Professional Documents
Culture Documents
Siti Azizah-Fitk
Siti Azizah-Fitk
Oleh :
Siti Azizah NIM
809011000389
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
SKRIPSI
Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidika
Oleh:
i
KATA PENGANTAR
ii
4. Segenap Guru dan Karyawan MI. Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan yang
telah memberikan bantuannya dalam memberikan data-data selama penelitian
ini berlangsung.
5. Seluruh siswa/i kelas II MI. Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan yang turut
membantu jalannya program penelitian ini.
6. Teristimewa kedua orangtua H.Abdul Salam (ayahanda) dan Hj. Muhaya
(ibunda ), serta segenap keluarga yang dengan sabar telah membesarkan,
membimbing, mendo’akan, mengarahkan, memberi kepercayaan, bantuan
moril dan materil demi kesuksesan ananda.
7. Suami terkasih Arulan oyoh yang dengan sabar dan ikhlas telah setia menemani
dari awal hingga akhir dan memberikan motivasi serta dukungan kepada
penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.
8. Anak-anakku tercinta Silma Chairunnisa, Ahmad Zaky, Nurul, Rahman,
Fatimah Zahra, Abdul Hanan yang selalu setia menanti di rumah.
9. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang
tidak bisa disebutkan satu persatu.
Tiada kata yang patut diucapkan selain ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya dan do’a tulus, semoga amal baik mereka diterima oleh Allah dan
mendapat Ridha-Nya. Amin...
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amiiin...
Siti Azizah
809011000389
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.......................................................................4
C. Pembatasan Masalah.......................................................................4
D. Rumusan Masalah...........................................................................5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................................6
iv
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MI Al-Hikmah..................................................39
B. Deskruipsi Data..............................................................................44
C. Analisis Data..................................................................................48
D. Interprestasi Data............................................................................52
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
Undang-undang RI No, 20 Thn 2003, Tentang Sisdiknas, (Bandung: Citra Umbara,
2008), h. 13
1
2
mengajar mengacu kepada apa yang dilakukan guru. Dua kegiatan tersebut
menjadi terpadu manakala terjadi interaksi antara guru dengan siswa.
Seiring dengan dinamisnya kultur masyarakat yang selalu berubah,
idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini,
tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan
membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan
memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di masa yang akan datang.
Beberapa pandangan modern berpendapat; Menurut John Dewey,
“pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini
mungkin akan terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk menghasilkan
kesinambungan sosial”. Menurut H. Horne, “pendidikan adalah proses yang
terus-menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk
manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan
sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual,
2
emosional, dan kemanusiaan dari manusia”. Menurut Pasal 1 undang-undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dari proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
3
negara. Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai
pendidikan. Di dalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan anak
didik, ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada anak didik di
kelas. Bahan pelajaran yang guru berikan itu akan kurang memberikan
dorongan (motivasi) kepada anak didik bila penyampaiannya
menggunakan strategi yang kurang tepat. Disinilah kehadiran model
pembelajaran menempati posisi penting dalam penyampaian bahan
4
pelajaran.
2
Asep Suryana dan Suryadi, Pengelolaan Pendidikan, (Jakarta : Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009). h. 4.
3
Abd. Rozak, Fauzan, dan Ali Nurdin, Kompilasi Undang-undang & Peraturan Bidang
Pendidikan, (Jakarta, FITK Press UIN Syarif Hidayatullah, 2010, Cet. 1), h. 4
4
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2010), h.76.
3
Bagi seorang guru, kondisi di atas menjadi suatu tantangan yang harus
dihadapi. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan
seperti menguasai materi pelajaran dan kemampuan untuk memilih, menata,
mengemas materi pelajaran ke dalam cakupan dan kedalaman yang sesuai
dengan sasaran yang mudah dicerna oleh siswa, memiliki penguasaan tentang
teori dan keterampilan belajar, dan memiliki pengetahuan tentang masa
pertumbuhan dan perkembangan siswa serta memiliki pemahaman tentang
bagaimana siswa bekerja.
5
Sardiman Am. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004)cet. Ke-11, h. 40
6
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung:Remaja Rosda
Karya, 1995), cet. Ke-2 h.
4
Dalam kaitannya dengan faktor sosial yang berasal dari orang tua
Zakia Dradjat mengatakan: Apabila latihan-latihan agama dilalaikan pada
waktu kecil atau diberikan dengan cara kaku, salah tidak cocok dengan anak-
anak, maka pada waktu dewasa nanti ia akan cenderung kepada atheis atau
kurang perduli terhadap agama atau kurang merasakan pentingnya bagi
dirinya. Dan sebaliknya, semakin banyak si anak mendapatkan latihan-latihan
keagamaan pada waktu kecil, semakin dewasanya nanti semakin terasa
7
kebutuhannya kepada agamanya.
Melihat pernyataan di atas, pembinaan keagamaan pada anak perlu
diberikan dan dimulai dari keluarga dan juga oleh lembaga pendidikan
(sekolah) dimana keduanya harus mampu menanamkan pemahaman dan
pengalaman keagamaannya, yang merupakan tanggung jawab yang sangat
besar, dalam hal ini bimbingan keagamaan anak harus diarahkan pembentukan
nilai-nilai imani, sedangkan keteladanan, pembiasaan dan disiplin
dititikberatkan pada pembentukkan nial-nilai amalia mengajarkan kepada
mereka prinsip-prinsip agama yang sesuai dengan perkembangan mereka dan
menanamkan benih-benih keyakinan serta iman dalam jiwa anak. Anak sejak
usia muda telah melihat dan mempelajari hal-hal yang berada di luar diri
mereka, mereka mellihat dan mengikuti apa yang dikerjakan dan diajarkan
oleh orang dewasa dan orang tua mereka tentang yang berhubungan dengan
8
kemaslahatan agama.
Bimbingan keagamaan yang lebih menarik kepada anak ialah mula-
mula yang mengandung gerakan Shalat pengalaman keagamaan yang menarik
bagi anak diantaranya Shalat berjamaah, mengapa karena Shalat merupakan
tiang pondasi suatu agama termasuk salah satu rukun Islam juga ibadah yang
membedakan dengan agama lain. Apabila suatu keluarga jarang pergi
ketempat ibadah, anaknya akan kurang aktif dalam soal-soal agama
demikianlah anak yang hidup dalam keluarga yang kurang menjalankan
agama dalam kehidupan sehari-hari, maka perhatian anak-anak terhadap
7
Zakiah Drajat, Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h.64
8
H Jalallun, Psikologi Agama, (Jakarta: PT.Raja GrafindoPersada, 2003)
5
agama akan kurang pula. Oleh karena itu betapa pentingnya orang tua
membimbing keagamaan anaknya di rumah. Bimbingan tersebut sangat
menunjang terhadap keberhasilan belajar agama di sekolah dan sekaligus
memberikan pengaruh terhadap aktivitas belajar bagi anak di sekolah.
Shalat dalam ajaran Islam menduduki posisi yang sangat penting dan
mendasar. Setiap pribadi yang menyatakan pengakuannya terhadap Islam,
maka setelah membaca 2 (dua) kalimat Syahadat dia harus dan wajib
melaksanakan Shalat.
Sedemikian pentingnya kedudukan Shalat dalam ajaran agama
Islam,banyak ayat dalam Al-Qur‟an dan Hadits Rasulullah SAW., yang
membahas tentang Shalat, diantaranya:
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA, bersabda Rasulullah SAW: Shalat itu
adalah tiang agama, barang siapa mengerjakan Shalat maka ia
menegakkan agama. Dan barang siapa meninggalkannya maka ia
9
telah merobohkan agama.” (HR. Bukhori dan Muslim)”
9
Al Hafidz Al Mundziry, Terjemah At Targhib Wat Tarhib, (Jakarta: Pustaka Amani,
1981), h. 33
10
Ibid,… h. 34
6
B. Identifikasi Masalah
D. Perumusan Masalah
Bertolak dari pembatasan masalah tersebut dirumuskan permasalahan
yaitu: “Apakah dengan menggunakan metode demontrasi dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada pelajaran fiqih di MI Al-Hikmah Kalibata Jakarta
Selatan”.
b. Bagi Guru
Upaya untuk memberikan masukan ketika membimbing, mengarahkan
dan mendidik siswa khususnya pada pelajaran fiqih yaitu Shalat
berjamaah melalui metode demontrasi, sehingga lebih menyenangkan
dan bermakna bagi siswa kelas II MI Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan.
c. Bagi Sekolah
Memberikan masukan di dalam menentukan kebijakan, mengembangkan dan merencanakan strategi dal
10
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman.
Menurut M. Ngalim Purwanto, belajar merupakan suatu perubahan
dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah
laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada
tingkah laku yang lebih buruk. Belajar juga merupakan suatu perubahan
yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-
perubahan yanng disebabkan oleh pertumbuhan kematangan tidak
11
dianggap sebagai hasil belajar.
Pengertian belajar menurut beberapa ahli :
Menurut james O. Whittaker Belajar adalah Proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.
Cronchbach. Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Howard L.
Kingskey. Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau
diubah melalui praktek atau latihan.
11
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan,(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1999), h.
85
10
1
12
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar;(Bandung; Rineka Cipta; 1999), h. 22
1
13
Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester,(Jakarta: Bumi
Aksara, 1991), h. 78
14
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), h. 1
15
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma‟arif,
1980), cet ke-4, h. 19
16
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern,(Jakarta: Pustaka Imani,
1998),h. 31
17
Sardiman A.M, Interaksian Motivasi Belajar Mengajar: Pedoman Bagi Guru dan
Calon Murid,(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1996), h. 22
1
2. Ciri-ciri Belajar
Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :
a. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku
bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun
nilai dan sikap (afektif).
b. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau
dapat disimpan.
c. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha.
Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
d. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/
kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-
obatan.
Berikut beberapa faktor pendorong mengapa manusia memiliki keinginan
untuk belajar:
a. Adanya dorongan rasa ingin tahu.
b. Adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya.
c. Mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia
didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis
sampai aktualisasi diri.
d. Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya.
e. Agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.
f. Untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri.
g. Untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.
h. Untuk mengisi waktu luang.
3. Jenis-jenis Belajar
Di dalam proses belajar terdapat berbagai macam jenis belajar.
Jenis-jenis belajar menurut Gagne terbagi menjadi 8 jenis yaitu :
a. Belajar isyarat (signal learning),
b. Belajar stimulus respon.
c. Belajar merantaikan (chaining)
1
18
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h.
250-251.
19
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Bumi Aksara, 2006), h. 30.
20
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 102-124.
2
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek
yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
penilaian.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima
jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi,
menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau
kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda,
koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan
psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor
dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam
proses pembelajaran di sekolah.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar
digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam
mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa
sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku
yang lebih baik lagi. Howard Kingsley membagi 3 macam hasil
belajar:
1. Keterampilan dan kebiasaan
2. Pengetahuan dan pengertian
3. Sikap dan cita-cita
Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil
perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat
terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan
siswa tersebut.Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan
bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan
2
21
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdikarya,2005), h. 22
22
Tabroni Rusyan, Op.Cit, h. 82
2
2. Fiqih
A. Pengertian Fiqih
Kata Fiqh secara bahasa adalah al-fahm (pemahaman) berarti
faham yang mendalam, mengetahui batinnya sampai kedalamanya.
Pada awalnya kata fiqh digunakan untuk semua bentuk pemahaman atas
Al-Qur‟an, Hadist dan bahkan sejarah. Pemahaman atas ayat-ayat dan
Hadist-hadist teologi, dulu diberi nama fiqh juga, seperti judul buku
Abu Hanifa tentangnya, Fiqh al-akbar. Pemahaman atas sejarah hidup
Nabi disebut dengan fiqh al-sira’. Namun setelah terjadi spesialisasi
ilmu-ilmu agama, kata fiqh hanya digunakan untuk pemahaman atas
syari‟at (agama), itu pun hanya yang berkaitan dengan hukum-hukum
23
perbuatan manusia.
Oleh karenanya, hari ini kita mengenal definisi fiqh sebagai:
23
Lukman Zain, Pembelajaran Fiqih,(Jakarta: Direktorat Jenderal pendidikan Islam
Departemen Agama RI 2009),cet ke- 1. h. 3
2
24
ZurinalZ., Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga Peneliti UIN, 2008), cet ke-1,
h. 5
2
25
Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasyri’:Sejarah Legislasi Hukum Islam, (Jakarta:Amzah,
2009), cet ke-1, h. 7
2
26
ibid,… h. 138
2
27
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 tahun 2008 tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam di Madrasah
2
e. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan
masalah dan mengambil kesimpulan.
f. Metode Resitasi (Pemberian tugas)
Dengan metode ini guru menggunakan pemberian tugas misalnya:
pekerjaan rumah, sebagai cara atau alat untuk memantapkan
pengetahuan siswa.
g. Metode Demontrasi dan Eksperimen
Metode demontrasi adalah cara menyampaikan materi pembelajaran
dengan peragaan, baik dilakukan oleh dirinya atau meminta orang lain
untuk memperagakannya.
h. Metode Bermain Peran
Metode bermain peran adalah cara mengajar dengan
mendemontrasikan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial.
i. Metode Inquiri
Metode inquiri atau penyelidikan merupaka metode yang
mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan
eksperimen sendiri.
j. Metode Kisah/cerita
Metode ini dapat digunakan untuk menyentuh rasa anak didik agar
membuat mereka berani, rajin, takut, cemas, harap dan sebagainya.
k. Metode Pengulangan/hapalan.
Dalam pembelajaran fiqih, metode pengulangan dapat digunakan
untuk menghafalkan do‟a-do‟a dan bacaan.
l. Metode Peneladanan
Dalam pembelajaran agama,khusunya fiqih, metode peneladanan
sangat efektif bagi keberhasilan mengajar. Metode ini dilakukan
dengan memberi teladan pelaksanaan ajaran agama di depan siswa.
3
6. Apakah posisi antara dua sujud/tahiyat awal dan tahiyat akhir sudah
benar? kalau belum periksa.
Adapun Kelebihan metode demonstrasi adalah sebagai berikut:
a. Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di anggap
penting oleh guru dapat di amati.
b. Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di
Demonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan
mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain
c. Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses
belajar
d. Dapat menambah pengalaman anak didik
e. Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di
sampaikan
f. Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan
kongkrit
g. Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap
siswa karna ikut serta berperan secara langsung.
Dari macam-macam metode tersebut guru fiqih di MI Al-Hikmah
dalam pembelajarannya memakai metode demontrasi
3. Metode Demontrasi
a. Pengertian Metode Demontrasi
Yang di maksud dengan metode demonstrasi ialah metode
mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu
pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu
proses pembentukan tertentu pada siswa.
Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya
dapat di lakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode
Demonstran cukup baik apabila di gunakan dalam penyampaian bahan
pelajaran fiqih, misalnya bagaiamana cara berwudhu, shalat,
memandikan orang mati, tawaf pada waktu haji,dan yang lainnya.
3
28
H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang,
1976), h. 141
29
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis,
(Jakarta: Ciputat Press, 2002),h. 66
30
Ahmad Tafsir, Metodelogi Pengajaran Agama Islam,(Bandung: Remaja Rosdakarya ,
1996),h. 9
3
31
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000),h. 208
3
3). Evaluasi:
Dalam kegiatan evaluasi ini dapat berupa pemberian
tugas, seperti membuat laporan,menjawab pertanyaan,
mengadakan latihan lebih lanjut, baik di sekolah ataupun di
rumah.
4). Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan metode
demonstrasi tersebut adalah:
a. Rumuskan secara spesifik yang dapat di capai oleh siswa.
b. Susun langkah-langkah yag akan dilakukan dengan demontrasi
secara teratur sesuai dengan skenario yang telah di rencanakan.
c. Menyiapkan peralatan yang di butuhkan sebelum demonstrasi
dimulai.
d. Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai
dengan kenyataan sebenarnya.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
9
Enjah Takari “Penelitian Tindakan Kelas” (Bandung: PT. Genesindo, 2008) , Cet. Ke-I
h. 5
40
4
10
Ibid …, h. 6
4
TAHAPAN SIKLUS-SIKLUS
1 Perencanaan Persiapan Awal
(Planning) a. Mengurus surat perizinan untuk melakukan observasi.
b. Melakukan konsultasi pada dosen pembimbing terkait
hasil observasi yang telah dilakukan.
c. Menyusun kisi-kisi soal untuk instrumen penelitian.
d. Menyusun instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi
soal yang telah di buat.
e. Melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing
mengenai instrumen yang telah di buat.
f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Fiqh pada materi sholat wajib dengan berjamaah.
g. Melakukan koordinasi dengan pihak sekolah untuk
melakukan uji coba yang akan digunakan dalam
penelitian.
h. Mengolah hasil data uji coba dengan mencari validitas,
reabilitas dan tingkat kesukaran butir soal instrumen.
j. Menentukan butir soal yang layak untuk dijadikan
instrumen penelitian.
2 Tindakan a. Mengadakan tes awal (pretest) pada setiap siklunya.
(Acting) Penelitian menggunakan soal-soal hasil analisis dan uji
instrumen penelitian.
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan tampilkan
untuk maju kedepan
c. Mengadakan tes akhir (postest) untuk siklus I dan II.
Penelitian menggunakan soal yang sama ketika
dilakukan tes awal (pretest).
3 Pengamatan Pengamatan dilakukan bersamaan dengan proses
(Observing) pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini, dilakukan kolaborasi
antara peneliti dan observer untuk mengisi lembar
4
Langkah 1 Siklus
(2) Tindakan
Menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara teori dan praktek
bukan merupakan dunia yang berlainan. Akan tetapi keduanya merupakan
dua tahap yang berbeda, yang saling bergantungan, dan keduanya berfungsi
untuk mendukung transformasi.
Analisis Masalah
Rumusan Masalah
Perencanaan Tindakan
SIKLUS I
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan Tindakan
Refleksi
Penyusunan Laporan
No Posisi Peranan
1 Peneliti Utama 1. Memberikan pretest dan postest
(Siti Azizah) 2.Mengajar materi sholat wajib dengan
berjamaah
3. Memberikan lembar pretest
4.Bersama konsultan ahli dan observer
menganalisis dan menarik kesimpulan
terhadap hasil penelitian.
2 Observer 1. Membantu peneliti utama mengamati
(Mursidi) proses pretest, implementasi tindakan,
postest
2. Memberikan masukan-masukan saat
analisis data dan menarik kesimpulan.
3 Konsultan Ahli 1. Memberikan masukan pada peneliti
(Abdul Ghofur. MA) utama pada saat menyusun perangkat
pembelajaran dan menyusun instrument
2. Memberikan masukan pada saat mem-
buat siklus penelitian
3. Memberikan masukan saat analisis dan
menarik kesimpulan.
4
Siklus I
Tahap Perencanaan
Menelaah tujuan kurikulumpada materi sholat wajib dengan berjamaah
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan menyusun LKS.
MembuatdanMempersiapkansumber,bahan,danmedia pembelajaran
Menyusun instrumen penelitian
Memvalidasi instrumen penelitian
c. Tahap Refleksi
1. Menganalisis data-data yang di peroleh pada tahap tindakan dan
observasi.
2. Mengambil kesimpulan tentang kelebihan dan kelemahan penggunaan
model pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi pada
materi sholat berjamaah, sebagai acuan/desain untuk menyusun desain
siklus selanjutnya.
Siklus II
a. Perencanaan
1) Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan
penetapan alternatif pemecahan masalah.
2) Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.
3) Pengembangan program tindakan II.
b. Tindakan
Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah
yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan masalah
yang sudah ditentukan, antara lain melalui:
1) Guru melakukan apersepsi pada pelajaran yang sudah
2) Siswa yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan
yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
3) Siswa bertanya jawab tentang sholat berjamaah
4) Siswa menceritakan tentang praktik sholat berjamaah
5) Presentasi hasil diskusi.
6) Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa.
c. Pengamatan (Observasi)
1) Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan
mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung.
2) Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah
dikembangkan.
4
d. Refleksi
1) Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data
yang terkumpul.
2) Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus II.
3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk
digunakan pada siklus III
4) Evaluasi tindakan II
Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan
mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis
yaitu:
1. Instrumen Tes
Tes tertulis ini berupa tes awal (pretest) dan akhir (postest). Tes awal
(pretest) adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan
kepada peserta didik, karena itu pertanyaan yang tercantum dalam pokok
soal dibuat yang mudah. Sedangkan tes akhir (postest) adalah bahan-bahan
pelajaran yang tergolong penting, yang telah diajarkan kepada siswa para
peserta didik dan biasanya naskah tes akhir ini dibuat sama dengan naskah
tes awal.
2. Instrumen Non Tes
Dalam instrumen non test yang telah digunakan adalah sebagai berikut;
a. Lembar observasi
Lembar observasi ini terdiri dari lembar observasi aktifitas
siswa dan lembar observasi aktifitas pembelajaran. Lembar observasi
proses kegiatan belajar mengajar yaitu untuk mengadakan pencatatan
secara sistematis mengenai aktifitas belajar siswa dan proses
pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi.
b. Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mengamati seluruh
kegiatan dalam proses pembelajaran berlangsung. Berbagai hasil
pengamatan tentang aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas,
pengelolaan kelas, interaksi guru dengan siswa dan aspek lainnya yang
perlu dicatat.
5
M P M1p
SD1q
11
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2010), Cet ke-2, h. 79
5
Keterangan:
r pbsi = Koefisien korelasi biserial
M p = Rerata skor pada subyek yang menjawab betul bagi item yang
dicari validitasnya
Mt = Mean skor total yang berhasil dicapai oleh peserta tes
SD t = Standar Deviasi dari skor total
P = Proporsi peserta tes yang menjawab betul
q = Proporsi peserta tes yang menjawab betul
r>r tabel maka butir soal tersebut valid
r<r tabel maka butir soal tersebut tidak valid
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketepatan alat tersebut dalam mengukur apa yang
dinilai. Analisis reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah soal yang
disusun dapat memberikan hasil yang tepat atau tidak. Hal ini berarti
apabila soal dikenakan untuk sejumlah subyek yang sama dalam waktu
tertentu, maka hasil akan tetap sama. Instrumen disebut reliabil
mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu
mengungkap data yang bisa dipercaya. Untuk mengetahui reliabilitas
instrumen tes hasil belajar siswa Kuder-Richardson (K-R 20) dengan
12
rumus sebagai berikut:
n S pq
2
r11 = 2
n 1 S
Keterangan:
r 11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
n = jumlah butir soal dalam perangkat tes
S = standar deviasi skor-skor tes
p = proporsi subyek yang menjawab item benar
12
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, …………h. 100
5
3. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran merupakan suatu proporsi atau perbandingan
antara siswa yang menjawab benar dengan keseluruhan siswa yang
mengikuti tes. Indeks kesukaran rentangnya dari 0,0 sampai 1,0. Semakin
besar indeks kesukarannya menunjukkan semakin sulit butir soal. Cara
menghitung tingkat kesukaran dengan menggunakan rumus sebagai
13
berikut:
B
P=
JS
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyak siswa yang menjawab soal dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta test
Kriteria tingkat kesukaran:
0,00-0,40 = sukar
0,50-0,70 = sedang
0,80-1,00 = mudah
13
Suharsimi Arikunto,. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,…..h. 208
5
Dengan kategori:
g tinggi : nilai (g) > 0,70
g sedang : 0,70 > (g) > 0,3
g rendah : nilai (g) < 0,3
14
Suherman “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah” (Jakarta: UIN, 2008), h. 51
5
BAB IV
HASIL PENELITIAN
56
5
MISI
Menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan kurikulum.
Meningkatkan kualitas manajemen pendidikan dan sumber daya manusia (tenaga kependidikan).
Menghasilkan Pelajar yang mempunyai daya pikir yang handal dan kreatif serta mengerti akan aj
1. Struktur Organisasi
UntukstrukturorganisasiMIAl-HikmahJakartaSelatan
berdasarkan data yang diperoleh penulis dari bagian administrasi yaitu sebagai berikut:
YAYASAN MI AL-HIKMAH
KEPALA SEKOLAH
WAKASEK
GURU-GURU
SISWA-SISWI
5
Tabel 4.1
Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
No Keterangan Jumlah
Pendidik
1 Guru PNS Diperbantukan Tetap 2
2 Guru Tetap Yayasan -
3 Guru Honorer 6
2 Tata Usaha 2
Tabel 4.2
Data Guru Dan Karyawan
PEND.
NO NAMA/NIP TERAKHI BIDANG STUDY
R
Bahasa Arab,
1 H. Abdul Salam PGAN
Akidah
2 Mursidi MAN Guru Kelas 4
3 Mulyana MAN Guru Kelas 2
4 Siti Azizah MAN Guru Kelas 1
5 M. Kholil Amir SLTA Guru Kelas 3
6 Ma`mun, S.Ag IAIN Guru Kelas 5
7 Tri Wahyuni, S.Pd UHAMKA Guru Kelas 6
8 Ahmad Zamroni, S.Pd.I Yudharta Fikh, Qurdist
5
Tabel 4.3
Data Siswa MI Nurul Ikhwan Tahun Pelajaran 2011-2012
JENIS KELAMIN
NO KELAS JUMLAH
L P
1 I 16 14 30
2 II 14 9 23
3 III 10 10 20
4 IV 12 8 20
5 V 11 19 20
6 VI 9 8 17
JUMLAH 72 58 130
3. Sarana dan Prasarana
Berdasarkan pengamatan dan informasi pihak MI Al-Hikmah Jakarta Selatan bersama ini dapat disajika
6
Tabel 4.4
Keadaan sarana dan prasarana sekolah MI Al-Hikmah
Tabel 5. 5
Skor hasil belajar siswa pada siklus II dan siklus II
Rata-rata
Skor hasil belajar
Pre-test Pos-test
Tabel 4.7
Siklus I
Tabel 4. 8
Siklus II
C. Analisi Data
Berdasarkan deskripsi data tersebut maka dapat dianalisis sebagai berikut :
a. Pendahuluan
10 Menit awal guru mereview materi yang telah diberikan pada
minggu lalu, siswa diberikan pertanyaan seputar materi tersebut.
b. Inti
Guru menyampaikan materi tentang sholat, pertama-tama niat, cara
berdiri, takbiratul ihram dan seterusnya sampai salam
c. Penutup
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
materi yang telah dijelaskan.
2. Data pelaksanaan mengajar fiqih ibadah dengan menggunakan metode
demontrasi di MI Al-Hikmah.
a. Pendahuluan
10 menit awal digunakan untuk menyiapkan tempat yaitu di mushola
sekolah serta mengkondisikan siswa dan menjelaskan solat fardu yang
akan didemontrasikan.
b. Inti (50 menit)
Siswa dibagi menjadi 4 kelompok terdiri dari 6 sampai 7 siswa setiap
kelompok mempraktekkan cara solat dari niat sampai salam di bawah
bimbingan guru, setiap kelompok mendapatkan waktu 10 menit
sebelum siswa mempraktekkan solat, guru terlebih dahulu
memperlihatkan kepada mereka cara solat yang benar/tu’maninah yaitu
sebagai berikut :
1. Niat solat, guru membaca niat solat fardu yang akan
dipraktekkan/didemontrasikan
2. Cara berdiri yang benar
3. Takbiratul ihram (posisi tangan dan membaca takbir)
4. Membaca iftitah dengan suara yang dikeraskan
5. Membaca Al-Fatihah
6. Membaca Q.S pendek
7. Ruku
1) Kepala menghadap tempat sujud
2) Posisi punggung lurus
3) Posisi tangan di lutut
6
a) Penutup
Guru menjelaskan kepada siswa apa yang telah dipelajari kemudian
menyuruh siswa mempraktekkan solat berkelompok seperti yang baru
saja dipraktekkan guru (hal-hal yang diamati guru selama pelaksanaan
solat siswa melalui metode demontrasi terlampir)
3. Data skor hasil belajar fiqih ibadah siswa tentang solat sebelum dan sesudah
menggunakan metode demontrasi di MI Al-Hikmah.
Tabel 4. 9
Skor Hasil Ulangan Siswa Melalui Siklus I Sebelum diterapkannya
Metode Demontrasi
Tabel 4. 10
Skor hasil ulangan siswa melalui siklus II setelah diterapkannya
metode demontrasi
Tabel 4. 11
Skor hasil belajar siswa pada pelajaran fiqih tentang solat sebelum
dan sesudah Menggunakan metode demontrasi
Skor hasil ulangan 20 siswa
No Nama Skor sebelum Skor setelah
menggunakan menggunakan
metode metode demontrasi
1 Ahmad Akbar Ramadhan 87 70
2 Bayu Saputra 77 80
3 Daimah 73 77
4 Ervansyah 77 80
5 Galuh Ramadhan 70 80
6 Hambali 70 70
7 Helmy Nurul Illahi 70 77
8 Insanul Kamil 77 73
9 Junaedi 80 77
10 Kartono 73 73
11 M. Adib Anas Nur 70 80
12 Mustika Dwi Jayanti 63 80
13 Putri Septiani Uminah 63 73
14 Ronald Surachman 63 80
15 Sandi Rian Ramadhan 70 70
16 Sarah Widiyani Putri 73 70
17 Fatimah 57 80
18 Sriyanti 70 80
19 Santoso Sekti Warsito 57 70
20 Maya Susilawati 50 80
Rata-rata 69,5 76,0
Secaraumumdatatersebutsudahdapatmenunjukkan
keberhasilan metode demontrasi jika dilihat dari nilai rata-rata siswa,
namun karena secara ilmiah hal ini belum dapat diterima, maka akan
menghitungkan menurut kaidah-kaidah statistik pendidikan berikut :
7
Tabel 4. 12 Perhitungan
untuk memperoleh “ t ”
Skor hasil ulangan 20 siswa
No Dengan metode Dengan metode D = ( y-x ) D²=( y-x )²
lain demontrasi
1 87 70 13 169
2 77 80 -3 9
3 73 77 -4 16
4 77 80 -3 9
5 70 80 -10 100
6 70 70 0 0
7 70 77 -7 49
8 77 73 4 16
9 80 77 3 9
10 73 73 0 0
11 70 80 -10 100
12 63 80 -17 289
13 63 73 -10 100
14 63 80 -17 289
15 70 70 0 0
16 73 70 3 9
17 57 80 -23 529
18 70 80 -10 100
19 57 70 -13 169
20 50 80 -30 900
20=N disini bukanlah
Tanda – (“minus) 1386 1520
tanda aljabar, karena itu -134 = ∑D 2862=∑D²
hendaknya dibaca: ada selisih/beda skor antara variabel X dan variabel Y sebesar 134. Dari tabel telah d
2862
Dengan diperolehnya ∑D dan ∑D itu, maka dapat kita ketahui
besarnya Deviasi standar perbedaan skor antara variable x dan variable y
(dalam hal ini SDD)
7
D. Interprestasi Data
Data yang diperoleh peneliti di atas, yaitu tentang tentang pelaksanaan
sholat dengan menggunakan metode demontrasi sebelum dan sesudah
dilaksanakan metode demontrasi tersebut di sekolah serta hasil skor dari
keduanya dapat dijelaskan yaitu sebagai berikut.
Jika dilihat dari nilai rata-rata hasil ulangan dari praktek siswa dengan
menggunakan metode demontrasi tentang sholat dibandingkan sebelum
menggunakan metode demontrasi dapat disimpulkan bahwa metode
demontrasi yang diterapkan dalam pembelajaran fiqih terutama tentang sholat
di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah sudah memberikan pengaruhnya yang
nyata, oleh karena itu dapat dijadikan andalan guru ketika akan mengajarkan
materi fiqih terutama yang mengandung gerakan seperti materi sholat dll.
Karena to lebih besar dari pada tt maka hipotesa nihil yang diajukan
dimuka di tolak, ini berarti bahwa adanya perbedaan yang meyakinkan
(=signifikan) kelas II di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah sebelum dan
sesudah diterapkan metode demontrasi.
7
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil analisa data dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian
responden memberikan respon/perhatian yang positif terhadap upaya yang
dilakukan guru PAI khususnya guru fiqih di dalam meningkatkan hasil
belajar siswanya melalui metode yang digunakan dalam menyampaikan
pembelajarannya yaitu melalui metode demontrasi yang merupakan salah
satu alternatif oleh guru fiqih di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah.
2. Pelaksanaan metode demontrasi tersebut cukup berhasil dengan baik, hal
tersebut ditunjukkan dengan indikasi-indikasi sebagai berikut:
a. Nilai siswa cenderung naik jika dilihat sesudah diterapkannya metode
demontrasi ini nilai siswa mengalami kenaikan baik berupa nilai
ulangan harian, ulangan semester maupun nilai raport.
b. Sesudah diterapkannya metode demontrasi ini siswa lebih memahami
penjelasan dari gurunya langsung dan juga memperoleh gambaran
yang jelas dari hasil pengamatannya.
c. Diterapkannya metode demontrasi ini siswa merasa senang apabila ia
ikut aktif dalam kegiatan keagamaan (ibadah) yang diadakan di
sekolah atau di Masjid.
B. Saran-saran
1. Untuk meningkatkan pelaksanaan metode demontrasi yang dilaksanakan di
MI Al-Hikmah, hendaknya siswa diberi rangkuman atau catatan tentang
materi yang akan dibahas, sehingga siswa dapat memahami poin-poin
penting dari metode demontrasi yang akan dilakukan.
73
74
2. Murid membutuhkan perhatian yang serius dari guru agar mereka dapat
belajar dengan aktif, apabila dalam memahami pengetahuan agama yang
bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, bukan pengalaman empiris.
3. Dalam rangka meningkatkan pembelajaran pendidikan agama Islam di
Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah, hendaknya guru fiqih mengusahakan
adanya pembaharuan, dalam hal ini khususnya pembaharuan dalam
penggunaan metode pengajaran yang sesuai dengan materi yang akan
diajarkan seperti shalat berjamaah.
4. Hendaknya guru fiqih terlibat langsung dengan siswa dalam upaya
menciptakan proses belajar, sehingga dapat memotivasi belajar pada siswa
agar siswa semangat dalam belajar fiqih.
5. Perpustakaan sekolah hendaknya mempunyai referensi yang lebih banyak
lagi berkenaan dengan materi pelajaran fiqih. Sehingga siswa tidak
kesulitan dalam mencari sumber literatur yang lain.
75
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999
75
7
Hj. Zurinal, Z., Aminuddin, Fiqih Ibadah, Jakarta: Lembaga Peneliti UIN, 2008.
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja
Rosdikarya,2005.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 tahun 2008 tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam di
Madrasah
Sardiman A.M Interaksian Motivasi Belajar Mengajar: Pedoman Bagi Guru dan
Calon Murid, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1996.
Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester, Jakarta: Bumi
Aksara, 1991.