Professional Documents
Culture Documents
Karya Ilmiah Petrokimia - Kelompok 2
Karya Ilmiah Petrokimia - Kelompok 2
TERHADAP LINGKUNGAN
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Alhamdulillah segala puji dan syukur bagi Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Pengaruh Industri Petrokimia terhadap
Lingkungan”.
Terima kasih kepada Bapak Husni Husnayan, M.H selaku dosen pengajar
mata kuliah Pengetahuan Lingkungan Industri yang telah membimbing dalam
penyusunan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sumber yang
bermanfaat bagi para pembaca dalam upaya menjaga juga melestarikan
lingkungan agar tetap lestari sampai generasi mendatang.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Industri petrokimia, sebagai bagian integral dari kompleksitas ekonomi dan industri
modern, memainkan peran krusial dalam menyediakan berbagai produk yang membentuk
landasan kehidupan sehari-hari. Dengan mengambil bahan baku utamanya dari sumber daya
alam seperti minyak bumi dan gas alam, industri ini menjadi mesin penggerak bagi berbagai
sektor, memberikan kontribusi vital terhadap kemajuan teknologi, pembangunan
infrastruktur, dan inovasi produk.
Sejak awal abad ke-20, industri petrokimia telah mengalami perkembangan pesat,
mengubah cara kita memandang dan memanfaatkan berbagai material. Plastik, serat sintetis,
pupuk, dan bahan kimia lainnya yang dihasilkan oleh industri ini tidak hanya mengubah
wajah konsumen modern, tetapi juga memberikan keunggulan kompetitif bagi sejumlah
sektor ekonomi.
Dalam konteks ini, makalah ini bertujuan untuk menyelidiki lebih lanjut tentang
industri petrokimia, menggali sejarahnya, mendiskusikan produk-produk kunci yang
dihasilkannya, serta mengeksplorasi isu-isu kritis yang dihadapi oleh industri ini. Selain itu,
makalah ini akan menyoroti upaya-upaya inovatif dan keberlanjutan yang diambil oleh
perusahaan di sektor ini untuk mempertahankan peran vitalnya dalam struktur ekonomi
global.
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Industri adalah suatu bidang atau kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan
pengelolaan/pembuatan bahan baku atau pembuatan barang jadi dengan
pengelolaan/pembuatan bahan baku atau pembuatan barang jadi di pabrik dengan
menggunakan keterampilan dan tenaga kerja (bahasa Inggris: industrious) dan penggunaan
alat-alat di bidang pengelolaan hasil bumi, dan distribusinya sebagai kegiatan utama. Maka,
industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi
kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi. Industri merupakan bagian dari
proses produksi dan kegiatan proses produksi dalam industri disebut dengan perindustrian.
Petrokimia adalah bahan kimia apapun yang diperoleh dari bahan bakar fosil. Ini
termasuk bahan bakar fosil yang telah dipurifikasi seperti metana, propana, butana, bensin,
minyak tanah, bahan bakar diesel, bahan bakar pesawat, dan juga termasuk berbagai bahan
kimia untuk pertanian seperti pestisida, herbisida, dan pupuk, serta bahan-bahan, seperti
plastik, aspal, dan serat buatan.
Jadi, industri petrokimia adalah industri yang berkembang berdasarkan suatu pola
yang mengkaitkan suatu produk-produk industri minyak bumi yang tersedia, dengan
kebutuhan masyarakat akan bahan kimia atau bahan konsumsi dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh produk-produk industri petrokimia antara lain Methanol, Ethylene, Propylene,
Butadine, Benzene, Toluene, Xylenes, Fuel Coproducts, Pyrolisis Gasoline, Pyrolisis Fuel
Oil, Raffinate dan Mixed C4.
Limbah adalah bahan pembuangan tidak terpakai yang berdampak negatif bagi
masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Limbah merupakan sisa produksi, baik dari alam
maupun hasil kegiatan manusia. Sedangkan, limbah industri adalah semua jenis bahan sisa
atau bahan buangan yang berasal dari hasil samping suatu proses perindustrian. Limbah
industri dapat berupa padat, cair, gas, atau bahan berbahaya dan beracun (B3) yang memiliki
potensi untuk mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan manusia dan makhluk
2
hidup lainnya. Oleh karena itu, limbah industri harus dikelola dengan baik agar tidak
menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan dan keseimbangan ekosistem.
Limbah ini berbentuk padat atau semi-padat yang dihasilkan dari kegiatan produksi,
pengolahan, atau konsumsi di sektor industri. Contoh limbah padat industri adalah
plastik, kertas, kain, logam, kayu, kaca, dan sebagainya. Limbah padat industri dapat
dibedakan menjadi limbah padat B3 dan limbah padat non B3. Limbah padat B3
adalah limbah yang memiliki sifat mudah meledak, mudah terbakar, reaktif, beracun,
infeksius, atau korosif. Contoh limbah padat B3 adalah sisa baterai, cat, pestisida,
obat-obatan, dan sebagainya.
Limbah ini berbentuk cair atau semi-cair yang dihasilkan dari proses pencucian,
pendinginan, pelarutan, atau pengolahan bahan baku di sektor industri. Contoh
limbah cair industri adalah air limbah dari industri tekstil, makanan, minuman,
kimia, farmasi, dan sebagainya. Limbah cair industri dapat mengandung zat-zat
organik maupun anorganik yang dapat menurunkan kualitas air dan mengganggu
kehidupan biota air.
limbah ini berbentuk gas atau uap yang dihasilkan dari proses pembakaran,
pemanasan, pengeringan, atau pengolahan bahan baku di sektor industri. Contoh
limbah gas industri adalah asap cerobong pabrik yang mengandung karbon
monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), hidrokarbon,
partikel halus, dan sebagainya. Limbah gas industri dapat menyebabkan pencemaran
udara dan efek rumah kaca yang dapat mempengaruhi iklim dan kesehatan
pernapasan.
4. Limbah B3
Limbah ini adalah limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) yang
dapat berupa padat, cair, atau gas. Limbah B3 memiliki potensi untuk menimbulkan
bahaya bagi manusia dan lingkungan baik secara langsung maupun tidak
3
langsung. Contoh limbah B3 adalah limbah radioaktif, limbah medis, limbah
elektronik, limbah nuklir, limbah minyak bumi, dan sebagainya.
Secara khusus, industri petrokimia dapat didefinisikan sebagai sektor industri yang
menggunakan teknologi kimia dan proses rekayasa untuk mengubah komponen-komponen
kimia yang terkandung dalam minyak bumi dan gas alam menjadi produk-produk kimia
yang lebih kompleks. Proses-proses ini melibatkan berbagai tahap, termasuk pemisahan,
pemurnian, dan konversi molekuler untuk menciptakan produk dengan nilai tambah yang
tinggi.
Industri petrokimia memainkan peran penting dalam menyediakan bahan baku bagi
berbagai produk konsumen dan industri. Meskipun memberikan kontribusi besar terhadap
perkembangan dan kemajuan teknologi, industri petrokimia juga dihadapkan pada tantangan
terkait dampak lingkungan, regulasi ketat, dan fluktuasi pasar minyak. Oleh karena itu,
inovasi berkelanjutan dan peningkatan keberlanjutan semakin menjadi fokus dalam industri
ini.
4
Industri petrokimia memiliki keuntungan dalam kemampuannya memproduksi
material dengan berbagai sifat dan aplikasi. Plastik yang dihasilkan, sebagai contoh,
digunakan dalam pembuatan berbagai produk konsumen seperti botol air minum, peralatan
rumah tangga, dan kemasan makanan. Selain itu, produk kimia petrokimia juga digunakan
dalam sektor industri lain seperti otomotif, elektronik, dan tekstil. Secara keseluruhan,
industri petrokimia memiliki dampak luas dalam mendukung aktivitas ekonomi.
Secara umum, industri petrokimia terdiri dari tiga bagian utama, yakni:
5
3. Produk Petrokimia di Bagian Hilir
Bagian industri petrokimia hilir berperan sebagai pengolah produk antara menjadi
produk jadi yang siap digunakan oleh masyarakat. Pada tahap ini, berbagai macam
jenis produk jadi diproduksi dengan fungsinya masing-masing, seperti pupuk, serat
pakaian, alat kosmetik, bahan pelarut, cat, lilin, karet nilon, bahan peledak, dan
berbagai jenis produk lainnya.
Dalam proses absorpsi biasanya bahan cairan atau zat padat yang digunakan
dapat diregenerasi untuk digunakan kembali, dan sekali waktu perlu ditambah
sebagai pengganti cairan yang hilang selama proses. Untuk zat padat absorpsi walau
sudah dilakukan regenerasi, pada suatu saat perlu penggantian bila aktivitasnya
sudah menurun. Masalah yang akan timbul adalah bagaimana menanganı zat
absorben padat tersebut agar tidak mencemarı lingkungan apalagi bila bahan yang
diserap cukup berbahaya, misalnya Pb.
Dampak negatif limbah gas, debu dan butiran- butıran halus terhadap
kesehatan manusia antara lain:
a. Gas beracun:
▪ CO, dapat menyebabkan gangguan fungsi otak.
▪ SO2, Nitrogen Dioksida (NO₂), Ozon, NH3, beberapa senyawa aromatik,
H₂S dapat menimbulkan gangguan pernafasan, dan / atau iritasi mata.
6
b. Smog (kabut/asap):
▪ Dapat mengganggu penglihatan dan pernafasan.
c. Debu:
▪ Mengganggu pernafasan dan bila beracun (misalnya Pb) dapat
menyebabkan gangguan saraf, saluran pernafasan dan menyebabkan
anemia.
▪ Debu yang mengandung serat asbes dapat menimbulkan kanker.
Akibat pencemaran gas, debu dan butiran- butiran halus tersebut tidak saja
berpengaruh dalam jangka pendek namun juga jangka panjang. Tidak hanya
berpengaruh secara lokal namun juga global. Contohnya efek rumah kaca. yaitu
kenaikan suhu bumi akibat meningkatnya kadar CO₂ di dalam udara, menipisnya
lapisan ozon dan lain-lain. Pemanasan global yang terjadi akibat terakumu- lasinya
gas rumah kaca dalam jumlah yang berlebihan dapat membawa pengaruh langsung
dan tidak langsung pada kesehatan.
7
▪ Perubahan respon imun tubuh.
▪ Meningkatkan katarak.
Dari hasil penelitian tentang industri minyak bumi yang sudah dilakukan saat
ini menunjukkan gas-gas hasil pembakaran bahan bakar fosil yang diteliti
toksisitasnya hanya SO2, NO2 dan CO. Pembakarannya juga masih terbatas pada
dapur di rumah tangga dan kendaraan bermotor. Dampak yang diteliti terhadap
kesehatan manusia terutama dihubungkan dengan gangguan saluran pernafasan.
Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi SO2 dan NO2 dalam rumah mempunyai
hubungan bermakna dengan kejadian ISPA dan Asma pada Anak Balita Jenis bahan
bakar untuk memasak, kepadatan rumah dan kelembaban relatif ternyata
berhubungan bermakna dengan kejadian ISPA. Anak Balita hampir 4 kali berisiko
mendapatkan ISPA di rumah-rumah yang menggunakan minyak tanah sebagai bahan
bakar memasak dibandingkan dengan yang menggunakan elpiji.
Dampak gas buangan pembakaran bahan bakar fosil pernah dipelajari secara
keseluruhan, misalnya bagaimana pengaruh gas buang kendaraan umum terhadap
paru-paru pengemudinya. Hasilnya menunjukkan pengaruhnya lebih besar pada
kendaraan bermotor yang mesinnya di bawah tempat duduk pengemudinya
dibanding dengan yang mesinnya di depan.
8
dengan debu selama 4 tahun mempunyai risiko terkena gangguan saluran pernafasan
4 kali lebih besar.
Jenis-jenis kontaminan dan pencemar dari industri yang sering pula terdapat
dalam air buangan rumah tangga yaitu: As, CN, Cr, Cd, Cu, F, Hg, Pb dan Zn.
Besarnya kandungan zat ini tergantung darı sumbernya dan seberapa jauh telah
dilakukan pemisahan atau pengolahan limbah dan pengolahan air buangan
sebelum dibuang ke perairan bebas.
9
Tingginya BOD menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut, sehingga
dapat menimbulkan kematian organisme akuatik dan terjadinya oksidasi anaerob
yang menimbulkan bau pada perairan. Bahan-bahan yang berbau baik yang
terkandung dalam limbah sebagai hasil reaksi yang terjadi di perairan, atau sebagai
hasil peruraian anaerob dari padatan yang mengendap, sering merupakan tanda
adanya pencemaran berat. Lemak dan minyak juga dapat menimbulkan gangguan
tidak saja pada penampilan (estetika), tetapi secara langsung juga mempengaruhi
flora dan fauna perairan seperti mempengaruhi rasa ikan. Minyak dan zat warna yang
mengambang di permukaan perairan apat menghalangi menembusnya sinar matahari
ke dalam air, sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem perairan.
Dari hasil penelitian Zakianis yang dilakukan terhadap limbah padat dan
limbah cair industri pulp dan kertas, ternyata limbah padat dan limbah cair ini mampu
menyerap Cr dalam limbah cair electroplating sampai 65%. Cr merupakan logam
berat yang dapat mengganggu lingkungan. Logam berat lainnya yang dapat
mengganggu lingkungan adalah Pb, Hg, dan Cd16.
10
minyak (BBM) masih mengandung timbal (1978-1981) kadar Pb darah penduduknya
rata-rata 13µg%.
11
▪ Implementasi program efisiensi energi dalam proses produksi.
▪ Konversi unit-unit produksi menjadi menggunakan bahan bakar yang
lebih bersih dan ramah lingkungan.
2. Limbah B3:
✓ Solusi: Menerapkan proses produksi yang menghasilkan limbah lebih sedikit,
serta pengelolaan limbah yang aman dan ramah lingkungan.
✓ Upaya Nyata:
▪ Penerapan teknologi daur ulang untuk meminimalkan limbah.
▪ Penyusunan rencana manajemen limbah yang ketat dan sesuai peraturan.
▪ Pelibatan dalam program daur ulang komunitas dan inisiatif
berkelanjutan.
3. Minyak Bumi:
✓ Solusi: Mengurangi ketergantungan pada minyak bumi dengan
mempromosikan energi terbarukan dan diversifikasi bahan baku.
✓ Upaya Nyata:
▪ Pengembangan sumber energi alternatif seperti biofuel dan hidrogen.
▪ Penelitian untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi emisi pada
proses produksi berbasis minyak bumi.
▪ Investasi dalam teknologi penggantian bahan baku minyak bumi dengan
bahan baku ramah lingkungan.
4. Gas Alam:
✓ Solusi: Optimalisasi penggunaan gas alam, mengurangi emisi, dan
mempertimbangkan transisi ke energi terbarukan.
✓ Upaya Nyata:
▪ Penerapan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca dari pembakaran gas alam.
▪ Pengembangan infrastruktur untuk mendukung penggunaan gas alam
sebagai bahan bakar alternatif yang lebih bersih.
▪ Diversifikasi portofolio energi untuk memasukkan lebih banyak sumber
energi terbarukan.
5. Tiga Bagian Utama Industri Petrokimia:
✓ Solusi: Menerapkan pendekatan holistik yang mempertimbangkan
keberlanjutan di semua bagian industri petrokimia.
✓ Upaya Nyata:
12
▪ Bagian Hulu: Penerapan teknologi produksi yang lebih efisien dan ramah
lingkungan. Investasi dalam penelitian untuk menggantikan bahan baku
yang tidak berkelanjutan.
▪ Bagian Hilir: Peningkatan efisiensi proses distribusi dan pengurangan
emisi saat memasarkan produk petrokimia.
▪ Bagian Antara: Inovasi dalam proses konversi dan pengembangan produk
yang lebih ramah lingkungan. Keterlibatan dalam rantai pasok yang
berkelanjutan.
13
konsekuensi jangka panjang bagi ekosistem dan biodiversitas. Kedekatan situs
pembuangan ilegal dengan area pemukiman meningkatkan urgensi penanganan
segera terhadap tuduhan ini.
Aktivis lingkungan, warga yang prihatin, dan otoritas setempat mendesak
untuk dilakukannya penyelidikan menyeluruh terhadap praktik pembuangan limbah
PT Asahimas Chemical. Jika terbukti bersalah, perusahaan tersebut dapat
menghadapi konsekuensi hukum dan sanksi atas pelanggaran regulasi lingkungan.
Kejadian ini menjadi pengingat keras akan pentingnya praktik pengelolaan
limbah yang bertanggung jawab oleh entitas industri.
Pabrik ini mengoperasikan empat unit flare gas bertekanan tinggi dengan
total kapasitas 1280,29 ton per jam dan dua unit flare gas bertekanan rendah dengan
total kapasitas 11 ton per jam. Sejak tahun 2020, fasilitas ini telah menggunakan satu
unit enclosed ground flare (EGF) berkapasitas 170 ton per jam, yang dibangun
dengan konstruksi tertutup sehingga api tidak terlihat.
14
sekitar, memengaruhi ekosistem, kehidupan liar, dan berkontribusi pada tantangan
lingkungan yang lebih luas.
Selain itu, debu dan pasir yang dihasilkan selama aktivitas konstruksi
berkontribusi pada polusi udara di sekitar lokasi proyek. Dampak dari polusi ini
sangat dirasakan oleh penduduk setempat, terutama dalam bentuk batuk, pilek, dan
sesak napas. Pajanan yang berkepanjangan terhadap debu dan partikel pasir dapat
memiliki dampak serius terhadap kesehatan pernapasan dan umumnya menurunkan
kualitas hidup masyarakat sekitar.
15
menjaga keseimbangan antara pembangunan industri petrokimia dan keberlanjutan
lingkungan.
16
6) Keterlibatan Masyarakat:
Masyarakat setempat dan aktivis lingkungan harus dilibatkan dalam proses
pemulihan dan pengambilan keputusan terkait langkah-langkah pencegahan
lebih lanjut. Forum dialog terbuka harus diadakan untuk mendengar dan
memahami keprihatinan mereka.
7) Sistem Pengelolaan Limbah Berkelanjutan:
PT Asahimas Chemical harus memperbarui dan memperkuat sistem pengelolaan
limbahnya, memastikan bahwa limbah dihasilkan, diproses, dan dibuang sesuai
dengan standar keberlanjutan dan peraturan lingkungan yang berlaku.
8) Peningkatan Transparasi:
Perusahaan harus meningkatkan tingkat transparansi dengan memberikan
informasi terkait operasionalnya kepada publik dan otoritas lingkungan. Laporan
rutin tentang pengelolaan limbah dan dampak lingkungan harus tersedia untuk
umum.
9) Pendidikan dan Pelatihan:
Pendidikan dan pelatihan tentang pengelolaan limbah dan tanggung jawab
lingkungan harus diberikan kepada semua karyawan perusahaan. Ini dapat
membantu mencegah kejadian serupa di masa depan.
10) Rencana Tanggap Darurat:
Perusahaan harus menyusun rencana tanggap darurat yang jelas dan efektif untuk
menghadapi kemungkinan kejadian serupa di masa depan. Ini mencakup
pelatihan reguler dan simulasi keadaan darurat.
Dengan mengimplementasikan solusi-solusi ini, diharapkan dapat diambil
langkah-langkah konkret untuk menanggulangi permasalahan pembuangan limbah
berbahaya PT Asahimas Chemical. Keseluruhan proses ini harus bersifat transparan,
adil, dan melibatkan semua pihak yang terlibat demi keberlanjutan lingkungan dan
kesejahteraan masyarakat.
17
2) Teknologi Penguarangan Emisi:
Menginvestasikan dalam teknologi canggih untuk mengurangi emisi,
termasuk instalasi peralatan kontrol emisi pada gas flare dan boiler pabrik.
Peralatan ini dapat mencakup sistem pengendalian NOx dan penyaring
partikulat.
3) Transmisi ke Sumber Energi Bersih:
Mendorong transisi ke sumber energi bersih dengan menggantikan bahan
bakar fosil yang digunakan dalam proses produksi dengan energi terbarukan
atau bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
4) Pembaruan Sistem Boiler:
Memperbarui sistem boiler untuk meningkatkan efisiensi pembakaran dan
mengurangi emisi gas berbahaya. Penerapan teknologi gasifikasi atau
pembakaran yang lebih efisien dapat menjadi solusi.
5) Peningkatan Pemantauan Flare Gas:
Memperkuat sistem pemantauan gas flare, termasuk pemanfaatan sensor
canggih dan sistem pemantauan otomatis, untuk mendeteksi dan mengurangi
emisi yang tidak terkendali.
6) Penggunaan Enclosed Ground Flare yang Lebih Efektif:
Menilai kembali efektivitas enclosed ground flare yang digunakan. Jika
diperlukan, meningkatkan desain atau menambah peralatan kontrol untuk
memastikan bahwa emisi berbahaya benar-benar terkendali.
7) Keterlibatan Pihak Terkait:
Melibatkan komunitas lokal, aktivis lingkungan, dan pemerintah dalam
proses perencanaan dan pengambilan keputusan untuk menciptakan solusi
yang dapat diterima oleh semua pihak.
8) Pendidikan dan Kesadaran:
Menjalankan program pendidikan dan kesadaran untuk karyawan,
masyarakat lokal, dan pihak terkait lainnya tentang dampak lingkungan dari
emisi dan tindakan yang dapat diambil untuk menguranginya.
9) Keterbukaan dan Pelaporan:
Meningkatkan keterbukaan perusahaan dengan secara rutin melaporkan data
emisi, langkah-langkah pengurangan yang diambil, dan hasil pemantauan
kepada publik dan otoritas lingkungan.
18
10) Pemulihan Ekosistem:
Melibatkan ahli lingkungan untuk merancang dan mengimplementasikan
program pemulihan ekosistem yang bertujuan mengurangi dampak jangka
panjang dari emisi terhadap lingkungan sekitar.
19
• Merencanakan dan melaksanakan kegiatan penanaman pohon dan
vegetasi untuk mengurangi dampak lingkungan dan mendukung
keberlanjutan ekosistem setempat.
5) Kepatuhan Standard Lingkungan:
• Memastikan bahwa seluruh aktivitas konstruksi dan operasional sesuai
dengan standar lingkungan yang berlaku, serta mematuhi regulasi yang
telah ditetapkan oleh otoritas terkait.
• Melakukan audit rutin oleh pihak ketiga untuk memverifikasi kepatuhan
terhadap standar dan regulasi.
6) Rencana Tanggap Darurat:
Menyusun rencana tanggap darurat yang efektif untuk mengatasi situasi
darurat seperti banjir atau pencemaran udara. Melibatkan pihak berwenang
dan masyarakat dalam latihan tanggap darurat secara berkala.
7) Keterlibatan Pemerintah dan Badan Regulasi:
• Meminta dukungan dan keterlibatan aktif pemerintah dan badan regulasi
dalam menanggapi dampak lingkungan proyek ini.
• Bersinergi dengan otoritas lingkungan dalam melakukan pemantauan dan
penegakan aturan.
8) Program Kesejahteraan Masyrakat:
Menyelenggarakan program kesejahteraan masyarakat, termasuk layanan
kesehatan gratis, untuk mengatasi dampak kesehatan yang timbul akibat
pencemaran udara.
9) Evaluasi Berkelanjutan:
Melakukan evaluasi berkelanjutan terhadap dampak lingkungan selama dan
setelah proyek selesai, dengan memperbarui strategi mitigasi berdasarkan
temuan evaluasi.
10) Peningkatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan:
Meningkatkan tanggung jawab sosial perusahaan dengan berinvestasi dalam
inisiatif lokal yang mendukung kesejahteraan masyarakat setempat dan
keberlanjutan lingkungan.
20
sekitar, menciptakan proyek yang lebih berkelanjutan dan memperkuat
hubungan positif dengan stakeholder lokal.
21
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Industri petrokimia telah mengalami perkembangan pesat sejak awal abad ke-20,
menghasilkan berbagai produk seperti plastik, serat sintetis, pupuk, dan bahan kimia lainnya.
Namun, sementara industri petrokimia penting, pertumbuhannya yang pesat dan tingginya
konsumsi energi juga menimbulkan tantangan. Isu-isu kritis yang dihadapi oleh industri ini
termasuk dampak lingkungan, ketergantungan pada sumber daya terbatas, dan tuntutan pasar
global. Dokumen ini juga mencantumkan beberapa solusi dan upaya penanggulangan
dampak limbah industri petrokimia, seperti pengurangan ketergantungan pada bahan bakar
fosil dengan mempromosikan energi terbarukan dan meningkatkan efisiensi energi. Industri
petrokimia juga perlu memperbarui dan memperkuat sistem pengelolaan limbah,
meningkatkan transparansi dengan memberikan informasi terkait operasionalnya kepada
publik, dan melibatkan pemerintah dan badan regulasi dalam pemantauan dan penegakan
aturan lingkungan.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami usulkan bagi industri petrokimia adalah mengadopsi
teknologi bersih dan ramah lingkungan dalam proses produksi. Hal ini melibatkan investasi
dalam penelitian dan pengembangan untuk mengidentifikasi dan menerapkan inovasi yang
dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dan limbah berbahaya. Selain itu, pengelolaan
limbah yang efisien dan praktik daur ulang dapat mengurangi dampak negatif pada
ekosistem. Industri juga harus aktif berpartisipasi dalam program konservasi energi dan
meningkatkan efisiensi proses produksi guna mengurangi kebutuhan energi dan emisi
karbon. Selain aspek teknis, keterlibatan komunitas lokal dan pemangku kepentingan
eksternal, serta komitmen pada pembangunan berkelanjutan, juga menjadi kunci untuk
mencapai perubahan yang berarti. Pendidikan masyarakat dalam pelaporan dampak
lingkungan juga diperlukan untuk membangun dukungan dan kepercayaan dari masyarakat,
serta melibatkan pemerintah dan badan regulasi dalam upaya peningkatan transparansi dan
penegakan aturan lingkungan untuk mengatasi dampak negatifnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Kontributor Wikipedia. (2023). Industri. Diakses pada Selasa, 28 November 2023 melalui
https://id.wikipedia.org/wiki/Industri
Kontributor Wikipedia. (2023). Petrokimia. Diakses pada Selasa, 28 November 2023 melalui
https://id.wikipedia.org/wiki/Petrokimia
Widianto, Erwin. (2023). Pengertian Limbah Industri dan Jenis-jenisnya. Diakses pada
Selasa 28 November 2023 melalui https://envilife.co.id/pengertian-limbah-industri-
dan-jenis-jenisnya/
Kontributor Limbah.id. (2023). Petrokimia. Diakses pada Rabu, 29 November 2023 melalui
https://www.limbah.id/industri-petrokimia
Aryadi, Fachrul. (2023). Terkait Pembuangan Limbah, Ratusan Massa Akan Demo Pabrik
Kimia PT Asahimas Chemical. Diakses pada Minggu, 10 Desember 2023 melalui
https://faktabanten.co.id/amp/cilegon/terkait-pembuangan-limbah-ratusan-massa-
akan-demo-pabrik-kimia-pt-asahimas-chemical/
Wawan. (2022). Flare Gas Pabrik Kimia Chandra Asri Hasilkan Limbah Gas yang Cemari
Udara dan Merusak Atmosfir?. Diakses pada Minggu, 10 Desember 2023 melalui
23
https://faktabanten.co.id/amp/cilegon/flare-gas-pabrik-kimia-chandra-asri-hasilkan-
limbah-gas-yang-cemari-udara-dan-merusak-atmosfir/
24