You are on page 1of 3

Assalaamu’alaikum wr,wb.

Innal hamdalillah, shalaatan wassalaaman ‘alaa rasuulillah, wa’alaa aalihii wa ash


haabihii waman tabi’a risaalatah. Amma ba’d.

Dewan juri yang bijaksana, hadirin pemuda harapan bangsa dan pemudi harapan ibu
pertiwi
Negara kita tercinta, Republik Indonesia, terhampar mencolok di atas peta, dilintasi
garis khatulistiwa, dilalui jalur pelayaran terpadat di dunia, yaitu Selat Malaka, maka tak
heran keragaman menghiasi bangsa kita. Etnis yang tak sama, kebudayaan yang beraneka,
kuliner penuh cerita, hingga kita pun hidup berdampingan dengan penganut agama yang
berbeda. Inilah, yang menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang multikultural. Hal
ini tidak boleh dilihat dengan pandangan yang sempit, karena berpotensi konflik dan dapat
melemahkan kekuatan bangsa .
Karena hadirin, Jika sudah muncul kelompok “kami” dan “kalian”, akan
memunculkan kesombongan, semakin mudah saling mengkafirkan, membiaskan nilai
keadilan, bahkan menghancurkan persatuan dan kesatuan. Betul hadirin! Na’udzubillah
sungguh memprihatinkan.
Untuk itulah, pada kesempatan yang berbahagia ini, kami akan menyampaikan
syarahan al-quran yang berjudul “Mempererat Persatuan Dan Kesatuan Melalui Toleransi
Beragama” dengan rujukan firman Allah di dalam Alquran surah al An’am ayat 108 :
- ‫ ِبْس ِم ِهّٰللا الَّرْح ٰم ِن الَّر ِح ْيِم‬- ‫َأُعوُذ ِباِهَّلل ِم َن الَّش ْيَطاِن الَّر ِج يِم‬-
‫َو اَل َتُسُّبوا اَّلِذ ْيَن َيْدُع ْو َن ِم ْن ُد ْو ِن ِهّٰللا َفَيُسُّبوا َهّٰللا َع ْد ًو ۢا ِبَغْيِر ِع ْلٍۗم َك ٰذ ِلَك َز َّيَّن ا ِلُك ِّل ُاَّم ٍة َع َم َلُهْۖم ُثَّم ِاٰل ى َر ِّبِه ْم َّم ْر ِج ُعُهْم َفُيَنِّبُئُهْم ِبَم ا‬
‫َك اُنْو ا َيْع َم ُلْو َن‬
_aku berlindung kepada Allah, dari godaan setan yang terkutuk_ _dengan menyebut nama
Allah, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang_
Dan Janganlah kamu| memaki yang mereka sembah selain Allah,|| karena| mereka kelak
akan memaki Allah| dengan melampaui batas, tanpa (dasar) pengetahuan.|| Demikianlah,
Kami jadikan setiap umat, menganggap baik pekerjaan mereka.|| Kemudian kepada Tuhan
merekalah| tempat mereka kembali|, kemudian| Dia | akan memberitahukan kepada mereka|
apa yang telah mereka kerjakan.||

Hadirin, sababun nuzul ayat tadi, oleh Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Quranil
‘Adzhim, jilid 3 halaman 339, dijelaskan:
(kamaa, qoola ‘aliybni abi tholhah, ‘an ibnu ‘abbas, fii hadzihil aayah: qooluu: “Yaa Muhammad!,
Latan taHiyanna ‘an sabbika AaliHatanaa, au lanaHjuwanna Robbak, fanaHaaHumullah,
ayyasubbuu autsaanaHum)
Sebagaimana yang telah dikatakan Ali bin Abi Thalhah, dari ibnu ‘abbas, mereka berkata:
“Wahai Muhammad! Laranglah umatmu untuk mencerca tuhan-tuhan kami, atau kami akan
kembali mencerca Tuhanmu”. Maka melalui ayat ini Allah melarang Nabi dan umat Islam
mencaci maki tuhan-tuhan penganut agama lain agar terhindar dari saling menghina Tuhan.
Apabila kita perhatikan, kalimat ‫ َو اَل َتُسُّبوا‬merupakan sighat nahyi, kaidah ushul fiqh
mengatatan, “al-ashluu fin-nahyi lit tahriim” sebuah larangan menunjukkan haram. Dengan
demikian Haram bagi Saya, Anda, dan kita semua menghina Tuhan agama lain.
Mengingat pentingnya hal tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫َع َلْيُك ْم ِباْلَج َم اَع ِة َو ِإَّياُك ْم َو اْلُفْر َقَة‬


“Hendaknya kalian berjama’ah dan hindarilah perpecahan.”
(HR. Ahmad, al-Tirmidzi, dan Ibnu Majah. no. 2546)
Lalu bagaimanakah kondisi saat ini bila dikaitkan dengan ayat tadi?
Alhamdulillah, tidak sedikit orang-orang yang menjunjung rasa persaudaraan dan
mengutamakan persatuan, namun hadirin, masih banyak orang yang mudah tersulut
perpecahan. Isu politik, membuat oknum birokrat jadi cekcok. Sindiran dan ejekan, membuat
mahasiswa saling tonjok. Perbedaan pandangan, membuat aparat negara saling bentrok,
bahkan saling olok membuat warga masyarakat saling keroyok sampai bonyok. Betul
hadirin? Na’udzubilah tsumma na’ubillahi min dzaalik. (disampaikan sendiri o/ pensyarah)
Allah mengingatkan agar menghindari perilaku diskriminasi. Jangan sampai
ketidaksukaan kita terhadap suatu kaum, membuat kita berlaku tidak adil, apalagi sampai
melemahkan persatuan dan kesatuan bangsa. Sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an
Surah al-Maidah ayat 8:
‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُك ْو ُنْو ا َقَّو اِم ْيَن ِهّٰلِل ُش َهَد ۤا َء ِباْلِقْس ِۖط َو اَل َيْج َم َّنُك ْم َشَنٰا ُن َقْو ٍم َع ٰٓلى َااَّل َتْع ِد ُلْو اۗ ِاْع ِد ُلْو ۗا‬
‫ِر‬
‫ُهَو َاْقَر ُب ِللَّتْقٰو ۖى َو اَّتُقوا َهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َخ ِبْيٌۢر ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن‬
‫ َص َدَق ُهللا ْالَعِظ ْيُم‬-
8. Wahai insan nan beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang
bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

_Maha benar Allah nan Maha Agung dengan segala Firman-Nya_

Hadirin rahima kumullah,


Ayat tadi, menekankan perihal tata cara bergaul yang bijak dengan orang lain baik itu
kawan maupun lawan. Dengan menerapkan keadilan tanpa pandang bulu, maka mendekatkan
kita pada ketakwaan. Demikianlah penjelasan Imam ibnu Katsiir, dalam Tasfir al-Qur’anil
Adzhiim, Jilid 3 halaman 66.
Maka dari itu hadirin, sikap sensitif tidak perlu berlebihan. Yang berbeda tampilan
jangan kita hinakan (pensyarah). Yang berbeda budaya jangan kita pinggirkan (qariah).
Yang berbeda agama, jangan kita nistakan (saritilawah). Kita dan mereka sama-sama
makhluk ciptaan Tuhan (pensyarah). Surga dan Neraka biarlah Allah yang tentukan
(bareng2). betul hadirin?!
Hadirin yang dirahmati Allah, yang terakhir sebagai kesimpulan: kemajemukan
beragama perlu disikapi dengan positif, dipandang dengan arif, dengan wawasan yang
inklusif. Mari bersama bangun Indonesia, saling merangkul tanpa melihat perbedaan agama,
hadapi konflik dengan bijaksana, dan tetaplah bersatu, karena kita Indonesia dengan
semboyannya : “Bhinneka Tunggal Ika” (bareng-bareng).
Demikianlah syarahan yang dapat kami sampaikan, dan terakhir dari kami

Bunga melati penanda kesucian (Qari’ah)


Warnanya putih menebar wangi (Saritilawah)
Wujudkan negeri penuh kedamaian (Pensyarah)
Indah saling bertoleransi (bareng-bareng)

Bersatu bangsaku, Jayalah negeriku, Bravo Indonesia! (bareng-bareng)


Wassalamu’alaikum, wr, wb

You might also like