You are on page 1of 27

MAKALAH

DAMPAK INDUSTRI PETROKIMIA

TERHADAP LINGKUNGAN

Disusun Oleh:
Kelompok 2

Adelia Kurniawati 223412031


M. Melky Nafis Annidlomi 223412048
M. Zaky Al Fariq 223412050
Naila Eka Fajriyani 223412052
Putra Afrizaliansyah 223412053

PROGRAM STUDI MANAJEMEN TEKNOLOGI REKAYASA


JURUSAN TEKNIK MANUFAKTUR
POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji dan syukur bagi Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Pengaruh Industri Petrokimia terhadap
Lingkungan”.

Dibuatnya makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Pengetahuan Lingkungan Industri dan juga untuk menggali lebih dalam tentang
konsekuensi yang muncul ketika industri petrokimia tidak diatur dan dikelola
dengan tepat. Kami meneliti pada aspek dampak industri petrokimia yang tidak
dikelola dengan baik terhadap lingkungan sekitarnya. Melalui analisis ini,
diharapkan akan muncul pemahaman yang lebih baik tentang pengelolaan yang
efektif dalam industri ini.

Terima kasih kepada Bapak Husni Husnayan, M.H selaku dosen pengajar
mata kuliah Pengetahuan Lingkungan Industri yang telah membimbing dalam
penyusunan makalah ini.

Bila di dalam makalah ini terdapat kekurangan, kami sangat mengharapkan


kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun bagi kami.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sumber yang
bermanfaat bagi para pembaca dalam upaya menjaga juga melestarikan
lingkungan agar tetap lestari sampai generasi mendatang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Bandung, 28 November 2023
Hormat Kami,

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii


DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB 1
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.2 Latar Belakang ......................................................................................... 1
BAB 2
PEMBAHASAN ............................................................................................... 2
2.1 Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 2
2.2 Pembahasan Khusus ................................................................................. 4
2.3 Permasalahan Lingkungan ....................................................................... 6
2.3.1 Dampak Limbah Industri Petrokimia Berbentuk Gas, Debu, dan
Butiran-Butiran Halus/ Partikel Kecil ........................................................ 6
2.3.2 Dampak Limbah Industri Petrokimia Cair ........................................ 9
2.3.3 Dampak Limbah Industri Petrokimia Berbentuk Padat ................... 10
2.3.4 Solusi dan Upaya Penanggulangan Dampak Limbah Industri
Petrokimia................................................................................................. 11
2.3.5 Contoh Kasus ................................................................................... 13
2.3.6 Solusi untuk Masalah pada Contoh Kasus ...................................... 16
BAB 3
PENUTUP....................................................................................................... 22
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 22
3.2 Saran ....................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 23

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Industri petrokimia, sebagai bagian integral dari kompleksitas ekonomi dan industri
modern, memainkan peran krusial dalam menyediakan berbagai produk yang membentuk
landasan kehidupan sehari-hari. Dengan mengambil bahan baku utamanya dari sumber daya
alam seperti minyak bumi dan gas alam, industri ini menjadi mesin penggerak bagi berbagai
sektor, memberikan kontribusi vital terhadap kemajuan teknologi, pembangunan
infrastruktur, dan inovasi produk.

Sejak awal abad ke-20, industri petrokimia telah mengalami perkembangan pesat,
mengubah cara kita memandang dan memanfaatkan berbagai material. Plastik, serat sintetis,
pupuk, dan bahan kimia lainnya yang dihasilkan oleh industri ini tidak hanya mengubah
wajah konsumen modern, tetapi juga memberikan keunggulan kompetitif bagi sejumlah
sektor ekonomi.

Namun, sementara industri petrokimia memainkan peran penting dalam memenuhi


kebutuhan manusia, pertumbuhan yang pesat dan tingginya konsumsi energi menyebabkan
berbagai tantangan. Dampak lingkungan, ketergantungan pada sumber daya terbatas, serta
perlunya beradaptasi dengan tuntutan pasar global menjadi aspek - aspek penting yang harus
diatasi oleh industri ini.

Dalam konteks ini, makalah ini bertujuan untuk menyelidiki lebih lanjut tentang
industri petrokimia, menggali sejarahnya, mendiskusikan produk-produk kunci yang
dihasilkannya, serta mengeksplorasi isu-isu kritis yang dihadapi oleh industri ini. Selain itu,
makalah ini akan menyoroti upaya-upaya inovatif dan keberlanjutan yang diambil oleh
perusahaan di sektor ini untuk mempertahankan peran vitalnya dalam struktur ekonomi
global.

Dengan memahami kompleksitas industri petrokimia, kita dapat membangun


wawasan yang lebih mendalam tentang tantangan dan peluang yang dihadapi oleh industri
ini di era kontemporer. Upaya kolaboratif untuk merumuskan solusi yang berkelanjutan
menjadi semakin mendesak guna memastikan bahwa industri petrokimia tetap menjadi
pemain utama dalam membentuk masa depan berkelanjutan.

1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka

Industri adalah suatu bidang atau kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan
pengelolaan/pembuatan bahan baku atau pembuatan barang jadi dengan
pengelolaan/pembuatan bahan baku atau pembuatan barang jadi di pabrik dengan
menggunakan keterampilan dan tenaga kerja (bahasa Inggris: industrious) dan penggunaan
alat-alat di bidang pengelolaan hasil bumi, dan distribusinya sebagai kegiatan utama. Maka,
industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi
kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi. Industri merupakan bagian dari
proses produksi dan kegiatan proses produksi dalam industri disebut dengan perindustrian.

Industri dapat juga diartikan kumpulan berbagai perusahaan yang


menawarkan produk yang sama. Dengan kata lain, masing-masing produk
saling mensubstitusi satu sama lain karena perusahaan menggunakan input yang sama dan
menghadapi lebih kurang sekelompok pemasok dan pembeli yang sama juga.

Petrokimia adalah bahan kimia apapun yang diperoleh dari bahan bakar fosil. Ini
termasuk bahan bakar fosil yang telah dipurifikasi seperti metana, propana, butana, bensin,
minyak tanah, bahan bakar diesel, bahan bakar pesawat, dan juga termasuk berbagai bahan
kimia untuk pertanian seperti pestisida, herbisida, dan pupuk, serta bahan-bahan, seperti
plastik, aspal, dan serat buatan.

Jadi, industri petrokimia adalah industri yang berkembang berdasarkan suatu pola
yang mengkaitkan suatu produk-produk industri minyak bumi yang tersedia, dengan
kebutuhan masyarakat akan bahan kimia atau bahan konsumsi dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh produk-produk industri petrokimia antara lain Methanol, Ethylene, Propylene,
Butadine, Benzene, Toluene, Xylenes, Fuel Coproducts, Pyrolisis Gasoline, Pyrolisis Fuel
Oil, Raffinate dan Mixed C4.

Limbah adalah bahan pembuangan tidak terpakai yang berdampak negatif bagi
masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Limbah merupakan sisa produksi, baik dari alam
maupun hasil kegiatan manusia. Sedangkan, limbah industri adalah semua jenis bahan sisa
atau bahan buangan yang berasal dari hasil samping suatu proses perindustrian. Limbah
industri dapat berupa padat, cair, gas, atau bahan berbahaya dan beracun (B3) yang memiliki
potensi untuk mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan manusia dan makhluk

2
hidup lainnya. Oleh karena itu, limbah industri harus dikelola dengan baik agar tidak
menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan dan keseimbangan ekosistem.

Limbah industri dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis utama, yaitu:

1. Limbah Padat Industri

Limbah ini berbentuk padat atau semi-padat yang dihasilkan dari kegiatan produksi,
pengolahan, atau konsumsi di sektor industri. Contoh limbah padat industri adalah
plastik, kertas, kain, logam, kayu, kaca, dan sebagainya. Limbah padat industri dapat
dibedakan menjadi limbah padat B3 dan limbah padat non B3. Limbah padat B3
adalah limbah yang memiliki sifat mudah meledak, mudah terbakar, reaktif, beracun,
infeksius, atau korosif. Contoh limbah padat B3 adalah sisa baterai, cat, pestisida,
obat-obatan, dan sebagainya.

2. Limbah Cair Industri

Limbah ini berbentuk cair atau semi-cair yang dihasilkan dari proses pencucian,
pendinginan, pelarutan, atau pengolahan bahan baku di sektor industri. Contoh
limbah cair industri adalah air limbah dari industri tekstil, makanan, minuman,
kimia, farmasi, dan sebagainya. Limbah cair industri dapat mengandung zat-zat
organik maupun anorganik yang dapat menurunkan kualitas air dan mengganggu
kehidupan biota air.

3. Limbah Gas Industri

limbah ini berbentuk gas atau uap yang dihasilkan dari proses pembakaran,
pemanasan, pengeringan, atau pengolahan bahan baku di sektor industri. Contoh
limbah gas industri adalah asap cerobong pabrik yang mengandung karbon
monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), hidrokarbon,
partikel halus, dan sebagainya. Limbah gas industri dapat menyebabkan pencemaran
udara dan efek rumah kaca yang dapat mempengaruhi iklim dan kesehatan
pernapasan.

4. Limbah B3

Limbah ini adalah limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) yang
dapat berupa padat, cair, atau gas. Limbah B3 memiliki potensi untuk menimbulkan
bahaya bagi manusia dan lingkungan baik secara langsung maupun tidak

3
langsung. Contoh limbah B3 adalah limbah radioaktif, limbah medis, limbah
elektronik, limbah nuklir, limbah minyak bumi, dan sebagainya.

2.2 Pembahasan Khusus


Industri petrokimia merujuk pada sektor industri yang menghasilkan produk kimia
dari bahan baku utama yang diperoleh dari minyak bumi dan gas alam. Ini mencakup
serangkaian proses produksi yang melibatkan pengolahan minyak bumi dan gas alam untuk
menghasilkan berbagai macam senyawa kimia dan produk yang digunakan dalam berbagai
industri. Produk-produk utama industri petrokimia termasuk plastik, serat sintetis, pupuk,
bahan kimia pertanian, obat-obatan, dan berbagai bahan kimia industri.

Secara khusus, industri petrokimia dapat didefinisikan sebagai sektor industri yang
menggunakan teknologi kimia dan proses rekayasa untuk mengubah komponen-komponen
kimia yang terkandung dalam minyak bumi dan gas alam menjadi produk-produk kimia
yang lebih kompleks. Proses-proses ini melibatkan berbagai tahap, termasuk pemisahan,
pemurnian, dan konversi molekuler untuk menciptakan produk dengan nilai tambah yang
tinggi.

Industri petrokimia memainkan peran penting dalam menyediakan bahan baku bagi
berbagai produk konsumen dan industri. Meskipun memberikan kontribusi besar terhadap
perkembangan dan kemajuan teknologi, industri petrokimia juga dihadapkan pada tantangan
terkait dampak lingkungan, regulasi ketat, dan fluktuasi pasar minyak. Oleh karena itu,
inovasi berkelanjutan dan peningkatan keberlanjutan semakin menjadi fokus dalam industri
ini.

Industri petrokimia selalu berkaitan dengan industri pengilangan. Industri petrokimia


diawali oleh usaha pemanfataan limbah hasil pengilangan minyak bumi dan gas alam.
Pengilangan dengan tingkat efisiensi yang tertinggi tetap selalu menghasilkan limbah.
Manusia kemudian memanfaatkan limbah tersebut untuk kepentingannya. Limbah ini
digunakan untuk menghasilkan produk-produk yang dapat digunakan sebagai bahan
pengganti bahan alami yang akan mengalami kelangkaan. Industri petrokimia kemudian
ditujukan untuk menghasilkan proses-proses kimia yang mampu menghemat penggunaan
bahan alami dengan tingkat efisien yang paling tinggi.

4
Industri petrokimia memiliki keuntungan dalam kemampuannya memproduksi
material dengan berbagai sifat dan aplikasi. Plastik yang dihasilkan, sebagai contoh,
digunakan dalam pembuatan berbagai produk konsumen seperti botol air minum, peralatan
rumah tangga, dan kemasan makanan. Selain itu, produk kimia petrokimia juga digunakan
dalam sektor industri lain seperti otomotif, elektronik, dan tekstil. Secara keseluruhan,
industri petrokimia memiliki dampak luas dalam mendukung aktivitas ekonomi.

Kementerian Perindustrian pun memasukkan klaster industri petrokimia sebagai


salah satu prioritas dalam program industri 4.0. Dalam berbagai kesempatan, Menteri
Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita selalu menyampaikan, industri petrokimia
merupakan sejajar dengan industri agro serta industri logam dasar dan bahan galian
nonlogam.

Industri petrokimia yang menjadi pondasi industri nasional diamanatkan dalam


Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri
Nasional (RIPIN). Tidak hanya itu, peran industri kimia juga semakin penting setelah
Kementerian Perindustrian fokus pada pengembangan investasi di industri kimia demi bisa
mensubstitusi impor bahan dan barang kimia.

Secara umum, industri petrokimia terdiri dari tiga bagian utama, yakni:

1. Produk Petrokimia di Bagian Hulu


Produk petrokimia bagian hulu dari industri petrokimia berperan sebagai tahap awal
dalam pengolahan produk dasar atau bahan premier. Pada tahap ini, bahan baku hasil
pengolahan minyak bumi dan gas bumi diolah menjadi produk setengah jadi atau
produk antara yang nantinya dapat diolah lebih lanjut menjadi produk jadi di bagian
industri hilir. Contoh dari produk hulu yang diolah menjadi produk setengah jadi
meliputi propilena, benzena, toluena, etilena, methanol, dan sejenisnya.
2. Produk Petrokimia di Bagian Antara
merupakan hasil dari pengolahan bahan premier di bagian hulu dan dapat diolah
menjadi produk siap pakai atau masih dapat diolah lebih lanjut pada tahap
selanjutnya. Contoh dari produk antara meliputi polietilena, ammonia, butena,
dikloroetilen-vinil klorida, dan sejenisnya.

5
3. Produk Petrokimia di Bagian Hilir
Bagian industri petrokimia hilir berperan sebagai pengolah produk antara menjadi
produk jadi yang siap digunakan oleh masyarakat. Pada tahap ini, berbagai macam
jenis produk jadi diproduksi dengan fungsinya masing-masing, seperti pupuk, serat
pakaian, alat kosmetik, bahan pelarut, cat, lilin, karet nilon, bahan peledak, dan
berbagai jenis produk lainnya.

2.3 Permasalahan Lingkungan


2.3.1 Dampak Limbah Industri Petrokimia Berbentuk Gas, Debu, dan Butiran-
Butiran Halus/ Partikel Kecil
Limbah industri petrokimia berupa gas debu, dan butiran- butiran halus yang
keluar dari cerobong asap harus dikelola dengan baik. Limbah tersebut harus
dikeluarkan lewat cerobong yang mampu mengeluarkannya ke udara yang cukup
tinggi sehingga dapat diencerkan oleh udara sekitar tanpa mencemari manusia,
hewan, tanaman dan komponen lingkungan lainnya. Bila limbah industri yang
dihasilkan cukup berbahaya misalnya Pb (timbal), sebelum keluar dari cerobong
harus dilewatkan ke alat pencegah pencemaran atau dilakukan penyerapan dahulu
seperti absorpsi oleh cairan atau zat padat tertentu. Proses ini biasanya sudah menjadi
satu kesatuan dengan proses produksi keseluruhan.

Dalam proses absorpsi biasanya bahan cairan atau zat padat yang digunakan
dapat diregenerasi untuk digunakan kembali, dan sekali waktu perlu ditambah
sebagai pengganti cairan yang hilang selama proses. Untuk zat padat absorpsi walau
sudah dilakukan regenerasi, pada suatu saat perlu penggantian bila aktivitasnya
sudah menurun. Masalah yang akan timbul adalah bagaimana menanganı zat
absorben padat tersebut agar tidak mencemarı lingkungan apalagi bila bahan yang
diserap cukup berbahaya, misalnya Pb.

Dampak negatif limbah gas, debu dan butiran- butıran halus terhadap
kesehatan manusia antara lain:

a. Gas beracun:
▪ CO, dapat menyebabkan gangguan fungsi otak.
▪ SO2, Nitrogen Dioksida (NO₂), Ozon, NH3, beberapa senyawa aromatik,
H₂S dapat menimbulkan gangguan pernafasan, dan / atau iritasi mata.

6
b. Smog (kabut/asap):
▪ Dapat mengganggu penglihatan dan pernafasan.
c. Debu:
▪ Mengganggu pernafasan dan bila beracun (misalnya Pb) dapat
menyebabkan gangguan saraf, saluran pernafasan dan menyebabkan
anemia.
▪ Debu yang mengandung serat asbes dapat menimbulkan kanker.

Dampak terhadap tanaman, pencemaran yang ada di atmosfir dapat


menimbulkan pengaruh yang kronis, jauh di luar titik emisi. Yang besar pengaruhnya
adalah: Ozon (O3), Oksida Sulfur (SO₂) dan Oksida Nitrogen (NO₂) yang dapat
merusakkan pohon-pohonan. Gas SO, dan NO: dapat menimbulkan hujan asam yang
akan mengakibatkan:

▪ Peningkatan leaching kation dari tanah dan permukaan daun.


▪ Perubahan struktur dari komunitas daratan dan perairan (akuatik) tanaman.
▪ Pengaruh produktivitas hutan dan fiksasi nitrogen.

Dampak gas dan debu terhadap hewan, dapat menimbulkan gangguan


pernafasan maupun akumulasi cemaran karena memakan makanan yang sudah
tercemar. Bila produk hewan tersebut dimakan manusia, secara tidak langsung akan
mempengaruhi manusia yang memakannya (seperti sapi yang makan rumput yang
sudah tercemar Pb susu sapi yang dihasilkan akan mengandung Pb pula).

Akibat pencemaran gas, debu dan butiran- butiran halus tersebut tidak saja
berpengaruh dalam jangka pendek namun juga jangka panjang. Tidak hanya
berpengaruh secara lokal namun juga global. Contohnya efek rumah kaca. yaitu
kenaikan suhu bumi akibat meningkatnya kadar CO₂ di dalam udara, menipisnya
lapisan ozon dan lain-lain. Pemanasan global yang terjadi akibat terakumu- lasinya
gas rumah kaca dalam jumlah yang berlebihan dapat membawa pengaruh langsung
dan tidak langsung pada kesehatan.

Pengaruh langsung antara lain:

▪ Adanya kematian akibat gelombang panas seperti yang pernah terjadi di


Yunani dan India.
▪ Meningkatkan kanker kulit.

7
▪ Perubahan respon imun tubuh.
▪ Meningkatkan katarak.

Pengaruh tidak langsung antara lain:

▪ Menurunkan produksi pangan yang berkaitan dengan gizi.


▪ Meningkatkan penyakit menular melalui vektor.
▪ Meningkatkan penyakit menular yang berkaitan dengan kualitas air, tanah
dan udara, dan migrası penduduk dengan segala konsekuensi kesehatannya.

Sedangkan zat-zat radio aktif dapat menimbul- kan gangguan kesehatan


kronis seperti leukemia, masa hidup pendek dan terjadinya perubahan generatif
terhadap alat, mesin-mesin dan bangunan, gas-gas pencemar terutama yang bersifat
asam/basa akan menyebabkan korosi.

Dari hasil penelitian tentang industri minyak bumi yang sudah dilakukan saat
ini menunjukkan gas-gas hasil pembakaran bahan bakar fosil yang diteliti
toksisitasnya hanya SO2, NO2 dan CO. Pembakarannya juga masih terbatas pada
dapur di rumah tangga dan kendaraan bermotor. Dampak yang diteliti terhadap
kesehatan manusia terutama dihubungkan dengan gangguan saluran pernafasan.
Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi SO2 dan NO2 dalam rumah mempunyai
hubungan bermakna dengan kejadian ISPA dan Asma pada Anak Balita Jenis bahan
bakar untuk memasak, kepadatan rumah dan kelembaban relatif ternyata
berhubungan bermakna dengan kejadian ISPA. Anak Balita hampir 4 kali berisiko
mendapatkan ISPA di rumah-rumah yang menggunakan minyak tanah sebagai bahan
bakar memasak dibandingkan dengan yang menggunakan elpiji.

Dampak gas buangan pembakaran bahan bakar fosil pernah dipelajari secara
keseluruhan, misalnya bagaimana pengaruh gas buang kendaraan umum terhadap
paru-paru pengemudinya. Hasilnya menunjukkan pengaruhnya lebih besar pada
kendaraan bermotor yang mesinnya di bawah tempat duduk pengemudinya
dibanding dengan yang mesinnya di depan.

Penelitian tentang debu dilakukan pada industri dan mengaitkannya dengan


gangguan saluran pernafasan, misalnya industri semen dan pemintalan. Hasil
penelitian pada industri semen menunjukkan bahwa pekerja yang berhubungan

8
dengan debu selama 4 tahun mempunyai risiko terkena gangguan saluran pernafasan
4 kali lebih besar.

Dari hasil penelitian kualitas udara di pusat transportasi umum dan di


kawasan industri di Surabaya diketahui bahwa bahan pencemar yang cukup tinggi
kadarnya untuk daerah transportasi adalah CO dan NO2, sedangkan di daerah
industri SO₂ dan debu. Dari analisis timah hitam (Pb) dalam udara dan pengaruhnya
terhadap kesehatan diperoleh hasil bahwa makin besar nilai Pb udara makin besar
pula Pb darah, dan makin besar kadar Pb darah maka akan berakibat makin kecil
kadar Hb darah (p < 0,01).

2.3.2 Dampak Limbah Industri Petrokimia Cair


Limbah industri cair sering menimbulkan masalah. Dari semua air yang
digunakan industri (termasuk air pendingin untuk generator tenaga termis) menurut
estimasi hanya 0.2% yang ke luar dalam bentuk bagian dari produk. Dengan
anggapan 2% hilang karena penguapan dapat dibayangkan betapa banyak air
buangan industri yang telah berubah mutunya.

Diperkirakan penggunaan air pendingin merupakan 90% dari seluruh


penggunaan air industri, berarti jumlah inilah yang mengalami perubahan suhu.
Sedang 10% lainnya akan mengalami perubahan sifat biologi, kimiawi atau fisika,
yang akan terlihat dari warnanya, kekeruhannya, timbulnya buih, timbulnya rasa
maupun bau. Bila tidak dilakukan pengolahan sama sekali limbah cair industri akan
mencemari air di sekitar.

Jenis-jenis kontaminan dan pencemar dari industri yang sering pula terdapat
dalam air buangan rumah tangga yaitu: As, CN, Cr, Cd, Cu, F, Hg, Pb dan Zn.
Besarnya kandungan zat ini tergantung darı sumbernya dan seberapa jauh telah
dilakukan pemisahan atau pengolahan limbah dan pengolahan air buangan
sebelum dibuang ke perairan bebas.

Beberapa komponen dari limbah industri dapat memberikan gangguan


perairan secara fisik seperti padatan terapung, buih, zat warna, bahan yang
menyebabkan kekeruhan, baik secara langsung maupun melalui terjadinya suatu
reaksi.

9
Tingginya BOD menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut, sehingga
dapat menimbulkan kematian organisme akuatik dan terjadinya oksidasi anaerob
yang menimbulkan bau pada perairan. Bahan-bahan yang berbau baik yang
terkandung dalam limbah sebagai hasil reaksi yang terjadi di perairan, atau sebagai
hasil peruraian anaerob dari padatan yang mengendap, sering merupakan tanda
adanya pencemaran berat. Lemak dan minyak juga dapat menimbulkan gangguan
tidak saja pada penampilan (estetika), tetapi secara langsung juga mempengaruhi
flora dan fauna perairan seperti mempengaruhi rasa ikan. Minyak dan zat warna yang
mengambang di permukaan perairan apat menghalangi menembusnya sinar matahari
ke dalam air, sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem perairan.

2.3.3 Dampak Limbah Industri Petrokimia Berbentuk Padat


Limbah industri buangan padat dapat berupa lumpur yang terjadi dari proses
produksi atau dari proses pengolahan limbah, sisa-sisa logam bekas kemasan, kerak
dan lain-lain. Umumnya limbah tersebut tidak terlalu sulit penanganannya, kecuali
lumpur yang keluar bercampur dengan limbah cair. Pada umumnya limbah padat
diolah dengan pembakaran (insinerasi) atau dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar
atau oleh industri lain.

Dari hasil penelitian Zakianis yang dilakukan terhadap limbah padat dan
limbah cair industri pulp dan kertas, ternyata limbah padat dan limbah cair ini mampu
menyerap Cr dalam limbah cair electroplating sampai 65%. Cr merupakan logam
berat yang dapat mengganggu lingkungan. Logam berat lainnya yang dapat
mengganggu lingkungan adalah Pb, Hg, dan Cd16.

Toksikologi logam berat paling banyak dipelajarı dibandingkan dengan zat


toksik lainnya. Di antara logam-logam berat, Pb merupakan yang paling banyak
diteliti Sebagian besar penelitian Pb yang dilakukan ialah pada media udara dan
akumulası Pb dalam darah. Penelitian lain yang dilakukan adalah akumulasi Pb
dalam daun pohon Swietenia magahoni dan Ficus pandurata Keberadaan Pb dalam
darah biasanya dikaitkan dengan nilai normal yang telah ditetapkan WHO Seperti
hasil dari penelitian Djaja dkk, diketahui bahwa kandungan Pb dalam darah polısı di
DKI Jakarta berkisar 0,85-32.6 µg% dengan nilai rata-rata 10,0 µg%.

Dengan nilai normal 25 µg%, kandungan Pb dalam darah polisi di DKI


Jakarta masih di anggap normal, karena di Amerika Serikat ketika Bahan Bakar

10
minyak (BBM) masih mengandung timbal (1978-1981) kadar Pb darah penduduknya
rata-rata 13µg%.

Bahan pencemar yang dihasilkan industri/pabrik tersebut dapat berpengaruh


terhadap lingkungan yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Pengaruh fisik seperti padatan tersuspensi yang menyebabkan kekeruhan pada


air, buangan air pendingin yang akan menaikkan temperatur dan lapisan minyak
yang akan menghalangı reoksigenası air.
2. Pengaruh oksidasi yaitu disebabkan aktivitas bakteri atau oksidasi kimia dari zat-
zat organik dan anorganik yang mengurangi kadar oksigen terlarut.
3. Pengaruh senyawa atau bahan kimia beracun, yang menyebabkan perubahan
fisiologik langsung atau kumulatif pada tanaman, binatang, atau manusia.
4. Pengaruh nutrisi kimia yang menyebabkan kandungan nitrat dan fosfat yang
tinggi.
5. Pengaruh patogen yang disebabkan oleh mikroorganisme, di mana bakteri dan
virus akan timbul dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan bahaya terhadap
kesehatan manusia.
6. Pengaruh radionuklida yang disebabkan akumulası senyawa radioaktif dalam
makanan organisme yang menyebabkan perubahan fısılogık dalam tubuh
manusia.

Pengaruh lain dengan adanya berbagai penelitian yang dilakukan, akan


menimbulkan perkembangan bioteknologi vang dapat menghasilkan sumber bahan
makanan baru di luar hasil pertanian yang konvensional.

2.3.4 Solusi dan Upaya Penanggulangan Dampak Limbah Industri Petrokimia


Dengan permasalahan yang ada di industri petrokimia berarti dibutuhkan
solusi dan upaya untuk mencegah dan menanggulangi masalah yang terjadi. Berikut
merupakan solusi dan upaya yang bisa dilakukan:

1. Bahan Bakar Fosil:


✓ Solusi: Mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dengan
mempromosikan energi terbarukan dan meningkatkan efisiensi energi.
✓ Upaya Nyata:
▪ Investasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi energi
terbarukan.

11
▪ Implementasi program efisiensi energi dalam proses produksi.
▪ Konversi unit-unit produksi menjadi menggunakan bahan bakar yang
lebih bersih dan ramah lingkungan.
2. Limbah B3:
✓ Solusi: Menerapkan proses produksi yang menghasilkan limbah lebih sedikit,
serta pengelolaan limbah yang aman dan ramah lingkungan.
✓ Upaya Nyata:
▪ Penerapan teknologi daur ulang untuk meminimalkan limbah.
▪ Penyusunan rencana manajemen limbah yang ketat dan sesuai peraturan.
▪ Pelibatan dalam program daur ulang komunitas dan inisiatif
berkelanjutan.
3. Minyak Bumi:
✓ Solusi: Mengurangi ketergantungan pada minyak bumi dengan
mempromosikan energi terbarukan dan diversifikasi bahan baku.
✓ Upaya Nyata:
▪ Pengembangan sumber energi alternatif seperti biofuel dan hidrogen.
▪ Penelitian untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi emisi pada
proses produksi berbasis minyak bumi.
▪ Investasi dalam teknologi penggantian bahan baku minyak bumi dengan
bahan baku ramah lingkungan.
4. Gas Alam:
✓ Solusi: Optimalisasi penggunaan gas alam, mengurangi emisi, dan
mempertimbangkan transisi ke energi terbarukan.
✓ Upaya Nyata:
▪ Penerapan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca dari pembakaran gas alam.
▪ Pengembangan infrastruktur untuk mendukung penggunaan gas alam
sebagai bahan bakar alternatif yang lebih bersih.
▪ Diversifikasi portofolio energi untuk memasukkan lebih banyak sumber
energi terbarukan.
5. Tiga Bagian Utama Industri Petrokimia:
✓ Solusi: Menerapkan pendekatan holistik yang mempertimbangkan
keberlanjutan di semua bagian industri petrokimia.
✓ Upaya Nyata:

12
▪ Bagian Hulu: Penerapan teknologi produksi yang lebih efisien dan ramah
lingkungan. Investasi dalam penelitian untuk menggantikan bahan baku
yang tidak berkelanjutan.
▪ Bagian Hilir: Peningkatan efisiensi proses distribusi dan pengurangan
emisi saat memasarkan produk petrokimia.
▪ Bagian Antara: Inovasi dalam proses konversi dan pengembangan produk
yang lebih ramah lingkungan. Keterlibatan dalam rantai pasok yang
berkelanjutan.

Dengan mengimplementasikan solusi dan upaya nyata ini, industri


petrokimia dapat bergerak menuju keberlanjutan yang lebih tinggi, mengurangi
dampak negatifnya terhadap lingkungan dan memenuhi tuntutan kebutuhan energi
dunia secara bertanggung jawab.

2.3.5 Contoh Kasus


Berikut ini adalah kasus yang berhasil kami temukan sebagai contoh
perusahaan industri petrokimia yang melakukan pelanggaran atas pencemaran
lingkungan.

1. PT Asahimas Chemical Buang Limbah B3 Secara Ilegal di Anyer


PT Asahimas Chemical, entitas terkemuka dalam ranah industri diduga
terlibat dalam pembuangan limbah berbahaya secara ilegal. Kejadian ini dilaporkan
terjadi di area tanah kosong dan bahu jalan lingkar Anyer.
Limbah berbahaya yang dimaksud, diklasifikasikan sebagai B3 (bahan
berbahaya beracun), telah dibuang dan dibakar, terdiri dari material bekas rockwool,
tangki cooling tower, pipa, serat, dan barang lain yang diduga terkait dengan kegiatan
perusahaan. Tindakan ini, jika terbukti, berpotensi menimbulkan ancaman serius
terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar.
Pembuangan limbah berbahaya tanpa izin memiliki potensi mencemari
lingkungan sekitar, merugikan kualitas tanah, udara, dan air. Pembakaran material-
material tersebut lebih memperparah situasi dengan melepaskan polutan berbahaya
ke udara, berkontribusi pada polusi udara, dan menimbulkan risiko tambahan
terhadap kesehatan masyarakat.
Dampak lingkungan dari tindakan seperti ini tidak bisa dianggap remeh,
karena tidak hanya membahayakan wilayah sekitarnya, tetapi juga memiliki

13
konsekuensi jangka panjang bagi ekosistem dan biodiversitas. Kedekatan situs
pembuangan ilegal dengan area pemukiman meningkatkan urgensi penanganan
segera terhadap tuduhan ini.
Aktivis lingkungan, warga yang prihatin, dan otoritas setempat mendesak
untuk dilakukannya penyelidikan menyeluruh terhadap praktik pembuangan limbah
PT Asahimas Chemical. Jika terbukti bersalah, perusahaan tersebut dapat
menghadapi konsekuensi hukum dan sanksi atas pelanggaran regulasi lingkungan.
Kejadian ini menjadi pengingat keras akan pentingnya praktik pengelolaan
limbah yang bertanggung jawab oleh entitas industri.

2. PT Chandra Asri Dihadapkan pada Masalah Pencemaran Udara: Emisi


Gas Flare dan Kerusakan Atmosfer

PT Chandra Asri, perusahaan industri kimia diperiksa karena emisi yang


dihasilkan oleh pabrik kimianya, yang menyebabkan pencemaran udara dan
merugikan atmosfer. Gas flare yang dihasilkan oleh pabrik kimia Chandra Asri
mengandung emisi berbahaya seperti NOx (Oksida Nitrogen) dan partikulat (debu),
yang berpotensi mengancam kualitas udara. Selain itu, emisi NOx, SOx, CO, dan
partikular debu juga berasal dari boiler pabrik yang menggunakan bahan bakar gas.

Pabrik ini mengoperasikan empat unit flare gas bertekanan tinggi dengan
total kapasitas 1280,29 ton per jam dan dua unit flare gas bertekanan rendah dengan
total kapasitas 11 ton per jam. Sejak tahun 2020, fasilitas ini telah menggunakan satu
unit enclosed ground flare (EGF) berkapasitas 170 ton per jam, yang dibangun
dengan konstruksi tertutup sehingga api tidak terlihat.

Emisi dari proses-proses ini berkontribusi pada penurunan kualitas udara,


dengan NOx dan partikulat menjadi kontributor signifikan. NOx, khususnya, dikenal
karena perannya dalam pembentukan ozon di permukaan tanah dan dampak
buruknya pada kesehatan pernapasan. Keberadaan SOx dan CO dalam emisi semakin
memperparah dampak lingkungan, memengaruhi baik kualitas udara maupun
kesejahteraan umum masyarakat di sekitarnya.

Meskipun enclosed ground flare dirancang untuk mengurangi terlihatnya


nyala api, kekhawatiran muncul terkait emisi berbahaya yang mungkin dilepaskan
ke atmosfer. Konsekuensi lingkungan dari emisi tersebut meluas di luar wilayah

14
sekitar, memengaruhi ekosistem, kehidupan liar, dan berkontribusi pada tantangan
lingkungan yang lebih luas.

3. PT Lotte Chemical Indonesia: Dampak Lingkungan dari Proyek Ethylene


Baru Menyulitkan Masyarakat Sekit

PT Lotte Chemical Indonesia, melalui proyek New Ethylene Project-nya,


menjadi pusat perhatian karena dampak lingkungan yang timbul dari aktivitas
konstruksi. Dampak yang paling mencolok termasuk banjir yang muncul sebagai
konsekuensi langsung dari pembangunan, sementara pencemaran udara dalam
bentuk debu dan pasir menimbulkan masalah kesehatan bagi penduduk sekitar.

Proyek konstruksi yang dilakukan oleh PT Lotte Chemical Indonesia di


proyek New Ethylene mencakup sejumlah aktivitas yang memiliki dampak
signifikan pada lingkungan sekitar. Banjir menjadi salah satu dampak paling
mencolok, dengan perubahan alur air dan peningkatan permukaan beton yang
menghambat aliran air tanah. Ini menciptakan risiko banjir yang lebih sering dan
lebih parah bagi masyarakat sekitar, merugikan lahan pertanian dan pemukiman.

Selain itu, debu dan pasir yang dihasilkan selama aktivitas konstruksi
berkontribusi pada polusi udara di sekitar lokasi proyek. Dampak dari polusi ini
sangat dirasakan oleh penduduk setempat, terutama dalam bentuk batuk, pilek, dan
sesak napas. Pajanan yang berkepanjangan terhadap debu dan partikel pasir dapat
memiliki dampak serius terhadap kesehatan pernapasan dan umumnya menurunkan
kualitas hidup masyarakat sekitar.

Masyarakat setempat, bersama dengan aktivis lingkungan, mengajukan


keprihatinan mereka terhadap PT Lotte Chemical Indonesia terkait dampak negatif
ini. Pihak berwenang dan badan regulasi juga diharapkan untuk turut serta dalam
menanggapi dan mengatasi masalah ini. Perusahaan diharapkan untuk mengambil
langkah-langkah proaktif dalam memitigasi dampak lingkungan dan memastikan
keberlanjutan proyek sesuai dengan standar lingkungan yang berlaku.

Sebagai proyek industri melibatkan sejumlah pihak terkait, penting bagi PT


Lotte Chemical Indonesia untuk menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Transparansi dalam komunikasi dan upaya nyata untuk mengurangi dampak negatif
pada lingkungan dan kesehatan masyarakat akan menjadi langkah penting dalam

15
menjaga keseimbangan antara pembangunan industri petrokimia dan keberlanjutan
lingkungan.

2.3.6 Solusi untuk Masalah pada Contoh Kasus


1. Solusi Atas Kasus PT Asahimas Chemical
Permasalahan pembuangan limbah berbahaya oleh PT Asahimas Chemical
menunjukkan perlunya langkah-langkah konkret untuk menanggulangi dampak
lingkungan yang serius. Dalam rangka menyelesaikan isu ini, perlu
diimplementasikan solusi holistik yang melibatkan berbagai pihak terkait, termasuk
perusahaan, pemerintah, masyarakat, dan aktivis lingkungan.
1) Penanganan Darurat:
Sebuah tim respons darurat harus segera dibentuk untuk mengevaluasi dan
menangani dampak akut dari pembuangan limbah berbahaya. Langkah-langkah
ini harus mencakup pemadam kebakaran, pemulihan bahan, dan mitigasi dampak
kesehatan masyarakat sekitar.
2) Penyelidikan Mendalam:
Otoritas lingkungan dan kepolisian perlu melakukan penyelidikan menyeluruh
untuk mengumpulkan bukti terkait pembuangan limbah ilegal. Penyelidikan ini
harus melibatkan pihak ketiga yang independen untuk memastikan transparansi
dan keobjektifan.
3) Tanggung Jawab Perusahaan:
PT Asahimas Chemical harus segera mengakui dan mengambil tanggung jawab
penuh terhadap tindakan ilegal tersebut. Perusahaan harus bekerja sama
sepenuhnya dengan otoritas dan masyarakat untuk membersihkan dan
memulihkan area yang terkena dampak.
4) Pemulihan Lingkungan:
Program pemulihan lingkungan harus segera diimplementasikan untuk
mengurangi dampak jangka panjang dari pembuangan limbah berbahaya. Ini
termasuk rehabilitasi tanah, air, dan udara di sekitar area yang terkontaminasi.
5) Penguatan Peraturan dan Pengawasan:
Pemerintah harus memperketat peraturan terkait pengelolaan limbah dan
meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan petrokimia. Sanksi
yang signifikan harus diberlakukan sebagai deterrence bagi perusahaan yang
melanggar peraturan.

16
6) Keterlibatan Masyarakat:
Masyarakat setempat dan aktivis lingkungan harus dilibatkan dalam proses
pemulihan dan pengambilan keputusan terkait langkah-langkah pencegahan
lebih lanjut. Forum dialog terbuka harus diadakan untuk mendengar dan
memahami keprihatinan mereka.
7) Sistem Pengelolaan Limbah Berkelanjutan:
PT Asahimas Chemical harus memperbarui dan memperkuat sistem pengelolaan
limbahnya, memastikan bahwa limbah dihasilkan, diproses, dan dibuang sesuai
dengan standar keberlanjutan dan peraturan lingkungan yang berlaku.
8) Peningkatan Transparasi:
Perusahaan harus meningkatkan tingkat transparansi dengan memberikan
informasi terkait operasionalnya kepada publik dan otoritas lingkungan. Laporan
rutin tentang pengelolaan limbah dan dampak lingkungan harus tersedia untuk
umum.
9) Pendidikan dan Pelatihan:
Pendidikan dan pelatihan tentang pengelolaan limbah dan tanggung jawab
lingkungan harus diberikan kepada semua karyawan perusahaan. Ini dapat
membantu mencegah kejadian serupa di masa depan.
10) Rencana Tanggap Darurat:
Perusahaan harus menyusun rencana tanggap darurat yang jelas dan efektif untuk
menghadapi kemungkinan kejadian serupa di masa depan. Ini mencakup
pelatihan reguler dan simulasi keadaan darurat.
Dengan mengimplementasikan solusi-solusi ini, diharapkan dapat diambil
langkah-langkah konkret untuk menanggulangi permasalahan pembuangan limbah
berbahaya PT Asahimas Chemical. Keseluruhan proses ini harus bersifat transparan,
adil, dan melibatkan semua pihak yang terlibat demi keberlanjutan lingkungan dan
kesejahteraan masyarakat.

2. Solusi Atas Kasus PT Chandra Asli


1) Pemantauan dan Evaluasi Emisi:
Melakukan audit emisi rutin dengan melibatkan pihak ketiga yang
independen untuk memastikan keakuratan data dan mengevaluasi
dampaknya terhadap kualitas udara.

17
2) Teknologi Penguarangan Emisi:
Menginvestasikan dalam teknologi canggih untuk mengurangi emisi,
termasuk instalasi peralatan kontrol emisi pada gas flare dan boiler pabrik.
Peralatan ini dapat mencakup sistem pengendalian NOx dan penyaring
partikulat.
3) Transmisi ke Sumber Energi Bersih:
Mendorong transisi ke sumber energi bersih dengan menggantikan bahan
bakar fosil yang digunakan dalam proses produksi dengan energi terbarukan
atau bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
4) Pembaruan Sistem Boiler:
Memperbarui sistem boiler untuk meningkatkan efisiensi pembakaran dan
mengurangi emisi gas berbahaya. Penerapan teknologi gasifikasi atau
pembakaran yang lebih efisien dapat menjadi solusi.
5) Peningkatan Pemantauan Flare Gas:
Memperkuat sistem pemantauan gas flare, termasuk pemanfaatan sensor
canggih dan sistem pemantauan otomatis, untuk mendeteksi dan mengurangi
emisi yang tidak terkendali.
6) Penggunaan Enclosed Ground Flare yang Lebih Efektif:
Menilai kembali efektivitas enclosed ground flare yang digunakan. Jika
diperlukan, meningkatkan desain atau menambah peralatan kontrol untuk
memastikan bahwa emisi berbahaya benar-benar terkendali.
7) Keterlibatan Pihak Terkait:
Melibatkan komunitas lokal, aktivis lingkungan, dan pemerintah dalam
proses perencanaan dan pengambilan keputusan untuk menciptakan solusi
yang dapat diterima oleh semua pihak.
8) Pendidikan dan Kesadaran:
Menjalankan program pendidikan dan kesadaran untuk karyawan,
masyarakat lokal, dan pihak terkait lainnya tentang dampak lingkungan dari
emisi dan tindakan yang dapat diambil untuk menguranginya.
9) Keterbukaan dan Pelaporan:
Meningkatkan keterbukaan perusahaan dengan secara rutin melaporkan data
emisi, langkah-langkah pengurangan yang diambil, dan hasil pemantauan
kepada publik dan otoritas lingkungan.

18
10) Pemulihan Ekosistem:
Melibatkan ahli lingkungan untuk merancang dan mengimplementasikan
program pemulihan ekosistem yang bertujuan mengurangi dampak jangka
panjang dari emisi terhadap lingkungan sekitar.

Melalui implementasi solusi-solusi ini, diharapkan PT Chandra Asri


dapat mengurangi dampak negatifnya terhadap kualitas udara, masyarakat, dan
ekosistem sekitar. Dengan keterlibatan aktif dari semua pihak terkait, dapat
diciptakan industri petrokimia yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab
terhadap lingkungan.

3. Solusi Atas Kasus PT


1) Mitigasi Risiko Banjir:
• Merancang dan menerapkan sistem pengelolaan air yang efektif untuk
mencegah perubahan alur air dan peningkatan permukaan beton yang
menyebabkan banjir.
• Memastikan pemantauan yang terus-menerus terhadap tingkat air tanah
dan memperhatikan prediksi cuaca untuk merespons potensi banjir
dengan cepat.
2) Pengurangan Debu dan Pencemaran Udara:
• Menggunakan teknologi modern seperti sistem penyiraman air dan
penyaring debu di lokasi konstruksi untuk mengurangi pelepasan debu
dan partikel ke udara.
• Menyusun jadwal konstruksi yang meminimalkan pelepasan debu ke
atmosfer, khususnya selama periode kering.
3) Keterlibatan Masyarakat dan Komunikasi Terbuka:
• Melibatkan masyarakat setempat dalam proses pengambilan keputusan
dan memberikan platform untuk menyampaikan keprihatinan mereka.
• Membangun komunikasi terbuka dan transparan dengan mengadakan
pertemuan rutin, menyediakan informasi progres proyek, dan
memberikan solusi atas masalah yang diidentifikasi.
4) Pemulihan Lahan dan Ekosistem:
• Mengembangkan program pemulihan lanskap untuk mengatasi
kerusakan lahan pertanian dan pemukiman akibat perubahan alur air.

19
• Merencanakan dan melaksanakan kegiatan penanaman pohon dan
vegetasi untuk mengurangi dampak lingkungan dan mendukung
keberlanjutan ekosistem setempat.
5) Kepatuhan Standard Lingkungan:
• Memastikan bahwa seluruh aktivitas konstruksi dan operasional sesuai
dengan standar lingkungan yang berlaku, serta mematuhi regulasi yang
telah ditetapkan oleh otoritas terkait.
• Melakukan audit rutin oleh pihak ketiga untuk memverifikasi kepatuhan
terhadap standar dan regulasi.
6) Rencana Tanggap Darurat:
Menyusun rencana tanggap darurat yang efektif untuk mengatasi situasi
darurat seperti banjir atau pencemaran udara. Melibatkan pihak berwenang
dan masyarakat dalam latihan tanggap darurat secara berkala.
7) Keterlibatan Pemerintah dan Badan Regulasi:
• Meminta dukungan dan keterlibatan aktif pemerintah dan badan regulasi
dalam menanggapi dampak lingkungan proyek ini.
• Bersinergi dengan otoritas lingkungan dalam melakukan pemantauan dan
penegakan aturan.
8) Program Kesejahteraan Masyrakat:
Menyelenggarakan program kesejahteraan masyarakat, termasuk layanan
kesehatan gratis, untuk mengatasi dampak kesehatan yang timbul akibat
pencemaran udara.
9) Evaluasi Berkelanjutan:
Melakukan evaluasi berkelanjutan terhadap dampak lingkungan selama dan
setelah proyek selesai, dengan memperbarui strategi mitigasi berdasarkan
temuan evaluasi.
10) Peningkatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan:
Meningkatkan tanggung jawab sosial perusahaan dengan berinvestasi dalam
inisiatif lokal yang mendukung kesejahteraan masyarakat setempat dan
keberlanjutan lingkungan.

Melalui implementasi solusi-solusi ini, diharapkan PT Lotte Chemical


Indonesia dapat mengurangi dampak negatif pada lingkungan dan masyarakat

20
sekitar, menciptakan proyek yang lebih berkelanjutan dan memperkuat
hubungan positif dengan stakeholder lokal.

21
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Industri petrokimia telah mengalami perkembangan pesat sejak awal abad ke-20,
menghasilkan berbagai produk seperti plastik, serat sintetis, pupuk, dan bahan kimia lainnya.
Namun, sementara industri petrokimia penting, pertumbuhannya yang pesat dan tingginya
konsumsi energi juga menimbulkan tantangan. Isu-isu kritis yang dihadapi oleh industri ini
termasuk dampak lingkungan, ketergantungan pada sumber daya terbatas, dan tuntutan pasar
global. Dokumen ini juga mencantumkan beberapa solusi dan upaya penanggulangan
dampak limbah industri petrokimia, seperti pengurangan ketergantungan pada bahan bakar
fosil dengan mempromosikan energi terbarukan dan meningkatkan efisiensi energi. Industri
petrokimia juga perlu memperbarui dan memperkuat sistem pengelolaan limbah,
meningkatkan transparansi dengan memberikan informasi terkait operasionalnya kepada
publik, dan melibatkan pemerintah dan badan regulasi dalam pemantauan dan penegakan
aturan lingkungan.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami usulkan bagi industri petrokimia adalah mengadopsi
teknologi bersih dan ramah lingkungan dalam proses produksi. Hal ini melibatkan investasi
dalam penelitian dan pengembangan untuk mengidentifikasi dan menerapkan inovasi yang
dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dan limbah berbahaya. Selain itu, pengelolaan
limbah yang efisien dan praktik daur ulang dapat mengurangi dampak negatif pada
ekosistem. Industri juga harus aktif berpartisipasi dalam program konservasi energi dan
meningkatkan efisiensi proses produksi guna mengurangi kebutuhan energi dan emisi
karbon. Selain aspek teknis, keterlibatan komunitas lokal dan pemangku kepentingan
eksternal, serta komitmen pada pembangunan berkelanjutan, juga menjadi kunci untuk
mencapai perubahan yang berarti. Pendidikan masyarakat dalam pelaporan dampak
lingkungan juga diperlukan untuk membangun dukungan dan kepercayaan dari masyarakat,
serta melibatkan pemerintah dan badan regulasi dalam upaya peningkatan transparansi dan
penegakan aturan lingkungan untuk mengatasi dampak negatifnya.

22
DAFTAR PUSTAKA
Kontributor Wikipedia. (2023). Industri. Diakses pada Selasa, 28 November 2023 melalui
https://id.wikipedia.org/wiki/Industri

Kontributor Wikipedia. (2023). Petrokimia. Diakses pada Selasa, 28 November 2023 melalui
https://id.wikipedia.org/wiki/Petrokimia

Itsnaini, Faqihah. (2021). Pengertian Limbah, Karakteristik, dan Kenis-jenisnya. Diakses


pada Selasa, 28 November 2023 melalui https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-
5538767/pengertian-limbah-karakteristik-dan-jenis-jenisnya

Widianto, Erwin. (2023). Pengertian Limbah Industri dan Jenis-jenisnya. Diakses pada
Selasa 28 November 2023 melalui https://envilife.co.id/pengertian-limbah-industri-
dan-jenis-jenisnya/

Kontributor Wikipedia. (2023). Industri Petrokimia. Diakses pada Selasa, 28 November


2023 melalui https://id.wikipedia.org/wiki/Industri_petrokimia

Administrator Indonesia.go.id. (2022). Menguatkan Petrokimia sebagai Fondasi Industri


Nasional. Diakses pada Rabu, 29 November 2023 melalui
https://indonesia.go.id/kategori/editorial/4604/menguatkan-petrokimia-sebagai-
fondasi-industri-nasional?lang=1

Kontributor Limbah.id. (2023). Petrokimia. Diakses pada Rabu, 29 November 2023 melalui
https://www.limbah.id/industri-petrokimia

Supraptini. (2002). Pengaruh Limbah Industri terhadap Lingkungan Indonesia. Diakses


pada Sabtu, 9 Desember 2023 melalui chrome-
extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://media.neliti.com/media/publ
ications-test/160140-pengaruh-limbah-industri-terhadap-lingku-ff6a8ecf.pdf

Aryadi, Fachrul. (2023). Terkait Pembuangan Limbah, Ratusan Massa Akan Demo Pabrik
Kimia PT Asahimas Chemical. Diakses pada Minggu, 10 Desember 2023 melalui
https://faktabanten.co.id/amp/cilegon/terkait-pembuangan-limbah-ratusan-massa-
akan-demo-pabrik-kimia-pt-asahimas-chemical/

Wawan. (2022). Flare Gas Pabrik Kimia Chandra Asri Hasilkan Limbah Gas yang Cemari
Udara dan Merusak Atmosfir?. Diakses pada Minggu, 10 Desember 2023 melalui

23
https://faktabanten.co.id/amp/cilegon/flare-gas-pabrik-kimia-chandra-asri-hasilkan-
limbah-gas-yang-cemari-udara-dan-merusak-atmosfir/

Kontributor BantenNews.co.id. (2022). Diakses pada Minggu, 10 Desember 2023 melalui


https://www.bantennews.co.id/dampak-proyek-pt-lci-disoal-besok-warga-dari-tiga-
kelurahan-di-cilegon-gelar-unjuk-rasa/

24

You might also like