You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Logam memegang peranan penting dalam proses metabolisme dalam
tubuh makhluk hidup. Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para peneliti
terdahulu, menjelaskan bahwa suatu logam yang ada di dalam tubuh manusia
memiliki suatu fungsi tertentu, baik itu yang bisa menguntungkan misalnya
dalam proses metabolisme ataupun yang merugikan bagi tubuh, sebagai
antibodi dan lainnya. Suatu unsur yang termasuk golongan logam berat seperti
kadmium (Cd), arsen (As), merkuri (Hg), nikel (Ni), timbal (Pb) dan seng (Zn)
terdapat dalam lingkungan baik di udara, air maupun makanan [2] dan bisa
masuk kedalam tubuh manusia maupun hewan . Dalam tubuh makhluk hidup
ion logam berat jumlahnya sangat sedikit atau disebut “trace”. Beberapa
mineral trace ada yang berupa essensial dan non-essensial. Mineral esensial
digunakan untuk aktivitas kerja sistem enzim, misalnya: seng (Zn), tembaga
(Cu), besi (Fe), kobalt (Co), dan mangan (Mn).
Tembaga (Cu) merupakan elemen penting pada manusia dan hewan.
Hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil, tubuh manusia mengandung sekitar
100 mg Cu. Sebagai logam transisi, ia merupakan kofaktor dari banyak enzim
redoks, Ceruloplasmin menjadi enzim ferroksidase yang bergantung pada Cu
dengan aktivitas oksidasi yang bergantung pada Cu.mSelain perannya dalam
metabolisme zat besi, kebutuhan akan Cu juga berasal dari keterlibatannya
dalam berbagai proses biologis, termasuk pertahanan antioksidan, sintesis
neuropeptida, dan fungsi kekebalan tubuh. Sebagai konsekuensinya,
beragamnya gambaran klinis akibat gangguan aktivitas kuproenzim berarti
bahwa meskipun defisiensi Cu yang parah relatif mudah untuk didiagnosis,
mengidentifikasi defisiensi marginal agak bermasalah. Defisiensi Cu dalam
makanan dapat mengakibatkan konsekuensi buruk sepanjang masa hidup.
Zn merupakan mineral mikro yang terdapat dalam semua sel tubuh mahluk
hidup, termasuk tubuh manusia. Zn dapat menstimulasi aktivitas 100 macam
enzim dan terlibat sebagai kofaktor pada 200 jenis enzim lainnya. Kekurangan
asupan Zn menyebabkan rendahnya sistem imunitas (kekebalan) tubuh. Zn
juga berperan membantu memelihara fungsi indra penciuman dan pengecap,
serta dibutuhkan dalam biosintesis DNA (asam deoksiribonukleat) dan diduga
sebagai aktivator enzim kolagen sintetase, yaitu suatu enzim yang berperan
dalam biosintesis kolagen dan meningkatkan perbaikan jaringan. Zn juga
mendukung pertumbuhan normal selama kehamilan, masa kanak-kanak, dan
dewasa.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masa;ah
dari makalah ini adalah:
1. Bagaimana mekanisme Tembaga (Cu) dan Zeng (Zn) dalam metabolisme
tubuh?
2. Bagaimana peranan Tembaga (Cu) dan Zeng (Zn) dalam metabolisme
tubuh?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka hal yang menjadi tujuan penulisan
dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui mekanisme Tembaga (Cu) dan Zeng (Zn) dalam
metabolisme tubuh
2. Untuk mengetahui peranan Tembaga (Cu) dan Zeng (Zn) dalam
metabolisme tubuh
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mekanisme Tembaga (Cu) dan Zeng (Zn) Dalam Metabolisme Tubuh
2.1.1Mekanisme Tembaga (Cu) Dalam Metabolisme Tubuh
Tembaga sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme, pembentukan
hemoglobin, dan proses fisiologi dalam tubuh. Tembaga di temukan
dalam protein plasma, seperti seruplasmin yang berperan dalam
pembebasan besi dari sel ke plasma. Tembaga juga merupakan komponen
dari protein darah, antara lain eritrokupin dalam eritrosit yang berperan
dalam metabolisme oksigen. Tembaga merupakan bagaian dari enzim-
enzim dalam sel jaringan, berperan dalam aktivitas enzim pernafasan,
sebagai kofaktor bagi enzim tironase dan sitokrom oksidase.
Tembaga merupakan kofaktor penting untuk enzim oksidase yang
mengkatalisis reaksi oksidasi–reduksi di berbagai jalur metabolisme.
Enzim yang bergantung pada tembaga ini, atau kuproenzim, berpartisipasi
dalam, misalnya produksi energi (ATP), metabolisme zat besi,
pembentukan jaringan ikat, dan transmisi saraf.
Unsur tembaga yang terdapat dalam makanan melalui saluran
pencernaan diserap dan diangkut melalui darah. Segera setelah masuk
peredaran darah, unsur tembaga akan berikatan dengan protein albumin.
Kemudian diantarkan dan dilepaskan kepada jaringanjaringan hati dan
ginjal lalu berikatan dengan protein membentuk enzim-enzim, terutama
enzim seruloplasmin yang mengandung 90–94% tembaga dari total
kandungan tembaga dalam tubuh. Ekskresi utama unsur ini ialah melalui
empedu, sedikit bersama air seni dan dalam jumlah yang relatif kecil
bersama keringat dan air susu. Jika terjadi gangguan-gangguan pada rute
pembuangan empedu, unsur ini akan diekskresi bersama air seni.
Tembaga (Cu) memiliki peran penting dalam proses pembentukan
hemoglobin, protein yang membawa oksigen dalam darah:
 Absorpsi dan Transportasi Oksigen: Cu membantu dalam penyerapan
zat besi oleh usus, yang kemudian digunakan untuk membentuk
hemoglobin dalam sel darah merah. Hemoglobin ini kemudian
membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
 Pembentukan Struktur Molekuler: Cu juga diperlukan untuk
membantu pembentukan struktur molekuler hemoglobin. Cu
membantu dalam proses pembentukan ikatan antara asam amino, yang
penting untuk struktur dan fungsi hemoglobin.
 Perlindungan Terhadap Oksidasi: Cu juga berperan dalam melindungi
hemoglobin dari kerusakan akibat oksidasi. Ini membantu menjaga
stabilitas dan fungsi hemoglobin dalam mengangkut oksigen.

You might also like