You are on page 1of 14

MAKALAH

BAHAN POLIMER

Materi:
 Resin Termoset
 Bahan Polimer yang Tahan Panas
 Resin Penukar Ion
 Penggunaan

Nama Kelompok 13 :
1. Frans Aditya Rizki Tamba
2. Freyz Jevrianto Silalahi
3. Bartimeus Nt Munthe

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2023
DAFTAR ISI

POLIMER TERMOSET ......................................................................................................................... 3


1. POLIMER ................................................................................................................................... 3
2. POLIMER TERMOSET ................................................................................................................. 3
3. SIFAT POLIMER TERMOSET ........................................................................................................ 3
4. JENIS-JENIS THERMOSETTING ................................................................................................... 4
4.1 Resin Urea formaldehid (Resin Amino) ................................................................................. 4
4.2 Fenol-formaldehida/bakelit (Resin Phenol) ........................................................................... 4
4.3 Melamin-formaldehida. (Resin Amino) ................................................................................. 4
4.3 Poliester............................................................................................................................... 4
4.4 Resin Furan .......................................................................................................................... 5
4.5 Resin Epoksida ..................................................................................................................... 5
4.6 Silikon polimer dengan silikon sebagai bahan dasar .............................................................. 5
5. BAHAN POLIMER YANG TAHAN PANAS : ................................................................................... 5
6. RESIN PENUKAR ION: ................................................................................................................ 7
7. PENGGUNAAN:......................................................................................................................... 8
Pelunakan air ............................................................................................................................. 8
Pemurnian air ............................................................................................................................ 9
8. PROSES MANUFAKTUR POLIMER TERMOSET .......................................................................... 10
5.1 Cetak Tekan ........................................................................................................................ 10
5.2 Cetak Transfer .................................................................................................................... 10
5.3 Cara Injeksi Bahan Thermosett ........................................................................................... 11
5.4 Spraying ............................................................................................................................. 11
5.5 Pengecoran ........................................................................................................................ 12
9. CONTOH PRODUKSI DARI TERMOSET ...................................................................................... 12
1. Bahan baku dalam pembuatan keramik terdiri dari 3 jenis, yaitu: ......................................... 12
2. Pembentukan Keramik ......................................................................................................... 12
3. Pengeringan ......................................................................................................................... 12
4. Proses pembakaran (sintering) ............................................................................................. 12
5. Tahap penyempuran ............................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 14
POLIMER TERMOSET
1. POLIMER
Polimer disebut juga dengan makromolekul merupakan molekul besar yang dibangun dengan
pengulangan oleh molekul sederhana yang disebut monomer. Polimer merupakan molekul
raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang ratusan bahkan ribuan molekul
sederhana yang disebut juga. Monomer. Oleh karena itu polimer mempunyai massa molekul
relative yang sangat besar. Polimer berasal dari dua kata, yaitu Poly (banyak) dan Meros
(bagian-bagian).
Karakteristik polimer secara umum yaitu sebagai berikut:
a. Densitas yang rendah, dibandingkan dengan logam dan keramik.
b. Rasio kekuatan terhadap berat (Strengtht To Weight) yang baik untuk beberapa jenis
polimer.
c. Ketahanan korosi yang tinggi.
d. Konduktivitas listrik dan panas yang rendah.
Polimer berdasarkan ketahanan terhadap panas terbagi menjadi dua yaitu:
a. Polimer Termoplastik
b. Polimer Termoset
2. POLIMER TERMOSET
Polimer termoset adalah polimer yang mempunyai sifat tahan terhadap panas. Jika polimer
ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh, sehingga tidak dapat dibentuk ulang kembali.
Susunan polimer ini bersifat permanen pada bentuk cetak pertama kali (pada saat
pembuatan). Bila polimer ini rusak /pecah, maka tidak dapat disambung atau diperbaiki lagi.
Polimer ini terdiri dari molekul rantai lurus dengan ikatan yang kuat antar sesamanya, atau
bisa dikatakan polimer termoset adalah polimer Network. Polimer ini menjadi keras secara
permanen selama pembentukannya dan tidak melunak ketika dipanaskan. Polimer Network
mempunyai Crosslink kovalen diantara rantai polimer yang berdekatan. Selama pemanasan,
ikatan ini mengikat rantai polimer menjadi satu untuk menahan gerakan vibrasi dan rotasi
rantai pada temperatur tinggi.
Hal inilah yang menjadi penyebab mengapa material tidak melunak ketika
dipanaskan.
3. SIFAT POLIMER TERMOSET
a. Ketika dipanaskan pada tahap awal, termosat melunak dan mampu mengalir didalam
cetakan.
b. Tapi pada temperature yang tinggi, terjadi reaksi kimia yang mengeraskan material
sehingga akhirnya menjadi padatan yang tidak mampu lebur kembali.
c. Jika dipanaskan ulang, tidak mampu melunak kembali melainkan akan terdegradasi
menghasilakn arang.
d. Keras dan kaku
e. Tidak dapat dibentuk ulang.
f. Tidak dapat larut dalam pelarut apapun.
g. Tahan terhadap asam basa.
h. Mempunyai ikatan silang antar rantai molekul.
4. JENIS-JENIS THERMOSETTING
4.1 Resin Urea formaldehid (Resin Amino)
Resin Urea formaldehid adalah hasil polimerisasi kondensasi urea dengan formaldehid.
Resin ini termasuk dalam kelas resin thermosetting yang mempunyai sifat tahan terhadap
asam,basa, tidak dapat melarut dan tidak dapat meleleh. Karena sifat-sifat tersebut, aplikasi
resin urea-formaldehid yang sangat luas sehingga industri urea-formaldehid berkembang
pesat. Resin urea ini dapat dicetak tekan, memiliki permukaan yang keras dan mempunyai
nilai dielektrik yang tinggi dan dapat diberi berbagai warna. Contoh industri yang
menggunakan industri formaldehid adalah laminating, coating, tekstil resin finishing. Jenis
resin ini banyak juga digunakan untuk mencegah berkerut dan kusutnya kain katun dan untuk
mencegah menyusutnya kayu.
4.2 Fenol-formaldehida/bakelit (Resin Phenol)
Merupakan resin sintetik yang dibuat dengan mereaksikan phenol denganformaldehida,
wujudnya keras, kuat, awet dan dapat dicetak pada berbegai kondisi. Bahan ini mempunyai
daya tahan panas dan air yang baik dan dapat diberi macam-macam warna,sering digunakan
sebagai bahan pelapis dan laminating, pengikat batu gerinda, pengikat logam ataugelas, dapat
dicetak menjadi kotak, isolator listrik, tutup botol dan tangkai pisau, plastik yang digunakan
untuk peralatan listrik seperti fitting lampu listrik, steker listrik, peralatan fotografi, radio,
perekat plywo.
4.3 Melamin-formaldehida. (Resin Amino)
Resin melamin-formaldehida diperkenalkan di Jerman oleh Henkel pada tahun 1935.
Resin ini termasuk dalam golongan resin amino yang diproduksi melalui reaksi
polikondensasi antara melamin dan formaldehida. Dibandingkan dengan resin urea-
formaldehida, resin ini mempunyai kelebihan yakni transparan; kekerasan(hardeness) yang
lebih baik; stabilitas termal yang tinggi; tahan terhadap air, bahan kimia, dan goresan. Dari
kelebihan ini, penggunaan resin ini sangat luas, seperti pada industri perekat, tekstil, laminasi,
kertas, pelapisaan permukaan (surface coatings) dan sebagainya.
4.3 Poliester
Poliester di industri digunakan dalam penguatan ban, tali, kain buat sabuk mesin
pengantar (konveyor), sabuk pengaman, kain berlapis dan penguatan plastik dengan tingkat
penyerapan energi yang tinggi.Serat- serat poliester juga bisa dicampur dengan serat-serat
katun, wol, rayon dan sutera.
Sifat-sifat serat poliester adalah sebagai berikut:
a. Tahan kusut, baik untuk pakaian wanita maupun pria.
b. Tahan cuci dan tidak kusut kalau dicuci.
c. Lebih tahan sinar matahari dari pada nylon.
d. Dapat ditekan dengan setrika panas (150° C), hingga terjadi lipatan tetapi dapat
dihilangkan dengan panas yang sama
4.4 Resin Furan
Resin ini berasal dari hasil pengolahan limbah pertanian, seperti: tongkol jagung dan biji
kapas. Warna produk nya agak tua, tahan air dan mempunyai sifat-sifat listrik yang baik.
4.5 Resin Epoksida
Resin jenis ini banyak dipakai untuk keperluan: pengecoran, pelapisan, protektor alat-alat
listrik, campuran cat dan sebagai adhesif (perekat/lem). Karena alasan resin ini tahan
terhadap aus dan beban kejut, maka sering juga digunakan untuk membuat cetakan tekan
(metalurgi serbuk), panel sirkuit listrik, tangki dan jig.

4.6 Silikon polimer dengan silikon sebagai bahan dasar


Mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan bahan dasar plastik (atom karbon) lain nya.
Sifat-sifat spesifik nya adalah: stabilitas (tahan terhadapsuhu tinggi), kedap air, oleh karena
itu sering digunakan untuk membuat: minyak gemuk (fat), resin, perekat dan karet
sintetis.Contoh polimer termoplastik ialah Selulosa yang dibuat dari serat kapas dan kayu,
namun sangat kuat dan ulet serta dapat diberi ber- bagai warna.
5. BAHAN POLIMER YANG TAHAN PANAS :
Bahan polimer yang tahan panas yaitu resin termoset.
Untuk membuat barang-barang plastik agar mempunyai sifat-sifat tahan panas, maka dalam
proses pembuatannya selain bahan baku utama diperlukan juga bahan tambahan atau aditif.
Penggunaan bahan tambahan ini beraneka ragam tergantung pada bahan baku yang
digunakan dan mutu produk yang akan dihasilkan
Berdasarkan fungsinya, maka bahan tambahan atau bahan pembantu proses dapat
dikelompokkan menjadi: bahan pelunak, bahan penstabil, bahan pelumas (lubricant), bahan
pengisi (filler), pewarna (colorant), agen antistatis, bahan peniup, tahan api dan sebagainya.
Yang termasuk plastik termoset adalah: Polyuretan, Urea formaldehid, melamine
formaldehid), poliester, epoksi dan lain sebagainya.
Jenis dan penggunaan polimer termoset diperlihatkan dalam tabel dibawah ini.

No Jenis Penggunaan
1. Poliester karoseri mobil, dinding perahu, alat-alat
listrik, dan lain- lain.

2. Fenol formaldehid (Bakelit, bakelit: keperluan teknik listrik, membuat


Pertinaks, Novoteks) asbak, steker
listrik, fitting lampu listrik, radio, peralatan
fotografi dan
perekat plywood.. pertinaks atau novoteks:
bahan bantalan luncur atau rodal gigi.
3. Poliuretan busa isolasi, kasur, pelapis, perekat, suku
cadang mobil, rol
cetak, sol sepatu, lantai, serat sintetis, dll

4. Benzoksazin prepreg struktural, cetakan cair dan perekat


film untuk: konstruksi komposit dan sebagai
pengikat.

5. Diallyl-phthalate konektor listrik mil-spec dan komponen


lainnya.
6. Melamin bahan untuk membuat ubin lantai, kain dan
barang-barang dapur (meja dapur).

7. Resin epoksi enkapsulasi elektronik, konstruksi, lapisan


pelindung,
perekat dan penyambungan
8. Polimida dan Bismaleimida papan sirkuit dan di bagian tubuh pesawat
modern, struktur komposit aerospace.

9. Ester cyanate atau untuk aplikasi elektronik, dan cetakan atau


polycyanurate pelari cetakan (bagian plastik hitam di sirkuit
atau semikonduktor terintegrasi).

10. Foam urea- digunakan dalam papan serat kayu lapis,


formaldehida papan partikel dan
kepadatan sedang
11. Resin silikon prekursor komposit matriks keramik.

12 Resin vinil ester laminating lay-up yang basah, cetakan dan


perlindungan
industri cepat dan bahan perbaikan.
6. RESIN PENUKAR ION:
Resin penukar ion adalah suatu matriks yang tidak dapat larut ,berupa butiran yang
memiliki diameter ± 1-2 mm. Resin tersebut pada umumnya terbuat dar i suatu substrat
polimer organik. Kebanyakan resin penukar ion terbuat dari polisytrene yang memi liki
ikatan crosslinker pada umumnya dicapai dengan menam-bahkan suatu proporsi kecil divinyl
benzene kedalam styrene. Noncrosslinker polimer juga digunakan hanya saja jarang dipakai
karena kecenderungan polimer tersebut untuk mengubah demensi pada ikatan ion. Banyak
sedikitnya ikatan crosslinked tergantung pana kapasitas resin dan memperpanjang waktunya
dapat dicapai kesetimbangan ion dalam larutan dan resin,sehingga secara umum resin
penukar ion didefinisikan sebagai senyawa hidrokarbon terpolimerisasi sampai tingkat yang
tinggi yang mengandung ikatan-ikatan hubung silang (cross-linking) serta gugusan yang
mengandung ion-ion yang dapat dipertukarkan. (Dyiah dkk, 2012).
Terdapat 4 jenis resin yang sering digunakan dalam pengolahan air :
a) Resin kation asam kuat Resin kation asam kuat terbuat dari plastik atau senyawa polimer
yang direaksikan dengan beberapa jenis asam seperti asam sulfat, asam posphat, dan
sebagainya. Resin kation asam kuat ini mempunyai ion hydrogen (R- H+), dengan adanya ion
H+ yang bermuatan positif maka resin ini sering dipergunakan untuk mengambil ion-ion
yang bermuatan positif. (Montgomery J.M dalam Pujiastuti C, 2008) Dalam operasionalnya,
resin kation asam kuat ini dapat dioperasikan dengan kondisi (R- .H+) maupun dalam kondisi
R-.Na+. Pemilihan kondisi mana yang akan dioperasionalkan berpengaruh terhadap jenis ion
yang diambil, bahan kimia yang akan dihasilkan dan bahan kimia untuk pengaktifan kembali
(regenerasi).
b) Resin kation asam lemah Resin kation asam lemah terbuat dari plastik atau polimer yang
direaksikan dengan group asam karbonik dengan demikian Group (COOH- ) sebagai
penyusun resin. Resin kation asam lemah diperlukan kehadiran alkalinitis untuk melepas ion
hidrogen dari resin. (Montgomery J.M dalam Pujiastuti C, 2008). c) Resin anion basa kuat
Resin anion basa kuat merupakan resin yang sering dipergunakan dalam mengambil ion-ion
yang bermuatan negatif. Pada operasionalnya resin anion basa kuat ini dapat
dioperasionalkan pada kondisi hidroksida (R+ .Cl- ). Apabila resin anion basa kuat
dioperasionalkan pada kondisi hidroksida (R+ .OH- ), Maka resin anion basa kuat ini dapat
mengambil hampir seluruh jenis ion negatif dan pada proses regenerasinya menggunakan
larutan natrium hidroksida (NaOH), sedangkan apabila resin anion basa kuat dioperasionalka
pada kondisi klorida (R+ .Cl- ), maka ion-ion negatif yang dapat diambil seperti sulfat dan
nitrat, dan pada proses regenerasinya menggunakan larutan garam (NaCl).
c) Resin anion basa lemah Resin anion basa lemah dipergunakan untuk mengambil asam-
asam seperti asam klorida (HCl) atau asam sulfat (H2SO4) sehingga resin dikenal sebagai
pengadsorbsi asam (acid adsorbers). Proses regenerasi resin anion basa lemah ini
dipergunakan larutan natrium hidroksida (NaOH), ammonium hidroksida (NH4OH) atau
natrium karbonat (Na2CO3).
Faktor yang Mempengaruhi Pertukaran Ion Adapun faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi proses pertukaran ion adalah : a) pH Penukar ion penguraian gugus ionogenik
tidak memperhatikan pH, ada yang sangat dipengaruhi oleh pH sesuai kekuatan asam
basanya. Gugus OH fenolik atau asam karboksilat tidak teruarai pada pH rendah, maka
kapasitas penukarannya baru optimum pada pH larutan alkali. Range pH efektif penukar ion
untuk jenis kation asam kuat adalah 0-14. b) Kecepatan aliran Kecepatan aliran
mempengaruhi proses pertukaran ion. Semakin cepat debit aliran yang ditetapkan dalam
proses pertukaran ion, semakin sedikit konsentrasi ion yang dapat dipertukarkan. Hal ini
disebabkan waktu tinggal dan kontak antara air laut dengan resin semakin pendek. c)
Konsentrasi ion terlarut Semakin banyak konsentrasi ion yang akan dipertukarkan, semakin
lambat kecepatan berlangsungnya suatu reaksi pertukaran ion dan semakin sedikit konsentrasi
ion yang akan dipertukarkan. Hal ini disebabkan karena resin memiliki kapasitas ion yang
terbatas. d) Tinggi media penukar ion Semakin tinggi media penukar ion yang terdapat dalam
kolom pertukaran, semakin banyak konsentrasi ion akan dipertukarkan Hal ini disebabkan
semakin tinggi resin maka semakin banyak jumlah resin. e) Suhu Pertukaran ion dipengaruhi
suhu, akan tetapi secara praktis peningkatan suhu tidak cukup untuk menyebabkan
pertambahan laju proses. Operasi suhu tinggi baru bermanfaat bila larutan semula memang
pada suhu tersebut atau bila larutan terlalu kental pada suhu ruang. Penelitian ini bertujuan
untuk dapat meninjau efisiensi resin anion dan kation dalam pengolahan produksi
electroplating

7. PENGGUNAAN:
Pelunakan air
Dalam aplikasi ini, resin penukar ion digunakan untuk menggantikan ion magnesium dan
kalsium yang ditemukan dalam air sadah dengan ion natrium. Ketika resin masih segar,
mereka mengandung ion natrium pada situs aktifnya. Ketika kontak dengan suatu larutan
yang mengandung ion magnesium dan kalsium (namun dengan ion natrium dengan
konsentrasi rendah), ion magnesium dan kalsium secara istimewa bermigrasi keluar dari
larutan ke situs aktif pada resin, digantikan dalam larutan oleh ion natrium. Proses ini
mencapai kesetimbangan dengan konsentrasi magnesium dan ion kalsium yang lebih rendah
dalam larutan daripada saat awalnya.
Berkas teridealisasi dari proses pelunakan air, yang melibatkan penggantian ion kalsium
dalam air dengan ion natrium yang diberikan oleh resin penukar kation
Resin ini dapat dipakai kembali dengan membilasnya dengan larutan yang mengandung
ion natrium dengan konsentrasi yang tinggi (seperti memiliki kandungan yang tinggi dari
natrium klorida (NaCl) yang terlarut didalamnya). Ion kalsium dan magnesium bermigrasi
dari resin, digantikan oleh ion natrium dari larutan hingga kesetimbangan baru tercapai.
Garam digunakan untuk mengaktifkan kembali resin penukar ion, yang dapat digunakan
untuk melunakkan air tersebut.
Pemurnian air
Dalam aplikasi ini, resin penukar ion digunakan untuk menghilangkan ion-ion beracun
(seperti tembaga) dan logam berat (seperti timbal atau kadmium) dari larutan, menggantinya
dengan ion yang lebih tidak berbahaya, seperti natrium dan kalium.
Beberapa resin penukar ion menghilangkan klorin atau kontaminan organik dari air – hal ini
biasanya dilakukan dengan menggunakan filter karbon aktif yang dicampur dengan resin.
Ada beberapa resin penukar ion yang menghilangkan ion organik, seperti resin MIEX
(penukar ion magnetik).
Resin pemurnian air rumah tangga biasanya tidak dapat dipakai kembali – resin tersebut
dibuang ketika tidak bisa digunakan lagi.
1. Katalisis
Resin pertukaran ion dalam bentuk asam dikenal dapat mengkatalisis reaksi organik, salah
satunya pada swakondensasi (self-condensation) seperti contoh pada dua molekul aseton
yang terkondensasi menjadi senyawa tunggal mesitil oksida dengan adanya resin penukar
ion:
2 CH3COCH3 → (CH3)2C=CH(CO)CH3 + H2O
2. Farmasi
Resin penukar ion digunakan dalam pembuatan obat-obatan, tidak hanya untuk
mengkatalisasi reaksi tertentu, tetapi juga untuk mengisolasi dan memurnikan bahan aktif
farmasi.
Tiga resin penukar ion, natrium polistirena sulfonat, kolestipol, dan kolestiramina,
digunakan sebagai bahan aktif. Natrium polistirena sulfonat adalah resin penukar ion yang
bersifat asam kuat dan digunakan untuk mengobati hiperkalemia. Kolestipol adalah resin
penukar ion yang bersifat basa lemah dan digunakan untuk mengobati hiperkolesterolemia.
Kolestiramina adalah resin penukar ion yang sangat basa dan juga digunakan untuk
mengobati hiperkolesterolemia. Kolestipol dan kolestiramina dikenal sebagai asam empedu
sekuestran.
Resin penukar ion juga digunakan sebagai eksipien dalam formulasi farmasi seperti tablet,
kapsul, gum, dan suspensi. Dalam penggunaan ini resin penukar ion dapat memiliki beberapa
fungsi yang berbeda, termasuk peredupan rasa, perpanjangan pelepasan, peluruhan tablet,
peningkatan bioavailabilitas, dan peningkatan stabilitas kimia dari bahan aktif.
8. PROSES MANUFAKTUR POLIMER TERMOSET
5.1 Cetak Tekan
Prinsip cetak tekan dibambarkan pada gambar di bawah ini. Sejumlah bahan dimasukan
dalam cetakan logam yang telah dipanaskan terlebih dahulu. Pada waktu cetakan ditutup,
bahan yang telah lunak tertekan sehingga mengalir mengisi rongga cetakan. Bahan yang
digunakan dapat berbentuk serbuk atau tablet prabentuk. Tekanan yang lazim digunakan
berkisar antara 0,7 sampai 55 Mpa, tergantung pada bahan yang digunakan dan bentuk
produk. Suhunya berkisara antara 120 hingga 205°C. Panas sangat penting bagi resin
termosetting, karena pertama-tama diperlukan untuk plastisasi, kemudian untuk polimerisasi
atau untuk pengerasan. Serbuk perlu dipanaskan secara merata, suatu hal yang cukup sulit
karena daya hantar panas bahan tidak baik. Beberapa jenis bahan diolah dengan penekanan,
akan tetapi siklus pemanasan dan pendinginan cetakan yang cepat akan menimbulkan
kesulitan. Produk mungkin cacat sewaktu dikeluarkan bila pendonginan cetakan tidak
sempurna.

5.2 Cetak Transfer


Pada proses cetak transfer, serbuk termosetting atau benda prabentuk diletakkan pada
tempat tersendiri atau alam ruang tekanan di atas rongga cetakan, seperti tampak pada
gambar di bawah ini. Di sini bahan mengalami plastisasi akibat panas dan tekanan dan
diinjeksikan ke dalam rongga cetakan, sebagai cairan panas, di sini bahan tersebut kemudian
mengalami pengerasan. Waktu reaksi pengerasan untuk cetak-transfer lebih singkat
dibandingkan proses cetak-tekan. Waktu pengisian pun lebih singkat karena digunakan bahan
pembentuk yang lebih besar yang dapat dipanaskan lebih cepat. Proses ini sangat cocok untuk
membuat bagian- bagian yang memerlukan sisipan logam yang keecil, karena bahan plastik
yang panas memasuki rongga cetakan secara bertahap tanpa tekanan yang tinggi. Bentuk
yang rumit dan bentuk dengan variasi penampang yang besar dapat juga duhasilkan dengan
cara cetak transfer. Keterbatasan dari proses ini ialah: kehilangan bahan dalam saluran
pengalir, spru dan harga cetakan yang lebih mahal dibandingkan dengan cetakan pada proses
cetak-tekan.
5.3 Cara Injeksi Bahan Thermosett
Bahan termosett dalam batas-batas tertentu dapat dibentuk dengan cara cetak-jet. Setelah
dimodifikasi mesin cetak-injeksi untuk bahan termoplastik, dapat diubah untuk keprluan
cetak jet. Nosel, yang merupakan bahan terpenting dari mesin harus dapat dipanaskan dan
didinginkan selama siklus injeksi. Mula-mula resin dipanaskan dalam silinder yang
menglilingi penekanan, sampai lunak namun belum terpolimerisasi. Pada waktu penekan
menekan resin melalui nosel ke dalam cetakan, terjadi panas tambahan. Pada saat cetakan
penuh, nosel didinginkan dengan cepat dengan mengalirkan air untuk mencegah polimerisasi
bahan yang tersisa.
Mesin ulir umpan balik kini mulai digantikan dengan mesin cetak-jet seperti tampak pada
gambar di bawah ini. Bahan masuk, (di bawah pengaruh gravitasi), sementara didorong oleh
ulir yang berputar, bahan sekaligus dipanaskan. Pada waktu ulir berputar, bahan terplastisasi
di muka ulir, dan masih terhalang oleh plunyer sampai terkumpul sejumlah bahan tertentu.
Plunyer kemudian turun, dan ulir memaksa bahan memasuki ruang transfer. Bahan kemudian
ditekan memasuki rongga cetakan.

5.4 Spraying
Pengerjaan plastik dengan spraying menggunakan suatu alat penyemprot yang
dikendalikan seorang operator atau control computer. Dan hal ini merupakan paling cukup
populer sejak pertengahan abad 21. Pembuatan produk dengan cara spraying sering
digunakan sebagai komponen pendukung untuk struktur solid dan aplikasi lainnya. Alat
penyemprot itu sendiri biasanya dilengkapi dengan mekanisme yang dapat memotong serat
fiber menjadi helaian-helaian dan kemudian di distribusikan sepanjang permukaan cetakan.
Kemajuan teknologi dengan cara spraying telah terbukti lebih efisien dan merupakan
sistem penyemprotan yang lebih bersih, dengan mengurangi emisi stirena, kapasitas
penyemprotan yang lebih besar dan keseragaman lebih baik diantara pola penyemprotan. Alat
penyemprot dihasilkan dengan konfigurasi yang bemaca-macam, masingmasing dengan
kemampuan yang berbeda-beda.
5.5 Pengecoran
Bahan termoset yang dicor antara lain adalah phenol, polyester, epoksi dan resinalyl. Yang
terakhir ini sangat cocok untuk lensa optik dan penggunaan lainnya yangmemerlukan plastik
yang sangat jernih. Resin ini mudah dicor karena memiliki sifatfluiditas yang baik. Akrilik
digunakan untuk mengecor benda yang tembus cahaya danlembaranPlastik di cor apabila
jumlah tidak seberapa. Sering kali dibuat cetakan terbukadari timah hitam dengan
menceluokan mandril baja dengan bentuk tertentu dalam timahhitam cair yang kemudian
dilepaskan setelah membeku. Dapat digunakan inti timah hitam, adukan semen atau karet bila
diperlukan.Cetakan yang kosong dibuat dengan cara pengecoran 'slush- casting' yaitu bahan
bakudituang dalam cetakan, lalu kelebihannya dikeluarkan kembali. Benda padat dapat dibuat
dengan menggunakan cetakan dari adukan semen,gelas, kayu, logam, atau karet sintetis
9. CONTOH PRODUKSI DARI TERMOSET
Proses pembuatan pada industri keramik
1. Bahan baku dalam pembuatan keramik terdiri dari 3 jenis, yaitu:
a. Tanah liat (clay)
b. Pasir
c. Feldspar
Bahan baku ini kemudian dihancurkan menjadi bubuk, lalu ditambahkan pelarut untuk
dapat menghilangkan pengotor-pengotornya. Endapan yang terbentuk disaring dan bubuk
material keramik dipanaskan untuk menghilangkan impuritis dan air. Hasilnya, bubuk dengan
tingkat kemurnian tinggi dan berukuran sekitar 1 mikrometer (0.0001 centimeter).
2. Pembentukan Keramik
Setelah pemurnian, sedikit wax (lilin) biasanya ditambahkan untuk melekatkan bubuk
keramik dan menjadikannya mudah dibentuk. Plastik juga dapat ditambahkan untuk
mendapatkan kelenturan dan kekerasan tertentu. Bubuk tersebut dapat menjadi bentuk yang
berbeda-beda dengan beragam proses pembentukan (molding). Proses pembentukan ini
diantaranya adalah slip casting, pressure casting, injection molding, dan extruction.
3. Pengeringan
Setelah benda keramik selesai dibentuk, maka tahap selanjutnya adalah pengeringan.
Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan air plastis yang terikat pada badan
keramik. Ketika badan keramik plastis dikeringkan akan terjadi 3 proses penting:
a. Air pada lapisan antarpartikel lempung mendifusi ke permukaan, menguap, sampai
akhirnya partikel-partikel saling bersentuhan dan penyusutan berhenti:
b. Air dalam pori hilang tanpa terjadi susut; dan
c. Air yang terserap pada permukaan partikel hilang.
4. Proses pembakaran (sintering)
Sintering merupakan proses pemanasan green compact pada suhu tinggi dimana temperatur
pemanasannya dibawah temperatur cair unsur utama. Green compact terdiri dari partikel yang
kecil dan mamiliki daerah permukaan luas. Pada proses sintering terjadi perubahan dimensi,
baik berupa pemuaian maupun penyusutan, bergantung pada bentuk dan distribusi ukuran
partikel, komposisi serbuk dan prosedur sintering.
Ada 2 macam sintering, yaitu:
a. Solid-state sintering
Proses ini dilakukan pada suhu dibawah temperatur cair, sehingga transport atom dalam
keadaan padat akan mengubah mechanical bonds menjadi metallurgical bonds.
b. Liquid-state sintering
Proses ini dilakukan pada suhu diatas temperatur cair. Liquid yang terbentuk akan mengalir
ke partikel.
Reaksi pembakaran keramik:
1. Dehidrasi, yaitu penghilangan dari air yang mengikat pada suhu (150-650)°C.
Reaksi: Al2O3 + 2SiO₂→ Al2O3 + 2SiO2 + 2H₂O
2. Kalsinasi, yaitu penguraian senyawa CaCO3 menjadi CaO dan CO2 pada suhu (600-
900)°C, di mana pada suhu ±940°C alumina berubah menjadi kristal alumina dan H₂O.
3. Oksidasi, di mana oksidasi besi fero (Fe) dan bahan-bahan organik lainnya pada suhu (350-
900)°C.
4. Pembentukan silika pada suhu 900°C atau lebih, di mana pada suhu di atas 1000°C
aluminium + silika illit dan melepas panas.

Reaksi: 3A12O3.2SiO2.2H2O (kaolinit) (crytobalit) + 6SiO2 3A12O3.2SiO2 (mullit) +


4SiO₂
Proses sintering dapat berlangsung apabila:
1. Adanya perpindahan materi diantara butiran yang disebut proses difusi
2. Adanya sumber energi yang dapat mengaktifkan transfer materi, energi digunakan untuk
menggerakkan butiran hingga terjadi kontak dan ikatan yang sempurna.

Ada beberapa mekanisme difusi selama proses sintering yaitu: difusi volum, difusi
permukaan, difusi batas butir dan difusi secara penguapan dan kondensasi. Tiap-tiap
mekanisme difusi tersebut akan memberikan efek terhadap perubahan fisis bahan setelah
sintering antara lain perubahan densitas, porositas, penyusustan dan pembesaran butiran.
Beberapa parameter yang dapat dijadikan acuan untuk mengevaluasi proses sintering material
keramik adalah porositas, densitas, sifat fisik, kekuatan mekanik, dan ukuran butir. Pengaruh
suhu sintering terhadap perubahan densitas dan porositas saling berlawanan, suhu sintering
semakin tinggi maka densitas, kekuatan mekanik dan ukuran butir semakin besar sedangkan
porositas dan sifat listrik menurun.
5. Tahap penyempuran
Keramik yang sudah jadi kemudian ditambahkan bahan-bahan tambahan yang disesuaikan
dengan produk yang digunakan. Bila produk yang dihasilkan berupa keramik berupa guci dan
keramik hiasan lainnya dilakukan proses pengglasiran Proses pengglasiran ini dapat
dilakukan dengan dicelup, dituang, disemprot, atau dikuas. Fungsi glasir pada produk
keramik adalah untuk menambah keindahan, supaya lebih kedap air, dan menambahkan efek-
efek tertentu sesuai keinginan.

DAFTAR PUSTAKA

Sari, N. H., & Suteja, S. T. (2021). Polimer Termoset. Deepublish.

You might also like