Professional Documents
Culture Documents
2.2. Konseling
Konseling adalah hubungan komunikasi antara Tenaga Kesehatan Lingkungan dengan
Pasien yang bertujuan untuk mengenali dan memecahkan masalah kesehatan lingkungan yang
dihadapi.
Dalam Konseling, pengambilan keputusan adalah tanggung jawab Pasien. Pada waktu
Tenaga Kesehatan Lingkungan membantu Pasien terjadi langkah-langkah komunikasi secara timbal
balik yang saling berkaitan (komunikasi interpersonal) untuk membantu Pasien membuat keputusan.
Tugas pertama Tenaga Kesehatan Lingkungan adalah menciptakan hubungan dengan Pasien, dengan
menunjukkan perhatian dan penerimaan melalui tingkah laku verbal dan non verbal yang akan
mempengaruhi keberhasilan pertemuan tersebut. Konseling tidak semata-mata dialog, melainkan juga
proses sadar yang memberdayakan orang agar mampu mengendalikan hidupnya dan bertanggung
jawab atas tindakan-tindakannya.
Ciri-ciri Konseling meliputi :
1. Konseling sebagai proses yang dapat membantu Pasien dalam:
a. memperoleh informasi tentang masalah kesehatan keluarga yang benar;
b. memahami dirinya dengan lebih baik;
c. menghadapi masalah-masalahnya sehubungan dengan masalah kesehatan keluarga
yang dihadapinya;
d. mengutarakan isi hatinya terutama hal-hal yang bersifat sensitif dan sangat pribadi;
e. mengantisipasi harapan-harapan, kerelaan dan kapasitas merubah perilaku;
f. meningkatkan dan memperkuat motivasi untuk merubah perilakunya; dan/atau
g. menghadapi rasa kecemasan dan ketakutan sehubungan dengan masalah kesehatan
keluarganya.
2. Konseling bukan percakapan tanpa tujuan
Konseling diadakan untuk mencapai tujuan tertentu antara lain membantu Pasien untuk
berani mengambil keputusan dalam memecahkan masalahnya.
3. Konseling bukan berarti memberi nasihat atau instruksi pada Pasien untuk sesuatu sesuai
kehendak Tenaga Kesehatan Lingkungan.
4. Konseling berbeda dengan konsultasi maupun penyuluhan
5. Dalam konsultasi, pemberi nasehat memberikan nasehat seakan-akan dia seorang “ahli" dan
memikul tanggung jawab yang lebih besar terhadap tingkah laku atau tindakan Pasien, serta
yang dihadapi adalah masalah. Sedangkan penyuluhan merupakan proses penyampaian
informasi kepada kelompok sasaran dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat.
Langkah-Langkah Konseling
Pelaksanaan Konseling dilakukan dengan fokus pada permasalahan kesehatan yang
dihadapi Pasien.
Langkah-langkah kegiatan Konseling sebagai berikut:
1. Persiapan (P1)
a. menyiapkan tempat yang aman, nyaman dan tenang;
b. menyiapkan daftar pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan;
c. menyiapkan media informasi dan alat peraga bila diperlukan seperti poster, lembar
balik, leaflet, maket (rumah sehat, jamban sehat, dan lain-lain) serta alat peraga
lainnya.
2. Pelaksanaan (P2)
Dalam pelaksanaan, Tenaga Kesehatan Lingkungan menggali data/informasi kepada Pasien
atau keluarganya, sebagai berikut:
o umum, berupa data individu/ keluarga dan data lingkungan;
o khusus, meliputi:
a. identifikasi prilaku/ kebiasaan;
b. identifikasi kondisi kualitas kesehatan lingkungan;
c. dugaan penyebab; dan
d. saran dan rencana tindak lanjut.
Ada enam langkah dalam melaksanakan Konseling yang biasa disingkat dengan "SATU
TUJU" yaitu :
SA = Salam, Sambut:
a. Beri salam, sambut Pasien dengan hangat.
b. Tunjukkan bahwa Anda memperhatikannya, mengerti keadaan dan keperluannya, bersedia
menolongnya dan mau meluangkan waktu.
c. Tunjukkan sikap ramah.
d. Perkenalkan diri dan tugas Anda.
e. Yakinkan dia, bahwa Anda bisa dipercaya dan akan menjaga kerahasiaan percakapan anda dengan
Pasien.
f. Tumbuhkan keberaniannya untuk dapat mengungkapkan diri.
T - tanyakan :
a. Tanyakan bagaimana keadaan atau minta Pasien untuk menyampaikan masalahnya pada Anda.
b. Dengarkan penuh perhatian dan rasa empati.
c. Tanyakan apa peluang yang dimilikinya.
d. Tanyakan apa hambatan yang dihadapinya.
e. Beritahukan bahwa semua keterangan itu diperlukan untuk menolong mencari cara pemecahan
masalah yang terbaik bagi Pasien.
U-Uraikan :
Uraikan tentang hal-hal yang ingin diketahuinya atau anda menganggap perlu diketahuinya
agar lebih memahami dirinya, keadaan dan kebutuhannya untuk memecahkan masalah. Dalam
menguraikan anda bisa menggunakan media Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) supaya lebih
mudah dipahami
TU – Bantu :
Berikan penjelasan yang lebih lengkap mengenai cara mengatasi permasalahan yang dihadapi
Pasien dari segi positif dan negatif serta diskusikan upaya untuk mengatasi hambatan yang mungkin
terjadi. Jelaskan berbagai pelayanan yang dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah tersebut.
U - Ulangi:
Ulangi pokok-pokok yang perlu diketahui dan diingatnya. Yakinkan bahwa anda selalu
bersedia membantunya. Kalau Pasien memerlukan percakapan lebih lanjut yakinkan dia bahwa anda
siap menerimanya.
Setelah proses SATU TUJU dilaksanakan, Tenaga Kesehatan Lingkungan menindaklanjuti
dengan:
1. melakukan penilaian terhadap komitmen Pasien (Formulir tindak lanjut konseling) yang
telah diisi dan ditandatangani untuk mengambil keputusan yang disarankan, dan besaran
masalah yang dihadapi;
2. menyusun rencana kunjungan untuk Inspeksi Kesehatan Lingkungan sesuai hasil
Konseling; dan
3. menyiapkan langkah-langkah untuk intervensi.
Dalam melaksanakan Konseling kepada Pasien, Tenaga Kesehatan Lingkungan
menggunakan panduan Konseling sebagaimana contoh bagan dan daftar pertanyaan terlampir. Tenaga
Kesehatan Lingkungan dapat mengembangkan daftar pertanyaan terhadap Pasien dengan diagnosis
penyakit lain atau sesuai kebutuhan. Tenaga Kesehatan Lingkungan dalam memberikan saran tindak
lanjut sesuai dengan permasalahan kesehatan lingkungan yang dihadapi berdasarkan pedoman teknis
yang berlaku.
2.3. Inspeksi Kesehatan Lingkungan
Untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik fisik, kimia, biologi maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup sehat, maka perlu dilakukan pelayanan kesehatan
lingkungan baik di tingkat kecamatan, kabupaten maupun provinsi. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
tersebut diimplementasikan melalui kegiatan untuk mencegah penyakit dan/ atau gangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh faktor risiko lingkungan. Faktor Risiko Lingkungan terkait dengan kualitas
media lingkungan yang mempengaruhi atau berkontribusi terhadap terjadinya penyakit dan/ atau
gangguan kesehatan. Untuk memantau faktor risiko lingkungan tersebut sebagai pencegahan/ deteksi
dini perlu dilakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan.
Materi disini membahas tentang: i) Inspeksi Kesehatan Lingkungan/ IKL, ii) bahan dan
alat Inspeksi Kesehatan Lingkungan, iii) pengamatan fisik media lingkungan, iv) pengukuran media
lingkungan di tempat.
b. Lokasi titik dan frekuensi minimal IKL untuk depot air minum
Frekuensi IKL
Lokasi titik IKL
per tahun
Tempat asal air baku 1
Alat pengangkut air baku (mobil tangki air) 1
Tandon (untuk menyimpan air baku) 1
Pencucian galon (tempat dan cara pencucian wadah/galon yang 1
akan di isi air minum ke dalam wadah/ galon)
Pengisian galon (tempat dan cara pengisian air minum ke dalam 1
wadah/ galon)
c. Lokasi titik dan frekuensi minimal IKL untuk air minum bukan jaringan perpipaan
Frekuensi IKL
Lokasi titik inspeksi sanitasi
per tahun
Sumur gali/sumur dangkal 1
Sumur bor/sumur pompa tangan 1
Bak penampung air hujan 1
Terminal air 1
Bangunan perlindungan mata air 1
d. Penilaian diberikan terhadap semua pertanyan pengamatan pada sebuah obyek yang diamati
dengan menjawab pertanyaan “YA” atau “TIDAK”.
Hasil inspeksi sanitasi dilakukan dengan menghitung rata-rata prosentase jawaban YA dari semua
obyek yang diamati. Rata-rata prosentase tersebut kemudian dikonversi ke dalam tingkat risiko
pencemaran dengan katagori Sangat Tinggi (AT), Tinggi (T), Sedang (S) dan Rendah (R).
Adapun konversi rata-rata prosentase ke tingkat risiko pencemaran, adalah sebagai berikut:
% Rata-rata Tingkat risiko pencemaran
<25 Risiko Pencemaran Rendah (R)
25 – 50 Risiko Pencemaran Sedang (S)
51 – 75 Risiko Pencemaran Tinggi (T)
>75 Risiko Pencemaran AmatTinggi (AT)
Keterangan dari hasil IKL adalah sebagai berikut :
Hasil IKL dengan kategori S dan R dilanjutkan dengan pengambilan dan pengujian sampel air
minum.
Hasil IKL dengan kategori AT dan T maka pengambilan dan pengujian sampel air minum
dilakukan setelah tindakan perbaikan terhadap sarana tersebut.
Penetapan Jumlah Dan Frekuensi Pengambilan Air Minum Pada Pengawasan Eksternal.
Pengambilan sampel air minum dilaksanakan berdasarkan hasil IKL sebagaimana terurai diatas, yaitu
terhadap air minum dengan system jaringan perpipaan , depot air minum, dan air minum bukan
jaringan perpipaan, dengan risiko pencemaran sedang (S) dan rendah (R).
1. Air minum dengan jaringan perpipaan
Pengambilan sampel air minum dilaksanakan berdasarkan hasil laporan pengawasan internal
penyelenggara air minum. Jumlah sampel dan frekuensi pengujian sampel air minum harus
dilaksanakan berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani pada jaringan distribusi sesuai dengan
ketentuan minimal sebagai berikut:
Frekuensi
Parameter Jumlah Sampel per Jumlah Penduduk Dilayani
Pengujian
< 5000 <5000 - 100.000 >100.000
Fisik Satu tahun 1 1 per 5000 1 per 10.000 penduduk
sekali penduduk ditambah 5 sampel
tambahan
Keterangan:
*) Parameter kimia tambahan yang ditetapkan oleh peraturan daerah.
Keterangan:
*) Parameter kimia tambahan yang ditetapkan oleh peraturan daerah.
3. Air minum bukan jaringan perpipaan
Jumlah sampel dan frekuensi pengujian sampel air minum dilakukan sesuai kebutuhan dengan
ketentuan minimal sebagai berikut;
Parameter Frekuensi pengujian Jumlah sampel
Mikrobiologi Satu tahun sekali 1
Fisika Satu tahun sekali 1
Kimia Wajib Satu tahun sekali 1
Kimia tambahan* Satu tahun sekali 1
Keterangan:
*) Parameter kimia tambahan yang ditetapkan oleh peraturan daerah
Penetapan Jumlah dan Frekuensi Pengambilan Sampel Air Minum Pada Pengawasan
Internal. Pengambilan sampel air minum dilaksanakan berdasarkan hasil IKL sebagaimana terurai
diatas, yaitu terhadap air minum dengan system jaringan perpipaan , depot air minum, dan air minum
bukan jaringan perpipaan, dengan risiko pencemaran sedang (S) dan rendah (R).
1. Air minum dengan jaringan perpipaan
Pengambilan sampel air minum dilaksanakan berdasarkan hasil laporan pengawasan internal
penyelenggara air minum. Jumlah sampel dan frekuensi pengujian sampel air minum harus
dilaksanakan berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani pada jaringan distribusi sesuai dengan
ketentuan minimal sebagai berikut:
Frekuensi Jumlah Sampel per Penduduk Dilayani
Parameter
pengujian >5000 <5000-100.000 >100.000
1 per 10.000 penduduk
Satu bulan 1 per 5000
Fisik 1 ditambah 10 sampel
sekali penduduk
tambahan
1 per 10.000 penduduk
Satu bulan 1 per 5000
Mikrobiologi 1 ditambah 10 sampel
sekali penduduk
tambahan
Enam bulan 1 per 5000
Kimia wajib 1 1 per 10.000 penduduk
sekali penduduk
Kimia Enam bulan 1 per 5000
1 1 per 10.000 penduduk
tambahan*) sekali penduduk
Keterangan:
*) Parameter kimia tambahan yang ditetapkan oleh peraturan daerah.
2. Depot air minum
Untuk menjamin kualitas air minum yang diproduksi memenuhi persyaratan, depot air minum
yang diproduksi memenuhi persyaratan, depot air minum wajib melaksanakan pengawasan internal
terhadap kualitas air yang siap dimamasukan ke dalam gallon/wadah air minum.
Jumlah sampel frekuensi pengujian sampel air minum dilaksanakan sesuai kebutuhan dengan
ketentuan minimal sebagai berikut:
a. Air baku
Keterangan:
*) Parameter kimia tambahan yang ditetapkan oleh peraturan daerah.
b. Air yang siap dimasukkan ke dalam gallon/wadah air minum
Parameter Frekuensi pengujian Jumlah sampel
Mikrobiologi Satu bulan sekali 1
Fisika Satu bulan sekali 1
Kimia Wajib Enam bulan sekali 1
Kimia tambahan*) Enam bulan sekali 1
Keterangan:
*) Parameter kimia tambahan yang ditetapkan oleh peraturan daerah
3. Air minum bukan jaringan perpipaan
Jumlah sampel dan frekuensi pengujian sampel air minum dilakukan sesuai kebutuhan dengan
ketentuan minimal sebagai berikut:
Parameter Frekuensi pengujian Jumlah sampel
Mikrobiologi Satu bulan sekali 1
Fisika Satu bulan sekali 1
Kimia Wajib Enam bulan sekali 1
Kimia tambahan*) Enam bulan sekali 1
Keterangan:
*) Parameter kimia tambahan yang ditetapkan oleh peraturan daerah
2.3.2. Penyehatan udara, tanah, dan kawasan
Upaya Kesehatan Lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Lingkungan sehat tersebut mencakup permukiman, tempat kerja,
tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas umum.
Yang dimaksud dengan tempat dan fasilitas umum adalah lokasi, sarana, dan prasarana
kegiatan bagi masyarakat umum. Sebut saja: fasilitas kesehatan; fasilitas pendidikan; tempat ibadah;
hotel; rumah makan dan usaha lain yang sejenis; sarana olahraga; sarana transportasi darat, laut, udara,
dan kereta api;stasiun dan terminal; pasar dan pusat perbelanjaan; pelabuhan, bandar udara, dan pos
lintas batas darat negara; dan tempat dan fasilitas umum lainnya (PP No.66/2014 tentang Kesling).
Di Indonesia peraturan yang terkait dengan TFU sebagai berikut :
1. Kepmenkes RI Nomor 1429 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan
di Sekolah
2. Kepmenkes RI Nomor 1428 Tahun 2006 tentang Penyelelenggaraan Kesehatan
Lingkungan di Puskesmas
3. Permenkes RI Nomor 1077 tahun 2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang
4. Kepmenkes RI Nomor 829 Tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan
5. Kepmenkes RI Nomor 519 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pasar Sehat
Inspeksi Kesehatan Lingkungan di TFU
IKL adalah kegiatan pemeriksaan dan pengamatan secara Langsung terhadap media
lingkungan dalam rangka pengawasan berdasarkan standar, norma dan baku mutu yang berlaku untuk
meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat. IKLdilakukan dengan menggunakan instrumen baku
yang terdapat dalam Lampiran Permenkes/ Kepmenkes yang berlaku:
a) IKL Tempat dan Fasilitas Umum
1. Pengertian
o Kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan
dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari
aspek fisik, kimia, biologi maupun sosial
o Media lingkungan adalah media lingkungan air, udara, tanah, pangan, sarana dan bangunan
serta vektor dan binatang pembawa penyakit
o Standar baku mutu kesehatan lingkungan adalah spesifikasi teknis atau nilai yang
dibakukan pada media lingkungan yang berhubungan atau berdampak langsung terhadap
kesehatan masyarakat
o Persyaratan kesehatan adalah kriteria dan ketentuan teknis kesehatan pada media
lingkungan
o Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.
o Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah setiap kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.
o Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah suatu kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan
memulihkan kesehatan perseorangan.
o Sarana perkeretaapian adalah kendaraan yang dapat bergerak di jalan rel.
o Prasarana perkeretaapian adalah jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas kereta
api agar kereta api dapat dioperasikan
o Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, sumberdaya
manusia, serta norma, kriteria, persyaratan dan prosedur untuk penyelenggaraan
transportasi kereta api
o Penyelenggara sarana perkeretaapian adalah badan usaha yang mengusahakan sarana
perkeretaapian umum
o Penyelenggara prasarana perkeretaapian adalah pihak yang menyelenggarakan prasarana
perkeretaapian
o Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun
dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di
jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api
o Pasar adalah lembaga ekonomi tempat bertemunya pembeli dan penjual, baik secara
langsung maupun tidak langsung, untuk melakukan transaksi Perdagangan
o Standar pasar adalah kualifikasi pasar yang didasarkan luas lahan dan jenis bangunan
beserta fasilitasnya sesuai dengan jenis kegiatan /produk yang dihasilkan.
o “Pasar rakyat” adalah tempat usaha yang ditata, dibangun, dan dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan/atau Badan Usaha Milik
Daerah dapat berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil
dan menengah, swadaya masyarakat, atau koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah
dengan proses jual beli Barang melalui tawar-menawar.
o Sarana dan prasarana pendidikan yang dimaksud adalah sarana pendidikan yang bersifat
formal, yang meliputi tiga tingkatan yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan
Dasar, dan Pendidikan Menengah
o Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah,
yang meliputi Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang
sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau
bentuk lain yang sederajat.
o Pendidikan menengah adalah lanjutan pendidikan dasar, yang meiputi Sekolah Menengah
Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA),Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah
Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
o Tempat ibadah adalah tempat dan fasilitas umum yang berfungsi menyediakan tempat
atau menyelenggarakan peribadatan dan kegiatan keagamaan bagi jamaah pemeluknya
o Masjid menyediakan tempat atau menyelenggarakan peribadatan dan kegiatan keagamaan
bagi jemaah pemeluk agama Islam
o Gereja Keristen menyediakan tempat atau menyelenggarakan peribadatan dan kegiatan
keagamaan bagi jemaah pemeluk agama Keristen
o Gereja Katolik menyediakan tempat atau menyelenggarakan peribadatan dan kegiatan
keagamaan bagi jemaah pemeluk agama Katolik
o Pura menyediakan tempat atau menyelenggarakan peribadatan dan kegiatan keagamaan
bagi jemaah pemeluk agama Hindu
o Vihara menyediakan tempat atau menyelenggarakan peribadatan dan kegiatan keagamaan
bagi jemaah pemeluk agama Budha
o Kelenteng menyediakan tempat atau menyelenggarakan peribadatan dan kegiatan
keagamaan bagi jemaah pemeluk agama Khonghucu
o Pengelola tempat ibadah ialah orang atau sekelompok orang yang tergabung dalam suatu
organisasi bertujuan untuk melaksanakan tata kelola tempat ibadah. Kata lain yang sering
digunakan ialah pengurus, ta’mir dan lain-lain.
o Sarana olahraga adalah peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk kegiatan
olahraga .
o Prasarana olahraga adalah tempat atau ruang termasuk lingkungan yang digunakan untuk
kegiatan olah raga dan atau penyelenggaraan keolahragaan
o Sarana dan prasarana olahraga adalah tempat tempat umum yang dipergunakan masyarakan
untuk melakukan kegiatan olahraga, baik sebagai pelaku olahraga ataupun sebagai
penonton
o Hotel adalah fasilitas dan tempat umum yang berfungsi memberikan pelayanan akomodasi
menginap berupa kamar-kamar di dalam suatu bangunan, yang dapat dilengkapi dengan
jasa pelayanan makan dan minum, kegiatan hiburan dan/atau fasilitas lainnya secara harian
dengan tujuan memperoleh keuntungan
o Usaha hotel adalah usaha penyediaan akomodasi berupa kamar-kamar di dalam suatu
bangunan, yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum, kegiatan
hiburan dan/atau fasilitas lainnya secara harian dengan tujuan memperoleh keuntungan
o Standar Usaha Hotel adalah rumusan kualifikasi usaha hotel dan atau penggolongan kelas
usaha hotel yang mencakup aspek produk, pelayanan dan pengelolaan usaha hotel
o Hotel bintang adalah hotel yang telah memenuhi kriteria penilaian penggolongan kelas
hotel bintang satu, dua, tiga, empat dan lima
o Hotel non bintang adalah hotel yang tidak memenuhi kriteria penilaian penggolongan kelas
hotel bintang satu, dua, tiga, empat dan lima
o Mobil Bus adalah Kendaraan Bermotor angkutan orang yang memiliki tempat duduk lebih
dari 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya lebih dari 3.500 (tiga
ribu lima ratus) kilogram. (PP no 5 Tahun 2012)
o Terminal adalah pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk mengatur
kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan atau barang, serta
perpindahan moda angkutan.
o Pengelola sarana transportasi bus dan terminal ialah orang atau sekelompok orang yang
tergabung dalam suatu organisasi bertujuan untuk melaksanakan tata kelola bus dan
terminal
o Sistem transportasi laut: Suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara penumpang,
barang, sarana dan pasarana ruang darat dan laut yang berinteraksi dalam rangka
perpindahan penumpang atau barang yang tercakup dalam tatanan baik alami maupun
buatan.
o Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan atau perairan dengan batas batas
tertentu sebagai tempat pemerinahan dan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat
kapal bersandar, naik /turun penumpang dan/atau bongkar muat barang berupa terminal dan
tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keamanan dan keselamatan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan inter dan
antar moda transportasi
o Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan
untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang
dan /atau barang dan kelancaran dan keselamatan berlayar, perpindahan intra dan /atau
antar moda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan memperhatikan
tata ruang wilayah.
o Bandar udara (Bandara) adalah kawasan di daratan dan /atau perairan degan batas-batas
tertentu yang di gunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik
turun penumpang,bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda
transportasi, yang di lengkapi degan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta
fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.
o Pesawat Udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat terbang diatmosfer karena gaya
angkat dari reaksi udara,tetapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan bumi yang
digunakn untuk terbang
o Kantor Kesehatan Pelabuhan yang selanjutnya disingkat KKP adalah Unit Pelaksana
Teknis Kementerian Kesehatan diwilayah pelabuhan dan Bandar udara.
o Route Penerbangan adalah lintasan pesawat udara dari bandara asal ke bandara udara tujuan
melalui jalur penerbangan yang telah ditetapkan.
2. Standar Baku Mutu
Standar Baku Mutu Media Air
2.1 Air minum
Standar baku mutu (SBM) air minum meliputi kualitas fisik, biologi, kimia dan
radioaktivitas. Parameter wajib harus diperiksa secara berkala sesuai peraturan yang
berlaku, sedangkan parameter tambahan merupakan parameter yang wajib diperiksa hanya
bagi daerah yang mengindikasikan terdapat pencemaran kimia yang berhubungan dengan
parameter kimia tambahan tersebut.
Parameter wajib untuk SBM Fisik air minum ada 6 yaitu bau, warna, TDS, kekeruhan dan
suhu. Penentuan kadar maksimum bedasarkan pertimbangan kesehatan melalui tolerable
daily intake sebesar 2 liter/perorang/hari dengan berat badan rata-rata 60 kg.
SMB biologi air minum yang wajib untuk dipenuhi agar kualitas air minum aman dari
kontaminan biologi karena berkaitan langsung dengan perlindungan kesehatan. Ada 2
indikator untuk menilai kualitas biologi yaitu Escherichia coli dan Total bakteri koliform
yang harus tidak terdeteksi dalam 100 ml sampel air minum yang diperiksa.
SBM kimia air minum meliputi parameter wajib dan parameter tambahan, baik dari kimia
an-organik maupun organik. Semua parameter dalam kadar maksimum yang diperbolehkan
kecuali derajad keasaman (pH) yang merupakan kisaran tersendah dan tertinggi yang
diperbolehkan.
SBM untuk radioaktif dalam air minum berdasarkan pedoman WHO (2011) meliputi gross
alpha dan gross beta, sebagai penapisan adanya pencemaran radionuklida dalam air. Satuan
yang digunakan untuk SBM radioaktivitas adalah Becquerel/liter air minum yaitu unit
konsentrasi aktivitas radioaktif yang mengalami disintegrasi perdetik. Gross alpha berkaitan
dengan TDS karena radiasi alpha sangat mudah diserap oleh partikel dalam air sehingga
dengan tingginya TDS mengganggu sensitivitas pemeriksaan radiasi alpha. Sedangkan
radiasi beta berhubungan dengan kadar kalium -40 dalam air minum.
2.2 Air untuk keperluan hygiene dan sanitasi
Standar baku mutu air untuk keperluan hygiene dan sanitasi meliputi kualitas fisik, biologi,
kimia, dan radioaktivitas. Parameter wajib merupakan parameter yang harus diperiksa
secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sedangkan
untuk parameter tambahan hanya diwajibkan untuk diperiksa jika kondisi geohodrologi
mengindikasikan adanya potensi pencemaran berkaitan dengan parameter tambahan. Air
tersebut digunakan untuk pemeliharaan kebersihan perorangan dan wudhu tenaga kerja
serta untuk keperluan sanitasi seperti peturasan dan toilet.
Parameter fisik air wajib yang harus diperiksa untuk keperluan hygiene dan sanitasi. Dari
jumlah parameter sama dengan air minum tetapi kadar maksimum yang diperbolehkan
berbeda karena airnya tidak untuk diminum tetapi hanya untuk berkumur.
Parameter SBM biologi air untuk keperluan hygiene dan sanitasi sama dengan untuk air
minum tetapi untuk kadarnya berbeda untuk total koliform karena tidak digunakan untuk
air minum.
Terdapat 10 parameter kimia yang wajib diperiksa secara berkala untuk SBM kimia,
sedangkan parameter tambahan berjumlah 26 dan masing-masing kadarnya.
Parameter SBM radioaktivitas air untuk keperluan hygiene dan sanitasi sama dengan
parameter untuk air minum baik dari segi jumlah maupun kadar tertinggi yang
diperbolehkan.
3. Pengangkutan Limbah B3
Pengangkutan insitu : dari penghasil limbah B3 ke TPS
Pengangkutan exsitu : dari TPS ke pengolah limbah yang berijin.
Pengangkutan ke luar fasyankes dapat dilakukan oleh pihak ke 3 (transporter) atau dilakukan
sendiri dengan menggunakan kendaraan khusus (roda 3) dengan persetujuan yang diterbitkan oleh
Kepala Instansi Lingkungan Hidup. Pengangkutan limbah wajib menggunakan alat angkut yang
berijin, terdapat symbol limbah B3 pada kendaraan dan dilengkapi dengan manifest limbah B3.
4. Pengolahan Limbah B3
Pengolahan limbah dibagi menjadi dua yaitu pengolahan secara termal dan non termal. Pengolahan
limbah secara termal menggunakan peralatan seperti autoklaf, gelombang mikro, iradiasi frekuensi
radio dan incinerator.
5. Penguburan Limbah B3
Penguburan limbah B3 hanya dapat dilakukan untuk limbah patologis dan limbah benda tajam.
Penguburan limbah B3 harus memperoleh persetujuan yang diterbitkan oleh Kepala Instansi
Lingkungan Hidup.
6. Penimbunan Limbah B3
Penimbulan limbah dilakukan terhadap limbah B3 berupa abu terbang incinerator dan slag (abu
dasar incinerator). Penimbunan dapat dilakukan di penimbunan saniter atau penimbunan terkendali
atau penimbunan limbah akhir B3 yang memiliki izin pengelolaan limbah B untuk kegiatan
penimbunan limbah B3. Sebelum dilakukan penimbunan, limbah wajib di enkapsulasi atau
enertisasi.
IKL Pengelolaan Limbah Medis Cair
1. Pengertian
Limbah Cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan Fasyankes yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun, kotoran, dan darah yang
berbahaya bagi kesehatan. Pengelolaan limbah cair adalah proses penanganan limbah cair dari
sumber penghasil, penyaluran hingga pengolahannya termasuk pengawasan, pencatatan dan
pelaporan sehingga memenuhi baku mutu efluen yang berlaku dan tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Volume limbah yang dihasilkan per
hari per tempat tidur yaitu 500 s.d. 950 liter atau rata-rata 650 liter, sedangkan 20 s.d. 60 liter per
orang per hari untuk petugas.
e. Teknologi Anaerobik-Aerobik
Kelebihan Kelemahan
Pengoperasian dan perawatannya mudah. Biaya investasi lebih mahal.
Proses pengolahan sangat sederhana. Menghasilkan bau metana dan
Dapat mengolah limbah cair dengan beban sulfida pada bak anaerob.
organik tinggi.
Dapat menghilangkan nitrogen dan fosfor.
Suplai oksigen relatif kecil.
Lumpur yang dihasilkan relatif sedikit.
Tahan terhadap shock loading.
Tidak menggunakan bahan kimia
PEMICUAN STBM
a. Alat-alat utama partisipasi untuk pemicuan
Dasar utama pemicuan adalah bagaimana masyarakat memahami alur penularan penyakit
yang disebabkan kondisi lingkungan yang tidak sehat, sehingga masyarakat menjadi tau dengan
sendirinya terkait perilaku dan kondisi lingkungannya selama ini, sehingga dengan mengetahui kondisi
tersebut masyarakat harapannya mempunyai komitmen secara kolektif untuk berubah perilakunya dan
mempunyai kemauan untuk membangun akses sanitasi secara mandiri dan bersama-sama.
Alat-alat utama partisipasi untuk pemicuan digunakan sebagai sarana untuk memfasilitasi
masyarakat dalam menganalisa kondisinya, ada beberapa alat PRA yang diperlukan, seperti:
Pemetaan, yang bertujuan untuk mengetahui / melihat peta wilayah BAB masyarakat serta
sebagai alat monitoring (pasca triggering, setelah ada mobilisasi masyarakat)
Transect Walk, bertujuan untuk melihat dan mengetahui tempat yang paling sering
dijadikan tempat BAB. Dengan mengajak masyarakat berjalan ke sana dan berdiskusi di
tempat tersebut, diharapkan masyarakat akan merasa jijik dan bagi orang yang biasa BAB
di tempat tersebut diharapkan akan terpicu rasa malunya.
Alur Kontaminasi (Oral Fecal); mengajak masyarakat untuk melihat bagaimana kotoran
manusia dapat dimakan oleh manusia yang lainnya.
Alur penularan penyakit (diagram F) :
b. Elemen pemicuan dan faktor penghambat pemicuan.
Dalam pemicuan di masyarakat terdapat beberapa faktor yang harus dipicu sehingga target
utama yang diharapkan dari pendekatan CLTS yaitu: merubah perilaku sanitasi dari masyarakat yang
masih melakukan kebiasaan BAB di sembarang tempat dapat tercapai.
Secara umum faktor-faktor yang harus dipicu untuk menumbuhkan perubahan perilaku
sanitasi dalam suatu komunitas, diantaranya:
o Perasaan jijik
o Perasaan malu dan kaitannya dengan privacy seseorang
o Perasaan takut sakit
o Perasaan takut berdosa
o Perasaan tidak mampu dan kaitannya dengan kemiskinan.
Berikut ini adalah elemen-elemen yang harus dipicu, dan alat – alat PRA yang digunakan
untuk pemicuan faktor-faktor tersebut.
Hal – hal yang
Alat yang digunakan
harus dipicu
Rasa jijik Transect walk
Demo air yang mengandung tinja, untuk digunakan cuci muka, kumur-
kumur, sikat gigi, cuci piring, cuci pakaian, cuci makanan / beras, wudlu,
dll
Rasa malu Transect walk (meng-explore pelaku open defecation)
FGD (terutama untuk perempuan)
Takut sakit FGD:
Perhitungan jumlah tinja
Pemetaan rumah warga yang terkena diare dengan didukung data
puskesmas
Alur kontaminasi
Aspek agama Mengutip hadits atau pendapat-pendapat para ahli agama yang relevan
dengan perilaku manusia yang dilarang karena merugikan manusia itu
sendiri.
Privacy FGD (terutama dengan perempuan)
Kemiskinan Membandingkan kondisi di desa/dusun yang bersangkutan dengan
masyarakat “termiskin” seperti di Bangladesh atau India.
Dalam memicu elemen-elemen di atas, dalam suatu komunitas biasanya ada juga faktor-
faktor penghambat pemicuan. Salah satunya adalah bahwa masyarakat sudah terbiasa dengan subsidi,
sementara dalam pendekatan CLTS tidak ada unsur subsidi sama sekali. Berikut adalah beberapa hal
yang biasanya menjadi penghambat pemicuan di masyarakat, dengan alternatif solusi untuk
mengurangi atau mengatasi faktor penghambat tersebut.
Hal-hal yang menjadi penghambat Solusi
pemicuan di masyarakat
Kebiasaan dengan subsidi / bantuan Jelaskan dari awal bahwa kita tidak punya apa-
apa, kita tidak membawa bantuan
Faktor gengsi; malu untuk membangun Gali model-model jamban menurut masyarakat
jamban yang sangat sederhana (ingin jamban dan jangan memberikan 1 pilihan model jamban
permanen)
Tidak ada tokoh panutan Munculkan natural leader, jangan mengajari dan
biarkan masyarakat mengerjakannya sendiri.
B. Tujuan RPAM
Tujuan utama dari pelaksanaan RPAM adalah untuk menjamin keamanan penyediaan air
minum kepada pemanfaatnya/konsumen. Tujuan lain dari pelaksanaan RPAM adalah :
o Menciptakan pengelolaan sistem air minum yang menjamin aspek 4K (Kualitas, Kuantitas,
Kontinuitas dan Keterjangkauan) air minum;
o Untuk menciptakan kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa
pelayanan air minum secara efektif dan efisien
C. Acuan penilaian Kinerja RPAM
Sebagai acuan penilaian besarnya risiko, hasil produksi dan kinerja RPAM dengan konsep
yang 4K didefinisikan sebagai berikut :
o K1 (Kualitas) adalah acuan kualitas air minum yang layak dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia. K1 ini menggunakan standar air minum yang diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
o K2 (kuantitas) adalah acuan jumlah air yang dinilai mencukupi bagi pola hidup/
penggunaan air masyarakat. K2 ini menggunakan standar kebutuhan pokok air minum
yaitu 10 M3/kepala keluarga/bulan atau 60 liter/orang/hari berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum 01/PRT/M/2014
o K3 (Kontinuitas) adalah acuan tidak terputusnya aliran air dari instalasi pengolahan air
minum kepelanggan. K3 ini menggunakan standar lama pengaliran tak terputus selama 24
jam/hari
o K4 (Keterjangkauan) adalah acuan harga air minum yang layak bagi masyarakat sesuai
dengan Permendagri no 23 tahun 2006 yaitu tidak melampaui 4 % dari pendapatan
masyarakat pelanggan
B. Pelaporan
Upaya kesehatan lingkungan yang wajib dilaporkan Puskesmas adalah upaya pengawasan
kualitas air minum, upaya pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan, upaya pengawasan Tempat-
Tempat Umum, upaya pengawasan rumah, Konseling Pelayanan Kesehatan Lingkungan, STBM/ODF.
Hasil kegiatan upaya kesehatan lingkungan dicatat dalam berbagai instrumen pencatatan
data kesehatan lingkungan sebagaimana dibahas pada bagian pencatatan kesehatan lingkungan. Hasil
kegiatan ini direkapitulasi kedalam Laporan Triwulan Kesehatan Lingkungan.
a. Sumber Data
1) Register Inspeksi Kesehatan Lingkungan Sarana Air Minum Menurut Sarana dan Desa
2) Register Inspeksi Kesehatan Lingkungan Tempat Pengelolaan Makanan Menurut Jenis Sarana
3) Register Inspeksi Kesehatan Lingkungan Tempat Tempat Umum Menurut Jenis Sarana
4) Register Hasil Penilaian STBM
C. E-Monev Program Kesling (hanya sosialisasi)
BAB IV
PERENCANAAN
Pemerintah provinsi dan kabupaten harus mendukung tercapainya RKP 2020 yang bertema
“Memacu Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi Untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja Serta
Mengurangi Kemiskinan dan Kesenjangan Antar Wilayah”. Pada tahun 2020, Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) Kesehatan Lingkungan adalah:
1. Jumlah desa yang melaksanakan STBM dengan target 22 Desa
2. Jumlah Tempat-Tempat Umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan lingkungan dengan target
100%
3. Persentase TPM yang dilakukan pengawasan sebanyak 100%
4. Persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan sebanyak 100%
5. Jumlah pasar yang memenuhi syarat kesehatan yang dilakukan pengawasan sebanyak 100%
BAB V
RENCANA TINDAK LANJUT
Kolom 7 : Biaya
Kolom ini diisi dengan jumlah anggaran yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
standar yang ada.