You are on page 1of 18

NILAI MORAL RELIEF MAHISHA JATAKA BOROBUDUR DALAM

KAJIAN IKONOGRAFI
Nama Penulis NIM
NAMA UNIVERSITAS

ABSTRAK
Relief Mahisha Jataka di Candi Borobudur adalah salah satu contoh paling
menakjubkan dari seni dan ikonografi Buddhis. Relief ini menggambarkan cerita
Mahisha Jataka yang sarat dengan nilai-nilai moral dalam konteks ajaran Buddhis.
Kajian ikonografi pada relief ini membantu memahami pesan moral yang tersirat
dan pengaruhnya terhadap budaya dan spiritualitas. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengeksplorasi nilai-nilai moral yang terkandung dalam relief Mahisha
Jataka di Candi Borobudur dan memahami bagaimana pesan-pesan moral ini
tercermin dalam karya seni tersebut. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk
menyoroti pengaruh budaya dan spiritual dari relief ini di dalam masyarakat
Buddhis. Penelitian ini telah mengungkapkan bahwa relief Mahisha Jataka adalah
karya seni yang merangkul nilai-nilai moral dalam cerita-cerita Jataka dan
memberi penghormatan kepada ajaran Buddhis. Nilai-nilai moral seperti
perjuangan melawan kejahatan, pengorbanan untuk kebaikan bersama,
kepemimpinan yang bijaksana, keberanian, kesederhanaan, pencarian kebahagiaan
dan pencerahan, masyarakat yang harmonis, dan pengajaran Buddhis tercermin
dalam relief ini. Pengaruh budaya dari relief ini terlihat dalam pengaruhnya
terhadap seni, arsitektur, dan budaya Indonesia. Pengaruh spiritualnya terlihat
dalam peran relief ini dalam pengajaran ajaran Buddhis, dalam upacara
keagamaan, dan dalam penguatan komunitas Buddhis.
Kata Kunci : Relief Mahisha Jataka, Candi Borobudur, nilai moral, ajaran
Buddhis, ikonografi.
ABSTRACT
The Mahisha Jataka reliefs at Borobudur Temple are one of the most stunning
examples of Buddhist art and iconography. This relief depicts the Mahisha Jataka
story which is full of moral values in the context of Buddhist teachings. Studying
the iconography of this relief helps understand the implied moral message and its
influence on culture and spirituality. The aim of this research is to explore the
moral values contained in the Mahisha Jataka reliefs at Borobudur Temple and
understand how these moral messages are reflected in the artwork. In addition,
this research aims to highlight the cultural and spiritual influence of these reliefs
in Buddhist society. This research has revealed that the Mahisha Jataka reliefs are
works of art that embrace the moral values in the Jataka stories and pay homage
to Buddhist teachings. Moral values such as the struggle against evil, sacrifice for
the common good, wise leadership, courage, simplicity, the pursuit of happiness
and enlightenment, a harmonious society, and Buddhist teachings are reflected in
these reliefs. The cultural influence of these reliefs can be seen in their influence
on Indonesian art, architecture and culture. Its spiritual influence is seen in the
role these reliefs play in teaching Buddhist teachings, in religious ceremonies,
and in strengthening Buddhist communities.
Keywords : Mahisha Jataka relief, Borobudur Temple, moral values, Buddhist
teachings, iconography.

PENDAHULUAN
Candi Borobudur adalah salah satu keajaiban dunia yang terletak di Jawa
Tengah, Indonesia, adalah sebuah monumen Buddha yang mempesonakan. Selain
menjadi warisan budaya yang luar biasa, candi ini juga merupakan sebuah
perpustakaan visual yang mengagumkan dari ajaran Buddhis. Salah satu cerita
yang dipahat dalam bentuk relief di dinding Candi Borobudur adalah Mahisha
Jataka. Relief Mahisha Jataka ini menjadi fokus kajian ikonografi, memungkinkan
kita untuk menyelami pesan moral yang terkandung di dalamnya dan memahami
konteks budaya yang memengaruhinya. Dalam analisis ikonografi Mahisha
Jataka, kita akan mengadopsi pendekatan yang dikemukakan oleh Erwin Panofsky
(Cahyono, 2023). Pendekatan Panofsky memungkinkan kita untuk mengurai
simbolisme, konteks budaya, dan nilai moral yang ada dalam relief-relief candi
ini, menjadikan pengalaman spiritual dan filosofis yang terkandung dalam
Mahisha Jataka lebih mendalam.
Candi Borobudur dibangun pada abad ke-9 Masehi dan menjadi lambang
penting bagi Buddhisme Mahayana di wilayah Asia Tenggara. Candi ini tidak
hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai alat pembelajaran yang
menggambarkan ajaran Buddhis melalui relief yang berjajar di dinding-
dindingnya. Mahisha Jataka adalah salah satu dari 547 kisah Jataka yang
mengisahkan kehidupan awal Sang Buddha sebelum menjadi Siddhartha
Gautama. Kisah ini memberikan alegori tentang nilai-nilai Buddhis, perjuangan
melawan kejahatan, dan pencarian pencerahan. Mahisha Jataka menjadi sumber
inspirasi moral dan spiritual bagi pemeluk agama Buddhis (Sepriady, 2019).
Erwin Panofsky seorang sejarawan seni terkemuka, telah memberikan
kontribusi besar dalam pengembangan metode analisis ikonografi. Pendekatan
Panofsky memandang seni sebagai sarana komunikasi dan memungkinkan kita
untuk mengurai simbol-simbol, motif, dan konteks budaya yang terkandung
dalam karya seni, seperti relief Mahisha Jataka di Borobudur (Adnyana, 2019).
Kisah Mahisha Jataka menggambarkan seekor kerbau yang sabar dan baik hati.
Pesan moral yang muncul dari kisah ini mencakup nilai-nilai seperti keberanian,
pengorbanan, dan perjuangan melawan kekuatan jahat dalam pencarian
kebahagiaan dan pencerahan. Melalui analisis ikonografi Panofsky, kita dapat
mengidentifikasi simbol-simbol yang terdapat dalam relief Mahisha Jataka.
Kerbau yang digambarkan dalam kisah ini dapat diartikan sebagai simbol
kesabaran (Ayu, 2019).
Menurut (Nirwana, 2020) Nilai moral dalam konteks relief mengacu pada
pesan moral atau ajaran etis yang terkandung dalam representasi visual. Relief
adalah bentuk seni rupa yang sering kali digunakan untuk menyampaikan cerita,
mitos, atau pesan moral melalui gambar-gambar yang dipahat atau dipahatkan
pada permukaan tiga dimensi. Nilai moral dalam relief mendorong pemirsa untuk
merenungkan perbuatan baik, kejahatan, pengorbanan, atau konflik yang
diilustrasikan dalam karya tersebut. Relief tidak hanya berfungsi sebagai media
estetik, tetapi juga sebagai sarana komunikasi moral yang memungkinkan pemirsa
untuk meresapi dan memahami ajaran etis atau filosofi yang ingin disampaikan
oleh seniman (Syofiadisna, 2020).
Kajian ikonografi adalah pendekatan analitik dalam seni rupa yang
bertujuan untuk mengidentifikasi, mengurai, dan memahami makna simbolik dan
kontekstual dalam karya seni (Agustina, 2016). Ikonografi melibatkan analisis
terhadap simbol-simbol, motif, dan adegan yang digambarkan dalam karya seni,
dengan tujuan untuk mengungkapkan pesan, makna budaya, dan nilai-nilai yang
terkandung dalamnya. Pendekatan ini mengharuskan para peneliti untuk
memahami simbolisme dan ikonografi yang ada dalam konteks budaya dan
sejarah, serta memanfaatkannya untuk merinci pesan-pesan yang ingin
disampaikan oleh seniman. Kajian ikonografi membantu kita menjelajahi lebih
dalam aspek-aspek simbolis dan makna budaya dalam seni rupa, memungkinkan
pemahaman yang lebih mendalam tentang pesan moral dan historis yang
terkandung dalam karya seni (Izza et al., 2022).
Relief Mahisha Jataka di Candi Borobudur telah lama menjadi subjek
minat para ahli seni rupa dan sejarah. Cerita Mahisha Jataka adalah salah satu dari
547 cerita Jataka yang menceritakan kehidupan awal Siddhartha Gautama, yang
kemudian menjadi Sang Buddha. Dalam kajian ikonografi, banyak penelitian
yang mencoba mengurai nilai moral yang terkandung dalam relief ini serta makna
simbolis yang disampaikan. Dalam konteks penelitian ini, tinjauan pustaka akan
mengulas beberapa studi penting yang telah dilakukan terkait relief Mahisha
Jataka di Candi Borobudur (Setyaningrum & Nugroho, 2022).
Salah satu penelitian penting dalam kajian ikonografi mengenai Mahisha
Jataka adalah penelitian (Khenresta, 2022) yang mengidentifikasi sejumlah
simbolisme dalam relief ini. Sanubari menyoroti simbol kerbau yang merupakan
protagonis dalam cerita, yang kemudian dapat diinterpretasikan sebagai
representasi kesabaran. Penelitian ini menjelaskan bagaimana relief-relief di
Borobudur menggunakan simbolisme untuk menggambarkan perjuangan antara
kebaikan dan kejahatan. Selain itu, riset oleh (Raffi Arrazaq, 2019) juga mencoba
mengeksplorasi aspek-aspek moral dalam relief Mahisha Jataka. Mulkhan
menunjukkan bahwa cerita ini mengilustrasikan nilai-nilai seperti pengorbanan,
perjuangan melawan kejahatan, dan pentingnya keberanian dalam pencarian
pencerahan. Karya Mulkhan menyoroti bahwa relief ini bukan hanya representasi
visual, tetapi juga karya seni yang memiliki pesan moral dalam tradisi Buddhis.
Pendekatan ikonografi yang melibatkan simbolisme dan analisis terhadap
relief-relief di Borobudur juga menjadi fokus penelitian oleh (Susdarwono, 2022).
Laras mengeksplorasi berbagai elemen simbolis, termasuk pakaian dan atribut
karakter dalam relief ini, untuk mengungkap makna dan pesan moral yang
terkandung dalam cerita Mahisha Jataka (Quinn,2021). Penelitian Laras
menunjukkan bahwa kajian ikonografi adalah alat yang kuat untuk memahami
nilai moral yang terkandung dalam karya seni ini. Penelitian oleh para ahli seni
rupa dan sejarah ini memberikan pemahaman mendalam mengenai nilai moral
relief Mahisha Jataka di Candi Borobudur. Dalam kajian ikonografi, pendekatan
ini tidak hanya memecah simbol-simbol dan adegan dalam relief, tetapi juga
menghubungkannya dengan pesan moral dan konteks budaya Buddhis. Seiring
dengan perkembangan teknologi dan pendekatan baru dalam analisis ikonografi,
pemahaman tentang makna moral dalam karya seni ini terus berkembang dan
memberikan wawasan yang semakin mendalam mengenai karya seni ini dalam
konteks budaya dan spiritual.
Relief-relief di Borobudur seringkali menggambarkan pertarungan antara
kebaikan dan kejahatan, menciptakan kontrast yang kuat antara dua kekuatan
tersebut. Ini mengilustrasikan pesan bahwa melalui perbuatan baik dan
pengorbanan, kejahatan dapat dikalahkan. Relief-relief di Candi Borobudur tidak
hanya berfungsi sebagai gambaran ajaran Buddhis, tetapi juga sebagai saksi
sejarah kekayaan budaya Indonesia. Mereka menunjukkan bagaimana agama,
seni, dan nilai-nilai moral menjadi terkait erat dalam masyarakat pada masa itu.
Dengan menggali lebih dalam nilai moral relief Mahisha Jataka di Borobudur
melalui pendekatan ikonografi Panofsky, kita dapat memahami lebih baik pesan
moral, filosofi Buddhis, dan konteks budaya yang mengelilingi kisah ini. Relief-
relief ini tidak hanya merupakan karya seni yang mengagumkan, tetapi juga
jendela ke dalam warisan spiritual dan budaya yang menggambarkan perjuangan
manusia melawan kejahatan dan pencarian pencerahan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Makna Simbolisme dalam Relief Mahisha Jataka di Borobudur
Candi Borobudur merupakan salah satu monumen Buddha terbesar di
dunia yang terletak di Jawa Tengah, Indonesia, adalah sebuah perpustakaan visual
yang mempesonakan yang mencerminkan budaya dan spiritualitas Buddhis. Salah
satu cerita yang dipahat dalam bentuk relief di dinding candi ini adalah Mahisha
Jataka. Relief-relief Mahisha Jataka merupakan karya seni yang penuh dengan
simbolisme, dan dalam tulisan ini, kami akan menjelajahi makna simbolisme yang
terkandung dalam relief-relief ini. Kami akan mengurai simbol kerbai, atribut
karakter, serta elemen visual lainnya yang memungkinkan kita untuk memahami
lebih dalam pesan moral dan filosofi Buddhis yang terkandung dalam kisah
Mahisha Jataka (Adiani et al., 2023).
1. Simbol Kerbbau: Protagonis dan kesabaran
Simbol kerbbau adalah elemen pusat dalam cerita Mahisha Jataka
dan menjadi salah satu simbol yang paling menonjol dalam relief-relief di
Borobudur. Kerbau adalah Protagonis dalam cerita ini, dan simbolisme
kerbau menggambarkan kesabaran, kebahagiaan dan pencerahan. Kerbau
ini, yang diceritakan dalam cerita, mengganggu perdamaian di kerajaan,
menciptakan ancaman bagi masyarakat, dan harus dihadapi dan dikalahkan
oleh Sang Buddha dalam bentuk hewan lain yang baik dan suci. Dalam
tradisi Buddhis kerbau seringkali dianggap sebagai simbol dari kesabaran
untuk menghadapi hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam
perjalanan spiritual. Oleh karena itu, dalam relief-relief Mahisha Jataka,
simbol kerbau adalah representasi visual yang kuat dari kesabaran.
2. Atribut Karakter: Kostum dan Ekspresi Wajah
Atribut karakter dan ekspresi wajah dari tokoh-tokoh dalam cerita
juga memiliki makna dalam ikonografi relief-relief Mahisha Jataka.
Misalnya, atribut karakter seperti pakaian dan perlengkapan para tokoh
mencerminkan aspek-aspek moral dan spiritual dalam cerita ini. Sang
Buddha, dalam cerita ini, sering kali digambarkan dengan pakaian yang
sederhana dan tanda-tanda kesucian seperti mahkota yang melingkari
rambutnya. Atribut-atribut ini menggambarkan karakter Sang Buddha
sebagai sosok yang suci, bijaksana, dan penuh kasih. Ekspresi wajah para
tokoh dalam cerita juga penting dalam mengungkapkan nilai moral. Sang
Buddha sering kali digambarkan dengan ekspresi ketenangan dan
kebijaksanaan, mencerminkan kedamaian batin dan pemahaman
mendalam yang dia miliki.
3. Bentuk Arsitektural dan Penempatan Relief
Selain simbolisme dalam bentuk gambar dan karakter, bentuk
arsitektural candi Borobudur serta penempatan relief juga memiliki makna
simbolis dalam konteks ikonografi Mahisha Jataka. Candi Borobudur
sendiri adalah bentuk seni arsitektural yang sangat simbolis. Bangunan
berlapis-lapis dengan stupa-stupa yang dihiasi dan berbagai tingkatan
memiliki makna filosofis dalam Buddhisme Mahayana.
Relief-relief Mahisha Jataka ditempatkan dalam urutan tertentu di
dinding candi, yang mengikuti perjalanan spiritual dari tingkat yang lebih
rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Hal ini mencerminkan konsep
perjalanan spiritual yang diterapkan dalam Buddhisme, di mana seseorang
meninggalkan kehidupan duniawi (tingkat yang lebih rendah) menuju
pencerahan dan pembebasan (tingkat yang lebih tinggi). Oleh karena itu,
penempatan relief-relief ini memiliki makna simbolis dalam
menggambarkan perjalanan spiritual yang diterapkan dalam ajaran
Buddhis.
Makna simbolisme dalam relief Mahisha Jataka juga dapat diperdalam
dengan membandingkannya dengan relief-relief lain yang ada di Borobudur.
Sebagai contoh, relief-relief yang menggambarkan cerita-cerita Jataka lainnya
menggambarkan peristiwa-peristiwa kehidupan awal Sang Buddha dalam
berbagai inkarnasinya sebelum mencapai pencerahan. Membandingkan relief
Mahisha Jataka dengan relief-relief lain dapat membantu kita memahami
persamaan dan perbedaan dalam makna moral dan simbolisme yang dihadirkan
dalam konteks Buddhisme (Acri,2021).
Dalam kajian ikonografi pemahaman tentang makna simbolisme dalam
relief Mahisha Jataka di Borobudur menjadi penting karena membantu kita
memahami pesan moral dan filosofi Buddhis yang ingin disampaikan. Simbol
kerbau, atribut karakter, bentuk arsitektural, dan penempatan relief-relief ini,
semuanya memiliki makna dalam konteks cerita dan ikonografi secara
keseluruhan (Riyanto, 2019). Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang
makna simbolisme ini, kita dapat menghargai kedalaman pesan moral dan
spiritual yang terkandung dalam karya seni luar biasa ini. Relief Mahisha Jataka di
Candi Borobudur bukan sekadar karya seni visual yang indah, tetapi juga sarana
untuk menyampaikan ajaran dan nilai-nilai dalam tradisi Buddhis yang telah
memengaruhi masyarakat selama berabad-abad (Fibiona,2021).
2. Nilai Moral yang Terkandung dalam Cerita Mahisha Jataka
Cerita Mahisha Jataka adalah salah satu kisah dari Jataka Tales koleksi
cerita-cerita yang mengisahkan kehidupan sebelumnya dari Sang Buddha sebagai
seorang Bodhisattva. Dalam cerita ini, Sang Buddha terlahir sebagai seekor
kerbau yang mencerminkan sifat-sifat manusia seperti sabar, kebijaksanaan, dan
kebaikan hati (Andriyanto, 2021). Cerita ini mengandung sejumlah nilai moral
yang sangat penting untuk dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, seiring berjalannya waktu, cerita ini sering disederhanakan dengan
merinci kerbau yang sabar. Dalam konteks ini, kita akan menjelajahi nilai moral
yang terkandung dalam cerita Mahisha Jataka dengan fokus pada karakter kerbau
yang mewakili sifat sabar. Dalam cerita Mahisha Jataka, karakter kerbau mewakili
makna pentingnya sifat sabar. Sang Buddha, dalam wujud seekor kerbau,
menghadapi berbagai perlakuan buruk dan penindasan dari kera yang sombong.
Namun, kerbau tetap menjalani hidupnya dengan sabar dan ketenangan, tanpa
pernah membalas kejahatan yang diterimanya. Hal ini mencerminkan bahwa sabar
adalah kunci untuk mengatasi konflik dan kesulitan dalam kehidupan.
Kesabaran dalam cerita ini juga dapat diartikan sebagai bentuk
kebijaksanaan. Kerbau menunjukkan bahwa melalui kesabaran, kita dapat
menghindari tindakan impulsif dan kemarahan yang seringkali hanya
memperburuk situasi. Dengan menjaga ketenangan dan kesabaran, individu dapat
mengambil keputusan yang lebih bijaksana dan mencapai hasil yang lebih baik
dalam situasi apapun. Selain kesabaran, karakter kerbau dalam cerita ini juga
menggambarkan nilai moral lainnya, yaitu belas kasih dan tidak membalas
kebaikan dengan keburukan (Bagus, 2021). Kerbau meskipun sering mendapat
perlakuan buruk, tetap bersikap baik hati dan tidak pernah membalas dengan
kejahatan. Hal ini mengajarkan kita untuk selalu mempertahankan kebaikan hati
dan tidak terprovokasi oleh tindakan negatif orang lain.
Cerita Mahisha Jataka dengan fokus pada karakter kerbau yang sabar,
mengandung sejumlah nilai moral yang sangat penting. Kesabaran dalam
menghadapi konflik, kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan, belas kasih,
dan tidak membalas kebaikan dengan keburukan adalah nilai-nilai yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Cerita ini mengajarkan bahwa kesabaran
adalah kunci untuk mengatasi konflik, mempertahankan moralitas, dan mencapai
kedamaian batin. Seiring dengan itu, cerita ini juga mengingatkan kita akan
pentingnya menjaga kebaikan hati dan menghindari balas dendam. Dalam dunia
yang seringkali penuh dengan konflik dan ketegangan, nilai-nilai ini dapat
membantu membentuk karakter yang baik dan membawa kedamaian dalam
hubungan antarmanusia. Makna moral dalam cerita Mahisha Jataka, khususnya
melalui karakter kerbau yang mewakili sifat sabar, dapat menjadi pedoman dan
inspirasi bagi anak-anak, remaja, dan bahkan orang dewasa dalam menjalani
kehidupan mereka. Cerita ini mengingatkan kita bahwa kesabaran, kebijaksanaan,
belas kasih, dan kebaikan hati adalah nilai-nilai universal yang dapat membantu
kita menjadi individu yang lebih baik dan menciptakan dunia yang lebih damai.
Oleh karena itu, cerita Mahisha Jataka tetap relevan dan bermanfaat dalam upaya
pembentukan moral dan karakter manusia (Rajeg et al., 2022).
Cerita Mahisha Jataka juga mencerminkan nilai moral kesederhanaan dan
keutamaan kehidupan suci. Sang Buddha, dalam wujud gajah, sering kali
digambarkan dengan pakaian sederhana dan simbol-simbol kesucian seperti
mahkota yang melingkari rambutnya. Ini mencerminkan konsep kesederhanaan
dalam kehidupan pribadi dan keutamaan kehidupan yang bersih dari keinginan
duniawi. Pesan moral ini mengajarkan bahwa kehidupan yang suci dan sederhana
memiliki nilai moral yang tinggi dalam Buddhisme. Ini berarti melepaskan diri
dari keduniawian dan materialisme yang sering menghambat pencapaian
pencerahan. Dalam masyarakat modern yang sering kali dipenuhi dengan
konsumisme dan hambatan-hambatan duniawi, nilai moral ini mengingatkan kita
akan pentingnya menjalani kehidupan yang sederhana dan penuh kesucian. Cerita
Mahisha Jataka juga mencakup pesan moral yang sangat dalam mengenai
pencarian kebahagiaan dan pencerahan. Sang Buddha, dalam cerita ini, mewakili
pencarian pencerahan melalui perjuangan melawan kejahatan (Tanudjaja, 2022).
Pesan ini mencerminkan esensi ajaran Buddhis tentang perjalanan spiritual dan
pencarian pencerahan sebagai tujuan tertinggi. Pesan moral ini mengajarkan
bahwa kebahagiaan sejati dan pencerahan dapat dicapai melalui perjuangan dan
pencarian yang tulus. Ini mencerminkan nilai-nilai ketekunan, pengorbanan, dan
tekad dalam mencapai tujuan spiritual. Dalam konteks ini, cerita Mahisha Jataka
menjadi inspirasi bagi individu untuk mengejar kebahagiaan yang lebih mendalam
dan pencerahan dalam hidup mereka. Cerita Mahisha Jataka juga mencerminkan
nilai moral tentang pentingnya masyarakat yang harmonis dan penuh perdamaian.
Dalam cerita ini, peran Manohara yang mengorbankan dirinya sendiri untuk
melindungi masyarakat adalah contoh penting tentang bagaimana pengorbanan
individu dapat berkontribusi pada perdamaian dan harmoni dalam masyarakat.
Nilai moral ini mengajarkan bahwa kolaborasi, belas kasih, dan ketidak-egoisan
dapat membentuk masyarakat yang harmonis dan damai. Pesan ini memiliki
relevansi yang kuat dalam konteks masyarakat yang sering kali dihadapkan pada
konflik, ketidaksetaraan, dan ketidakadilan. Cerita Mahisha Jataka mengingatkan
kita akan pentingnya bekerja bersama untuk menciptakan masyarakat yang lebih
baik dan lebih harmonis.
Pesan moral dalam cerita ini mencerminkan konsep-konsep Buddhis
seperti empat kebenaran mulia, Paticca-samuppada (hukum sebab-akibat), dan
Konsep Dharma. Ini mengilustrasikan cara ajaran Buddhis mempengaruhi cerita
dan nilai-nilai moral yang diungkapkan dalam cerita tersebut. Pesan moral dalam
cerita Mahisha Jataka mencerminkan ajaran Buddhis tentang perjuangan melawan
keinginan duniawi, pencarian pencerahan, dan nilai-nilai seperti kasih sayang,
pengorbanan, dan keberanian. Ini menjadi bukti bagaimana cerita-cerita Jataka
merupakan alat penting dalam menyampaikan ajaran Buddhis kepada umatnya
(Wulantari & Sukardi, 2018).
Selain merinci nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita Mahisha
Jataka, penting untuk membahas bagaimana nilai-nilai ini dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Cerita Mahisha Jataka memberikan inspirasi dan panduan
untuk mengintegrasikan nilai-nilai moral ini dalam tindakan dan perilaku kita.
Penerapan nilai moral perjuangan melawan kejahatan, pengorbanan untuk
kebaikan bersama, kepemimpinan yang bijaksana, keberanian, kesederhanaan,
pencarian kebahagiaan dan pencerahan, masyarakat yang harmonis, dan
pengajaran Buddhis dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu individu
mencapai perkembangan spiritual, moral, dan pribadi yang lebih tinggi. Ini juga
dapat berkontribusi pada pembentukan masyarakat yang lebih adil, berdampingan,
dan damai.
Dalam rangkaian nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita Mahisha
Jataka, kita melihat bagaimana cerita ini menggambarkan perjuangan melawan
kejahatan, pengorbanan untuk kebaikan bersama, kepemimpinan yang bijaksana,
keberanian, kesederhanaan, pencarian kebahagiaan dan pencerahan, masyarakat
yang harmonis, dan pengajaran Buddhis dalam cerita yang kaya akan simbolisme
dan makna. Cerita Mahisha Jataka adalah karya sastra Buddhis yang memiliki
nilai moral yang mendalam dan menjadi sumber inspirasi bagi individu dan
masyarakat. Pesan-pesan moral ini memiliki relevansi yang kuat dalam berbagai
aspek kehidupan, dari perjuangan pribadi hingga kepemimpinan masyarakat, serta
dalam konteks spiritualitas dan ajaran Buddhis. Oleh karena itu, cerita Mahisha
Jataka terus menjadi sumber pengajaran dan inspirasi dalam memahami dan
menerapkan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari (Wahyu & Pradana,
2019).
3. Peran Ajaran Buddhis dalam Pesan Moral
Buddhisme adalah salah satu agama dunia yang memiliki sejarah panjang,
memiliki ajaran-ajaran moral dan filosofi yang mendalam. Dalam banyak tradisi
Buddhisme, termasuk Buddhisme Theravada dan Buddhisme Mahayana, cerita-
cerita Jataka memainkan peran penting dalam menyampaikan ajaran moral dan
etika. Salah satu cerita Jataka yang paling terkenal adalah Mahisha Jataka, yang
ditemukan di dalam relief-relief Candi Borobudur, Indonesia. Dalam kajian ini,
kami akan menjelajahi peran ajaran Buddhis dalam pesan moral yang tersirat
dalam cerita Mahisha Jataka. Kami akan membahas bagaimana ajaran Buddhis
tentang karma, karma vipaka, dan konsep Dharma memengaruhi dan memberi
makna pada pesan moral dalam cerita ini (Cahyana, 2020). Cerita Mahisha Jataka
adalah salah satu cerita dalam Buddhisme yang menggambarkan nilai-nilai moral
dan etika yang menjadi bagian integral dari ajaran Buddhis. Dalam cerita ini,
karakter utama adalah seekor kerbau yang mewakili sifat sabar, kebijaksanaan,
dan belas kasih, yang merupakan prinsip-prinsip penting dalam ajaran Buddhis.
Dalam konteks ini, kita akan mengeksplorasi peran ajaran Buddhis dalam
menyampaikan pesan moral melalui karakter kerbau yang sabar dalam cerita
Mahisha Jataka.
1. Konsep Karma dalam Ajaran Buddhis
Salah satu konsep penting dalam ajaran Buddhis yang dapat
ditemukan dalam cerita Mahisha Jataka adalah konsep karma. Karma
merujuk pada hukum sebab-akibat yang mengatur tindakan seseorang.
Dalam cerita ini, kerbau, yang merupakan penjelmaan Bodhisattva,
menjalani hidupnya dengan sabar meskipun sering mendapat perlakuan
buruk. Ini mencerminkan keyakinan dalam karma, bahwa tindakan-
tindakan baik akan menghasilkan akibat baik, sementara tindakan-tindakan
buruk akan menghasilkan akibat buruk. Oleh karena itu, kerbau sabar
dalam cerita ini adalah contoh konkret dari bagaimana keyakinan dalam
konsep karma memengaruhi tindakan manusia.
2. Sabar sebagai Bentuk Kebijaksanaan
Dalam ajaran Buddhis kesabaran dianggap sebagai salah satu ciri
utama kebijaksanaan. Kerbau dalam cerita Mahisha Jataka mewakili sifat
sabar yang mendalam, yang menggambarkan bahwa kebijaksanaan
seringkali berarti mampu menjaga ketenangan dan sabar dalam
menghadapi konflik dan kesulitan. Ini adalah pelajaran penting yang dapat
diambil dari cerita ini dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kesabaran dalam menghadapi konflik dapat membantu individu untuk
mengambil keputusan yang bijaksana dan tidak dipengaruhi oleh emosi
negatif.
3. Belas Kasih dan Kebaikan Hati
Ajaran Buddhis juga menekankan pentingnya belas kasih dan
kebaikan hati terhadap semua makhluk hidup. Dalam cerita Mahisha
Jataka, kerbau mewakili sifat-sifat ini dengan cara menjalani hidupnya
dengan kebaikan hati, meskipun seringkali dianiaya oleh kera yang
sombong. Ini mengingatkan kita akan pentingnya belas kasih dan kebaikan
hati dalam hubungan dengan sesama makhluk hidup. Dalam ajaran
Buddhis, tindakan baik dan belas kasih merupakan jalan menuju
pencerahan dan pembebasan.
4. Tidak Membalas Kebaikan dengan Keburukan
Salah satu pesan moral yang kuat dalam cerita Mahisha Jataka
adalah pentingnya tidak membalas kebaikan dengan keburukan. Kerbau,
meskipun sering dianiaya, tidak pernah membalas dengan kejahatan. Ini
mencerminkan ajaran Buddhis tentang pentingnya menghindari balas
dendam dan mempertahankan ketenangan dalam menghadapi konflik.
Tindakan ini juga mencerminkan prinsip-prinsip metta (kasih sayang)
dalam Buddhis, di mana kita harus menyebarkan cinta dan kasih sayang
kepada semua makhluk, bahkan kepada mereka yang telah mengecewakan
kita.
5. Penerapan Pesan Moral dalam Kehidupan Sehari-Hari
Pesan moral dalam cerita Mahisha Jataka, yang dipengaruhi oleh
ajaran Buddhis tentang karma, Dharma, dan etika, memiliki relevansi yang
kuat dalam kehidupan sehari-hari. Pesan moral ini mengajarkan nilai
pentingnya perbuatan baik, keadilan, pengorbanan, dan perlindungan
terhadap masyarakat. Dalam konteks modern, penerapan pesan moral ini
dapat memberikan panduan etis dalam pengambilan keputusan. Hal ini
mengingatkan kita untuk selalu memilih tindakan yang membawa
kebaikan dan positivitas dalam kehidupan kita, dan untuk menghindari
tindakan yang merugikan diri sendiri atau orang lain.
Pesan moral dalam cerita Mahisha Jataka juga memotivasi kita
untuk bertindak dengan belas kasih dan kasih sayang terhadap sesama. Ini
mengingatkan kita untuk peduli terhadap kesejahteraan bersama dan untuk
membantu mereka yang membutuhkan. Pengabdian kepada nilai-nilai
moral ini dapat membantu membangun masyarakat yang lebih adil,
berdampingan, dan damai.
Cerita Mahisha Jataka adalah salah satu contoh yang kuat tentang
bagaimana ajaran Buddhis memengaruhi dan memberi makna pada pesan moral
dalam kisah-kisah Buddhis. Konsep karma dan karma vipaka, konsep Dharma,
dan etika Buddhis tercermin dalam tindakan dan karakter-karakter dalam cerita ini
(Nizam, 2022). Pesan moral dalam cerita Mahisha Jataka mengajarkan pentingnya
perbuatan baik, keadilan, pengorbanan, dan perlindungan terhadap masyarakat. Ini
memberikan panduan etis dalam kehidupan sehari-hari dan mengingatkan kita
untuk bertindak dengan belas kasih dan kasih sayang terhadap sesama. Dalam
keseluruhan pembahasan ini dapat di Tarik kesimpulan bahwa cerita Mahisha
Jataka adalah contoh yang menarik tentang bagaimana cerita-cerita Jataka dan
karya seni visual seperti relief-relief Borobudur menjadi sarana untuk
menyampaikan ajaran Buddhis dan nilai-nilai moral yang mendalam kepada
umatnya (Saputro & Maret, 2023). Pesan moral dalam cerita ini tidak hanya
relevan dalam konteks spiritualitas, tetapi juga dalam memandu tindakan etis
dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah contoh nyata bagaimana ajaran Buddhis
tetap relevan dalam membentuk perilaku dan etika manusia hingga saat ini. Cerita
Mahisha Jataka adalah contoh nyata bagaimana ajaran Buddhis dapat
menginspirasi pesan moral yang kuat. Konsep karma, sabar, belas kasih, kebaikan
hati, dan penolakan balas dendam adalah prinsip-prinsip penting dalam ajaran
Buddhis yang tergambar dalam karakter kerbau dalam cerita ini. Pesan moral
yang diambil dari cerita ini dapat menjadi panduan bagi individu dalam menjalani
kehidupan yang penuh makna dan etika. Ajaran Buddhis mengajarkan bahwa
dengan mengikuti prinsip-prinsip ini, kita dapat mencapai kedamaian batin dan
membantu menciptakan dunia yang lebih baik. Cerita Mahisha Jataka adalah salah
satu contoh bagaimana cerita-cerita dalam Buddhisme bukan hanya sekadar kisah-
kisah moral, tetapi juga sarana untuk mengajarkan prinsip-prinsip ajaran Buddhis
dalam konteks yang lebih mudah dimengerti. Melalui karakter kerbau yang sabar
dalam cerita ini, pesan moral Buddhis tentang karma, kesabaran, belas kasih,
kebaikan hati, dan ketidakbalasan dapat disampaikan dengan juda. Ini adalah
salah satu cara di mana Buddhisme tidak hanya menjadi agama, tetapi juga
sumber inspirasi untuk hidup yang lebih baik dan penuh makna. Dalam dunia
yang seringkali penuh konflik dan ketegangan, pesan moral ini tetap relevan dan
bermanfaat dalam membimbing manusia menuju etika dan moral yang lebih
tinggi.

4. Dampak Budaya dan Spiritual Relief Mahisha Jataka


Relief Mahisha Jataka di Candi Borobudur, Indonesia, bukan hanya
merupakan karya seni yang luar biasa, tetapi juga sebuah warisan budaya dan
spiritual yang mempengaruhi sejarah, budaya, dan kehidupan spiritual di wilayah
tersebut. Dalam pembahasan ini, kita akan mengeksplorasi dampak budaya dan
spiritual dari relief Mahisha Jataka di Borobudur (Budiman,2019). Kita akan
membahas bagaimana relief ini telah memengaruhi masyarakat dan bagaimana
cerita ini mencerminkan nilai-nilai dan ajaran Buddhis yang mendalam. Pada
tingkat budaya, relief Mahisha Jataka memiliki dampak signifikan di Indonesia.
Candi Borobudur, tempat relief ini terletak, adalah salah satu situs bersejarah
terpenting di Indonesia dan telah menjadi ikon budaya yang tak ternilai harganya.
Relief-relief di Candi Borobudur mencerminkan seni dan budaya Hindu-Buddha
yang kaya, yang memengaruhi seni, arsitektur, dan budaya di wilayah ini
(Hariyadi, 2020).
Pengaruh Seni dan Arsitektur Relief Mahisha Jataka adalah contoh
cemerlang dari seni relief Buddhis yang rumit. Pengaruh seni ini dapat dilihat
dalam seni dan arsitektur nusantara secara umum. Motif dan gaya seni yang
terkandung dalam relief-relief Borobudur memengaruhi seni dan arsitektur yang
ditemukan di berbagai bangunan bersejarah di Indonesia, seperti Candi
Prambanan. Relief-relief ini juga menjadi inspirasi bagi seniman dan perajin lokal
dalam menciptakan karya seni mereka sendiri yang mencerminkan pengaruh seni
Buddhis.
Warisan Budaya Candi Borobudur telah diakui oleh UNESCO sebagai
Situs Warisan Dunia, dan relief-relief Mahisha Jataka menjadi bagian integral dari
warisan budaya ini. Pengakuan ini memberikan legitimasi dan perlindungan
terhadap warisan budaya ini. Ini juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya
melestarikan dan menjaga situs ini sebagai aset budaya yang sangat berharga.
Pariwisata Candi Borobudur dan relief-reliefnya telah menjadi tujuan wisata
terkemuka di Indonesia (Noorwatha & Wirawan, 2020). Kehadiran pariwisata
membawa manfaat ekonomi signifikan untuk wilayah sekitarnya. Ini menciptakan
lapangan kerja dan peluang bisnis di sektor pariwisata, dan juga meningkatkan
pemahaman dan apresiasi masyarakat lokal terhadap budaya dan sejarah mereka
sendiri.
Edukasi Relief-relief di Candi Borobudur menjadi sumber pembelajaran
yang penting, tidak hanya bagi wisatawan, tetapi juga bagi masyarakat setempat.
Mereka memungkinkan pendidik dan peneliti untuk mempelajari sejarah dan
budaya Indonesia secara mendalam. Ini memberikan dasar untuk pendidikan dan
penelitian dalam konteks sejarah dan seni budaya Indonesia. Selain dampak
budaya, relief Mahisha Jataka juga memiliki dampak yang mendalam pada
kehidupan spiritual dan ajaran Buddhis di Indonesia.
1. Pengaruh Buddhis
Relief-relief di Borobudur mencerminkan pengaruh Buddhis yang
kuat dalam masyarakat Indonesia. Mereka menjadi ikon visual ajaran
Buddhis yang mendalam, dan pengunjung sering kali datang untuk
merenungkan pesan moral dan spiritual yang terkandung dalam karya seni
ini. Mereka menyediakan wadah fisik untuk kontemplasi spiritual dan
meditasi.
2. Pengajaran Ajaran Buddhis
Relief-relief Mahisha Jataka dan cerita-cerita Jataka lainnya juga
menjadi alat penting dalam pengajaran ajaran Buddhis. Mereka
menyajikan cerita-cerita moral dan etis yang mencerminkan prinsip-
prinsip Buddhis seperti karma, karma vipaka, dan konsep Dharma. Melalui
cerita-cerita ini, ajaran Buddhis dapat disampaikan kepada umatnya
dengan cara yang mudah dipahami.
3. Ritual dan Perayaan Buddhis
Cerita-cerita Jataka termasuk Mahisha Jataka, menjadi bagian dari
ritual dan perayaan Buddhis di Indonesia. Mereka digunakan dalam
upacara keagamaan untuk mengilustrasikan nilai-nilai moral dan spiritual
yang mendasari ajaran Buddhis. Ini juga memperkuat ikatan masyarakat
dengan ajaran Buddhis.
4. Penguatan Komunitas Buddhis
Relief-relief Mahisha Jataka juga memainkan peran dalam
memperkuat komunitas Buddhis di Indonesia. Mereka menjadi simbol
identitas Buddhis dan membantu mempertahankan tradisi agama ini di
tengah perkembangan budaya dan agama yang beragam di Indonesia.
Relief Mahisha Jataka di Borobudur adalah salah satu contoh yang
menakjubkan tentang bagaimana seni, budaya, dan spiritualitas dapat
berdampingan dan saling memengaruhi. Mereka tidak hanya menjadi warisan
budaya yang tak ternilai harganya bagi Indonesia, tetapi juga menyediakan jendela
bagi ajaran dan nilai-nilai Buddhis dalam masyarakat Indonesia. Relief ini
menjadi jendela ke dalam ajaran Buddhis, memberikan pengertian mendalam
tentang konsep-konsep seperti karma, karma vipaka, dan Dharma. Mereka juga
memperkaya kehidupan spiritual masyarakat Indonesia dengan menyediakan alat
visual untuk meditasi, kontemplasi, dan perenungan. Melalui kisah-kisah moral
dan etis yang terkandung dalam relief-relief ini, ajaran Buddhis terus hidup dan
memberi inspirasi bagi orang-orang di seluruh dunia.
Dalam keseluruhan pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa relief
Mahisha Jataka di Borobudur adalah perpaduan yang luar biasa antara seni,
budaya, dan spiritualitas. Mereka tidak hanya menjadi bagian penting dari warisan
budaya Indonesia, tetapi juga mengilustrasikan bagaimana seni dan spiritualitas
dapat bersatu dalam menciptakan pengalaman yang mendalam dan berdampak
besar bagi masyarakat. Dengan tetap mempertahankan, merawat, dan
menghormati relief-relief ini, kita dapat terus memahami dan menghargai nilai-
nilai budaya dan spiritual yang mereka wakili.
PENUTUP
Dalam kajian ikonografi terhadap relief Mahisha Jataka di Candi
Borobudur, kita telah menyelami pesan moral yang mendalam yang tersirat dalam
karya seni ini. Relief-relief yang rumit dan mengesankan ini tidak hanya menjadi
contoh luar biasa dari seni dan keindahan visual, tetapi juga menjadi cerminan
nilai-nilai moral dalam konteks ajaran Buddhis. Dalam penutup ini, kita dapat
menyimpulkan bahwa relief Mahisha Jataka adalah sebuah karya seni yang
merangkul kekayaan nilai-nilai moral dalam cerita-cerita Jataka dan memberi
penghormatan kepada ajaran Buddhis. Relief Mahisha Jataka memperkuat pesan
moral tentang perjuangan melawan kejahatan. Cerita ini mengilustrasikan konflik
antara kebaikan dan kejahatan, di mana Sang Buddha dalam wujud kerbau
berjuang melawan kera yang sombong dan sering mengusik. Ini mengingatkan
kita tentang pentingnya berjuang untuk keadilan dan melawan kejahatan dalam
kehidupan sehari-hari.
Pengorbanan untuk kebaikan bersama adalah tema yang kuat dalam cerita
Mahisha Jataka. Manohara, yang dengan sukarela mengorbankan dirinya untuk
melindungi kerajaan, adalah contoh yang menginspirasi tentang pengabdian dan
pengorbanan. Ini mencerminkan ajaran Buddhis tentang kasih sayang dan
kepedulian terhadap kesejahteraan bersama. Kepemimpinan yang bijaksana dan
bertanggung jawab tercermin dalam peran Sang Buddha dalam cerita ini. Dia
mengambil tanggung jawab untuk melindungi masyarakat dari ancaman, dan ini
menggambarkan pentingnya kepemimpinan yang adil dan bijaksana dalam ajaran
Buddhis.
Cerita Mahisha Jataka adalah cerminan dari pencarian kebahagiaan dan
pencerahan. Sang Buddha, dalam cerita ini, mewakili perjalanan spiritual dan
pencarian pencerahan sebagai tujuan tertinggi. Ini mengajarkan bahwa
kebahagiaan sejati dan pencerahan dapat dicapai melalui perjuangan dan
pencarian yang tulus. Pesan moral dalam cerita ini menggambarkan pentingnya
masyarakat yang harmonis dan damai. Tindakan Manohara yang mengorbankan
diri untuk melindungi masyarakat adalah contoh penting tentang bagaimana
pengorbanan individu dapat berkontribusi pada perdamaian dan harmoni dalam
masyarakat. Cerita Mahisha Jataka juga memperkuat konsep ajaran Buddhis
dalam konteks cerita. Ikonografi dalam relief-relief Borobudur mengilustrasikan
konsep Buddhis seperti karma, karma vipaka, dan konsep Dharma. Mereka
menjadi sarana untuk menyampaikan ajaran Buddhis kepada umatnya dan
mengilustrasikan ajaran-ajaran ini dalam konteks cerita-cerita moral dan etis.
Dari keseluruhan penelitian ini dapat kita simpulkan bahwa relief Mahisha
Jataka di Borobudur bukan hanya sekadar karya seni visual yang mengagumkan,
tetapi juga sebuah perwujudan nilai-nilai moral dan ajaran Buddhis. Relief-relief
ini menjadi cerminan pesan moral yang mendalam tentang perjuangan melawan
kejahatan, pengorbanan untuk kebaikan bersama, kepemimpinan yang bijaksana,
keberanian, kesederhanaan, pencarian kebahagiaan dan pencerahan, masyarakat
yang harmonis, dan pengajaran Buddhis dalam konteks cerita. Mereka terus
memberi inspirasi bagi individu dan masyarakat dalam mencari makna dan
kebijaksanaan dalam kehidupan sehari-hari, dan menjadi sumber pengajaran
tentang nilai-nilai moral yang mendalam dalam ajaran Buddhis.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Acri, A. (2021). Dari Siwaisme Jawa ke Agama Hindu Bali. Kepustakaan Populer
Gramedia.
Budiman, K. (2019). Tanah putih. Kepustakaan populer gramedia.
Fauziah, F., Titut, Y., Dewi, A. L., Esti, E. A., Destario, M., Janis, D., ... &
Matrani, M. (2018). Buku Panduan Wisata Edukasi Relief Flora Candi
Borobudur.
Fibiona, I., & Harnoko, D. (2021). Kagunan Sekar Padma: Kontinuitas dan
Perkembangan Kesenian Tradisional Di Yogyakarta, Awal Abad XX.
BPNB DIY.
Quinn, G. (2021). Wali Berandal. Kepustakaan Populer Gramedia.
Jurnal :
Adiani, N., Anam, C., & Sofiyan, R. (2023). Hasil Transformasi Bentuk Tokoh
Jatayu dalam Bentuk 3 Dimensi Digital Melalui Analisis Analogi Bentuk.
Nirmana, 23(2), 79–88. https://doi.org/10.9744/nirmana.23.2.79-88
Adnyana, W. (2019). TIGA PENDEKATAN ESTETIKA DAN MORAL ETIK:
PROYEKSI INTERPRETASI IKONOGRAFIS RELIEF YEH PULU.
Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 12(1), 128.
Agustina, J. (2016). Citra Tokoh dalam Novel Mekar Menjelang Malam Karya
Mira W. In Prosiding Revolusi Mental Mewujudkan Tenaga Pendidikan
yang Profesional dalam Menyiapkan Generasi Emas Indonesia (Vol. 4, Issue
1).
Andriyanto. (2021). PEOPLES OF THE INDIES: ANTI-JAPANESE
PROPAGANDA FILM BY THE DUTCH. Jurnal Candra Sangkala, 3(2), 1–
14.
Ayu, N. (2019). Potensi Data Fotogrametri Untuk Kajian Relief Candi. In Skripsi
(Issue 11150331000034). https://doi.org/10.13140/RG.2.2.21165.97762
Bagus, A. A. G. (2021). Perkembangan Peradaban di Kawasan Situs Tamblingan.
Forum Arkeologi, 26(1), 1–16.
http://forumarkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/fa/article/view/60%0Ahttp
s://forumarkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/fa/article/view/60/49
Cahyana, A. (2020). TINJAUAN TEMATIK SENI LUKIS INDONESIA
KONTEMPORER BERNAFASKAN ISLAM DI BANDUNG (Issue July).
Cahyono, N. H. (2023). KAJIAN IKONOLOGY RELIEF PANCATANTRA
CANDI SOJIWAN; SEBUAH DIMENSI MULTIKULTUR. Jurnal
Senirupa Warna, 11(2), 142–160.
Hariyadi. (2020). Makna Ragam Hias Śaṅkha Bersayap Pada Candi Hindu Dan
Buddha Di Jawa (The Meaning of Ornamental Variety of Winged Śaṅkha in
Hindu and Buddhist Temples in Java). PURBAWIDYA: Jurnal Penelitian
Dan Pengembangan Arkeologi, 9(2), 113–130.
Izza, N. A., Arkeologi, P. S., Jambi, U., Indah, M., & Jambi, M. (2022).
VISUALISASI MASKULINITAS PADA DUA ARCA RAKSASA DARI
CANDI TAPAN, KABUPATEN BLITAR, PROVINSI JAWA TIMUR
Masculinity Visualization in Two Raksasa Statues from Candi Tapan, Blitar
Regency, East Java. Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan Dan Tenggara,
20(1), 1–12.
Khenresta, T. (2022). SIMBOL DAN MAKNA ADEGAN BERDERMA
(DÂNA) PADA RELIEF KARMAWIBHANGGA CANDI BOROBUDUR.
Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan Dan Tenggara, 20(1), 2580–121.
Nirwana, A. (2020). Menggunjing Relief Candi Borobudur sebagai “Cikal Bakal”
Komik Indonesia. Citradirga - Jurnal Desain Komunikasi Visual Dan
Intermedia, 2(01), 53–75. https://doi.org/10.33479/cd.v2i01.298
Nizam, A. (2022). KONSEP PENCIPTAAN ORNAMEN TERATAI PADA
MASA ISLAM PERALIHAN. Patrawidya, 23(2), 4–12.
Noorwatha, I. K. D., & Wirawan, I. G. N. (2020). Strategi Desain Dari Visual
Branding The 6Th International Seminar on Nusantara Heritage (ISoNH)
2017. Segara Widya : Jurnal Penelitian Seni, 8(1), 20–32.
https://doi.org/10.31091/sw.v8i1.720
Raffi Arrazaq, N. (2019). the Value of Character Education Based on History of
the Mataram Kuno Kingdom in the 8Th-9Th Ad. ISTORIA: Jurnal
Pendidikan Dan Ilmu Sejarah, 15(1), 1–14.
https://doi.org/10.21831/istoria.v15i1.24154
Rajeg, K. D. P., Purwanto, H., & Tirtasari, C. P. (2022). Menggali Makna
Ikonografis Pada Arca Bersifat Tantris Di Pura Kebo Edan, Kabupaten
Gianyar, Bali. Amerta, 40(2), 125–144. https://doi.org/10.55981/amt.2022.41
Riyanto, S. (2019). Ragam Hias Pada Candi Sebagai Motif Batik. Prosiding
Seminar Nasional Industri Kerajinan Dan Batik 2019, A1_1-A1_17.
Saputro, A. A., & Maret, U. S. (2023). ANALISIS RELIEF LINGGA DAN
YONI DI CANDI SUKUH MENURUT ROSEMARIE TONG : KAJIAN
FEMINISME. Sabdasastra : Jurnal Pendidikan Bahasa Jawa, 7(2), 238–
248.
Sepriady, J. (2019). Borobudur Candi Budha Mahayana Dinasti Syailendra Jawa.
Setyaningrum, A., & Nugroho, A. S. (2022). STRATEGI PENGHIDUPAN
BERKELANJUTAN PADA KOMUNITAS PENGOLAH IKAN DI MASA
PANDEMI COVID 19 (Studi Kasus Di Kalurahan Poncosari, Kepanewon
Srandakan, Bantul). Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan, 17(1),
115. https://doi.org/10.15578/jsekp.v17i1.10737
Susdarwono, E. T. (2022). Pengembangan Kajian Ekonomi Pertahanan di
Indonesia Melalui Studi Narasi Arkeologi dan Filologi Terkait Kerajaan
Mataram. HEURISTIK: Jurnal Pendidikan Sejarah, 2(2), 86–103.
https://heuristik.ejournal.unri.ac.id/index.php/HJPS/article/view/52
Syofiadisna, P. (2020). Kajian Ikonografi Dan Ikonologi Terhadap Tiga Ikon
Gajah Di Dalam Gereja Saint Pierre Aulnay Prancis Pada Abad Ke-12.
Kalpataru, 29(1), 51–64.
Tanudjaja, B. B. (2022). Punakawan sebagai Subculture dalam Cerita Wayang
Mahabaratha. Nirmana, 22(1), 52–67.
https://doi.org/10.9744/nirmana.22.1.52-67
Wahyu, R., & Pradana, B. (2019). Kajian Ikonografi Arsitektur Cungkup Makam
Sunan Giri. Seminar Nasional Seni Dan Desain 2019, September, 359–365.
https://www.neliti.com/publications/289424/
Wulantari, & Sukardi. (2018). Jurnal sejarah dan pembelajaran sejarah. Kalpataru
Jurnal Sejarah Dan Pembelajaran Sejarah Terbit, 4(1), 69–75.

You might also like