You are on page 1of 74

PENDAHULUAN

Gurun tandus yang di kelilingi gurun pasir dan gunung-gunung, yang mana
pada masa itu kehidupan manusia sangat lah buruk, sehingga disebutlah
pada masa itu dengan zaman jahiliyah atau zaman kebodohan manusia,
dilahirkanlah seorang manusia pilihan, yang merupakan pembawa cahaya
iman, sebagai panutan akhlak yang mulia bagi umat manusia dan jin
sampai akhir kehidupan di dunia ini.

Bahkan nama seorang hamba yang mulia ini sudah diramalkan dalam kitab-
kitab suci agama terdahulu, seperti dalam kitab agama Buddha. Sang
Buddha berkata : “Wahai para pendeta, ketika manusia berusia 80.000
tahun, akan hadir di atas muka bumi seorang Buddha bernama Metteyya
(yang pengasih), manusia suci (Arahat), yang tercerahkan serta penuh
keagungan, dirahmati kebijaksanaan tindakannya, kesuksesan,
pengatahuan atas jagat, pengendara kereta kuda tiada tanding yang ramah;
penguasa malaikat dan manusia; Buddha yang diberkati, meskipun aku
telah lahir di muka bumi ini, seorang Buddha dengan kualitas yang sama
akan diturunkan. Apa yang dia pahami dari langit akan dia kabarkan pada
dunia bersama para malaikat, sahabat, dan malaikat utama lainnya, dan
orang-orang bijak serta brahmana, pangeran, dan rakyat biasa; seperti
halnya aku sekarang yang mengatakan hal yang sama kepada pihak yang
sama. Dia akan mengkhotbahkan agamanya, mulia asalnya, agung pada
puncak kejayaannya, dan agung pula tujuannya, baik dalam jiwa maupun
ucapan. Dia akan mengumandangkan kehidupan beragama yang utuh
sempurna lagi menyeluruh, seperti aku sekarang menyebarkan agamaku
dan kehidupan sama. Dia akan memimpin ribuan masyarakat, sedangkan
aku hanya memimpin beberapa ratus pendeta.

Sungguh begitu agung dan mulia, nama-namanya telah terukir indah di


sorga sana dan di hati-hati orang-orang yang beriman, namanya terus di
puji-puji sebagai tanda kecintaan kepada insan pilihan, bahkan air mata
terus mengalir di mata-mata para perindu sang nabi yang mulia hingga
akhir zaman. Yang mampu memberikan cahaya kedamaian bagi hati yang
sedang kegelapan, beliau adalah “cayaha di atas cahaya”, NUURUN ALA
NUURI”.

Tubuh Nabi Saw warnanya putih kemerah-merahan, kulitnya bercahaya-


cahaya mukanya indah menawan dahi beliau luas, kepala beliau besar
sempurna, hidung mancung bagai huruf alif bengkok sedikit dan bercahaya,
pipinya halus dan sedang, bulu matanya lebat, bola mata nya besar dan
indah, matanya luas dan bersangatan hitam bola matanya, putih mata
beliau bercampur kemerah-merahan, gigi muka rapi tersusun indah, jika
beliau tersenyum sungguh bercahaya-cahaya, rambut beliau lebat tidak

1
terlalu keriting dan lurus indah menawan, yang panjangnya sampai
ketelinga, kadang panjangnya sampai kebahu, jenggotnya lebat, perut dan
belakang rata, bahu beliau besar, jari-jari lemas dan lembut, dan bentuk
tubuh beliau sedang tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu rendah, tidak
gemuk dan tidak pula kurus, tutur katanya halus dan santun, bila Nabi SAW
berbicara bercahaya dan senyum manis menyertai raut mukanya. Tatkala
beliau berjalan tenang bagaikan orang yang sedang turun dari tempat yang
tinggi dan pandangan beliau lebih banyak memandang kebawah dari pada
ke atas, begitu tampan dan menawan walaupun dilihat dari jauh, dan
apabila sudah dekat tak ada kata yang bisa diucapkan sebab begitu
indahnya. Abu Hurairah ra pernah berkata : “Tak pernah aku melihat orang
yang lebih tampan dari Nabi saw.

Beliau adalah bernama MUHAMMAD SAW, seorang manusia pilihan yang


dilahirkan dengan penuh kemuliaan hingga akhir hayatnya. dari betapa
agungnya beliau dari maka itu penulis akan mempersembahkan sebuah
makalah yang berisikan tentang sejarah perjalanan hidup Nabi Muhammad
SAW. Namun kiranya dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan
kekeliruan baik dalam penyusunan kalimat, karena keterbatasan
pengetahuan penulis dan masih kurangnya buku-buku pendukung dalam
penulisan ini.

2
KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN ISLAM
PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW

A. Keadaan Bangsa Arab Pra Islam.


Sebagaiman diketahui bahwa Islam yang dibawa oleh Nabi Muha-mad Saw,
merupakan agama terakhir yang menjadi rahmat bagi alam se-mesta (rahmat-an
lil alamin). Karena Islam, sebagai agama terakhir, diturun-kan bukan hanya un-tuk
masyarakat tertentu, seperti agama Yahudi dan Nasrani untuk Bani Israil, te-tapi
untuk semua umat manusia. Bahkan bu-kan hanya untuk kepentingan ma-nu-sia,
juga untuk kepentingan semua makhluk di muka bumi ini. Hal ini dapat di-li-hat
dari surat al-Anbiyâ ayat 107.

“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.”

Ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw sekitar 15 abad lalu,
bukan tidak mendapat hambatan dan tantangan dari masyarakat Arab yang telah
memiliki tradisi adan kepercayaan yang sudah mapan. Mereka menolak, karena
tidak dapat mem-bedakan antara kenabian Muhammad dan masalah-masalah
sosial politik. Masyarakat Arab sebelum Islam, teru-tama kaum Qurays, sebagai
salah satu kabilah terbesar di Mekah, adalah kabilah yang sangat kuat menentang
dakwah Nabi Muham-mad Saw. Bahkan mereka melakukan koalisi dengan ber-
bagai kabilah, baik yang ada di Mekah maupun di luar Mekah, terutama Ma-dinah,
untuk meng-hambat gerakan dakwah Islam yang dilakukan Nabi Muha-mad Saw.
Akan tetapi, berkat usaha keras ditambah sifat-sifat yang ada pada diri
Nabi Muhammad Saw, seperti penyayang, pemaaf, tanggungjawab, bersikap adil,
santun, ke-luhuran budi, dan seorang pemimpin pemberani, semua tantangan dan
hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik, sehingga pada masanya, agama
Islam tersebar ke seluruh jazirah Arabia, kemudian diteruskan oleh para sahabat
dan generasi sesudah sahabat.
Karena itu, sebelum membahas lebih lanjut mengenai hal tersebut, ada
baiknya di-pelajari terlebih dahulu mengenai keadaan bangsa Arab sebelum ke-
rasulan Muha-mad Saw. Karena dengan begitu, kita akan dapat memahami alasan
yang ada di benak kaum musyrik Qurays, mengapa mereka begitu berse-mangat
menentang ajaran Islam yang rahmatan lil alamin. Berikut penjelasan singkat dan
latar belakang keadaan bangsa Arab pra Islam.

1. Kepercayaan Masyarakat Arab Pra Islam.


Sebelum agama Islam datang, masyarakat Arabia sudah memiliki bebe-ra-
pa aga-ma dan kepercayaan, misalnya bangsa Arab Qathan (kaum Sa-ba) yang ber
-mukim di Ya-man menganut agama dan kepercayaan Sha-bai-yah,yaitu suatu ke-
percayaan yang ber-kem-bangdikalangan masyarakat Qahthan tentang adanya
kekauatan yang terdapat pada bintang-bintang dan matahari. Setelah hancurnya
bendungan Maârib masya-ra-kat Qahthan terpencar kebeberapa tempat dibagian
utara Yaman, sehingga lama-ke-la-maan kepercayaan yang mereka anut
mengalami perubahan ketika mereka mulai ber-interaksi dengan masyarakat dan
kebudayan lain.
Masyarakat kota Mekah sebelum mereka menyembah berhala, batu-ba-
tuan dan pepohonan adalah penganut agama Tauhid yang dibawa oleh Nabi Ib-
rahim As, yaitu agama yang mengajarkan hanya kepada Allah, Tu-han Yang Maha

3
Esa, mereka wajib percaya dan menyembah. Namun ka-re-na adanya keterputusan
risalah, akhirnya me-reka me-nyembah selain Allah.1
Proses perpindahan keper-cayaan ini berawal ketika salah seorang pem-
besar suku Khuzaah bernama Amir bin Luay al-khuzai pergi ke Syam (Syria). Ia
menuju ke kota tersebut, karena menurut anggapannya, Syam adalah kota para
rasul. Di kota itu ia melihat tata cara peribatan masya-ra-katnya yang sangat aneh
yang berbeda dengan tata cara peribadat-an yang biasa mereka lakukan, yaitu me-
nyembah berhala.2 Melihat tata cara per-ibadatan seperti itu, Amr mulai tertarik
untuk mempelajari dan mem-prak-tikannya. Untuk keperluan peribadatan ter-se-
but, Amr Ibn Luay me-minta sebuah berhala dari suku Amaliqah sebagai kenang-
kenangan dan akan dijadikan alat alat perantara dalam peribadatan masyarakat
Arab Mekah guna mendekatkan diri kepada tuhannya. Berhala itu diberi nama
Hubal yang kemudian ditempatkan di tengah-tengah Kabah. Setelah itu, Amr ibn
Luay meminta masyarakat Mekah untuk menyembah Hubal, sebagai tu-han
mereka. Berhala ini kemudian diletakan di Kabah dan dija dikan se-bagai pim-pin-
an berhala-berhala lainnya seperti Manat,3 berhala tertua suku bangsa Arab, dile-
takkan di Masyalal, daerah pantai Laut Me-rah dekat Qa-didi, jalur antara Mekkah
dan Madinah. Manat merupakan berhala yang disembah oleh sukuAush dan
Khazraj. Selain Manat, ter-dapat berhala-ber-hala kecil yang juga disembah oleh
suku bangsa ter-sebut. Di antara berhala ini, ada berhala bernama Suwa, yang di-
sembah orang Yanbu. Wadd, di-sembah suku Kalb, Yaghuth disembah suku
Madhij. Ya-uq, disembah suku Khiwan, penduduk Sana, Yaman.4 Semen-tara Latta,
di-tempatkan di Thaif. Sedang Uzza, diletakkan di Wadi Nakhlah. 5

1
.Syaikh Shafiyurrahman al- Mubarakfury, Sejarah Hidup Nabi Muhammad: Sirah
Naba-wiyah, (Jakarta: Robbani Press, 2008), hal. 27. Lihat pula, Ahmad al-Usairy, Sejarah
Islam: Seja-rah Zaman Nabi Adam Hingga abad XX, ( Jakarta: Akbar Media Eka Sarana,
2003), hlm. 83
2
. Mahdi Rizqullah Ahmad, salah seorang penulis biografi Nabi Muhammad,
mengatakan bahwa ketika Amr ibnLuay berkunjung ke Syam, ia berjumpa dengan suku
Amaliqah, di Muab, salah satu wilayah Balqa, yang menyembah berhala. mereka
mengatakan kepadanya, bahwa ber-hala-berhala tersebut dapat menurutnkan hujan dan
mendatangkan pertoongan kepada mereka. Usai mendengar penjelasan itu,Amr ibnLuay
meminta agar diberikan satu berhala untuknya. Sku Amaliqah ini kemudian memberikan
salah satu berhala bernama Hubal kepada Amr ibLuay. Kemudian Amr membawa Hubal ke
Mekah, dan memperkenalkan kepada penduduk Mekah. Lalu ia meminta masyarakat
Mekah menyembah Hubal. Karena ia seorang penguasa yang disegani, perintah itu dituruti.
Lih. Mahdi Rizqullah Ahmad, Biografi Rasulullah: Studi Analisis Berdasar Sumber-sumber
otentik. ( Terj). Al-Sirah al-Nabawiyah fi DhauI al-Mashadir al-Ashliyah: Dirasat Tahliliyah.
Penerjemah. Yessi HM. Basyaruddin. ( Jakarta” Qisthi Press), hlm. 66-67.
3
Al-Manat adalah berhala terbuat dari batu hitam yang mereka buatkan banguan
khusus, yang diyakini masyarakatArab Quraisy sebagai berhala yang memiliki kekuatan
dan kekuasaan untuk menetapkan kematian.al- Latta, berupa batu karang besar segi
empat yang terukir dan diletakkan di suatu ruangan dan disembah di Thaif oleh suku
Thaif. Al- Uzza, berhala berupa pohon di sebelah timur Mekkah. Ia amat diagungkan oleh
suku Quraisy , sampai-sampai salah satu nama yang mereka sukai buat anak-anak mereka
adalah Abd al-Uzza, Ketiga berhala itu disebutkan dalam Qs/ al- Najm ayat 19-21. Hubal,
merupakan berhala berbentuk manusia dari permata aqiq. Karena tangannya pata, maka
dibuatkan tangan dari emas dan diletakkan di dalam Kabah. Lihat. Quraish, Membaca …
hlm. 87-88.
4
. P.K.Hitti, History of the Arabs, ( London: McMillan, 1970), hlm. 98-102.
5
. Shafiyurrahman, Sejarah Hidup Nabi Muhammad Saw … hlm. 29-30 Lihat pula.
P.K. Hitti, History …ibid.. lihat pula Arthur Goldschmidt, Jr. A Concise History of The Middle
East, 2 nd ed. ( Colorado: WestviewPress, 1983), hlm, 25.

4
Dalam catatan sejarah disebutkan bahwa pada masa pemerintahan Khu-
zaah, anak keturunan Ismail bin Ibrahim as, berkembang dan menye-bar ke se-lu-
ruh jazirah Arabia. Dalam hal peribadatan, mereka memiliki tradisi tersendiri.
Menurut Ibn Atsir6 dan beberapa sejarawan muslim lain-nya mengatakan bahwa
ke manapun mereka pergi untuk menetap di suatu daerah, mereka selalu mem-
bawa sebongkah batu dari tanah Haram (Mekah), sebagai penghormatan ter-ha-
dap tanah Haram. Di tempat baru me-re-ka, batu-batu tersebut diletakkan di tem-
pat khusus. Pada waktu tertentu mereka mengelilinginya seperti orang thawaf di
Kabah. Tradisi ritual se-perti ini terus berjalan hingga terkikis dengan sendirinya,
karena digan-tik-an oleh penyembahan batu-batu yang mereka pahat yang dija-di-
kan sesem-bahan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mereka telah lepas
dari akar tradisi agama Ibrahim.
Fenomena sosial keagamaan ini terus berkembang, bahkan menurut Riz-
qullah, saat itu, setiap keluarga pasti memiliki satu berhala untuk di-sembah setiap
hari. Mereka mengusap berhala tersebut sebelum mereka pergi dan sekembalinya.
Karena itu, ketika Allah mengutus Muhammad Saw sebagai rasul-Nya, mereka
memperolok Muhammad Saw, bahkan ber-usaha membunuhnya. Hal ini terjadi,
karena mereka sudah terbiasa mela-kukan penyembahan terhadap banyak berhala,
sementara Muhamad Saw mau mengajak mereka menyembah hanya kepada satu
Tuhan. Dalam kon-teks ini perkataan mereka diabadaikan dalam Qs. Al-Shad ayat
8. Mengapa ia menjadikan ilah-ilah itu Ilah yang satu saja. Sesungguhnya ini benar-
benar sua-tu hal yang sangat mengherankan.(QS. al-Shad ayat 8).
Selain berhala-berhala tersebut, mereka juga membuat berhala-ber-hala
lain yang diletakan di antara bukit Shafa dan Marwa. Tidak kurang da-ri 360
berhala7 yang di-le-takan di sekeliling Kabah sebagai sesembahan.8 De-ngan
demikian, masuk-lah keper-ca-yaan baru ke dalam tradisi keberaga-maan
masyarakat Mekah. Kota Mekah kemudian menjadi pusat penyem-bahan berhala.
Tradisi ini kemu-di-an, menurut Shfaiyurrahman, berkem-bang menjadi kebiasaan
masyarakat Arab dalam menjalankan periba dat-annya. Di antara bentuk-bentuk
tradisi peribadatan mereka dalam me-nyembah berhala adalah:
a. Berdiam di sisi berhala, berlindung kepadanya, memuji dan me-minta
pertolongan kepadanya. Masyarakat Arab Quraisy berke-yakinan bah-
wa berhala-berhala tersebut dapat memberikan per-tolongan dan sya-
faat kepada mereka.
b. Ketika berhaji, mereka berthawaf mengelilingi berhala-berhala tersebut
dan bersujud kepadanya.
c. Mendekatkan diri kepadanya dengan memberikan berbagai se-sem-bah
-an. Ketika menyembelih hewan, mereka menyebut nama-nama berhala
itu.
d. Masyarakat Arab Quraisy sering memberikan sesajen berupa makanan
dan minuman kepada berhala-berhala tersebut. Selain itu, mereka juga
membagi sebagian hasil tanaman dan ternak mereka untuk berhala. Di
samping memberikan sesajen atas na-ma berhala, mereka juga mela-

6
. Ibn Atsir, Abu As-Saadat al-Mubarak ibn Muhammad al-Jazaiiri, al-Bidayah wa al
-Nihayah.J.2. (ed). Thahir Ahmad al-Zawi dan Mahmud Muhammad al-Thanahi,( Kairo: Dar
al-Ihya al-Kutubal-Arabiyah, tt). hlm. 205.
7
. K. Ali, Sejarah Islam ( Tarikh Pramodern), cet. Ke-2 ( jakarta: Sri Gunting: 1997),
hlm, 20-21.
8
. Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah dan Peradaban Islsm (terj). (Yogyakarta:Kota
Kembang, 1989), hlm. 19.

5
ku-kan hal yang sama untuk dibe-rikan kepada Allah ( QS. Al-Anam ayat
136).9
Tradisi yang dipraktikan masyarakat kota Mekah ditiru oleh ma-syarakat
luar kota Mekah. Peniruan tradisi ini dilakukan ketika mereka datang ke kota
Mekah untuk berhaji. Pa-ra peziarah itu bertanya kepada masyarakat kota Mekah,
khususnya suku Qurays dan Khuzaah tentang berhala-berhala ter-sebut. Untuk apa
berhala-berhala tersebut dile-tak-kan di sekeliling Kabah. Penduduk dan pem-besar
suku Qurays dan suku Khu-zaah menga-takan bahwa berhala-berhala terse-but
akan dijadikan peran-ta-ra dalam peri-ba-dat-an mereka yang akan mendekatkan
mereka kepada Tu-han. (QS.Al-Zumar ayat 3). Setelah men-da-pat penjelasan terse
-but, akhirnya para peziarah itu mengerti dan meniru apa yang di-lakukan oleh ma-
sya-ra-kat kota Mekah. Sejak saat itulah banyak masyarakat Arab yang mela-ku-
kan pe-nyembahan terhadap berhala dan mereka menciptakan berhala-ber-hala
untuk disem-bah.10
Di samping adanya tradisi penyembahan berhala, menurut Ibn Hi-syam,
seperti dikutip Shafiyurrahman, terdapat pula tradisi lain yang ber-kembang dan
dipraktikkan oleh masyarakat Arab, seperti undian (az-lam) untuk menentukan
nasib mereka. Caranya, mereka meletakkan se-sua-tu di ujung anak panah. Di situ
ditulis kata,“ya dan tidak”,untuk me-nen-tukan perbuatan yang akan mereka la-ku-
kan; seperti hendak bepergian, menikah dan lain-lain. Apabila yang keluar kata ”ya”,
maka kegiatan yang mereka sudah rencanakan, akan dilanjutkan. Tetapi jika yang
keluar kata “tidak”, maka sematang apapun rencana mereka, mereka akan mem-
ba-tal-kannya. Karena mereka takut kena musibah, bila mereka tetap bersi-ku-kuh
men-ja-lankannya. Begitu juga, jika mereka akan menen-tukan nasab ketu-runan sa
-lah seorang dari mereka, mereka akan pergi mendatangi Hubal dengan mem-ba-
wa seratus binatang kurban untuk diberikan kepada juru kunci. Jika keluar kata
“dari kamu”, maka anak tersebut diakui sebagai ke-turun-annya. Tetapi jika yang
keluar kata “bukan dari kamu,” maka anak terse-but tidak diakui sebagai ketu-run-
annya, dan tidak mendapatkan hak-hak-nya, termasuk pengakuan dari suku me-
reka. Sementara jika keluar kata “diragukan nasabnya,”maka anak atau orang
tersebut tetap pada posisi semula, tidak diakuia dan tidak pula diakui sebagai
sekutu.11
Selain agama dan kepercayaan tersebut di atas, terdapat agama lain yang
juga danut masyarakat Arab, seperti agama Yahudi,12 Nasrani,13 Majusi,14 dan
Sabai.15 Kedatangan agama Yahudi disebabkan eksodus bangsa Yahudi karena
serangan Bukhtanshir pada 578 SM atas Babilonia dan Assyria. Serangan ini
menyebabkan masyarakat Yahudi melarikan diri ke wilayah Hejajz bagian utara.
Selain itu, sekitar tahun 70 M bangsa Yahudi dijajah oleh bangsa Romawi.16
Penjajahan ini membuat beberapa kabilah Yahudi melakukan eksodus ke wilayah
Hejaz. Di He-jaz, mereka kemudian me-netap di Yatsrib dan Taima. Di tempat ini,
suku-suku Yahudi tersebut membuat perkampungan dan benteng-benteng
pertahanan. Me-lalui me-re-ka agama Yahudi tersebar di kalangan orang-orang

9
. Shafiyurrahman, Sejarah Hidup Nabi … Ibid.
10
. Sayyid Abdul Hamidal-Zahrawi, Tokoh Wanita Sebelum dan Sesudah Islam,
(terj). ( Palembang: PT. al-Maarif, 1399 H/1978 M), hlm. 60-61.
11
. Shafiyurrahman, Sejarah… hlm. 31-32.
12
. M. Quraish Shihab, Membaca … hlm. 29-31.
13
. M. Quraish, membaca… hlm. 36-41.
14
. M. Quraish, Ibid, hlm. 43-45.
15
. K. Ali, Sejarah…ibid. hlm, 20
16
. Ira. M. Lapidus, A. History of Islamic Peoples ( Cambridge: Cambridge
Univ.press, 1988). hlm, 7-8.

6
Arab. Hal ini mem-buat masyarakat Yahudi memainkan peran cukup penting
dalam peristiwa po-litik di Yatsrib, baik sebelum maupun sesudah Islam datang.
Pada masa kedatangan Islam, terdapat beberapa suku Yahudi yang cukup ber-pe-
nga-ruh, seperti Khaibar, Nadlir, Musthaliq, Quraizhah, Qainuqa, dan Bani Gathfan.
17

Sementara agama Nasrani masuk ke negeri-negeri Arab sekitar ta-hun 340


M. Hal ini ditandai dengan invasi bangsa Romawi dan Habasyah (Ethiopia). Te-ta-
pi penyebaran ini tidak mengalami kesuksesan luar biasa. Karena, menurut Has-
san Ibrahim Hassan, raja Romawi tidak memberikan perhatian serius pada ma-s-
alah ini, sehingga tidak menarik perhatian bang-sa-bangsa Arab dalam jumlah be-
sar. Di antara suku bangsa Arab yang menganut agama Nasrani adalah penduduk
Ghassan, Bani Taghlib, dan Bani Thai.18
Meskipun begitu, agama ini mengalami perkembangan pada masya-rakat
Arab Ghassaniah dan Manasdzirah. Hal ini dapat dibuktikan dari be-berapa biara
terkenal yang terdapat di kota Hirah, yaitu biara Hindun al-aqdam, biara Lahaj, dan
biara Harah. Selain itu, agama Nasrani berkembang di kalangan komunitas Arab di
wilayah Selatan jazirah Arabia. Para penga-nut agama Nasrani di sini men-di-ri-kan
gereja di Dhaffar dan Aden. Adapun penganut agama Nasrani Najran, lebih banyak
berdiam di Mekah dan Ma-dinah. Di antara masyarakat Quraisy yang memeluk
agama Nasrani adalah Bani Asad ibn Abdul Uzza, Bani Umri al-Qays dari kabilah
Tamim, Bani Tagh-lib dari suku Rabiah, dan sebagian kabilah Qudhaah. Pa-ra
penganut agama Nasrani ini mendapat ajaran Adi ibn Hatim al-Thai, yang di-
perolehnya dari bangsa Romawi.19
Sedang agama Majusi banyak dianut masyarakat Arab yang tinggal di se-
kitar Persia, seperti Irak, Bahrain, Hajar dan beberapa wilayah sekitar pantai Teluk
Arab. Meskipun begitu, agama ini juga pernah dianut masya-rakat Yaman, Arab
Selatan, ketika wilayah tersebut berada di bawah ke-kuasaan Persia.20 Adapun
agama Shabii,21 banyak dianut oleh suku bangsa Arab yang berdiam di Syam dan
Yaman, khsusnya penduduk Bani Kildan, al-Kildaniyyun. Mereka menyembah
bintang-bintang dan planet-planet dan matahari.22 Tetapi setelah datangnya aga-
ma Yahudi dan Nasrani, para penganut agama ini berbaur dengan penduduk ber-
agama Yahudi dan Nas-rani, sehingga, menurut Shafiyurrahman, tidak keli-hatan
lagi bahkan mengalami kehancuran. 23
Selain menyembah berhala, ada masyarakat Arab yang menyembah
Malaikat dan Jin. Mereka menganggap, Malaikat adalah anak-anak Tuhan yang
berjenis kelamin perempuan. Hal ii ditegaskan dalam al-Quran Qs. Al- Shaffat ayat
151-157.24

17
. Shafiyurrahman, Sejarah… hlm. 36-38.
18
. Hasaan Ibrahim, Sejarah… hlm. 18. Lihat juga Shafiyurrahman, Sejarah… Ibid.
19
Rizqullah, Biografi…. hlm, 75.
20
. Shafiyurrahman, Sejarah… hlm. 37.
21
. Rizqullah, Biografi…. hlm, 104
22
Rizqullah, Biografi ..... hlm. 74. Di dalam buku ini, Rizqullah menjelaskan bahwa
pada masa itu ada seorang penyembah bintang yang tinggal di Mekah. Ia bernama Abu
Kabsyah, dan bintang yang disembahnya bernama tuhan Syara. Ia bahkan sempat
menyebarkan ajarannya kepada orang Arab Quraisy. Ajaran ini diikuti oleh kabilah Lakhm,
Khuzaah dan sebagian kecil orang Quraisy. Karena itu, ketika Nabi Muhammad
menyebarkan ajaran agama, yang dianggap bertentanangan dengan ajaran nenek moyang
mereka yang menyembah berhala, beliau disebut sebagai Ibn Abi Kabsyah, anak Abu
Kabsyah.
23
. Shafiyurrahman, Sejarah… hlm. 37
24
. M. Quraish, membaca... hlm, 93.

7
Meski terdapat usaha penyebaran agama-agama tersebut di atas di ka-
langan masyarakat Arab, tetapi proses penyebaran itu tidak terjadi secara luas dan
merata. Karena itu, dalam catatan sejarah, masih ditemukan sejumlah peng-a-nut
ajaram Nabi Ibrahim. Mereka ini disebut kelompok al-Hanafiyun atau al-Hunafa,25
yaitu orang yang masih memperta-hankan ajaran tauhid yang dibawa Na-bi
Ibrahim. Mereka mengecam sikap masyarakat yang mempersekutukan Allah dan
pada waktu yang sama, mereka tidak berminat menerima ajaran agama yahudi
maupun Nasrani yang dianut sebagian masyarakat, khususnya di Madinah.
26
Karena itu, pada saat menjelang kelahiran agama Islam, muncul se-kelompok
orang dari kalang-an masyarakat Arab yang berusaha melepaskan diri dari
penyem-bah-an ber-ha-la, dan menyebarkan ajaran tauhid yang dibawa oleh Nabi
Ibrahim As. Di antara me-reka adalah Waraqah bin Naufal, Umayah bin Shalt, Qus
Saidah al-Iyyadi,, Khalid bin Sinan, Nabighah al-Dzibyani, Zuhair bin Sulma, Kaab
bin Luay Ibn Ghalib. Usman bin Khu-wairis, Abd Allah bin Jahsyi dan Zainal bin
Umar.27 Mereka inilah yang disebut sebagai kelom-pok orang yang menen-tang
tradisi ke-percayaan dan praktik peribadatan yang banyak dilakukan masyarakat
Arab di kota Mekah saat itu. Dalam catatan sejarah, menurut A. Syalabi, hanya dua
orang yang berpendirian teguh setelah me-meluk Islam, Waraqah dan Usman.
Sementara Abd Allah ragu-ragu untuk memeluk Islam. Sedang Zayd, lebih memilih
menjalan-kan millah Ibra-him, ketim-bang menerima ajaran Nasrani. Selain mereka,
terdapat bebe-rapa orang penduduk Mekah yang tidak tertarik menyembah
berhala. Me-reka adalah Umayyah bin Abi Shalt dan Quss bin Saidah al-Iyadi.28

2. Kondisi sosial masyarakat Arab pra Islam


Situasi dan kondisi sosial kehidupan Arabia menjelang kelahiran Islam se-
cara umum dike-nal dengan sebutan Zaman Jahiliyah.29 Hal itu dika-renakan
kondisi sosial politik, ke-aga-ma-an dan moralitas (akhlak) masyarakt Arab saat itu
sudah sangat tidak baik. Kebia-saan-ke-biasaan buruk se-ringkali mereka lakukan;
misal-nya meminum arak (khamar) hingga mabuk, berjudi, berzinah, merampok
dan lain sebagainya. Selain itu, menurut Rizqulah, masyarakat Arab Jahiliyah juga
me-mi-liki kebiasan berperang antar suku karena balas dendam.30 Kebiasaan-ke-
biasaan itu mereka la-kukan, karena dalam waktu yang begitu lama, masyarakat
Arab ti-dak memiliki Na-bi, kitab suci, ideologi agama dan tokoh besar yang mem-
bimbing me-reka.31 Selain itu me-reka tidak mempunyai sistem pemerintahan yang
ideal dan tidak mengindahkan sis-tem dan nilai-nilai moral. Pada saat itu, tingkat
beber-agamaan me-reka tidak berbeda jauh de-ngan masyarakat primitif.
Dalam konteks hubungan sosial dan perkawinan, terdapat 4 (empat) ben-
tuk praktik perkawinan. Pertama, perkawinaan seperti yang lazim dikenal se-ka-
rang ini. Kedua, bentuk perkawinan istibda, yaitu perkawinan seorang lelaki de-
ngan isteri orang lain pada saat sedang suci dan belum digauli suaminya yang

25
. Al- Hanafiyun atau al-Hunafa, merupakan kelompok masyarakat Arab yang
tetap mempertahankan tradisi dan kepercayaan nabi Ibrahim as. Mereka tidak setuju atas
prkatik, sikap dan kepercayaan masyarakat Arab yang telah menyimpang dari ajaran tauid
yang dibawa nabi Ibrahim as.
26
. M. Quraish, Membaca ... hlm. 97-99.
27
. A. Syalabi, Sejrah dan Peradaban Islam I ( Jakarta: Pustaka al-Husna Baru,
2003), hlm. 57.
28
. A. Syalabi, Ibid. hlm. 58. Lihat Rizqullah, Biografi... hlm, 76.
29
. K. Ali, Sejarah… hlm, 17. Lihat pula, P.K. Hitti, History of the Arabs, ( London:
McMillan, 1970), hlm, 87
30
Rizqulah, Biografi, hlm. 83.
31
. P.K. Hitti, History of the Arabs, 98-102.

8
sah.32 Bentuk perkawinan ini bertujuan untuk mencari bibit unggul. Biasanya, sang
suami menyuruh isterinya pergi ke rumah si fulan untuk digauli. Isteri ter-sebut
belum diperkenankan kembali ke suaminya sebelum diketahui kehamilan-nya.
Setelah diketahui isterinya hamil, suami sahnya meminta isterinya untuk kembali
ke ru-mah. Kebiasaan ini terjadi karena suami atau isteri menghendaki k anak ketu
-run-an dari orang-orang terpandang, baik dari segi kedudukan maupun harta keka-
yaan.33 Ketiga, perkawinan Rath, yaitu perkawinan yang terjadi setelah seke-lom-
pok lelaki berjumlah kurang dari 10 orang, sepakat untuk melakukan hubungan in-
tim dengan seorang perempuan yang bukan isterinya. Mereka melaku-kannya
secara bergiliran. Apabila hamil dan telah melahirkan anak, perem-puan tersebut
dihadirkan di depan para lelaki yang pernah menggaulinya untuk memilih siapa
yang harus menjadi ayah dari anak yang baru saja dilahirkan.34 Ketika perempuan
menunjuk salah seorang dari mereka, maka lelaki tersebut tidak boleh meno-lak.35
Keempat, bentuk perkawinan Rabi, yaitu ketika sekelompok orang lebih dari 10
orang mendatangi rumah seorang perempuan dengan tanda khusus. Setelah pe-
rempuan itu hamil dan melahirkan anak, maka lelaki tersebut dikumpulkan di ha-
dapannya. Kemudian perempuan tersebut akan menentukan siapa ayah kandung
anak tersebut berdasarkan banyaknya kemirip an antara lelaki dengan anak ter-
sebut.36
Dalam konteks bentuk perkawinan keempat ini, Shafiyurrahman lebih je-las
mengatakan bahwa para lelaki yang mendatangi rumah seorang pelacur. Pe-la-cur
tersebut meletakkan bendera di depan ruamahnya, sebagai tanda siapun bo-leh
mendatangi dan menggaulinya. Setelah pelacur itu hamil dan melahirkan, me-reka
berkumpul di tempat pelacur tersebut, dan mereka mengundang seorang Qa-fah
(orang yang bisa mengetahui persamaan antara anak dan bapak melalui tanda-
tanda tersembunyi). Kemudian sang Qafah menisbatkan anak pelacur ter-sebut
kepada orang yang dia lihat memiliki tanda-tanda persamaan dengan anak ter-se-
but, dan orang tersebut manganggapnya sebagai anak. Karena lelaki tersebut ti-
dak boleh menolak.37
Selain itu, masih di jaman Jahiliyah, terdapat kebiasaan mengawini dua
saudara kandung sekaligus dalam waktu bersamaan. Bahkan terdapat pula ke-
biasaan anak mengawini isteri ayah sendiri yang sudah diceraikan atau ditinggal
mati ayahnya.38 Namun ketika Islam datang, semua bentuk perkawinan yang me-
nyimpang dilarang.
Dalam hal kepemimpinan politik, masyarakat Arab jahiliyah yang telah ter-
pecah menjadi banyak suku, memiliki seorang pemimpin besar. Masing-ma-sing
su-ku memiliki wewenang untuk menentukan peperangan, pembagian harta ram-

32
Rizqullah, bid, hlm. 84.
33
Shafiyurrahman, Sejarah Hidup… hlm, 40.
34
Rizqullah, Biografi …hlm, 84.
35
Shafiyuurahman, ibid, 40.
36
Rizqullah, Biografi … hlm, 84. Dalam konteks ini, M.Quraish Shihab
menambahkan bahwa pasa masa itu juga sudah dikenal istilah nikah sirri, yaitu hbungan
pria wanita atau pernikahan yang dilakukan secara sembunyi, mirip dengan wanita
simpanan sekarang. Selain itu, ada juga dikenal dengan istilah Nikah al-Badal, yaitu suami
berhubungan dengan isteri temannya dan temannya berhungan dengan isterinya. Lihat. M.
Quraish, Membaca... hlm. 113-114.
37
Shafiyuurahman, ibid, 40
38
Rizqullah, Biografi … hlm, 85.Lihat pula, Shfiyyurrahman, Sejarah … , hlm, 41.
Lihat pula A. Syalaby, Sejarah…J.i. hlm, 64-65.

9
pasan dan pertempuran tertentu. Selain itu, seorang Syaikh atau Amir tidak memi-
li-ki wewenang apapun dalam mengatur ang gota kabilahnya.39
Meskipun begitu, sesungguhnya sejak zaman jahiliyah, masyarakt Arab
memiliki berbagai si-fat dan karakter yang positif, seperti sifat pemberani, keta-
han-an fisik yang prima, daya ingat yang kuat, kesadaran akan harga diri dan mar
ta-bat, cinta kebebasan, setia ter-hadap suku dan pemimpin, pola kehidupan yang
se-derhana, ramah, mahir da-lam bersyair dan sebagainya.40 Namun si fat-sifat dan
karakter yang baik tersebut se-a-kan tidak ada artinya karena suatu kondisi yang
menyelimuti kehidupan mereka, yakni ketidak adilan, kejahatan dan keyakinan
terhadap takha-yul.
Di dalam masyarakat Arab pra Islam, terdapat bermacam kelompok dan
status sosial. Antara satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat la-
in, memiliki kondisi berbeda. Di kalangan bangsawan, misalnya, hubungan antara
seorang suami dengan isterinya cukup baik. Seorang isteri, menurut Shafi-yurrah-
man, memiliki kebebasan berpikir dan berbicara. Selain itu, seorang isteri dihor-
mati dan dilindungi. Apabila ke-hormatannya diganggu, maka pedang yang ber-
bicara. Lebih dari itu, wa-nita memiliki peran cukup besar dalam persoalan politik.
Ia dapat menjadi pemicu pertikaian atau peperangan, juga dapat menjadi pene-
ngah dalam mengatasi persoalan yang tengah berkecamuk. Meskipun dalam ta-
taran sejarah bangsa Arab, seorang lelaki adalah pemimpin keluarga, dan hu-
bungan antara lelaki dengan perempuan diikat dengan pernikahan. 41
Meskipun begitu, secara umum, pada masyarakat biasa, kaum wa-nita me-
nempati kedudukan rendah sepan-jang sejarah umat manusia. Masyarakat Arabia
pra Islam memandang wanita ibarat bina-tang piaraan, bahkan lebih hina lagi.
Karena wanita sama sekali tidak men-da-patkan penghormatan dalam status
sosial dan tidak memiliki kekuatan apapun un-tuk me-la-kukan pembelaan. Kaum
laki-laki dapat saja mengawini wanita sesuka hatinya dan menceraikan mereka se-
muanya.42 Bahkan ada suku yang memiliki tradisi yang sangat buruk yang suka
mengubur anak perempuan mereka hidup-hidup. 43Mereka merasa terhina me-mi-
liki anak-anak perem-puan. Muka mereka akan merah bila mendengar isteri me-
reka melahirkan anak perempuan. Perbuatan itu mereka lakukan karena me-reka
merasa malu dan khawatir anak perempuannya akan membawa kemiskinan dan
kesengsaraan.44
Selain itu, sistem perbudakan juga merajalela. Budak dipelakukan ma-ji-kan
-nya secara tidak manusiawi. Mereka tidak mendapatkan kebebasan untuk hi-dup
la-yaknya manusia merdeka. Bahkan para majikannya tidak jarang menyiksa dan
mem-perlakukan para budak seperti binatang dan barang dagangan dijual atau di-
bunuh.45

3. Kondisi Sosial Ekonomi Arab Pra Islam.


Secara teoritis, pada dasarnya, kondisi ekonomi suatu bangsa sangat erat
kaitannya dengan situasi dan kondisi sosial politik. Hal itu terlihat jelas apa-bila
kita kita perhatikan tata cara kehidupan bangsa Arab. Paling tidak, ter-dapat dua
39
. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, cet. Ke-5 ( Jakarta: Rajagrafindo
Persada: 1997), hlm. 11.
40
. Shafiyurrahman, Sejarah… hlm. 44-45
41
. Shafiyurrahman, Sejarah… hlm. 39
42
. K. Ali, Sejarah Islam ( Tarikh Pramodern), ( Jakarta: Sri Gunting, 1997), hlm, 21.
43
. A. Syalaby, Sejarah… J.1. hlm, 60-61. Lihat pula, Shfiyyurrahman, Sejarah…hlm,
42. Lihat QS. 6 ayat 151. Qs. 16 ayat 58, QS. 59 ayat 31 dan QS. 81 ayat 8.
44
Shafiyurrahman, Ibid. hlm. 41
45
. K. Ali, Sejarah… hlm, 22.

10
kelompok besar yang dapat kita ketahui dalam sejarah, yaitu bangsa Arab per-
kotaan (al-Arab al-Hadlary), dan bangsa Arab pedesaan (al-Arab al-Badawi).
46
Kedua kelompok bangsa ini memiliki tradisi berbeda dalam menjalani kehi-
dupannya.
Bagi masyarakat perkotaan, seperti penduduk kota Mekah, mereka telah
memiliki tempat tinggal tetap. Karen itu, tradisi yang mereka lakukan dalam men-
cari nafkah adalah berdagang. Bangsa Arab seperti ini biasanya sering melakukan
perjalanan jauh untuk menjalin hubungan perdagangan dengan bangsa-bangsa
Arab atau non Arab lainnya. Perdagangan meru-pa-kan sarana terbesar untuk
menghasilkan berbagai kebutuhan hidup. Tra-disi seperti ini sangat jelas tertuang
dalam Qs. Quraisy. Mereka melakukan perjalanan bisnis ke Yaman pada musim
dingin dan perjalanan bisnis ke Syam pada musim panas. 47
Dalam kontak bisnis seperti itu, biasanya terjadi perubahan besar dalam
perilaku dan pemikiran bangsa Arab. Karena itu, bangsa Arab perkotaan, seperti
penduduk kota Mekah, sering beinteraksi dengan bangsa-bangsa lain di luar kota
Mekah. Dengan demikian, dapat dikatakan penduduk Mekah merupakan pendu-
duk kota kosmopolitan. Karena kota ini sering dikunjungi bangsa-bangsa yang
datang dari utara atau selatan untuk singgah atau transit, sebelum mereka melan-
jutkan perjalanan perdagangan ke kota-kota yang diutuju. Bahkan Mekah ke-
mudian menjadi salah satu kota perdagangan. Di kota ini terdapat beberapa pasar
terkenal, seperti pasar Ukaz, pasar Dzil Majaz, Pasar Maajnnah, dan lain-lain. 48 Se-
men-tara itu, terdapat beberapa pasar besar di luar kota Mekah, seperti pasar yang
menjual barang tenun, perdagangan kulit dan lain-lain, di Hirah pinggiran Yaman
serta di pinggiran Syam.
Sementara penduduk pedalaman (al-Arab al-Badawi), masih menja-lani
hidup secara sederhana. Karena mereka nomaden berpindah dari satu tempat ke
tempat lain. Mereka tidak memiliki perkampungan yang tetap. Cara hidup noma-
den seperti ini sesuai dengan keadaan alam dari jazirah Arabia, yang sebagian
besar terdiri dari Padang Pasir dan tanah pegu-nungan. Biasanya di tanah gurun
ada suatu tempat lebih rendah yang da-pat menyimpan air yang disebut Wadi
atau Oasis. Karena itu, mata penca-harian untuk mempertahankan hidup adalah
dengan beternak. Binatang yang biasa mereka ternak adalah kambing, kuda dan
terutama unta. Unta dan kuda memiliki peran yang sangat penting bagi masya-ra-
kat Arab Badawi. Bagi kaum Badawi, unta berarti binatang yang memberikan bekal
46
.A. Syalabi, Sejarah …. J. 1. hlm, 29-31. Lihat pula Ahmad Amin, Fajr Islam, (terj)
( Cirebon, Ttp. 1967), hlm. 11-12.
47
Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX,
( Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2008), hlm. 72. Dalam catatan sejarah diketahui bahwa
Hasyim, kakek Nabi Muhammad Saw, adalah tokoh yang memelopori perjalanan dagang
ke Syam. Meski sebenarnya, perjalanan dagang suku Quraisy tidak terbatas hanya ke
Syam, karena banyak tokoh Quraisy yang lain memilih lokasi bisnis di tempat lain. Ada 4
(empat) tokoh bisnis Quraisy terkenal masa itu, yaitu, Hasyim yang lebhih suka berdagang
ke Syam. Abd Syam, lebih senang pergi ke Habasyah, al-Muthalib,, ke Yaman, dan Naufal
ke Persia. Pada masa sebelumnya, justeru para pedagang dari luar kota Mekkah yang
datang ke kota ini. Tetapi setelah para tokoh bisnis ini mampu meyakinkan para pedagang
luar dan terus melakukan kontak bisnis, usahanya ini banyak diikuti oleh para pedagang
lainnya. Dengan begitu, kegiatan perekonomian masyarakat Arab Quraisy semakin maju
dan kian sejahtera. Dari Yaman mereka membawa kulit, dupa dan pakaian; dari Syam,
mereka membeli minyak, bahan makanan, sutera, senjata dan lain-lain. Karena itu, dalam
sejarah dikenal bahwa bangsa Quraisy sebagai pedagang ulung, dermawan, matang
pemikirannya, selalu cenderung pada perdamaian dan berwibawa. Ceritera ini banyak
disebutkan dalam al-Quran.Lihat, M. Quraisy, Membaca... hlm, 63-65.
48
. Shafiyurahman, Sejarah… hlm, 45. Lihat A. Syalaby, Sejarah.....I. hlm, 51.

11
makanan sehari-hari, alat transportasi dan alat tukar, selain daging dan su-sunya
dapat dimanfaatkan untuk makan dan minum. Karena unta me-me-gang peran
penting dalam kehdupan sosial dan ekonomi masyarakat Ba-dawi, maka status
sosial seseorang ditentukan oleh banyaknya hewan ter-nak yang dimiliki. Selain itu,
unta juga dapat dipergunakan sebagai ma-har dalam perkawinan. Bahkan, unta
juga dapat dipergunakan seba-gai alat denda atas pembunuhan yang terjadi.
Karena itu, tak heran jika ada yang mengatakan bahwa unta adalah teman abadi
orang Arab Badawi. Se-dang kuda dijadikan sebagai alat transportasi utama
dalam peperangan karena kecepatannya bergerak, selain unta. 49

4. Peradaban Arab Pra Islam.


Dalam catatan sejarah, keluarga Bani Qahthan, yang sering dikenal dengan
sebutan al-Arab al-Aribah,50 di Selatan Jazirah Arabia, pernah men-di-rikan
kerajaan besar di Yaman, Mereka mendirikan kota-kota, membang-un istana
mewah, meng-olah tanah dengan menggu-nakan bendungan dan iri-gasi, memahat
patung, ahli perbintangan, memiliki angkatan perang dan melakukan ekspansi dan
hubungan perdagangan dengan kerajaan-kera-jaan tetangganya.
Di antara bekas peninggalan sejarah bangsa ini di Yaman adalah bendung-
an Maarib.51 Bendungan ini diperkirakan dibangun pada abad ke-2 sebelum Ma-
sehi. Bendungan ini dibangun dengan cara membendung su-ngai yang mengalir di
antara dua gunung pada celahnya yang sempit. Di puncaknya dibuat saluran air
yang mampu mengairi 70 lembah yang mem-butuhkan pengairan dalam pengo-
lahan tanahnya. Pembuatan ben-dungan itu menunjukkan bahwa bangsa Yaman di
Selatan telah memiliki kemam-puan tinggi dalam teknologi irigasi. Kekuatan
bendungan ini dapat ter-pe-lihara dengan baik, hingga masa pertengahan abad ke-
2 M. Tetapi, sejak masa itu, kualitas bendungan mengalami kelemahan karena ku-
rang-nya perhatian penguasa dalam menjaga. Akibatnya, sekitar tahun 450 M atau
451 M, bendungan ini juga mengalami kehancuran, yang menyebab-kan banjir
bandang yang melanda wilayah kerajaan Saba,52 sehingga be-kas-be-kas kerajaan
tersebut sulit dilacak. Peristiwa tersebut dikenal dalam sejarah dan dicatat dalam
al-Quran dengan istilah sail al-arim.53
Selain bendungan Maarib di Selatan, terdapat bangunan suci di Mekah,
yaitu Kabah. Bangunan ini dibangun oleh Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail. Ke-
mudian dipelihara oleh keturunan suku Amaliqah. Ketika suku Jurhum berkuasa di
Hejaz, mereka memperbaiki bangunan Kabah yang pernah dilakukan oleh

49
Muhammad Achmad, dkk, Sejarah dan Kebudayaan Islam, J.I. ( Jakarta:
Departemen Agama RI, 1982), hlm. 9-12. Para sejarawan membagi kelompok bangsa
Arab menjadi 3 (tiga) bagian. Pertama, al-Arab al-Baidah, yaitu bangsa Arab yang sudah
punah, seperti kaum Ad. Tsamud, Thasam, Amlaq dan lain-lain. Kedua, al-Arab al-Aribah,
yaitu bangsa Arab yang berasal dari keturunan Yarib ibn Yasyjib ibn Qahthan. Mereka
dikenal dengan sebutan bangsa Arab Qahthan. Ketiga, al-Arab al-Mustarabah, yaitu
bangsa Arab yang berasal dari garis keturunan Ismail ibn Ibrahim AS. Mereka sering juga
disebut sebagai bangsa Arab Adnaniyun. Lihat. Al-Usairy, Sejarah Hidup ... hlm, 2.
50
Al-Usairy, Sejarah… hlm. 62-63.
51
. A. Syalabi,Sejarah… J. 1, hlm. 34.
52
. Carl Brockelmann, History of The Islamic Peoples, ( London: Routledge &
Kegan Paul Ltd,1939), hlm. 2.
53
. A. Syalabi, ibid. hlm. 34. Lihat pula. Al-Quran, QS. Al-Saba ayat 16. Peristiwa
Banjir Bandang ini menyebabkan kehidupan di Yaman mengalami perubahan besar.
Pnduduk Yaman terpaksa mengungsi ke bagian Utara Jazirah Arabia. Karena air bah yang
besar itu telah menenggelamkan negeri mereka. Faktor inilah yang menyebabkan
kerajaan Saba dan Himyar hancur..

12
penguasa sebelumnya. Kemudian pada abad ke-5 M diperbaiki oleh Qushai ibn
Kilab. Sekitar 5 tahun sebelum kerasulan Muhammad, bangsa Quraisy memper-
baiki bangunan Kabah. Hal itu dila-kukan karena Kabah merupakan salah satu
bangunan suci yang dihormati oleh seluruh suku bangsa Arab, dan dikunjungi oleh
bangsa-bangsa Arab pada bulan-bulan tertentu, seperti Dzulqadah, Dzul Hijjah, dan
bulan-bulan haram.54
Selain bentuk peradaban material, seperti disebutkan di atas, terda-pat
juga jenis peradaban non material yang dimiliki bangsa-bangsa Arab. Di antaranya,
syiir atau syair, cerita prosa, khitabah, amsal, ansab, tenung, ra-malan,
perbintangan, memahan, menunggang kuda dan sebagai-nya.
Modal utama peradaban non material bangsa Arab adalah bahasa yang
biasa mereka pergunakan dalam berkomunikasi. Mereka tidak meng-alami kesu-
litan dalam pergaulan, sebab bahasa al-Arab al-Mustarabah (bangsa Arab ke-tu-
runan Ismail ibn Ibrahim AS), memiliki kesamaan filo-logi dan semantik dengan
bahasa-bahasa lain di rumpun bangsa Smith atau Samiyah. Bangsa Arab Kildani,
Asyuria, Ibrani dan Finiki dapat berko-muni-ka-si antara sesamanya tanpa dibantu
perantara atau penterjemah. Bahasa ini menjadi alat pemersatu di kalangan
bangsa-bangsa Arab yang berdiam di Jazirah Arabia, bahkan Mesir dan negara-
negara Afrika Utara. Faktor ke-samaan bahasa ini menjadi salah satu penentu
keberhasilan dalam per-nia-gaan, pergaulan dan lain-lain, termasuk bagi bangsa
Arab nomaden. Keda-tangan mereka setiap tahun ke Mekah, untuk berdagang dan
berhaji, ba-hasa itulah yang dijadikan bahasa komunikasi. Bahasa Arab juga diper-
gu-nakan dalam perlombaan syiir.55
Oleh karena itu, sejak abad ke-3 dan ke-4 M dalam catatan sejarah bangsa-
bangsa Arab, terdapat berbagai syiir dijumpai di setiap daerah, ba-ik di utara
maupun di selatan jazirah Arabia. 56Dengan demikian, pada ma-sa pra Islam,
bangsa Arab telah memiliki peradaban yang cukup besar, ter-utama dalam bidang
sastra. Bahkan dalam setiap tahun diadakan per-lom-baan sastra di pasar Ukaz,
salah satu pasar seni, untuk memilih sastra dan sastrawan terbaik. Syair terpilih
akan ditulis dengan tinta emas diletakkan di dinding Kabah yang disebut al-
Muallaqat.57 Sementara penyairnya akan menempati pososi sosial yang cukup
tinggi dan terhormat di tengah-teng-ah masyarakat Arab. Di antara para penyair
yang pernah ada ada waktu yang nama dan syairnya tertulis dengan tinta emas
dan digantungkan di Kabah adalah adalah Umru al-Qays (w. 540 M), al-Harits (w.
564 M), Antarah (w. 615 M0, Amer (w. 622 M), Lubaid (w. 622 M). Selain mereka,
masih terdapat nama sastrawan lain, seperti Ibnu Kultsum, Nabighah al-Dzubyani,
al-Qamah, dan lain-lain.
Di antara karakteristik syair Jahili terletak pada bentuknya yang umum,
memiliki keselarasan nada, irama dan makna. Persajakan ini juga nampak pada
prosa yang mengandung tema keagamaan dan kejadian yang menakjubkan. Syair
dan Qasidah Jahili sangat dekat dengan perilaku kehidupan di Padang Pasir, yang
gersang dan kering sepanjang hari, yang nyaman dan romatis bila malam hari.
Terlebih saat purnama tiba. Dalam kata lain, syair Jahili menerangkan gambaran
kehidupan Badwi yang se-derhana, seperti tentang syair perburuan, unta, padang
pasir, kebangg-a-ga-an, berhala, ratapan dan pujian yang berlebihan terhadap
wanita yang di-kasihi dan dicintai. Karena itu, dalam syair Jahili belum ditemukan

54
. Zakaria Basheer, Mekah dalam Kemelut Sejarah, (ter). ( Jakarta: Pustaka
Fordaus, 1994), hlm. 25-30. Lihat, al-Usairy, Sejarah, ... hlm, 69-71.
55
. Muhamad Achmad, Sejarah… hlm. 12.
56
Ahmad Amin, Fajr Islam hlm, 74-80
57
Rizqullah¸ Biografi…. hlm, 79, dan 799.

13
meng-andung ilmu pengetahuan, hukum, pemikiran yang tinggi tinggi dan ung-
kapan perasaan yang dalam. Karya syair Jahili, biasanya terhimpun dalam Diwan
al-Syiri. Syair paling tua diperkirakan sekitar 150 tahun sebe-lum kenabian. Di
antara yang terhimpun dalam Diwan al-Syiri adalah al-Mua-laqat al-Saba, yang
dikumpulkan oleh Hammad al-Rawiyah; al-Mufa-shalat, dikumpulkan oleh al-
Dhabiy berisi 128 qasidah; Diwan al-Humasah yang di-karang oleh Abu Tamam.
Humasah al-Bukhtury, al-Aghani, dan al-Syiru wa al-Syuara, disusun oleh Ibn Qu-
taybah.58
Di samping Syair sebagai hasil kreativitas seni sastra masyarakat Arab
Jahiliah yang mengandung nilai sangat tinggi, terdapat juga karya sastra yang
disebut Amsal atau Pepatah Arab.59 Papatah atau pribahasa ter-se-but merupakan
bentuk identitas keunggulan peradaban, adat istiadat dan pekerti bangsa Arab itu
sendiri. Amsal berbeda dengan syiir. Syiir meng-andung ungkapan perasaan pe-
nyair, dan terikat oleh kafiah (persa-jak-an), maka Amsal lepas dari ikatan kafiah,
tetapi mengandung pemikiran umum yang dikeluarkan oleh masyarakat umum.
Kata-kata yang diper-gu-nakan dalam Amsal bukan hasil seleksi perasaan yang
dalam. Karena itu, untuk memahami masalah ini, para pendengar atau pencinta
tidak memer-lukana pemikiran kritis dan analitis, cukup hanya dengan pemikiran
glo-bal. 60
Hal itu disebabkan karena Amsal merupakan cerminan atau refre-sentasi
dari bahasa rakyat yang menggambarkan keadaan alam sekitar di mana bangsa
itu tinggal menetap. Karena itu dapat dipahami bahwa Amsal merupakan gam-
baran umum mengenai perilaku dan kehidupan atau ak-tivias masyarakat Arab
sehari-hari yang hidup di tengah padang pasir, yang memiliki kesamaaan dengan
bahasa Smith. Di antara contoh Amsal yang pernah berkembang di masyarakat
Arab Jahili dan telah dibukukan adalah Amsal al-Madaini: Jumhurah Amsal, karya
Ibn Hilal al-Askari.
Selain Amsal, dalam tradisi sastra Arab Jahili juga terdapat karya sastra
berbentuk Qishash atau ceritera prosa.61 Karya ini merupakan ben-tuk warisan
peradaban bangsa Arab Jahili yang masih ditemukan hingga kini. Seperti Syiir,
dalam Amsal juga dapat ditelusuri perkembangan pemikiran bangsa Arab se-
belum kenabian. Di antara karya sastra terkenal dalam bi-dang ini adalah Ayyam al
-Arab. Prosa ini kebanyakan berceritera menge-nai pertempuran yang terjadi di
antara kabilah-kabilah Arab pada masa Jahi-liyah, seperti Perang Dahis. Perang
Gabran, 62Perang Kulaib dan sebagainya.63 Se-lain itu, dalam ceritera ini, juga
sering digambarkan mengenai pepe-rangan yang terjadi antara bangsa Arab
dengan bangsa-bangsa lainnya, seperti Perang Dzi Qarn, yaitu peperangan antara
Bani Syibyan dengan bangsa Per-sia yang dimenangkan oleh Bani Syibyan.
Kisah mengenai Ayyam al-Arab 64 ini banyak tertuang dalam buku al-Aqd al-
Farid dan Amsal al-Maidani. Hanya, menurut para ahli, dalam karya sastra itu
sudah mendapat tambahan da pengurangan dari penulisnya, se-hingga diragukan

58
Lihat Hitti, History…. hlm, 91-92
59
Lihat Amin, Fajr … hlm. 80-88.
60
.Hitti, History.. hlm, 92-93
61
Amin, Fajr Islam … . hlm, 88-91. Lihat pula, Carl Brokleman, History of The
Islamic Peoples, ( London: Routladge&Kegan Pul ltd, 1949), hlm, 11.
62
K.Ali, Sejarah … hlm, 18. Perang Dahis dan Perang Ghabra ( keduanya adalah
nama keledai. Kedua nama keledai ini menjadi nama pertempuran natara suku Abes
dengan suku Dhub, yang berlangsung selama beberapa kali peperangan. Lihat pula Hitti,
History... hlm, 90.
63
Hitti, History… hlm, 90
64
Hitti, History… hlm, 88

14
keaslian atau ontentisitasnya sebagai ceritera dari masa Jahiliyah, yang disam-
paikan secara lisan.
Kehidupan nomaden bangsa Arab Badawi yang keras memberi pe-luang
untuk pengembangan pengetahuan dan keahlian sesuai dengan ling-kungan tem-
pat mereka tinggal. Mereka mahir dalam membaca jejak dan meramal pe-ristiwa
alamiah yang akan terjadi, misalnya kapan hujan turun, letak mata air, tempat
binatang buruan, binatang buas dan lain sebagainya. Sedang pada malam hari
mereka berpedoman pada bintang-bintang dan bulan yang tak pernah tertutupi
awan dalam menentukan arah perjalanan dalam pengembaraannya.
Selain perkembangan sastra, masyarakat Arab pra Islam, juga memeiliki
ilmu pengetahuan dan berusaha mengembangkannya. Di antara ilmu pengeta-
huan yang dikembangkan pada masa itu adalah, astronomi, meterologi, sejarah,
dan ilmu pengobatan (al-Thib). Pengetahuan masyarakat Arab Pra Islam dalam
bidang astronomi berkaitan erat dengan perjalanan mereka sebagai penunjuk arah
di darat maupun di laut. Dengan begitu, mereka mudah menentukan arah mana
yang hendak dituju. Hal ini dapat dilihat dalam al-Quran, misalnya QS, al-anam ayat
97, al-Nahl ayat 16, dan masih banyak ayat al-Quran yang menjelaskan tentang ini.
Ilmu pengetahuan lain yang dikembangkan sebagai hasil peradaban
bangsa Arab pra Islam adalah meteorologi. Masyarakat Arab Jahiliyah memiliki
pengetahuan praktis mengenai cuaca yang memungkinkan mereka dapat mela
kukan prakiraan cuaca. Tradisi ini kemudian diteruskan dari generasi ke genarasi,
sehingga mereka memiliki pengetahuan yang cukup untuk memperkirakan da
tangnya suatu musim. Diriwayatkan bahwa Umar bin al-Khattab pernah ber tanya
pada Abas bin Abd al-Muthalib, paman Nabi, tentang perkiraan datangnya musim
kemarau atau musim hujan. Lalu beliau menginformasikan berdasarkan
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki ketika itu.65 Data ini menunjukkan
bahwa masyarakat Arab pra Islam telah terbiasa melakukan perkiraan akan
datangnya suatu musim berdasarkan pengetahuan dan pengalaman di bidang
meteorologi.
Hasil peradaban yang dikembangkan oleh masyarakat Arab pra Islam
adalah ilmu pengobatan atau al-Thib pengetahuan mereka tentang pengobatan
berdasarkan pengalaman keseharian mereka. Sebagian di antaranya benar dan
masih relevan hingga kini, seperti pengobatan dengan madu dan jintan hitam.
Salah satu cara pengobatan yang paling populer ketika itu adalah berbekam atau
al-Hijamah. Cara ini masih dipraktikkan hingga kini dan bahkan menjadi cara
pengobatan yang cukup diminati masyarakat muslim, selain pengobatan medis
yang dilakkan oleh pada dokter.
Ilmu pengetahuan lain yang berkembang masyarakat Arab pra Islam
adalah sejarah. Hal ini dapat dilihat dari catatan yang terdapat dalam ayat-ayat al-
Quran yang berbicara dan menggugah untuk memperhatikan dan mempelajari
sejarah.66 Ini menunjukkan bahwa masyarakat Arab pra Islam memiliki kepedu
lian untuk mempelajari dan mengambangkan sejarah, terutama yang berkaitan
dengan perkembangan peradaban umat sebelumnya. Masyarakat Arab biasanya
selalu membanggakan asal usul nenek moyang mereka. Mereka mengetahu itu
dari cerita dan silsilah yang mereka miliki. Karena itu, sejarah yang berkembang

65
. M. Quraisy, Membaca… hlm. 75-77
66
. Masyarakat Arab pra Islam memiliki pengetahuan sejarah dan berbagai lokasi
peristiwa bersejarah, terutama ketika banyak di antara mereka yang melakukan perjalanan
bisnis ke Syam dan Yaman, Dalam Qs al- Shaffat ayat 137- 138 dijelaskan mengenai
peristiwa kaum Luth, dan masih banyak lagi ayat al-Quran yang berbicara tentang sejarah
masa lalu dan dipahami masyarakat Arab Pra Islam sebagai pengetahuan sejarah.

15
ketika itu sangat berkaitan erat dengan geneologi atau silsilah keturunan bangsa-
bangsa Arab. Selain itu juga menuturkan kisah perjalanan hidup seorang atau
komunitas etnis tertentu, yang sering disebut dengan istilah sirah. Bangsa Arab
dahulu juga sering bercerita tentang kehebatan bangsa ini dalam berbagai
pertemupran. Biasanya ceritera ini tertuang dalam prosa yang dikenal dengan
sebutan ayyamul Arab, sebagaimana ditegaskan pada bagian terdahulu.

B. Kehidupan dan Perjuangan Nabi Muhamad


dalam Pengembangan Islam.

1. Asal usul Keturunan Nabi Muhammad Saw.

Nabi Muhammad Saw adalah salah seorang anggota Bani Hasyim,67 suatu
ka-bi-lah yang ada di dalam suku Qurays.68 Beliau lahir pada tanggal 12 Ra-biul
Awal tahun gajah69 ber-tepatan dengan 20 April 571 M. Ayahnya 70 su-dah mening-

67
Muhamad al-Khudary Bek, Nur al-Yaqin fi Sirati Sayyid al-Mursalin, ( Semarang:
Toha Putera, Tt), hlm. 3-4. Lihat, Shafiyurrahman, Sejarah … hlm. 46-47. Lihat, Jere, L.
Bacharach, a Middle East Studie Hanbook, ( Cambridge: Cambridge University Press,
2000), hlm, 17
68
Quraisy merupakan gelar yang diberikan kepada cucu Kinanah yang berhasil
mempertahankan Kabah dari serbuan keturunan Himyar dari negeri Ya-man. Terdapat dua
nama orang yang disebut para ahli sejarah sebagai Quraisy, yaitu Ki-nanah dan Fihr Ibn
Malik. Namun kebanyakan para ahli sejarah mengatakan bahwa kata Quraisy itu lebih
cenderung ditujukan pada Fihr. Karena ia dianggap tokoh yang telah berhasil mengusir
pasukan Yaman. Selain itu, ia juga dikenal sebagai tokoh masyarakat kota Mekah yang
cukup berhasil dalam melaksanakan bisnis dengan bangsa Yaman yang berdatangan
untuk menziarahi Kabah di kota Mekah. Di samping itu, ia juga dikenal sebagai orang yang
suka memberikan pelayanan kepada para peziarah yang datang ke Kabah. Atas semua
jasa dan keberanian itu, maka Fihr diberi gelar dengan sebutan Quraisy
69
Dinamakan Tahun gajah, karena bertepatan dengan hari kelahiran Muhammas
saw, kota Mekkah diserang oleh pasukan tentara yang mengendarai gajah di bawah
pimpinan Abrahah, salah seorang gubernur Ethiopia yang bertugas di Yaman. Ia
bermaksud mengalihkan masyarakat Arab berkiblat dari Mekkah menuju Yaman. Usaha
ini dilakukan tidak hanya sekadar motif keagamaan, juga motif ekonomi. Ia menyadarai
bahwa kota Mekkah yang menjadi kiblat dan sentral kegiatan masyarakat Arab,
berdampak ekonomis, terutama saat musim haji. Untuk itu, ia membangun sebuah
bangunan yang mirip dengan Kabah di Shana, ibu kota Yaman., untuk menarik masyarakat
Arab agar datang ke Yaman. Bangunan ini dalam literatur Arab dinamai al-Qullais, yang
memiliki kedekatan makna dengan gereja. Bangunan ini dibuat dari batu marmer bekas
istana ratu Balqis. Usahanya menarik perhatian masyarakat Arab agar mengalihkan
kiblatnya ke Yaman, tidak berhasil. karena masyarakat Arab sangat menghormati Kabah
dan tradisi nenek moyang mereka. Meski mereka sangat menghargai Abrahah, tetapi
mereka tidak tertarik berubah keyakinan, menjadi penganut Kristen. Karena gagal, maka
Abrahah terus berusaha sebisa mungkin mengalihkan perhatian itu, dan cara yang
ditempuh kemudian adalah melakukan serangan ke kota Mekkah. Ketika tentara tiba di
kota Mekkah, Abd al- Muthalib diantar oleh beberapa anaknya me nemui Abrahah. Setelah
berdialog sedikit, Abd al- Muthalib meminta agar Abrahah mengembalikan 200 ekor unta
miliknya yang dirampas pasukan Abrarah. Abrahah marah dan berkata, aku datang ke sini
untuk merobohkan bangunan yang kau sucikan., bukan mau mengembalikan unta-
untamu. Abd Muthalib menjawab. Unta-untaitu milik aku. Sedang rumah itu pemiliknya
yang akan membelanya. Mendengar jawaban itu, Abrahah marah. Pemilik itu tidak dapat
menghalangi maksudku. Abd al-Muthalib berkomentar, silakan saja ” . Kemudian terjadi
tawar menawar. Abd Muthalib akan menyerahkan sepertiga kekayaan Thihamah kepada
Abrahah, asal membatalkan niatnya menghancurkan Kabah. Tawaran itu ditolak. Akhirnya,
Abd Muthalib memerintahkan penduduk Mekkah untuk mengungsi ke tempat tinggi

16
gal sebelum beliau lahir. Tidak berapa lama kemudian, ibunya, Siti Aminah, me-
ninggal dunia. Kemudian beliau dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang baik-
baik hingga men-jelang dewasa. Pendidikan yang diberikan keluarga dan para
penga-suh-nya mem-bekas di dalam dirinya, sehingga beliau menjadi orang yang
men-dapat julukan al-Amin.
Muhammad Saw memiliki silsilah keturunan yang jelas, seba-gaimana
lazimnya kaum bangsawan Arab. Bahkan disebutkan bahwa beliau merupakan
keturunan pilihan di antara kabilah-kabilah Arab, yaitu keturunan Ismail bin Ibrahim
AS. 71Ayah-nya bernama Abd Allah bin Abd al-Muthalib bin Hasyim bin Abd Manaf
72
bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Kaab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik
bin Nadahar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin
Nazar bin Maad bin Adnan. Keturunan Ismail bin Ibrahim AS.73
Sedangkan paman beliau dari pihak ibu berasal dari Bani Zuhrah. Sebab
ibunda Rasul Allah, Aminah binti Wahab, adalah keturunan Bani Zuhrah. Kemu-dian
nasab dan silsilah ayah dan ibundanya bertemu pada Kilab bin Murrah, yaitu pada
garis keturunan vertikal antara ayah dan ibu.74 Abd Allah menikahi Aminah ketika
ia berusia lebih kurang 24 tahun.75 Keduanya merupakan pa-sang-an sekufu dan
serasi. Bahkan ia pernah akan dikor-bankan sebagai penebus nazar ayahnya. Abd
al-Muthalib bernazar apabila ia memiliki anak laki sepuluh orang, maka salah
seorang di antara mereka akan dikorbankan di depan Kabah. Nazar ini ditebus
dengan 100 ekor unta sebagai penggantinya.76 Hal itu dilakukan agar tindakan
tersebut tidak diikuti oleh gene-rasi Quraiys sesudahnya dikemudian hari. Karena
Abd al-Muthalib merupakan wali negeri yang menjadi panutan masyarakat Mekah.
Dalam catatan sejarah bangsa Arab Quraisy, Hasyim bin Abd Manaf
dikenal sebagai tokoh masyarakat kaya dan terpandang. Sebagaimana anak-anak
Abd al-Manaf lainnya, yaitu Abd Syams, Abd al-Mutahlib dan Naufal, masing-
masing memegang suatu jabatan penting dalam pemerintahan masyarakat Arab

71
Rizqullah¸ Biografi…. hlm, 117-118
72
. Nama asli Abd Manaf adalah al- Mughirah. Ia dikenal juga dengan julukan
Qamar al-Bathha ( bulannya kota Mekkah). Manaf adalah salah satu berhala yang dipuja
ketika itu. Lihat. M. Quraish Shihab, Membaca...hlm, 146.
73
Rizqullah¸ ibid.
74
Shafiyurahman, Sejarah… hlm, 46
75
Dalam Muhamad Khudary Bek, Nur al-Yaqin… hlm, 5-6.
76
Shafiyurahman, Sejarah … hlm, 53-54. Diceritakan bahwa Abd al-Muthalib
bernadzar, jika ia memiliki anak lelaki sepuluh orang, maka salah satu di antaranya akan
dikurbankan. Untuk melaksanakan itu, Abd al- Muthalib melakukan undian dengan cara
menaruh nama-nama anaknya di ujung anak panah yang kemudian diberikan kepada juru
kucni Hubal. Anak panah kemudian dikocok, dan yang nama keluar adalah Abd Allah. Lalu
Abd al-Muthaib membawa pisau besar dan membawa Abd Allah ke Kabah untuk
disembelih. Namun masyarakat Quraisy mencegahnya, terutama Abu Thalib, paman Nabi
dari pihak ibu. Kemudian Abd al- Muthalib berkata, ” apa yang akan kamu lakukan dengan
nadzarku?”. Kemudian mereka menyarankan agar Abd al-Muthalib datang ke arrafah dan
meminta nasihatnya. Abd al-Muthalib mendatanginya dan meminta nasihat Arrafah
tersebut. Arrafah memerintahkan agar dilakukan pengundian ulang dengan cara nama Abd
Allah dengan nama sepuluh ekor unta. Jika yang keluar Abd Allah, maka unta ditambah
sepuluh ekor lagi sampai tuhannya ridla. Jika yang keluar nama unta, maka unta segera
disembelih. Sepulang dari sitr, Abd al-Muthalib melakukan undian ulang, antara Abd Allah
dengan sepuluh ekor unta. Nama yang keluar lagi-lagi Abd Allah, lalu ditambah sepuluh
ekor unta lagi. Perbuatan itu dilakukan hingga berkali-kali, sampai keluar nama unta.
Dalam konteks ini, Rasul Allah Saw berkata, Anabnu Dzabihain, saya adalah anak dari dua
orang yang akan dikurbankan, yaitu ismail AS dan Abd Allah. Lihat, Shafiyurahman,
Sejarah… hlm, 54.

17
kota Mekah dan sekitarnya. Hasyim bin Abd al-Muthalib dan generasi sesu
dahnya memegang jabatan penting dalam urusan air minum (siqayah) dan makan
( al-rafadah),77 kepada para peziarah yang datang ke Kabah. al-Liwa, pertahanan,
dan al-Hadanah atau al-Hijabah, yakni pengelolaan dan pertahanan
terhadap Ka bah. Untuk itu, ia juga memberikan dorongan kepada masyarakat
agar menaf kah kan sebahagian hartanya untuk kepentingan para peziarah. Tugas
berat lainnya yang dibebabkan kepadanya adalah mengatur lalu lintas perjalanan
perdagangan, baik pada musim panas maupun musim dingin. Dalam catatan
sejarah disebutkan bahwa para pedagang Arab memiliki kebiasaan melakukan
penjalanan perda gangan ke Yaman pada musim dingin dan ke Syria pada musim
panas. 78 Di tengah komunitas itulah Muhammad Saw lahir dan dibesarkan.
Ayahnya meninggal dunia ketika beliau masih dalam kandungan ibunya.
Diceritakan bahwa Abd Allah meninggal dunia di Madinah dalam usia 25 tahun, di
kediaman pamannya dari Bani Najjar. Ketika itu, Abd Allah sedang menja-lankan
perintah ayahnya, Abd al-Muthalib, membeli kurma di Madinah untuk diju-al
kembali. Namun sesampainya di Madinah ia jatuh sakit, lalu meninggal dunia.
Kemudian janazahnya dikebumikan di Dar al-Nabhigah, Madinah.79 Dengan
dermikian, Muhammad lahir dalam keadaan yatim, tanpa ayah tercinta mendam-
pingi dan menjaganya.
Dalam perkembangan awal, Muhammad Saw dipelihara, disusui dan di-
besarkan ibu kandungnya sendiri, Aminah binti Wahab. Setelah itu, Muhammad
disusui oleh Tsuwaibah Aslamiah, mantan budak Abu Lahab. Setelah itu, Mu-
hamad kecil disusui oleh Halimah Sadiyah binti Abu Dzuaib, isteri al-Harits bin
Abd al-Uzza.80 Setelah berusia lebih kurang enam tahun, beliau kembali pada ibu
kan-dungnya, Aminah Binti Wahab. Setelah itu, Muhammad kecil diasuh ibun-da-
nya sendiri dan mejadi tanggungjawab kakeknya, Abd al-Muthalib, sekembalinya
dari penyusuannya di kampung Bani Saad.81 Ketika beliau berusia 6 tahun, ibunda
tercinta, Aminah Binti Wahab, meninggal dunia di Abwa. 82 ketika ia sedang
melakukan perjalanan dari Madinah ke Mekah bersama Muhamad setelah

77
Lih. M. Quraish, Membaca...., hlm. 151-152. Selain itu, masih terdapat beberapa
tugas yang diemban oleh masyarakat Quraisy juga memiliki tugas dan kewajiban , seperti
al- Imarah, pengembannya bertanggungjawaab atas kehormatan Kabah agar tidak
seorangpun yang berucap tidak wajar, cabul, bertengkar atau mengeraska suara. Ia-Isynaq,
yang bertugas menangani diyat atau ganti rugi bagi korban atau keluaragnya akibat
penganiayaan. Al-Asyar, yang bertugas menangani pendudian nasib dan alat-alatnya. Al-
Hukuma, yang bertugas melarasi perselisihan dan menetapkan putsan perkara. Al-
Safarah, yang menangai urusan luar suku dan menjadi semacam utusan khusus. Lih. M.
Quraish, Membaca...., hlm. 60.
78
Shafiyurahman, Sejarah… hlm, 42-43.
79
Rizqullah¸ Biografi…. hlm, 123. Lih. M. Quraish, Membaca...., hlm.226-226.
80
Kebiasaan masyarakat Arab kota, ketika itu, adalah mencari ibu susu untuk
menyusui anak-anak mereka. Tujuan mereka adalah menjauhkan anak-anak mereka dari
penyakit peradaban, untuk memperkuat fisik mereka. Selain itu, agar anak-anak mereka
mempelajari bahasa Arab yang fasih sejak kecil. Maka, Abd al-Muthalib mencarikan ibu
susu untuk Muhammad Saw. Rasulullah kemudian disusui oleh salah seorang wanita dari
Bani Saad Ibn Bakr, yaitu Halimah Binti Abu Dzuaib, isteri al-Harits Ibn Abd al-Uzza yang
dijuluki Abu Kabsyah, satu kablah dengan Halimah.
81
Rizqullah¸ Biografi…. hlm, 123.
82
. Abwa adalah sebuah perkampungan yang terletak di antara kota Juhfah dan
Madinah. Jaraknya sekitar 23 mil selatan kota Madinah. Lihat, al-Himawi, Yaqut ibn Abd
Allah al- Rumi al- Baghdadi, Mujam al-Buldan, J. 1, ( Beirut: Daar al-Shadir, 1376 H/ 1956
M), hlm. 79. Bandingkan dengan al- Biladi, Atiq ibn Ghaits, Mujam al-Maalim al-
Jughrafiyah al- Sirah al- Nabawiyah, ( Mekah al- Mukaramah: Dar Mekah, 1402 H/ 1982 M),

18
mengunjungi paman-paman dan saudara-saudaranya dari pihak ayah, yaitu
keturunan Bani Adi bin Najjar83 di kota tersebut.
Sepeninggal ibunya, Muhamad kecil diantarkan kembali oleh Umma Aiman
kepada kakeknya, Abd al-Muthalib. Sejak itu, beliau berada di bawah pengasawan
dan asuhan Abd al-Muthalib hingga sang kakek meninggal dunia. Dalam catatan
sejarah, menjelang Abd al-Muthalib meninggal dunia, beliau berusia sekitar 8
tahun.84 Sebelum meninggal, Abd al-Muthalib berwasiat agar Abu Thalib, paman
Nabi Muhammad Saw, merawat dan mendidiknya.85 Meski Abu Thalib bukan
orang kaya, tetapi ia cukup perhatan dalam merawat dan mendidik Muhamad Saw
hingga dewasa, meskipun Abu Thalib memiliki banyak anak. Muhamad Saw
berada di bawah lindungan Abu Thalib hingga tahun ke-10 kenabian, setelah
pamannya itu meninggal dunia.
Ketika berusia 12 tahun, Muhamd Saw diajak pamannya pergi ke Syam
untuk berdagang. Setibanya di Bashra, salah satu negeri Arab yang berada di ba
wah kekuasaan bangsa Romari, mereka melewati seorang pendeta yang dikenal
dengan nama Bahira, meski nama sebenarnya adalah Jirjis (George). Ketika rom-
bongan Abu Thalib berhenti untuk beristirahat, Bahrira datang menemui mereka
layaknya menyambut tetamu. Setelah itu, ia menjelaskan kepada Abu Thalib bah-
wa anak ini akan menjadi pemimpin dunia utusan Allah. Bahira mengenali-nya dari
sifat-sifat dan tanda yang ada di dalam diri Muhamad. Setelah itu, Bahira
menyarankan kepada Abu Thalib agar membawa pulang anak tersebut ke Mekah,
sebelum sampai ke Syam. Karena Bahira khawatir dirinya akan dijahati oleh orang-
orang Yahudi. Kemudian beliau dibawa kembali ke Mekah bersama sebagian
pembantunya. 86
Ketika Muhamad Saw berusia 15 tahun, terjadi Perang Fijar antara Quraisy
bersama Kinanah dengan Qays Ailan. Disebut Perang Fijar, karena peperangan
tersebut terjadi akibat pelanggaran yang dilakukan Qays bin Ailan yang menye-
rang Qurays. Penyerangan ini, selain mengaikbatkan ada pihak Qurays yang me-
ninggal, juga karena Qays dianggap melanggar kehormatan tanah suci dan bulan-
bulan haram, yaitu bulan Dzul Qadah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab. Menu-rut
tradisi yang telah disepakati bersama, bulan-bulan tersebut tidak dibe-narkan atau
haram melakukan peperangan. Akan tetapi, karena Qays telah mela-kukan pelang
garan terlebih dahulu dengan menyerang masyarakat Qurays, maka pihak Qu raisy
dan Kinanah membela diri dengan bersekutu melawan Qays. Da-lam pe-rang ini,
pasukan Quraisy dan Kinanah berada di bawah pimpinan Harb bin Uma-yah.
Penunjukkan ini karena Harb bin Umayah merupakan salah seorang to-koh yang
cukup disegani di kalangan masyarakat kota Mekah. Sedang di pihak Qays, ia
sendiri yang menjadi penglima pasukan dalam Perang Fijar. Dalam per-tem-pur-an
tersebut, kemenangan selalu silih berganti. Pada pagi hari menjelang siang, pe-
rang dimenangkan pihak Qays. Tetapi di siang menjelang sore hari, pe-perangan
dimenangkan pihak Kinanah. Dalam pertempuran ini, Muhamad ikut mem-
persiapkan anak panah bagi paman-pamannya dan pasukan pemanah. 87
Akibat peperangan tersebut, pada bulan Dzulqadah, Quraisy melakukan
kesepakatan bersama untuk menjaga kota suci, Mekah. Keputusan tersebut
disepakati oleh suku Quraisy lainnya, seperti Bani Hasyim, Bani al-Muthalib, bani

83
. Karena Hasyim ibn Abd Manaf menikahi Salma binti Amr al- Najariyah dari
Madinah. Dari pernikahan tersebut, lahirlah Abd Allah.
84
. Rizqullah¸ Biografi…. hlm, 124
85
. Rizqullah¸ Ibid.
86
Rizqullah¸ Biografi…. hlm, 62
87
Ibid, hlm, 149-152. Lihat pula, . Lihat, Ahmad al-Usairy, Sejarah …. hlm, 81.

19
Asad bin Abd al-Uzza, Bani Zurah bin Kilab dan Bani Tamim bin Murah. Mereka
berkumpul di rumah Abd Allah bin Jadan, salah seorang tokoh masya-ra-kat kota
tersebut. Mereka bersepakat mengikat perjanjian untuk mencegah terjadinya
kelaliman di kota Mekah, baik menimpa penduduk kota tersebut maupun orang
lain. Mereka akan membela setiap orang yang teraniaya sampai menerima kem-
bali haknya. Dalam peristiwa ini, Muhammad Saw juga ikut ambil bagian.
Dalam catatan sejarah disebutkan bahwa salah satu faktor penyebab ter-
jadinya perjanjian tersebut karena ada salah seorang kabilah Zubaid datang ke
Mekah membawa barang dagangan yang dibeli oleh al-Ash bin Wail al- Sahmi.
Akan tetapi, setelah barang itu diambil, al-Ash tidak mau membayar. Kemu-dian
orang dari Bani Zubaid tersebut meminta bantuan kepada para sekutu Bani Abdi al
-Dar, Bani Makhzum, Bani Jamh, Bani Sham, dan bani Adi. Namun mereka tidak
menghiraukan permintaan tersebut. Karena kecewa, ia kemudian pergi ke bukit
Abi Qubais dan mengalunkan syair yang mengambarkan penganiayaan atas
dirinya dengan suara lantang. Ketika mendengan syair-syair tersebut, al- Zubair
bin Abd al-Muthalib berkata,”Hal ini tidak bisa dibiarkan.”Kemudian kabilah-kabilah
yang disebutkan di atas berkumpul untuk mengadakan hilf al-fudlul. Mereka
mendatangai al-Ash bin Wail dan berhasil mengembalikan hak pedagang yang
telah dirampas.”. 88
Pada masa remaja, Muhamad Saw bekerja sebagai pengembala kambing
untuk memperoleh upah. Pekerjaan itu dilakukan karena, ia ingin membantu
mencari nafkah untuk diri dan keluarga pamannya yang selama itu mendidik dan
membesarkannya. Ketika berusia 25 tahun, beliau pergi ke Syam untuk berdagang
dengan membawa barang dagangan milik Siti Khadijah binti Khuwailid. Dalam
catatan sejarah, Khadijah dikenal sebagai perempuan pedagang yang kaya raya.
Dalam mengelola perdagangannya, ia mempekerjakan kaum lelaki untuk menjual
barang dagangannya dengan memberikan sebagian keuntungan dari hasil perda-
gangan tersebut. Ketika Khadijah mendengar berita ada seorang lelaki muda jujur,
amanah, berakhlak mulia, Khadijah mengutus salah seorang pembantunya untuk
menawarkan kesempatan kepada Muhamad Saw untuk bekerjasama dalam ber-
dagang. Khadijah akan memberikan keuntungan yang lebih besar dari sebe-lum-
nya, jika beliau berhasil menjual barang dagangannya tersebut. Dalam perja-lanan
perdagangan, Muhamad Saw ditemani oleh salah seorang pembantu Khadijah
bernama Maisarah. 89Tawaran tersebut diteriam dengan baik oleh Muhamad Saw.
Untk itu, beliau pergi berangkat ke negeri Syam untuk menjual barang dagangan
Khadijah. Dalam catatan sejarah diketahui bahwa Muhamad Saw berhasil menjual
barang dagangan Siti Khadijah hingga memperoleh keuntungan besar. Hal itu
karena banyak pedagang menilai, cara Muhamad Saw berdagang dilakukan de-ng-
an penuh kejujuran dan tanggungjawab. Maka sesuai dengan janjinya, Siti Kha-
djah memberikan upah sesuai dengan yang disepakati bersama, dengan upah
yang sangat besar untuk ukuran waktu itu.90

88
Shafiyurrahman, Sejarah… hlm, 63-64. Lih. M. Quraish, Membaca...., hlm.261-
265
89
. Beberapa riwayat menguraikan bahwa dalam perjalana itu Muhammad saw
sedang berteduh di bawah pohn. Lalu Maisarah didatangi seorang Rahib pendeta bernama
Nasthur yang bertanya padanya tentang sosok yang bertedu di bawah pohon itu. Maisarah
menjawab. Dia adalah salah seorang dari suku Quraisy yang bermukim di di Tanah Haram.
Lalu Rahib berkomentar,” Tidak seorangpun yang duduk di bawah pohon itu, kecuali nabi”.
Lih. M. Quraish, Membaca...., hlm. 268.
90
Al-Thabary, Abu Jafar Muhamad Ibn Jarir, Tarikh al-Umam wa al-Mulk,J. 1.
( Baeirut: Muassasat lil Alami li al-Mathbuat, 1879 ), hlm, 35-36.

20
Hubungan pekerjaan dan hasil yang cukup memuskan ini, membuat Siti
Khadijah ingin menikah dengan Muhamad Saw. Keinginan tersebut bukan hanya
karena keberhasilan Muhamad Saw menjual barang dagangan Siti Khadi-jah, juga
karena ia mendengar langsung cerita kelebihan yang ada pada diri Mu-hamad Saw,
mulai dari sifat, sikap, tutur kata hingga kesaksian banyak pihak, mengenai
kejujuran dan keutamaan Muhamad Saw, termasuk ceritera Maisarah mengenai
pengalaman bersama Muhamad Saw dalam perjalanan mereka ke negeri Syam
dalam misi perdagangan. Dari situlah tampaknya Siti Khadijah tertarik untuk
segera melamar Muhamad Saw.
Persoalan yang tengah dihadapi Siti Khadijah diceritakan kepada anak
pamannya, Waraqah bin Naufal. Siti Khadijah bercerita berdasar tuturan ceritara
Maisarah, dan berdasarkan penglihatan seorang pendeta Nestoria bahwa Muha-
mad adalah seorang nabi akhir zaman, sesuai yang tertulis dalam al-Kitab me-reka.
Mendengar ceiritear itu, Waraqah bin Naufal berkata bahwa Muhamad ada-lah
benar seorang nabi umat ini. Sesungguhnya aku sudah tahu bahwa di tengah-
tengah umat ini akan turun seorang nabi yang ditungu-tunggu, dan rupanya ini-lah
saatnya.91
Ceritera Maisarah dan Waraqah bin Naufal, semakin memperkuat kesan
keluhuran budi dan keagungan pribadi Muhamad saw yang selama ini dilihat dan
didengar Siti Khadijah. Karena itu, Siti Khadijah bermaksud meminang Mu-hamad
Saw sebagai suaminya. Untuk itu, ia meminta tolong kepada salah seorang
sahabatnya bernama Nafisah binti Muniyah,92 untuk menyampaikan maksudnya.
Berdasarkan catatan sejarah, akhirnya Rasulullah Saw menerima pinangan Siti
Khadijah, kemudian menikah dengannya.93 Pernikahan tersebut merupakan per-
nikahan pertama Rasulullah. Sedang Siti Khadijah untuk yang ketiga kali. Per-
nikahan Siti Khadijah pertama dengan Atiq bin Adi al-makhzumi. Dari per-ka-win-
an ini lahirlah seorang anak perempuan bernama Hindun. Semen-tara pernikahan
kedua Siti Khadijah dengan Abu Halah bin Nibasy al- Tamimi. Dari pernikahan
kedua ini, lahir seorang anak lelaki bernama Halah.94
Dalam catatan sejarah disebutkan bahwa ketika Rasulullah Saw menikahi
Siti Khadijah,95 beliau berusia 25 tahun. Sementara Siti Khadijah berusia 40 tahu
dan dalam keadaan janda beranak dua yang meninggal sebelum dewasa.96 Dari
perkawinan ini, lahirlah Qasim,97 Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fathimah dan
Abd Allah.98Dari sekian putera-puteri Rasulullah Saw yang terlahir dan meng-a-lami
hidup hingga dewasa dan berumah tangga antara lain adalah Ruqa-yah, Ummu
Kultsum dan Fathimah.99 Bahkan mereka menjadi orang per-tama yang memeluk
Islam dan berhijrah bersama Rasulullah saw. Muhamad Saw hi-dup berumah
tangga bersama Siti Khadijah selama lebih kurang 25 tahun.100 Siti Kha-dijah

91
. Rizqullah¸ Biografi…. hlm, 152.
92
. Shafiyurahman, ibid, … hlm, 67.
93
Rizqullah¸ Biografi…. hlm, 154
94
Rizqullah¸ Biografi…. hlm, 154-155.
95
/ Albert Hourani, a History of The Arab Peoples, ( Cambridge: Cambridge
University Press, 1992), hlm. 15-16.
96
.Al-Thabary, Tarikh al- Umam . J. 1. 24-25.
97
. Qasim meninggal sebelum Muhamad Saw diutus sebagai Rasulullah. Tetapi
ada pula yang mengatakan bahwa Qasim meninggal sebelum Rasulullah menerima wahyu
sebagai pertanda kenabianya.
98
. Menurut catatan sejarah, Qasim meninggal dunia sebelum ia mencapai
dewasa. Lihat.
99
. Rizqullah¸ Biografi…. hlm, 157-158.
100
. Ibid…. hlm, 157-158. Siti Khadijah meninggal dunia dalam usia 65 tahun.

21
adalah isteri pertama Rasulullah dan Muhamad Saw tidak pernah me-nikah
dengan persempuan lain selama Siti Khadijah masih hidup.
Ada hal penting yang perlu ditegaskan dalam konteks perjalanan sejarah
hidup Nabi Muhammad Saw, terutama ketika beliau masih di kota Mekah soal
keterlibatannya dalam merenovasi bangunan Kabah dan menyelesaikan perse-
lisihan yang ditimbulkan akibat perbedaan pandangan mengenai peletakan Hajar
Aswad. Ketika Rasulullah Saw berusia 35 tahun, orang-orang Quraisy mere-novasi
bangunan Kabah, karena terkena genangan banjir yang melanda kota Mekah, lima
tahun sebelum Muhamad diutus sebagai nabi dan rasul. Para tokoh Quraisy
menentukan persyaratan siapa saja yang boleh terlibat dalam pembangunan
Kabah. Di antara persyaratan tersebut adalah bahwa mereka yang terlibat dalam
proses pembangunan kembali Kabah adalah orang-orang baik. Pezina, rentenir,
dan orang-orang lalim, tidak diperkenankan terlibat. 101Untuk membangun kem-bali
fisik Kabah, tampaknya beberapa bagian bangunan lama harus dirun-tuhkan.
Tetapi tak seorang-pun berani melakukannya. Karena mereka takut terkena musi-
bah. Barulah setelah al-Walid bin al-Mughirah memulainya, banyak orang mengi-
kutinya. 102
Pembongkaran terus dilakukan hingga mencapai fondasi Ibrahim. Untuk
keamanan dan kelancaran proses pembangunan, mulai dari situ pekerjaan dibagi
pada masing-masing kabilah. Setiap kabilah mempunyai tugas khusus dalam
mengumpulkan batu, kemudian membangunnya kembali. Proses pembangunan
kembali Kabah dipimpin oleh seorang arsitek berbangsa Romawi bernama
Baqum.103
Ketika proses pembangunan sampai pada peletakan kembali Hajar Aswad,
terjadi perseisihan. Siapa yang paling berhak meletakannya di tempat semula.
Perselisihan itu terjadi selama lebih kurang 5 (lima) hari. Perselisihan itu terus
memuncak hingga menimbulkan kekhawatiran akan terjadi pertengkaran besar di
antara kabilah yang ada di tanah suci. Tetapi, perselisihan itu segera dapat
diselelsaikan oleh Muawiyah bin al-Mughirah al-Makhzumi. Ia mengusulkan agar
mencari penyelesian dengan cara menyerahkan keputusan atas persoalan yang
diperselisihkan itu kepada orang pertama yang datang Kabah melalui pintu pintu
masjid. Pendapatnya ini disetujui mayoritas kabilah yang berselisih. Semua suku
merasa puas setelah mereka mengetahui bahwa orang yang datang pertama kali
ke Kabah melalui pintu masjid adalah Muhamad Saw.104 Mereka bahkan
mengatakan ” ini dia orang yang terpercaya. Kami rela menerima keputusannya.
Inilah dia Muhamad.”105
Untuk menyelesaikan perselisihan tersebut, Muhamad Saw meminta se-he-
lai kain. Setelah dihamparkan, beliau mengambil Hajar Aswad lalu diletakkan di
tengah-tengahnya. Kemudian Muhamad Saw meminta kepada seluruh kepala
suku yang berselisih untuk memegang ujung kain tersebut, mengangkat dan
membawanya ke tempat peletakan Hajar Aswad. Setelah sampai ke tempat se-
mula, beliau sendir yang mengambil dan meletakkannya di tempat semula. Itulah
penyelesaian perselisihan yang bijaksana. Semua kepala suku dan masyarakat
Quraisy merasa puas dengan apa yang dilakukan nabi Muhamad Saw.

101
. Muhamad Khudary Bek, Nurul Yaqin…. hlm, 13.
102
. Shafiyurrahman, Sejarah…. hlm, 66-68. Lihat pula, Rizqullah, Biografi… hlm, 160-
161.
103
. Muhammad Khudary Bek, Nurul Yaqin…. hlm, 13-14.
104
Rizqullah, Biografi… hlm, 161-162.
105
. Shafiyurrahman, Sejarah… hlm, 67.

22
Keberhasilan Muhamad Saw dalam menyelesaikan konflik di kalangan
masyarakat kota Mekah, sekali lagi menunjukkan kepiawaiannya dalam memim-
pin dan mengatasi masalah sosial politik, yang hampir saja menimbulkan per-
pecahan kembali antar suku di kalangan masyarakat kota Mekah. Pemberian
gelar al-Amin yang ditujukan kepadanya, merupakan bukti pengakuan masyara-
kat kota Mekah atas kejujuran dan kemampuannya untuk menjadi seorang pe-
mimpin politik kelak, ketika beliau diangkat menjadi nabi dan rasul.

2. Pengembangan Dakwah Islam Periode Mekah

Sebagaimana ditegaskan pada bagin terdahulu bahwa Muhammad Saw


adalah salah seorang anggota Bani Hasyim,106 suatu ka-bi-lah yang ada di dalam
suku Qurays. Ia lahir pada tanggal 12 Ra-biul Awal tahun gajah ber-tepatan dengan
20 Agustus 571 M. Ayahnya su-dah meninggal sebelum beliau lahir. Tidak berapa
lama kemudian, ibunya, Siti Aminah, meninggal dunia. Kemudian beliau dibesar-
kan keluarga yang baik-baik hingga men-jelang dewasa. Pendidikan yang dibe-
rikan keluarga dan para penga-suh-nya mem-bekas di dalam dirinya, sehingga ia
menjadi orang yang men-dapat julukan al-Amin.
Menjelang usianya yang keempat puluh, beliau sudah terlalu biasa memi-
sah-kan diri dari kehidupan masyarakat, bertahannuts atau berkhalwat di gua Hira,
sebuah tempat yang terletak beberapa kilo meter dari kota Mekah. 107Di tempat itu
Muham-mad Saw ber-usaha menenangkan jiwa dan pikirannya hingga berbulan-
bulan lamanya. Beliau kembali ke Mekah hanya untuk mengambil bekal seka-dar-
nya.
Pada suatu malam, beliau bermimpi melihat sebuah cahaya yang sangat
terang. Tampaknya, mimpi itu membuatnya terdorong untuk lebih giat lagi ber-
khalwat dan beribadah, sesuai dengan millat Ibrahim108. Setelah lebih kurang 6
(enam) bulan lamanya beliau berkhalwat atau bertahannuts di Gua Hira, 109maka
pada tanggal 17 Ra-madhan tahun 611 M, malaikat jibril datang keha-dapannya
untuk me-nyam-paikan wahyu yang pertama.110 Malaikat Jibril meminta
Muhammad Saw untuk membaca wahyu itu.111

Artinya:
“ Bacalah dengan nama Tuhanmu yang mencipta. Dia telah menciptakan
manusia da-ri segumpal darah. Bacalah dan nama Tuhanmu itu maha
mulia. Dia telah meng-ajar dengan Qalam. Dia relah mengajar manusia
yang tidak mereka ketahui”. (QS.al-Alaq ayat 1-5)

Namun Muhamad Saw tidak mampu melakukannya. Beliau berkata:”Saya


tidak bisa membaca”. Perintah itu berkali-kali dilakukan, hingga akhirnya Mu-ham-

106
Muhamad al-Khudary Bek, Nur al-Yaqin fi Sirati Sayyid al-Mursalin, ( Semarang:
Toha Putera, Tt), hlm. 3-4. Lihat, Shafiyurrahman, Sejarah … hlm. 46-47.Lihat pula al-
Thabary, Muhamad ibn Jarir, Tarikh al-Umam ...j.1. hlm, 2-4.
107
Shafiyurahman, Sejarah.. hlm, 71.
108
Khudlary Bek, Nurul …. hlm, 25.Lihat pula, Rizqullah, Biografi ... hlm, 169-170.
109
Carl Brocklemann, History… hlm, 14-15. Lihat pula Hitti, History… hlm, 112. Lih.
M. Quraish, Membaca...., hlm.323.
110
. Al-Thabary, Tarikh… hlm, 47-48.
111
Ibid. hlm, 27. Lihat, Syauqi Abd al-Khalil, Athlas al-Quran ( Amain, Aqwam,
Alam) Terj. Addy aldizar, (ed.) Ahsin Sakho Muhamad, dkk. ( Jakarta: Kharisma Ilmu,
2005), hlm, 13.

23
mad Saw mampu membaca wahyu pertama itu dengan baik. 112Setelah itu, Jibril
menghilang pergi meninggalkan Muhamad Saw. Setelah itu, Muhamad Saw
kembali ke Mekah untuk menyampaikan informasi mengenai peristiwa yang baru
saja diterimanya kepada Khadijah. Kemudian Muhamad Saw menceritakan apa
yang baru saja di-alaminya sambil badannya menggigil gemetar. Setelah itu,
Muhamad Saw minta diselimuti oleh isterinya, Khadijah. Setelah mereda, Khadijah
mengajak Muhammad saw pergi ke rumah Waraqah bin Naufal,113 anak
pamannya yang beragama Nasrani yang ahli Taurat dan Injil.114 Setelah Khadijah
menceritakan peristiwa yang menimpa suaminya, Waraqah berkata:
” Demi Tuhan yang Menguasai Jiwaku dalam genggaman-Nya, sungguh
engkau adalah Nabi umat ini. Telah datang kepadamu al-Namus ( wahyu/
Malaikat Jibril) yang pernah datang kepada Nabi Musa. Sungguh kaummu
akan mendustakanmu, mengganggu dan mengusirmu.” 115

Setelah men-dengar penjelasan Waraqah, Muhammad saw sedikit tenang,


karena ia masih penasaran dengan ucapan Waraqah bahwa ia akan dimusuhi dan
diusir dari tempat kelahirannya sendiri. Melihat kondisi ini, kembali Waraqah
menjelaskan kembali bahwa tidak seorangpun yang datang membawa hal serupa
dengan yang engkau bawa, kecuali akan dimusuhi dan diperangi. Kalau aku
mencapai massa itu, usiaku panjang, pasti aku akan membelamu sekuat
tenaga.116 Bila engkau percaya padaku, sesungguhnya apa yang kau terima itu
adalah wahyu, sebagaimana wahyu yang per-nah diturunkan pada Musa as.
Seandainya aku masih hidup saat nabi yang di-tunggu-tunggu itu diutus, niscaya
aku akan membantu, menolong, dan meng-imaninya.117
Dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti Muhammad Saw telah dipi-lih
Allah untuk menjadi Nabi dan Rasul. Dalam wahyu pertama ini Nabi Muham-mad
Saw dengan harap-harap cemas menanti kedatangannya di tempat sama. Dalam
kea-daan bingung itulah kemudian malaikat Jibril datang kembali mem-ba-wa
wahyu ke-dua yang membawa perintah untuk berdakwah. Wahyu itu adalah surat
al-Muda-sir ayat 1-7.

Artinya:
”Hai orang-orang yang berselimut, bangu dan beri ingatlah. Hendak-lah
engkau besarkan Tuhanmu, dan bersihkanlah pakaianmu, tinggal-kan
per-buatan dosa, dan janganlah (memberi maksud )mem peroleh
(balasan) yang lebih banyak, dan untuk (memenuhi perintah) Tuhan
mu ber-sa-bar-lah”.

Dengan turunnya wahyu ini dan diikuti wahyu-wahyu selanjutnya, Nabi


Muhamad saw mendapat perintah untuk menyebarkan ajaran Islam kepada

112
Al-Thabary, Tarikh… J.2. hlm, 48-49. Lih. M. Quraish, Membaca...., hlm. 324
113
. Waraqah ibn Naufal ibn Asad ibn Abd al-Uzza, adalah anak paman Khadijah
yang beragama Nasrani dan ahli dalam Taurat dan Injil. Bahkan ia juga menulis al-Kitab
Injil dalam bahasa Ibrani yang sangat bagus. Sat itu ia sudah sngat tua dan tuna netra.
Lihat, izqullah, Biografi... hlm., 172.
114
Rizqullah, Biografi…. 171.
115
Lih. M. Quraish, Membaca...., hlm. 326.
116
M. Quraish, Membaca...., hlm. 326.
117
. Rizqullah, Biografi … hlm, 171174. M. Quraish, Membaca...., hlm. 326.
Waraqah wafat sebelum Nabi saw diperintahkan untuk menyampaikan dakwah. Tetapi
dapat dikataan bahwa Waraqah percaya dan karena itu sementara ulama menilai
Waraqah sebagai salah seorang sahabat Nabi Saw.

24
masyarakat, terutama di kalangan keluarga terdekatnya.

a. Langkah awal dakwah Nabi Muhammad Saw.

Setelah men-dapatkan perintah Allah melalui wahyu tersebut, Rasulul-lah


Saw mulai mela-ku-kan langkah strategis untuk mengembangkan dakwah Islam di
kalangan masya-rakat Quraiys di kota Mekah. Langkah pertama yang di-lakukan
adalah berdak-wah secara diam-diam di lingkungan sendiri dan dika-langan rekan-
rekanya. Hal itu dila-kukan karena selain perintah Allah, secara real, Muhammad
Saw belum memiliki pengikut yang dapat membantunya untuk me-nyebarkan
ajaran Islam. Namun, beliau terus berusaha menjelakan ajaran Is-lam kepada ke-
luarga dan kawan dekatnya. Karena itulah orang yang pertama me-ne-rima
dawahnya adalah keluarga dan para sahabat dekatnya. Mula-mula iste-rinya, Siti
Khadijah menerima ajakan tersebut. Lalu sepupunya yaitu Ali bin Abi Thalib. Ke-
mu-dian Abu Bakar, sahabat karibnya sejak kanak-kanak. Kemudian Zayd, bekas
budak yang telah menjadi anak angkatnya. Ummu Aiman, seorang penga-suh Nabi
Mu-hammad sejak ibunya Siti Aminah ma-sih hidup.
Di antara sahabat dekat Rasul yang berhasil mengajak kawan karibnya
untuk menerima dakwah Islam adalah Abu Bakar. Abu Bakar di kenal sebagai
seorang pedagang yang amat luas pergaulannya. Melalui beliau banyak orang
masuk Islam. Di antaranya adalah Usman bin Affan, Zubair ibn Awwam,
Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, Abu
Ubaidillah bin Jarrah, al-Arqam bin Abi al-Arqam,118 be-berapa penduduk Mekah
lainnya dari kabilah Qurays. Mereka langsung di bawa Abu Bakar ke hadapan Nabi
Muhammad Saw dan me-nyatakan ke-islamannya.
Selain mereka, terdapat beberapa orang yang menyatakan sebagai muslim;
seperti Bilal bin Rabah al-habsyi, Abu Ubaidah Amri bin Jarrah dari bani al- Harits
bin Fihr, Salmah bin Abd al-Asad al-makhzumi, dan dua orang saudara-nya,
Qudamah dan Abd Allah, Ubaidah bin al-harits bin Abd al-Muthalib bin Abd Manaf,
Said bin Zaid al- Adawi dan isterinya, yaitu Fathimah binti al-Khattab al- Adawiyah
( saudara Umar bin al-Khattab), Khabbab bin al- Art, Abdullah bin Masud al-
Hudzail, dan lain-lain. Mereka ini dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan
Assa-biqunal Awwalun, yakni orang-orang yang pertama memeluk Islam. Dalam
catatan sejarah yang ditulis Ibn Hisyam, seperti dikutip Shafiyyurahman, jumlah
mereka lebih dari 40 ( empat puluh) orang. 119
Setelah beberapa lama Rasulullah melakukan dakwah secara rahasia
turunlah perintah Allah agar beliau melakukan dakwah secara terbuka di- ha-dap-
an masyarakat umum. Hal ini dituturkan dalam QS al-Syuara ayat 214. “ Berilah
peringatan kepada kerabat-keraba dekatmu yang terdekat”.120
Langkah pertama yang dilakukan Nabi Muhammad Saw dalam ber-dak-
wah secara terbuka adalah mengundang dan menyeru kerabat dekatnya dari Bani
Mu-thalib. Kemudian Rasulullah mengumpulkan mereka. Jumlah yang hadir dalam
pertemuan itu sekitar 30 orang. Dalam kesempatan tersebut Rasulullah Saw
bersabda, “saya tidak melihat seorang pun dari kalangan Arab yang dapat
membawa sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari apa yang saya bawa
kepada kalian. Saya bawakan kepadamu dunia dan akhirat yang ter-baik. Tuhan
memerintahkan saya untuk mengajak kalian semua. Siapakah diantara kalian yang

118
. Rizaqullah, Biografi … hlm, 185-190.
119
. Shafiyurrahman, Sejarah… hlm, 88.
120
M. Quraish, Membaca...., hlm. 339-340.

25
mau mendukung saya dalam hal ini?”. Mereka semua menolak, kecuali Ali ibn Abi
Thalib.121
Langkah dakwah seterusnya yang dilakukan Nabi Muhammad Saw ada-lah
menyeru masyarakat umum. Mereka mulai menyeru ke segenap lapisan ma-
syarakat, mulai dari masyarakat bangsawan, hingga kelas hamba sahaya. Mula-
mula ia me-nyeru penduduk Mekah, kemudian penduduk negeri-negeri lain. Pe-
rempuan dengan pendu-duk Mekah dilakukan di bukit Shafa. Dalam pertemuan itu
Nabi Muhammad Saw menjelaskan bahwa ia diutus oleh Allah untuk meng-a-jak
mereka menyembah Allah dan meninggalkan penyembahan terhadap berha-la.122
Masayarakat Qurays tidak percaya sama sekali, bahkan mendustakan dan
me-nge-jek Nabi Muhammad Saw. Di antara yang mendustaan itu adalah Abu La-
hab dan is-terinya123. Isi pidato itu antara lain adalah:

1. Peringatan dan ancaman Allah bagi orang yang tidak beriman. Seba
-lik-nya, kenikmatan dan surga bagi orang beriman dan beramal
shaleh.
2. Bahwa pada hari kiamat nantibeliau tidak dapat memberikan
pertolongan kecuali amal perbuatan manusia itu sendiriyang akan
menolongnya.
3. Permohonan kepada keluarganya supaya dapat membantu dan
meme-li-hara agama Islam.
Mendengar seruan itu, Abu Lahab berkata kasar,“kurang ajar kau hai Mu-
ham-mad! Apakah hanya untuk ini kau kumpulkan kami?” Kemudian Abu Lahab
pergi meninggalkan tempat itu.124 Dalam meng-ha-dapi peris-tiwa itu beliau bersi-
kap tenang dan berjiwa besar. Ia hadapi semuanya dengan kesa-baran tawakal
kepada Allah. Dari peristiwa itu turunlah wahyu Allah yang mengutuk Abu Lahab
dan isterinya.125 (Surat al-Lahab ayat 1-5).126

Artinya:
1. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan Sesungguhnya Dia akan bina-
sa.
2. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia
usahakan.
3. Kelak Dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.

121
. Rizaqullah, Biografi … hlm, 192.
122
. Khuday Bek, Nurul …. hlm, 35-36.
124
. Ibid … hlm, 185-190
125
. Nama asli Abu Lahab adalah Abd al-Uzza bin Abd al-Muthalaib. Ia adalah
kakak kandung ayahnya. Isterinya bernama Ummu Jamilah, nama aslinya Arwah binti
Harb bin Umayyah, saudara Abu Sufyan. Abu Lahab termasuk golongan yang diancam
masuk neraka, karena mengejek dan menolak dengan terang-terangan dakwah Islam yang
disampaikan rasulullah. Dengan congkak, setelah mendengar ajakan dakwah, ia katakan,
apa yang disampaikan Muhamamad tidak benar dan mennengadahkan kedua tangannya
seraya meniupnya sebagai ejekan bahwa apa yang dikatakan Muhammad bohong, tidak
benar. Karena itu, jangan dipercaya. Usaha penolakan atas dakwah nabi Muhammad ini
disokong kuat isterinya, Ummu Jamil. Ketika itu ( sekitar tahun 611 M), turunlah surat al-
Lahab, yang mempermalukan suami isteri tersebut. Abu Lahab meninggal dunia 10 tahun
setelah peristiwa tersebut, pasca Perang Badar ( tahun ke-2 hijrah, karena harapannya
kandas untuk menghancurkan Islam selamanya). Lihat. Asad al- Samahrani, Ensiklopedi
Sirah Nabi Muhammad Saw, (edisi Indonesia), ( Jakarta: Kalam Publika, 2011), hlm. 84-
86.
126
. Ibid …. hlm, 193. M. Quraish, Membaca...., hlm. 344-345.

26
4.Dan (be-gi-tu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.
5 Yang di lehernya ada tali dari sabut.

Dengan seruan secara terbuka itu, nabi Muhammad saw dan Islam men-
jadi per-hatian serta perbincangan di kalangan masyarakat kota Mekah. Masya-
rakat Qurays ber-anggapan bahwa ajaran yang dibawa nabi Muhammad saw tidak
mempunyai dasar dan tujuan yang jelas. Oleh karena itu, mereka tidak peduli dan
berusaha menen-tangnya habis-habisan, hingga agama Islam tersebut lenyap dari
muka bumi ini. Bahkan mereka tidak memperdulikan keberadaan agama Islam di
tengah-tengah kehidupan dan kepercayaan masyarakat Arab yang telah menga-
kar dalam tradisi kehidupan ma-syarakatnya. Selain itu, mereka mulai mengatur
strategi untuk mengacaukan kegiatan dakwah Islam dan berusaha menghambat
gerak laju perkembangan agama Islam di kota Mekah an masyarakat Arab lain-nya.
Meskipun begitu, rasulullah saw terus berdakwah tanpa mengenal lelah,
Tidak memperdulikan ejekan dan gangguan yang ditujukan kepadanya dan para
sahabatnya yang lain. Bahkan beliau terus berusaha berjuang untuk menegakkan
risalah Allah itu di tengah-tengah kehidupan masyarakat Arab yang tidak bersa-
habat itu. Aktivitas dakwah Rasulullah semakin sering dan tegas, terutama setelah
turun QS. Al- Hijr ayat 94.

“Maka jelaskanlah apa yang Allah perintahkan kepadamu dan be-r


pa-ling-lah dari orang-orang yang musyrik”

Wahyu ini menegaskan sekali lagi agar Rasulullah saw lebih proaktif
dalam berdakwah. Beliau tidak menghiraukan hinaan dan ejekan kaum kafir
Quraiys. Karenanya, perintah tersebut dilak-sanakan dengan tegas. Bahkan
rasulullah Saw terus mengajak kerabat dan masyarakat umum untuk mening-gal-
kan kebasaan penyembahan berhala dan perbuatan syirik lainnya. Karena proses
ritual penyembahan tersebut merupakan penyimpangan dari agama tauhid atau
millah Ibrahim dan tindakan kemusyrikan.

1. Respon Masyarakat Mekkah terhadap Dakwah Nabi Muhammad Saw

Dakwah Islam yang dilakukan Rasulullah Saw, baik secara diam-diam mau-
pun secara terbuka, mendapat tanggapan (respon) yang beragam, ada yang
menerima dan banyak pula yang menolak. Sejumlah kecil mereka yang menerima
ajaran Islam adalah para sahabat dan keluarga dekat Rasulullah Saw, meskipun
ada juga keluarga dekatnya yang menolak misalnya Abu Lahab. Nabi Muham-mad
bersama para saha-bat-nya berusaha secara bersama-sama menyebarkan ajar-an
di tengah-tengah kehidupan masyarakat kota Mekah. Salah seorang sahabat
dekat beliau adalah Abu Bakar Al-Shiddik. Abu Bakar dikenal dikalangan masya-
rakat Qurays sebagai seorang saudagar kaya dan memiliki status sosial tinggi
serta mempunyai pengaruh yang cukup besar, hingga disegani oleh kawan mau-
pun lawan.127
Sebagaimana ditegaskan pada bagian terdahulu bahwa Abu Bakar, deng-
an kharisma dan status sosial-ekonomi dan pengaruhnya telah berhasil menarik
simpati ka-wan-ka-wan-nya untuk menerima Islam dan membela perjuangan Nabi

127
Muhamad Husein Haikal, Biografi Abu Bakar ash.Shiddiq: Khalifah Pertama
yang menentukan Arah Perjalanan Umat Islam Sepeninggal Rasulullah (terj), ( Jakarta:
Qisthi Press,: 2007), hlm, 29-30. Lihat pula, Khudhary Beka, Nurul … hlm, 30-31.

27
Muhamad Saw dalam perjuangannya menyebarkan ajaran Islam.128 Di antara
mereka yang ber-hasil di-ajak masuk Islam adalah Usman bini Affan, Zubair bin
Awwam, Sofiah binti Abd al-Muthalib Saad bin Abi Waq-qash, Arqam bin Abi al-
Arqam, 129 Abd Allah bin Masud, Shuhaib al- Rumi, Abu Dzar al-Ghifari dan lain-lain.
Dari mereka itulah kemu-dian agama Islam tersebar dan menjadi agama yang
dicintai masyarakat Arab.130
Salah satu upaya awal penyebaran Islam secara sistematis kepada ma-sya
-rakat kota Me-kah adalah melalui pendidikan di rumah Arqam Ibn Abi Arqam. Di
tempat inilah, Islam dikembangkan melalui kegiatan pengajaran secara kelompok
kepada mereka yang baru masuk Islam dan mereka yang sudah lama menyatakan
sebagai muslim. Dari ke-giatan pengajaran agama kepada sekelompok kecil
masyarakat Arab kota Mekah inilah nantinya Umar Ibn al-Khattab masuk Islam.131
Meskipun dapat dikatakan bahwa masyarakat Arab di kota Mekah ada
yang me-nerima ajaran Islam secara ikhlas, tapi pada umumnya masyarakt Arab
kota Me-kah menolak dan tidak menghendaki kehadiran Islam dan umat Islam di
kota ter-sebut. Hal ini dapat kita lihat dari berbagai penghinaan bahkan ancaman
pembu-nuh-an yang ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw dan umat Islam.132
Dalam menghadapi tanggapan yang tidak menyenangkan ini, Rasulullah te-
rus saja menyebarkan ajaran Islam, meskipun ia bertaruh nyawa. Karena beliau
berke-ya-kinan bahwa Islam merupakan agama yang paling benar yang mengajak
umatnya menuju keselamatan di dunia dan di akhirat. Beliau mengajarkan bahwa
hanya Allah yang wajib disembah, karena tiada Tuhan selain Allah dan Muham-
mad adalah Ra-sulullah. Meninggalkan segala perbuatan tercela dan melaksa-nak
-an perbuatan terpuji, sesuai ajaran yang disampaikan Rasulullah Saw.Sebagai
konsekuensi dari ajaran ini, maka segala bentuk peribadatan hanya ditujukan
kepada Allah semata. Bukan kepada berhala yang selama itu mereka jadikan
tuhan. Akibat dakwah ini, rasulullah dan umat Islam mendapat gangguan yang luar
biasa. Karena dakwah yang dilakukan dianggap telah mengacaukan sistem sosial
dan keagamaan yang sudah mapan. Muhamad saw dianggap orang yang
memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Arab dengan mengajarkan Islam,
sebuah ajaran baru dalam kehidupan mereka.

2. Hambatan dan Rintangan Dakwah Islam di Mekah.

Pada umumnya orang kafir Qurays tidak senang menerima kehadiran


agama Islam di tengah-tengah kehidupan mereka. Para tokoh masyarakatnya
mulai menye-bar-kan isu yang tidak benar mengenai ajaran yang di bawa Nabi
Muhammad Saw, sebagai salah satu cara untuk menghambat gerakan Islamisasi
sehingga banyak ma-syarakat yang terpengaruh oleh isu-isu yang menimbulkan
fitnah tersebut. Salah se-orang tokoh masyarakat Qurays yang selalu menghalangi

128
Abu Bakar yang memilikii harta berupaya meringankan beban beberapa hamba
sahaya yang disiksa tuannya dan membelinya dengan harga mahal lalu
membebaskannya. Saat itu, ada sekitar 7 (tujuh) orang budak yang dibeli dan
dibebaskannya. Meraka antara lain adalah Bilal bin Rabah, Amir bin Furaihah, Zunairah
Ummu Ubais, al-Nahdiyah,dan saudari al-Nahdiyah,dan hamba sahaya Amr bin Mumil. M.
Quraish, Membaca...., hlm.354.
129
. Khudhary Bek, Nurul … hlm, 34. Lihat. Lihat Shafiyurrahman, Sejarah …. hlm,
113-114.
130
. Haikal, Biografi ... Ibid. Lihat pula, Arthur Goldschmid, Jr. A Concise History of
The Middle East ( Egypt: The American University in Cairo Press, 1983), hlm. 30..
131
. Khudhary Bek, Nurul … hlm, 35
132
Rizqullah, Biografi… hlm, 194-195

28
gerakan dakwah Nabi Muhammad Saw adalah Abu Lahab. 133 Ia mulai menghasut
masyarakat Arab Qurays supaya membenci Nabi Muhammad Saw dan Islam.
Bahkan Abu Thalib, paman Nabi yang memelihara dan mengasuhnya sejak kecil
juga dihasut untuk melarang Nabi Muhammad Saw agar tidak menyebarkan ajaran
Islam. Bahkan Abu Thalib seringkali mendapat ancaman dan dipaksa untuk
memenuhi keingnan masyarakat Qurays tersebut.134
Karena tidak tahan atas teror yang diarahkan kepadanya, maka pada su-atu
ke-tika, Abu Thalib membujuk Nabi Muhammad Saw agar bersedia meng-hen-tikan
ke-gi-at-an dakwahnya. Karena banyak tokoh masyarakat kafir Quraisy yang meng-
an-camnya bila tidak berhasilmembujuk Muhammad Saw untuk menghen-tikan
gerakan dakwah-nya. Namun permohonan pamannya itu tidak dikabulkan, bahkan
ia berkata dengan tegas: “ wahai pamanku, demi Allah sekiranya mata-hari
diletakan disebelah kananku, dan disebelah kiriku supaya aku berhenti ber-dakwah,
pasti aku tidak akan mau ber-henti berdakwah, sampai Allah memberiku
kemengangan atau aku binasa dalam per-juangan”.135
Mendengar perkataan dan tekad bulat nabi Muhammad saw untuk terus
ber-juang, Abu Thalib tidak bisa berbuat banyak kecuali menyerahkan sepenuhnya
ke-pa-da nabi Muhammad saw. Hanya saja ia berpesan, agar waspada dalam me-
nye-bar-kan dak-wah Islam dan berusaha menghindari ancaman masyarakat Qu-
raisy. Pada waktu itu, orang-orang Quraisy tidak berani berhadapan langsung de-
ng-an Nabi Muhammad Saw untuk memintanya agar meninggalkan kegiatan
dakwah, ka-rena mereka masih memandang posisi sosial pamannya, yaitu Abu
Thalib, sebagai salah seorang tokoh masyarakat Quraisy. Tetapi mereka berani
mengambil tindakan terhadap keluarga sahabat Nabi. Melihat usaha pendekatan
Abu Thalib gagal dan agama Islam terus memperoleh pengikut, Abu Jahal dan
Abu Sufyan mendatangi Abu Thalib kembali sambil meng-ancam. Mereka berkata:
“ Hai Abu Thalib, kamu sudah tua, kamu harus mampu men-jaga dirimu dan jangan
membela Muhammad. Kalau hal itu dilakukan terus, maka keluarga kita akan
pecah”. Tetapi ancaman itu juga tidak berhasil. Hal itu disebabkan karena tekad
kuat Nabi Muhammad Saw sudah bulat untuk terus melaksanakan dak-wah Islam
kepada masyarakat Mekah meskipun ia harus bertaruh nyawa.
Gagal melakukan pendekatan melalui jalur kekeluargaan, akhirnya pim-
pinan masyarakat Quraisy lainnya datang ke Abu Thalib untuk membujuknya agar
bisa meng-hentikan kegiatan dakwah kemenakannya itu. Kali ini bukan ancaman
yang diberikan, melainkan tawran. Ia menawarkan seorang pemuda tampan ber-
nama Amrah Ibn al-Walid al- Mughirah yang usianya sebaya dengan nabi Muha-
mad saw. Lalu mereka berkata: “ Hai Abu Thalib, Muhammad saya tukar dengan
pemuda ini. Peliharalah orang ini dan serahkan Muhammad kepada kami untuk
kami bunuh”.136 Mendengar ancaman dan tekanan itu, Abu Thalib menjawab de-
ngan suara lan-tang.,“Hai orang kasar, silahkan dan berbuatlah sesukamu, aku
tidak takut”.Kemudian Abu Thalib meng-undang keluarga Bani Hasyim untuk
meminta bantuan dan menjaga Muhammad dari ancaman dan penganiayaan kafir
Quraisy.137
Setelah gagal melakukan tekanan kepada Nabi Muhammad Saw, dan Abu
Tha-lib pemimpin Quraisy mengutus Uthbahi bin Rabiah untuk membujuk Nabi
Muham-mad Saw agar menghentikan dakwahnya. Untuk itu, ia menawarkan be-be-

133
. Khudhary Bek, Nurulyaqin … hlm, 36
134
. Rizqullah, Biografi… hlm, 195-198.
135
Rizqullah, Ibid.
136
. Rizqullah, Biografi…. hlm, 208.
137
Shafiyurrahman, Seajrah…. hlm, 97-98.

29
rapa pilihan kepada Nabi Muhammad agar ia mau meninggalkan kegiatan
dakwahnya. Lalu Uthbahi ibn Rabiah berkata:
“Putra saudaraku, engkau adalah bagian dari diri kami. Sebab kamu tahu
persis silsilah nasabmu. Aka tetapi engakau telah membawa kepada
kaummu sesuatu yang sangat besar, sehingga mencerai beraikan
mereka. Maka dari itu, aku datang kepadamu untuk menawarkan
beberapa hal yang bisa dipertim- bangkan untuk kau terima. Di antara
hal itu adalah, apabila engkaume-la-ku-kan- semua itu untuk mendapatkan
harta, kami akan mengumpulkan seluruh harta kami, supaya engkau
menjadi orang terkaya di antara kami.Bila engkau melakukanya
untuk mendapatkan kedudukan, kami siap mengangkatmu menjadi
penguasa kami, dan kami tidak akan memutuskan sesuatu perkara,
sebelum engkau memutuskannya. Seandainya engkau ingin menjadi raja,
kami akan me-no-bat-kanmu sebagai raja kami. Bila semua itu negkau
lakukan karena suatu hal yang kau yakini tidak mungkin kau hilangkan dari
dirimu. Kami akan memanggil seorang tabib dan mengerahkan seluruh
harta kami untuk mengusir pikiran itu sampai engkau terbebas darinya. 138

Mendengar tawaran itu, Nabi Muahmmad Saw menjawab dengan tegas me


-lalui surat QS. Fushilat 13. “ Jika mereka berpaling, maka katakanlah,” Aku telah
memperingatkan kamu dengan petir, sepeti petir yang menimpa kaum Ad dan
kaum Tsamud.” Demi mendengar firman itu, Uthbah ter-tunduk malu dan hati
kecilnya membenarkan ajaran Muhammad Saw. Kemudian ia kembali ke ka-
umnya dan menceritakan apa yang baru saja dialaminya. Ke-mudian ia meng-
anjurkan kepada masyarakat Quraisy dan kawan-kawanya untuk menerima ajakan
Muhammad Saw daripada memusihinya. 139
Namun, mereka yang tidak senang dengan ajakan Nabi Muhammad Saw te
-rus berusaha mengganggu dan merintangi dakwah Nabi dengan berbagai cara, ter
-masuk penyiksaan dan pembunuhan. Di antara sahabat Nabi Muhammad yang
men-dapat siksaan dari kafir Quraisy adalah Bilal bin Ranah, Yasir, Amr bin
Yasir140, Su-maiyah binti Khabbath, ibunda Yasir, Ummu Ubais, Zinnirah, Abu Fu-
kaihah, al-Nadyah, Amr bin Furairah dan Hamamah 141. Mereka menerima siksa-
an diluar batas perike-ma-nu-siaan. Misalnya dipukul, dicambuk tidak diberi makan
dan minum. Bilal bin Rabah142 di jemur di terik matahari dan diatasnya diberi batu
besar.143 Bahkan ibuda Yasir yang bernama Sumaiyah di-tusuk oleh Abu Jahal

138
. Rizqullah, Biografi…. hlm, 212. M. Quraish, Membaca Sirah... hlm.381-385.
139
Rizqullah, Biograi… hlm, 212-213.
140
. Orang pertama yang meninggal sebagai syahid dari keluarga ini adalah
Sumayyah binti Khabbath, ibunda Yasir. Yasir sendiri dan anaknya, Abd Allah ibn yasir,
juga meninggal dalam penyksaan yang dilakukan kafir Quraisy. Lihat, Rizqullah, Biografi..
hlm, 224.
141
Ibid. hlm, 223-224.
142
. Bila ibn Rabah adalah budak Bani Jamuh. Ibunya bernama Hamamah. Ia
berasal dari Habsayah ( Ethiopia). Setelah itu, Bilal berganti tuan. Ia kemudian menjadi
budak Umayyah ibn Khalaf. Karena ia masuk Islam, Bila diseret ke tengah padang sahar
Mekah di bawah terik matahari. Kemudian Umayyah menaruh sebongkah batu besar di
dadanya, sambil mengancam. ” Engkau akan tetap seperti ini sampai ajal menjemputmu.
Tetapi bila engkau mau mengingkari Muhamad dan kembali menyembah Latta dan Uzza,
aku akan melepaskanmu. Tapi Bilal tetap pada pendiriannya, hinga ia dibebaskan oleh Abu
Bakar. Lihat. Rizqullah, Biografi.. .. hlm, 225-227.
143
Ibid. hlm, 225-226

30
dengan tombak tepat dikemaluannya hingga wafat.144. Siksaan itu ternyata tidak
hanya dialami oleh hamba sahaya dan orang-orang miskin, tetapi juga dialami oleh
Abu Bakar al-Shiddiq, Zubair bin Awwam. Na-mun sik-saan yang dialami Abu
Bakar tidak berlang-sung lama karena ia men-dapat pertolongan dari sukunya
yaitu Bani Taymi.
Hambatan, gangguan dan ancaman terus berlangsung dilakukan ma-sya-
rakat kafir Quraisy terhadap umat Islam hingga akhir umat Islam dipe-rintahkan
oleh Nabi Muhamad Saw untuk hijrah ke Habsyi (Ethiopia). Salah satu alasan
mengapa negeri itu menjadi tempat hijrah, karena negeri itu dipimpin oleh seorang
raja Kristen yang taat bernama Nejus.145 Dalam pandangan umat Islam,
berdasarkan informasi yang mereka terima, raja ini selalu berlaku adil dan
melindungi mereka yang membutuhkan perlindungan. Oleh karena itu, ketika umat
Islam datang, mereka disambut hangat oleh Nejus, bahkan raja itu memberikan
per-lin-dungan kepada umat Islam ketika para tokoh Quraisy meminta agar raja
meng-em-balikan para peng-ungsi tersebut.

3. Boikot dan Rencana Pembunuhan terhadap Nabi Muhamad Saw.

Kegagalan masyarakat kafir Quraisy dalam membujuk Nabi Muhamad Saw


untuk meninggalkan dakwahnya, justeru memperkuat posisi umat Islam di kota
Me-kah. Menguatnya posisi umat Islam memperkeras reaksi kaum kafir Quraisy.
Me-reka men-coba menempuh cara-cara baru, yaitu melumpuhkan ke-kuatan Nabi
Muhamad Saw, yang bersandar pada perlindungan keluarga Bani Hasyim. Caranya
adalah memboikot mereka dengan memutuskan segala bentuk hu-bung-an
dengan Bani Ha-syim. Tidak seorang pun dari penduduk Mekah yang diper-
kenankan melakukan hu-bungan jual beli dengan Bani Hasyim. Persetujuan itu di
buat dalam bentuk piagam dan di tandatangani bersama serta disimpan di dalam
Kabah.
Dengan pemboikotan ini seluruh umat Islam terkepung dilembah pe-gu-
nung-an dan terputus dari berbagai komunikasi dengan dunia luar. Pemboikotan
ini ber-lang-sung selama lebih kurang 3 tahun yang dimulai pada bulan Muharram
tahun ke-7 ke-nabian, bertepan dengan tahun 616 M. Di antara isi piagam pem-
boikotan ini adalah se-bagai berikut:146
1. Mereka tidak akan menikahi orang-orang Islam
2. Mereka tidak akan menerima permintaan nikah dari orang-orang Islam
3. Mereka tidak akan berjual beli apa saja dengan orang-orang Islam
4. Mereka tidak akan berbicara dan tidak akan menengok orang-orang
Islam yang sakit
5. Mereka tidak akan menerima permintaan damai dengan orang-orang
Islam, sehingga mereka meyerahkan Muhamad untuk di bunuh.

Akibat pemboikotan tersebut, Bani Hasyim menderita kelaparan kemis-kin-


an dan kesengsaraan yang tiada bandingnya saat itu. Sebab, selama pemboikotan,
mereka tidak memperoleh bahan makanan yang dapat mereka konsumsi. Meng-

144
Ibid. hlm, 24.
145
al-Thabary, Tarikh… j. 2. hlm, 70-71. Lihat Syalabi, Sejarah….1. hlm, 81-83..
146
Rizqulah, Biograi… hlm, 262-263. M. Quraish, Membaca Sirah... hlm. 412-413.
Menurut data, naskah pemboikotan itu ditulis oleh Manshur bin Ikrimah dan Baghid bin
Amir. Kemudian digantungkan di dinding Kabah sejak bulan Muharram tahun ketujuh
kenabian. Menghadapi pemboikotan ini, semua Bani Hasyim dan Bani Muththalib, muslim
dan non muslim, bersatu menghadapinya, kecuali Abu Jahal.

31
ingat begitu sulitnya memperoleh bahan makanan, ada di antara mereka yang
memakan dedaunan kering yang jatuh dari pohon. Di antara sahabat yang men-
derita dalam pemboikotan tersebut adalah Saad ibn Abi Waqqash. 147 Pemboi-
kotan itu baru ber-henti se-telah beberapa pemimpin Quraisy, yang masih memi
liki hubungan kekerabatan dengan Bani Hasyim dan Bani Muthalib, ter-gerak
hatinya untuk merobek piagam tersebut. Di antara mereka adalah Hisyam ibn
Amru bin Rabiah, Zuhair bin Abi Umayah al-Makhzumi148, Muthim bin Uday, Abu
Zamah bin al-Aswad, Abu Bakhtari bin Hi-syam. Mereka berlima kemudian
berkumpul mengatur siasat untuk membatalkan perjanjian tersebut. Karena
mereka merasa iba dengan penderitaan yang dialami Bani Hasyim, bani Muth
thalib dan umat Islam. Sebab, selama pemboikotan yang sangat tidak manusiawi
tersebut, mereka tidak memperoleh bahan makanan yang dapat mereka kon
sumsi. Mengingat begitu sulitnya memperoleh bahan makanan, ada di antara
mereka yang memakan de-daunan kering jatuh dari pohon. Melihat kenyataan
ini,149 akhirnya mereka mero-bek isi piagam tersebut dan mengenyahkannya.
Dengan perobekan itu, otomatis pemboikotan yang dilakukan kafir Quraisy selama
lebih kurang 3 (tiga) tahun, berakhir. Setelah pemboikotan itu berakhir, Rasulullah
dan para sahabat kembali bergaul dengan masyarakat kota Mekah, seperti
sebelumnya dengan melanjutkan kegiatan dakwah.

C. Strategi Perjuangan Dakwah Nabi Muhamad Saw.

1. Hijrah ke Habasyah yang pertama


Peyiksaan dan penganiyaan kafir Quraisy yang di luar batas perike-manu-
sia-an terhadap orang-orang muslim, membuat hati Nabi Muhamad Saw tidak ta-
han me-lihat penderitaan itu. Akhirnya Nabi Muhamad Saw menyarankan ke-pa-da
para sa-habatnya untuk mengungsi ke Habsyi150 guna menghindar dari gang-guan,
siksaan dan ancaman orang-orang kafir Quraisy. Anjuran tersebut ditang-ga-pi
secara positif oleh para sahabat Nabi.
Di antara alasan mengapa Habasyah dijadikan tempat hijrah, bukan Ya-
man, Syam atau Hirah. Karena Habasyah atau Ethiopia, merupakan satu wilayah
kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja bijaksana, bernama Negus.151 Ia tidak

147
Rizqulah, Biograi… hlm, 263-264
148
Zuhair bin Abi Umayyah, merupakan salah seorang dari tokoh penentang
piagam pemboikotan. Setelah melaksanakan thawaf, ia berdiri menyampaikan
imbauannya bahwa apakah wajar kita makan makanan dan berpakaian , sedang Bani
Hasyim menderita? Kita tidak berinteraksi jual beli dengan mereka. Sungguh aku tidak
akan tinggal diam sampai piagam yang aniaya itu dibatalkan. Rusaknya piagam itu akibat
dimakan rayap, kecuali yang ada lafadz Allah, disampaikan Nabi Muhammad kepada
pamannya, Abu Thalib, berdasarkan berita dari Allah. Mendengar ucapan itu, Abu Thalib
memerintahkan untuk mengecek kebenaran itu, Setelah dila-kukan pengecekan, ternyata
berita itu benar. Dengan demikian, maka batalah isi piagam perjanjian tersebut, setelah
umat Islam, Bani Hasyim dan Bani Muththalib, yang berlangsung selama 3 (tiga) tahun.
Lihat. M. Quraish, Membaca Sirah… hlm. 414-416..
149
Rizqulah, Biograi… hlm, 263-264
150
Hijrah pertama ke Habasyah ini terjadi pada bulan Rajab tahun ke-5 kenabian.
Hijrah pertama ini dipimpin oleh Usman bin Affan. Ia mengajak isterinya, Ruqayyah. Dalam
peristiwa ini, ikut serta 14 orang laki-laki, dan 2 orang perempuan. Sumber lain
menyebutkan, 11 orang lelaki dan 5 orang perempuan. Ketika melepas kepergian
kelompok pertama ini, nabi Muhammad saw berdoa, ” Semoga Allah bersama mereka.
Usman adalah orang pertama yang berhijrah bersama keluarganya setelah Nabi Hud.
Lihat. M. Quraish, Membaca...., hlm. 359-360.
151
Hitti, History… hlm, 114 M. Quraish, Membaca...., hlm.359.

32
ber-afiliasi politik ke manapun, ke Romawi atau Persia. Sementara Yaman, berada
di bawah kekuasaan Persia,152 sehingga tidak mungkin Nabi memerintahkan umat
Islam untuk hijrah ke wilayah tersebut. Karena akan membahayakan keselamatan
umat Islam itu sendiri. Sedang Syam atau Hirah, masih berada di bawah ke-kua-
san bangsa Romawi, selain masyarakat Quraisy memiliki hubungan dan penga-ruh
yang cukup besar di sana. 153
Oleh karena itu, pada bulan rajab tahun kelima kenabian be-rangkatlah 11
(se-belas) orang laki-laki beserta 5 (lima) orang wa-ni-ta. Kelompok ini dipimpin
oleh Utsman ibn Affan yang didampingi Ruqayyah binti Rasullilah, isterinya. 154
Keberangkatan mereka dilakukan secara sembunyi-sembunyi, di tengah kegelap-
an malam, agar tidak diketahui orang-orang Quraiys. Mereka keluar menuju pantai
Syuaibah. Dengan dua perahu dagang, mereka berlayar menuju Haba-syah.
Kedatangan orang-orang Islam di Habasyah disambut baik oleh raja Nejus.
Bahkan ia memberikan pelindungan dan diijinkan untuk melak-sa-na-kan ibadah
Islam. Kepergian umat Islam ke Habasyah dan kedatangannya diterima dengan
baik oleh penguasa setempat, membuat orang-orang Quraisy geram. Karena itu,
mereka kemudian mengatur strategi agar umat Islam dapat dikembalikan ke kota
Makah, tempat asal mereka. Namun permintaan itu ditolaknya. Bahkan umat
Islam mendapatkan perlindungan khusus dan tempat aman yang layak di negeri
itu serta diizin-kan untuk tinggal selamanya.155
Sementara ketika umat Islam berada di Habasyah, Rasulullah tetap tinggal
di kota Mekah. Beliau terus berusaha menyebarkan ajaran Islam kepada masya-ra-
kat Quraisy, meskipun mendapat ancaman dan gangguan yang luar biasa. Usaha
Rasul-ul-lah Saw ini ternyata tidak sia-sia. Ia berhasil mempengaruhi beberapa
tokoh Quraisy, misalnya Hamzah bin Abdul Muthalib yang masuk Islam pada
tahun 615 M yang ber-tepatan pada tahun keenam kenabian.156
Islamnya Hamzah bin Abdul Muthalib berawal dari suatu peristiwa peng-a-
ni-ayaan yang dilakukan Abu Jahal terhadap Nabi Muhamad Saw. Abu Jahal mem-
per-olok-olok dan memukul kepala Muhamad Saw dengan batu hingga ber-darah,
tanpa Muhamad melakukan perlawanan. Peristiwa tersebut disaksikan Abd Allah
bin Judan, mantan budak Hamzah. Ketika Hamzah kembali ke rumah usai berburu,
Abdullah bin Judan menceritakan peristiwa tersebut kepada Ham-zah bin Abd al-
Muthalib. Mendengar ceritera itu, Hamzah langsung menemui Abu Jahal dan
langsung memukuklnya dengan busur panah. Kemudian ia berkata,”Apakah
engkau masih berani mencela Rasul Allah, bila aku telah masuk ke dalam
152
. Dalam catatan Syalabi disebutkan bahwa umat Islam tidak mungkin hijrah ke
Yaman yang berada di bawah kekuasaan bangsa Persia. Karena orang Persia bukanlah
penganut agama ketuhanan dan tidak menghormati agama-gama ketuhanan itu. Buktinya,
Kisra, raja persia itu mengirim utusan kepada Bazan, Gubernur Yaman, supaya
menyampaikan perintah kepada Bazan: ” Kirimlah kepada orang yang di Hejaz itu
( maksudnya Muhammad) dua orang lelaki yang kuat, untuk menangkapnya dan
membawanya kepada saya. Lihat. A. Syalabi, Sejarah... J.1 hlm, 81.
153
. A. Syalaby, Sejarah… J.1. hlm, 81-82.
154
. Dalam catatan yang ditulis Bek, selain Utsman dan isterinya, terdapat
beberapa orang sahabat yang ikut hijrah bersma. Mereka adalah Abu Salamah dan
isterinya,(Ummu Salamah),Abu Sibrah ibn Abi Rahm, Amir ibn Rabah dan Laila, isterinya,
Abu Khuzaifah ibn Utbah ibn Rabiah dan Sahlah binti Suhail, isterinya. Abd al-Rahman ibn
Auf, Utsman ibn Madlum, Mushab ibn Umair, Sahal ibn Baidla, Zubeir ibn Awwam, dalam
catatan Ibn Hisyam, Usman ibn Madlun lah yang membeli perhau untuk berlayar
menyeberangi laut merah, sehingga mereka tiba di Haba syah dengan selamat. Lihat. Bek,
Nurul .... hlm, 56.
155
. A. Syalaby, Sejarah… J.1. hlm, 82
156
. Lihat Bek, Nurul … hlm, 56. Lihat pula, Rizqullah, Biografi… hlm. 253-254.

33
agamanya?”. Tantangan ini tidak mendapat perlawanan dari Abu Jahal, karena
Hamzah dikenal sebagi tokoh masyarakat pemberani. Sejak saat itu, Hamzah
benar-benar menjadi pembela dan pelindung umat Islam. 157
Sementara Islamnya Umar bin al-Khattab berawal ketika ia bermaksud
mem-bunuh Nabi Muhamad Saw yang sedang berada di rumah Arqam bin Abi Ar-
qam. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan Nuaim bin Abdillah al- Nuham al-
Adawi 158 dan mena-nya-kan ke mana tujuan Umar. Umar menjawab ia akan
membunuh Nabi Muhamad Saw yang di-anggap telah memecah belah masyarakat
Arab. Numan berkata lagi, bagaimana Anda bisa membunuh Muhamad semen ta-
ra adik iparmu telah menjadi pengi-kutnya yang setia. Mendengar keterangan itu
Umar bin al-Khattab marah dan langsung menemui adiknya, yaitu Fatimah dan
Said ibn Zayd, suami Fatimah, di rumahnya. Di rumah itu ada Khabbab ibn Art,
yang biasa bersama keduanya membaca shahifah dari pelepah kurma. Mendengar
kedatangan Umar ibn al-Khattab, Khabbab menyembunyikan shahifah tersebut.
Tetapi keburu ketahuan Umar, sehingga Umar ibn al-Khattab meminta shahifah itu
untuk dilihat. Setelah dilihat, ternyata shahifah itu berisi beberapa ayat surat Tha-
ha. Setelah terjadi perdebatan dengan saudaranya, aklhirnya Umar ibn al-Khattab
menyatakan diri sebagai muslim. Untuk memperkuat perkataan dan sikapnya, ia
mendatangi kediaman Rasulullah Saw, untuk menyatakan keislaman nya. Tetapi,
di rumah rasul terdapat umat Islam dan Hamzah ibn Abd al-Muthalib. Melihat
kedatangan Umar, Hamzah keluar menghadang. Di luar terjadi perdebatan, ka-rena
Hamzah memegang leher baju Umar dan menantangnya. Tetapi Umar ti-dak
melakukan perlawanan. Bahkan di situ Umar ibnal-Khattab berucap sya-hadat,
bahwa tiada Tuhan Selain Allah dan Muhamamd adalah Rasul Allah. 159
Islamnya Hamzah ibn Abdul Muthalib dan Umar ibn al-Khattab adalah ber-
kat usaha Nabi Muhamad Saw yang tidak kenal lelah dan tidak takut karena an-
caman dalam berdakwah. Bahkan Rasul Allah selalu berdoa,“ya Allah, mulia-
kanlah Islam ini dengan orang yang paling Engkau cintai dari kedua orang ini, Abu
Jahal atau Umar ibn al- Khattab. Selain itu, keislaman mereka berdua memperkuat
posisi umat Islam yang mendapat ancaman dari orang-orang kafir Quraisy yang
saat itu se-dang berada di Habasyah. Karena sejak saat itu, kekuatan Islam terus
bertam-bah dengan berbagai kemenangan.
Dalam konteks ini, Shuhaib ibn Rumi, seperti dikutip Rizqullah, menga-
takan bahwa sejak Umar ibn al-Khattab masuk Islam, agama Islam mulai bersinar,
dakwahnya dilakukan secara terbuka, kami bebas berkumpul di depan Kabah, dan
kami tidak lagi mendapati orang yang berani menganiaya kami. Bahkan tak jarang
kami membalas penganiayaan yang mereka lakukan pada kami.160

2. Hijrah ke Habasyah kedua


Umat Islam yang hijrah ke Habasyah pertama berlangsung selama tiga
bulan. Setelah itu mereka kembali lagi ke Mekah. Melihat keberhasilan umat Islam
ber-tahan mendapat perlindungan di Habasyah serta semakin banyak jumlah umat
Islam di kota Mekah, masyarakat kafir Quraisy semakin geram. Mereka semakin
memperkuat peng-ania-yaan terhadap orang-orang Islam. Karena itulah Nabi
Muhamad Saw me-nyarankan kembali ke-pa-da umat Islam untuk hijrah kembali

157
. Rizqullah, Biografi…. hlm, 253-254. Lihat pula, Shafiyyurrahman, Sejarah…. hlm,
128-129.
158
. Shafiyyurrahman, Sejarah…. hlm.131-132.
159
Ibid …. hlm 132-135.
160
. Rizqullah, Biografi … hlm, 257.

34
ke Habasyah. Hijrah kedua ini diikuti oleh 101 orang diantaranya terdapat 18 orang
wanita yang dipimpin oleh Jafar bin Abi Thalib.161
Kepergian umat Islam yang kedua ini ke Habasyah masih mendapat sam-
butan yang hangat dari raja Nejus. Mereka diberi kebebasan untuk menja-lankan
ibadahnya dan boleh bebas memilih ingin tetap tinggal di Habasyah selamanya
atau tidak. Rupanya kebaikan hati raja Nejus ini membuat marah orang-orang kafir
Quraisy. Mereka tidak tahan dan terus berusaha untuk menghambat langkah per-
kembangan Islam dengan berbagai cara. Untuk itu orang-orang kafir Quraisy
mengirim Amr bin al-Ash dan Abdullah bin Rabiah menghadap raja Nejus dengan
harapan permintaan mereka kali ini untuk mengirimkan kembali para muhajirin
mendapat sambutan positif dari raja Nejus.162
Melihat keseriusan orang-orang kafir Quraisy ini, raja Nejus berusaha meng
-um-pulkan umat Islam untuk diminta penjelasan yang sebenarnya. Dalam
kesempatan ini Jafar ibn Abi Thalib bertindak sebagai wakil dan juru bicara umat
Islam untuk menje-laskan hal yang sebenarnya mengenai ajaran Islam kepada raja
Nejus. Ketika Najasyi meminta Jafar untuk membacakan sedikit saja ajaran Rasul
Allah, lalu ia membacakan awal surat Maryam. Setelah mendengar bacaan surat
tersebut, Najasyi dan para pendekata Nasrani lainnya terkagum dan mencucur kan
air mata haru, hingga membasahi jenggotnya. Kemudian Najasyi berkata kepada
kedua utusan Quraisy, bahwa ajaran yang disampaikan ini dan ajaran yang dibawa
Nabi Isa as. bersumber dari satu lentera. Karena itu, kalian berdua pulanglah.
Karena aku tidak akan pernah menyerahkan mereka kepada kalian. 163
Perintah untuk kembali ke Mekah, ternyata tidak dilakukan Amr ibn al-Ash
dan Abdullah ibn Rabiah. Di tengah jalan, Abdullah berkata kepada Amr bahwa ia
akan kembali lagi esok hari bertemu Najasyi untuk meminta agar Jafar mem-
berikan penjelasan mengenai Isa ibn Maryam. Setelah bertemu pada keesok an
hari, Amr berkata kepada Najasyi (Negus), bahwa umat Islam telah menga takan
sesuatu yang sangat besar tentang Isa ibn Maryam. Mendengar hal itu, Najasyi
mengirim utusan kembali guna menemui umat Islam. Kemudian Jafar di minta
memberikan penjelasan mengenai apa yang dikatakan Amr dan Abdullah
mengenai Isa ibn Maryam. Di hadapan Najasyi, Jafar menjelaskan bahwa sebagai
mana yang diajarkan raul kami, Isa adalah hamba Allah, utusan-Nya, ruh-Nya, dan
bukti kebesaran-Nya yang dianugerahkan kepada Maryam sang perawan suci.164
Men-dengar penjelasan itu, Najasyi puas, sehingga ia tetap memberikan ja minan
keamanan dan keselamatan kepada umat Islam. Selain itu, ia juga mengem
balikan seluruh pemberian orang-orang Quraiys yang telah diberikan kepa
danya.165
Jawaban Jafar sangat berkenan di hati raja Najasyi dan menilainya sangat
sesuai dengan ajaran nabi Isa as. Karena merasa puas dengan jawaban Jafar, dan
Najasyi berkeyakinan bahwa ajaran inilah yang sesuai dengan ajaran yang selama

161
Ibid. hlm, 247-248.
162
Ibid. hlm,… 249.
163
Ibid. hlm, 250. M. Quraish, Membaca Sirah… hl.m 361.
164
M. Quraish, Membaca Sirah… hlm. 361.
165
Bid. ..hlm, 250. Dalam sebuah riwayat, Ibn Ishaq menyebtukan bahwa sebelum
meninggall Najasyi telah memeluk Islam. Keislamannya ini membuat rakyat Habasyah
marah dan datang menyerbu istana raja Najasyi. Disebutkan pula, sebelum terjadi
serangan, Najasyi sempat menyiapkan beberapa kapal layar yang akan membawa umat
Islam jika ia kalah. Bahkan ia mengirim surat kepada Rasulullah di Mekah yang berisi
kesaksiannya masuk Islam. Dalam Shahih Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Rasul
Allah mengabarkan kematian Najasyi pada tahun ke-9 hijrah. Kemudian Rasulullah
melakukan shalat ghaib untuk Najasyi. Rizqullah .Biografi...hlm. 252.

35
ini diyakininya, dan bertentangan dengan informasi yang diterima dari Amr ibn al-
Ash bahwa mereka yang pergi meninggalkan Mekkah dan sanak keluarganya,
merupakan para penganut agama yang tidak sama dengan agama dan ajaran
yang dianut Najasyi, bahkan telah dianggap menghina tuhan-tuhan mereka.
Karenanya, tidak mengherankan jika kemudian raja Najasyi memberikan suaka
kepada seluruh pengikut nabi Muhammad yang hijrah ke negerinya.
Dengan demikian, usaha utusan Quraisy, gagal menjalankan politik dip-
lomasinya untuk mengembalikan umat Islam ke Makah. Kegagalan ini menambah
kesal masyarakat kafir Quraisy yang ada di Mekah. Karena itu, tidak ada pilihan
lain bagi mereka, kecuali melampiaskan kekesalan kepada umat Islam yang masih
menetap di Mekah. Kemarahan kafir Quraisy sedikit mereda ketika mereka men
dengar keislaman Umar bin al-Khattab. Para pemuka Quraisy sangat berhati-hati
melakukan tekanan kepada muslim yang tidak ikut hijrah ke Habasyah. Karena,
Umar dikenal sebagai tokoh yang sangat keras dan berani melawan siapa saja
yang menghalangi kehendaknya. Selain itu, tersebar pula informasi bahwa pendu
duk kota Mekah telah masuk Islam, setelah banyak di antara mereka yang ikut
sujud bersama rasulullah pada saat beliau membacakan surat al-Najm ayat 62. ”
Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah Dia”. Meski mereka mengagumi
kehebatan kalamullah, tetap saja tidak mau mengakui kerasulan Muhammad saw.
Informasi keislaman Umar bin al-Khattab dan ”masuk Islamnya” pendu duk
Mekah, ini terdengar di kalangan muhajirin yang ada di Habasyah. Kenyata an ini
merupakan salah satu faktor keinginan mereka untuk kembali ke Mekkah, kembali
kepada sanak keluarga mereka yang lama ditinggalkan. Akan tetapi, setelah
mereka keluar dan di tengah perjalalan, ada informasi yang sampai ke me reka
bahwa sikap kafir Quraisy tidak berubah, meski Hamzah bin Abi Thalib dan Usman
bin Affan, telah masuk Islam dan menjadi benteng kekuatan umat Islam yang
masih ada di kota Mekkah. Mendengar informasi ini ada sebagian yang te tap
melanjutkan pulang ke Mekah, ada juga yang lebih memilih kembali ke Ha basyah.
Mereka yang terus melanjutkan perjalana kembali ke kota Mekkah setelah
mendapat suaka dan jaminan keamanan dari pembesar kota Mekkah. Salah se
orang yang memperoleh jaminan tersebut adalah Usman bin Mazhun yang
diperolehnya dari al-Walid bin al-Mughirah, meski kemudian setelah berada di kota
Mekkah, jaminan itu dikembalikan lagi kepada pemberi suaka, karena Us man
berkeyakinan bahwa hanya Allah yang akan menjaga dan memeliharanya dari
berbagai gangguan masyarakat kafir Quraisy166.

2. Hijrah Nabi Muhamad Saw ke Thaif


Pada tahun kesepuluh kenabian dikenal dengan tahun duka (am al-Khuzn)
bagi Nabi Muhamad Saw. Karena kedua orang yang sangat dicintainya telah
meninggal dunia, yaitu Abu Thalib167 dan Siti Khadijah168 dan Abu Thalib. Kedua

166
M. Quraish, Membaca Sirah… hlm 365-366.
167
. Abu Thalib wafat pada tahun ke-10 kenabian, tepatnya beberapa saat setelah
pemboikotan berakhir. Ia meninggal pada bulan Ramadhan, tiga hari sebelum kematian Siti
Khadijah dan tiga tahun sebelum peristiwa hijrah ke Madinah. Ada suatu riwayat
menyebutkan, seperti tertuang dalam Shaih Bukhari dan Muslim, Abu Thalib meninggal
dalam keadaan kafir, sekalipun sepanjang hdupnya selalu melindungi Rasul Allah. Ibn
Musyayyab, seperti dikatakan Bukhari dan Muslim, berkata ketika sakarat al-maut, Rasul
mendatangi Abu Thalib. Ketika itu di samping Abu Thalib sudah ada Abu Jahal dan Abd
Allah ibn Umayyah ibn al-Mughirah. Rasul Alla berkata pada pamannya itu, ” Paman,
ucapkan kalimat Tiada Tuhan selain Allah, sebagai kalimat yang akan kupersaksikan untuk
paman pada di sisi Allah ” .I mendengar itu, Abu Jahal dan Abd Allah menyergah; ” Abu
Thalib, apakah engkau akan membenci agama Abd al-Muthalib?”. Meski demikian, Rasul

36
orang ini adalah pembela dan pelindung yang sangat tabah, kuat dan disegani
masyarakat Mekah. Dengan me-ninggalnya Siti Khadijah dan Abu Thalib, orang-
orang kafir Quraisy semakin be-rani mengganggu dan menyakiti Nabi Muhamad
Saw. Karena penderitaan yang dialami Nabi Muhamad Saw semakin hebat, ia
bersama Zayd bin a Haritsah berencana pergi ke Thaif169 guna meminta bantuan
serta perlin-dung-an dari keluarganya yang berada di kota itu, yaitu Kinanah yang
ber-gelar Abu Yalail bin Abd al-Kilal dan Masud yang bergelar Abu Kuhal bin Amr
serta Habib bin Amr. Mereka adalah pa-ra pembesar dan penguasa di Thaif yang
berasal dari keturunan Tsaqif. Ketiganya adalah Amir ibn Umair ibn Auf al-
Tsaqafi.170
Karena mereka adalah para pembesar dan orang-orang terhormat di kota
itu. Nabi Muhamad Saw berharap dakwahnya diterima mereka dan masyarakt
Thaif. Hal itu dilakukan Nabi Muhamad Saw karena beliau beranggapan akan
mendapat pertolongan, perlindungan dan bantuan dari kerabatnya itu. Pilihan Thaif
sebagai daerah sasaran misinya, karena selain daerahnya sangat subur, di sana
terdapat satu kabilah yang pernah beliau tinggal bersama Bani Said, ketika beliau
masih disusukan oleh Halimah al-Sadiyah. 171
Akan tetapi harapan ter-se-but tidak menjadi kenyataan, karena mereka
tidak mau mem-berikan perlindungan dan bantuan apapun kepada Muhamad Saw.
Bah-kan beliau diusir dan dihina dengan cara-cara yang tidak manusiawi. Ia di usir
dan di-lem-pari batu oleh para pemuda kota Thaif. 172 Mereka tidak mau
mengambil risiko dari bantuan yang akan diberikan. Karena mereka akan
mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan dari masyarakat Me-kah bila
memberikan bantuan atau bah-kan menerima Islam sebagai agama baru mereka.
Para pembesar kota Thaif eng-gan menolong Muhamad, karena mereka ber-
anggapan Muhamad adalah orang gila yang terusir dari Mekah. Selain itu ber-da-
sarkan informasi yang mereka terima dari Abu Jahal, bahwa apa yang diajarkan
Muhamad adalah kebohongan besar yang akan menyesatkan bangsa Arab.173
Dalam catatan sejarah disebutkan bahwa ketika rasulullah dan Zayd akan
pulang kembali ke kota Mekah, masyarakat Thaif dan para hamba sahaya yang
disuruh oleh tuannya, berdiri sejajar menyusun dua barisan untuk menghadang
perjalanan itu. Mereka melakukan penghinaan di sepanjang jalan yang akan
dilewati nabi Muhammad saw, bahkan melempari nabi dan sahabatnya dengan
batu, sehingga beliau terluka. Peristiwa ini merupakan salah satu peristiwa peng
aniayaan fisik yang meninpa rasulullah saw dalam perjalanan dakwahnya.174
Perlakuan masyarakat Thaif ini membuat luka hati dan badan. Ia terluka ha
-ti-nya karena gagal mendapat perlindungan dan bantuan dari sanak saudaranya di
Thaif untuk menyebarkan ajaran Islam. Terluka badannya karena masyarakat kota
Thaif melemparinya dengan batu hingga badannya terluka. Akhirnya beliau
kembali ke kota Mekah. Sebelum sampai di kota kelahirannya, ia singgah di suatu
tempat dipinggiran kota di sisi perkebunan anggur kepunyaan Uthbah bin Rabi ah
dan Syaibah bin Rabiah. Di tempat itu beliau duduk sambil merenungi peris tiwa

169
Carl Brocklemann, History… , hlm, 18-19. Thaif merupakan kota subur yang
berjarak sekitar 80 km dari Mekkah. Di kota ini tersedia banyak air, sehingga banyak tokoh
dan penguasa Quraisy sejak dulu hingga kini. Di sana dibangun istana-istana megah,
sebagai tempat peristirahatan.
170
. Rizqulah, Biografi…, hlm, 272.
171
M. Quraish, Membaca Sirah… hlm. 431-432.
172
Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX.
( jakarta: Akbar, 2008), hlm. 95-96.
173
Lihat Rizqullah, Biografi …. hlm. 272-273.
174
Rizqullah, Biografi…. hlm, 274. M. Quraish, Membaca Sirah… hlm 434-436.

37
yang baru saja dialaminya dikota Thaif. Sambil mene-nga-dahkan mukanya
kelangit beliau berdoa mengadukan nas ibnya kepada Allah. Beliau berkata,”Ya
Allah, hanya Engkaulah tempat aku menga-du-kan kelemahanku. Ya, Allah, Eng kau
maha penyayang, maha pelindung orang-orang lemah, aku berlindung kepa da-Mu
ya Allah”.175
Penderitaan yang dialami Nabi Muhamad Saw dan apa yang sedang dila ku
-kannya di dekat perkebunan anggur tidak lepas dari perhatian keluarga Ra-biah.
Be-tapa sedihnya Uthbah dan Syaibah melihat penderitaan Nabi. Untuk itu, mereka
mengutus budaknyabernama adas yang beragama Nasrani datang me-ne-mui
Nabi Saw dan memberinya anggur. Nabi Muhamad Saw tertegun ketika Addas
datang membawa anggur yang akan diberikan kepadanya. Anggur itu lalu diambil
Nabi Muhamad Saw dan dimakannya. Sambil meletakan tangan diatas buah
anggur, Nabi Saw mengu-cap-kan lafal Bismillah, kemudian anggur itu di-
makannya.176
Mendengar ucapan itu, Addas merasa heran karena kalimat itu belum per-
nah diucapkan oleh penduduk Thaif. Adas tidak berani bertanya lebih jauh.
Akhirnya Na-bi Muhamad Saw mulai bertanya asal-usul dan agamanya. Adas
menjawab, saya berasal dari negeri Niniveh. Agama saya Nasrani. Lalu Nabi ber-
tanya lagi. Kamu ber-asal dari negeri Yunus anak Matta? Dari mana kenal Yunus
anak Matta? Tanya Adas. Dia saudaraku, dia seorang Nabi, dan aku juga seorang
Nabi. Jawab Nabi Muhamad Saw. Dalam riwayat lain, setelah kejadian itu Adas
masuk Islam.177
Misi Nabi Muhammad Saw ke kota Thaif untuk meminta bantuan dari
sanak saudaranya tidak mendapat tanggapan yang berarti, karena mereka meno
lak dan bahkan penduduknya memperlakukan Nabi dengan cara kasar., seperti
melempari batu dan menghi-na-nya di muka umum hingga beliau terluka. Dari sini
dapat kita katakan bahwa misi tersebut gagal. Meskipun begitu, ternyata masih
ada orang yang peduli dengan misi per-ju-ang-an Nabi Muhamad Saw yaitu ke
luarga Rabiah.
Setelah mengalami berbagai penganiayaan dan penghinaan di Thaif, ra
sulullah kembali ke Mekkah dalam keadaan sangat berduka. Setibanya di Qarn al-
Tsaalin (Qarn al-manazil), Allah mengutus malaikat Jibril untuk mendatangi beliau.
Malaikat tersebut menawarkan bantuan untuk membalikkan dua gunung di Mekah
agar menjadi bencana bagi penduduk Thaif. Tapi ternyata rasul meno laknya.
Beliau mengata-kan, jangan lakukan itu. Sebab aku masih berharap Allah
melahirkan dari ke-turunan mereka orang-orang yang hanya menyembah Allah dan
tidak menye-kutukan-Nya dengan apapun. 178
Dalam perjalanan kembali ke kota Mekah, Nabi Muhamad Saw berhenti di
suatu tempat bernama Nakhlah,179 untuk melakuka shalat. Ketika itu ada seke lom-

175
Rizqullah, ibid. M. Quraish, Membaca Sirah… hlm436-437.
176
Rizqullah, ibid hlm, 273. Lihat pula. Bassam al-Shabbagh ” Addas ” dalam
Ensiklopedi Sirah Nabi Muhammad saw, edisi Indonesia, ( Jakarta: Kalam Publika, 2011),
hlm. 113-115.
177
. Mendengar bacaan itu, Adas tertegun kaget. Namun setelah Nabi Muhammad
Saw menjelaskan dirinya adalah Nabi dan rasul Allah, Ada serta merta mencium kepala,
kedua tangan dan kedua kaki Rasul Allah, dan menyatakan diri sebagai muslim. Lihat.
Rizqullah, Biografi ... hlm, 273. M. Quraish, Membaca Sirah… hlm. 436.
178
Rizqullah, ibid. hlm, 275. M. Quraish, Membaca Sirah… hlm. 438.
179
Nakhlah adalah sebuah tempat yang banyak ditumbuhi pohon kurma.
Nakhlah adalah nama dua buah lembah yang berjarak satu malam perjalanan dari Mekkah.
Nama kedua lembah itu adalah Nakhlah al-Syamiyyah dn Nakhlah al-Yamaniah. Adapaun
yang dimnaksud dengan cerita ini adalah Nakhlah al- Yamaniah, karena letaknya antara

38
pok jin yang mendengar nabi membaca ayat- ayat al-Quran.180 Mereka tak jub dan
kemudian mendatangi rasul untuk mendengarkan apa yang baru dibaca nabi.
Setelah itu, kemudian mereka kembali ke kelompoknya dengan membawa berita
apa yang mereka baru saja dengar. Peristiwa ini diabadikan dalam QS al-Ahqaf
ayat 29-31, dan al-Jin ayat 1-15.181. Perisiwa tersebut membangkitkan se mangat
rasulullah saw untuk terus melakukan dakwah, meski beliau tahu risiko yang akan
diterima. Ketika Nabi Muhamad saw hendak memasuki kota Mekah sekembalinya
dari Thaif, Zayd bertanya, Ya Rasul, benarkah Anda akan kembali ke Mekah,
padahal mereka telah mengusir Anda? Rasulul Allah menjawab. Zayd, seperti yang
kau rasakan, sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi jalan ke luar dari
segala kesulitan. Allah adalah penolong agama-Nya dan Pembela Na bi-Nya”.182
Ketika sampai di perbatasan kota Mekah, rasulullah menghu-bungi al-Akh
nas ibn Syuraiq untuk meminta perlindungan dan jaminan keamanan. Tapi, pe
rmintaan itu ditolak al-Akhnas, karena ia telah bersekutu dengan Quraisy. Meli hat
kenyataan itu, rasulullah kemudian menghubungi Suhail ibn Amru untuk me minta
perlindungan. Permin-taan ini juga ditolak. Kemudian rasulullah menghu bungi
Muthim bin Adi 183deng-an permohonan yang sama. Permohonan ini diterima
dengan baik, bahkan ia mengerahkan seluruh kaum kerabatnya, un tuk melindungi
nabi Muhammad saw dan Zayd bin al-Haritsah dan siap mengha dapi segala
kemungkinan buruk yang akan terjadi. Kemudian ia mengajak nabi dan Zayd
memasuki kota Mekkah. Muthim mengumumkan di hadapa penduduk kota
Mekkah bahwa ia telah memberikan jaminan keamanan. Setelah memasuki kota
Mekkah dengan aman, rasulullah saw kemudian melakukan thawaf dan shalat dua
rakaat yang dikawal oleh Muthim dan kaum kerabatnya hingga sam pai di
kediaman rasulullah. 184Dengan demikian, Rasulullah saw dapat kembali ke Mekah
dengan selamat, karena mendapat perlindungan dan Suhail ibn Amr.
Setelah kembali ke Mekkah, sausana duka masih terus dirasakan oleh
rasulullah saw, sehingga Allah berkehendak untuk memberikan suasana baru
dalam hi-dupnya berupa perjalanan di tengah malam (Isra dan Miraj),185 sebuah
peristiwa kontrover-sial ketika itu. Peristiwa Isra dan Miraj ini terjadi pada tahun ke
-10 kenabian.186 Sekembali dari perjalanan Isra dan Miraj, ada perasaan gundah
dalam diri beliau. Rasulullah saw khawatir jika ia menceritakan hal tersebut ke
pada khalayak, pasti akan diejek dan dianggap orang gila.
Sebagaimana dijelaskan para ahli sejarah bahwa sikap bangsa Quraisy
atas peristiwa tersebut membuat gundah rasulullah saw. Pada saat itu, datang
Abu Jahal dan bertanya mengapa beliau terlihat susah. Di situ kemudian Rasul
mence-rita-kan peristiwa Isra dan Miraj yang baru saja dialami. Mendengar
ceritera terse-but, Abu Jahal dan kaumnya menolak. Sebab, menurut mereka yang
pernah mela-kukan perjalanan ke negeri Syam, memerlukan waktu yang cukup
lama. Semen-tara Nabi Muhamad Saw hanya dalam sekejap. Inilah yang membuat
mereka heran dan menolak kejadian tersebut, meski ada di antara mereka yang

180
Ahmad Abu Shabab, etall, Ensiklopedi ...,jilid. 4 (edisi Indonesia), hlm, 3-4.
181
Rizqullah, ibid
182
Rizqullah, Ibid... hlm, 275..
183
Mutham bin Adi merupaka salah seorang tokoh Quraisy yang ikut serta
membatalkan isi pemboikotan atas keluarga Bani hasyim dan Bani Muththalib. Karena itu,
nabi Muhammad sangat berharap menedapat bantuan darinya, mengingat peristiwa
tersebut. Lihat. Syafiyurrahman, Sejarah Hidup Muhammad.... hlm. 142-145.
184
M. Quraish, Membaca Sirah… hlm. 449.
185
. Hitti, History… hlm, 114. Lihat pula P.K. Hitti, History…., hlm, 114. M. Quraish,
Membaca Sirah… hlm. 443-445
186
Rizqullah, Biografi… hlm, 283.

39
meminta agar Rasul menjelaskan secara rinci suasana Masjid al-Aqsha. Setelah
dijelaskan, mereka mengatakan bahwa apa yang dikatakannya adalah benar.
Tetapi, mereka tetap pada pendirian bahwa mereka tidak percaya peristiwa Isra
dan Miraj yang dilakukan rasulullah saw saw. Peristiwa tersebut juga didengar
oleh Abu Bakar. Berbeda dengan masyarakat kafir Quraisy yang menolak
kebenaran peristiwa Isra dan Miraj, Abu Bakar membenarkan apapun yang
dikatakan rasulullah saw, ter masuk peristiwa Isra dan Miraj. Karena itu, rasulullah
saw kemudian memberi kan gelar kepada sahabatnya ini dengan sebutan Al-
Shddieq.187 Peristiwa ini sangat menghebohkan ketika itu. Banyak orang Quraiys
menolak untuk mengakui kebe naran cerita peristiwa tersebut, yang dianggap
tidak masuk akal. Karena itu, ba nyak pula yang menganggap nabi Muhammad
saw sudah gila. Mereka kemudian melakukan penyebaran informasi tersebut
kepada penduduk Mekkah agar tidak mudah menerima kebenaran informasi yang
dianggap menyesatkan mereka.

3. Perjanjian Aqabah

a. Kunjungan jamaah Yastrib ke Mekkah

Ancaman, gangguan dan siksaan yang dialami dan umat Islam di kota
Mekkah dari orang-orang kafir Quraisy, semakin menjadi. Mereka terus berusaha
men-cari kele-mahan dan keterangan yang ada pada umat Islam untuk dijadikan
bahan ejekan, hinaan dan siksaan. Melihat kenyataan seperti itu, Nabi Muhamad
Saw meman-dang bahwa Mekkah tidak dapat di andalkan lagi sebagai basis per
juangan dakwah Islam. Oleh ka-rena itu, Nabi pernah berusaha mencari tempat
lain, se-perti ke Thaif. Di kota ini ia ber-harap mendapatkan perlindungan dan
bantua dari sanak saudranya. Tapi ternyata ha-rapan itu sia-sia belaka, bahkan
Nabi Muhamad Saw mendapat penghinaan dan lem-paran batu hingga dirinya
terluka.188
Melihat kenyataan ini tampaknya rasulullah saw terus berusaha keras
mencari tempat perlindungan yang dapat memberikan keamanan bagi diri dan
para pengikutnya. Setelah mencoba mencari perlindungan ke Habasyah dan Thaif,
akhirnya beliau melihat ada kesempatan besar menantang di hadapannya untuk
mengembangkan dakwah Islam dan menyelematkan umat Islam dari kekejaman
Quraiys. Peluang itu adalah perayaan musim haji. Musim haji dan waktu pasaran
bangsa Arab merupakan kesempatan paling strategis untuk menemui para tokoh
berpengaruh dan masyarakat umum dari berbagai kabilah dan belahan tanah Arab
lainnya. Kesempatan tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh rasulullah saw
untuk mencari perlindungan sekaligus mengembang kan dakwah Islam. Beliau
menemui setiap tokoh yang dipandang memiliki pengaruh, lalu meminta
kepadanya untuk memberikan perlindungan.189 Pende-kat-an dan penjelasan

187
. Shfaiyyurrahman, Sejarah…. hlm, 191. Lihat, Rizqullah, Biografi…, hlm. 289.
188
. M. Quraish Shihab, Membaca…. Hlm. 432-435.
189
Di antara tokoh yang sengaja mencari informasi tentang kebenaran risalah
Muham-mad saw adalah al-Thufail bin ”Amr al- Dusy, seorang dari keturunan al-Azad dari
Yaman dan terpandang kedudukannya di masa jahiliyah. Ketika ia sedang di kota
Mekkah, ia melihat nabi Muhammad saw tengah shalat, lalu didekati, dan langsung
mendengarkan bacaan yang diucapknnya dalam shalat. Dia tertegun dan langsung
menyatakan keislamannya yang diikuti oleh kaumnya. Padahal ia pernah dilarang kafir
Quraisy agar jangan mendengarkan segala ucapan Muhammad saw sampai ia pernah
menutupi telinganya dengan kapas. Tetapi perbuatan itu semakin membuat ia penasaran,
dan langsung memperhatikan perilaku dan bacaan nabi saw saat sedang shalat di masjid.

40
mengenai Islam serta permohonan tersebut tidak dilakukan dengan cara-cara
paksaan. Mereka hanya diminta untuk memberikan jaminan keamanan kepada
umat Islam. Oleh karena itu, setiap musim haji atau hari pasar tiba, rasulullah
saw saw selalu berkata kepada setiap kabilah yang dijumpainya. ”Adakah hari ini
seseorang yang akan membawaku kepada kaumnya dan melindungiku untuk
menyampaikan ajaran yang kubawa? Sesungguhnya kaum Quraiys telah
melarangku untuk menyampaikan wahyu Tuhanku. ”190
Dalam catatan sejarah, seperti ditegaskan Rizqullah, Abu Lahab, paman
Nabi Muhammad Saw, selalu mengikuti gerakan nabi Muhamd ke manapun ia
pergi. Setiap rasulullah saw saw selesai mengemukakan maksudnya, Abu Lahab
selalu menyela, dan selalu berkata,” Ketahuilah bahwa orang ini akan mengajak
kalian meninggalkan agama nenek moyang kalian, meninggalkan Lata, Uzaa, dan
sekut-sekutu kalian dari Bani Malik ibn Aqis, kemudian akan membawa kalian
kepada kesesataan dan ajaran baru yang dibawanya.”191.
Usaha keras yang dilakukan Nabi Muhamad Saw untuk meyakinkan
kepada para pendatang, tidak selamanya berjalan mulus. Ada bebarapa kabilah
yang pernah ditemui menolak ajakan rasulullah saw saw. Di antara kabilah yang
menolak adalah Bani Kindah, Bani Abd Allah bin Kilab, Bani Hanifah, Bani Amir ibn
Shashaah, Bani Muharib ibn Hashfah, Bani Fazzarah, Bani Ghassan, Bani Murah,
Bani Salim, Abbas, Bani Nadhir, Bani Bakr, Udzrah, dan Hadhramah.192 Mereka ada
yang menolak secara kasar dan ada yang menolak secara halus. Bani Mutsnann
ibn Haritsah, misalnya. Penolakan ini, menurut Rizqullah, karena Bani Mutsanna
masih memiliki ikatan perjanjian dengan Qashru Persia untuk tidak membuat
kerusuhan dan membantu orang yang membat huru-hara. 193
Mengetahuai hal tersebut, rasulullah saw tidak memaksa dan juga tidak
marah kepada mereka, juga tidak memaksakan kehendaknya agar ajakannya
diterima. Sebab, mereka berada pada poisisi yang lemah. Tidak memiliki daya
tawar politik untuk menolak perjanjian tersebut. Selain itu, nabi berkeinginan,
mereka masuk Islam secara ikhlas, bukan karena kedudukan, jabatan atau yang
lainnya.194
Meskipun banyak peziarah haji dan pedagang yang ditemui rasulullah saw
menolak, terdapat peziarah haji yang mau menerima ajakan rasulullah saw.
Mereka umumnya dari masyarakat Yatsrib. Mereka inilah yang paling banyak
menerima ajakan dan dakwah rasulullah saw. Ketika rasulullah saw memperke-
nalkan ajaran Islam kepada Suwaid bin Shamil195, misalnya, ia tidak menolak dan
juga tidak menyatakan penerimanaannya secara tegas. Disebutkan dalam catatan
sejarah sebagaimana ditegaskan Rizqullah, bahwa Suwaid ibn Shamil mengagumi

190
. Rizqullah, Biografi … hlm, 295. Sejarah mencatat bahwa Nabi saw masuk
kembali ke kota Mekkah dar i Thaif pada bulan Dzulqadah tahun kesepuluh kenabian
bertepatan dengan awal Juli 619 M. Sejak saat itu beliau bersiap — siap menghadapi
musim haji, di mana terbuka kesempatan untuk bertemu dengan suku-suku masyarakat
Arab dan tokoh-tokoh di Dzi Majaz, salah satu pasar pada masa jahiliyah. Tempat itu
seringkali dikunjungi kafilah yang datang untuk melaksanakan haji sambil berdagang.
Lokasinya tidak jauh dari Arafah. Lihat. M. Quraish Shihab, Membaca…. Hlm. 465.
191
. Rizqullah, Ibid, hlm, 297.
192
Lihat. M. Quraish Shihab, Membaca…. hlm, 465.
193
. Rizqullah, Ibid, hlm, 297.
194
M. Quraish Shihab, Membaca…. hlm, 465.
195
Dalam catatan M. Quraish Shihab, Suwaid bin Shamil, setelah berdiksusi dan
mendengar bacaan al-Quran, ia masuk Islam dan kembali ke Madinah dalam keadaan
Islam Tetapi tidak lama setelah tiba di Madinah, ia terbunuh oleh suku Kahrzraj. Dia dinilai
terbunuh dalam keadaan muslim. Lihat. M. Quraish Shihab, Membaca…. hlm, 465.

41
bacaan ayat al-Quran ang didengar langsung dari rasulullah saw saw.196 Dalam
perkembangan selanjutnya, ceritera mengenai Nabi Muhamad Saw dan ajaran
yang disampaikan-nya tersebar di Yatsrib, sehigga hampir seluruh masyarakat
kota tersebut menge-tahui apa yang tengah terjadi di kalangan mereka. Hal
menjadi pertanda bahwa kedatangan Rasul dan umat Islam ke Yatsrib, mendapat
momen yang tepat. Karena ternyata, orang Yatsrib lebih terbuka untuk menerima
kedatangan Rasul dan Umat Islam ke kota mereka. Peluang inilah yang benar-
benar dimanfaatkan oleh rasulullah saw saw untuk mendekati para peziarah dan
pedagang di musim haji berikutnya, dan menelaskan kepada mereka mengenai
ajaran Islam.
Berbagai peluang dimanfaatkan oleh rasulullah saw untuk menarik sim pati
masyarakat peziarah yang datang dari Yatsrib. Beliau melakukan berbagai
pertemuan, baik dengan kelompok maupun secara individual. Pertemuan terse but
biasanya dilakukan pada malam hari atau sembunyi-sembunyi, guna meng hindari
gangguan dan ancaman kafir Quriays. Disebutkan pada suatu ma lam, nabi
Muhammad saw mendengar percakapan sekelompok orang, maka be liau pergi
menemui mereka yang ternyata mereka adalah 6 (enam) orang pemuda suku
Khazraj yang datang dai Yatsrib. Mereka adalah Asad bin Zararah, Rafi bin Malik,
Quthbah bin Amir bin Hadidah, Uqbah bin Nabi, Amr bin al-Harits bin Rafaah, dan
Jabir bin Abdillah bin Riab.197
Mereka adalah para pemuda berpikiran maju dan terbuka. Mereka
mengalami kejenuhan dengan tradisi dan kebiasaan bangsa Arab yang hampir
separuh hidupnya dipergunakan untuk berperang dengan suku Aush memper
tahankan diri, memperebutkan wilayah kekuasaan atau pengaruh di Yatsrib. Dalam
pergaulan keseharian, mereka pernah mendengar perbincangan kaum Yahudi dan
Nasrani akan muncul seorang nabi akhir zaman. Maka ketika mereka mendengar
ada seorang lelaki dari suku bangsa Quraisy bernama Muhammad yang selalu,
yang dikenal sebagai manusia jujur, berbudi luhur, dan dari keluarga terhormat,
mereka datang ke Mekkah untuk bertemu dengannya. Karena itu, ketika mereka
tiba di kota Mekkah dan bertemu langsung dengan nabi Muham mad saw, mereka
masuk Islam setelah mendapatkan penjelasan dari nabi menge nai ajaran yang
disampaikannya. Kelompok pemuda ini yang merupakan cikal bakal dari
kehadiran Islam di kota Yatsrib, yang kemudian menyebar ke seluruh jazirah
Arabia, bahkan hingga ke seluruh dunia. Dengan mereka inilah kemudian nabi
Muhammad saw mwngadakan sebuah ikrar bersama yang kemudian dikenal
dengan sebutan Baiat Aqabah.

b. Perjanjian aqabah I

Sebagaimana ditegaskan pada bagian sebelumnya bahwa pada tahun ke-


11 kenabian, rasulullah saw telah mengadakan pertemuan dengan 6 (enam) orang
pemuda suku Khazraj, untuk menyebarkandakwah Islam. Pertemuan tersebut
dilanjutkan pada tahun berikutnya, yaitu pada tahun ke-12 kenabian. Pada tahun ini
yang bertepatan dengan tahun 621 M, nabi Muhamad saw menemui rom bongan
haji yang datang dari Yastrib. Rombongan tersebut berjumlah sekitar 12 orang. 198

196
Bid.
197
M. Quraish Shihab, Membaca…. hlm, 466.
198
. Di antara ke-12 orang itu, terdapat 5 orang yang pernah bertemu Rasul Allah di
Mekah pada musi haji sebelumnya. Satu orang yang tidak ikut hadir dari 6 orang itu adalah
Jabir ibn Abd Allah ibn Riab. Tujuh ( 7) orang lainnya dari ke-12 orang itu adalah Muzadz
ibn Harits ibn Afra dari Bani al-Najjar ( Khazraj), Dzakwan ibn Abd al-Qays, Bani Zariq

42
di antara meraka yang ikut kali ini adalah Abdullah bin Shamit, Yazid bin Tsalabah,
al-Abbas bin Ubadah bin Nadhlah, Abu al-Haitsam bin attaihan dan “umaimah bin
Saidah. Beberapa di antara mereka ada yang yang datang pada tahun ke-12
kenabian adalah mereka yang pernah bertemu Nabi di musim haji sebelumnya dan
menyatakan keimanannya kepada Muhamad saw, kecuali Jabir bin Abdullah,
karena berhalangan. Kepada mereka nabi Muhamad saw menyam-pai-kan
dakwahnya. Seruan itu mendapat sambutan hangat, sehingga mereka menya-
takan keislaman-nya di hadapan Nabi Muhamad Saw. Pertemuan tersebut ter-jadi
di salah satu bukit di kota Mekkah , yaitu bukit Aqabah, dekat Mina. Di sinilah
mereka mengada-kan perjanjian untuk mem-bantu Nabi Muhamad Saw dalam
menye-barkan Islam.199 Oleh karena pertemuan ter-sebut dilakukan di bukit
Aqabah, maka kese-pakatan yang mereka buat disebut Per-janjian Aqabah. Isi
perjanjian Aqabah itu antara lain sebagai berikut:200
1. Mereka menyatalan tidak akan menyekutukan Allah
2. Mereka menyatakan setia kepada Nabi Muhamad Saw.
3. Mereka menyatalan tidak akan melakukan perbuatan zina,
4. Mereka menyatakan tidak akan membunuh anak-anak,
5. Mereka menyatakan untuk tidak berbuat kebohongan dan kecurangan,
6. Mereka menyatakan untuk tidak akan mencuri;
7. Mereka menyatakan rela berkurban harta dan jiwa.
8. Mereka bersedia ikut menyebarkan ajaran Islam yang dianutnya.

Ketika rombongan akan kembali ke Yastrib, Nabi Muhamad Saw meng-


utus salah seorang sahabatnya bernama Mushab ibn Umair201 untuk membantu
penduduk Yatstib yang telah menyatakan keislamannya dalam menyebarkan
ajaran Islam di kota tersebut. Setibanya di Yastrib mereka giat mendakwahkan
ajaran Islam kepada masya-rakat, sehingga dalam waktu singkat agama Islam ber
kembang dan pengi-kut-nya sema-kin bertambah. Meskipun dalam perjalanan-nya
tidak sedikit mengalami gangguan, baik dari dalam masyarakat Madinah sendiri
maupun dari masyarakat luar kota Madinah, terutama masyarakat Quraisy yang
telah bersekutu dengan masyarakat Madinah.

c. Perjanjian Aqabah II

Pada tahun ke-13 kenabian bertepatan dengan tahun 622 M, jamaah Yats-
rib datang kembali ke kota Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji. Jamaah itu
ber-jumlah sekitar 73 orang. Rombongan ini dipimpin oleh Barra ibn Marur.202

199
Shafiyyurrahman, .Sejarah … , hlm, 194. Lihat pula Rizqullah, Biografi...hlm,
307308.
200
. Khudhary Bek, Nurul…., hlm, 74-75. Lihat pula Rizqullah, Biografi... hlm, 301. M.
Quraish Shihab, Membaca…. hlm, 467. Lihat Qs al-Mumtahanah ayat 12.
201
Mushab bin Umair adalah daI pertama yang dikirm rasulullah ke Yatsrib ntuk
menemi dan memberikan pemahaman Islam kepada penduduk Yatsrib. Ia diminta
mengajarkan al-Quran kepada penduduk Yatsrib yang muslim. Di Yatsrib, ia tinggal di
rumah Asad bin Zurarah. Mushab mendirilkan madrasah pertama untuk mengajarkan
Islam di Yatsrib. Karena ia bertugas mengajarkan al-Quran dan ajaran Islam lainnya, ia
disebut al- Muqr. Keadirnnya di Yatsrib selain sebagai dai dan guru agama, juga bertindak
sebagai diplomat untuk mempersiapkan kehadiran umat Islam di tanah Yatsrib. :ih.
Bassam as-Sabbagh, Mushab bin Umair, dalam Ensiklopedi Sirah Nabi Muhamamd saw,
( Jakarta: Kalam Publika, 2011), hlm. 9.
202
Rizqullah, Biografi … , hlm, 304. Ada informasi menarik mengenai jumlah
rombongan ini. Keberangkatan masyarakat Yatsrib ke kota Mekkah untuk berhaji

43
Setibanya di kota Mekkah mereka tidak dapat langsung menemui Nabi Muhamad
Saw, karena situasinya tidak memungkinkan. Akhirnya mereka secara sembunyi-
sembunyi menyusun rencana untuk menemui rasulullah saw. Pertemuan raha-sia
itu menghasilkan kesepakan mengenai tempat dan waktu pelaksanaannya.
Dalam konteks ini, Ibn Ishaq, sebagaimana dikutip Rizqullah, mengatakan
bahwa Kaab ibn Malik berkata, kami pergi meninggalkan Yatsrib (Madinah) untuk
melaksanakan haji. Sebelumnya, kami telah berjanji kepada rasulullah saw saw
un-tuk menemui beliau di Aqabah pada pertengahan hari-hari tasyriq, setelah
menye-lesaikan ibadah haji, tibalah malam hari sesuai yang dijanjikan untuk
bertemu rasulullah saw. Aku dan sejumlah orang bersiap-siap untuk menemui
rasulullah saw saw di tempat itu. Pada sepertiga malam, kami berangkat menuju
Syaab (bukit), Aqabah. Ketika itu, kami berjumlah 73 orang lelaki dan dua (2) orang
perempuan, yaitu Nasibah binti Kaab dan Asma binti Amru ibn Adi. 203 di tempat
itulah kami menunggu kedatangan rasulullah Saw. Tak lama kemudian beliau
datang bersama pamannya, Abbas ibn Abd al-Muthalib. Pertemuan dimu lai dan
yang pertamakali berbicara adalah Abbas ibn Abd al-Muthalib. Usai pem bicaraan,
mulailah rasulullah saw meminta mereka untuk menyatakan sumpah setia (baiat).
Dalam konteks ini rasulullah saw berkata: ”Aku meminta kalian berbaiat untuk
melindungiku seperti kalian melindungi isteri dan anak-anak kalian.”.204
Kemudian salah seorang di antara mereka datang menghampiri rasulul
lah saw dan memegang tangannya sambil berkata.:” Demi Zat yang telah meng
utus Anda dengan kebenaran sebagai seorang nabi, kami sungguh-sungguh akan
melindungi Anda sebagaimana kami melindungi anak-anak dan isteri-isteri kami.
rasulullah saw saw, baiatlah kami. Kemudian rasul pun mengulurkan tangannya
untuk membaiat mereka. Di antara kalimat baiat itu adalah:
1. Taat kepada Allah dalam keadaan sibuk maupun waktu senggang.
2. Berinfaq pada waktu kaya maupun miskin.
3. Selalu menegakkan amar maruf nahyi munkar.
4.Berjuang di jalan Allah dengan tegar dan siap menghadapi celaan dari
siapapun 5. Menolongku bila aku datang kepada kalian dan melindungiku
sebagaimana kalian melindungi diri, isteri dan anak-anak kalian.
6. Jika itu mereka tepati, Surgalah balasannya untuk kalian.205
Setelah pelaksanaan baiat, rasulullah saw meminta dihadirkan 12 (dua
belas) orang dari mereka sebagai wakil dari kaumnya. Mereka bertanggungjawab
atas pelaksanaan isi baiat tersebut. Mereka kemudian melakukan musyawarah
untuk memilih wakil yang menghadap rasulullah. Dari mereka terpilih 9 (sem bilan)
orang dari suku Khazraj dan 3 (tiga) orang dari suku Aus. Mereka itu adalah: 206
A. Wakil dari suku Khazraj adalah:
1. Asad bin Zararah bin Adas,
2. Saad bin Rabi bin Amru.
3. Abdullah bin Rawahah bi Tsalabah.
4. Rafi bin Malik bin al-Ajlan.
5. Al- Barra bin Marur bin Shakhar.
6. Abdullah bin Amru bin Haram.
7. Ubadah bin Shamit bin Qays
8. Saad bin Ubadah bin Dulaim.
9. Al- Mundzir bin Amru bin Khunnais.

203
. Ibid. hlm, 305. Lihat Shafiyyurrahman, .Sejarah…, hlm 202-203.
204
. Ibid. hlm, 305
205
Rizqulah, Biografi……hlm, 309. M. Quraish Shihab, Membaca…. hlm, 471.
206
. Shafiyyurrahman, .Sejarah…, hlm, 206-206.

44
B. Wakil dari suku Aus
1. Usaid bin Hudhair bin Simak
2. Saad bin Khaitsamah bin al-Harits.
3. Rifaah bin Abdul Mundzir bin Zubair.

Setelah terpilih para wakil dari masing-masing suku, nabi Muhammad saw
melakukan perjanjian lain dengan mereka, sebagai pemimpin. Rasulullah berkata
kepada mereka, selaku pimpinan, kalin memikul tanggungjawab atas keselamatan
kaumnya masing-masing,s ebagaimana kaum Harawiyyun ( 12 orang murid nabi
Isa as) bertanggungjawab atas keselamatan Isa putera Maryam. Sedang aku
bertanggungjawab atas kaumku sendiri ( yakni kuam muslimin di kita Mekkah).
Mereka pun menyetujui apa yang beliau ucapkan.207
Ketika pertemuan itu hampir selesai dan para wakil setiap suku telah
terpilih, mereka bersiap untuk meninggalkan tempat tersebut, mereka dikejutkan
oleh suara lantang yang belum pernah mereka dengar. Dalam beberapa catatan,
suara itu datang dari mulut syeitan yang tidak suka kejadian itu. Suara keras itu
sengaja dikeluarkan agar masyarakat Mekkah mendengarnya. ”Wahai penduduk
Mekkah, Muhammad dan orang-orang yang telah meninggalkan agama nenek
moyang telah bersepakat untuk melancarkan peperangan terhadap kalian”.
Rasulullah menjelaskan bahwa suara itu berasal dari setan Aqabah. Rasul berkata,
aku tidak akan tinggal diam dan tidak akan kubiarkan dia”. 208 Mendengar suara
itu, al-Abbas bin Ubadah bin Nadhlah menemui rasulullah saw dan meminta agar
diizinkan untuk memerangi mereka kelak. Rasul menjawab,” kita belum
diperintahkan berperang, karena itu kembalilah kalian”.209
Mendengar berita pembaiatan tersebut, suku Quraisy sangat terkejut. Un
tuk itu, mereka mengutus delegasi ke perkemahan orang-orang Yatsrib menyam-
paikan keberatan mereka kepada suku Khazraj, tetapi penduduk Yatsrib menolak,
karena mereka sendiri belum mendengar berita itu. 210 Meskipun begitu, mereka
tetap bersiaga untuk menyelidiki perihal sebenarnya. Ketika para pembaiat itu
akan berangkat kembali ke Yatsrib, pasukan Quraisy berhasil mengejar dan
menangkap al-Mundzir bin Amr dan Saad bin Ubadah. Tetapi al-Mundzir berhasil
mengelak, sedang Saad mereka tangkap dan membelanggu kedua tangannya dan
menyeretnya hingga ke Mekah. Salah seorang penduduk Mekkah melihat
peristiwa tersebut dan bertanya kepada Sad bin Ubadah. Tidak ada orang yang
memberimu jaminan di Mekkah. Saad menjawab, justeru dia yang memberi
jamiman kemanan pada kafilah dagang al-Muthim bin Adi dan al-Harits bin Harb.
Setelah kedua tokoh diberitahu tentang penangkapan Saad, mereka datang
melepaskannya kemudian Saad dapat kembali ke Yatsrib. 211 Ketika kaum Anshar
kehilangan Saad, mereka bermusyawarah untuk mencari-nya. Tetapi tiba-tiba Saad
muncul, sehingga mereka kembali ke Yatsrib dengan selamat.212

207
Shafiyyurrahman, .Sejarah…, hlm, 207.
208
Shafiyyurrahman, .Sejarah…, hlm, 208
209
M. Quraish Shihab, Membaca…. hlm, 472. Shafiyyurrahman, .Sejarah…, hlm 208
210
Pada catatan kaki di atas disebutkan bahwa orang-orang Yatsrib yang datang
ke Mekkah untuk berhaji sekitar 500 orang dan hanya 73 orang muslim dan 2 muslimah.
Selebihnya m asih musyrik. Karena itu, ketika terjadi perjanjian kedua di Aqabah, mereka
tidak mengetahui nya, karena pertemuan itu dilakukan secara rahasia di bukit Mina,
Aqabah. Ketika ditanya oleh orang Qursisy, mereka menjawab tidak mengetahui apapun
mengenai perjanjian tersebut. Shafiyyurrahman, .Sejarah…, hlm 208-209.
211
M. Quraish Shihab, Membaca…. hlm, 472-473.
212
Shafiyyurrahman, .Sejarah…, hlm 209.

45
Dalam catatan sejarah Islam periode awal ini, perjanjian Aqabah kedua
dikenal juga dengan sebutan Baiat al- aqabah al-Kubra. Disebut demikian karena
peristiwa ini diikuti oleh banyak pembaiat, selain merupakan tonggak keberhasil-
an konsolidasi kekuatan umat Islam dalam pengembangan Islam masa berikut-
nya.213 Dalam kata lain, dengan kesepakatan ini terbukalah di hadapan nabi saw
harapan baru untuk memperoleh kemenangan, karena telah mendapat jaminan
bantuan dan perlin-dungan dari masyarakat Yatsrib. Sebab itu pula, kemudian nabi
saw meme-rintah-kan kepada sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Madinah,
karena di kota Mekkah tidak dapat hidup tenang dan bebas dari ganggu-an, an-
caman dan penyiksaan dari orang-orang kafir Quraisy.

D. Perkembangan Islam Periode Madinah


Sebelum membahas mengenai perkembangan Islam periode Madinah, ada
baiknya dijelasakan terlebih dahulu mengenai setting sosial dan politik yang ter-
jadi di dalam masyarakat Madinah. Hal ini penting, mengingat Madinah meru-
pakan salah satu kota di Haramain yang memiliki iklim berbeda dengan Mekkah.
Perbedaan ini tentu saja sedikit banyak berpenggaruh dalam proses penerimaan
Islam sebagai sebuah agama baru bagi masuyarakat kota tersebut.214 Selain itu,
ada beberapa faktor yang mendorong Nabi memilih Madinah se-bagai tempat hijrah
umat Islam. Pertama, Madinah adalah tempat yang paling dekat. Kedua, sebelum
diangkat menjadi Nabi, beliau telah mempunyai hubungan baik dengan penduduk kota
ter-se-but. Hubungan itu berupa ikatan per-sau-daraan karena buyut beliau bernama
Hasyim ibn Abd Manaf, menikah dengan seorang perempuan Madinah dan melahirkan
215
se-orang puetara bernama Syabih atau lebih dikenal dengan sebutan Abdul Muthalib .
Di samping itu, ayahnya di makamkan di pemakaman keluarga Bani Adi ibn al-Najjar,
sementara ibunya dimakamkan di Abwa. Keduanya terletak di kota Madinah. Ketiga,
penduduk Madinah sudah dikenal nabi karena budi pekerti dan sifat-sifatnya yang baik.
Keempat, bagi diri Nabi sendiri, hijrah merupakan keharusan selain karena pe-rintah
216
Allah SWT. Namun sebelum membahas lebih jauh mengenai peristiwa hij-rah, akan
diuraikan sedikit mengenai setting sosial politik dan keagamaan masyarakat Madinah.

1. Masyarakat Madinah Pra Islam


Sebelum kedatangan agama Islam ke Yasrib, kota ini telah dihuni oleh ber-
ba-gai komunitas dan agama. Ada yang berasal dari komunitas etnis Arab, baik
dari Arab Selatan maupun Utara, juga ada yang berasal dari komunitas Yahudi.
Masing-masing komunitas tersebut telah memiliki tradisi keagamaan yang sudah
lama me-reka praktikkan. Karena tak jarang diantara kelompok ini terjadi perse-
teruan yang dise-babkan oleh banyak faktor, antara lain kepercayaan, selain masa-
lah politik, eko-nomi dan sebagainya. Berikut penjelasan mengenai ma-sya-ra-kat
Madinah pra-Is-lam.

a, Kepercayaan masyarakat Madinah pra-Islam


Sebelum kedatangan Islam ke kota Yasrib, masyarakatnya telah memi-liki
aga-ma atau kepercayaan. Agama yang dianut sebagian besar ma-sya-rakat kota
ini ada-lah aga-ma Yahudi dan Nasrani, selain agama Pagan.217 Agama Pagan

213
. Khudhary Bek, Nurul…., hlm, 76-77. Rizqullah, Biografi... hlm, 309
214
. K. Ali, Sejarah…, hlm. 39
215
K. Ali, Sejarah…ibid.
216
. Rizqullah, Biografi… hlm, 326. M. Quraish Shihab, Membaca…. Hlm 503-506.
217
. Rizqullah, Ibid. hlm, 74-76. Lihat, Shafiyyurahman, Sejarah … hlm, 243-244.
Lihat pula, Ahmad Amin, Fajr Islam, hlm, 88-91

46
adalah keper-ca-yaan ke-pada benda-benda dan kekuatan-ke-kuatan alam, seperti
matahari, bintang-bintang dan bulan, dan sebagainya.218
Agama Yahudi masuk ke kota Yasrib berbarengan dengan masuknya para
imig-ran dari wilayah utara sekitar abad ke-1 dan ke-2 M. Mereka pindah ke Yasrib
untuk melepaskan diri dari penjajahan Romawi. 219 Migrasi pertama diikuti oleh
gelombang perpindahan yang besar pada tahun 132-135 M, ketika peme-rintahan
Romawi me-nin-dak keras bangsa Yahudi yang mencoba melakukan
pemberontakan. Di antara suku-suku bangsa yang menganut agama Yahudi
adalah Bani Qainuqa, Bani Nadhir, Bani Gathafan, Bani Quraydlah. Mereka inilah
yang mempertahankan kepercayaan hingga Islam datang. Bahkan banyak di
antara mereka yang bersekutu dengan para penguasa Quraisy untuk mengusir dan
membunuh Nabi Muhamad Saw serta menggagalkan perjuangan umat Islam.
Sementara penganut agama Nasrani merupakan kelompok minoritas.
Mereka berasal dari kelompok Bani Najran. Masyarakat Bani Najran memeluk
Kristen pada tahun 343 M ketika kelompok missionaris Kristen dikirim oleh Kaisar
Romawi un-tuk menyebarkan agama Nasrani di wilayah itu.220

b. Kondisi sosial Masyarakat Madinah Pra Islam


Sebelum kedatangan agama Islam, Madinah bernama Yasrib. Kota ini me-ru-
pa-kan salah-satu kota terbesar di propinsi Hijaz. Kota ini merupakan kota stra-te-
tegis da-lam jalur perdagangan yang menghubungkan antara kota Yaman di Se-
latan dan Syria di Utara. Selain itu, Selain itu, Yasrib merupaka daerah subur di
Arab yang dijadikan sebagai pusat pertanian. Sebagia besar kehidupan masya-
rakat kota ini hidup dari ber-cocok tanam, selain berdagang dan beternak.
Karena letaknya yang sangat startegis dan berlahan subur, maka tak heran
ka-lau banyak penduduknya yang berasal bukan dari wilayah itu. Hampir bisa dipas
-ti-kan bahwa sebagian besar dari mereka adalah para pendatang yang ber-migrasi
dari wilayah utara atau selatan. Pada umumnya mereka pindah ke wila-yah ini
karena per-soalan politik, ekonomi atau persoalan-persoalan kehidupan lainnya,
misalnya bangsa Yahudi dan bangsa Arab Yaman. Kedua bangsa inilah yang
mendominasi kehi-dup-an sosial ekonomi dan politik.
Dalam cetatan sejarah diketahui bahwa kelompok pertama yang menempati
Madinah( Madinah) adalah suku Amaliqah. Tidak lama kemudian, beberapa
golong-an bangsa Yahudi berhasil menguasai mereka dan akhirnya menetap di
Madinah. Mereka datang ke kota itu secara bergelombang yang dimulai pa-da
abad ke-1 dan ke-2 M. Kedatangan mereka ke Madinah sebenarnya untuk
menghindari serangan bangsa Romawi, yang terus mengejar mereka, karena
mereka dianggap sebagai kaum pemberontak penguasa Romawi. Di antara
bangsa Yahudi yang bermigrasi dan menetap di Madinah adalah Bani Nadhr dan
bani Quraizhah. 221
Sementara bangsa bangsa Arab datang ke Yasrib karena negerinya dilanda
ben-cana alam, berupa hancurnya bendungan Maarib yang dibangun sejak masa
ratu Bal-qis kektika kerajaan Saba masih berjay. Selain persoalan itu, alasan kepin-
dahan bang-sa Arab selatan ini ke Yasrib karena persoalan konflik politik yang ber-
kepanjangan yang melanda negara dan bangsa mereka. Dua suku besar yang ber-
hasil masuk dan menetap di Yasrib adalah suku Aus dan Khajraz.Kedatangan
bangsa Arab Yaman ke Yasrib diperkirakan terjadi pada tahun 300 M. Mereka juga

218
Rizqullah, Biografi… hlm, 88.
219
Rizqullah, Biografi… hlm, 63.
220
Shafiyyurahman, Sejarah…. hlm, 36-37.
221
. Rizqullah, Biografi… hlm, 63-64.

47
berdatangan secara bergelombang. Gelombang terbesar ter-jadi pada akhir abad
ke-4 M. 222Kedatangan mereka secara massal ini ternyata mengalahkan jum-lah
masyarakat Yahudi yang lebih awal menetap di kota itu.
Pada awalnya, kedua suku bangsa ini, yakni Yahudi dan Arab dapat hidup se-
cara berdampingan, saling menghormati satu sama lain. Na-mun da-lam perkem-
bangan selanjutnya, ketika bangsa Arab melebihi jumlah pen-duduk bang-sa Yahu-
di, mulai timbul kecurigaan dan saling ancam. Ketegangan ini berawal dari si-kap
bangsa Yahudi melanggar kesepakatan bersama untuk tetap menjaga perdamai-
an. Melihat kenyataan itu, akhirnya suku bangsa Aus dan Khajraz meminta ban-
tuan militer dari saudara mereka, Bani Gahassan. Permintaan tersebut dise-tujui,
Bani Gahssan tidak ingin keturunan bangsa mereka dikuasai bangsa Yahudi.223
Kedua suku bangsa Arab, Aus dan Khajraz, semula juga hidup dalam
suasana damai. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya, terjadi pertikaian di
antara kedua suku bangsa Arab ini. Dalam konflik berkepanjangan, kemenangan
sering diperoleh suku bangsa Kahjraz, sementara suku bangsa Aus selalu berada
pada pihak yang kalah. Karena itu, suku bangsa Aus menjalin kerjasama dengan
suku bangsa Quraisy untuk melawan suku bangsa Khajraz. Tetapi usaha itu gagal.
Akhirnya suku bangsa Aus mencari dukungan Bani Quraizhah dan Bani Nadhir. 224
Usaha tersebut diketahui oleh suku bangsa Khajraz. Untuk itu, suku bangsa
Khajraz mengirim utusan kepada kedua kelompok Yahudi tersebut untuk mencari
informasi kejelasan mengenai kenyataan yang sebenarnya terjadi. Utusan ini
memperoleh jawaban bahwa Bani Quraizhah dan Bani Nadhir tidak ingin
berperang dengan Khajraz. Akan tetapi, jawaban tersebut tidak memuaskan
perasaan suku bangsa Khajraz. Untuk itu, suku bangsa Khajraz memintta bangsa
Yahudi Madinah mengirimkan 40 orang pemuda sebagai tawanan atau jaminan.
Permintaan itu dipenuhi bangsa Yahudi dengan menyerahkan 40 orang pemuda
sebagai jaminan. Meski sudah diserahkan, suku bangsa Khajraz masih tidak
percaya, dan meminta bangsa Yahudi untuk memilih alternatif, meninggalkan
Madinah atau 40 orang pemuda itu akan dibunuh.225
Semula bagsa Yahudi menerima alternatif pertama, meninggalkan Madinah.
Namun Kaab ibn Asad al-Qurazhi berhasil membujuk mereka untuk tetap tinggal di
Madinah dan membiarkan 40 orang pemuda dibunuh. Akhirnya, kabilah Khajraz
benar-benar membunuh 40 orang pemuda tersebut. Akibtanya, bangsa Yahudi
benar-benar marah dan menyatakan diri bersekutu dengan kabilah Aus. Sebagai
bukti persekutuan itu, Yahudi membantu Aus dalam per-tempuran Buatsi
pertempuran ini dimenangkan kabilah Aus dengan memakan banyak kurban di
pihak Khajraz. Tak lama kemudian kedua kelompok berdamai dan bersepakat
mendirikan sebuah pemerintahan bersama untuk menciptakan keten-traman di
Madinah. Kepemimpinan baru ini akan diserahkan kepada Abd Allah ibn Ubay ibn
Salul al-Khajrazi.226
Ketika mereka tengah mempersiapkan pembentukan pemerintahan tersebut,
datanglah Muhammad Saw dan para sahabatnya ke Madinah. Ternyata mayo-
ritas penduduk Madinah lebih memilih patuh pada pemerintahan Islam. Dan sebe-
narnya, Abdullah ibn Ubay bin Salul tidak setuju dengan sikap politik tersebut.

222
. Rizqullah, Biografi… hlm, 63-64. Lihat Badri Yatim, ”Dari Mekah ke Madinah” ,
dalam ,Ensiklopedi Tematik Dunia Islam, (Ed), Taufik Abdullah, dkk, ( Jakarta: Ichtiar Baru
Van Hoeve, 2002),, hlm.7-35.
223
Rizqullah, Biografi… hlm, 64.
224
Rizqullah, Biografi… ibid.. Lihat. Badri Yatim, Dari Mekah… hlm, 15.
225
Rizqullah, ibid.
226
Rizqullah, Biografi… hlm, 65.

48
Namun karena mayoritas penduduk berpihak pada kepemimpinan Muhamad Saw
di Madinah, Abdullah masuk Islam, meski dengan setengah hati. Hal ini terbukti
ketika Perang Badar. Ia ternyata berpihak pada suku Quraisy dengan menjalin
kerjasama secara rahasia. Bahkan ia meninggalkan medan laga bersama
sejumlah pasukannya, tidak ikut berperang Badar bersama pasukan Islam di
bawah pimpinan Nabi. Ketidaksukaannya atas realitas sosial politik di Madinah,
yang semula dia diberi kepercayaan untuk memimpin pemerintahan bersama di
Madinah, mengalami kegagalan; tampaknya menjadi salah satu faktor penyebab
ketidaksukaannya pada umat Islam dan Nabi Muhamad. Realitas sosial politik
inilah yang menjadi latar belakang menjelang kedatangan Islam ke Madinah.

b. Suku-suku terkemuka di Madinah


Masyarakat Madinah atau Yasrib terdiri dari dua kelompok besar, yaitu ke-
lom-pok masyarakat Yahudi dan masyarakat Arab. Masyarakat Yahudi juga terdiri
dari berbagai suku, ada suku besar dan ada suku kecil. Di antara suku-suku Ya-
hudi yang terbesar adalah Bani Qainuqa, Bani Quraydlah, Bani Nadhir, dan Bani
Gathfan, selain itu, terdapat pula suku-uku kecil, misalnya Bani Ikrimah, Bani
Mahmar, Bani Zaura, Bani Syaz-liyah, Bani Jusyam, Bani Bahdal, Bani Auf dan Bani
Tsalabah.
Sementara masyarakat Arab terdiri dari dua suku besar, yaitu Bani Aus dan
Bani Khajraz, Bani Najjar, Bani Najran dan lain-lain.Kehidupan mereka sebenarnya
ti-dak begitu rukun dan damai, karena mereka sering kali bertikai karena per-
soalan-per-soalan kecil. Bahkan suku Aus dan Khajraz hingga menjelang kelahiran
Islam, masih sering bertikai. Biasanya mereka memperebutkan wilayah kekuasa-
an, perempuan, harta dan sebagainya. Tetapi setelah muslim, mereka tidak ada
lagi pertikaian, karena sudah diikat oleh satu ikatan persaudaraan, ummatan
muslimatan, umat Islam. Dengan begitu, konsep umat telah menghapus konsep
kabilah, yang sebelumnya menjadi konsep sosial di dunia Arab dan lainnya.

B. Hijrah ke Madinah
Kota Mekkah tempat kelahiran Nabi Muhamad saw adalah sebuah lembah
yang tandus. Kondisi alam (geografis) negeri ini berpengaruh besar dalam mem-
ben-tuk si-kap dan watak masyarakatnya. Pada umumnya penduduk Mekkah ber-
watak buruk dan tidak mempu berfikir secara jernih. Sementara itu, Yastrib me-ru-
pakan wilayah perta-nian subur yang menghasilkan hasil-hasil pertanian melim-
pah. Suhu udaranya tidak sepanas di Mekkah. Sebaliknya, masyarakat Yasrib ber-
hati lembut, penuh pertim-bangan dan cerdas. Jadi dakwah Islam lebih mudah di-
terima dalam masyarakat yang seperti itu daripada masyarakat kota Mekkah .227
Para pemuka dan kalangan bangsawan Quraisy Mekkah merupakan pe-nen-
tang Islam yang paling gigih. Menurut mereka, kebangkitan Islam identik dengan
kehan-cur-an posisi sosial politik mereka. Kerena itu para pembesar Qu-raisy
secara terang-te-rangan menentang Islam sejak pertama kali agama itu didak-
wahkan Nabi Muhamad saw. Sementara itu, Madinah tidak terdapat sistem kepe-
mim-pinan bang-sa-wan. Maka dalam lingkungan sosial seperti itu, Nabi Muhamad
Saw memilih kota Madinah sebagai tempat tujuan hijrah.228
Alasan lain Nabi Muhamad saw dan umat Islam hijrah ke Yatsrib karena te-
kanan dan gangguan bahkan ancaman masyarakat Quraisy terhadap dirinya dan
umat Islam semakin menjadi. Karena itu, beliau memerintahkan para sahabatnya
lebih da-hulu untuk pergi ke Madinah. Ketika tokoh dan masyarakat Quraisy

227
Badri Yatim, Dari Nekah… hlm, 14-15.
228
Rizqullah, Biografi… hlm, 315-317.

49
mendengar keinginan dan persiapan sahabat nabi akan pergi meninggalkan kota
Mekkah menuju Yatsrib menemui kaum Aus dan Khazraj, mereka melakukan
pertemuan di Darun Nadwah.229 Pertemuan itu terjadi pada hari Kamis 26 Shafar
tahun ke-14 kenabian bertepatan dengan 12 September 622 M. dihadiri oleh
seluruh suku Quraisy. Pertemuan itu bertujuan, antara lain, mengatur strategi
menghalangi dan membunuh nabi Muhammad saw. 230Ketika kaum musyrikin
merencanakan pem-bu-nuh-an terhadap Na-bi. Berita ancaman itu segera di
dengar Nabi, lalu ia bersama Abu Bakar dan Ali me-nunggu perintah Allah. Ketika
suasana semakin kritis, tu-runlah perintah Allah yang meme-rin-tahkan nabinya
hijrah ke Madinah.231
Atas berbagai pertimbangan itu, Nabi menempuh jalan hijrah sebagai al-ter-
natif perjuangan untuk menegakkan ajaran Islam. Diceritakan bahwa pada suatu
petang menjelang hijrah, Nabi saw bersama Abu Bakar tidur di lantai, sementaara
Ali me-nempati tempat tidur Nabi saw. Kemudian pada tengah malam Nabi ber-
sama Abu Bakar berangkat meninggalkan Mekkah tanpa sepengetahuan masya-
rakat Quraisy. Ketika mereka mengepung rumah Nabi dengan tujuan untuk mem-
bunuh-nya, mereka sangat kecewa karena hanya menemukan Ali yang sedang
tidur diranjang Nabi. Me-reka kemudian mengejar Nabi, tapi tidak ketemu karena
Nabi dan Abu Bakar ber-sem-bunyi di Gua Tsur. Setelah situasi aman, Nabi dan
Abu Bakar melanjutkan perjalanan ke Madinah. Namun sebelum sampai di kota itu
nabi Muhammad saw dan Abu Bakar singgah terlebih dahulu di Quba pada tanggal
8 Rabiul Awwal tahun ke-14 kenabian bertepatan dengan 23 September 622 M
dan menetap sementara di Quba selama empat hari, yaitu Senin, Selasa, Rabu, dan
Kamis. Baru pada hari Jumat, nabi Muhammad saw dan sahabat Abu bakar
menuju kota Yatsrib. Di tempat inilah pertama kali rasulullah saw membangun
sebuah masjid yang dikenal dengan nama Masjid Quba.232 Kemudian pada hari
Jumat, rasulullah dan sahabatnya Abu Bakar melanujtkan perjalanan menuju kota
Yatsrib. Tapi sebelum itu, beliau shalat Jumat terlebih dahulu di perkampungan
Bani Salim bin Auf bersama rombongan berjumlah sekitar 100 orang. Lokasi ini
juga dikenal dengan sebutan Wadi al-Ranuna atau Lembah al- Ranuna. Di sinilah

229
. Darun nadwah merupakan tempat musawarah penting bagi masyarakat
Quraisy. Tempat ini dibangun oleh Qushai bin Kilab sebagai tempat berkumpulnya orang-
orang Quraisy dan tempat bermusyawarah. Lencana perang tidak akan diturunkan, kecuali
di tempat ini. Perampuan Quraisy bahkan dinikahkan di sini. Liha. Muhammad
Abdurrahman al-Marasyali, ” al-Nadwah” , dalam Ensiklopedi Sirah Nabi Muhammad saw,
( Jakarta: Kalam Publika, 2011), hlm. 25-26.
230
Wakil-wakil dari kabilah Quraisy yang datang dalam pertemuan di
Darunnadwah adalah (1) Abu Jahal bin Hisyam, dari kabilah Bani Makhzum. (2) Jubair bin
Mutham, Thuaimah bin Adi dan al-Harits bin Amir, dari Bani Naufal bin Abdi Manaf. (3)
Jubair bin Rabiah, Uthbah bin Rabiah, Abu Sufyan bin Harb, dari Bani Abd Syams bin Abd
Manaf. (4) Al- Nadhar bin al-Harits ( dialah yang meletakan kotoran isi perut kambing di
atas punggung rasululah saw), dari Bani Abdu Dar. (5). Abu Bukhturi bin Hisyam, Zamah
bin al-Aswad dan Hakim bin Hizam, dari bani Asad bin Abdul Uzza. (6). Nabilah bin Hajjaj,
dan Munabbih bnin al-Hajjaj, dari bani Sahm. (7). Umayyah bin Khalaf, dari bani Jahm.
Lihat. Shafiyyurrahman, .Sejarah…, hlm 216.
231
Ibid, hlm. 329-330. Lihat. Al-Thabary, Tarikh al-Umam.. J. 2. Hlm, 101-102. QS.
Al-Isra ayat 80. Baca QS. Al-Anfal ayat 30 dan QS. Yasin ayat 9.
232
Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun rasulullah saw setibanya
di daerah Quba. Beliau menjadi orang pertama yang meletakkan batu di arah kiblatnya,
kemudian disusul oleh Abu bakar, Umar dan sahabat-sahabat lainnya. Quba, adalah
sebuah desa yang berjarak sekitar 3 mil dari Madinah. Desa ini didiami oleh Bani Amr bin
Auf bin Malik. Lihat. Muhammad Abdurrahman al- Marasyali, ” Masjid Quba ” dalam
Enslikopedi Sirah Nabi Muhammad saw, hlm. 89-90.

50
rasulullah saw melakukan shalat Jumat untuk pertama kali dalam sejarah.233
Perjalananterus kemudian dilanjutkan, dan akhir nya nabi Muhamad saw dan Abu
Bakar tiba di kota Yatsrib dengan selamat pada hari Jumat tanggal 12 Rabiul Awal
bertepatan dengan tanggal 27 September 622 M. Selang tiga hari kemudian, Ali
menyusul mereka ke Madinah.234
Kehadiran Nabi dan umat Islam di kota Madinah disambut gembira oleh
penduduknya dengan pujian yang luar biasa. Kedatangan nabi Muhammad saw
dan para sahabatnya ke Yatsrib menandai zaman baru bagi per-jalanan dakwah
Islam. Umat Islam di kota Madinah tidak lagi banyak mendapat gang-guan dari
masyarakat kafir Quraisy, karena mereka mendapat perlindungan dari pen-duduk
muslim Madinah. Dengan demikian, nabi Muhammad saw dengan leluasa bisa
menyebarkan dakwah Islam kepada masyarakat Arab dan kemudian dilanjutkan
oleh para penerusnya untuk menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat di luar
jazirah Arabia.

1. Langkah-langkah dakwah Nabi Muhamad Saw di Madinah

Dengan diterimanya Nabi dan umat Islam oleh masyarakat Madinah, maka
nabi Muhammad saw dapat melakukan penyebaran dakwah Islam dengan baik,
karena mendapat dukungan dan sambutan dari kaum Anshar, yaitu kelompok
masyarakat yang menjadi penolong dan memberi perlindungan bagi umat nabi
Muhammad saw dan Islam. Selain itu, umat Islam yang datang dari kota Mekkah
ke Madinah atau kaum Muhajirin, ikut aktif menyebarkan menyebarkan ajaran
Islam kepada masyarakat Madinah. Melihat keadaan seperti itu, Nabi Muhamad
Saw berusaha mempersiapkan langkah-langkah yang harus dila-ku-kannya untuk
kepentingan dakwah dan pengembang-an peradaban Islam. Langkah-langkah
tersebut antara lain:

a. Membangun Masjid

Langkah pertama yang dilakukan Nabi Muhamad Saw setibanya di Madi-nah


adalah membangun sebuah Masjid. Masjid pertama dibangunnya di Quba pada se
-bu-ah tanah milik kedua anak yatim, yaitu Sahl dan Suhail, dua anak Nafi bin Umar
bin Tsalabah, dari Bani Najjar, yang diasuh oleh Asad ibn Zurarah235 Tanah ter-se-
but dibeli oleh Nabi untuk pembangunan Masjid. Di tanah tersebut juga terdapat
pohon kurma dan pemakaman tua. Rasululah memerintahkan menebang pohon
kurma itu dan menggali dan memindahkan kburuan itu untuk keperluan
pembangunan masjid. 236 Pohon kurma kemudian ditanam kembali berjajar
mengarah ke Baitul Maqdis, sebagai arah shalat atau kiblat. 237
Pada mulanya, Masjid Nabawi pada awal pembangunan hanya seluas 70x 60
hasta atau sekitar 31, 5 x 27 meter, dengan ketinggian hanya sekitar 2,5 meter.
Pembangunan masjid memakan waktu lebih kurang 12 hari. 238. Tetapi karena kian
233
M. Quraish, Membaca…. hlm, 498.
234
K. Ali, Sejarah Islam…, hlm. 41-42
235
Al-Thabary, Tarikh…J. 2. hlm, 107- 114. Berasarkan data sejarah yang diperoleh ,
sebelum tiba di Yatsrib, beliau singgah terelbih dahulu di Quba selama 4 hari, dari Senin 27
September 622 M sampai Jumat 1 Oktober 622 M. di Quba beliau mendirikan masjid
pertama yang dibangun dalam sejarah Islam. Lihat Badri Yatim, Dari Mekah … hlm, 17.
Lihat pula, Rizqullah,….Biografi….. hlm, 361.
236
. M. Quraish, Membaca.. hlm, 510.
237
Shafiyyurahman, Sejarah…. hlm, 251
238
. Rizqullah, bid. hlm,364.

51
hari jamaah semakin bertambah, maka masjid Nabawi kemudian diperluas
menjadi 45 x 45 meter persegi dengan penambahan ketinggian menjadi 3 meter.
Bangunan masjid ini menggunakan fondasi dari batu-batu keras, dindingnya
terbuat dari batu bata yang terbuat dari tanah. Sedang tiang-tiangnya terbuat dari
batang pohon kurma. Atapnya terbuat dari pelepah pohon kurma. Selain itu,
masjid ini tidak berlantai tegel seperti sekarang ini, karena itu pada awal
pembangunnya banyak binatang, termasuk anjing, masuk ke dalamnya, dan para
sahabat nabi melaksanakan shalat dengan alas kaki mereka. Pada awalnya,
masjid ini juga tidak meiliki mimbar. Jika nabi berkhutbah, beliau hanya
menggunakan tempat ala kadarnya. Namun kemudian para sahabat membuatkan
bangunan seperti mimbar terbuat dari kayu.239
Selesai pembangunan masjid, umat Islam kemudian mem-bangun bilik un
tuk isteri- isteri rasulullah saw dengan cara yang sama ketika mem-bangun masjid.
Usai pembangunan bilik, rasulullah saw pindah dari rumah Abu Ayyub al-An shari
ke tempat tersebut. Saudah binti Zamaah mendapatkan satu bilik dan Aisyah
mendapatkan satu bilik. Kedua bilik itu merupakan rumah per-tama yang dibangun
untuk isteri-isteri rasulullah saw. Mesjid Nabawi dibangun tidak hanya berfungsi
untuk sarana ibadah, juga untuk kepentingan-kepen-tingan sosial politik,
pendidikan, seperti : 240

1. Untuk menampung orang-orang Muhajirin yang lemah, miskin dan


bujang yang belum memiliki tempat tinggal khusus. Mereka yang tinggal
di penampungan ini disebut ahl- alshuffah.
2. Untuk menampung kaum perempuan dari berbagai penjuru Arab yang baru
masuk Islam dan belum mendapatkan tempat singgal di Madinah, selain
di masjid. Khususnya seperti Walidah al- Sauda yang sempat membuat
kemah di masjid.
3. Sebagai tempat untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada kaum
muslimin.
4. Sebagai tempat tahanan para tawanan perang. Tujuannya agar mereka
masuk Islam.
5. Sebagai pusat pelayanan kesehatan, seperti mengobati umat Islam yang
terluka dalam pertempuran, seperti dalam Perang Khandaq.
6. Sebagai tempat menerima para utusan dari negara lain yang akan bertemu
rasulullah saw.
7. Sebagai tempat musyawarah dan pertemuan umat Islam dengan
pemimpinnya untuk mengatur berbagai strategi politik, dan sebagainya.

Berdirinya masjid tersebut bukan saja merupakan tonggak berdirinya ma-


sya-rakat Islam, juga merupakan titik awal pembangunan kota. Jalan-jalan raya
disekitar masjid dengan sendirinya tertata rapi, sehingga lama-kelamaan tempat
itu menjadi pusat kota dan pusat perdagangan serta pemukiman. Nabi Saw sen-
diri sangat besar perhatiannya terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pem-
bangunan sarana jalan dan jembatan. Be-liau bersama-sama umat Islam mem-
bangun jembatan-jembatan yang menghu-bung-kan antara satu lembah dengan
lembah lain, sehingga masyara-kat se-tem-pat dapat ber-hubungan dengan masya-
rakat lainnya. Ramainya pembangunan di kota Madinah menyebabkan masyara-
kat yang ber-asal dari wilayah lain berdatangan ke kota baru ini, baik untuk

239
M. Quraish, Membaca.. hlm, 510-511.
240
Ruzqullah, Biografi… hlm. 367. Lihat pula M. Quraish Shihab, Membaca… hlm,
511.

52
bertujuan perda-gang-an maupun tujuan-tujuan lainnya. Hal ini menyebabkan
Madinah menjadi kota ter-besar di Jazirah Arabia ketika itu.
Sejak mawa nabi Muhammad saw hingga masa kepemimpinan khalifah
Abu Bakar ra. bangunan Masjid Nabawi di Madinah tidak mengalami perubahan.
Baru pada masa pemerintahan khalifah Umar bin al-Khattab terjadi perbaikan,
misalnya khalifah Umar bin al-Khattab mengganti tiang-tiang masjid dengan kayu.
Ia juga memasang atap masjid agar terhindar dari hujan.
Dalam catatan sejarah awal Islam, perintah adzan pertama kali dikuman
dangkan oleh Bilal bin Rabah pada awal hijrah di Masjid Nabawi, Madinah. Kalimat-
kalimat adzan yang dikumandangkan Bilal bin Rabah, sama seperti yang sering
kita dengar dalam kumandang adzan setiap waktu shalat datang. Kemudian pada
masa pemerintahan khalifah Usman bin Affan, mengganti dinding dan tiang-
tiangnya dengan batu berukir, dan atapnya diganti dengan rumbai yang terbuat
dari kayu.241

b. Menciptakan Persaudaraan Baru ( al-Muakhhat)

Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar Muhajirin yang datang ke


Madinah tidak membawa perbekalan yang cukup dan bahkan tidak memiliki apa-
apa. Karena perbekalan mereka sudah habis dalam perjalanan. Kebanyakan dari
mereka meninggalkan seluruh harta kekayaan di Mekkah. Melihat kenyataan ini,
kaum Anshar rela memberikan sebagian harta yang mereka miliki untuk
masyarakat muslim yang datang dari kota Mekkah tersebut. Ada yang
menyerahkan pohon kurma dan lahan pertanian untuk digarap oleh Muhajirin
dengan sistem bagi hasil. Bahkan ada juga yang dengan ikhlas memberikan harta
mereka tanpa syarat. Dengan usaha dan kerja keras, akhirnya persoalan ekonomi
dan kebutuhan kaum Muhajirin terpenuhi, dan tidak bergantung lagi kepada kaum
Anshar setelah penaklukkan Khaibar. Rasulullah saw sendiri mengembalik-an
pohon kurma yang diberikan kaum Anshar setelah Bani Quraidhah dan Bani
Nadhir ditaklukan.242
Sikap ini merupakan bukti kecintaan kaum Anshar kepada kaum Muhajirn.
Sebagai bukti kecintaan itu, Allah mengabadikannya dalam QS al- Hasyr ayat 9.
Oleh karena begitu cintanya kaum Anshar kepada kaum Muhajirin bahkan ada
yang menawarkan rumah kepada kaum Muhajirin. Tetapi, tawaran itu ditolak
secara halus oleh rasulullah saw. untuk itu, kemudian rasulullah membangun
rumah-rumah kecil di atas tanah yang telah diwakafkan masyarakat Anshar
kepada Muhajirin.
Meskipun perhatian kaum Anshar begitu besar kepada rasulullah dan
Muhajirin lainnya, rasulullah saw tetap berusaha keras mencari cara untuk mem
perbaiki kehidupan perekonomian kaum Muhajirin. Sikap ini dilakukan agar
mereka tidak menjadi beban kaum Anshar. Untuk mengatasi berbagai persoalan
itu, salah satu langkah strategis yang dilakukan rasulullah saw adalah mengikat
tali persaudaraan sesama muslim(Ukhuwah Islamiah ) di Madinah. Langkah yang
ditempuh rasulullah saw ini tidak hanya bermaksud untuk mengatasi problem
materi, juga salah satu upaya menghapus perbedaan sosial ekonomi. Terbukti
dengan adanya persaudaraan antara bekas hamba sahaya dengan tokoh-tokoh
terpandang. Dengan kata lain, persaudaraan ini memiliki makna sangat dalam,
terutama dalam bidang sosial, yaitu menghilangkan fanatisme kesukuan yang
pernah ada pada masa jahiliyah. Menumbuhkan semangat pengabdian kepada

241
. Rizqullah, Biografi…. hlm, 365-366.
242
Rizqullah, Biograi…. hlm, 370.

53
Islam, runtuhnya semua bentuk perbedaan yang didasarkan pada asal-usul
keturunan, warna kulit, dan asal-usul kedaerahan atau primordialisme dan
kebangsawanan. 243
Allah selain umat Islam Sejak kedatangan Nabi Muhamad Saw di Madinah,
beliau selalu mela-ku-kan langkah-langkah positif demi perbaikan kehidupan
masyarakat muslim Ma-dinah khususnya dan masyarakat non muslim pada
umumnya sehingga tercipta sua sana aman dan damai. Langkah konkret lain yang
dilakukan Nabi Muhamad Saw adalah menciptakan persaudaraan baru antara
kaum muslimin yang berasal dari Mekkah (kaum Muhajirin) dengan umat Islam
Madinah (kaum Anshar). Langkah tersebut di-lakukan untuk memperkuat barisan
umat Islam di kota Mekkah .
Untuk mencapai maksud tersebut, Nabi Muhamad Saw mengajak kaum mus
-limin supaya masing-masing bersaudara demi Allah. Nabi Muhamad sen-diri
dipersaudarakan dengan Ali bin Abi Thalib,244 Abu Bakar dengan Kharijah bin Zaid,
Umar bin Khattab dengan Utsman bin Malik, Usman bin Affan dengan Aus bin
Tsabit, Thalhah bin Abdillah dengan Kaab bin Malik, Hamzah bin Abdul Muthalib
dengan Zayd bin Haritsah, Ammar bin Yasar dipersaudarakan dengan Huzaifah
bin al-Yaman, Salman al- Farisi dengan Abu Darda, dan Jafar bin Abi Thalib
dengan Muadz bin Jabal. Muhajirin lainnya dipersaudarakan dengan kaum Anshar
lain-nya.245
Dengan persaudraan ini, rasulullah saw telah menciptakan suatu persauda-
raan baru yaitu persaudaraan berdasarkan agama yang menggantikan persau-
daraan yang ber-dasarkan darah. Dalam persaudaraan seperti itu, kaum Anhsar
memper-lihatkan sikap sopan dan ramah dengan saudara mereka kaum Muhajirin.
Kaum Anshar turut mera-sakan kepedihan dan penderitaan yang dialami saudara-
saudara mereka dari kota Mekkah tersebut., karena mereka datang ke Madinah
tanpa membawa harta keka-ya-an, snak keluarga dan sebagainya. Sehingga
mereka benar-benar menderita dan me-mer-lukan pertolongan.
Sejak terciptanya tali persaudaraan diantara kaum Muhajirin dengan kaum
Anshar, suasana semakin damai dan aman, karena kaum Muhajirin kemudian
banyak yang melakukan kegiatan perdagangan dan pertanian. Di antaranya ada-
lah Abdur-rah-man bin Auf menjadi pedagang dan Abu Bakar, Umar dan Ali men-
jadi petani. Nabi selalu menganjurkan kepada umat Islam untuk bekerja keras
dalam mencari nafkah yang halal demi kehidupan mereka di Madinah.
Diceritakan bahwa setelah terjadi ikatan persaudaraan antara Abdurrahman
bin Auf dengan Saad bin al-Rabi, terjadi peristiwa menarik. Pada saat itu, Saad
menawarkan kepada Abdurrahman bin Auf harta dan isteri. Saad bilang ” aku
banyak punya harta kekayaan dan isteri. Harta itu akan aku bagi dua. Setengah
untukku dan setengahnya lagi untukmu. Aku punya dua isteri. Pilih salah satu di
antara kedua isteriku itu. Jika kau suka, maka aka kuceraikan dia dan kau bisa
menikahinya setelah masa Iddahnya selesai. Tapi, semua tawaran itu ditolak
Abdurrahman bin Auf. Lalu Abdurrahman minta ditunjukkan di mana lokasi pasar.
Kemudian Abdurrahman ditunjukkan pasar Bani Qainuqa. Ketika pulang, ternyata

243
Shafiyurrahman, Sejarah …,hlm, 252.
244
Terdapat riwayat yang menyebutkan bahwa ketika semua sudah
dipersaudarakan, dan semua merasa bahagia, tiba-tiba muncul Ali bin Abi Thalib dan
kemudian ia berkata: “ Saya belum dipersaudarakan dengan siapapun ” . Maka Nabi
bersabda: “ Engkau adalah saudaraku di dunia dan akhirat”. Lihat. M. Quraish. Membaca...
hlm, 514.
245
M. Quraish. Membaca... hlm, 514-515. Lihat pula Rizqullah, Biografi… hlm, 373
-375. Lih. Shafiyurrahman, Sejarah Hidup.... hlm, 252-254.

54
ia membawa gandung dan minyak samin. Begitulah seterusnya ia berusaha dan
berdagang di pasa tersebut.246
Strategi Ukhuwah Islamiah ini merupakan langkah penting yang dilakukan
Nabi Muhamamd saw ketika itu. Selain utuk menghilangkan sekat-sekat sosial
ekonomi dan status primordialisme kesukuan, juga untuk memperkuat barisan
umat Islam dalam mengembangkan dakwah Islam di tengah tantangan kafir
Quraisy dan kosnpirasi Yahudi Madinah. Dengan demikian, hanya ada satu konsep
sosial yang ada pada masa itu, yaitu konsep ummat Islam.
Selesai menjalin ukhuwah, rasulullah saw memerintahkan para sahabat
untuk melakukan pendataan (sensus) penduduk muslim yang bermukim di
Madinah dan sekitarnya. Untuk itu beliau bersabda,” Catat untukku orang-orang
yang mengucapkan dua kalimat Islam (Syahadatain) dari penduduk Madinah.
Sensus ini bertujuan untuk mengetahui jumlah sebenarnya umat Islam di Madinah
dan sekitarnya, agar rasulullah dapat melakukan konsolidasi dan memperkuat
akidah. Dari hasil pendataan, pada masa itu tercatat sekitar 1500 orang muslim.
247

Selain ukhuwah Islamiah atau al-Muakhhat, rasulullah saw juga melakukan


konsolidasi intern al umat Islam atau dalam konteks kekinian kerukunan intern
umat Islam, untuk menghilangkan dendam lama (jahiliyah) yang kemungkinan
masih membekas. Beliau tidak memberikan peluang bagi muncul dan
berkembangnya kembali tradisi jahiliah. Di antara isi perjanjian internal umat Islam:
1. Mereka adalah umat yang satu di hadapan umat yang lain.
2. Kaum Muhajirin dari Quraisy, sesuai dengan kemampuan mereka,
bersekutu (gotong royong) dengan membayar diyat; dan mereka
menebus tawanan mereka dengan maruf dan adil di antara kaum
mukminin. Demikian pula setiap kabilah dari kaum Anshar, sesuai
dengan kemampuan mereka, bersekutu (gotong royong) dalam mem-
bayar diyat mereka terdahulu, dan setiap kelompk dari mereka mene-
bus tawanannya dengan maruf dan adil di antara kaum mukminin.
3. Orang-orang mumin dan muttaqin harus menolak kezaliman, kejahat-an,
permusuhan atau kerusakan yang ada di tengah-tengah mereka.
4. Seorang mumin tidak boleh membunuh orang mumin karena mem-bela
orang kafir.
5. Seorang mumin tidak boleh membela orang kafir terhadap orang
mumin.
6. Orang-orang mumin itu sederajat, karena telah menyerahkan darah
mereka di jalan Allah.
7. Barangsiapa yang membunh seorang mumin tanpa suatu kesalahan
yang mengharuskan dirinya dibunuh, maka ia di qishash, kecuali jika
wali orang yang dibunuh itu ridla.248

Butir-butir isi perjanjian tersebut menjadikan umat Islam semakin kuat,


karena semua yang disebutkan memiliki konsekuensi aqidah, hukum, politis dan
hukum bagi umat Islam yang melanggar ketentuan tersebut di atas.

c. Perjanjian dengan Yahudi Madinah.

246
Shafiyurrahman, Sejarah Hidup.... hlm, 253.
247
M. Quraish. Membaca... hlm 516-517.
248
Shafiyurrahman, Sejarah Hidup…. hlm, 254-255.

55
Sebagaimana ditegaskan pada bagian terdahulu bahwa masyarakat yang
bermukim di Madinah tidak hanya muslim, juga penganut agama Yahudi. Untuk
kelangsungan kehidupan, baik kehidupan sosial maupun beragama, maka nabi
Muhammad saw melakukan upaya penggalangan kerukunan hidup beragama
dengan masyarakat Yahudi Bani Quraisdzah, Bani Nadhir, dan Bani Qainuqa. Selain
penganut Yahudi, masih terdapat masyarakat musyrik di Madinah. 249
Langkah strategis ini perlu dilakukan nabi agar tujuan dan target dakwah
berhasil maksimal, tanpa harus merasa khawatir dengan berbagai ancaman dan
gangguan, seperti yang pernah dialami ketika berdakwah di Mekkah. Untuk itu,
kemudian nabi Muhamad saw melakukan -mu-sya-warah dengan para sahabat,
baik Muhajirin maupun Anshar untuk meru-mus-kan po-kok-pokok pemikiran yang
akan diadikan undang-undang. Rancangan ini memuat atur-an yang berkenaan
dengan orang-orang Muhajirin, Anshar dan ma-syarakat Ya-hudi serta musyrikin
lainnya untuk bersedia hidup berdampingan secara damai dengan umat Is-lam.
Undang-un-dang ini kemudian dikenal sebagai sebuah Piagam Madinah yang
ditulis pada tahun 623 M atau tahun ke-2 H250
Piagam ini memiliki makna sangat penting bagi sejarah berdirinya negara
Islam di Madinah. Karenanya tak heran jika piagam ini selalu dijadikan bahan
referensi bagi para peneliti dan sejarawan untuk mengkaji sistem pemerintahan
Islam yang pernah diterapkan oleh rasulullah saw di Madinah, baik dalam sistem
perundangannya maupu praktik politik tata negara pada masa awal Islam di
Madinah, seperti pola interaksi negara Islam dengan negara dan agama lain, dan
sistem politik di dalam Islam itu sendiri.

Di antara butir-butir perjanjian itu adalah sebagai berikut:251


1. Orang- orang Yahudi dari bani Auf adalah umat tersendiri yang
berdampin gan dengan kaum mukminin. Orang-orang Yahudi berhak
mengatur agama mereka sendiri, dan kaum Muslimin berhak mengatur
agama mereka sendiri dan para sekutu mereka. Demikian pula bagi orang
-orang Yahudi di luar Bani Auf.
2. Orang-orang Yahudi berkewajiban memikul biaya mereka sendiri, dan
kaum Muslimin wajib memikul biaya mereka sendiri.
3. Di antara mereka ( kaum Muslimin dan orang-orang Yahudi) wajib tolong
menolong untk menghadapi orang-orang yang memerangi orang-orang
yang terikat dengan perjanian ini.
4. Di antara mereka saling mengingatkan dan saling berbuat kebajikan dan
tidak akan saling berbuat kejahatan.
5. Tidak seorangpun akan berbuat jahat terhadap sekutunya.
6. Wajib memberikan pertolongan kepada orangorang yang dizalimi.
7. Orang-orang Yahudi bersepakat dengan orang-orang mukmin selama
berperang.
8. Bumi Yatsrib menjadi tanah suci karena naskah perjanjian ini.
9. Pertikaian atau perselisihan apapun yang dikhawatirkan kerusakannya,
yang terjadi di antara orang-orang yang terikat dengan perjanjian ini, maka
tempat kembalinya adalah Allah dan Muhammad rasulullah.

249
M. Quraish. Membaca... hlm 517.
250
Mengenai sejarah piagam itu sendiri ada beberapa pendapat. Ada yang
mengatakan bahwa piagam itu ditulis seeblum Perang Badar, dan ada pula yang
mengatakan dituis setelah Perang Badar. Lihat. Rizqullah, Biografi.... hlm, 387-388.
251
Shafiyurrahman, Sejarah Hidup… hlm, 261-262.

56
10. Tidak boleh menolong orang-orang Quraisy (kafir)dan orang-orang
yang menolong mereka.
11. Di antara mereka wajib tolong menolong dalam menghadapi orang-
orang yang menyerang Yatsrib, terutama terhadap orang-orang yang ada
di hadapan mereka.
12. Perjanjian ini tidak berlaku terhadap orang-orang berbuat kezaliman
dan kejahatan.
Perjanjian ini menegaskan kembali hubungan antar umat beragama dan
intern umat beragama perlu dijamin konstitusi. Selain itu, piagam ini juga mene-
tapkan terbentuknya sebuah negara baru yang didasari atas Undang-Undang yang
menjamin pluralisme beragama dengan kebebasan menjalankan ibadah masing-
masing. Negara itu dikenal dengan”Negara Madinah”dengan ibu kotanya Madinah
dan rasulullah Muham-mad saw sebagai pemimpinnya. Dengan demi-kian, dapat
dikatakan bahwa ketika di Madinah, Muhammad saw tidak ha-nya sebagai
pemimpin agama, juga sebagai kepala negara dan pemerintahan Islam pertama
yang mengatur jalannya pemerintahan, sosial agama dan sebagainya.
Terdapat satu konsep sosial keagamaan penting yang hingga kini masih
tetap dipergunakan, yaitu kata ummat. Konsep ini sangat universal, karena dapat
dipergunakan oleh mareka yang berada di luar umat Islam, selama penganut
agama lain masih mempunyai tujuan sama dan berpagang teguh pada prinsip-
prinsip perjanjian yang tertuang dalam Piagam Madinah. Keragaman ini
menandakan kebhinekaan yang mesti dipelihara dengan baik oleh masing-masing
masyarakat penduduk Madinah sebagai sebuah potensi sosial atau sosial kapital
dalam pembangunan dan pengembangan peradaban di Madinah.

d. Pembangunan Pasar

Selain membangun sarana ibadah, seperti masjid dan pemukiman, persau-


daraan, rasul juga membangun sebuah pasar. Pembangunan pasar ini didasari
atas kenyataan yang terjadi di Madinah bahwa masyarakat Yahudi memiliki
kelebihan dalam berdagang. Hanya dalam pelaksanaannya, mereka sering me-
langgar etika berbisnis. Nabi Muhammad saw berkeingian masyarakat Ma-dinah
memiliki tempat dan mitra bisnis yang baik, demi stabilitas sosial politik dan eko-
nomi yang dapat dipergunakan dalam pengembangan dan pembangunan Madi-
nah sebagai sebuah pusat pemerintahan dan perdagangan.
Untuk keperluan itu, rasulullah saw mencari lokasi strategis. Kemudian be-
liau memilih lokasi di sebelah barat Masjid Nabawi. Nabi Muhammad menan-
dainya dengan menggaris batas-batasnya dengan kaki. Kemudian menentukan
lokasi bagian dalam pasar untuk menjual barang atau komoditi yang diperjual
belikan, seperti ternak, bahan makanan, dan sebagainya. Dalam konteks ini
rasulullah saw bersabda: ”Inilah pasar kalian. Jangan sampai dikurangi dan jangan
juga menetapkan pajak atasnya ( HR. Ibnu Majah).252
Untuk melihat perkembangan pasar dan perilaku pedagang, tak jarang nabi
Muhammad saw mengunjunginya dan masuk ke dalam pasar untuk mengawasi
berbagai peristiwa yang terjadi. Pernah terjadi suatu ketika beliau menemukan
seorang penjual bahan makanan yang basah agar beratnya bertambah. Melihat hal
ini rasulullah saw bersabda, ” Siapa yang menipu kami, maka dia bukan golongan
kami”. Perilaku nabi yang mengawasi langsung proses transaksi perdagangan di
dalam pasar mendapatkan kecaman dari kelompok musyrik, bahkan dikatakan hal

252
M. Quraish. Membaca... hlm, 520-521.

57
itu tidak wajar bagi seorang terpandang seperti beliau. Peristiwa ini direkam dan
dibadikan dalam al-Quran surat al-Furqan ayat 7.
Sebenarnya apa yang dilakukan nabi Muhammad saw merupakan hal wajar
sebagai seorang pemimpin negara dan agama untuk mengawasi perilaku pasar
agar terhndar dari berbagai kecurangan yang dilakukan para pedagang yang
berakibat kerugian bagi konsumen. Selain itu, kunjungan untuk melakukan
pengawasan ini menunjukkan betapa pentingnya aspek ekonomi dalam membina
masyarakat dan pasar—yang merupakan salah satu sarana pokok untuk maksud
tersebut—bukan tempat yang harus dinilai sebagai tempat yang paling buruk.253

C. Respon masyarakat Madinah terhadap Dakwah Nabi Muhamad Saw

Sejak Nabi Muhamad saw tinggal menetap di Madinah, beliau terus ber-usa
-ha menyebarkan ajaran Islam kepada semua penduduk di kota tersebut, termasuk
ke-pada penduduk Yahudi, Nasrani dan penyembah berhala. Hal itu di-lakukan nabi
Muhammad saw selain karena kewajiban yang harus dilaksanakan, juga karena ia
melihat ma-yoritas masyarakat Madinah menyambut dengan baik saat beliau dan
umat Islam tiba di kota tersebut.
Setiap saat beliau selalu berdakwah kepada penduduk Madinah tanpa me-
nge-nal lelah dan tidak menganal takut, apalagi putus asa. Dakwah yang dila-
kukannya itu mendapat sambutan beragam, ada yang menerima dan kemudian
masuk Islam dan ada pula yang menolak secara diam-diam, misalnya orang-orang
Yahudi yang tidak senang dengan kehadiran Nabi dan umat Islam. Peno-lakan ini
mereka lakukan secara diam-diam karena mereka tidak berani berterus terang
untuk menentang Nabi dan umat Islam yang mayoritas tersebut.
Seperti diketahui, bahwa masyarakat Madinah menyambut baik keda-
tangan Nabi dan umat Islam di Madinah, terutama kabilah Aus dan Khajraz.254
Kedua suku Arab tersebut sejak awal telah menyatakan kesetiaannya kepada na-bi
Muhammad saw dan ber-sedia membantu beliau dalam menyebarkan ajaran
Isalm kepada masyarakat Ma-di-nah. Hal ini dapat dilihat dari berbagai
kesepakatan yang dilakukan melalui perjanjian-perjanian, yang tertuang dalam
Piagam Madinah seperti ditegaskan pada bagian terdahulu. Piagam Madinah
meniscaya-kan adanya sikap toleranasi. 255
Setelah menerima ajaran Islam, kedua suku yang suka berperang ini
akhirnya bersatu di bawah panji Islam. Mereka bersama-sama Rosulullah dan
umat Islam la-in-nya berjuang menegakkan syariat Islam. Meraka rela berkorban
nyawa dan harta de-mi syiar Islam. Sementara kelompok masyarakat Yahudi
Madinah sejak awal memang sudah kurang peduli dengan kedatangan Nabi
Muhamad Saw dan umat Islam karena mereka menduga posisi mereka akan
bergeser. Pada awalnya orang Yahudi menerima apa yang terjadi karena untuk
alasan keamanan dan politik. Namun sekutu mereka, yaitu Aus dan Khajraz telah
memeluk Islam. Kedua suku ini tidak mem-bu-tuhkan lagi bantuan masyarakat
Yahudi, karena telah mendapatkan pimpinan yang ideal buat mereka, yaitu
Muhamad Saw. Dari sinilah muncul benih-benih per-mu-suhan antara umat Islam
dangan Yahudi di Madinah. Mereka mulai membujuk orang-orang Aran Aus dan

253
M. Quraish. Membaca... hlm 522
254
Shafiyurahman, Sejarah…. hlm, 194-198
255
M. Quraish Shihab, Membaca… hlm. 261-262.

58
Khajraz yang telah masuk Islam untuk kembali keagama lama mereka dan mereka
kembali bersatu untuk menyerang ajaran-ajaran Islam de-ngan maksud
menghalangi penyebaran Islam ke masyarakat lain.
Dalam suasana seperti itu, seorang Rabi Yahudi dari Bani Qaynuqa berna
Hu-sein bin Sallam, masuk Islam. Secara diam-diam dia datang menemui Nabi
Saw dan me-nya-takan ikrarnya untuk masuk Islam. Kemudian Nabi Saw memberi
nama baru untuk dirinya yaitu Abdullah. Karena ia adalah seorang rahib terkemuka
dan berpe-ngaruh di sukunya, maka Nabi menyembunyikan rabbi tersebut di
rumah nabi Muhammad saw. Hal itu dilakukan untuk melindunginya dari serangan
kaumnya.
Untuk mengetahui apakah ia benar-benar seorang rabbi berpengaruh, nabi
Muhammad saw mengutus orang guna menyelidiki kebenaran tersebut. Hasilnya,
dia adalah be-nar-benar seorang rabbi yang disegani dan dihormati. Setelah
mereka menya-ta-kan ba-gai-mana mereka memandang tinggi derajat sang rabbi,
barulah Husein bin Sallam keluar. Ia mengajak kaumnya menerima ajaran yang di
bawa nabi Muhamad saw, karena itu adalah ajaran yang benar yang sesuai
dengan kitab taurat yang mereka yakini. Ia me-nyatakan bahwa dirinya beserta
keluarga telah menjadi pengikut setia Nabi Muhamad Saw. Namun, permintaan
sang rabbi tersebut di tolak.
Setalah kejadian itu, mulai terjadi perdebatan sengit antara nabi Muhamad
saw dengan para pemimpin agama Yahudi. Mereka tidak hanya menyerang nabi
Saw, juga para sahabat, baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar. Me-reka
mulai menyusun kekuatan untuk melemahkan umat Islam. Ini adalah benih-benih
pemucu konflik antara umat Islam dengan Yahudi di Madinah. Konflik tersebut
tidak hanya melibatkan bangsa Yahudi dengan umat Islam Madinah, juga antara
kaum kafir Quraisy yang bersekutu dengan Yahudi Madinah melawan kekuatan
Islam.
Konflik seperti itu, sebenarnya dapat dilacak ke belakang sebelum dan
masa-masa awal keda-tangan nabi Muhammad saw dan umat Islam ke Madinah.
Mengapa bangsa Yahudi tidak mau tunduk pada ajaran Islam yang dibawa nabi
Muhammad saw. Dalam konteks ini, Rizqullah menjelaskan bahwa di Madinah
yang ketika itu masih bernama Yatsrib, masyarakat Yahudi memiliki seorang tokoh
bernama Abdullah bin Ubay bin Salul. Pada saat rasulullah saw datang ke Madinah,
sebenarnya warga Madinah tengah mempersiapkan penobatan Abdul-lah bin Ubay
sebagai raja. Tetapi, penobatan itu batal dilakukan karena masyara-kat Madinah
gegap gempita menyambut kedatangan Muhammad saw yang sudah lama
mereka tunggu kedatangannya, guna menjadi pemimpin masyarakat Madinah.
Faktor inilah yang menyebabkan Andullah bin Ubay bin Salul baru masuk Islam
belakangan. 256
Tidak hanya itu. Ternyata Abdullah bin Ubay menaruh dendam pada nabi
Muhammad saw yang dianggap telah merebut mahkota yang akan disematkan di
kepalanya, serta umat Islam Madinah yang telah membatalkan penobatan itu.
Perasaan dendam itu masih tetap tersimpan di dalam hatinya, meski dia telah
masuk Islam. Hal ini dibutkikan dengan berbagai sikap kemunafikannya dalam
masa-masa penyebaran Islam di Madinah.
Melihat perilaku Abdullah bin Ubay ini, masyarakat musyrikin Mekkah
mendapat peluang untuk menyerang umat Islam di Madinah. Dia dimanfaatkan
sebagai orang yang dianggap mampu mengacaukan persatuan umat dan
kesepakatan yang sudah dibuat bersama dalam berbagai perjanjian. Untuk itu,
kafir Quraiys mengirim surat kepadanya berisi provokasi untuk melancarkan aksi

256
Rizqullah, Biografi… hlm. 398-399.

59
tipu daya terhadap umat Islam. Di dalam surat tersebut, mereka berkata kepada
Abdullah bin Ubay, ”sesungguhnya kalian telah memberikan tepat tinggal kepada
sahabat kami (rasulullah). Demi tuhan, kami bersumpah bahwa engkau harus
membunuh atau mengusirnya. Kalau tidak, kami semua akan mendatangi kalian
sampai berhasil membunuh kalian dan menodai kehormatan perempuan kalian.”
257

Entah karena takut atau memang Abdullah bin Ubay sendiri memiliki
agenda untuk melenyapkan nabi dan umat Islam, akhirnya ia menerima permin-
taan itu. Kemudian ia mengumpulkan orang-orang kafir Madinah untuk bersa-ma-
sama memerangi rasulullah dan umat Islam. Berita tersebut sampai ke telinga
rasulullah saw dan umat Islam di Madinah. Mendengar semua itu, umat Islam
Madinah sangat emosi. Kemudian nabi berusaha meredamkan emosi umat Islam
dan mereka diminta kembali ke rumah masing-masing agar terhindar dari
provokasi yang dilakukan Abdullah bin Ubay.
Mendengar kegagalan provokasi itu, kafir Quraisy mengirim utusan kepa-
da umat Islam di Madinah. Utusan itu berkata,” Jangan menyesal bila kami benar-
benar datang ke Yatsrib. Kami akan datang kepada kalian dan membinasa-kan
kalian, serta memusnahkan lahan pertanian di ketandusan tempat tinggal kali an.”
258

Sejak saat itu, suasana semakin tegang dan kecemasan menyelimuti umat
Islam. Khawatir termakan isu dan muslihat kafir Quraisy, masyarakat terpenga-ruh
dan melakukan aksi, masyarakat Muslim melakukan penjagaan dna penga-wasan
ketat terhadap rasulullah saw setiap malam, hingga turun ayat bahwa ”
Sesungguhnya Alah memelihara kamu dari (gangguan) manusia (QS. Al-Maidah
ayat 67). Firman Allah ini membuat nabi Muhammad saw merasa tenang, sebab
sebe-lumnya beliau pernah meminta Saad bin Abi Waqqash menjaganya di ma-
lam hari, karena khawatir. Beliau meminta para sahabat meninggalkannya, karena
Allah telah memberikan jaminan keamanan baginya.259 Bahaya ternyata tidak
hanya mengancam jiwa rasulullah saw, juga para sahabatnya. Ancaman ini dapat
dilihat ketika Saad bin Muadz pergi ke Mekkah untuk melakukan umrah. Tetapi
dihalangi. Untuk itu, ia meminta kepada orang yang disinggahinya di Mekkah,
Umayyah bin Khalaf, untuk mencarikan waktu yang tepat agar ia dapat melakukan
thawaf dengan aman. Kemudian Umayyah bin Khalaf mengajak Saad melakukan
thawaf di siang hari ketika penduduk Mekkah tengah beristirahat. Tetapi tidak
lama kemudian Umayyah bin Khalaf berpapasan dengan Abu Jahal dan bertanya
padanya apa yang sedang dilakukan di Kabah. Umayyah bin Khalaf menjawab
terus terang bahwa ia tengah mengantar Saad bin Muadz melakukan thawaf.
Mendengar jawaban itu, Abu Jahal naik pitam dan langsung melabrak Saad bin
Muadz. ” Engkau ingin berthawaf di Kabah dengan aman, padahal kalian semua
telah memberikan tempat tinggal kepada rasulullah dan sahabat-sahabatnya?”. 260
Mendengar bentakan seperti itu, Saad tidak gentar, bahkan ia mengancam
akan menghalangi kafilah dagangnya menuju Syam jika melewati Madinah. Dalam
konteks ini ia mengatakan,” Demi Allah, jika engkau menghalangi aku melakukan
thawaf di Kabah, aku pasti akan menghadang daganganmu menuju Syam”. 261
Adu gertak dan ancaman seperti ini sebenarnya menunjukkan bahwa Abu
Jahal beranggapan umat Islam di Madinah berhak diperangi. Sementara Saad juga

257
Rizqullah, Biografi… hlm. 399-400.
258
Rizqullah, Biografi… hlm. 400.
259
Rizqullah, Biografi… hlm. 400.
260
Rizqullah, Biografi… hlm. 400
261
M. Quraish, Membaca…hlm, 522. Lihat. Shafiyurrahman, Sejarah… hlm, 265.

60
punya nyali dengan mengatakan ia akan memutus hubungan dagangnya jika
melewati Madinah. Saad tahu persis, bahwa Abu Jahal dan masyarakat kafir
Quraisy akan merasa kehilngan jalur perdagangan dan perekonomian mereka
akan hancur bila ancaman tersebut benar-benar dilaksanakan. Sebab masyarakat
Quraish Mekkah sangat mengandalkan bisnis sebagai basis pembangunan per-
ekonomian mereka.262
Ternyata, ancaman Saad bin Muadz benar-benar dilaksanakan. Terbukti
pada bulan Ramadhan tahun pertama hijrah bertepatan dengan Maret 623 M,
rasulullah menugaskan Hamzah bin Abdul Muthalib bersama 30 orang Muhajirin
untuk menghadang kafilah yang beranggotakan 300 orang dan dipimpin Abu Jahal
yang tenga menuju Syam. Hampir saja terjadi perang, jika tidak dihalangi oleh
seorang tokoh berpengaruh bernama Majdi binAmr al-Jauhari. Peristiwa tersebut
dalam catatan sejarah dikenal dengan nama Sariyat Saif al-Bahr.263
Peristiwa seperti ini terus terjadi pada bulan-bulan berikutnya. Seperti pada
Syawwal tahun pertama hijrah bertepatan dengan April 623 M rasulullah
menugaskan Ubaidah bin al-Harits bin al-Muthalib untuk memimpin 60 orang
Muhajirin. Mereka bertemu dengan kafilah dagang Abu Sufyan dengan rombong
annya berjumlah 200 orang. Dalam pertemuan tersebut kedua belah pihak telah
melontarkan anak panah, meski tidak sampai terjadi pertempuran sebenarnya.
Anak panah pertama kali melesat yang dilontarkan umat Islam adalah anak panah
yang keluar dari busur Saad bin Abi Waqqash. Untuk keselamatan umat
Islam,Ubaidah bin al-Harits meminta rombongannya untuk mundur perlahan.
Karena rombongan Ubadah bin al-Harits tidak membawa persenjataan lengkap.
Sebab mereka hanya ditugaskan untuk mencegat kafilah perdagangan kafir
Quraisy, bukan untuk berperang. Selain itu, saat itu Allah belum memberikan
perintah lewat wahyunya kepada nabi Muhamamd saw untuk berperang.
Meskipun begitu, peristiwa ini membawa dampak positif. Dua orang rombongan
kafilah Abu Sufyan, yaitu Utbah bin Ghazwan dan al-Miqdad bin al-Aswad,
membelot dari rombongan Abu Sufyan, dan masuk ke dalam rombongan Ubaidah
bin al-Harits. Membelotnya kedua orang ini, dalam catatan sejarah, memang sejak
lama meraka telah muslim, hanya mereka masih merahasiakannya. Mereka
berdua berusaha mencari jalan untuk mengikuti jejak rasul dan sahabat lainnya
hijrah ke Madinah. Peristiwa ini dalam sejarah dikenal dengan sebutan Sariyat
Raigh.264Kemudian pada bulan Dzulqadah tahun pertama hijrah, bertepat-an
dengan Mei 623 M rasulullah saw mengutus Saad bin Abi Waqqash dengan 20
orang rombongannya pergi untuk menghadang kembali kafilah dagang Quraisy.
Tetapi usaha itu gagal, karena rasul tidak mengizinkan Saad dan rombongan
melewati batas perkampungan al-Kharra, sehingga kafilah tersebut dapat lolos
dan berhasil sampai ke Syam. Dalam catatan sejarah, peristiwa ini disebut Sariyat
al-Kharrar.265
Penghadangan ini menimbulkan ketegangan-ketegangan yang dirasakan
sangat kengkhawatirkan kafilah dagang kafir Quraisy. Karena itu, mereka terus
berusaha menggalang kekuatan untuk menghancurkan kekuatan umat Islam.
Mereka tidak senang melihat keberhasilan nabi Muhamad saw berdakwah dan
memimpin masyarakat di kota Madinah. Untuk ke-pentingan itu, mereka terus
menyusun kekuatan dan menggalang persekutuan dengan kelompok yang sama-
sama menentang perkembangan Islam dan mele-mahkan kekuatan umat Islam di

262
M. Quraish, Membaca…hlm, 522
263
M. Quraish, Membaca…hlm, 524
264
M. Quraish, Membaca…hlm, 524-525.
265
Muhammad al-Khudary Bek, Nurul Yaqin….. hlm, 100-101.

61
bawah kepemimpinan nabi Muhammad saw. Melihat sema-kin kerasnya keingin-
an ma-syarakat kafir Quraisy untuk menggagalkan usaha dak-wah Islam yang
tengah meng-a-lami per-kem-bangan yang cukup berarti di kota Madinah, akhirnya
rasulullah saw menyusun kekuatan un-tuk mengimbangi kekuatan yang dimiliki
kafir Quraisy. Ke-kuatan yang dibentuk nabi Muhammad saw ini semata ber-tu-
juan untuk mem-per-tahankan diri dari serangan kafir Quraisy, bukan untuk me-
merangi mereka. Karena Islam mengajarkan perdamaian, bukan peperangan atau
ke-kerasan. Tetapi karena ke-kuatan kafir Quraisy terus-menerus menghujat dan
meyakiti umat Islam, akhirnya umat Islam berusaha menandingi kekuatan mere ka
dengan mempersiapkan ber-bagai pe-ralatan tempur. Namun peralatan itu be lum
dapat di-per-gunakan, karena belum ada perintah dari nabi Muhammad saw dan
wahyu Allah untuk berjihad melawan kafir Quraisy. Situasi tersebut berubah
setelah ada izin dari Nabi dan pe-rin-tah Allah untuk berjuang mem-pertahankan
diri dari serangan kafir Quraisy. Seperti tertulis dalam surat al-Hajj ayat 39.

Artinya: Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi,


karena Se-sung-guhnya mereka telah dianiaya. dan
Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka
itu,( al-Hajj: 39).

Ayat tersebut tidak berarti bahwa Islam menganjurkan kepada umatnya un-
tuk menggunakan kekuatan angkatan perang terutama untuk dakwah Islam.
Karena sesungguhnya Islam tersebar dengan cara-cara damai melalui budi pekerti
yang mu-lia. Tetapi, peperangan ternyata tidak dapat dihindari, karena masya-ra-
kat kafir Quraisy yang terus menggalang koalisi dengan Yahudi Madinah, guna
menghan-cur-kan kekuatan umat Islam.
Setelah Allah mengberikan izin berperang, nabi Muhammad saw dan umat
Islam mulai menyaiapkan kekuatan untuk membalas permusuhan yang selama ini
dilakukan kafir Quraisy dan para sekutunya. Ketika itu, kafir Quraisy dan para
sekutunya ingin membuktikan kekuatan umat Islam yang telah dibangun di
Madinah, umat Islam tertantang ingin menunjukkan bahwa umat Islam tidak
selemah dahulu, ketika di Mekkah. Selain itu, umat Islam juga ingin membuktikan
bahwa kekuatan mereka mampu menghancurkan kekuatan kafir Qurais dan para
sekutunya, melakukan pemboikotan terhadap wilayah mereka, baik secara politik
maupun ekonomi, dan mengambil kembali hak-hak mereka yang pernah dirampas.
Terdapat dua strategi yang dirancang nabi Muhammad saw untuk mem-
perlemah kekuatan kafir Quraisy. Pertama, menguasai jalur perdagangan yang
menjadi rute penting bagi masyarakat Quraisy bila mereka akan melakukan
perjalanan dagang ke Syam. Untuk menguasai jalur stretegis tersebut, nabi Mu-
hammad saw mengadakan perjanjian dengan kabilah-kabilah di sekitar rute perja-
lanan dagang untuk tidak saling bermusuhan. Misalnya, nabi Muhammad saw
mengadak perjanjian dengan kabilah Juhainah, Bani Dhamrah, Khuzaah, Ghifar,
dan Aslam.266 Perjanjian ini merupakan salah satu strategi untuk menutup rute
266
Ekspedisi tersebut bukan bertujuan untuk berperang, melainkan untuk;
Pertama,untuk berjaga-jaga dari serangan musuh yang dapat mengganggu kelangsungan
dakwah Islam. Ikedua, adalah membuat perjanjian damai dan melakukan melakukan
dakwah Islam di kalangan kabilah yang berbatasan langsng dengan Madinah. Hal ini dapat
diihat, misalnya, dari ekspedisi yang langsung dipimpin nabi Muhammad saw di Widan,
sebuah desa yang terletak di antara Mekkah dan Madinah, pada bulan ajab tahun ke-2 H.
Ketika nabi Muhammad saw membuat perjanjian dengan Bani Dahmra dan ekspediwi
Buwat, salah satu gunung di pegunungan Juhainah, antara Mekkah dan Madinah, pada
blan Rabiul Awwal tahun ke-3 H, ketika nabi Muhammad saw membuat perjanjian damai

62
perja lanan dagang Quraisy yang menghubungkan antara Mekkah dengan Syam.
Kedua, rasulullah saw melakukan ekpesidi dengan mengirim beberapa utusan un-
tuk melakukan pengamatan atas kekuatan kafir Quraisy, sebelum terjadi per-
tempuran besar. Beberapa ekspedisi berhasil dilakukan, sebagaimana dite-gaskan
pada bagian terdahulu. Tujuan dari semua ekspedisi yang dilakukan adalah untuk
mengacaukan kekuatan kafir Quraisy dan para sekutunya. Menjatukan mental dan
nyali kafir Quraisy. Melumpuhkan aktivitas perekonomian mereka dari berbagai
arah dan bidang. Mendapatkan sumber-sumber perbekalan dan persenjataan
perang. Berhasil memeringatkan musuh bahwa umat Islam memiliki kemampuan
untuk melakukan perlawanan fisik 267
Strategi ini dirancang oleh rasulullah untuk merespon wahyu yang telah
mengizinkan umat Islam untuk berperang. Meskipun tujuan utamanya adalah
sebagai usaha mempertahankan diri (defensif), bukan melakukan penyerangan
(opensif) ke kubu kafir Quraisy. Sebagai seorang pemimpin tertinggi umat Islam,
nabi Muhammad saw tidak tinggal diam ketika terjadi pertempuran. Beliau selalu
memimpin pertempuran yang pernah dihadapi pada masa beliau. Menurut para
ahli sejarah, nabi Muhamad saw pernah mengi-kuti peperangan sebanyak 27 ka-li.
Peperangan yang diikuti nabi Muhamad saw disebut dengan Ghazwah, se-mentara
pepe-rangan yang tidak diikuti nabi Muhamad saw. disebut Sarayat. Di antara pepe
-rangan penting yang pernah diikuti nabi Muhamad saw adalah Perang Badar,
Perang Uhud, Perang Khandak. Berikut uraian singkat mengenai peristiwa penting
tersebut.

1. Perang Badar

Terdapat banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya sejumlah pepe-


rang-an antara nabi Muhammad saw dengan kaum musyrikin Mekkah. Di antara
sejumlah pe-perangan yang terjadi, perang Badar tercatat sebagai perang pertama
yang terpenting da-lam sejarah Islam. Karena perang ini amat menentukan
perjalanan politik Islam dan perkembangan dakwah Islam kemudian. Di antara
sebab terjadinya pepe-rangan tersebut adalah iri hati atau cemburu dan dendam.
Seperti diketahui bahwa sejak nabi Muhamad saw datang ke Madinah,
beliau berhasil membangun peradaban baru yang dilandasi oleh nilai-nilai
keislaman. Beliau juga berhasil mem-per-satukan masyarakat Madinah yang
sebelumnya terpecah ke dalam beberapa kabilah dan selalu bertikai, menjadi
sebuah masyarakat Madani dengan konsep ummat sebagai medium pemersatu.
Karena peran inilah Nabi diakui sebagai peng-uasa ne-geri ini. Sukses besar ini
mendorong timbulnya kecemburuan dan benih-benih per-mu-suhan musyrikin
Mekkah berko-bar kembali. Selain itu, mereka juga me-nyim-pan den-dam kepada
masyarakat Ma-dinah yang memberi perlin-dungan dan men-dukung per-juangan
Nabu Muham-mad Saw. Maka musyikin Mekkah menyatakan sikap permu-suhan,
mengancam nabi Muhamad saw dan seluruh pengikutnya. Selanjutnya me-reka
mencari-cari kesempatan melancarkan pe-perangan dengan mengadakan sejum-
lah hasutan di wilayah perbatasan Madinah.
Meskipun masyarakat Madinah menerima dan meyakini kebenaran dak-
wah Islam, namun ada sebagaian di antara mereka yang tidak dapat menerima
kepe-mim-pinan nabi Muhamad saw dan secara sembunyi-sembunyi melepas-kan
dae-rahnya dari kekuasan nabi Muhamad saw. Di bawah pimpinan Abdullah bin
Ubay Salul, mereka menjalani hubungan rahasia dengan kaum kafir Mekkah.
Secara sembunyi-sembunyi mereka melaporkan perihal perkembngan umat Islam

267
Rizqullah, Biografi…. hlm, 405-406

63
di Madinah dengan maksud perkembangan kekuasan politik Nabi Saw dapat
ditekan. Bersama dengan ini, orang-orang Mekkah sering melakukan perampok-
an diwilayah perbatasan Madi-nah. Untuk mengantisipsi tindakan pe-rampokan
tersebut, Nabi Muhamad Saw membentuk sebuah tim yang ber-anggota 9 orang
dipimpin Abdullah bin Jahsyi untuk mengintai gerak-gerik musuh Islam. 268Secara
spontan tim ini menghadang sebuah ka-bilah Quraisy. Ter-jadilah insiden sengit di
antara mereka di Nachlah, sebuah padang rumput dekat Mekkah . Dalam insiden
ini, seorang pim-pinan Quraisy bernama Amr Ibn Hazrami mati terbunuh. Insiden
ini penyulut utama berkobarnya peperangan antara kedua belah pihak.
Bersamaan dengan insiden ini, tersebar isu bahwa kabilah Abu Sufyan dise
-rang oleh orang Islam ketika sedang dalam perjalanan menuju Syaria. Karena ter-
ma-kan isu itu, Abu Sufyan mengumpulkan pasukkan Quraisy untuk melan-carkan
se-rangan balasan ke Madinah. Ketika nabi Muhamad saw mendengar berita
tersebut, beliau se-gera menarik kembali gabungan militer yang sedang
dipersiapkan untuk meng-ha-dang kabilah Abu Sufyan dari Syria. Gabungan militer
tersebut diper-siapkan oleh Na-bi untuk menghadapi sebuah pasukan Mekkah
pimpinan Abu Sufyan. Dengan de-mi-kian, berkobarnya api peperangan antara
kedua belah pihak tidak dapat dihindari lagi. Peperangan terjadi pada 17
Ramadhan tahun ke 2 H bertepatan dengan tanggal 8 Januari 623 M di salah satu
sumber mata air milik Badar. Karena itu, pertempuran ini disebut perang Badar.
Pasukan Nabi Saw dan pasukan kafir Mekkah masing-masing bergerak
me-nuju Badar. Menurut catatan sejarah, Nabi Muhamad Saw telah menetapkan
suatu tem-pat sebagai benteng pertahanan, dimana diperkirakan bahwa pasukan
musuh akan ti-ba di tempat tersebut saat matahari terbenam. Pada saat itu,
pasukan Nabi telah menguasai wilayah sekitar lembah al-Arish. Sebagai strategi
untuk memblokir arus air menuju musuh, tetapi sekaligus dimasukkan sebagai
persediaan keperluan air ke-perluan minum pasukan Badar.
Menjelang subuh, Nabi Muhamad Saw membagi pasukannya menjadi bebe
-rapa kelompok dan barisan. Kemudian Nabi Saw menyampaikan beberapa
instruksi kepada pasukkannya. Instruksi tersebut antara lain, janganlah sekali-kali
beranjak me-ninggalkan tempat-tempat pertahanan, melainkan bersiagalah di
tempat masing-ma-sing yang telah ditentukan, janganlah memulai menyerang,
melainkan tunggu perin-tah, janganlah sekali-kali melancarkan serangan anak
panah sementara pihak musuh masih kuat, bidikkan mata panah kalian pada sa-
saran musuh yang jelas. Ketika mu-suh sudah dekat, lemparkan lemibng, tombak
kalian. Pedang hanya dipersiapkan se-bagai senjata terakhir jika harus bertanding
satu lawan satu.
Sebelum Nabi Saw menginjinkan perintah berperang, Nabi Muhamad Saw
berdoa memohon kepada Allah agar memberikan keberhasilan dalam me-lawan
mu-suh kafir M akah yang jumlahnya jauh lebih besar. Dalam perang Badar ini,
pasukan umat Islam hanya 313 orang tentara, sedangkan pasukan musuh
berjumlah 1000 orang tentara.

64
Peta Perjalanan perang Badar

Sumber: Wikipedia
Dalam perang massal ini, umat Islam mengalami kemenangan yang sangat
ge-milang. Sejumlah pasukan musuh mati terbunuh dan sebagian lagi melarikan
diri, se-bagian lagi menjadi tawanan. Dalam pertempuran ini Abu Jahal tewas dan
sebanyak 14 pejuang muslim gugur sebagai syahid. 14 pejuang yang tewas
sebagai syahid ini terdiri dari 6 orang Muhajirin dan 8 orang kaum Anshar.
Kebijakan Nabi Muhamad Saw dalam menyikapi para tahanan adalah me-
re-ka harus diperlakukan sebagai manusia yang harus dijaga kesehatannya dan di-
be-ri-kan pakaian. Selain itu, Nabi Saw juga mengambil kebijakan untuk mem-be-
bas-kan me-reka dengan uang tebusan sebesar 4000 dirham perorang. Namun
bagi me-reka yang terdidik dan tidak memiliki uang tebusan, Nabi Saw
memerintahkan ke-pada mereka memberikan pelajaran baca tulis kepada umat
Islam sebagai pengganti uang tebusan itu.
Kemenangan umat Islam dalam perang Badar, merupakan titik tolak bagi
perkembangan Islam selanjutnya, Karena dari sinilah kemudian umat Islam ditan-
tang untuk dapat terus bertahan dari berbagai tantangan kaum kafir Quraisy. Selai
itu, ke-menangan dalam perang Badar ini menimbulkan pengaruh besar terhadap
para peng-ikut Yahudi dan suku-suku Badar di sekitar Madinah. Mereka mulai me-
nyadari dan mengakui munculnya kekuatan Islam yang besar. Sebelum itu, orang-
orang Yahudi tetap meremehkan kekuatan muslim. Akhirnya mereka tidak dapat
melakukan tin-dakan penentangan yang akan merugikan mereka sendiri.

2. Perang Uhud
Pada tahun ke-3 H, masyarakat kafir Quraisy Mekkah di bawah pimpinan
Abu Sufyan bergerak menuju Madinah mengkomandoi 3000 pasukan tempur,
termasuk 700 pasukan bertameng dan 200 pasukan berkuda. Bahkan para isteri
turut mem-bantu suami mereka. Tepat pada tanggal 10 Maret mereka tiba di Dzul
Hulaifah, di lembah Akik sekitar 5 mil sebelah barat kota Madinah. Pada hari
Kamis 21 Maret 625 M, me-reka berada di hilir lembah Uhud.
Pegunungan Uhud terletak di sebelah Utara Madinah. Lebar wilayah pegu-
nungan tersebut sekitar 4-5 kilometer. Di tengahnya terdapat dataran yang
berkelok-kelok yang cukup untuk menampung ribuan tentara. Di samping itu,
terdapat juga dataran lainnya yang lebih luas yang antara keduanya dihubungkan
dengan jalan lintas yang sempit. Di bagian Utara pegunungan Uhud terdapat wadi
Qamat. Di ba-gi-an Selatan terdapat bukit lain yang disebut Jabal al-Rumat. Di
dataran Uhud inilah ke-dua pasukan bertemu.

65
Peta Perang Uhud

Sumber: Wikipedia

Ketika Nabi Muhamad Saw mengetahui kesiapan pasukan kafir Mekkah ,


be-liau memerintahkan pasukannnya untuk bersiaga. Semula Nabi Saw meren-ca-
na-kan tetap bertahan dari dalam kota Madinah. Setelah mempertimbangkan
pendapat para sahabat, Nabi mengubah ketetapannya untuk berangkat
menyambut musuh di luar kota Madinah. Beserta 1000 pasukan Nabi berangkat
ke medan perang, tetapi dalam perjalanan 300 orang munafik membelot di bawah
pimpinan Abd Allah Ibn Ubay Ibn Salul, hingga kekuatan pasukan Nabi hanya
tinggal 700 orang. Di da-lamnya terdapat pasukan sukarelawan wanita yang cakap,
termasuk Aisyah, isteri Nabi, yang bertugas merawat pejuang yang terluka dan
mempersiapkan makanan dan minuman bagi para tentara muslim.
Pada suatu pagi, Nabi Saw dan pasukkannya tiba di perbukitan Uhud. Di
sinilah pasukan Nabi mengambil posisi dan mendirikan perkemahan darurat. Nabi
memutuskan untuk bertempur dari arah balik bukit. Untuk itu, Nabi memerin-tah-
kan 50 tentara pemanah agar bersiap di posisi bukit Ainain. Untuk menjaga
kesatuan ge-rak pasukan kavileri, Nabi menunjuak Zayd sebagai komandannya
yang bertugas menjaga jalur kecil yang menghubungkan antara bukit Uhud dengan
bukit Ainain da-ri serangan musuh dari arah belakang barisan utama pasukan
muslim. Selan-jut-nya Nabi Saw menyampaikan instruksi pada pasukan pemanah
di bukit Ainain agar tidak meninggalkan pos penjagaan sebelum ada perintah.
Ketika kafir Mekkah mengetahui kedatangan pasukan muslim di bukit
Uhud, mereka menggerakkan infantrinya dan separuh barisan berkudanya di
bawah pim-pinan Ikrimah Ibn Abi Jahal menyerang ke arah posisi Nabi Saw,
separuh pasukan kafir Mekkah lainnya dipimpin oleh Khalid Ibn al-Walid bergerak
memutar penye-rangan tentara muslim dari belakang.
Pada tahap awal peperangan, tentara muslim memperoleh kemenangan ge
-milang, tetapi ketika pertempuran menjelang akhir, barisan pemanah muslim me-
ning-galkan pos-pos penjagaan mereka untuk mengambil harta rampasan. Akibat-
nya, ba-risan pertahanan pasukan Islam hilang. Ketajaman naluri perang Khalid Ibn
al-Walid segera melihat kesempatan menyerang pasukan dari arah belakang. Atas
serangan Khalid ini, tidak ada jalan lain bagi pasukan Islam kecuali harus mundur
dan seba-gi-an melarikan diri ke belakang.
Dalam situasi seperti ini, Nabi Muhamad Saw berusaha membangkitkan
kembali semangat juang pasukan Islam, namun upaya ini tidak berhasil. Pada saat
itu, salah seorang pemuka kafir Quraisy bernama Ibnu Kamia, sempat
melemparkan batu ke arah Nabi Saw dan mematahkan sebuah gigi depan Nabi.

66
Ibn Kamia kem-bali ke bawah dengan menebar isu bahwa Nabi Muhamad berhasil
dibu-nuh-nya. Padahal sebenarnya Nabi hanya terluka ringan. Tidak lama
kemudian Nabi Saw bangkit dan berhasil memanjat ke bagian atas bukit, di mana
sebagian pasukan muslim menung-gunya, lalu beliau bersembunyi di sini. Pasukan
muslim hampir-hampir tidak percaya bahwa pemimpinnya, Nabi Muhamad Saw
selamat dan masih hidup.
Akibat perang itu, sekitar 70 pasukan muslim gugur terbunuh sebagai syu-
ha-da. Sedangkan pasukan kafir Quraisy Mekkah tewas sekitar 23 orang. Hindun,
isteri Abu Sufyan, usai peperangan mengoyak-ngoyak isi perut Hamzah, paman
Nabi Saw yang tewas dalam pertempuran tersebut.

3. Perang Khandak
Di kota Madinah, ada kebiasaan masyarakat Badui yang sangat tidak
disukai Nabi Muhamad Saw, yaitu kebiasaan menjarah dan mengambil harta
orang. Ka-rena itu, mereka seringkali mendapat hukuman dari Nabi Saw yang
bertindak se-bagai ke-pala pemerintahan Madinah. Selain mereka, terdapat
beberapa suku Yahudi yang me-lihat perkembangan Islam sebagai sebuah
ancaman bagi masa depan kehi-dupan me-reka. Karenanya, tak heran kalau
kemudian mereka menjalin ker-jasama dengan kafir Quraisy secara diam-diam.
Setelah perang Uhud, Yahud Bani Nazir diusir dari Ma-di-nah, karena telah
bersekutu dengan kafir Quraisy. Sejak pengusiran mereka, mereka menjadi mata-
mata orang kafir Quraisy. Mereka selalu mengawasi dan mengamati kondisi umat
Islam di Madinah.
Pada tahun 627 M kafir Quraisy Mekkah , suku-suku Badui dan golongan
Ya-hud membentuk pasukan gabungan sejumlah 10.000 pasukan tempur untuk
dike-rahkan menggempur Madinah. Di antara mereka terdapat 600 pasukan
tentara berkuda di bawah pimpinan Abu Sufyan. Ketika Nabi Saw menyadari
ancaman ini, beliau me-ngerahkan pasukan tem-pur sebanyak 3000 tentara untuk
menghadapi musuh. Atas dasar saran Salman al-Farisi, Nabi Saw memutuskan
sistem pertahanan dengan menggu-na-kan garis besar mengitari perbatasan kota
Madinah. Beliau juga meme-rin-tahkan penduduk yang tinggal di luar kota Madinah
untuk masuk kota. Beliau meng-amankan para wanita, anak-anak ke atas menara
dan ke loteng-loteng di dalam kota. Pekerjaan menggali parit dikerjakan oleh
seluruh pasukan muslim Madinah. Bahkan Nabi turut sendiri bekerja bersama-
sama mereka menggali parit sambil mengatur strategi pertahanan perang.
Para pemuka kafir Quraisy Mekkah terheran-heran ketika mengetahui stra
-tegi pertahanan yang dipersiapkan Nabi Muhamad Saw. Karena strategi perang
se-ma-cam ini belum pernah ditempuh dalam peperangan besar bangsa-bangsa
Eropa se-ka-lipun. Dalam perang ini tentara gabungan kafir Mekkah , Yahudi dan
suku-suku Badui mengepung kota Madinah. Setiap kali mereka berusaha me-ne-
robos menye-rang, pa-su-kan muslim yang berada di dalam kota Madinah dengan
mudah meng-ga-galkan se-rangan mereka. Serangan dan pengepungan yang mere
-ka jalankan berhari-hari, hing-ga persediaan makanan mereka mulai berkurang.
Pada suatu hari, tiba-tiba da-tang angin kencang disertai badai pasir yang mero-
bohkan tenda-tenda mere-ka yang me-ru-pakan pertolongan Allah yang diberikan
kepada umat Islam yang sedang mem-per-ta-hankan diri dari kepungan kafir
Quraisy di Madinah. Hal ini dapat di lihat dalam QS. Al-Ahzab ayat 9.

“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah nikmat Allah yang diberikan


kepadamu, ketika bala tentara datang hendak menyerangmu, lalu Kami kirimkan
kepada mereka angin badai dan bala tentara yang tidak kelihatan olehmu”.Baiklah,

67
saya akan menghapus semua catatan kaki. Apakah ada lagi yang bisa saya
bantu?

Melihat situasi dan kondisi seperti ini, akhirnya pasukan kafir Quraisy tidak
berdaya lagi untuk meneruskan penyerangan atas kota Madinah. Dalam situasi kri-
tis seperti ini, Abu Sufyan mengambil langkah membubarkan pasukan sekutunya
untuk kembali ke tempat masing-masing dengan membawa kekalahan dalam pe-
rang Khan-dak.
Setelah berhasil memenangkan perang, umat Islam bersikeras untuk meng
-usir penduduk kaum Yahudi yang membantu kafir Quraisy dalam perang Khandak
ter-se-but. Suku-suku Yahudi yang diusir itu adalah Bani Quraydzah. Namun
mereka me-minta banding kepada Nabi Saw agar mereka di adili oleh pemuka
mereka sendiri. Permohonan itu dipenuhi dan Nabi menunjuk Saad Ibn Muadh
sebagai hakim yang akan memutuskan hukuman kepada mereka. Menu-rut
keputusan Saad, sekitar 300-400 orang Yahudi layak dijatuhi hukuman mati.
Sementara perem-puan dan anak-anak mereka yang masih kecil dijadikan sebagai
budak, sedangkan sisa dari mereka diusir menuju Syiria. Adapun harta benda
mereka akan disita yang akan dibagi ke-pa-da mereka yang ikut berperang.
Kemenangan umat Islam dalam perang Khandak membuat nama umat
Islam dan kota Madinah semakin harum dan disegani. Sehingga para pembesar
negeri te-tangga menawarkan diri untuk bekerja sama dengan kekuatan kaum
muslimin di Ma-dinah. Pad tahun ke-6 H, Nabi Muhamad menetapkan ke-ten-tuan
yang berlagi ba-gi seluruh penganut agama Kristen. Mereka tidak diwajibkan
membayar pajak yang ti-dak berlaku umum. Tidak seorangpun yang dapat dipak-
sa keluar dari bia-ranya. Ti-dak sebuah gerejapun yang boleh dirobohkan untuk
selanjutnya dijadikan masjid. Wanita Kristen yang dinikahi oleh laki-laki musli,
tetap terjamin kebebasan men-jan-kan agamanya.
Peta perang Khandaq

Sumber: Wikipedia
4. Perdamaian Hudaibiyah
Selama enam tahun semenjak umat Islam meninggalkan Mekkah demi
mem-per-juangkan agama Islam, maka selama waktu itu mereka tidak mempunyai
ke-sem-patan menunaikan ibadah haji. Selain itu, mereka juga sudah lama tidak
dapat kem-bali ke ta-nah kelahiran mereka di Mekkah . Namun setelah meraih
kemenangan dalam perang Khandak, keinginan umat Islam untuk mengunjungi
tanah kelahiran mereka semakin kuat. Nabi Muhamad Saw menyadari keingin-an
para sahabatnya, lalu be-li-au memu-tuskan untuk berkunjung ke Mekkah .
Pada tahun ke-6 H atau 628 M, umat Islam bersama Nabi Muhamad Saw
berangkat menuju Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Pada saat itu adalah
bulan Dzul Qaidah. Dalam tradisi masyarakat Arab, bulan tersebut diharamkan

68
untuk me-la-kukan peperangan. Namun tampaknya para pemuka Quraisy tidak
menghendaki ke-datangan umat Islam sekalipun untuk kepentingan menjalankan
ibadah haji.
Ketika para pemuka kafir Quraisy mengetahui keberangkatan rombongan
umat Islam menuju Mekkah , mereka berusaha menghadapi iring-iringan umat
Islam. Ketika umat Islam sampai di sebuah tempat bernama Hudaibiyah sekitar 6
mil dari kota Mekkah , mereka berhenti. Nabi Saw seorang wakil untuk menyam-
paikan kepada kafir Quraisy tentang maksud dan tujuan kedatangan mereka yang
sebenarnya. Mes-kipun demikian, para pemuka kafir Quraisy tetap pada pendirian
mereka bahwa me-reka tidak mengizinkan umat Islam untuk memasuki kota
Mekkah . Mereka mene-gas-kan bahwa tahun ini Nabi dan para sahabatnya harus
kembali ke Madinah. Ada ke-mungkinan tahun depan umat Islam diperbolehkan
memasuki kota Mekkah untuk ber-haji, namun hanya tiga hari saja. Mereka tetap
bersikeras pada pendirian mereka un-tuk tidak mengizinkan umat Islam mema-
suki kota Mekkah , sekalipun Usman Ibn Af-fan, utusan yang dipercaya Nabi Saw
untuk menjelaskan kepada kafir Quraisy me-nge-nai maksud mereka sebenarnya,
mereka tetap tidak mengizinkannya.
Sementara itu, tersebar isu bahwa Usman Ibn Affan yang diutus Nabi
Muhamad Saw untuk melakukan musyawarah mengenai boleh tidaknya umat
Islam mela-ku-kan ibadah haji, dibunuh oleh kafir Quraisy. Berita ini menimbulkan
kece-ma-s-an dan kemarahan umat Islam. Di hadapan Nabi Muhamad Saw umat
Islam me-nyatakan ikrar atau sumpah yang dinamakan Baiatu Ridwan. Mereka
semua me-nyatakan tekadnya untuk berjuang demi kejayaan Islam hingga tetes
darah peng-ha-bisan. Setelah para sahabat menyatakan sumpah tersebut, Usman
Ibn Affan datang dari kota Mekkah de-ngan selamat.
Para pemuka Quraisy sangat mencemaskan kesungguhan hati umat Islam
un-tuk berjuang dan memasuki kota Mekkah tahun itu juga. Karena itu, mereka ke
-mu-dian me-nyetujui untuk diselenggarakan perjanjian yang dikenal sebagai Per-
janjian Hudai-biyah antara pemuka Quraisy dengan Nabi Muhamad Saw. Perun-
dingan meng-ha-sil-kan beberapa kesepakatan, antara lain:

1. Kedua belah pihak sepakat mengadakan gencatan senjata selama


10 tahun.
2. Setiap orang diberi kebebasan bergabung dengan Muhamad saw
atau menjalin per-jan-jian dengan Muhamad saw, dan demikian juga setiap
orang diberi kebebasan ber-gabung dengan kelompok Quraisy atau
menjalin perjanjian dengan mereka.
3. Siapa yang pergi bergabung dengan Muhamad saw tanpa alasan
yang dapat dibe-nar-kan, ia harus dicegah dan dikembalikan kepada
walinya, tetapi jika pengikut Muhamad saw hendak bergabung dengan
kelompok Quraisy, maka ia harap dibe-narkan.
4. Pada tahun ini rombongan Muhamad saw harus kembali ke
Madinah. Pada tahun berikutnya mereka diizinkan menjalankan ibadah haji
dengan syarat bahwa di Mekkah tidak lebih dari tiga hari, dengan tanpa
membawa senjata.

Isi perjanjian Hudaibiyah tersebut menunjukkan kita betapa Islam agama


yang besar dan sekaligus menunjukkan kearigan sikap Nabi Muhamad Saw. Sung-
guhpun isi perjanjian itu tampak sekali merugikan umat Islam, namun de-ngan per-
jan-jian ini membuka banyak peluang strategi perjuangan Nabi Muhamad Saw. Pe-
lu-ang tersebut antara lain adalah:

69
a. Bahwa perjanjian tersebut secara tidak langsung mengakui status
politik Nabi Muhamad Saw sebagai pucuk pimpinan umat Islam dan
pimpinan negeri Ma-dinah
b. Bahwa gencatan senjata selama sepuluh tahun merupakan
kesempatan yang baik untuk menyebarluaskan agama Islam, karena
Nabi Saw dan para sahabatnya tidak disibukkan dengan urusan
peperangan.
c. Bahwa kebesaran Islam yang ditampilkan melalui kearifan sikap Nabi
Muhamad Saw dalam perjanjian ini, secara tidak langsung telah
menarik simpati orang-orang Quraisy. Sehingga sejumlah mereka
kemudian masuk Islam tidak lama setelah perjanjian ini, misalnya
Khalid Ibn al-Walid, Amr Ibn al-Ash.

Setelah perjanjian berlangsung, situasi menjadi aman, tidak ada pepe-


rangan. Dalam situasi aman seperti ini, Nabi Muhamad Saw mengirimkan para
dutanya ke Negara-negara tetangga untuk menyerukan kepada mereka tentang
ajaran Islam. Be-berapa penguasa menerima ajakan tersebut, kecuali raja Persia
yang mengusir duta-duta Islam, bakan duta Islam yang diutus ke penguasa Kristen
di Damaskus terbunuh dengan kejam.

D. Fathu Mekkah : Kemenangan umat Islam

1. Motivasi Fathu Mekkah


Tidak lama setelah perjanjian Hudaibiyah, suku Khuzaah menyatakan diri
bergabung dengan kekuatan umat Islam di Madinah, sedangkan suku Bani Bakar
me-nyatakan kesetiaannya kepada kekuatan kafir Quraisy. Setelah dua tahun dari
per-janjian Hudaibiyah ini, suku Bani Bakar dibantu oleh kekuatan kafir Quraisy
mela-ku-kan serangan kepada suku Khuzaah dan membantai mereka. Peristiwa ini
tentu saja mencoreng perjanjian yang telah disepakati antara Nabi Muhamad Saw
dengan orang-orang kafir Quraisy Mekkah . Untuk itu 40 orang perwakilan dari
suku Khuzaah mengadukan peristiwa tersebut kepada Nabi Saw dan meminta
bantuan pasukan untuk menggempur kekuatan Bani Bakar dan pasukan kafir
Quraisy. Tetapi permo-honan tersebut tidak begitu saja disanggupi Nabi Saw.
Beliau menyarankan agar me-reka menunda keinginan itu dan me-nunggu saat
yang tepat guna me-nye-lesaikan per-soalan tersebut.
Ketika waktu yang ditunggu-tunggu tiba, Nabi Saw mengirimkan utusan ke-
pa-da pemuka Quraisy dengan membawa misi perdamaian, dengan mengajukan
se-jumlah usulan. Usulan tersebut antara lain adalah:
1. Orang Quraisy harus mengganti rugi terhadap para kurban suku
Khuzaah, atau;
2. Orang Quraisy Mekkah harus menghentikan persekutuan mereka
dengan Bani Bakar, atau,
3. Orang Quraisy harus menyatakan pembatalan terhadap perjanjian
Hudaibiyah.

Dari ketiga usulan yang disampaikan Nabi Muhamad Saw, ternyata orang
Quraisy lebih memilih alternative ketiga, yaitu menyetujui pembatalan per-janjian
Hu-dai-biyah yang telah disepakati bersama. Kenyataan ini menun-jukkan bahwa
tidak ada pilihan bagi Nabi Saw kecuali mempersiapkan pasukannya un-tuk me-la-
wan pasukan kafir Quraisy. Untuk itu, Nabi Saw mengumpulkan pa-suk-an terbesar
sepanjang seja-rah Nabi untuk mengadakan penyerangan ke kota Mekkah . Ketika
melihat keseriusan Nabi dan pasukannya untuk menyerang kota Mekkah , timbul

70
pe-nyesalan di hati Abu Sufyan, karena ia telah menolak perda-maian dengan Nabi
Saw dan menyepakati pembatalan perjanjian Hudaibiyah.
Dalam waktu singkat, Nabi Muhamad Saw berhasil mengerahkan 10.000
pa-sukan tempur bergerak menuju Mekkah . Selama persiapan, Nabi Muhamad
Saw men-coba merahasiakan kesiapan tersebut. Namun ternyata berita persiapan
kebe-rangkatan Nabi dan umat Islam tersebar juga di kalangan masyarakat
Quraisy. Berita itu tersebar ketika Hatib Ibn Abi Batlthaah mengirim surat kepada
keluarganya melalui salah seorang budak Bani Muthalib bernama Sarah. Surat itu
berisi tentang persiapan Nabi Muhamad Saw dengan sepuluh ribu pasukannya
untuk meng-ha-dapi pasukan Quraisy di Mekkah dan membebaskan kota
Mekkah dari kesewenang-we-nangan dan kejahilan masyarakatnya.
Sebenarnya Hatib ini orang yang tidak diragukan lagi keislamannya. Ia
meng-i-kuti setiap pertempuran, baik yang diikuti oleh Nabi atau tidak. Dia juga ter-
masuk orang yang ikut dalam perang Badar. Namun secara kejiwaan sebagai ma-
nu-sia mem-punyai perasaan sedih dan kasihan terhadap sanak saudaranya dan
ma-syarakat kota Mekkah . Selain itu, ia tidak menginginkan Mekkah sebagai
pusat kela-hiran Islam, han-cur di tangan umatnya sendiri.
Alasan inilah yang menyebabkan Hatib Ibn Abi Bathlaah dimaafkan Nabi
Muhamad Saw dan umat Islam. Meskipun sebelumnya Umar Ibn al-Khattab
sangat ma-rah padanya, tapi setelah mendapat penjelasan seperti itu dan
dimaafkan oleh Nabi sendiri, ia pun menerima Hatib kembali sebagai sahabat
yang setia.
Sebenarnya pasukan umat Islam yang besar itu tidak dimaksudkan untuk
memerangi orang-orang Quraisy, tapi hanya sekedar untuk menakut-nakuti masya-
rakat kafir Quraisy. Selain itu, juga bermaksud memberikan peringatan dan penje-
lasan kepada orang kafir Quraisy bahwa Islam kini telah mengalami per-
kembangan yang sangat pesat dan memiliki kekuatan pasukan yang sangat besar.
Karenanya mereka harus berpikir panjang bila ingin mengusir apalagi bermu-
suhan dengan umat Islam. Kedatangan Nabi Muhamad Saw dan pasukannya ke
Mekkah mem-bawa misi Islam yang sebenarnya.
Strategi Nabi Muhamad Saw dalam memasuki kota Mekkah dengan cara-
cara perdamaian, membuat simpati masyarakat Quraisy. Apalagi selama dalam
per-jalanan menuju kota Mekkah , pasukan umat Islam selalu mengumandangkan
gema takbir dan tahmid yang membuat gentar seluruh masyarakat Quraisy.
Bahkan timbul perasaan takut akan pembalasan umat Islam yang telah mereka
usir dari tanah kelahiran mereka sendiri.
Untuk memasuki kota Mekkah , Nabi Saw membagi pasukannya menjadi
em-pat bagian. Masing-masing pasukan memasuki kota Mekkah sesuai dengan
petunjuk Nabi Saw, yaitu Utara, Selatan, Timur dan Barat. Sehingga kota Mekkah
terkepung dari empat penjuru. Hal ini menyebabkan masyarakat kafir Quraisy tidak
akan mampu melawan kekuatan umat Islam yang sangat besar itu. Akhirnya tepat
pada tanggal 1 Januari 630 M kota Mekkah dapat dikuasai Nabi Muhamad Saw
dan umat Islam.

2. Kebijakan Nabi Muhamad Saw dalam Fathu Mekkah


Dalam proses pembebasan atau penaklukan kota Mekkah , Nabi
Muhamad Saw melakukan suatu tindakan yang amat bijaksana, yaitu
memerintahkan kepada para sahabatnya untuk tidak merusak dan mengotori kota
Mekkah dengan pepe-rang-an. Kedatangan pasukan Islam yang amat besar ini
dipergunakan oleh Nabi Saw sebagai strategi perang urat syaraf dan hanya untuk
memberi peringatan kepada masyarakat kafir Quraisy bahwa umat Islam telah

71
bangkit dan mereka akan menjadi masyarakat yang maju dan menghancurkan
tradisi jahiliyah mereka.
Pada proses awal, Nabi Muhamad Saw memerintahkan kepada para sa-ha-
bat dan pasukannya untuk berkemah di dekat kota Mekkah . Hal ini dilakukan se-
ba-gai salah satu langkah persiapan dalam penaklukan kota Mekkah . Melihat
kenyataan ini, paman Nabi yang bernama Abbas Ibn Abdul Muthalib datang
menemui Nabi Saw dan menyatakan keislamannya. Kemudian sesudah itu, Abu
Sufyan juga dating menemui Nabi Saw dan menyatakan keislamannya dihadapan
Nabi Muhamad Saw dan umat Islam.
Setelah Abu Sufyan menyatakan keislamannya, Nabi Saw memberikan ke-
percayaan kepada Abu Sufyan Ibn Harb untuk menjadi perantara dengan masya-
rakat Quraisy lainnya, karena memang ia ditunjuk sebagai wakil masyarakat
Quraisy dalam persoalan keselamatan mereka dan kota Mekkah dari ke-mung-
kinan ter-ja-dinya serangan yang akan dilakukan umat Islam.
Dalam hal ini, Nabi Muhamad Saw memberikan keamanan penuh ke-pa-da
Abu Sufyan dan keluarganya dengan menyarankan bahwa siapa yang masuk ke
rumah Abu Sufyan akan selamat, orang yang masuk masjid juga akan selamat, be-
gitu juga mereka yang menutup pintu rumahnya rapat-rapat akan selamat.
Sesampainya di kota Mekkah , Abu Sufyan menyampaikan pesan perda-
mai-an kepada masyarakat Quraisy dan langkah-langkah kebijaksanaan Nabi Saw
yang di-bawanya dari Nabi Muhamad Saw dalam usaha pembebasan kota
Mekkah . Oleh karena kaum kafir Quraisy mengetahui bahwa Abu Sufyan telah
masuk Islam, akhirnya masyarakat Quraisy lainnya mengikuti jejak langkah Abu
Sufyan dan menyatakan diri sebagai pengikut Nabi Muhamad Saw dan menjadi
mus-lim. Abu Sufyan kemudian menyampaikan pesan perdamaian yang dibawa-
nya dari Nabi Saw dan pasukannya ketika umat Islam memasuki kota Mekkah .
Langkah persiapan yang telah dilakukan Nabi Saw membuat Nabi dan pa
-su-kannya tiba di Mekkah tanpa perlawanan. Nabi dan umat Islam
masuk dengan da-mai, tanpa setetes pun menumpahkan darah. Itu
adalah kemenangan besar umat Islam dalam sejarah. Setelah kota
Mekkah ditaklukan, lalu Nabi Saw meng-unjungi Kabah serta melakukan
thawaf. Setelah itu, baru menghadapi orang-orang yang te-lah berkumpul
di dalam masjid. Nabi memaafkan semua kesalahan yang pernah mereka
lakukan terhadap dirinya dan para sahabatnya. Setelah itu, barulah Nabi
Muhamad Saw menghancurkan berhala-berhala sebanyak 360 berhala
yang mengelilingi Kabah, dari yang terkecil hingga yang terbesar.

”Katakanlah telah datang yang hak (kebenaran) dan hancurlah yang bathil,
sesungguhnya yang bathil itu dan hancur,” (QS. Al-Isra : 81).

Selesai membersihkan Kabah dari berhala-berhala pujaan kafir Quraisy,


Nabi Muhamad Saw memerintahkan Bilal Ibn Rabah untuk melakukan adzan
diatas Kabah. Kemudian umat Islam melakukan shalat berjamaah dengan Nabi
Saw. Pada hari itu, tampaklah kemenangan umat Islam. Karena sejak saat itu
datang berbon-dong-bondong penduduk Mekkah , laki-laki, perempuan, tua, muda,
semuanya me-nyatakan keislamannya di hadapan Nabi Muhamad Saw. Hal ini
tertuang dalam QS. Al-Nashr ayat 1-3.

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat ma-
nusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka
bertasbihlah deng-an memuji nama Tuhanmu dan mohonlah ampun

72
kepada-Nya. Sesung-guhnya Dia adalah Maha penerima taubat”. (QS. Al
-Nashr : 1-3).

Diantara pembesar Quraisy yang masuk Islam saat itu adalah Muawiyah
Ibn Abi Sufyan, Hindun Ibnti Uthbah dan Muthib Ibn Abu Lahab, Ummu Hanie ibnti
Abi Thalib, dan lain-lain. Selama pembebasan kota Mekkah , Nabi Muhamad Saw
tinggal selama 15 hari di kota ini. Dalam waktu yang sangat singkat itu, beliau
tidak saja mengatur dan menyiarkan ajaran Islam, juga memberi contoh tentang
cara beribadah kepada Allah. Di samping itu, Nabi Saw sempat juga mengatur
urusan kenegaraan dan pemerintahan.
Demikianlah peristiwa-peristiwa penting dalam proses penaklukan kota
Mekkah . Langkah dan kebijaksanaan Nabi Saw dalam pembebasan patut menjadi
con-toh bagi manusia dan para pemimpin dunia lainnya, bahwa penaklukan tidak
mesti de-ngan kekerasan dan peperangan, tapi bisa juga dilakukan dengan cara
damai. Ter-nya-ta dengan cara-cara ini, hasilnya cukup besar dengan banyaknya
masyarakat Quraisy yang masuk Islam pada saat penaklukan kota Mekkah .

E. Haji Wada : Tanda Berakhirnya Tugas Nabi Muhamad


1. Peristiwa Haji Wada

Pada tahun ke-10 H, Nabi Muhamad Saw merasa bahwa dakwahnya te-lah
sempurna, dan beliau menyadari bahwa ajalnya telah dekat. Karena itu, Nabi
Muhamad Saw merencanakan untuk menunaikan ibadah haji yang ter-akhir. Inilah
yang kemudian dikenal dengan sebutan Haji Wada haji yang terakhir. Inilah yang
kemudian dikenal dengan sebutan Haji Wada (Haji Perpisahan). Pada tang-gal 23
Feb-ruari 632 M, Nabi berangkat ke Mekkah dengan rombongan besar umat
Islam. Pada kesempatan ini, Nabi Saw melaksanakan ibadah kurban sejumlah 100
ekor ibnatang kurban di Mina.
Ketika tiba di Dzul Hulaifah, Nabi mendirikan tenda hingga lewat tengah ma
-lam. Pagi harinya, beliau menyuruh seluruh jamaah haji mengenakan pakaian
ihram. Dengan pakaian ini, mereka menghadap Tuhan dengan derajat yang sama.
Tidak ada yang lebih mulia disisi Tuhan, kecuali orang-orang yang bertakwa.
Setelah memasuki kota Mekkah , Nabi Saw segera menuju Kabah untuk
me-lak-sa-nakan thawaf tujuh kali putaran, lalu beliau berdoa di makam Nabi
Ibrahim AS. Kemu-dian Nabi Saw keluar dari Masjidil Haram untuk melak-sa-na-
kan SaI an-tara bukit Shafa dan Marwa tujuh kali. Setelah itu, Nabi membebaskan
seluruh jamaah haji dari hal-hal yang dilarang selama menunaikan ibadah haji.
Pada tanggal 8 Dzulhijjah, Nabi meninggalkan kota Mekkah menuju Mina
dan beliau bermalam di sini. Setelah shalat subuh, Nabi menuju ke tanah Arafah
dan me-nyampaikan khutbah dari atas bukit. Pesan-pesan yang terkandung di
dalam khut-bahnya, hingga kini masih membekas di Sanubari umat Islam. Diantara
pesan-pesan Nabi dalam haji wada adalah sebagai berikut :

“Wahai umat manusia, perhatikanlah pesan-pesanku ini, saya tidak yakin


benar bah-wa saya akan tetap bersama kalian setelah tahun ini. Ingatlah
bahwa kamu s-ekalian harus senantiasa menghadapkan diri kepada Tuhan-
mu yang meme-rin-tah-kan kamu untuk mengabdi kepada-Nya dalam
seluruh aktifitas hidupmu. Wahai umat Islam, ka-lian mempunyai hak atas
istreri-isterimu, demikian pula isteri-isterimu mempunyai hak atas dirimu.
Sungguh engkau menjadikan mereka seba-gai isteri-isterimu atas na-ma
Allah, maka perlakukanlah mereka atas hukum-hu-kum Allah pula dan
peliharalah hamba-hambamu dengan makanan yang engaku memakannya,

73
dengan memberinya pakaian sebagaimana engkau memakainya. Jika
mereka telah berlaku salah dan engkau tidak berkenan memaafkannya,
maka hen-daklah engkau menjualnya. Karena mereka sesungguhnya
adalah hamba-hamba Allah sebagaimana dirimu juga yang tidak boleh
diperlakukan secara semena-me-na. Wahai umat Islam, bahwa
sesungguhnya manusia itu bersaudara. Karena kalian adalah
bersaudaramu, kecuali mereka memberikannya dengan mengambil milik
sauadaramu, kecuali mereka mereka memberikannya dengan suka, dan
jagalah dirimu dari perbuatan lalim”.

Khutbah di atas diakhiri oleh Nabi setelah menerima wahyu terakhir, yaitu
surat al-Maidah ayat 3.

“Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah kuridhai Islam itu jadi agamamu.” (QS.
Al-Baqarah : 3).

Setelah membacakan ayat tersebut dan dilanjutkan dengan membaca ayat


5 surat al-Baqarah, Nabi Saw meninggalkan Arafah pada sore harinya dan ber-
malam di Mudzalifah. Pada pagi harinya beliau menuju Masyaril Haram lalu
menuju Mi-na. Di sinilah Nabi Saw menyembelih hewan kurban sebanyak 63 ekor
unta, masing-masing untuk 63 tahun usia Nabi Saw. Kemudian beliau meng-ge-
napkan kurbannya menjadi 100 ekor unta. Setelah itu Nabi Saw mencukur atau
memotong sebagian rambutnya menandai kesempurnaan pelaksanaan ibadah
haji. Dalam menjalankan haji wada ini, nabi menjelaskan kewajiban-kewajiban da-
lam ibadah haji. Dalam pelaksaan haji wada tersebut, Nabi Muhamad Saw telah
me-le-takan dasar-dasar ajaran Islam yang di atasnya kelak berdiri sebuah
peradaban Isla. Islam mengajarkan persamaan kedudu-kan antar sesama manusia.
Tidak ada per-bedaan antara tuan dan hamba.
Dua bulan setelah pelaksanaan haji wada, Nabi Muhamad Saw me-me-rin-
tah-kan kepada para sahabatnya untuk menyebarkan Islam ke negeri-negeri yang
berada di wilayah perbatasan Syria. Nabi membujuk Usamah ibn Zayd se-ba-gai
panglima ekspedisi militer ke Syiria. Ekspedisi ini dilanjutkan kembali setelah
rasulullah saw Saw wafat. Setelah sebelas hari menderita sakit, rasulullah saw
Saw ber-pulang ke rahmatullah di rumah SIti Aisyah pada tanggal 8 Juni 632 M.
Demi-kianlah kehe-batan karir seorang laki-laki Arab yang tidak tertandingi
sepanjang sejarah umat manusia.

74

You might also like