You are on page 1of 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

“ N”
DENGAN DIAGNOSA ASMA BRONKIAL
DI RUANG MUSI ANAK RS PERTAMINA PRABUMULIH

Disusun oleh :

ERNITA SARI

21220169

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA BRONKIAL

A. KONSEP MEDIS

1. Pengertian
Sesak nafas dan mengi menjadi suatu pertanda seseorang mengalami
asma. Asma merupakan gangguan radang kronik pada saluran napas.
Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat peka terhadap
rangsangan tertentu, sehingga apabila terangsang oleh factor risiko
tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena
konstriksi bronkus,sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang.
Dari proses radang tersebut dapat timbul gejala sesak nafas dan mengi
(Almazini, 2012). Sedangkan menurut Wahid dan Suprapto (2013) Asma
adalah suatu penyakit dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas pada rangsangan tertentu, yang mengakibatkan
peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Dari beberapa pengertian
tersebut penulis dapat menyimpulkan asma merupakan suatu penyakit
saluran pernafasan yang mengalami penyempitan karena hipereaktivitas
oleh faktor risiko tertentu. Penyempitan ini bersifat sementara serta
menimbulkan gejala sesak nafas dan mengi.

2. Etiologi

Menurut Wijaya & Putri (2014) etiologi asma dapat dibagi atas :
a. Asma ekstrinsik/ alergi
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya sudah
terdapat semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk
sari, bulu halus, binatang dan debu.
b. Asma instrinsik / idiopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya
faktor-faktor non spesifik seperti : flu, latihan fisik, kecemasan atau
emosi sering memicu serangan asma. Asma ini sering muncul sesudah
usia 40tahun setelah menderita infeksi sinus.
c. Asma campuran
Asma yang timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan intrinsik

3. Klafisikasi
Menurut Wijaya dan Putri (2014) kasifikasi asma berdasarkan berat
penyakit, antara lain :
a. Tahap I : intermitten
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :

1) Gejala inermitten < 1 kali dalam seminggu


2) Gejala eksaserbasi singkat (mulai beberapa jam
sampai beberapa hari)
3) Gejala serangan asma malam hari < 2 kali dalam sebulan
4) Asimptomatis dan nilai fungsi paru normal diantara
periode eksaserbasi
5) PEF atau FEV1 :≥ 80% dari prediksi Variabilitas < 20%
6) Pemakaian obat untuk mwmpwrtahankan kontrol
Obat untuk mengurangi gejala intermitten dipakai hanya kapan perlu
inhalasi jangka pendek β2 agonis
7) Intensitas pengobatan tergantung pada derajat eksaserbasi
kortikosteroid oral mungkin dibutuhkan.

b. Tahap II : persisten ringan

Penampilan klinik sebelum mendapatkan pengobatan :

1) Gejala ≥ 1 kali seminggu tetapi < 1 kali sehari


2) Gejala eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas dan tidur
3) Gejala serangan asma malam hari > 2 kali dalam sebulan
4) PEF atau FEV1 : > 80 % dari prediksi Variabilitas 20-30%
5) Pemakaian obat harian untuk mempertahankan kontrol :
Obat-obatan pengontrol serangan harian mungkin perlu
bronkodilator jangka panjang ditambah dengan obat-obatan
antiinflamasi (terutama untuk serangan asma malam hari.

c. Tahap III : persisten sedang


Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
1) Gejala harian
2) Gejala eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur
3) Gejala serangan asma malam hari > 1 kali seminggu
4) Pemakaian inhalasi jangka pendek β2 agonis setiap hari
5) PEV atay FEV1 : > 60% - < 80% dari prediksi Variabilitas >
30%
6) Pemakaian obat-obatan harian untuk mempertahankan kontrol :
Obat-obatan pengontrol serangan harian inhalasi kortikosteroid
bronkodilatorjangka panjang (terutama untuk serangan asma
malam hari)

d. Tahap IV : persisten berat


Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
1) Gejala terus-menerus
2) Gejala eksaserbasi sering
3) Gejala serangan asma malam hari sering
4) Aktivitas fisik sangat terbatas oleh asma
5) PEF atau FEV1 : ≤ 60% dari prediksi
6) Variabilitas > 30%

4. Factor Resiko

Obstruksi jalan napas pada asma disebabkan oleh


a. Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan napas.
b. Pembengkakan membrane bronkus
c. Broncus berisi mucus yang kental
Adapun faktor predisposisi pada asma yaitu:
a. Genetik
Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya bakat alergi
ini penderita sangat mudah terkena asma apabila dia terpapar dengan faktor
pencetus.

Adapun faktor pencetus dari asma adalah:


a. Alergen
Merupakan suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini dibagi menjadi
tiga, yaitu:
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu,
bulu binatang, serbuk bunga, bakteri, dan polusi.
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan dan obat-
obatan tertentu seperti penisilin, salisilat, beta blocker, kodein,
dan sebagainya.
3) Kontaktan, seperti perhiasan, logam, jam tangan, dan
aksesoris lainnya yang masuk melalui kontak dengan kulit.
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma,
perubahan cuaca menjadi pemicu serangan asma.
c. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-
15% klien asma. Misalnya orang yang bekerja di pabrik kayu, polisi
lalu lintas, penyapu jalanan.
d. Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila
sedang bekerja dengan berat/aktivitas berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan asma

e. Stres
Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma,
selain itu juga dapat memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma harus segera diobati penderita asma yang
mengalami stres harus diberi nasehat untuk menyelesaikan
masalahnya (Wahid & Suprapto, 2013).
5. Manisfestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien asma menurut Halim
Danokusumo (2000) dalam Padila (2015) diantaranya ialah :

a. Stadium Dini

Faktor hipersekresi yang lebih menonjol

1) Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek


2) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya
hilang timbul
3) Wheezing belum ada
4) Belum ada kelainan bentuk thorak
5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
6) BGA belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:

1) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum


2) Wheezing
3) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4) Penurunan tekanan parsial O2
b. Stadium lanjut/kronik
1) Batuk, ronchi
2) Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
4) Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
5) Thorak seperti barel chest
6) Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
7) Sianosis
8) BGA Pa O2 kurang dari 80%
9) Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan pada
Rongen paru
10) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
6. Pathofisiologi

Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi disebabkan


oleh satu atau lebih dari konstraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi,
yang menyempitkan jalan nafas, atau pembengkakan membran yang
melapisi bronkhi, atau penghisap bronkhi dengan mukus yang kental.
Selain itu, otot-otot bronkhial dan kelenjar mukosa membesar, sputum
yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan
udara terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari
perubahan ini belum diketahui, tetapi ada yang paling diketahui adalah
keterlibatan sistem imunologis dan sisitem otonom.

Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk


terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian
menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen
mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan
produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan
prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-
A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos
dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan
membaran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak.

Sistem saraf otonom mempengaruhi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh
impuls saraf vagal melalui sistem parasimpatis, Asma idiopatik atau
nonalergik, ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor
seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan, jumlah
asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara
langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan
mediator kimiawi yang dibahas di atas. Individu dengan asma dapat
mempunyai toleransi rendah terhadap respon parasimpatis.

Selain itu, reseptor α- dan β- adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak
dalam bronki. Ketika reseptor α- adrenergik dirangsang terjadi
bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor β- adregenik yang
dirangsang. Keseimbangan antara reseptor α- dan β- adregenik
dikendalikan terutama oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP). Stimulasi
reseptor alfa mengakibatkan penurunan cAMP, mngarah pada
peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel mast
bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor beta adrenergik mengakibatkan
peningkatan tingkat cAMP yang menghambat pelepasan mediator kimiawi
dan menyababkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa
penyekatan β- adrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya
asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan
konstriksi otot polos (Wijaya dan Putri, 2014).
7. Pathwey

(Padila, 2015)
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2015) yaitu :
a Spirometri
Untuk mengkaji jumlah udara yang dinspirasi
b Uji provokasi bronkus
c Pemeriksaan sputum
d Pemeriksaan cosinofit total
e Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang
dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
f Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
g Foto thorak untuk mengetahui adanya pembengkakan, adanya
penyempitan bronkus dan adanya sumbatan
h Analisa gas darah
Untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan
oksigenasi.

9. Komplikasi
Komplikasi menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
a. Pneumothorak
b. Pneumomediastium dan emfisema sub kutis
c. Atelektasis
d. Aspirasi
e. Kegagalan jantung/ gangguan irama jantung
f. Sumbatan saluran napas yang meluas/ gagal napas Asidosis

10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
Non farmakologi, tujuan dari terapi asma :
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
b. Mencegah kekambuhan
c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta
mempertahankannya

d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk


melakukan exercise
e. Menghindari efek samping obat asma
f. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel

Farmakologi, anti asma :


a. Bronchodilator
Adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol
b. Antikolinergin
Iptropiem bromid (atrovont)
c. Kortikosteroid
Predrison, hidrokortison, orodexon.
d. Mukolitin
BPH, OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum air putih
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), asuhan keperawatan dengan asma
meliputi :
1 Pengkajian
a. Biodata
Asma bronchial dapat meyerang segala usia tetapi lebih sering
dijumpai pada usia dini. Separuh kasus timbul sebelum 10 tahun
dan
sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun.
Predisposisi laki- laki dan perempuan diusia sebesar 2 : 1 yang
kemudian sama pada usia 30 tahun.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma dalah dispnea
(sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan
mengi (pada beberapa kasus lebih banyak paroksimal).
2) Riwayat kesehatan dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya faktor predisposisi
timbulnya penyakit ini, di antaranya adalah riwayat alergi dan
riwayat penyakit saluran nafas bagian bawah (rhinitis, urtikaria,
dan eskrim).
3) Riwayat kesehatan keluarga
Klien dengan asma bronkial sering kali didapatkan adanya riwayat
penyakit keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak
ditemukan
adanya penyakit yang sama pada anggota keluarganya.
c. Pemeriksaan Fisik
1). Inspeksi
a) Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada
posisi
duduk.
b) Dada diobservasi dengan membandikan satu sisi dengan yang
lainnya.
c) Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah.
d) Ispeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan
kondisinya, skar, lesi, massa, dan gangguan tulang belakang,
seperti kifosis, skoliosis, dan lordosis.
e) Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan
pergerakan dada.
f) Observasi tipe pernapsan, seperti pernapasan hidung pernapasan
diafragma, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
h) Kelainan pada bentuk dada. Observasi kesemetrian pergerakan
dada.
Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada
mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura.
j) Observasi trakea obnormal ruang interkostal selama
inspirasi, yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
2) Palpasi
a) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasikan keaadaan
kulit, dan mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi).
b) Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat
inspeksi seperti : mata, lesi, bengkak.
c) Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan
ketika berbicara

3) Perkusi . Suara perkusi normal.:


a) Resonan (Sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada
jaringan paru normal.
b) Dullness : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan
diatas bagian jantung, mamae, dan hati.
c) Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan di atas perut yang
berisi
udara. Suara perkusi abnormal :
a) Hiperrsonan (hipersonor) :
berngaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan
dan timbul pada bagian paru yang berisi darah.
b) Flatness : sangat dullness.
Oleh karena itu, nadanya lebih tinggi. Dapat didengar
pada perkusi daerah hati, di mana areanya seluruhnya berisi
jaringan.
4) Auskultasi
a) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan
(abnormal), dan suara.
b) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika
melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
c) Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan
vesikular.
d) Suara nafas tambahan meliputi wheezing, , pleural friction
rub, dan crackles.

2. Diagnose keperawatan
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), meliputi :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan berhubungan dengan mukus dalam
jumlah berlebihan, peningkatan produksi mukus, eskudat dalam alveoli
dan bronkospasme.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, produksi mukus bertambah
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi

3. Rencana tindakan
Rencanaan keperawatan merupakan rencana tindakan yang akan diberikan
kepada klien sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan
yang muncul. Rencana keperawatan berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018) dan Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI,2019) dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut :
N Diagnose Tujuan Intervensi
o
1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Intervensi : Manajement jalan
tindakan keperawatan nafas
tidak efektif
diharapkan klien 1. Observasi
berhubungan dengan jalan nafas klien a. Monitor bunyi nafas
tetap paten dengan tambahan
ketidakmampuan
kriteria hasil : b. Monitor sputum
keluarga memberikan 1. Batuk efektif 2. Terapeutik
meningkat a. Posisikan semifowler
perawatan bagi
2. Produksi sputum atau fowler
anggotanya yang sakit menurun b. Berikan minum
3. Mengi menurun hangat
4. Wheezing c. Berikan oksigen jika
menurun perlu
5. Gelisah menurun 3. Edukasi
6. Frekuensi nafas a. Ajarkan teknik
membaik batuk efektif
7. Pola napas membaik 4. Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik

Intervensi : Manajement Asma


1. Observasi
a. Monitor frekuensi
dan keadaan nafas
b. Monitor tanda dan
gejala hipoksia
c. Monitor bunyi nafas
tambahan
2. Terapeutik
a. Berikan posisi
semifowler 30-45o
3. Edukasi
a. Anjurkan
meminimalkan ansietas
yang dapat
meningkatkan
kebutuhan oksigen
b. Anjurkan bernafas
lambat dan dalam
c. Ajarkan
mengidentifikasi dan
menghindari pemicu

2 Gangguan pertukaran Setelahdiberikan tindakan 2. Terapeutik


a. Atur interval
gas berhubungan keperawatan diharapkan
pemantauan respirasi
dengan pernafasan pasien sesuai kondisi pasien
b. Dokumentasikan
ketidakmampuan membaik, dengan
hasil pantauan
keluarga memberikan kriteria hasi : 3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan
perawatan bagi 1. Tingkat kesadaran
prosedur pemantauan
anggotanya yang sakit pasien meningkat b. Informasikan hasil
pemantauan
2. Bunyi nafas
Intervensi : Dukungan
tambahan menurun ventilasi
1. Observasi
3. Gelisah menurun
a. Identifikasi adanya
4. Nafas cuping hidung kelelahan otot bantu
nafas
menurun
b. Monitorr status
respirasi dan
oksigenasi
2. Terapeutik
a. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
b. Berikan posisi
semifowler atau fowler
c. Berikan oksigenasi
sesuai kebutuhan
3. Edukasi
a. Ajarkan malakukan
teknik relaksasi nafas
dalam
b. Ajarkan teknik
batuk efektif
3 Pola nafas tidak efektif
Setelah dilakukan Intervensi : Manajement
berhubungan dengan tindakan keperawatan jalan nafas
pola nafas pasien 1. Observasi
ketidakmampuan
kembali normal, dengan a. Monitor pola nafas
keluarga memberikan kriteria hasil : 2. Terapeutik
1. Ventilasi semenit a. Posisikan semifowler
perawatan bagi
meningkat atau fowler
2. Tekanan ekspirasidan b. Berikan oksigen jika
inspirasi meningkat perlu
3. Penggunaan otot 3. Edukasi
bantu nafas a. Ajarkan teknik
menurun batuk efektif
4. Frekuensi nafas Intervensi : Dukungan
membail ventilasi
5. Kedalaman nafas 1. Observasi
a. Identifikasi adanya
membaik
kelelahan otot bantu
nafas
b. Monitorr status
respirasi dan
oksigenasi
2. Terapeutik
a. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
b. Berikan posisi
semifowler atau fowler
c. Berikan oksigenasi
sesuai kebutuhan
3. Edukasi
b. Ajarkan malakukan teknik
relaksasi nafas dalam
4 Ansietas berhubungan
Setelah dilakukan Intervensi : Terapi relaksasi
dengan tindakan keperawatan otot progresif
diharapkan kecemasan 1. Observasi
ketidakmampuan
pasien a.Identifikasi tempat yang
keluarga mengambil berkurang, dengan tenang dan nyaman
kriteria hasil : b. Monitor secara berkala
keputusan dalam
1. Kekhawatiran akibat untuk memastikan otot
merawat anggota kondisi rileks
yang dihadapi c. Monitor adanya
yang sakit
menurun indikator tidak rileks
2. Perilaku gelisah 2. Terapeutik
menurun a. Atur lingkungan agar
3. Perilaku tegang tidak ada gangguan saat
menurun terapi
4. Frekuensi b. Berikan posisi yang
npernafasan menurun nyaman bersandar
5. Frekuensi nadi dikursi atau posisi tidur
menurun c. Beri waktu
6. Tekanan darah mengungkapkan
menurun perasaan tentang
7. Pucat menurun terapi
8. Konsentrasi membaik 3. Edukasi
a. Anjurkan memakai
pakaian yang
nyaman dan tidak
sempit
b. Ajarkan langkah-
langkah sesuai
prosedur
c. Anjurkan menegangkan
otot selama 5 sampai 10
detik, kemudian
anjurkan merilekskan
otot 20-
30 detik, masing
masing 4-8 kali
d. Anjurkan menegangkan
otot kaki selama
tidak lebih dari 5 detik
untuk menghindari
kram
e. Anjurkan fokus pada
sensasi otot yang
menegang
f. Anjurkan fokus pada
sensasi otot yang rileks
g. Anjurkan bernafas
dalam dan perlahan

5
Manajement Setelah dilakukan Intervensi :
kesehatan keluarga tindakan keperawatan Pendampingan
tidak efektif diharapkan keluarga Keluarga
berhubungan mampu mengambil 1. Observasi
dengan keputusan, dengan a. Identifikasi kebutuhan
ketidakmampuan kriteria hasil: keluarga terkait
keluarga masalah kesehatan
1. Kemampuan
mengambil keluarga
menjelaskan masalah
keputusan dalam b. Identifikasi tugas
kesehatan yang
2. Dialami meningkat kesehatan keluarga yang
merawat anggota
3. Aktifitas keluarga terhambat
yang sakit c. Identifikasi dukungan
mengatasi masalah
kesehatan dengan tepat spiritual yang mungkin
meningkat untuk keluarga
4. Tindakan untuk 2. Terapeutik
mengurangi faktor a. Berikan harapan
resiko meningkat yang realistis
5. Gejala penyakit b. Bina hubungan
anggota menurun saling percaya
dengan keluarga
6. Kemampuan c. Dengarkan keinginan
melakukan dan perasaan keluarga
tindakan d. Dukung mekanisme
pencegahan koping adaptif yang
masalah digunakan keluarga
kesehatan 3. Edukasi
meningkat a. Ajarkan mekanisme
7. Kemampuan koping yang dapat
peningkatkan dijalankan keluarga
kesehatan Intervensi : Dukungan
meningkat Keluarga Merencanakan
8. Pencapaiam Perawatan
pengendalian 1. Observasi
kesehatan a. Identifikasi kebutuhan
dan harapan
keluarga tentang
kesehatan
b. Identifikasi tindakan
yang dapat
dilakukan keluarga
2. Terapeutik
a. Motivasi
pengembangan sikap
dan emosi
yang mendukung
upaya kesehatan
b. Ciptakan perubahan
lingkungan rumah
secara optimal
3. Edukasi
a. Ajarkan cara
perawatan yang bisa
dilakukan keluarga
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

(STIKes PERTAMEDIKA)

Jl. Bintaro Raya No. 10 Tanah Kusir – Kebayoran Lama Utara – Jakarta Selatan 12240

Telp. (021) 7234122, 7207184, Fax. (021) 7234126

Website: www.stikes-pertamedika.ac.id

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK

FORMAT PENGKAJIAN ANAK

Nama Mahasiswa : Ernita Sari

NIM : 21220169

Tempat praktek : RS.Pertamina Prabumulih

Tanggal praktek : 09 November 2021

I.
II. IDENTITAS DATA

Nama Anak : An. N Nama Ayah – Pendidikan: Tn. A- SMA

Tempat – tanggal lahir : 2 Sept 2019 Nama Ibu – Pendidikan : Ny.B- SMA

Usia : 8 tahun Pekerjaan Ayah : Wiraswasta

Agama : Islam Pekerjaan Ibu : IRT

Suku – Bangsa : Melayu/Indonesia

Alamat rumah : Prabumulih Sumatera Selatan

HP : 08525841201040

III. KELUHAN UTAMA DIRAWAT


Ibu kilen mengatakan anaknya batuk dan sesak napas . Anak nampak sakit sedang, dengan
GCS = 15, kesadaran Composmentis, Tanda vital : Suhu 370 C, Pernapasan 32x/
menit, Nadi 112x/ menit. Pada pemeriksaan auskultasi ditemukan adanya ronchi dan
wheezing. Orang tua mengatakan anak batuk berdahak dan lendir susah untuk
dikeluarkan. Ibu klien mengatakan klien juga susah tidur karena sesak dan batuk.

IV. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN (bila anak ada kebutuhan khusus)
A. Prenatal :-
B. Intranatal :-
C. Postnatal :-
D.
V. RIWAYAT KESEHATAN MASA LAMPAU
A. Penyakit yang pernah diderita waktu kecil : Ibu klien mengatakan pada saat berusia 3
tahun klien pernah dirawat dengan sakit yang sama. Yaitu asma bronkial.
Klien juga sering kambuh asma nya kalau minum es yang menyebabkan klien batuk dan
cuaca dingin.
B. Obat-obatan yang digunakan :
C. Tindakan operasi : Tidak Ada
D. Imunisasi : riwayat imunisasi lengkap

VI. RIWAYAT KELUARGA (BUAT GENOGRAM 3 GENERASI KEATAS)

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan
Tinggal serumah

Klien

RIWAYAT SOSIAL

A. Yang mengasuh : Klien diasuh oleh ibu kandungnya dan bila bekerja diasuh oleh
pengasuhnya
B. Hubungan dengan anggota keluarga : -
C. Hubungan dengan teman sebaya : Klien sering bermain dengan teman sebayanya
D. Pembawaan secara umum : Klien merupakan anak yang ceria dan aktif
E. Lingkungan rumah : Klien tinggal di perumahan yang ramai penduduk dan padat

VII. KEBUTUHAN DASAR


A. Makan
1. Makanan yang disukai/tidak disukai : Ibu klien mengatakan an. N memakan
semua makanan yang diberikan, namun kurang menyukai sayuran, dan ada
pantangan makanan yaitu makan es dak ciki karena klien batuk yang
menyebabkan asmanya sering kambuh.
2. Pola makan / jam makan : Di rumah klien makan 3x/hari ditambah 2x untuk
makan makanan ringan
B. Tidur
1. Lama tidur siang : 2-3 jam
2. Lama tidur malam : 3-5 jam
3. Kebiasaan sebelum tidur : tidak ada
C. Personal hygiene
1. Mandi : Sebelum sakit klien mandi 2x/hari
2. Mencuci rambut : Saat mandi klien selalu mencuci rambutnya
3. Menggosok gigi : Saat mandi klien terkadang mengosok giginya
D. Eliminasi
1. BAB – karakteristik feses : 1x/hari, lembek berbentuk dengan warna kuning
kecoklatan
2. BAK – Karakteristik urine : 6x/hari. Warna kuning jernih
E. Aktivitas bermain – jeni spermainan : Klien lebih suka bermain boneka dan masak
masakan

VIII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


A. Diagnosis Medis : asma bronkial
B. Tindakan operasi : Tidak Ada
C. Status nutrisi : klien tidak ada gangguan dalam pemenuhan nutrisi, BB: 25 kg
TB : 125 cm, IMT : 16
D. Status cairan : IVFD D5 gtt 10x/ mnt
E. Obat-obatan : Ceftazidin (IV) 3x100mg
ampicilin (IV) 2x150 mg

obat pulvis 3x1

Nebuventolin (Inhalasi) /8jam

F. Aktivitas : Klien terbaring di tempat tidur


G. Tindakankeperawatan : Inhalasi/8 jam, injeksi antibiotic, oksigenisasi 1lpm
H. Hasil pemeriksaan penunjang – laboraturium
MorfologiDarahTepi :

-Result :

Eritrrosit : normo kromnormositer

Leukosit : 10.000

Trombosit : 212.000

Hb 11,2 gr/dl

Ht 34, 2 gr/dl

Thorax AP/PA

-kesan : Normal

IX. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan umum : Sedang
B. TB/BB (persentile) : 125 cm/ 25 kg
C. Lingkar kepala : 38 cm
D. Mata : Sklera putih, tidak cekung, pupil
isokor, reflekscahaya (+), konjungtiva tidak anemis

E. Hidung : Tidak terdapat rinorea, dapat pernafasan cuping hidung


F. Mulut : Bibir tampak kering, tampak pucat, Lidah tidak tremor
/kotor, gigi tidak mengalami caries, ukuran tonsil normal
G. Telinga : Telinga tidak terdapat serumen ,bersih
H. Tengkuk : Kelenjar getah bening teraba, tiroid tidak teraba,
posisitrakealetakditengahtidakadakelainan
I. Dada : Inspeksi
Bentuk dada simetris, frekuensi nnafas 32x/i, irama nafas
tidak

teratur, cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung ada,


penggunaan bantu nafas, anak. “N” terpasang nasal kanul 1
lpm

Palpasi :

Tidak da nyeri tekan, saat mengembang paru kiri lebih


rendah, getaran lemah pada paru kiri

Perkusi :Redup pada paru sinistra

Auskultasi :Suara nafas ronki dan wheezing

J. Jantung : Tidak ada bunyi jantung tambahan, CRT < 2dtk


K. Perut : Inspeksi :Bentuk perut datar, mengikuti gera ksaat bernafas,
tidak terdapat bekas luka operasi
Auskultasi :Peristaltik usus 8x/menit

Palpasi :Tidak terdapat massa atau punjuga tumor, nyeri


tekan tidak ada

Perkusi :Timpani, tidak ada nyeri ketuk

L. Ginjal : Tidak ada nyeri tekan, warna urin kuning jernih


M. Genitelia : Kebersihan genetalia bersih tidak mengalami kelainan
pada alat kelamin dan kelainan anus
N. Ekstremitas : Anak N Pergerakan sendi bebas, tidak ada kelainan
ekstermitas, tidak ada kelainan tulang belakang, kulit
lembab, turgor kulit baik.
O. Tanda-tanda Vital : S : 36, 8 ℃. N : 88x/menit, RR : 32 x/Menit, Spo2
P. Lingkar Lengan Atas (LLA): 22 cm

X. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN


A. Personal sosial : Anak N dapat menunjukkkan yang diinginkannya
B. Motorik halus: Saat diberikan bola Anak N dapat menggelindingkan dan melempar bola
balik
C. Motorik kasar: Anak “N” mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 1 menit
D. Bahasa & kognitif: Anak “N” dapat mengatakan “suster” ketika melihat/memanggil
Perawat dating mendekati klien.

XI. DAMPAK HOSPITALISASI


Klien menangis saat dilakukan tindakan di unit gawat darurat, seperti pemasangan infuse
dan namun saat tiba di kamar ruang rawat inap klien sudah tidak menangis lagi saat
dilakukan tindakan seperti injeksi dan nebulizer klien sudah merasa tenang.

XII. RESUME HASIL PENGKAJIAN (RIWAYAT MASUK HINGGA SAAT INI)


Pengkajian dilakukan pada tanggal 9 November 2021, Jam 08.00 WITA. Anak nampak sakit
sedang, dengan GCS = 15, kesadaran Composmentis, Tanda vital : Suhu 370 C,
Pernapasan 32x/ menit, Nadi 112x/ menit. Pada pemeriksaan auskultasi ditemukan adanya
ronchi dan wheezing. Orang tua mengatakan anak batuk berdahak dan lendir susah
untuk dikeluarkan. Nafsu makan baik dan anak kooperatif selama dirawat. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan anak nampak sakit sedang, dengan GCS = 15, kesadaran
Composmentis, Tanda vital : Suhu 370 C, Pernapasan 32x/ menit, Nadi 100x/ menit.
Pada pemeriksaan auskultasi ditemukan adanya ronchi dan wheezin, tinggi badan 125 cm,
berat saat ini 25kg, , lingkaran kepala: 47 cm, konjungtiva anemis, sklera putih, hidung
terdapat sekret, mukosa lembab, dada simteris, bunyi paru adanya ronchi dan wheezing di
lobus kanan atas, tidak pemakaian otot bantu pernapasan, bising usus 32 kali per
menit, mual muntah tidak ada. Ibu klien juga mengatakan klien mengalami gangguan tidur
karena batuk dan sesak nafas, sehingga sering terbangun malam.

hasil pemeriksaan laboratorium anak pada tanggal 9 November 2021 ditemukan Hb 11,2
g/dl (11-15 g/dl), hematokrit 34,2 L % (30-60 %).
VIVA MEDIKA
Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan
http://ejournal.uhb.ac.id/index.php/VM/issue/archive
Viva Medika | VOLUME 14/NOMOR 1
01/SEPTEMBER/2020
STUDI LITERATUR PENGARUH TERAPI NEBILISER PADA
PASIEN ASMA
Siti Azizah
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen Malang
ferryazizah1613@gmail.com

Tri Nurhudi Sasono


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen Malang

Riza Fikriana
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen Malang

ABSTRAK
Asma merupakan masalah kesehatan yang masih banyak dijumpai di lingkungan sekitar kita,
dengan gejala yang menonjol adalah measa sesak napas, dan peningkatan frekuensi pernapas,
sehingga mengakibatkan pola napas menjadi tidak efektif. . Salah satu intervensi yang biasanya
diberikan oleh dokter di rumah sakit adalah pemberian nebulizer, yang dapat meredakan gejala
asma. Tujuan penulisan literatur ini adalah melakukan analisis literature review terhadap
pemeberian Nebulizer pada asma bronkhial. Metode literature review dilakukan melalui analisis
artikel baik nasional maupun internasional yang didapatkan dari google schoolar dan crossref.
Artikel yang digunakan adalah artikel terbitan tahun 2010-2020 dengan jumlah 6 artikel yang
sesuai kriteria inklusi. Data yang diperoleh, ditelaah dan disusun secara sistematis serta dibahas.
Hasil menunjukkan bahwa pemberian nebulizer pada asma bronkhiale sangat berpengaruh dan
efisien dalam meredakan asma bronkhiale, baik dengan pengenceran, ataupun tanpa
pengenceran. Kata kunci : asma, pemeberian nebulizer, efektif, keefisienan.

ABSTRACT

Asthma is a health problem that is still commonly found in the environment around us, with
prominent symptoms are measa shortness of breath, and an increase in the frequency of breathing,
resulting in breathing patterns become ineffective. . One intervention that is usually given by a
doctor in a hospital is the administration of a nebulizer, which can relieve asthma symptoms. The
purpose of writing this literature is to conduct a literature review analysis of Nebulizer
administration in bronchial asthma. namely through national and international articles obtained
from google scholar and crossref, the articles used were articles published in 2010-2020 with a
total of 6 articles that fit the inclusion criteria. Data obtained, analyzed and compiled
systematically and discussed. The results showed that the administration of nebulizer in bronchial
asthma was very influential and efficient in relieving bronchial asthma, either by dilution or
without dilution.
Keywords: asthma, nebulizer administration, effective, efficiency.

Viva Medika | VOLUME 14/NOMOR 1


01/SEPTEMBER/2020
Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan, 14 (01), September 2020

Siti Azizah, Tri Nurhudi Sasono, Riza Fikriana (Studi Literatur Pengaruh Terapi Nebiliser Pada
Pasien Asma)

PENDAHULUAN berlebih sehingga pasien merasa


Angka kejadian asma diindonesia sesak napas.
terjadi peningkatan 0,5% dari tahun Pemberian Nebulizer menurut
2007 ketahun 2018 (Riskesdas, Ratna dkk (2014 sebagai
2018). Asma memiliki gejala bronkhodilator yang memberikan
episodik berulang berupa mengi, respon lebih cepat dari pada
batuk, sesak napas dan rasa berat intravena terapi inhalasi yang
didada terutama pada malam atau memang dibuatkan untuk target
dini hari. (Nugroho dkk,2015). saluran pernapasan, dan memiliki
Gejala yang sering dirasakan oleh kerja lebih cepat dan dosis yang lebih
penderita adalah mearasa sesak saat kecil sehingga efek samping ke organ
bernapas, adabeberapa lain lebih sedikit.
intervensi yang Berdasarkan pemaparan latar
diberikan oleh rumah sakit untuk belakang diatas, penulis tertarik untuk
meredakan asma, salah satunya melakukan literatur riview dan
adalah pemberian nebulizer, mengangkat judul “Pengaruh Pemberian

nebulizer merupakan terapi inhalasi Nebulizer Pada Asma

dengan menggunakan alat bernama METODE


nebulizer alat ini mengubah cairan Dalam penulisan artikel ini
menjadi droplet aerosol sehingga menggunakan metode literature review,
dapat dihirup oleh pasien yaitu sebuah pencarian literature baik

(tanto,2014). Pemberian terapi nasional maupun internasional yang


diperoleh dari google schoolar dan
nebulizer ini apakah dapat benar-
Crossref. Yang dibatasi 10 tahun
benar meredakan pada asma, dalam
terakhir, dari tahun 2010 hingga 2020
kesempatan kali ini penulis akan
dan hanya 6 jurnal yang sesuai dengan
memaparkan beberapa review
kriterian inklusi sample. Selanjutnya
tentang pengaruh pemberian terapi artikel yang dipakai sebagai sampel ini
nebulizer. Ada beberapa manfaat diindentifikasi dan disajikan dalam
dari pemberian nebulizer menurut bentuk tabel serta dibahas secara
Ratna dkk (2014) Salah satunya deskriptif untuk menjelaskan metode
adalah untuk membersihkan yang ada
saluran pernapasan. Gejala
lain yang ada pada asma adalah
produksi sekret yang
Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan, 14 (01), September 2020

Siti Azizah, Tri Nurhudi Sasono, Riza Fikriana (Studi Literatur Pengaruh Terapi Nebiliser Pada
Pasien Medika
Viva Asma) | VOLUME 14/NOMOR 01/SEPTEMBER/2020 2
Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan, 14 (01), September 2020

Siti Azizah, Tri Nurhudi Sasono, Riza Fikriana (Studi Literatur Pengaruh Terapi Nebiliser Pada
Pasien Asma)

HASIL
Analisis kritis pada 7 artikel penelitian review ini dituangkan dalam bentuk
yang menjadi sampel dalam literatur Tabel 1.

Tabel 1. Table result literatur review

No Judul (peneliti, tahun) Desaign dan Populasi dan Hasil


tekhnik samplig sample
1. “Pengaruh Nebulizer, deskriptif 8 orang Setelah
Infra Red dan Chest kuantitatif penderita asma pemberian
Therapy terhadap Asma bronkhial di tindakan
Bronchiale” makasar nebulizer terjadi
penurunan gejala
Kuswardani, Didik sesak nafas pada
Purnomo, & Suci klien dengan
Amanati. Jurnal hasil sekala
Fisioterapi dan sesak sebelum
Rehabilitasi (JFR) Vol. tindakan 4,00
1, No. 1, 2017 setelah tindakan
menjadi 1,13.
2. “TERAPI Wawanca, 1 pasien dari Dari data
NEBULIZER observasi IGD RSUD dr. tersebut maka
MENGURANGI Penyajian secara LOEKMONO penulis dapat
SESAK NAFAS PADA deskriptif HADI KUDUS menyimpulkan
SERANGAN ASMA bahwa terapi
BRONKIALE di nebulizer pada
RUANG IGD RSUD penderita asma
dr. LOEKMONO bronchiale
HADI dengan
KUDUS” menggunakan
bisolvon,
A.R. Yuliana & S.I. combivent dan
Agustina. 2016 ventolin cukup
efektif untuk
menurunkan
sesak nafas pada
penderita asma
bronkiale.
3. “PENGARUH Quasy- 60 orang pasien Dari hasil
PEMBERIAN Eksperiment (Pre- asma yang penelitian
BRONKODILATOR Post Test Control mendapatkan Terjadi
INHALASI DENGAN Group Design) terapi peningkatan
PENGENCERAN bronkodilator fungsi paru pada
DAN TANPA Accidental Inhalasi di pasien asma
PENGENCERAN Sampling, Ruang Melati yang dilakukan
NaCL 0,9% RSUD terapi inhalasi
TERHADAP FUNGSI dr.Hi.Abdul bronkodilator
Moeloek baik dengan

Viva Medika | VOLUME 14/NOMOR 3


01/SEPTEMBER/2020
Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan, 14 (01), September 2020

Siti Azizah, Tri Nurhudi Sasono, Riza Fikriana (Studi Literatur Pengaruh Terapi Nebiliser Pada
Pasien Asma)

PARU PADA PASIEN Propinsi pengenceran


ASMA” Lampung ataupu tanpa
pengenceran.
Tori Rihiantoro, Jurnal
Keperawatan, Volume
X, No. 1, April 2014

4 Efektivitas Terapi pre eksperimen 16 pasien pasien Terdapat


Nebulizer Dengan dengan desain asma bronkial pengaruh dari
Ipratropium Dan statistical group di Ruang Rawat pemeberian
Fenoterol Terhadap comparison Inap RSUD terapi nebulizer
Saturasi Oksigen baik dengan
consecutive Ipratropium Dan
Valentina B.M sampling Fenoterol
Lumbantobing, Jurnal Terhadap
Keperawatan BSI, Saturasi Oksigen
Vol.5 No.1 April 2017 pada penderita
asma
5. “KEEFEKTIFAN Quase Responden Penelitian ini
PEMBERIAN experimental two dalam penelitian memberikan
NEBULIZER TERAPI groups pretest and ini adalah 40 hasil bahwa ada
COMBIVENT DAN posttest design orang, terdiri pengaruh
TERAPI BISOLVON laki-laki dan kefektifan
TERHADAP PATENSI purposive perempuan 22 pemberian
JALAN NAFAS sampling. diruang igd nebulizer baik
PADA PASIEN ASMA bbkpm dengan
BRONKIAL makassar combiven
DIRUANG IGD ataupun
BBKPM bisolvon, namun
MAKASSAR” lebih tinggi
kefektifan
Siti Lestari , Siti menggunakan
Handayani, Herman cobiven dari
Bakri. Jurnal pada bisolvon.
Keperawatan Global,
Volume 3, No 2, hlm
58-131, 2018.
6. “Efficacy and usability Study population Populasi Dari hasil
of a novel nebulizer and design penelitian penelitian
targeting both upper terdiri dari 77 literatur ini
and lower airways” membuktikan
pasien antara 5
kefisienan
Daniela Posa,dkk. Posa dan 17 tahun penggunaan
et al. Italian Journal of nebulizer dapat
Pediatrics (2017) meredakan
gejala asma pada
pasien baik
pada anak-anak
atupun remaja.

Viva Medika | VOLUME 14/NOMOR 4


01/SEPTEMBER/2020
Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan, 14 (01), September 2020

Siti Azizah, Tri Nurhudi Sasono, Riza Fikriana (Studi Literatur Pengaruh Terapi Nebiliser Pada
Pasien Asma)

Dari sejumlah 6 artikel hasil penelitian dalam dinding saluran udara bronchial
yang tercantum pada tabel diatas, semua (spasme bronkus). Spasme bronkus itu
mendapati hasil bahwa pemberian menyempitkan jalan nafas, sehingga
nebulizer mempengaruhi pada penderita membuat pernafasan menjadi sulit
asma, dengan meredakan gejala asma (Kuswardani, 2017). Asma
dan kondisi pasien menjadi lebih baik. menimbulkan beberapa gejala seperti
Satu artikel interasional meaporkan sesak napas, produksi mukus berlebih,
bahwa pemberian nebulizer pada peningkatan frekuensi napas, terdengar
pendrita asma memiliki kefisienan suara mengi ( Yuiana, 2017) . dengan
dalam meredakan gejala asma. Dari 6 adanya penigkatan frkeuensi pernapasan
artikel tersebut 3 artikel menggunakan maka timbulah masalah keperawatan
desain experimen, sedangkan 3 artikel pola napas tidak efektif.
lainnya mnggunakan study population, Intervensi yang biasanya
observasi, wawancara dan deskriptif diberikan oleh dokter dan tenaga medis
kuantitatif. Metode sampling yang lain dirumah sakit untuk penderita asma
digunakan dalam penelitian tersebut salah satunya adalah pemberian
berbeda-beda, yakni dengan Accidental nebulizer, nebulizer merupakan suatu
Sampling, consecutive sampling, alat yang digunakan dalam pengobatan
purposive sampling, yang dimana dalam asma. Alat ini dapat mengubah partikel
pengambilan sampling tersebut penting obat dari cair menjadi gas (uap)
dalam menentukan sampel berdasarkan sehingga efek dari obat lebih cepat
ukuran yang diambil dari sumber data (Andika, 2016). Nebulizer sendiri
aktual, dengan mempertimbangkan memliki beberapa manfaat untuk terapi
karakteristik dan distribusi populasi dalam gangguan pernapsan, mengurangi
untuk mendapatkan sampel sesak pada penderita asma, untuk
respresentatif dan mengatasi terjadinya mengencerkan dahak, bronchiale
bias pada penelitian. berkurang dan menghilang. Cara bekerja

PEMBAHASAN nebulizer adalah dengan penguapan, jadi

Asma Bronchial adalah penyakit obat- obatannya diracik (berupa cairan),

inflamasi obstruktif yang ditandai oleh dimasukan ke tabungnya lalu dengan

periode episodik spasme otot-otot polos bantuan listrik menghasilkan uap yang

Viva Medika | VOLUME 14/NOMOR 5


01/SEPTEMBER/2020
Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan, 14 (01), September 2020

Siti Azizah, Tri Nurhudi Sasono, Riza Fikriana (Studi Literatur Pengaruh Terapi Nebiliser Pada
Pasien Asma)

dihirup dengan masker khusus. Dalam penelitian yang


Beberapa penelitian memaparkan bahwa dilakukan oleh (yuliana,2016),
nebulizer sangat mempegaruhi dalam memberikan hasil bahwa pemberian
pengobatan asma. nebulizer dengan bisolvon, ventolin dan
Nebulizer banyak terbukti dapat combivent cukup efektif dalam
meredakan asma, Alat nebulizer sangat menurunkan sesak napas pada asma.
cocok untuk anak-anak dan lansia yang Pada pasien asma yang datang kerumah
mengalami gangguan pada pernapasan sakit pertolongan pertama yanng sering
terutama adanya mukus yang berlebih, diberikan adalah nebulizeyang meiliki
batuk atau pun sesak napas. Menurut tujuanr untuk mempertahankan jalan
(Yuliana, 2015) Nebulizer merupakan napas, dengan sistem kerja yang
pilihan terbaik pada kasus kasus yang mencairkan secret atau mukus yang ada
berhubungan dengan inflamasi terutama pada jalan napas (tafdhila,2019).
pada penderita asma. Nebulizer sendiri Penelitian ini memiliki kesamaan
memiliiki manfaat yakni mengencerkan dengan (lestari,2018) yang menyatakan
dahak atau secret sehingga mudah untuk pemberian nebulizer dengan ventolin
dikeluarkan (Ratna, dkk. 2014) dan bisolvon, memberikan pengaruh
Nebulizer memiki pengaruh yan yang efektif dalam penanganan asma,
signifikan dalam meredakan gejala dan juga dijelaskan bahwa penggunaan
asma. Sejalan dengan penelitian ventolin memiliki keefektifan lebih
(Valentina, 2017) setelah diberikan tinggi. Penelitian lain yang
terapi nebulizer pada pasien pederita membuktikan bahwa pangaruh nebulizer
asma, terjadi peningkatan SPO2 dan dapat mengobati asma, menurut
sesak napas berkurang. Penggunaan (Rihiantoro,2014) peningkatan fungsi
nebulizer sangat sering digunakan pada paru pada pasien asma yang dilakukan
penderita asma karna keefisienan dalam terapi inhalasi bronkodilator baik dengan
mengobati asma. Dan kebanyakan pengenceran ataupu tanpa pengenceran.
pasien merasa nyaman karna Banyak penelitian yang
penggunaan nebulizer dengan menyatakan bahwa nebulizer sangan
menghirup saja. Didukung dengan mempengaruhi dalam meredakn asma,
penilitian dari (Kuswardani, 2017) menurut (Daniela,2017) pemberian
setelah diberikan nebulizer pada nebulizer pada usia anak-anak dan
responden terjadi penurunan gejala sesak remaja memberikan hasil sangat efisien
nafas pada klien dengan hasil sekala dalam meredakan serangan asma.
sesak sebelum tindakan. Mengingat nebulizer ini sangat tepat

Viva Medika | VOLUME 14/NOMOR 6


01/SEPTEMBER/2020
Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan, 14 (01), September 2020

Siti Azizah, Tri Nurhudi Sasono, Riza Fikriana (Studi Literatur Pengaruh Terapi Nebiliser Pada
Pasien Asma)

diberikan pada inflamasi di sistem SERANGAN ASMA


pernapasan. Penatalaksanaan nebulisasi BRONKIALE di RUANG IGD
RSUD dr. LOEKMONO HADI
tergantung pada kondisi pasien KUDUS . 1-9.
meskipun pada akhirnnya memberikan
Andica Fernando, ,. A. (2016).
efek terapi. Pemberian nebulisasi MODIFIKASI NEBULIZER
tergantung pada kondisi dan tingkat KOMPRESOR DENGAN
MENAMBAHKAN
keparahannya (Kurniawan, 2017). PENGATURAN TIMER DAN
Nebulisasi sangat efektif DETEKTOR CAIRAN OBAT
SEBAGAI BATASAN
dan berpengaruh dalam pengobatan
WAKTU TERAPI
asma, karna nebulizer memiki manfaat PEMBERIAN OBAT PADA
memberikan relaksasi pada spasme otot PENDERITA ASMA. Teknosia
, 1-11.
pernapasan, membuat spuntum atau
Kuswardani, D. P. (2017). Pengaruh
secret menjadi encer membebaskan jalan
Nebulizer, Infra Red dan Chest
napat dan membuat jalan napas menjadi Therapy terhadap Asma
lembab ( Putri & Soemarno, 2013). Bronchiale. Jurnal Fisioterapi
dan Rehabilitasi (JFR), 49-56.
KESIMPULAN Lumbantobing, V. B. (2017). Efektivitas
Terapi Nebulizer Dengan
Adapun kesimpulan dari penulisan Ipratropium Dan Fenoterol
literature review ini adalah bahwa Terhadap Saturasi Oksigen.
Jurnal Keperawatan BSI, 59-54.
pemberian nebulizer pada penderita
asma brokhiale sangat berpengaruh, Nugroho, d. (2015). Teori Asuhan
Keperawatan Gawat
efisien dan efektif dalam mengurangi, Darurat. Yogyakarta: Nuhu
meredakan dan mengobati gejala asma. Medika .
Sehingga sesak napas dapat berkurang, Putri H, s. S. (2013). perbedaan postural
secret aatu mukus mudah untuk drainage dan latihan batuk
efektif pada intervensi nebulizer
dikeluarkan, frekuensi napas dapat terhadap penurunan frekuensi
kembali normal. batuk pada asma bronkhiale.
jurnal fisioterapi, 1-11.
DAFTAR PUSTAKA Rihiantoro, T. (2014). PENGARUH
” Daniela Posa, e. a. (2017). Efficacy PEMBERIAN
and usability of a novel BRONKODILATOR
nebulizer targeting both upper INHALASI DENGAN
and lower airways . Italian PENGENCERAN DAN
Journal of Pediatrics. TANPA PENGENCERAN
A.R. Yuliana, S. A. (2016). TERAPI NaCL 0,9% TERHADAP
NEBULIZER MENGURANGI FUNGSI PARU PADA
SESAK NAFAS PADA PASIEN ASMA . Jurnal
Keperawatan, 129-137.

Viva Medika | VOLUME 14/NOMOR 7


01/SEPTEMBER/2020
Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan, 14 (01), September 2020

Siti Azizah, Tri Nurhudi Sasono, Riza Fikriana (Studi Literatur Pengaruh Terapi Nebiliser Pada
Pasien Asma)

Siti Lestari, S. H. (2018). Tanto Chris, d. (2014). Kapita


KEEFEKTIFAN PEMBERIAN Seleksi Kedokteran Edisi 4.
NEBULIZER TERAPI Jakarta : Media Aedculapius.
COMBIVENT DAN TERAPI
BISOLVON TERHADAP Tjokorda Istri Eka Anggayanthi, P. W.
PATENSI JALAN NAFAS (2019). PERBEDAAN
PADA PASIEN ASMA EFEKTIVITAS POSISI SEMI
BRONKIAL DIRUANG IGD FOWLER DAN HIGH
BBKPM MAKASSAR . Jurnal FOWLER TERHADAP
Keperawatan Global. SATURASI OKSIGEN PADA.
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad,
Tafdhila, A. K. (2019). PENGARUH 119-124.
LATIHAN BATUK EFEKTIF
PADA INTERVENSI
NEBULIZER. Babul
Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi
Riskesdas.2018. Data Dan Informasi
Science Kesehatan , 117-127. 2018. (Profil Kesehatan Indonesia)
Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan, 14 (01), September 2020

Siti Azizah, Tri Nurhudi Sasono, Riza Fikriana (Studi Literatur Pengaruh Terapi Nebiliser Pada
Pasien Asma)

Viva Medika | VOLUME 14/NOMOR 01/SEPTEMBER/2020 6

You might also like