You are on page 1of 12

Skip to document

Makalah Ilmu Quran

Makalah Ilmu Quran

University: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Course: Ulumul Qu'ran (103)

3 documents

Info

kuatnya Nabi SAW untuk mengingat dan menghafal setiap wahyu yang telah diterimanya,sehingga
sahabat Nabi menghafalkannya dan berlangsung sampai penghabisan turunyawahyu. Nabi
Muhammad SAW merupakan “Sayyid Al-Huffazd” atau penghulu daripenghafal Al-Qur’an. Beliau
juga menjadi tempat bertanya bagi kaum muslim yang kesulitantentang Al-Qur,an. Para sahabat pun
berlomba-lomba dalam menghafal Al-Qur’an sehinggasemakin banyak yang menghafal Al-Qur’an
sebagian bahkan seluruhnya. Penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi didorong dengan dua faktor
yaitu:1. Mengulang kembali hafalan yang telah dilakukan Nabi dan para sahabatnya.2. Menyampaikan
wahyu dengan cara sempurna.Pada umumnya masyarakat muslim pada masa Nabi belum ada yang bisa
menulis danmembaca. Tapi, tidak menutup kemungkinan tidak adanya yang bisa membaca serta
menulisdiantara mereka. Ada beberapa diantara mereka yang sudah bisa membaca dan
menulisterutama suku Quraisy sebelum Nabi diutus menjadi Rasul, seperti Zaid bin Tsabit dariorang-
orang yang berada di Madinah. Setelah datangnya Islam, orang-orang yang mampubaca tulis
memperoleh perhatian khusus dari Nabi SAW. Ini dari pemanfaatan tawananperang yang
diharuskan oleh Nabi memberikan pengajaran menulis kepada para sahabat.Kemudian ketika sudah
banyak sahabat yang bisa membaca dan menulis. Nabi MuhammadSAW merasa Al-Qur’an tidak cukup
hanya dengan dihafal melainkan juga harus ditulis.Dengan demikian akan lebih terjaga karena ada dua
cara dalam memelihara serta menjagakeutuhan Al-Qur’an yaini dalam dada (Hafalan) dan tulisan. Sejak
saat itu sahabat beramai-ramai menulis Al-Qur’an dengan disaksikan Rasulullah sendiri.Tentang
penulisan wahyu di masa Rasulullah ada beberapa orang yang khususditunjuk untuk
menuliskan Al-Qur’an. Mereka di kenal sebagai penulis wahyu yakni AbuBakar, Umar bin Khatab,
Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, Zaid binTsabit, Abdullah bin Mas-’ud, Abu Musa al-
Asy’ari, Khalid bin Walid, Aban bin Sa’id,Mu’awiyah bin Abu Sofyan, Zubair bin Awwam, Handholah bin
Ar-Robi, Al-Asadi, Muatqidbin Fatimah, Abdullah bin Arqam, Tsabit bin Qais, Thalhah bin Ubaidillah,
Sa’ad bin AbiWaqas, Amir bin Fuhairah, Hudzaifah bin Al-Yaman, Mughiroh bin Asy-Syu’ban, Amru
bin‘Ash dan lain-lain. Terdapat informasi yang cukupekstensif mengenai bahan-bahan yangdigunakan
sebagai media untuk menuliskan wahyu yang turun dari langit melaluiMuhammad SAW.
Dalam suatu catatan, disebutkan bahwa sejumlah bahan yang ketika itudigunakan untuk menyalin
wahyu-wahyu yang diturunkan Allah kepada Muhammad,yaitu:33 Hamidy, Zainuddin dan Fachruddin,
Tafsir Qur’an. Cet VII,( Jakarta:Bumirestu)hal 20-234

Riqa, atau lembaran lontar atau perkamen;Likhaf, atau batu tulis berwarna putih, terbuat dari
kepingan batu kapur yang terbelahsecara horizontal lantaran panas;‘Asib, atau pelapah kurma, terbuat
dari bagian ujung dahan pohon kurma yang tipis;Aktaf, atau tulang belikat, biasanya terbuat dari tulang
belikat unta;Adlla’ atau tulang rusuk, biasaya juga terbuat dari tulang rusuk unta;Adim, atau lembaran
kulit, terbuat dari kulit binatang asli yang merupakan bahanutama untuk menulis ketika itu.Pembukuan
Al-Qur’an dilakukan secara tersusun berdasarkan Hadist Nabi yangdiriwayatkan oleh Ibn Abbas
dari Utsman bin Affan bahwa apabila diturunkan kepada Nabisuatu wahyu, ia memanggil sekretaris
untuk menuliskannya, kemudian bersabda “letakkanlahayat ini dalam surat yang menyebutkan begini
atau begitu”. 4Pembukuan Al-Qur’an tersebuttidak disusun berdasarkan kronologis turunnya wahyu.
Seperti yang diriwayatkan dari Zaidbin Tsabit ra, ia berkata :‫“َعاقّ رال َ ِنم َ نآْ ُر ْقال ُ ّفَلُؤنِ ال ِ ْلُوَس رَ ْد ِنعّ اُنك‬Kami di
sisi Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, meng-umpulkan Al-Qur’an dari kulit”.Para penulis wahyu itu
diperintahkan oleh Rasulullah untuk menulis wahyu yangditerimanya dan peletakan urutan-urutannya
sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad SAWberdasarkan petunjuk Allah SWT melalui Jibril. Kemudian
semua ayat-ayat Al-Qur’an yangtelah ditulis di hadapan Nabi SAW di atas benda yang bermacam-macam
itu disimpan dirumah Nabi dalam keadaan masih terpencar-pencar, ayat-ayat belum dihimpun dalam
suatumushaf atau shuhuf Al-Qur’an. Di samping itu para penulis wahyu secara pribadi membuatnaskah
dari tulisan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut untuk mereka simpan masing-masing.Shuhuf Al-Qur’an
yang disimpan di rumah Nabi Saw dan diperkuat dengan naskah-naskahAl-Qur’an yang dibuat oleh para
penulis wahyu untuk pribadi mereka sendiri serta ditopangdengan hafalan para sahabat yang tidak
sedikit jumlahnya. Maka semuanya dapat menjaminAl-Qur’an agar tetap terpelihara secara lengkap dan
murni.2.3 Penulisan dan Pengumpulan Al-Qur’an Masa Sahabat1. Masa Abu Bakar4 Al-Qaththan,
Manna’. Mabahits Fiy ‘Ulum al-Qur’an (Beirut: Mansyurat al-‘Asr al-Hadits, t.th.)5

Pada dasarnya, Al-Qur’an sudah ditulis pada masa Nabi Muhammad masih hidup.Akan tetapi kondisi
ayat-ayatnya ditulis masih terpencar-pencar. Ketika Nabi wafat, kaumuslimin mengangkat Abu Bakar
menggantikan Rasulullah menjadi khalifah pertama ketikamasa permulaan.Pada masa pemerintahan
Abu Bakar timbullah keinginan untuk mengumpulkan Al-Qur’an menjadi satu mushaf. Usaha
pengumpulan Al-Qur’an ini timbul ketika terjadi perangYamamah pada tahun 12 H yang menyebabkan
sebagian orang- orang yang hafal Al-Qur’anmati Syahid. Hal inilah yang menjadi pemikiran Umar bin
Khattab, betapa besar kerugiannyabila huffazhul Qur’an itu banyak yang meninggal di medan
pertempuran.Umar bin Khattab mengingatkan Khalifah akan bahaya yang mengancam Al-
Qur’an.Kemudian beliau berpendapat agar khalifah mengambil langkah-langkah
untukmengumpulkan Al-Qur’an menjadi suatu mushaf. Umar kemudian bermusyawarah denganAbu
Bakar akan pendapatnya untuk mengumpulkan Al-Qur’an. Pada Mulanya Khalifahmenolak
pendapat itu, karena tidak pernah dilakukan Rasulullah semasa hidupnya. NamunUmar menyakinkan
bahwa usaha itu amat baik dan sangat diperlukan. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit
sebagai koordinator pelaksaan tugastersebut. Dalam melaksanakan tugasnya Zaid kriteria yang ketat
untuk setiap ayat yangdikumpulkna. Ia tidak akan menerima ayat yang hanya berdasarkan hafalan
tanpa didukungdengan tulisan. Sikap kehati-hatian Zaid dalam mengumpulkan Al-Qur’an ini didasarkan
ataspesan Abu Bakar: ” Duduklah kalian di pintu masjid. Siapa yang datang kepada kalianmembawa
catatan Al-Qur’an dengan dua saksi, maka catatlah”. 5Dua saksi yang dimaksudialah :1. Harus diperoleh
secara tertulis oleh seorang sahabat.2. Harus dihafal oleh salah seorang dari kalangan sahabat.Zaid bin
Tsabit bisa menyelesaikan dalam waktu kurang lebih satu tahun, tepatnya pada tahun13 H. Setelah
pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satumushaf, hasilnya
diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebuthingga wafatnya kemudian
mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifahpenerusnya dan setelah umar
wafat, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakniHafshah yang juga istri Nabi Muhammad
S.A.W. Lembaran-lembaran yang dikumpulkan5 Al-Qathnhan, Syaikh Manna’. 2007. Pengantar Studi
Ilmu Al-Qur’a. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.6

Students also viewed

Artikel Mengenal Kualitatif- Split 2

Aje Nira Sanitra, 150605106, FEBI, IE, 081262063961

3. RAMA 84205 06091181621061 0008016901 0018057903 01 front ref

0543C2IV2023 0001 merged 230428 174115 230429 041457

Tugas Kelompok 10

Legal Drafting Farhan - kerangka uu

Related documents

Makalah Sistematika FIQH DAN Ushul Fiqih KEL 3

11 Makalah Manajemen Keuangan Pendidikan

Model- Model kebijakan Publik

Tugas Statistika - Diberikan data nilai mahasiswa sebagai berikut: 68 84 75 82 68 90 62 88 76 93 73

Filsafat Islam Dan Barat Abad Pertengahan

Makalah ( Murabahah )
Preview text

MAKALAH

SEJARAH PENULISAN DAN PENGUMPULAN AL-QURAN

DI SUSUN

OLEH:

FURKHAN WAHID

UNIVERSITAS UIN AR-RANIRY BANDA ACEH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

BANDA ACEH 2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun
sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banda aceh, 12 September 2022

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1 Latar Belakang Al-Qur`an merupakan kumpulan firman atau wahyu yang diberikan Allah SWT sebagai
satu kesatuan kitab kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat muslim.
Menurut syariat Islam, kitab ini dinyatakan sebagai kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, selalu
terjaga dari kesalahan, dan merupakan tuntunan membentuk ketaqwaan manusia. 1

Kumpulan firman (ayat-ayat Al-Qur’an) tersebut juga dikenal dengan Istilah Mushaf atau kumpulan dari
suhuf-suhuf atau lembaran-lembaran tertulis yang disatukan. Dalam kaitannya dengan sejarah penulisan
naskah Al-Qur’an secara keseluruhan naskah Al-Qur’an telah dituliskan sejak masa Nabi Muhammad
SAW ketika masih hidup. Malaikat jibril setiap satu tahunnya menyuruh Nabi Muhammad SAW
mengulang membaca Al-Qur’an yang telah diturunkan dari awal sampai akhir, sedang di tahun Nabi
akan meninggal dunia, hal ini dilakukan dua kali. Dengan ini nyatalah bahwa susunan ayat-ayat dalam
satu surat dan susunan surat itu telah ditentukan oelh Nabi berdasarkan petunjuk Jibril, dan kemudian
terjaga melalui penyampaian lisan. Istilah yang dikenal dengan penulisan naskah Al-Qur’an pada zaman
Nabi adalah “Jam’u Al-Qur’an” yakni mengumpulkan Al-Qur’an sebagai satu kesatuan, dan hal ini
dilakukan melalui dua cara 2 , yaitu :

Mengumpulkan Al-Qur’an dalam Dada. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi yang ummi. Karena itu,
perhatian Nabi hanya untuk sekedar menghafal dan menghayatiya, agar ia dapat menguasai Al-Qur’an
persis sebagaimana Al-Qur’an yang diturunkan. Setelah itu, beliau membacakan kepada umatnya sejelas
mungkin agar mereka pun dapat menghafal dan memantapkannya. Hal ini karena Nabi diutus
dikalanngan orang-orang yang ummi (tidak bisa baca tulis).Allah berfirman yang artinya:

1 Adnan amal, Taufik, Rekontruksi sejarah Al-Qur’an, forum kajian budaya dan agama
(Yogyakarta:2001)hal 11- 2 Wikipedia,ensiklopedia bebas,20 september 2013

BAB II

PEMBAHASAN

2 Pengumpulan Al-Qur’an

pengumpulan dan penulisannya dalam bentuk lembaran-lembaran, atau dalam bentuk sebuah mushaf.
Sesungguhnya penulisan Al-Qu’an dalam bentuk teks sudah dimulai sejak zaman Nabi saw dan jarang
didapatkan, karena pada zaman itu mereka kebanyaknya mengandalkan kepada hafalan bukan kepada
tulisan. Kemudian sedikit demi sedikit mulai didapatkan perobahan Al-Qur’an dari hafalan ke tulisan dan
perobahan Al-Qur’an menjadi teks terus dijumpai dan dilakukan sampai pada zaman khalifah Utsman
bin Affan r

Oleh sebab itu, istilah “Jam’u Al-Qur’an” dalam pengertian klasik mempunyai berbagai makna, seperti
menghafal Al-Qur’an, menulis kembali setiap wahyu turun, mengumpulkan bahan-bahan Al-Qur’an yang
telah dituliskan, mengumpulkan laporan dari orang-orang yang telah menghafalnya, dan mengumpulkan
bahan-bahan yang telah ada, baik verbal atau tulisan.

Sejak awal pewahyuan Al-Qur’an hingga menjadi sebuah mushaf, telah melalui proses panjang. Mulai
dari Ayat yang pertama turun sampai ayat yang terakhir turun, benar- benar terjaga kemurniaanya.
Upaya untuk menjaga dan memelihara ayat-ayat agar tidak terlupakan atau terhapus dari ingatan terus-
menerus dilakukan. Upaya-upaya tersebut dengan cara yang sederhana yaitu Nabi menghafal ayat-ayat
itu dan menyampaikannya kepada para sahabat yang kemudian juga menghafalnya sesuai dengan yang
disampaikan Nabi. Upaya kedua yang dilakukan Umat Islam dalam upaya pemeliharaan Al-Qur’an adalah
mencatat atau menuliskannya dengan persetujuan Nabi.

2 Penulisan dan Pengumpulan Al-Qur’an Masa Rasulullah

Pada masa Nabi Rasulullah penulisan dan pengumpulan Al-Qur’an melalui dua cara yakni hafalan dan
penulisan dalam lembaran (shuhuf). Rasulullah SAW juga menghafal Al- Qur’an dan dipandu langsung
oleh malaikat Jibril dalam sekali setahun. Disaat Rasulullah telah faham dan hafal, kemudian beliau
memberikan dan membacakannya kepada sahabat untuk menghafalkan dan mengingat juga ayat demi
ayat Al-Qur’an. Nabi Muhammad SAW juga sering memberikan ulangan kepada para sahabat dan
menyuruh untuk membacakan Al- Qur’an dihadapan beliau dengan tujuan membetulkannya jika terjadi
kesalahan. Begitu

kuatnya Nabi SAW untuk mengingat dan menghafal setiap wahyu yang telah diterimanya, sehingga
sahabat Nabi menghafalkannya dan berlangsung sampai penghabisan turunya wahyu. Nabi Muhammad
SAW merupakan “Sayyid Al-Huffazd” atau penghulu dari penghafal Al-Qur’an. Beliau juga menjadi
tempat bertanya bagi kaum muslim yang kesulitan tentang Al-Qur,an. Para sahabat pun berlomba-
lomba dalam menghafal Al-Qur’an sehingga semakin banyak yang menghafal Al-Qur’an sebagian bahkan
seluruhnya. Penulisan Al- Qur’an pada masa Nabi didorong dengan dua faktor yaitu:

Mengulang kembali hafalan yang telah dilakukan Nabi dan para sahabatnya.
Menyampaikan wahyu dengan cara sempurna. Pada umumnya masyarakat muslim pada masa Nabi
belum ada yang bisa menulis dan membaca. Tapi, tidak menutup kemungkinan tidak adanya yang bisa
membaca serta menulis diantara mereka. Ada beberapa diantara mereka yang sudah bisa membaca dan
menulis terutama suku Quraisy sebelum Nabi diutus menjadi Rasul, seperti Zaid bin Tsabit dari orang-
orang yang berada di Madinah. Setelah datangnya Islam, orang-orang yang mampu baca tulis
memperoleh perhatian khusus dari Nabi SAW. Ini dari pemanfaatan tawanan perang yang diharuskan
oleh Nabi memberikan pengajaran menulis kepada para sahabat. Kemudian ketika sudah banyak
sahabat yang bisa membaca dan menulis. Nabi Muhammad SAW merasa Al-Qur’an tidak cukup hanya
dengan dihafal melainkan juga harus ditulis. Dengan demikian akan lebih terjaga karena ada dua cara
dalam memelihara serta menjaga keutuhan Al-Qur’an yaini dalam dada (Hafalan) dan tulisan. Sejak saat
itu sahabat beramai- ramai menulis Al-Qur’an dengan disaksikan Rasulullah sendiri.

Tentang penulisan wahyu di masa Rasulullah ada beberapa orang yang khusus ditunjuk untuk
menuliskan Al-Qur’an. Mereka di kenal sebagai penulis wahyu yakni Abu Bakar, Umar bin Khatab,
Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Mas-’ud, Abu Musa al-
Asy’ari, Khalid bin Walid, Aban bin Sa’id, Mu’awiyah bin Abu Sofyan, Zubair bin Awwam, Handholah bin
Ar-Robi, Al-Asadi, Muatqid bin Fatimah, Abdullah bin Arqam, Tsabit bin Qais, Thalhah bin Ubaidillah,
Sa’ad bin Abi Waqas, Amir bin Fuhairah, Hudzaifah bin Al-Yaman, Mughiroh bin Asy-Syu’ban, Amru bin
‘Ash dan lain-lain. Terdapat informasi yang cukupekstensif mengenai bahan-bahan yang digunakan
sebagai media untuk menuliskan wahyu yang turun dari langit melalui Muhammad SAW. Dalam suatu
catatan, disebutkan bahwa sejumlah bahan yang ketika itu digunakan untuk menyalin wahyu-wahyu
yang diturunkan Allah kepada Muhammad,yaitu: 3 3 Hamidy, Zainuddin dan Fachruddin, Tafsir Qur’an.
Cet VII,( Jakarta:Bumirestu)hal 20-

Pada dasarnya, Al-Qur’an sudah ditulis pada masa Nabi Muhammad masih hidup. Akan tetapi kondisi
ayat-ayatnya ditulis masih terpencar-pencar. Ketika Nabi wafat, kaum uslimin mengangkat Abu Bakar
menggantikan Rasulullah menjadi khalifah pertama ketika masa permulaan.

Pada masa pemerintahan Abu Bakar timbullah keinginan untuk mengumpulkan Al- Qur’an menjadi satu
mushaf. Usaha pengumpulan Al-Qur’an ini timbul ketika terjadi perang Yamamah pada tahun 12 H yang
menyebabkan sebagian orang- orang yang hafal Al-Qur’an mati Syahid. Hal inilah yang menjadi
pemikiran Umar bin Khattab, betapa besar kerugiannya bila huffazhul Qur’an itu banyak yang meninggal
di medan pertempuran.

Umar bin Khattab mengingatkan Khalifah akan bahaya yang mengancam Al-Qur’an. Kemudian beliau
berpendapat agar khalifah mengambil langkah-langkah untuk mengumpulkan Al-Qur’an menjadi suatu
mushaf. Umar kemudian bermusyawarah dengan Abu Bakar akan pendapatnya untuk mengumpulkan
Al-Qur’an. Pada Mulanya Khalifah menolak pendapat itu, karena tidak pernah dilakukan Rasulullah
semasa hidupnya. Namun Umar menyakinkan bahwa usaha itu amat baik dan sangat diperlukan.

Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksaan tugas tersebut. Dalam
melaksanakan tugasnya Zaid kriteria yang ketat untuk setiap ayat yang dikumpulkna. Ia tidak akan
menerima ayat yang hanya berdasarkan hafalan tanpa didukung dengan tulisan. Sikap kehati-hatian Zaid
dalam mengumpulkan Al-Qur’an ini didasarkan atas pesan Abu Bakar: ” Duduklah kalian di pintu masjid.
Siapa yang datang kepada kalian membawa catatan Al-Qur’an dengan dua saksi, maka catatlah”. 5 Dua
saksi yang dimaksud ialah :

Harus diperoleh secara tertulis oleh seorang sahabat.

Harus dihafal oleh salah seorang dari kalangan sahabat.

Zaid bin Tsabit bisa menyelesaikan dalam waktu kurang lebih satu tahun, tepatnya pada tahun 13 H.
Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya
diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian
mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya dan setelah umar wafat,
selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafshah yang juga istri Nabi Muhammad S.A.
Lembaran-lembaran yang dikumpulkan

5 Al-Qathnhan, Syaikh Manna’. 2007. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’a. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

dalam satu mushaf pada masa Abu Bkar memiliki beberapa keistimewaan yang terpenting yaitu:

Diperoleh dari hasil penelitian yang sangat mendetail dan kemantapan yang sempurna.

Yang tercatat dalam mushaf hanyalah bacaan yang pasti, tidak ada naskah bacaannya.

Ijma umat terhadap mushaf tersebut secara mutawatir bahwa yang tercatat adalah ayat-ayat Al-Qur’an.

Mushaf mencakup qiraat sab’ah yang dinukil berdasarkan riwayat yang benar-benar sahih.
Masa Utsman bin Affan

Pada masa pemerintahan khalifah ke – 3 yaitu Utsman bin Affan, timbul hal-hal yang menyadarkan
beliau untuk memperbanyak naskah mushaf dan mengirimkannya ke kota-kota dalam wilayah negara
Islam. Akan tetapi, tumbullah perbedaan dalam menbaca Al-Qur’an karena perbedaan bahasa bangsa-
bangsa Islam. Perselisihan dalam membaca Al-Qur’an sudah cukup serius sehingga Khudzaifah
melaporkan kepada khalifah Utsman dan mendesaknya agar mengambil langkah guna mengakhii
perbedaan yang terjadi.

Itulah sebabnya Khalifah Utsman berfikir serta merencanakan untuk mengambil langkah-langkah positif
sebelum perbedaan bacaan Al-qur’an semakin meluas. Usaha Awal yakni mengumpulkan para sahabat
yang alim dan jenius seta mereka terkenal pandai memadamkan dan meredakan persengketaan itu.
Akhirnya mereka sepakat menerima instruksi Utman yaitu membuat mushaf Hal ini menimbulkan
kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar
(menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku.

Mereka sepakat dalam menerima instruksi Ustman, yakni ‘Utsman mengirim utusan kepada Hafshah
guna meminjam Mushaf yang terwariskan dari ‘Umar. Dari Mushhaf tersebut, lalu dipilihnya tokoh andal
dari kalangan senior sahabat untuk memulai rencananya. Pilihannya jatuh kepada Zayd bin Stabit,
‘Abdullah bin Zubayr, Sai‘id bin ‘Ash dan ‘Abdurrahman bin Hisyam mereka dari suku Quraisy, golongan
Muhajirin, kecuali Zayd bin Tsabit, ia golongan Anshar. Usaha yang mulia ini berlangsung pada tahun 24
H. Sebelum memulai tugas ini, ‘Utsman berpesan kepada mereka :

ِ ‫ َفْكُتُبْو هُ بِ ِلسف ِإَذ ا ِاْخ َتَلْفُتمْ َاْنُتمْ َو َز ْيدٌ ِبنْ َثاِبْت‬، ‫ َفِإّنهُ ِإّنَم ا َنّز لَ بِ ِلى َش ْيٍئ‬، ‫ِهْم ِ سَ اِن انِ ُقَر ْيٍش‬

dengan wawu kecil di atas huruf, fathah ditandai dengan alif kecil di atas huruf, dan kasrah ditandai
dengan ya` kecil di bawah huruf.

2 Perbedaan Mushaf Abu Bakar dan Utsman


Pengumpulan mushaf pada masa Abu Bakar adalah bentuk pemindahan dan penulisannya Al-Qur’an ke
dalam satu mushaf yang ayat-ayatnya sudah tersusun, berasal dari tulisan yang terkumpul pada
kepingan–kepingan batu, pelepah kurma dan kulit-kulit binantang. Latar belakangnya karena banyaknya
huffaz yang gugur. Sedangkan pengumpulan mushaf masa Usman adalah menyalin kembali mushaf
yanng telah disusun pada masa Abu Bakar dengan tujuan dikirimkan ke negara-negara Islam. Latar
belakangnya karena perbedaan dalam hal membaca Al-Qur’an. Ilmu Rasmul Al-Qur’an adalah ilmu yang
mempelajari tentang cara penulisan mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam
penulisan lafadz-lafadz maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakannya. Mushaf Usmani atau Rasmul
Usmani adalah penulisan Al-Qur’an yang dilakukan pada masa Khalifah Ustman bin Affan dengan
berpedoman pada mushaf yang terdapat pada Khafsoh serta hafalan para sahabat. Para ulama
menjelaskan beberapa kaidah yang berlaku dalam penulisan mushaf Usmani, yaitu:

Al-Hadzf (membuang,menghilangkan, atau meniadakan huruf)

Al-Jiyadah (penambahan)

Al-Hamzah

Badal (penggantian), seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan.

Washal dan Fashal (penyambungan dan pemisahan)

Kata yang dapat dibaca dua bunyi

KESIMPULAN

Dari uraian di atas tentang penulisan dan pembukuan Al-Qur’an dapat disimpulkan menjadi beberapa
hal yaitu sebagai berikut :

Bahwa penulisan dan pembukuan Al-Qur’an dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama pada masa Nabi
dan Tahap yang kedua pada masa Sahabat yakni Abu Bakar As Shidiq dan Utsman bin Affan.

Penulisan dan Pembukuan Al-Qur’an pada masa Nabi masih dalam bentuk lembaran- lembaran dan
masih terpencar-pencar. Penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi didorong dengan dua faktor : a)
Mengulang kembali hafalan yang telah dilakukan Nabi dan para sahabatnya. b) Menyampaikan wahyu
dengan cara sempurna.

Penulisan dan Pembukuan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar yakni pebentukan Mushaf karena banyak
para penghafal Al-Qur’an yang telah syahid di medan perang.
English

Indonesia

Company

About Us

Ask AI

Studocu World University Ranking 2023

E-Learning Statistics

Doing Good

Academic Integrity

Jobs

Blog

Dutch Website

Contact & Help

F.A.Q.

Contact

Newsroom

Legal

Terms

Privacy Policy

Cookie Statement

Google Play Link


Copyright © 2023 StudeerSnel B.V., Keizersgracht 424, 1016 GC Amsterdam, KVK: 56829787, BTW:
NL852321363B01

You might also like