat akan menyebabkan krisis likuiditas, sementara jika terlalu bebas
dapat menurunkan profitabilitas perusahaan. Kebijakan kredit yang liberal dapat
meningkatkan penjualan, namun sebagai akibatnya kredit bermasalah diasumsikan
akan meningkat; Sebaliknya, kebijakan kredit yang ketat akan berdampak negatif
terhadap tingkat penjualan perusahaan.

2.3 Pendidikan
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat, setiap manusia
membutuhkan pendidikan sampai kapan pun dan dimana pun berada. Pendidikan
memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan bukan
saja sangat penting, pendidikan itu sama sekali tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan. baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan bangsa dan
negara.
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat, setiap manusia
membutuhkan pendidikan sampai kapan pun dan dimana pun berada. Pendidikan
memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan bukan
saja sangat penting, pendidikan itu sama sekali tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan. baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan bangsa dan
negara.
Pendidikan lebih dari sekedar pengajaran, karena dalam kenyataannya
pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa atau negara membina dan
mengembangkan kesadaran diri diantara individu-individu, dengan kesadaran
tersebut suatu bangsa atau negara dapat mewariskan kekayaan budaya atau
pemikiran kepada generasi berikutnya. Sehingga menjadi inspirasi bagi mereka di
setiap aspek kehidupan.
Menurut Ahmad dalam Hasbullah (2017:3) “Pendidikan adalah bimbingan
atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”. Menurut
Rousseau dalam Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (2015:69) “Pendidikan adalah
memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita
membutuhkannya pada waktu dewasa”. Selanjutnya menurut Jhon Dewey dalam
Hasbullah (2015:2) “Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-
kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama
manusia”.
Tingkat pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan, yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan
bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. Jenjang pendidikan
sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi.
Dalam penelitian ini yang dimaksud tingkat pendidikan debitur yaitu tingkat
pendidikan formal yang ditempuh dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat
yang paling tinggi, yaitu dari SD, SMP, SMA sampai dengan Perguruan Tinggi.
Biswas & Gupta (2013) dalam risetnya menemukan bahwa latar belakang
pendidikan, penghasilan dan faktor demografis sangat mempengaruhi inklusi
keuangan, karena mereka telah memahami manfaat yang akan diterima (Mahdzan
& Tabiani, 2013); (Seshan & Yang, 2012); (Bhushan & Medury, 2013).

2.4 Jenis Kelamin


Menurut Hungu (2016:43) jenis kelamin adalah perbedaan antara
perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seorang itu dilahirkan.
Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat
dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap dengan laki-laki dan
perempuan yang ada di muka bumi. Seperti pada fakta lapangan yang sering kita
temui saat ini, banyak sekali tenaga kerja bagian lapangan pada umumnya
didominasi oleh laki-laki, sedangkan pada bagian kantor suatu perusahaan pada
umumnya didominasi oleh wanita. Hal tersebut bukanlah merupakan suatu
kebetulan, melainkan adanya berbagai macam pertimbangan yang dilakukan oleh
sebuah perusahaan berkaitan dengan spesifikasi dari masing-masing gender atau
jenis kelamin. Faktor jenis kelamin ikut menentukan tingkat partsipasi dan
produktivitas seseorang dalam bekerja. Tenaga kerja pada dasarnya tidak dapat
dibedakan berdasarkan pada jenis kelamin. Tetapi pada umumnya laki-laki akan
lebih produktif untuk pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik. Namun dalam
keadaan tertentu kadang produktivitas perempuan bisa lebih tinggi daripada laki-
laki, dikarenakan perempuan lebih teliti, sabar, dan tekun.

2.5 Kajian Penelitian Yang Relevan


The first research conducted by Baños-Caballero, S., García-Teruel, P.J. &
Martínez-Solano, P. (2013) by title “The speed of adjustment in working capital
requirement”. This paper analyzes the determinants of working capital
requirement and examines the speed with which firms adjust toward their target
working capital requirement. The findings indicate that firms adjust relatively
quickly, which supports the hypothesis that current balance sheet items are easier
to manipulate and could be changed quite easily, even in the short run. Moreover,
we find that the speed of adjustment is not equal across all firms and varies
according to their external finance constraints and their bargaining power. Firms
with better access to external capital markets and greater bargaining power adjust
faster due to their lower costs of adjustment.
The second previous journal research by Garwe, D. K., & Fatoki, O.
(2012) by title “The impact of gender on SME characteristics and access to
debt finance in South Africa”, This study aimed to determine whether South
African small and medium enterprises (SMEs) are affected by gender differences
in demand for debt and its availability. It also looked at whether there are gender
differences in the firm and entrepreneurial characteristics of SMEs. The study was
conducted by means of a survey using a self-administered questionnaire and
statistical analyses that included descriptive statistics, a t-test and a logistic
regression. Significant gender differences were found in SMEs' demand for debt
finance but only insignificant differences in availability. The findings also
revealed significant gender differences in some of the firm and entrepreneurial
characteristics of SMEs. It appears that for SME owners in South Africa gender
differences exist in the demand for debt finance but not in its availability. The
policy recommendation is that commercial banks, government agencies and non-
governmental organisations should aim to help and encourage female SME
owners to apply for debt finance.
The third previous journal research by Grohmann, A. (2016) by title “The
gender gap in financial literacy: income, education, and experience offer only
partial explanations”, In most countries, women have a lower level of financial
literacy than men on average. This report demonstrates that differences in income
and education and less experience in financial matters only provide a partial
explanation for the gender gap. Data from various countries show that cultural
differences may also play a role. In order to close the gender gap in financial
literacy, schools should do a better job of imparting general knowledge and
numerical proficiency. Lessons on the subject of finance must attempt to involve
girls so they learn to view financial matters as part of “their job” from an early
age. Overall gender equality would also narrow the gender gap in financial
literacy
3. METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian dan kajian pustaka yang telah dijelaskan pada
bab sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai
berikut:

Gambar 1 Kerangka Konseptual

3.2 Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang digunakan sebelum
dilakukannya penelitian (Sugiyono, 2010:84). Berdasarkan gambar kerangka
konsepual diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Diduga ada pengaruh modal Sendiri terhadap omzet UKM pada masa
pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia
H2 : Diduga ada pengaruh jumlah pinjaman terhadap omzet UKM pada masa
pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia
H3 : Diduga ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap omzet UKM pada
masa pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia
H4 : Diduga ada pengaruh gender terhadap omzet UKM pada masa pandemi
covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia
H5 : Diduga variabel pendampingan BPR sebagai variabel mediasi pengaruh
modal sendiri, jumlah pinjaman, tingkat pendidikan, dan gender terhadap
omzet UKM pada masa pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah,
Indonesia

3.3 Pendekatan Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan pendekatan verifikatif kuantitatif,
Hal ini sejalan dengan pendapat Nasir (2018) penelitian verifikatif yang
menjelaskan metode penelitian yang dirancang untuk mengetahui kausalitas sebab
akibat antar variabel melalui pengujian hipotesis yang dihitung secara statistik
untuk memperoleh bukti bahwa hipotesis ditolak atau diterima. Jadi desain
penelitian yang tepat dalam studi mengenai “Pengaruh Mediasi Pendampingan
BPR dalam Hubungan Modal Sendiri, Jumlah Pinjaman, Tingkat Pendidikan dan
Jenis Kelamin dengan Omzet UKM Pada Masa Pandemi Covid 19 di
Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia” adalah model analisis jalur yang
digunakan untuk mempelajari efek langsung (direct effect) dan efek tidak
langsung (indirect effect) dari variabel yang diteliti.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian ini berlokasi di daerah Karanganyar, Jawa Tengah.
Waktu penelitian mulai bulan Januari 2022 sampai dengan bulan Maret 2022.

3.5 Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Debitur BDK di Karanganyar,
Jawa Tengah. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
non probability sampling (pusposive sampling), merupakan salah satu tehnik
pengambilan sampel yang artinya tehnik pengambilan sampel secara sengaja
(purposive) berdasarkan kriteria tertentu dari penulis. Peneliti menentukan sendiri
sampel yang diambil karena ada pertimbangan atau kriteria tertentu yang terkait
dengan penelitian. Kriterianya sebagai berikut :
1. Debitur BDK yang aktif dalam 2 tahun terakhir.
2. Debitur BDK yang macet selama 3 bulan
3. Debitur yang bersedia jadi responden dalam penelitian ini.
Jadi sampel dalam penelitian ada sebanyak 300 debitur BDK yang telah
memenuhi kriteria sampel.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi berupa data sekunder debitur terkait jumlah modal sendiri, pinjaman,
tingkat pendidikan, gender, pendampingan BPR dan Omzet UKM.

3.6 Teknik Analisis Data


Analisis yang digunakan untuk menjawab pengujian hipotesis
menggunakan analisis jalur (Path Analysis). Analisis Jalur (Path Analysis)
merupakan pengembangan dari analisis regresi linear berganda yaitu penggunaan
analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel yang telah
ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori (Ghozali, 2018:245). Hal ini diperjelas
dengan pendapat Sugiyono (2013:46) yang mengemukakan dalam penelitian
analisis jalur terdiri tiga macam variabel yaitu : (1) variabel bebas (independent),
(2) variabel terikat (dependent), dan (3) variabel mediasi (intervening). Disebut
analisis jalur karena dalam pengujiannya terdapat variabel intervening digunakan
untuk mengetahui pengaruh tak langsung (inderect effect).

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan


4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Hasil deskriptif instumen dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1,
sebagai berikut :
Tabel 4.1
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Modal Sendiri 300 2000 5000000 267443.33 618503.528
Pinjaman 300 5000 9000000 277693.33 759131.958
Omzet UKM 300 2500 2500000 74671.33 183744.701
Valid N (listwise) 300
Sumber : Data diolah (2022)

Berdasarkan data pada Tabel 1 bahwa variabel modal sendiri (X1)


memiliki nilai minimum sebesar Rp. 2.000.000,-, nilai maksimum sebesar Rp.
5.000.000.000,- dan nilai mean sebesar Rp. 267,443,333.43 Hal ini berarti bahwa
dari 300 debitur BDK yang digunakan sampel pada penelitian dapat dinyatakan
bahwa debitur BDK dengan jumlah modal sendiri yang terendah sebesar Rp Rp.
2.000.000,- dan modal sendiri tertinggi sebesar Rp. 5.000.000.000,- dan rata-rata
modal sendiri sebesar Rp. 267,443,333.43.
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa variabel jumlah pinjaman (X2)
memiliki nilai minimum sebesar Rp. 5.000.000,-, nilai maksimum sebesar Rp.
9.000.000.000,- dan nilai mean sebesar Rp. 277,693,333.33 Hal ini berarti bahwa
dari 300 debitur BDK yang digunakan sampel pada penelitian dapat dinyatakan
bahwa debitur BDK dengan jumlah pinjaman yang terendah sebesar Rp.
5.000.000,- dan pinjaman tertinggi sebesar Rp. 9.000.000.000,- dan rata-rata
pinjaman sebesar Rp. 267,443,333.43.
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa variabel Omzet UKM (Y)
memiliki nilai minimum sebesar Rp. 2.500.000,-, nilai maksimum sebesar Rp.
2.500.000.000,- dan nilai mean sebesar Rp. 74,671,333.33 Hal ini berarti bahwa
dari 300 debitur BDK yang digunakan sampel pada penelitian dapat dinyatakan
bahwa debitur BDK dengan Omzet UKM yang terendah sebesar Rp. 2.500.000,-
dan pinjaman tertinggi sebesar Rp. 2.500.000.000,- dan rata-rata pinjaman sebesar
Rp. 74,671,333.33.
Tabel 2
Tingkat Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 47 15.7 15.7 15.7
SMP 59 19.7 19.7 35.3
SMA Sederajat 143 47.7 47.7 83.0
Diploma -S1-S2-S3 51 17.0 17.0 100.0
Total 300 100.0 100.0
Sumber : Data diolah (2022)
Berdasarkan data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa variabel Tingkat
Pendidikan (X3) menunjukkan bahwa mayoritas para debitur BDK dalam industri
UKM memiliki tingkat pendidikan SMA sederajat sebanyak 47.7%, Sedangkan
paling sedikit memiliki tingkat pendidikan SD sebanyak 15.7%.
Tabel 3
Gender
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Wanita 103 34.3 34.3 34.3
Pria 197 65.7 65.7 100.0
Total 300 100.0 100.0
Sumber : Data diolah (2022)
Berdasarkan data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel Gender (X4)
menunjukkan bahwa pria ada sebanyak 197 orang, Sedangkan wanita ada
sebanyak 103 orang. Hal ini berarti bahwa gender pria yang lebih dominan dalam
wanita dalam industri UKM.
Tabel 3
Gender
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Wanita 103 34.3 34.3 34.3
Pria 197 65.7 65.7 100.0
Total 300 100.0 100.0
Sumber : Data diolah (2022)
Berdasarkan data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel Gender (X4)
menunjukkan bahwa pria ada sebanyak 197 orang, Sedangkan wanita ada
sebanyak 103 orang. Hal ini berarti menunjukkan gender pria yang lebih dominan
dalam wanita dalam industri UKM.
Tabel 4
Pendampingan BPR
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Ada pendampingan 276 92.0 92.0 92.0
Ada pendampingan 24 8.0 8.0 100.0
Total 300 100.0 100.0
Sumber : Data diolah (2022)
Berdasarkan data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 300 orang debitur
dalam industri UKM dalam penelitian ini menunjukkan mayoritas tidak ada
pendampingan dari BPR ada sebanyak 92.0% dari 300 orang, Sedangkan yang
memiliki pendampingan BPR ada sebanyak 8.0% dari 300 orang.
Tabel 5
Omzet UKM Berdasarkan Gender
Gender N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Omzet UKM Wanita 103 45553.40 87047.511 8577.046

Pria 197 89895.43 216524.056 15426.700


Sumber : Data diolah (2022)
Berdasarkan data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 300 orang debitur
dalam industri UKM dalam penelitian ini menunjukkan gender pria memiliki
omzet UKM sebesar Rp. 89,895,430,-; Sedangkan gender perempuan memiliki
omzet UKM sebesar Rp. 45.553.400,-. Hal ini berarti bahwa gender pria yang
memiliki omzet UKM lebih dominan dari omzet UKM wanita.
Tabel 6
Omzet UKM Berdasarkan Pendampingan BPR
Coaching N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Omzet UKM Tidak Ada pendampingan 276 67512.32 121765.360 7329.413
Ada pendampingan 24 157000.00 503927.358 102863.741
Sumber : Data diolah (2022)
Berdasarkan data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 300 orang debitur
dalam industri UKM dalam penelitian ini menunjukkan debitur dengan
pendampingan BPR memiliki omzet UKM sebesar Rp. 157,000,000-; Sedangkan
debitur tanpa pendampingan BPR memiliki omzet UKM sebesar Rp. 67,512,320,-
Hal ini berarti bahwa debitur dengan pendampingan BPR memiliki omzet UKM
lebih baik daripada tanpa pendampingan BPR.
Tabel 7
Omzet UKM Berdasarkan Tingkat Pendidikan
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Lower Upper
N Mean Deviation Std. Error Bound Bound Minimum Maximum
SD 47 32053.19 123261.397 17979.523 -4137.71 68244.09 2500 850000
SMP 59 33830.51 44343.546 5773.038 22274.52 45386.50 5000 320000
SMA Sederajat 143 65510.49 106833.052 8933.829 47850.00 83170.98 3500 750000
Diploma -S1-
51 186880.39 369413.814 51728.281 82981.08 290779.70 4000 2500000
S2-S3
Total 300 74671.33 183744.701 10608.505 53794.54 95548.13 2500 2500000
Sumber : Data diolah (2022)
Berdasarkan data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 300 orang debitur
dalam industri UKM dalam penelitian ini menunjukkan debitur dengan tingkat
pendidikan SD memiliki omzet UKM sebesar Rp. 32,053,190-; Debitur dengan
tingkat pendidikan SMP memiliki omzet UKM sebesar Rp. 33,830,510,- Debitur
dengan tingkat pendidikan SMA memiliki omzet UKM sebesar Rp. 65,510,490,-
Sedangkan Debitur dengan tingkat pendidikan SMA memiliki omzet UKM
sebesar Rp. 186,880,390,-. Hal ini berarti bahwa tingkat pendidikan debitur dalam
penelitian linear dengan omzet UKM.
4.2 Path Analysis
Analisis jalur (Path Analysis) digunakan untuk menguji pengaruh variabel
intervening. Ghozali (2018:247) berpendapat bahwa analisis jalur merupakan
perluasan dari analisis regresi linear berganda, atau analisis jalur Teknik
menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi jika variabel bebasnya
mempengaruhi variabel terikat secara langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan hasil dari koefisien jalur pada hipotesis penelitian, maka dapat
dijelaskan hubungan kausal antar variabel modal sendiri (X1), jumlah pinjaman
(X2), tingkat pendidikan (X3), dan gender (X4), pendampingan BPR (Z) dan
Omzet UKM (Y).
1. Pengaruh Langsung (Direct Effect)
Pengaruh langsung adalah pengaruh dari suatu variabel bebas terhadap
variabel tak bebas. Pengaruh langsung (Direct Effect) terdiri dari pengaruh
langsung sub-struktural dan pengaruh langsung struktural.
Pengaruh langsung sub-struktural merupakan pengaruh variabel bebas
terhadap variabel mediasi atau intervening. Sedangkan pengaruh langsung
struktural merupakan pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas.
Pengaruh Langsung Sub-Struktural
Pengaruh langsung sub-struktrual dalam penelitian adalah menganalisis
Pengaruh Modal Sendiri, Jumlah Pinjaman, Tingkat Pendidikan dan Gender
terhadap Pendampingan BPR. Hasil analisis regresi pengaruh modal sendiri,
jumlah pinjaman, gender, dan tingkat pendidikan terhadap pendampingan
BPR, dapat dilihat pada Tabel 8, sebagai berikut
Tabel 8
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .237a .056 .044 .266
a. Predictors: (Constant), Pembiayaan, Gender, Tingkat Pendidikan, Modal
Sendiri
b. Dependent Variable: Coaching
Sumber : Data diolah (2022)

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui nilai R12 = 0.056 maka,


e12 (
= 1− R2 )
= (1− 0.056 )
= 0.944
e1 = 0.944 = 0.972
Berdasarkan Tabel 8 diatas dapat dilihat besarnya nilai koefisien determinasi
R-Square sebesar 0,056, yang menunjukkan 5,6% besarnya pendampingan
BPR dapat diprediksi/dijelaskan oleh variabel bebas pengaruh modal sendiri,
jumlah pinjaman, tingkat pendidikan, dan gender dalam penelitian ini. Dan
diperoleh nilai error sebesar 0.972 atau 97.2%.
Tabel 9
Nilai Coefficients Persamaan Coaching BPR
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .198 .048 4.121 .000
Gender .016 .034 .029 .486 .627
Tingkat
-.052 .017 -.181 -3.013 .003
Pendidikan
Modal Sendiri .000000163 .000 .371 3.264 .001
Pembiayaan -.000000118 .000 -.331 -2.962 .003
a. Dependent Variable: Coaching
Sumber : Data diolah (2022)

Berdasarkan Tabel 8 dan 9 dapat diketahui nilai persamaan regresi sub-struktural,


sebagai berikut :
Z = b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e1
Z = 0.371X1 - 0.331X2 + 0.029X3 - 0.181X4 + 0.972
Pengaruh Langsung Struktural
Pengaruh langsung sub-struktrual dalam penelitian adalah menganalisis
pengaruh modal sendiri, jumlah pinjaman, tingkat pendidikan, gender, dan
pendampingan BPR terhadap Omzet UKM, dapat dilihat pada Tabel 10, sebagai
berikut
Tabel 10
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .602a .362 .351 148009.793
a. Predictors: (Constant), Coaching, Gender, Pembiayaan, Tingkat Pendidikan,
Modal Sendiri
b. Dependent Variable: Omzet UKM
Sumber : Data diolah (2022)

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui nilai R22 = 0.362 maka,


e22 (
= 1− R2 )
= (1− 0.362 )
= 0.638
e2 = 0.638 = 0.799
Berdasarkan Tabel 10 diatas dapat dilihat besarnya nilai koefisien
determinasi R-Square sebesar 0.362, yang menunjukkan 36.2% besarnya
pendampingan BPR dapat diprediksi/dijelaskan oleh variabel bebas pengaruh
modal sendiri, jumlah pinjaman, tingkat pendidikan, gender, dan pendampingan
BPR dalam penelitian ini. Dan diperoleh nilai error sebesar 0.799 atau 79.9%.
Tabel 11
Nilai Coefficients Persamaan Omzet UKM

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -26045.429 27478.113 -.948 .344
Gender -1833.971 18665.499 -.005 -.098 .922
Tingkat
20194.349 9818.828 .103 2.057 .041
Pendidikan
Modal Sendiri .231 .028 .778 8.157 .000
Pembiayaan -.069 .023 -.284 -3.041 .003
Coaching 68167.072 32425.549 .101 2.102 .036
a. Dependent Variable: Omzet UKM
Sumber : Data diolah (2022)

Berdasarkan Tabel 10 dan 11 dapat diketahui nilai persamaan regresi struktrual


path analyst, sebagai berikut :
Y = b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5Z +e2 ... (2)
Y = 0.778X1 - 0.284X2 + 0.103X3 - 0.005X4 + 0.101Z + 0.799 ... (2)
Berdasarkan uraian diatas didapatkan persamaan sub-struktural pertama dan
persamaan struktural yang kedua yaitu :
Z = 0.371X1 - 0.331X2 + 0.029X3 - 0.181X4 + 0.972 ... (1)
Y = 0.778X1 - 0.284X2 + 0.103X3 - 0.005X4 + 0.101Z + 0.799 ... (2)
Dari persamaan 1 dan 2 yang nilainya sesuai Tabel 8 s.d Tabel 11 dapat dilakukan
sebagai dasar proses perhitungan pengaruh inderect effect peran pendampingan
BPR sebagai variabel yang memediasi pengaruh modal sendiri terhadap omzet
UKM pada Masa Pandemi Covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia.
Perhitungan intervening variabel Pendampingan BPR :
Variabel Modal Sendiri >< Omzet UKM:
Pengaruh Langsung = p1 = 0.778
Pengaruh Tak Langsung = p6 x p5 = 0.371 x 0.101 = 0.0375
Total Pengaruh = p1 + (p6xp5) = 0.778 + 0.0375 = 0.815
Variabel Jumlah Pinjaman >< Omzet UKM:
Pengaruh Langsung = p2 = -0.284
Pengaruh Tak Langsung = p7 x p5 = -0.331 x 0.101 = -0.0334
Total Pengaruh = p2 + (p7xp5) = -0.284 - 0.0334 = -0.317
Variabel Tingkat Pendidikan >< Omzet UKM:
Pengaruh Langsung = p3 = 0.103
Pengaruh Tak Langsung = p8 x p5 = -0.181 x 0.101 = -0.0183
Total Pengaruh = p3 + (p8xp5) = 0.103 - 0.018 = 0.085
Variabel Gender >< Omzet UKM:
Pengaruh Langsung = p4 = -0.005
Pengaruh Tak Langsung = p9 x p5 = 0.029 x 0.101 = 0.003
Total Pengaruh = p4 + (p9xp5) = -0.005 + 0.003 = -0.002

Modal
Sendiri
(X1)

P6 = 0.371
P1 = 0.778

Jumlah
P2 = -0.284
Pinjaman P7 = -0.331
(X2)

Pendampingan P5 = 0.101 Omzet UKM


BPR (Y)
P8 = -0.181 (Z)
Tingkat
Pendidikan
(X3) P3 = 0.103

P9 = 0.029

P4 = -0.005

Gender
(X4)

Sumber : Data diolah Penulis (2022)


Gambar 1
Model Path Analyst Pendampingan BPR
2. Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect) dan Pengaruh Total (Total
Effect)
Pengaruh tidak langsung adalah situasi dimana variabel bebas mempengaruhi
variabel tak bebas melalui variable lain yang disebut variable intervening
(intermediary).
Pengaruh modal sendiri Terhadap Omzet UKM melalui Pendampingan
BPR Pada Masa Pandemi Covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah,
Indonesia
Pengaruh modal sendiri terhadap omzet UKM melalui Pendampingan BPR
Berdasarkan hasil pengujian persamaan sub-struktural pertama dan
persamaan struktural kedua menunjukkan modal sendiri berpengaruh positif
dan signifikan terhadap omzet UKM dan pendampingan BPR berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Omzet UKM, dengan pengaruh tidak
langsung, sehingga diperoleh pengaruh total dari modal sendiri terhadap
omzet UKM (0.778) dan modal sendiri terhadap omzet UKM melalui
pendampingan BPR sebesar 0.778 + 0.0375 = 0.815. Dari hasil perhitungan
di atas ditemukan bahwa pengaruh modal sendiri terhadap omzet UKM
melalui pendampingan BPR lebih besar dibanding pengaruh langsung modal
sendiri terhadap omzet UKM (0.815 > 0.778). Temuan tersebut dapat
disimpulkan bahwa pendampingan BPR merupakan variabel intervening atau
mediasi dari pengaruh modal sendiri terhadap omzet UKM pada Masa
Pandemi Covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia.

Pengaruh Jumlah Pinjaman Terhadap Omzet UKM melalui


Pendampingan BPR Pada Masa Pandemi Covid 19 di Karanganyar,
Jawa Tengah, Indonesia
Pengaruh jumlah pinjaman terhadap omzet UKM melalui pendampingan BPR
Berdasarkan hasil pengujian persamaan sub-struktural pertama dan
persamaan struktural kedua menunjukkan jumlah pinjaman berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap omzet UKM dan pendampingan BPR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Omzet UKM, dengan pengaruh
tidak langsung, sehingga diperoleh pengaruh total dari jumlah pinjaman
terhadap omzet UKM (-0.284) dan jumlah pinjaman terhadap omzet UKM
melalui pendampingan BPR sebesar -0.284 - 0.0334 = -0.317. Dari hasil
perhitungan di atas ditemukan bahwa pengaruh jumlah pinjaman terhadap
omzet UKM melalui pendampingan BPR lebih besar dibanding pengaruh
langsung jumlah pinjaman terhadap omzet UKM (-0.317 > 0.284). Temuan
tersebut dapat disimpulkan bahwa pendampingan BPR merupakan variabel
intervening atau mediasi dari pengaruh jumlah pinjaman terhadap omzet
UKM pada Masa Pandemi Covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah,
Indonesia.

Pengaruh tingkat pendidikan Terhadap Omzet UKM melalui


Pendampingan BPR Pada Masa Pandemi Covid 19 di Karanganyar,
Jawa Tengah, Indonesia
Pengaruh tingkat pendidikan terhadap omzet UKM melalui Pendampingan
BPR Berdasarkan hasil pengujian persamaan sub-struktural pertama dan
persamaan struktural kedua menunjukkan tingkat pendidikan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap omzet UKM dan pendampingan BPR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Omzet UKM, dengan pengaruh
tidak langsung, sehingga diperoleh pengaruh total dari tingkat pendidikan
terhadap omzet UKM (0.103) dan tingkat pendidikan terhadap omzet UKM
melalui pendampingan BPR sebesar 0.103 - 0.018 = 0.085. Dari hasil
perhitungan di atas ditemukan bahwa pengaruh tingkat pendidikan terhadap
omzet UKM melalui pendampingan BPR lebih kecil dibanding pengaruh
langsung tingkat pendidikan terhadap omzet UKM (0.085 < 0.103). Temuan
tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel pendampingan BPR tidak dapat
memediasi pengaruh tingkat pendidikan terhadap omzet UKM pada Masa
Pandemi Covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia.
Pengaruh Gender Terhadap Omzet UKM melalui Pendampingan BPR
Pada Masa Pandemi Covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia
Pengaruh Gender terhadap omzet UKM melalui Pendampingan BPR
Berdasarkan hasil pengujian persamaan sub-struktural pertama dan
persamaan struktural kedua menunjukkan Gender berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap omzet UKM dan pendampingan BPR berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Omzet UKM, dengan pengaruh tidak langsung,
sehingga diperoleh pengaruh total dari Gender terhadap omzet UKM (-0.005)
dan Gender terhadap omzet UKM melalui pendampingan BPR sebesar -0.005
+ 0.003 = -0.002. Dari hasil perhitungan di atas ditemukan bahwa pengaruh
Gender terhadap omzet UKM melalui pendampingan BPR lebih kecil
dibanding pengaruh langsung Gender terhadap omzet UKM (-0.002 < -
0.005). Temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel pendampingan
BPR tidak dapat memediasi pengaruh Gender terhadap omzet UKM pada
Masa Pandemi Covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia.
Berdasarkan hasil perhitungan path analyst dapat rangkuman pada Tabel
12, sebagai berikut :
Tabel 12
Path Analyst
Pengaruh
Pengaruh Langsung tak
Jalur langsung Ket

Beta p value e
Direct Effect Signifikan

Modal Sendiri -> Omzet UKM 0.778 0.000 Signifikan

Jumlah Pinjaman -> Omzet UKM -0.284 0.003 0.799 Signifikan


Tingkat Pendidikan -> Omzet UKM 0.103 0.041 Signifikan
Gender -> Omzet UKM -0.005 0.922 Signifikan
Indirect Effect
Modal Sendiri Omzet UKM 0.037 Signifikan
Jumlah Pinjaman Omzet UKM -0.033 Signifikan
Tingkat Pendidikan Omzet UKM 0.972 Tidak
-0.018
Signifikan
Gender Omzet UKM Tidak
0.003
Signifikan

Berdasarkan Tabel 12 dan rincian perhitungan analisis path dapat diketahui


bahwa temuan-temuan atau pembuktian hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Hipotesis pertama yang berbunyi: “Diduga ada pengaruh modal Sendiri
terhadap omzet UKM pada masa pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa
Tengah, Indonesia” adalah terbukti, karena memiliki nilai p-value sebesar
0.000 (p < 0.05). Koefisien regresi Beta untuk modal sendiri (X1) yaitu
0.778 dan bertanda positif. Hal ini menunjukkan pengaruh berbanding lurus
yaitu : jika modal sendiri (X1) mengalami kenaikan atau penurunan sebesar
satu satuan, maka omzet UKM (Y) akan mengalami kenaikan atau
penurunan sebesar 0.778 satuan.
2. Hipotesis kedua yang berbunyi: “Diduga ada pengaruh jumlah pinjaman
terhadap omzet UKM pada masa pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa
Tengah, Indonesia” adalah terbukti, karena memiliki nilai p-value sebesar
0.003 (p < 0.05). Koefisien regresi Beta untuk jumlah pinjaman (X2) yaitu -
0.284 dan bertanda negatif. Hal ini menunjukkan pengaruh berbanding
terbalik yaitu: jika jumlah pinjaman (X2) UKM mengalami kenaikan sebesar
satu satuan, maka omzet UKM (Y) akan mengalami penurunan sebesar
0.284 satuan, demikian pula sebaliknya. Jika jumlah pinjaman (X1) UKM
mengalami penurunan sebesar satu satuan, maka omzet UKM (Y) akan
mengalami peningkatan sebesar 0.284 satuan, demikian pula sebaliknya.
3. Hipotesis ketiga yang berbunyi: “Diduga ada pengaruh tingkat pendidikan
terhadap omzet UKM pada masa pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa
Tengah, Indonesia” adalah terbukti, karena memiliki nilai p-value sebesar
0.041 (p < 0.05). Koefisien regresi Beta untuk tingkat pendidikan (X3) yaitu
0.103 dan bertanda positif. Hal ini menunjukkan pengaruh berbanding lurus
yaitu : jika tingkat pendidikan (X3) mengalami kenaikan atau penurunan
sebesar satu satuan, maka omzet UKM (Y) akan mengalami kenaikan atau
penurunan sebesar 0.103 satuan.
4. Hipotesis keempat yang berbunyi: “Diduga ada pengaruh gender terhadap
omzet UKM pada masa pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah,
Indonesia” adalah tidak terbukti, karena memiliki nilai p-value sebesar
0.922 (p < 0.05). Koefisien regresi Beta untuk gender (X4) yaitu -0.005 dan
bertanda negatif. Hal ini menunjukkan pengaruh berbanding terbalik yaitu:
jika gender (X4) UKM mengalami kenaikan sebesar satu satuan, maka
omzet UKM (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0.005 satuan, demikian
pula sebaliknya. Jika gender (X4) UKM mengalami penurunan sebesar satu
satuan, maka omzet UKM (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0.005
satuan, demikian pula sebaliknya.
5. Hipotesis kelima yang berbunyi: “Diduga variabel pendampingan BPR
sebagai variabel mediasi pengaruh modal sendiri, jumlah pinjaman, tingkat
dan pendidikan terhadap omzet UKM pada masa pandemi covid 19 di
Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia” adalah sebagai berikut :`
a. Hipotesis 5.1 yang berbunyi: “Diduga variabel pendampingan BPR
sebagai variabel mediasi pengaruh modal sendiri terhadap omzet
UKM pada masa pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah,
Indonesia” adalah terbukti.
b. Hipotesis 5.2 yang berbunyi: “Diduga variabel pendampingan BPR
sebagai variabel mediasi pengaruh jumlah pinjaman terhadap omzet
UKM pada masa pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah,
Indonesia” adalah terbukti.
c. Hipotesis 5.3 yang berbunyi: “Diduga variabel pendampingan BPR
sebagai variabel mediasi pengaruh tingkat pendidikan terhadap
omzet UKM pada masa pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa
Tengah, Indonesia” adalah tidak terbukti.
d. Hipotesis 5.4 yang berbunyi: “Diduga variabel pendampingan BPR
sebagai variabel mediasi pengaruh gender terhadap omzet UKM
pada masa pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah,
Indonesia” adalah tidak terbukti.

4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Modal Sendiri terhadap Omzet UKM Pada Masa Pandemi
Covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia
Hasil analisis data dan temuan penelitian menunjukkan bahwa modal sendiri
berpengaruh yang positif terhadap omzet UKM, sehingga dapat dikatakan
hipotesis pertama yang berbunyi “ Diduga ada pengaruh modal Sendiri terhadap
omzet UKM pada masa pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah,
Indonesia” adalah terbukti. Hasil temuan penelitian ini mempunyai makna bahwa
modal sendiri akan memberikan dampak positif terhadap omzet UKM.
Modal (Financial Capital) merupakan dasar dan penentu bagi perusahaan.
Perusahaan kecil tidak membutuhkan banyak modal akan tetapi perusahaan besar
membutuhkan banyak modal, baik dari internal maupun eksternal. Perusahaan
besar banyak mengeluarkan biaya yang digunakan untuk membayar hutang dan
memenuhi kewajiban-kewajiban. Dengan demikian, kebutuhan permodalan
perusahan wajib terpenuhi. (Coad & Pawan, 2012); (Malo & Norus, 2014);
(Robson & Obeng, 2008); serta membatasi kesempatan pemilik dan manajer
dalam mengambil tindakan (untuk akses keuangan) (Wiklund & Shepherd, 2005).
Ketersediaan modal finansial meningkatkan strategi pertumbuhan sumber
daya (Cooper, Gimeno-gascon, & Woo, 1994). Lemahnya sumber daya
disesuaikan dengan kebutuhan strategi dan praktik yang baru, dan pada gilirannya
memungkinkan perusahaan mengejar peluang serta pertumbuhan baru
(Trendowski & Judge, 2008). Banyak penelitian menunjukkan ketersediaan modal
finansial mempengaruhi pertumbuhan dan kinerja perusahaan (Cooper et al.,
1994).

4.3.2 Pengaruh Jumlah Pinjaman terhadap Omzet UKM Pada Masa


Pandemi Covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian menunjukkan bahwa
jumlah pinjaman mempunyai pengaruh yang negatif atau berbanding terbalik
terhadap omzet UKM, sehingga dapat dikatakan hipotesis kedua yang berbunyi
“Diduga ada pengaruh jumlah pinjaman terhadap omzet UKM pada masa
pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia” dinyatakan terbukti.
Hasil temuan penelitian tersebut mempunyai makna bahwa setiap jumlah
pinjaman akan memberikan pengaruh berbanding terbalik terhadap omzet UKM.
jika jumlah pinjaman (X2) UKM mengalami kenaikan sebesar satu satuan, maka
omzet UKM (Y) akan mengalami penurunan sebesar satu-satuan, demikian pula
sebaliknya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Bond & Meghir (1994) berpendapat
persyaratan kredit juga dapat menentukan sejauh mana UKM dapat mengakses
keuangan. Mereka berpendapat bahwa ketika persyaratan kredit menguntungkan,
sikap seorang manajer UKM cenderung positif untuk mengakses dan meminjam
kredit. Oleh karena itu, perluasan perusahaan berbasis modal akan mengarah pada
peningkatan aktivitas bisnis. Demikian pula dengan pendapat Punyasavatsut
(2011) mengemukakan melalui invoice financing, pelaku usaha dapat
menjaminkan tagihan yang sedang berjalan dan memperoleh pinjaman secara
mudah, cepat, dan aman tanpa khawatir cash flow terganggu. Penambahan modal
ini membantu UKM untuk memastikan bisnisnya bisa berjalan dengan lebih baik.
Sementara itu, di sisi lain, lender bisa memperoleh hasil yang menarik sambil
turut berkontribusi menciptakan dampak sosial, mendorong kesejahteraan pelaku
usaha dan masyarakat yang lebih merata. Keberlangsungan dan integritas usaha
Fintech Peer to Peer (P2P) lending menjadi hal yang perlu didukung baik oleh
regulator maupun pelaku usaha itu sendiri. Aturan main yang jelas dan komitmen
akan implementasi aturan yang ideal akan membantu Fintech Peer to Peer (P2P)
lending berdiri kokoh sebagai solusi pembiayaan yang efektif sekaligus
berdampak besar bagi UKM. Dengan Fintech, Penyedia Pinjaman semakin
banyak dan mudah diakses karena semua proses dilakukan secara online,
teknologi pembayaran secara massal, dapat mengecek pembayaran kapan saja,
dan memungkinkan pembayaran tagihan semakin mudah. Harapan pihak regulator
dan pemberi pinjaman bahwa kehadiran Fintech ini mampu membantu dan
memutus mata rantai akses (terutama per to peer lending) sehingga akses
permodalannya dapat membantu meningkatkan kinerja UKM.

4.3.3 Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Omzet UKM Pada Masa


Pandemi Covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia
Hasil analisis data dan temuan penelitian menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan berpengaruh yang positif terhadap omzet UKM pada masa pandemi
covid-19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia, sehingga dapat dikatakan
hipotesis ketiga yang berbunyi “Diduga ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap
omzet UKM pada masa pandemi covid-19 di Karanganyar, Jawa Tengah,
Indonesia” adalah terbukti. Hasil temuan penelitian ini mempunyai makna bahwa
tingkat pendidikan debitur UKM dapat memberikan dampak positif terhadap
omzet UKM pada masa pandemi covid-19 di Karanganyar, Jawa Tengah,
Indonesia.
Cude (2010) mengemukakan bahwa masyarakat yang memiliki lebih
banyak pengalaman kerja, tingkat pendidikan yang lebih tinggi, risk appetite,
pekerjaan orang tua yang baik, usia yang lebih dewasa, pendapatan keluarga yang
baik, dan pelatihan yang baik akan meningkatkan pengetahuan keuangan.
Hartog et al. (2010) menemukan kemampuan verbal sangat dibutuhkan oleh
karyawan, sementara untuk wirausahawan mempunyai prioritas pada kemampuan
matematika, teknis dan sosial. Temuan lain juga menyatakan bahwa bahwa
sinergitas antara kemampuan dan pengetahuan (pada berbagai bidang) akan
menghasilkan pendapatan (kinerja) yang lebih tinggi bagi pengusaha.

4.3.4 Pengaruh Gender terhadap Omzet UKM Pada Masa Pandemi Covid
19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia
Hasil analisis data dan temuan penelitian menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap omzet UKM pada masa
pandemi covid-19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia, sehingga dapat
dikatakan hipotesis keempat yang berbunyi “Diduga ada pengaruh gender
terhadap omzet UKM pada masa pandemi covid-19 di Karanganyar, Jawa
Tengah, Indonesia” adalah tidak terbukti. Hasil temuan penelitian ini mempunyai
makna bahwa gender debitur UKM belum dapat memberikan dampak terhadap
omzet UKM pada masa pandemi covid-19 di Karanganyar, Jawa Tengah,
Indonesia.
Hal ini tidak sejalan dengan beberapa penelitian Almenberg & Dreber
(2012); Luksander, Béres, Huzdik, & Németh (2014); Atkiinson, A.; Messy
(2013); Brown & Graf (2013); Garwe & Fatoki (2012); Lusardi & Mitchell S.
(2011) yang mengemukakan bahwa gender (jenis kelamin) merupakan faktor
penting dalam pembentukan edukasi keuangan (berpengaruh saat pengambilan
keputusan keuangan), dan dalam penelitiannya menemukan perempuan tidak
terlalu berpendidikan layaknya laki-laki. Pendapat senada diutarakan Bannier &
Neubert (2016); Erichsen (2017); Bottazzi & Lusardi (2016); Grohmann (2016);
Santos & Abreu (2013); Fonseca, Mullen, Zamarro, & Zissimopoulos (2012).
Namun, ketika mengambil keputusan keuangan, perempuan justru lebih tepat dan
berhati-hati akan risiko yang diterima jika dibandingkan dengan laki-laki
(Almenberg & Dreber, 2012).
4.3.5 Pengaruh Modal Sendiri terhadap Omzet UKM Melalui
Pendampingan BPR Pada Masa Pandemi Covid 19 di Karanganyar,
Jawa Tengah, Indonesia
Hasil analisis data dan temuan penelitian menunjukkan bahwa modal
sendiri berpengaruh signifikan secara tidak langsung terhadap omzet UKM pada
masa pandemi covid-19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia, sehingga dapat
dikatakan hipotesis 5.1 yang berbunyi “ Diduga variabel pendampingan BPR
sebagai variabel mediasi pengaruh modal sendiri terhadap omzet UKM pada masa
pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia” adalah terbukti. Hasil
temuan penelitian ini mempunyai makna variabel pendampingan BPR dapat
mediasi pengaruh antara modal sendiri terhadap omzet UKM pada masa pandemi
covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia.
Nthenge & Ringera (2017) menunjukkan hubungan positif pengelolaan
modal kerja; keputusan investasi; keputusan keuangan dengan kinerja keuangan.
Riset ini menunjukkan efek gabungan dari praktik manajemen keuangan
(manajemen modal kerja, keputusan investasi, keputusan keuangan) memiliki
hubungan positif dengan kinerja keuangan. Katerega et al. (2015) menemukan
faktor dasar untuk menentukan keputusan pembiayaan (profesionalisme
manajemen, suku bunga) menjadi prediktor signifikan dari kinerja keuangan.
Kondisi ini menyiratkan manajer UKM harus memiliki rencana bisnis yang jelas,
harus sadar akan kebutuhan pembiayaan (riil) dan menyusun rencana keuangan
dengan baik. Selain itu, akan membawa menghadirkan sikap optimisme dalam
pertumbuhan perusahaan, mendapatkan reputasi yang baik di mata pelanggan dan
pertumbuhan pelanggan usaha.

4.3.6 Pengaruh Jumlah Pinjaman terhadap Omzet UKM Melalui


Pendampingan BPR Pada Masa Pandemi Covid 19 di Karanganyar,
Jawa Tengah, Indonesia
Hasil analisis data dan temuan penelitian menunjukkan bahwa jumlah
pinjaman berpengaruh signifikan secara tidak langsung terhadap omzet UKM
melalui pendampingan BPR pada masa pandemi covid-19 di Karanganyar, Jawa
Tengah, Indonesia, sehingga dapat dikatakan hipotesis 5.2 yang berbunyi “Diduga
variabel pendampingan BPR sebagai variabel mediasi pengaruh jumlah pinjaman
terhadap omzet UKM pada masa pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah,
Indonesia” adalah terbukti. Hasil temuan penelitian ini mempunyai makna
variabel pendampingan BPR dapat mediasi pengaruh antara jumlah pinjman
terhadap omzet UKM pada masa pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah,
Indonesia.
Dengan demikian, pendampingan BPR akan menumbuhkan akses terhadap
sumber pembiayaan memainkan peran kapasitas keuangan (internal) serta
memberikan sinyal kualitas peluang pertumbuhan di masa depan. Pada gilirannya
akan mengurangi kendala informasi pembiayaan eksternal perusahaan.
Dua bentuk dasar pembiayaan untuk bisnis adalah pembiayaan internal
dan pembiayaan eksternal. Sumber pembiayaan internal adalah laba ditahan atau
tidak dibagikan dari laba usaha yang diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya serta
suntikan modal segar oleh pemilik UKM. Pada gilirannya, pembiayaan eksternal
dapat diberikan oleh lembaga keuangan, pemasok dan jenis kreditur lainnya
(World Bank, 2014). Pembiayaan UKM memerlukan skenario yang berbeda
dalam hal jumlah dana yang dibutuhkan, jangka waktu pelunasan dan sifat risiko
spesifik (Wattanapruttipaisan, 2002).
Usaha kecil dan menengah (UKM) membutuhkan pembiayaan untuk dua
tujuan dasar, yaitu : (1). membiayai siklus produksi (pembiayaan modal kerja);
(2). membiayai pengeluaran modal untuk mengembangkan bisnis saat ini,
menciptakan yang baru, atau hanya untuk tujuan pemeliharaan (pemeliharaan dan
pembaruan peralatan dan pabrik) (World Bank, 2014). Keuangan UKM
membutuhkan skenario berbeda dalam jumlah dana yang dibutuhkan, jangka
waktu pelunasan dan sifat risiko spesifik yang terlibat. Sebagian besar UKM
mengandalkan pembiayaan internal atau kredit jangka pendek dari pemasok, dan
produk keuangan khusus (World Bank, 2014); (Turyahikayo, 2015); (Wilkinson
& Brouthers, 2006).
4.3.7 Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Omzet UKM Melalui
Pendampingan BPR Pada Masa Pandemi Covid 19 di Karanganyar,
Jawa Tengah, Indonesia
Hasil analisis data dan temuan penelitian menunjukkan bahwa jumlah
pinjaman tidak berpengaruh signifikan secara tidak langsung terhadap omzet
UKM melalui pendampingan BPR pada masa pandemi covid-19 di Karanganyar,
Jawa Tengah, Indonesia, sehingga dapat dikatakan hipotesis 5.3 yang berbunyi
“Diduga variabel pendampingan BPR sebagai variabel mediasi pengaruh tingkat
pendidikan terhadap omzet UKM pada masa pandemi covid 19 di Karanganyar,
Jawa Tengah, Indonesia” adalah tidak terbukti. Hasil temuan penelitian ini
mempunyai makna variabel pendampingan BPR dapat belum dapat mediasi
pengaruh antara tingkat pendidikan terhadap omzet UKM pada masa pandemi
covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia.
Financial literacy yang buruk membuat pengusaha enggan mencari
layanan keuangan, sedangkan financial literacy yang tinggi akan meningkatkan
konsumsi layanan keuangan yang nantinya akan meningkatkan profitabilitas yang
secara signifikan mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup usaha kecil. Akses
terhadap layanan keuangan merupakan faktor kunci dalam memulai usaha,
pengembangan dan kelangsungan usaha kecil (Rahmandoust et al., 2011).
Pengusaha yang paham pengetahuan keuangan (merupakan prinsip
kewirausahaan) akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan (keuangan)
(Oseifuah, 2010). Financial literacy memberikan pengaruh signifikan terhadap
kelangsungan bisnis, termasuk negosiasi, monitoring, asuransi, pinjaman dan
tabungan (Kamyabi & Devi, 2011). Pemahaman Financial Literacy tidak hanya
mempercepat pertumbuhan usaha kecil tapi juga meningkatkan akses pasar,
kelangsungan hidup bisnis dan mengurangi risiko. Selain itu mendorong inovasi
untuk investasi usaha dengan tingkat return tinggi (Rahmandoust et al., 2011).
4.3.8 Pengaruh Gender terhadap Omzet UKM Melalui Pendampingan BPR
Pada Masa Pandemi Covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah,
Indonesia
Hasil analisis data dan temuan penelitian menunjukkan bahwa gender
tidak berpengaruh signifikan secara tidak langsung terhadap omzet UKM melalui
pendampingan BPR pada masa pandemi covid-19 di Karanganyar, Jawa Tengah,
Indonesia, sehingga dapat dikatakan hipotesis 5.4 yang berbunyi “Diduga variabel
pendampingan BPR sebagai variabel mediasi pengaruh gender terhadap omzet
UKM pada masa pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia”
adalah tidak terbukti. Hasil temuan penelitian ini mempunyai makna variabel
pendampingan BPR dapat belum dapat mediasi pengaruh antara gender terhadap
omzet UKM pada masa pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah,
Indonesia.
Peliova (2013) bahwa ada perbedaan signifikan dalam pengambilan risiko
antara perempuan dan laki-laki. Laki-laki cenderung mengambil risiko lebih besar
dibandingkan perempuan, serta toleransi laki-laki terhadap risiko akan lebih
berpengaruh dalam menentukan batas toleransi tingkat risiko (Karakowsky &
Elangovan, 2001). Bahkan secara psikologis, laki-laki lebih emosional dan
irrasional dari perempuan. Bannier & Neubert (2016), Almenberg & Dreber
(2012) serta Fonseca et al. (2012) berpendapat bahwa dalam pengambilan
keputusan (terutama keputusan keuangan), sikap laki-laki menjadi tidak rasional,
tergesa-gesa dan emosional. Selain itu, penerima dana tidak termonitoring
penggunaan dana kreditnya dengan baik karena lembaga keuangan berfokus
proses pencairan kredit, dan menafikan dua proses lainnya (penggunaan dan
pengembalian), sehingga wajar saja rasio kredit bermasalah sehingga wajar saja
rasio kredit bermasalah meningkat. Ditambah lagi perilaku bank pemberi kredit
yang hanya mengejar outstanding dan mengabaikan prinsip kehati-hatian dalam
penyaluran pembiayaan. Oleh karena itu, peneliti menawarkan konsep baru untuk
merekonstruksi model pengambilan keputusan pembiayaan yang selama ini telah
digunakan. Diharapkan konsep ini bisa membantu dalam meningkatkan kinerja
bisnis UKM.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
ditarik beberapa kesimpulan, agar dapat menjawab rumusan masalah, yakni:
1. Modal sendiri berpengaruh langsung terhadap omzet UKM pada masa
pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia.
2. Jumlah pinjaman berpengaruh langsung terhadap omzet UKM pada masa
pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia.
3. Tingkat pendidikan berpengaruh langsung terhadap omzet UKM pada masa
pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia.
4. Gender tidak berpengaruh langsung terhadap omzet UKM pada masa
pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia.
5. Pendampingan BPR memediasi hubungan modal sendiri dengan omzet UKM
pada masa pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia.
6. Pendampingan BPR memediasi hubungan jumlah pinjaman dengan omzet
UKM pada masa pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia.
7. Pendampingan BPR tidak memediasi hubungan jumlah pinjaman dengan
omzet UKM pada masa pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah,
Indonesia.
8. Pendampingan BPR tidak memediasi hubungan gender dengan omzet UKM
pada masa pandemi covid 19 di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan, dan kesimpulan, yang
diperoleh, dapat dikembangkan beberapa saran bagi pihak-pihak, yang
berkepentingan dalam penelitian ini. Adapun saran-saran yang dikemukakan,
sebagai berikut:
1. Pengusaha UKM harus memahami finansial literasi dalam pengelolaan modal
sendiri dan berhati-hati sebelum memutuskan mengambil tambahan modal
usaha (terutama modal eksternal), mengingat tingkat suku bunga yang cukup
tinggi dan lemahnya daya beli masyarakat.
2. Pengusaha UKM harus mau membuka diri terhadap perubahan literasi
finansial dan teknologi finansial (fintech) dalam pendampingan BPR pada
para debitur, agar mereka diharapkan lebih kooperatif kepada pihak-pihak
yang ingin membantu, terutama yang melaksanakan penelitian sehingga
terjadi sinergitas untuk mengembangkan kinerja dan omzet UKM di periode
selanjutnya.
3. Lembaga Keuangan (Bank dan Non Bank) diharapkan mampu memberikan
suku bunga yang kompetitif dan persyaratan pinjaman yang lunak bagi UKM.
Salah satu caranya adalah memaksimal program Kredit Usaha Rakyat (KUR)
sehingga target penyerapan pembiayaan UMKM minimal 20% dari total
pembiayaan dapat terpenuhi.
4. Lembaga Keuangan diharapkan lebih edukatif dan selektif dalam mencairkan
kredit baru di tengah kondisi perekonomian yang belum stabil dalam masa
pandemi covid-19 saat ini

DAFTAR PUSTAKA
Almenberg, J., & Dreber, A., (2012). "Gender, stock market participation and
financial literacy". Economics Letters, Elsevier, vol. 137(C), pages 140-
142.

Achtenhagen, L., Naldi, L., Melin, L., (2010). “Business Growth — Do


Practitioners and Scholars Really Talk about the Same Thing?. Jönköping
International Business School. Volume: 34 issue: 2, page(s): 289-316.

Ahmadi, Abu dan Uhbiyati Nur. 2015. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Atkinson, A., & Messy, F. (2013). PROMOTING FINANCIAL INCLUSION


THROUGH FINANCIAL EDUCATION.pdf. OECD Publishing, 34(34),
1–53. https://doi.org/10.1787/5k3xz6m88smp-en

Bannier, C. E., & Neubert, M. (2016). Gender differences in financial risk taking:
The role of financial literacy and risk tolerance. Economics Letters, 145,
130–135. https://doi.org/10.1016/j.econlet.2016.05.033

Baños-Caballero, S., García-Teruel, P.J. & Martínez-Solano, P. (2013). The speed


of adjustment in working capital requirement. The European Journal of
Finance, 19(10), 978-992.

Berry, L.L. Wall, E.A. and Carbone, L.P. (2006). “Managing Service Experience
Clues”. Academy of Management Perspectives.
Biswas, S., & Gupta, A. (2013). Financial Inclusion and Financial Literacy: A
Comparative Study in Their Interrelation Between Selected Urban and
Rural Areas in The State of West Bengal. IOSR Journal of Economics and
Finance (IOSR-JEF), e-ISSN: 2321-5933, p-ISSN: 2321-5925., 67–72.

Bhushan, P., & Medury, Y. (2013). Financial literacy and its determinants.
International Journal of Engineering, Business and Enterprise Applications
IJEBEA), 4(2), 155-160.

Bond, S., & Meghir, O. (1994). Company Investment. Fiscal Studies, 15(2), 1–18

Bottazzi, L., & Lusardi, A. (2016). Gender Differences in Financial Literacy :


Evidence from PISA. Journal of Consumer Affairs, (February), 1–20.

Brigham, E. F. ., & Ehrhardt, M. C. (2011). Financial Management: Theory And


Practice. Usa: South-Western Cengage Learning.

Cooper, A. C., Gimeno-gascon, F. J., & Woo, C. Y. (1994). INITIAL HUMAN


AND FINANCIAL CAPITAL AS PREDICTORS OF NEW VENTURE
PERFORMANCE. Journal of Business Venturing, (5), 371–395.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/0883-9026(94)90013-2

Cude, B. J. (2010). Financial Literacy 501. The Journal of Consumer Affairs,


44(2), 271–275.

Coad, A., & Pawan, J. (2012). Firm growth and barriers to growth among small
firms in India. Small Bus Econ, 383–400. https://doi.org/10.1007/s11187-
011-9318-7

Erichsen, I. (2017). The Influence of Income and Gender on Financial Literacy.


Discussion Papers.

Fonseca, R., Mullen, K. J., Zamarro, G., & Zissimopoulos, J. (2012). What
Explains the Gender Gap in Financial Literacy ? The Role of Household
Decision Making. THE JOURNAL OF CONSUMER AFFAIRS, 46(1),
90–106. https://doi.org/10.1111/j.1745-6606.2011.01221.x

Garwe, D. K., & Fatoki, O. (2012). The impact of gender on SME characteristics
and access to debt finance in South Africa. Development Southern Africa,
29(3), 448–461. https://doi.org/10.1080/0376835X.2012.706040

Ghozali, I. (2018). “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25


Edisi 9.” Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gitman, Lawrence J dan Chad J. Zutter. 2015. Principles of Managerial Finance.


14th Edition. Global Edition. Pearson Education Limited
Grohmann, A. (2016). The gender gap in financial literacy: income, education,
and experience offer only partial explanations. DIW Economic Bulletin,
46+47(2012), 531–538. Retrieved from
http://www.diw.de/documents/publikationen/73/diw_01.c.547366.de/diw_
econ_bull_2016-46-1.pdf

Hasbullah. (2015). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Hasbullah. (2017). Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hartog, J. J. De, Boogaard, H., Nijland, H., & Hoek, G. (2010). Environmental
health perspectives. ENVIRONMENTAL HEALTH PERSPECTIVES,
118(8), 1109–1116. https://doi.org/10.1289/ehp.0901747

Hungu. (2007). Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta : Grasindo.

Kamyabi., Y., Devi., S. (2011). The impact of accounting outsourcing on Iranian


SME performance: transaction cost economics and resource-based
perspectives

Karakowsky, L., & Elangovan, A. R. (2001). Risky decision making in


mixedgender teams whose risk tolerance matters? Small Group Research,
32(1), 94–111. https://doi.org/10.1177/104649640103200105

Katerega, Y. N., Ngoma, M., Masaba, A. K., Nangoli, S., & Waswa, Y. (2015).
Financing decision : A vital key to explaining small and medium
enterprises (SMEs) financial performance. Journal of Economics and
International Business Management, Vol. 3(2)(December), 51–58

Luksander, A., Béres, D., Huzdik, K., & Németh, E. (2014). Analysis of the
Factors that Influence the Financial Literacy of Young People Studying in
Higher Education. Public Finance Quarterly, 59(2), 220–241.

Mahdzan, Nurul Shahnaz & Saleh Tabiani. (2013). The Impact Of Financial
Literacy On Individual Saving: An Exploratory Study In The Malaysian
Context. Transformations in Business & Economics, Vol.12, 41-55

Malo, S., & Norus, J. (2014). Growth dynamics of dedicated biotechnology firms
in transition economies . Evidence from the Baltic countries and Poland
Entrepreneurship & Regional Development, 21(August), 481–502.
https://doi.org/10.1080/08985620802332749

Nazir, Moh. (2018). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.


Nthenge, D. M., & Ringera, J. (2017). Cash Management Practices on Financial
Performance of Small and Medium Enterprises in Nyeri Town , Kenya.
American Based Research Journal, 6(1), 215–221.
https://doi.org/10.21276/sjbms.2017.2.3.13

Oseifuah, E. (2010). Financial literacy and youth entrepreneurship in South


Africa. African Journal of Economic and Management Studies, 1(2), 164–
182. https://doi.org/10.1108/20400701011073473

Peliova, J. (2013). Gender Differences in Investment Decisions Under Loss


Limitation. European Scientific Journal, 1(December), 291–296.

Punyasavatsut, C. (2011). SME Access to Finance in Thailand SMEs Access to


Finance in Thailand. ERIA Research Project Report, (September), 193–
230

Rahmandoust, M., Norouzi, M., Hakimpoor, H., & Khani, N. (2011). TEACHING
FINANCIAL LITERACY TO ENTREPRENEURS FOR SUSTAINABLE
DEVELOPMENT. OIDA International Journal OfSustainable
Development, 02(12). Retrieved from http://www.ssrn.com/link/OIDA-
Intl-JournalSustainable-Dev.html

Robson, P. J. A., & Obeng, B. A. (2008). The Barriers to Growth in Ghana. Small
Business Economics, 30, 385–403. https://doi.org/10.1007/s11187-007-
9046-1

Santos, E., & Abreu, M. (2013). Financial Literacy , Financial Behaviour and
Individuals ’Over-indebtedness.

Simamora, Henry (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Sie


(YKPN)

Smith, C.W., Jr. 1990. ”Corporate Risk Management : Theory and Practice”.
Journal De-rivatieves, Vol. 2, No. 4, Page 21-30

Sugiyono. (2013). “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.”


Bandung: Alfabeta Bandung.

Trendowski, J., & Judge, W. (2008). The Theory of the Growth of the Firm , by
Edith T . Penrose . Oxford : Blackwell , 1959 ( Book Review ).
Management Faculty Publications, 33(4), 1026–1028.

Turyahikayo, E. (2015). Challenges Faced By Small and Medium Enterprises in


Raising Finance in Uganda. International Journal of Public Administration
and Management Research, 3(32), 2350–2231. Retrieved from
http://rcmss.com/2015/ijpamr/december/Challenges faced by Small and
Medium Enterprises in raising finance in Uganda.pdf
Wattanapruttipaisan, T. (2002). Sme Subcontracting As a Bridgehead To
Competitiveness : an Assessment of Supply-Side Capabilities and
DemandSide Requirements. Development, 9(1), 65–87.

Wiklund. 1999. The Sustainability of the Entrepreneurial Orientation-


Performance Relationship, Entrepreneurship Theory and Practice, Baylor
University.

Wiklund, J., & Shepherd, D. (2005). Entrepreneurial orientation and small


business performance: A configurational approach. Journal of Business
Venturing, 20(1), 71–91. https://doi.org/10.1016/j.jbusvent.2004.01.001

Wilkinson, T., & Brouthers, L. E. (2006). Trade promotion and SME export
performance. International Business Review, 15(3), 233–252.
https://doi.org/10.1016/j.ibusrev.2006.03.001

World Bank. (2014). Facilitating SME financing through improved Credit


Reporting.

You might also like