Professional Documents
Culture Documents
BAHAN POLIMER
Materi:
Resin Termoset
Bahan Polimer yang Tahan Panas
Resin Penukar Ion
Penggunaan
Nama Kelompok 13 :
1. Frans Aditya Rizki Tamba
2. Freyz Jevrianto Silalahi
3. Bartimeus Nt Munthe
No Jenis Penggunaan
1. Poliester karoseri mobil, dinding perahu, alat-alat
listrik, dan lain- lain.
7. PENGGUNAAN:
Pelunakan air
Dalam aplikasi ini, resin penukar ion digunakan untuk menggantikan ion magnesium dan
kalsium yang ditemukan dalam air sadah dengan ion natrium. Ketika resin masih segar,
mereka mengandung ion natrium pada situs aktifnya. Ketika kontak dengan suatu larutan
yang mengandung ion magnesium dan kalsium (namun dengan ion natrium dengan
konsentrasi rendah), ion magnesium dan kalsium secara istimewa bermigrasi keluar dari
larutan ke situs aktif pada resin, digantikan dalam larutan oleh ion natrium. Proses ini
mencapai kesetimbangan dengan konsentrasi magnesium dan ion kalsium yang lebih rendah
dalam larutan daripada saat awalnya.
Berkas teridealisasi dari proses pelunakan air, yang melibatkan penggantian ion kalsium
dalam air dengan ion natrium yang diberikan oleh resin penukar kation
Resin ini dapat dipakai kembali dengan membilasnya dengan larutan yang mengandung
ion natrium dengan konsentrasi yang tinggi (seperti memiliki kandungan yang tinggi dari
natrium klorida (NaCl) yang terlarut didalamnya). Ion kalsium dan magnesium bermigrasi
dari resin, digantikan oleh ion natrium dari larutan hingga kesetimbangan baru tercapai.
Garam digunakan untuk mengaktifkan kembali resin penukar ion, yang dapat digunakan
untuk melunakkan air tersebut.
Pemurnian air
Dalam aplikasi ini, resin penukar ion digunakan untuk menghilangkan ion-ion beracun
(seperti tembaga) dan logam berat (seperti timbal atau kadmium) dari larutan, menggantinya
dengan ion yang lebih tidak berbahaya, seperti natrium dan kalium.
Beberapa resin penukar ion menghilangkan klorin atau kontaminan organik dari air – hal ini
biasanya dilakukan dengan menggunakan filter karbon aktif yang dicampur dengan resin.
Ada beberapa resin penukar ion yang menghilangkan ion organik, seperti resin MIEX
(penukar ion magnetik).
Resin pemurnian air rumah tangga biasanya tidak dapat dipakai kembali – resin tersebut
dibuang ketika tidak bisa digunakan lagi.
1. Katalisis
Resin pertukaran ion dalam bentuk asam dikenal dapat mengkatalisis reaksi organik, salah
satunya pada swakondensasi (self-condensation) seperti contoh pada dua molekul aseton
yang terkondensasi menjadi senyawa tunggal mesitil oksida dengan adanya resin penukar
ion:
2 CH3COCH3 → (CH3)2C=CH(CO)CH3 + H2O
2. Farmasi
Resin penukar ion digunakan dalam pembuatan obat-obatan, tidak hanya untuk
mengkatalisasi reaksi tertentu, tetapi juga untuk mengisolasi dan memurnikan bahan aktif
farmasi.
Tiga resin penukar ion, natrium polistirena sulfonat, kolestipol, dan kolestiramina,
digunakan sebagai bahan aktif. Natrium polistirena sulfonat adalah resin penukar ion yang
bersifat asam kuat dan digunakan untuk mengobati hiperkalemia. Kolestipol adalah resin
penukar ion yang bersifat basa lemah dan digunakan untuk mengobati hiperkolesterolemia.
Kolestiramina adalah resin penukar ion yang sangat basa dan juga digunakan untuk
mengobati hiperkolesterolemia. Kolestipol dan kolestiramina dikenal sebagai asam empedu
sekuestran.
Resin penukar ion juga digunakan sebagai eksipien dalam formulasi farmasi seperti tablet,
kapsul, gum, dan suspensi. Dalam penggunaan ini resin penukar ion dapat memiliki beberapa
fungsi yang berbeda, termasuk peredupan rasa, perpanjangan pelepasan, peluruhan tablet,
peningkatan bioavailabilitas, dan peningkatan stabilitas kimia dari bahan aktif.
8. PROSES MANUFAKTUR POLIMER TERMOSET
5.1 Cetak Tekan
Prinsip cetak tekan dibambarkan pada gambar di bawah ini. Sejumlah bahan dimasukan
dalam cetakan logam yang telah dipanaskan terlebih dahulu. Pada waktu cetakan ditutup,
bahan yang telah lunak tertekan sehingga mengalir mengisi rongga cetakan. Bahan yang
digunakan dapat berbentuk serbuk atau tablet prabentuk. Tekanan yang lazim digunakan
berkisar antara 0,7 sampai 55 Mpa, tergantung pada bahan yang digunakan dan bentuk
produk. Suhunya berkisara antara 120 hingga 205°C. Panas sangat penting bagi resin
termosetting, karena pertama-tama diperlukan untuk plastisasi, kemudian untuk polimerisasi
atau untuk pengerasan. Serbuk perlu dipanaskan secara merata, suatu hal yang cukup sulit
karena daya hantar panas bahan tidak baik. Beberapa jenis bahan diolah dengan penekanan,
akan tetapi siklus pemanasan dan pendinginan cetakan yang cepat akan menimbulkan
kesulitan. Produk mungkin cacat sewaktu dikeluarkan bila pendonginan cetakan tidak
sempurna.
5.4 Spraying
Pengerjaan plastik dengan spraying menggunakan suatu alat penyemprot yang
dikendalikan seorang operator atau control computer. Dan hal ini merupakan paling cukup
populer sejak pertengahan abad 21. Pembuatan produk dengan cara spraying sering
digunakan sebagai komponen pendukung untuk struktur solid dan aplikasi lainnya. Alat
penyemprot itu sendiri biasanya dilengkapi dengan mekanisme yang dapat memotong serat
fiber menjadi helaian-helaian dan kemudian di distribusikan sepanjang permukaan cetakan.
Kemajuan teknologi dengan cara spraying telah terbukti lebih efisien dan merupakan
sistem penyemprotan yang lebih bersih, dengan mengurangi emisi stirena, kapasitas
penyemprotan yang lebih besar dan keseragaman lebih baik diantara pola penyemprotan. Alat
penyemprot dihasilkan dengan konfigurasi yang bemaca-macam, masingmasing dengan
kemampuan yang berbeda-beda.
5.5 Pengecoran
Bahan termoset yang dicor antara lain adalah phenol, polyester, epoksi dan resinalyl. Yang
terakhir ini sangat cocok untuk lensa optik dan penggunaan lainnya yangmemerlukan plastik
yang sangat jernih. Resin ini mudah dicor karena memiliki sifatfluiditas yang baik. Akrilik
digunakan untuk mengecor benda yang tembus cahaya danlembaranPlastik di cor apabila
jumlah tidak seberapa. Sering kali dibuat cetakan terbukadari timah hitam dengan
menceluokan mandril baja dengan bentuk tertentu dalam timahhitam cair yang kemudian
dilepaskan setelah membeku. Dapat digunakan inti timah hitam, adukan semen atau karet bila
diperlukan.Cetakan yang kosong dibuat dengan cara pengecoran 'slush- casting' yaitu bahan
bakudituang dalam cetakan, lalu kelebihannya dikeluarkan kembali. Benda padat dapat dibuat
dengan menggunakan cetakan dari adukan semen,gelas, kayu, logam, atau karet sintetis
9. CONTOH PRODUKSI DARI TERMOSET
Proses pembuatan pada industri keramik
1. Bahan baku dalam pembuatan keramik terdiri dari 3 jenis, yaitu:
a. Tanah liat (clay)
b. Pasir
c. Feldspar
Bahan baku ini kemudian dihancurkan menjadi bubuk, lalu ditambahkan pelarut untuk
dapat menghilangkan pengotor-pengotornya. Endapan yang terbentuk disaring dan bubuk
material keramik dipanaskan untuk menghilangkan impuritis dan air. Hasilnya, bubuk dengan
tingkat kemurnian tinggi dan berukuran sekitar 1 mikrometer (0.0001 centimeter).
2. Pembentukan Keramik
Setelah pemurnian, sedikit wax (lilin) biasanya ditambahkan untuk melekatkan bubuk
keramik dan menjadikannya mudah dibentuk. Plastik juga dapat ditambahkan untuk
mendapatkan kelenturan dan kekerasan tertentu. Bubuk tersebut dapat menjadi bentuk yang
berbeda-beda dengan beragam proses pembentukan (molding). Proses pembentukan ini
diantaranya adalah slip casting, pressure casting, injection molding, dan extruction.
3. Pengeringan
Setelah benda keramik selesai dibentuk, maka tahap selanjutnya adalah pengeringan.
Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan air plastis yang terikat pada badan
keramik. Ketika badan keramik plastis dikeringkan akan terjadi 3 proses penting:
a. Air pada lapisan antarpartikel lempung mendifusi ke permukaan, menguap, sampai
akhirnya partikel-partikel saling bersentuhan dan penyusutan berhenti:
b. Air dalam pori hilang tanpa terjadi susut; dan
c. Air yang terserap pada permukaan partikel hilang.
4. Proses pembakaran (sintering)
Sintering merupakan proses pemanasan green compact pada suhu tinggi dimana temperatur
pemanasannya dibawah temperatur cair unsur utama. Green compact terdiri dari partikel yang
kecil dan mamiliki daerah permukaan luas. Pada proses sintering terjadi perubahan dimensi,
baik berupa pemuaian maupun penyusutan, bergantung pada bentuk dan distribusi ukuran
partikel, komposisi serbuk dan prosedur sintering.
Ada 2 macam sintering, yaitu:
a. Solid-state sintering
Proses ini dilakukan pada suhu dibawah temperatur cair, sehingga transport atom dalam
keadaan padat akan mengubah mechanical bonds menjadi metallurgical bonds.
b. Liquid-state sintering
Proses ini dilakukan pada suhu diatas temperatur cair. Liquid yang terbentuk akan mengalir
ke partikel.
Reaksi pembakaran keramik:
1. Dehidrasi, yaitu penghilangan dari air yang mengikat pada suhu (150-650)°C.
Reaksi: Al2O3 + 2SiO₂→ Al2O3 + 2SiO2 + 2H₂O
2. Kalsinasi, yaitu penguraian senyawa CaCO3 menjadi CaO dan CO2 pada suhu (600-
900)°C, di mana pada suhu ±940°C alumina berubah menjadi kristal alumina dan H₂O.
3. Oksidasi, di mana oksidasi besi fero (Fe) dan bahan-bahan organik lainnya pada suhu (350-
900)°C.
4. Pembentukan silika pada suhu 900°C atau lebih, di mana pada suhu di atas 1000°C
aluminium + silika illit dan melepas panas.
Ada beberapa mekanisme difusi selama proses sintering yaitu: difusi volum, difusi
permukaan, difusi batas butir dan difusi secara penguapan dan kondensasi. Tiap-tiap
mekanisme difusi tersebut akan memberikan efek terhadap perubahan fisis bahan setelah
sintering antara lain perubahan densitas, porositas, penyusustan dan pembesaran butiran.
Beberapa parameter yang dapat dijadikan acuan untuk mengevaluasi proses sintering material
keramik adalah porositas, densitas, sifat fisik, kekuatan mekanik, dan ukuran butir. Pengaruh
suhu sintering terhadap perubahan densitas dan porositas saling berlawanan, suhu sintering
semakin tinggi maka densitas, kekuatan mekanik dan ukuran butir semakin besar sedangkan
porositas dan sifat listrik menurun.
5. Tahap penyempuran
Keramik yang sudah jadi kemudian ditambahkan bahan-bahan tambahan yang disesuaikan
dengan produk yang digunakan. Bila produk yang dihasilkan berupa keramik berupa guci dan
keramik hiasan lainnya dilakukan proses pengglasiran Proses pengglasiran ini dapat
dilakukan dengan dicelup, dituang, disemprot, atau dikuas. Fungsi glasir pada produk
keramik adalah untuk menambah keindahan, supaya lebih kedap air, dan menambahkan efek-
efek tertentu sesuai keinginan.
DAFTAR PUSTAKA