You are on page 1of 13

KORUPSI DANA BANTUAN SOSIAL

TERHADAP LANSIA DIKABUPATEN KEBUMEN

Muhammad Haikal Oktavian

Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Prof.K.H.Saifuddin Zuhri Purwokerto

Haikal.oktaviannnn@gmail.com

ABSTRAK

Hasil dari penilitian ini yaitu bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya
tindak pidana korupsi dana bantuan sosial dan upaya pencegahan tindak pidana pidana
korupsi dana bantuan sosial. Penelitian ini merupakan jenis penilitian hukum normatif. Hasil
dari penelitian ini yaitu antara lain: faktor penyebab terjadinya tindak pidana korupsi dana
bansos terdiri dari dua factor yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri pelaku seperti
watak/sifat jahat, rendahnya tingkat kesadaran diri, dan sedangan faktor eksternal penyebab
korupsi dana bansos yaitu meliputi: data tidak akurat, kurangnya sosialisasi tentang perincian
penerimaan dana bansos, kurangnya pengawasan, dan lemahnya sanksi yang diberikan
kepada pelaku tindak pidana korupsi tersebut. Jadi akar dari masalah tindak pidana korupsi
dana bansos terhadap lansia ini yaitu kurangnya tingkat pengawasan dari pemerintah pusat
kepada para penyalur dana bansos tersebut dan lemahnya sanksi yang diberikan kepada
pelaku/oknum tersebut.

Kata Kunci: Tindak Pidana Korupsi, Faktor Penyebab, Upaya Pencegahan, dan Pengelolaan
Dana Bansos
ABSTRACT

The results of this research are aimed at analyzing the factors that cause criminal acts of

corruption in social assistance funds. This research is a type of normative legal research. The

results of this study include: the factors causing the criminal act of corruption in social

assistance fund consist of two factors, namely internal factors originating from within the

perpetrator such as bad characther, low level of self-awareness, and while external factors

causing corruption in social assistance funds include: inaccurate data, lack of socialization

regarding the details of receipt of social assistance funds, lack of supervision, and weak

sanction given to perpetrators of these corruption crimes. So the root of the problem of

corruption in social assistance funds against the elderly is the lack of supervision from the

central government to the distributors of these social assistance funds and the weak sanctions

given to these perpetrators/persons.

Keywords: Corruption Crime, Causal Factors, Preventions efforts, and ways of managing

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang berlandaskan hukum. Hukum ini merupakan factor yang
penting dalam ditegakannya keadilan, hukum harus ditegakkan guna mencapai cita-cita dan
tujuan negara dimana tertuang di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu
menciptakan suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindung segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum.1

1
Artikel Skripsi korupsi dana bantuan sosial
Salah satu aspek penting dalam proses penegakan hukum adalah hukum pidana itu sendiri.
Hukum pidana dapat didefinisikan sebagai sejumlah peraturan hukum yang mengandung
larangan atau perintah atau keharusan yang terhadap pelanggarnya diancam dengan pidana
(sanksi hukum). Salah satu tindak pidana yang cukup merugikan dan berdampak buruk bagi
masyarakat Indonesia adalah tindak pidana korupsi. Dalam arti yang sederhana ini, korupsi
adalah penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan yang dilakukan oleh
oknum untuk memenuhi kepentingan pribadinya sendiri.

Banyak sekali kasus korupsi yang terjadi, baik dilevel pemerintah pusat maupun didaerah,
bahkan dalam tingkatan pemerintahan paling rendah sekalipun. Namun pemerintah seakan
akan tidak beperan dan tidak ada fungsinya untuk memberantas perilakukorupsi yang sudah
jelas sangat nyata merugikan negara. Hukum seakan tumpul, padahal telah menjadi suatu
pengetahuan yang umum bahwa korupsi sangat merugikan bangsa Indonesia.

Pemerintah pusat memberikan anggaran kepada pemerintah kabupaten kebumen sebesar 6,4
miliar untuk diberikan kepada masyarakat lansia dan masyarakat miskin yang membutuhkan
dengan bagian 2.400.000 perkepalanya, dan anggaran tersebut juga diberikan kepada
masyarakat yang sangat terkena dampak ekonomi yang sulit hingga saat ini. Hal ini yang
sangat perlu diperhatikan oleh masyarakat sebagai penerima hak bantuan tersebut, dan harus
tersampaikan dengan baik kepada para penerima.2

Tindak pidana korupsi merupakan permasalahan yang saat ini dirasakan semakin berkembang
seiring dengan bertambahnya masyarakat lansia yang membutuhkan bantuan dana dari
pemerintah, itu menjadi salah satu cara bagi para oknum yang ingin melakukan tindak pidana
korupsi dengan memanfaatkan kondisi tersebut.3

Di Indonesia kejahatan korupsi sangat sulit untuk diberantas butuh waktu yang sangat lama,
bahkan menjadi salah satu perilaku kejahatan yang paling banyak dilakukan oleh
pemerintahan negara, termasuk di Kabupaten kebumen yang Baru-baru ini lagi marak para
jajaran pemerintahan daerah yang tertangkap polisi dengan kasus korupsi, salah satu
contohnya yaitu korupsi dana bantuan sosial terhadap lansia di daerah. Hal ini sangat menjadi
perhatian masyarakat di daerah terhadap pemerintahanya. Walaupun dalam hal ini para
masyarakat didaerah pasti tidak berani protes terhadap pemerintahanya didaerah karna

2
Op.Cit.Prof.Dr.H.Abdul Latif,S.H.,M.H.”HUKUM ADMINISTRASI Dalam Praktik Tindak Pidana Korupsi”,hlm
243
3
Alfedo, Juan Maulana & Azmi, Rahma Halim Nur. (2020). Sistem Informasi Pencegahan Korupsi Bantuan Sosial
(Si Pansos) di Indonesia: Rumusan Konsep dan Pengaturan. INTEGRITAS: Jurnal Antikorupsi, 6(2), 283-296
menurut saya pribadi sangatlah minim pengetahuan masyarakat didaerah dikarenakan
Pendidikan mereka yang sangat rendah.

Salah satu cara mencegah perilaku korupsi biasanya dimulai dari dalam diri individu masing-
masing masyarakat dengan membentuk karakter kepribadian yang baik berdasarkan norma-
norma yang ada. Pembentukan karakter individu manusia harus sangat mengedepankan nilai-
nilai luhur serta norma–norma yang ada diharapkan mampu menjadi Filter (penyaring)
seseorang untuk tidak melakukan perbuatan korupsi

B. Rumusan Masalah

1. Faktor-faktor apakah yg menyebabkan para oknum melakukan tindak pidana korupsi dana
bantuan sosisal?

2. Bagaimana upaya untuk mencegah tindak pidana korupsi dana bantuan sosial terhadap
lansia di kabupaten kebumen ini?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor yang dapat menyebabkan atau faktor yang mempengaruhi pelaku
untuk melancarkan aksinya dalam tindak pidana korupsi dana bantuan sosial terhadap lansia.

2. Untuk mengetahui bentuk penyaluran dana bantuan sosial bagi masyarakat lansia yang
sangat membutuhkan, apakah sudah sesuai dengan regulasi pengelolaan dengan benar.

D. Kerangka Teori

Penelitian ini menggunakan teori Sistem Hukum (legal system) sebagai Grand Theory.
Mengenai sistem hokum legal (legal system). Friedman menyatakan bahwa sistem hukum
terdiri dari tiga elemen, yaitu elemen struktur (structure), substansi (substance), dan budaya
hukum (legal culture). Selanjutnya, Ferri dalam bukunya ‘sociologie criminelle’ memberikan
suatu rumusan tentang timbulnya kejahatan: tiap-tiap kejahatan adalah resultante dari
keadaan individu, physik dan sosial. Pada suatu waktu unsur yang satu lebih berpengaruh,
kemudian yang lain, tetapi tetap unsur individulah yang paling penting. Unsur individu yang
dimaksud disini adalah terdiri dari dua unsur khusus, yaitu:
1. Keadaan, yang mempengaruhi individu dari lahirnya hingga pada saat melakukan
perbuatan tersebut
2. Bakat yang terdapat dalam individu, berkaitan dengan unsur individu tersebut dapat juga
dijelaskan dengan teori psikoanalisa Sigmund Freud, yang menyatakan bahwa perbuatan
yang dilahirkan manusia merupakan hasil dari interaksi struktur kepribadiannya.

E. Penilitian Terdahulu

Seluruh negara di dunia saat ini mengalami krisis ekonomi berat akibat dampak dari wabah
Corona atau yang disebut COVID-19. Penerapan pembatasan berintraksi secara langsung
atau physical distancing sampai pada pemberhentian seluruh kegiatan ekonomi atau
lockdown yang dilakukan disemua negara di dunia telah menghancurkan perekonomian
banyak negara. Perkembangan kasus virus Covid-19 berbuah hasil angka kasus positif yang
terinfeksi virus corona semakin bertambah. Di masa pandemi, banyak aspek menjadi
terganggu salah satunya masyarakat mengalami masalah dari segi ekonomi Jutaan
masyarakat bangsa Indonesia yang berpenghasilan menengah ke bawah jelas kehilangan
penghasilannya. Tindakan yang diambil oleh pemerintah yaitu membuat kebijakan yang
tentunya berpengaruh kepada masyarakat. Kebijakan tersebut berupa lockdown atau
pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Oleh karena itu pemerintah harus memfasilitasi
segala kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat dan juga pemerintah harus bisa
memberikan kepastian bagi kesejahteraan masyarakat dengan membuat suatu kebijakan yang
dapat mengatasi permasalahan yang ada yakni dengan memberikan dana bansos ( bantuan
sosial).

BAB II

PEMBAHASAN

A. Permasalahan Pendistribusian Dana Bansos Terhadap Lansia

Bansos merupakan bantuan yang berasal dari pemerintah berupa uang atau barang seperti
sembako dan kebutuhan pangan lainnya. Menurut kementrian sosial (kemensos) bansos yang
diberikan dalam rangka mengurangi atau meminimalisir angka kemiskinan terhadap lansia
khususnya adalah bantuan yang sifatnya sementara/temporer bukan bantuan yang diberikan
secara terus menerus, dalam hal ini juga pemerintah menyesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat yang dalam hal ini benar-benar membutuhkan dan sesuai dengan kemampuan
pemerintah. Bansos yang sifatnya sementara ini secara keseluruhan diurus oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kemensos.4

Sama halnya dengan, peraturan Mentri Sosial yang menyatakan bahwa batuan sosial adalah
pengeluaran dalam bentuk transfer uang, barang atau jasa yang diberikan oleh pemerintah
kepada masyarakat miskin dan lansia khususnya guna melindungi masyarakat dari
terpuruknya tingkat perekonomian mereka5. Oleh karena itu kebijakan pemerintah dalam
menyalurkan bantuan sosial ini merupakan wujud perhatian yang lebih tanggung jawab dari
pemerintah pusat dan daerah atas keadaan/kondisi rakyatnya yang kurang mampu dan sangat
membutuhkan perhatian lebih dalam hal ini.6

Selain itu pemberian bansos memiliki beberapa kriteria-kriteria tertentu yang perlu
diperhatikan. Pemerintah daerah diperbolehkan memberikan bansos kepada penduduk atau
kelompok masyarakat sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Penduduk atau kelompok
masyarakat tersebut meliputi (a) individu, keluarga, atau masyarakat yang mengalami
keadaan kesusahan dalam perekonomianya sebagai dampak dari krisis ekonomi, politik,dan
sosial. (b) organisasi/lembaga bukan berada dalam lingkup pemerintahan di bidang
pendidikan, keagamaan, dan sektor lainnya yang bertindak untuk mengayomi perorangan,
kelompok, atau masyarakat dari kemungkinan terjadinya perubahan sosial.

Terdapat beberapa kriteria dalam pendistribusian dana bantuan sosial sebagaimana telah
disampaikan sebelumnya, yaitu dengan cara selektif, memenuhi kualifikasi dan persyaratan
penerima bantuan, bersifat sementara kecuali dalam keadaan tertentu dan mendesak, dan
sesuai dengan tujuan penggunaannya. Dalam hal ini yang menjadi tolak ukur penerima
bantuan yaitu mereka yang bertempat tinggal di wilayah administrasi pemerintah daerah
sekitar dan memiliki bukti identitas diri. Jadi sudah selayaknya penerima bansos adalah
mereka yang termasuk dalam kriteria yang sudah disebutkan diatas serta dapat membuktikan
kebenaran dalam hal tersebut melalui alat bukti identitas diri yang ditunjukan dengan
kesesuaian nama dan Nomor Induk Kependudukan (NIK).7

4
Penyimpangan keuangan daerah (jurnal of lex generalis (JLG), vol.2,No.8,Agustus 2021.
5
Tristanto, Aris (2020, Oktober 31).Peran pemerintah daerah terhadap bantuan sosial
6
Rahmansyah, Wildan et al. (2020). Op. Cit
7
Hasil wawancara dengan narasumber di kantor kabupaten kebumen tanggal 26 mei 2023
Dalam pelaksanaan penyaluran bansos tersebut, tidak terlepas dari yang namanya berbagai
permasalahan. Salah satu contohnya permasalahan yang terjadi dilapangan semisal seperti
penerima bantuan sudah berpindah domisili, meninggal, dan perubahan lain yang sudah tidak
sesuai dengan kriteria penerima bansos. Database yang sudah tidak akurat lagi karena tidak
diupdate secara berkala menjadi penyebab utama terjadinya ketidaktepatan sasaran penerima
bansos ini. Ada juga permasalahan baru yang muncul yaitu, pemalsuan data kriteria penerima
bantuan yang dilakukan oleh petugas penyalur bansos, tak hanya petugas penyalur bansos,
aparat maupun petugas lainnya yang berperan juga sangat dimungkinkan terlibat dalam
penyelewengan dalam hal ini, sehingga dana bantuan tidak tersampaikan dengan baik kepada
penerima yang semestinya.

Adapun jenis bantuan yang diberikan oleh pemerintah terdapat dua jenis bantuan, yaitu
bantuan sosial non tunai dan tunai, menurut hasil wawancara, khusus untuk bantuan sosial
yang diberikan kepada penyandang disabilitas dan lansia yaitu bervariasi dari mulai
Rp230,000 sampai Rp800,000 perkomponenya yang bisa diajukan setiap dua bulan sekali
bagi warga miskin dan lansia miskin yang tercatat dalam data kemiskinan kemensos RI,
selain itu juga ada bantuan untuk sembako setiap bulannya sejumlah Rp250,000 yang hanya
bisa dibelanjakan ditempat khusus yang telah ditunjuk oleh kemensos seperti e-warong atau
agen bank yang telah bekerja sama dan sudah ditentukan oleh Kemensos RI.

Banyaknya penerima bantuan yang ilegal memberikan imbas yang sangat besar, karena
penerima bantuan yang semestinya justru malah menjadi terabaikan. Melalui uraian diatas,
peniliti menyimpulkan ketidakefektifan pendistribusian dana bansos terhadap lansia terlihat
dari masih ditemukannya kasus manipulasi data kurangnya keakuratan data dan
penyalahgunaan bantuan. Belum lagi dalam hal ini, ada potensi yang besar terjadinya korupsi
pada tahap penyaluran bantuan langsung tunai. Temuan HAIKAL menyatakan ada potensi
korupsi pada tahapan ini, seperti penggelapan dana, jumlah dana yang tidak sesuai, dan
pungutan liar yang dilakukan oleh oknum penyalur dana. Apalagi dalam penyaluran bansos
terhadap lansia ini ada celah yang cukup besar kemungkinan terjadinya korupsi.

Celah yang dimaksud tersebut adalah dalam contoh kasus pendamping sosial penyalur dana
bansos terhadap lansia di kecamatan pejagoan, kabupaten kebumen, jawa tengah. Mengingat
sebagian bantuan ada yang didistribusikan melalui transfer ke ATM penerima, maka
pendamping sosial memanfaatkan hal ini, apalagi masyarakat didesa tersbut khususnya masih
banyak yang tidak tahu betul berapa nominal yang akan diterima dan tidak terbiasa bahkan
tidak pernah menggunakan ATM. Pendamping sosial ini diduga menilap sebagian dana
bansos bagi lansis yang tidak mampu dengan cara meminta/meminjam kartu ATM kepada
sipenerima dana bansos tersebut. Lalu mereka kemudian menarik saldonya dan diserahkan
kepada penerima bantuan tetapi tidak sesuai dengan nominal yang sebenarnya diberikan oleh
pemerintah.8 AMPE SINI

Selain itu, ada juga bansos lain yang diberikan berupa barang atau sembako. Setidaknya
dimungkinkan timbul tiga konflik ketika pemerintah memberikan bansos non tunai atau
dalam bentuk barang/sembako. Pertama, mengenai keakuratan data, mengingat data yang
tidak sinkron antara data pemerintah pusat dan daerah. Terlebih dari itu di daerah, masih ada
juga data mengenai masyarakat penerima bantuan yang belum diupdate sejak masa pandemi
covid-19 kemarin. Kedua, berkurangnya jumlah bantuan yang diterima oleh masyarakat juga
merupakan salah satu kelemahan dalam penyaluran bansos dalam bentuk barang.9

Menurut Abdullah Hehamahua, berdasarkan kajian dan pengalaman menjelaskan ada 6


(enam) faktor penyebab terjadinya korupsi secara umum di Indonesia, anatara lain:

1. Sistem penyelenggara yang kurang optimal


2. Pendapatan PNS yang minim
3. Para pejabat yang rakus
4. Sistem penegakkan hukum yang lemah
5. Hukuman yang
6. Kebiasaan masyarakat yang sudah terbiasa dengan hal korupsi

Penyebab masyarakat melakukan perbuatan korupsi di Indonesia saat ini beranekaragam


faktor, berbagai macam pendapat telah dikemukakan. Ditambah dengan pengalaman-
pengalaman yang sudah terjadi, sehingga dapat dibuat argumen bahwa kurangnya gaji atau
pendapatan pegawai negeri dibandingkan dengan jumlah kebutuhan/pengeluaran yang makin
hari makin meningkat, latar belakang kebudayaan Indonesia yang merupakan sumber atau
sebab meluasnya korupsi, manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang baik efektif
dan efisien, penyebab korupsi.10

B. Upaya Pencegahan Penyelewengan Pada Saat Pendistribusian Bansos


8
Jurnal Ilmiah tentang korupsi vol.2 No.1 juni 2014 Hal: 1-22
9
Waluyo, Optimalisasi Pemberantasan Korupsi di Indonesia, Jurnal Yuridis, Vo.9 No.1 Tahun 2016, hlm.55
1010
Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2006, hlm.17
Upaya pencegahan penyelewengan dana bansos terhadap lansia ini dapat diatasi dengan
menitikberatkan pada faktor ketidakkonsistenan dan efektivitas program bansos dari segi
kualitas aparatur, kedisiplinan, sarana dan prasarana serta pengawalan yang baik serta
menyeluruh. Faktor internal dan eksternal merupakan penyebab terjadinya penyelewengan
atau penyimpangan terhadap dana bansos. Faktor internal sendiri berasal dari dalam diri
seorang individu seperti sifat serakah, kelemahan moral serta gaya hidup yang terlanjur
berlebih lebihan Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor lain diluar faktor internal yang
mendorong berkembangnya perilaku korupsi, seperti faktor sosial budaya, dan ekonomi.11

Menteri Sosial Tri Rismaharini manyatakan bahwa bansos bukan semata-mata hanya soal
data, melainkan harus dikawal dengan tetat hingga sampai kepada penerima yang memang
membutuhkan, bukan tugas yang tidak mudah juga dalam hal ini sebab banyak masyarakat
yang tidak tahu program bantuan tersebut. Oleh karena itu kemensos memiliki komitmen
untuk mengatasi berbagai macam keluhan yang timbul dengan menjalankan berbagai strategi
yang dimulai dari proses awal hingga akhirnya diterima oleh penerima bantuan, mengingat
manfaat bansos jelas sangat membantu masyarakat yang membutuhkan, terutama bagi
masyarakat lansia.

Penghapusan data ganda, serta melakukan pencocokkan data dengan Nomor Induk
Kependudukan (NIK) yang dimiliki setiap individu merupakan langkah yang sangat bagus
dalam pengelolaan data tersebut. Disisi lain juga sebagai tindakan pencegahan terjadinya
penyalahgunaan dana bansos, pengawasan dilakukan tidak hanya melibatkan satu lembaga
kementerian saja. Karena itu, Kemensos harus bisa menggandeng KPK, OJK, Polri,
Kejaksaan Agung, Badan Pemeriksa Keuangan, BPKP, dan Bank Indonesia. Guna
meningkatkan integritas dengan melakukan perbaikan system internal dari
kementrian/lembaga terkait juga penting untuk dilakukan.12

Pengecekan data bansos dapat dijadikan filter sekaligus mendukung upaya transparansi
penerima bantuan sosial. Selain itu terpampangnya data penerima bantuan disetiap papan
pengumuman kelurahan juga dapat dilakukan oleh petugas yang telah diamanahi sebagai
penyalur bansos. Khusus penggunaan pengecekan data bansos itu sendiri menyediakan bagi
masyarakat yang ingin mengajukan usul atau protes bagi masyarakat yang memang tidak
layak menerima bansos tetapi dia ternyata ada didata penerimaan bansos. Upaya
11
Hasil wawancara dengan narasumber kedua yaitu lansia miskin di desa jemur kabupaten kebumen yang
menerima bantuan sosial.
12
L. Yuwanto, Profil Koruptor Berdasarkan Tinjauan Besic Human Values, Jurnal Anti Korupsi Integritas, Vo.1
No.1 November 2015, hlm.67
pemberdayaan sosial lainnya juga terus dilakukan oleh kemensos agar terciptanya suasana
yang transparansi dan keterbukaan dalam segala hal.

Adapun upaya yang dilakukan oleh aparat penegak untuk melakukan pencegahan korupsi
dana bansos ini diantaranya:

1. Pengawasan perencanaan terhadap penyusunan anggaran, pengawasan terhadap


pendistribusian bantuan sosial, dan laporan serta pertanggung jawaban anggaran bantuan
sosial terhadap lansia. Pencegahan tindak pidana korupsi dilakukan oleh aparat penegak
hukum dalam hal ini Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) atau lembaga lain yang
diberikan wewenang oleh undang-undang untuk melakukan baik pengawasan maupun
penindakan guna terjadinya tindak pidana korupsi.
2. Prosedur yang harus dijalankan oleh lembaga atau instansi pemerintah untuk melakukan
penyaluran dana bantuan sosial meliputi kementerian atau lembaga dan pemerintah
daerah dengan melakukan pendataan lapangan guna penyaluran bantuan sosial dengan
pedoman data terpadu dan berkoordinasi juga dengan Dinas Sosial sebagai pusat data
serta informasi yang lebih akurat. Data penerima bantuan sosial harus diupdate terus
menerus sehingga tidak ada kesalahan dalam pendistribusian bantuan sosial. Kementerian
dan pemerintah daerah melakukan transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan
penyaluran dana bantuan sosial baik itu keterbukaan secara data penerima bantuan sosial,
realisasi bantuan dan anggaran yang disediakan untuk pelaksanaan bantuan sosial.
3. Masyarakat dapat berperan membantu upaya pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana korupsi ini. Masyarakat juga harus melek terhadap tindak pidana korupsi terutama
yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat, karena masyarakat yang menjadi
korban apabila dana bantuan tersebut disalahgunakan oleh oknum dan tidak tersalurkan
dengan baik. Informasi yang diberikan oleh masyarakat sangatlah membantu aparat
penegak hukum untuk menindak lanjuti perbuatan yang mengarah pada korupsi.
Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemaparan dan wawancara diatas dapat diambil intisarinya bahwa
terjadinya penyalahgunaan/penyelewengan dana bansos dalam melaksanaan pembagiannya
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap pemberian dana bansos, selain
itu data yang kurang sinkron atau terdapat perbedaan data antara pemerintah pusat dan daerah
sehingga masih ada rasa saling meyalahkan satu sama lain antara satu atau lembaga dengan
instansi lainnya yang menjadi permasalahan dari berbagai permasalahan lainnya. Selain itu
kurangnya pengawalan yang kurang memadai juga ikut berperan dalam membuka celah
kesempatan terjadinya korupsi dana bansos yang dilakukan oleh oknum, yang seringkali
justru memiliki peran penting dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya
mendistribusikan bansos kepada para pihak yang seharusnya menerima.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2009). Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum. UMM Press. Malang.

Riska, R. (2021). Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Terhadap Pengelolaan Dana Bansos
Covid-19 di Kabupaten Barru.

Latif, I. S., & Pangestu, I. A. (2022). Problematika Penyalahgunaan Bantuan Sosial Pada
Masa Pandemi. JUSTISI, 8(2), 95-107.

Prasetyo, A. (2020). Empat Potensi Korupsi Pemberian Bansos Covid-19. Hukumonline.com.


https://www.hukumonline.com/berit a/baca/lt5ec3d74c94cf4/empatpotensi-korupsi-
pemberian-bansos. August 6, 2020.

Alfedo, Juan Maulana & Azmi, Rahma Halim Nur. (2020). Sistem Informasi Pencegahan Korupsi
Bantuan Sosial (Si Pansos) di Indonesia: Rumusan Konsep dan Pengaturan. INTEGRITAS:
Jurnal Antikorupsi, 6(2), 283-296.

Negara, T. A. S. (2014). Analisis perkara penyimpangan penyaluran dana bantuan sosial


kemasyarakat oleh pemerintah daerah. Rechtidee, 9(2), 154-168.
Salle, A. (2019). Penyalahgunaan Bantuan Sosial Di Lingkungan Pemerintah Daerah: Fakta Nyata
Dari Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan. Jurnal Kajian Ekonomi & Keuangan Daerah, 4(1).

You might also like