Professional Documents
Culture Documents
KEBIJA
KAN
A. ISU-ISU STRATEGIS PERMUKIMAN KABUPATEN
Perkembangan wilayah Kabupaten Nunukan tidak terlepas dari adanya peran
faktor eksternal dan internal yang dapat diarahkan sebagai pendorong
peningkatan kualitas tata ruang, serta infrastruktur perkotaan yang lebih
produktif, harmonis, selaras, dan terpadu mengikuti kedinamisan
kegiatankegiatan masyarakat baik di perkotaan maupun di perdesaan.
Kedinamisan perkembangan komponen kawasan permukiman dan
peningkatan kebutuhan akan infrastruktur di wilayah sebagai dampak dari
adanya peningkatan tuntutan dari masyarakat dan kegiatannya yang
berorientasi perkotaan atau semakin intens, yang diarahkan menjadi isu-isu
strategis dalam pembangunan permukiman di suatu wilayah. Permasalahan ini
juga terkait dengan perumahan baik itu yang dikembangkan oleh developer
atau rumah-rumah yang tumbuh di kawasan perumahan yang ilegal yang saat
ini masih banyak ditemukan di wilayah disebabkan karena kondisi tidak
seimbangnya pengaturan perumahan dengan pertumbuhan penduduk kota,
bahkan sekarang juga merambah di beberapa perdesaan yang cirinya sudah
mendekati ciri pertumbuhan kota. Adapun beberapa isu-isu strategis terkait
pembangunan perkotaan meliputi :
II - 1
2. Isu strategis pengembangan permukiman perkotaan yang terpusat di Pulau
Nunukan sangat terkait dengan upaya untuk mendukung pengembangan
pusat aktivitas regional dan transit bagi para TKI namun ada hal yang harus
diperhatikan demi mempertahankan kelestarian lingkungan. Perhatian
pada aspek-aspek tersebut didasari oleh kondisi dan perkembangan
wilayah ini yang menjadi pusat aktivitas dan konsentrasi utama penduduk
di Kabupaten Nunukan.
3. Ciri khas kawasan permukiman perkotaan di Pulau Nunukan terlihat
berkembangnya pusat-pusat penampungan dan transit bagi para TKI baik
yang akan berangkat ataupun pulang dari Malaysia. Kondisi tersebut
menjadikan kebutuhan sarana dan prasarana tidak selalu sama setiap saat.
Pada saat puncak masa keberangkatan dan atau kedatangan TKI, kawasan
ini menjadi sangat padat sehingga kebutuhan sarana dan prasarana seperti
air bersih dan sanitasi menjadi sangat tinggi. Sedangkan di waktu yang lain
kebutuhannya menjadi relatif lebih rendah. Dengan kondisi ini maka perlu
adanya perencanaan sarana dan prasarana yang dapat mengakomodasi
fluktuasi tersebut.
4. Kawasan permukiman seperti ini cenderung melingkar mengikuti garis
pantai sepanjang Pulau Nunukan. Kecenderungan pembangunan yang
pesat di kawasan pesisir, didorong oleh adanya akses melalui jalur
transportasi laut. perkembangan permukiman di kawasan Pulau Nunukan
ini menjadi tantangan yang harus dicermati dengan serius, karena terkait
dengan berbagai faktor, seperti penyediaan air bersih, abrasi pantai,
perkembangan sarana dan prasarana penyeberangan, penyediaan
infrastruktur sepanjang jalan lingkar, serta permukiman nelayan.
5. Ditinjau sarana dan prasarana, permasalahan mendesak yang dihadapi
masyarakat adalah penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan.
Ketersediaan air bersih sangat bergantung pada penampungan air hujan
dan pembelian air minum eceran melalui gerobak keliling maupun mobil
tangki keliling. Sedangkan sanitasi lingkungan terkait dengan masih
kurangnya jumlah dan kualitas sarana baik yang bersifat individu maupun
II - 2
komunal.
II - 3
pendidikan dan layanan sosial lainnya secara lebih baik, mudah dan
bermutu; mengemukakan pendapat; memperoleh pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan; serta mendapatkan perlindungan dan
kesamaan hak di depan hukum sehingga tidak ada diskiminasi dalam
bentuk apapun, baik antar individu, gender maupun wilayah.
Kabupaten Nunukan yang sejahtera adalah terpenuhinya seluruh
kebutuhan hidup masyarakat Kabupaten Nunukan yang ditandai
dengan meningkatnya pendapatan perkapita, meningkatnya derajat
kesehatan dan meningkatnya kualitas pendidikan masyarakat, sehingga
dapat memberikan makna penting bagi bangsa Indonesia.
II - 4
3) Meningkatnya pemerataan dan pertumbuhan ekonomi daerah yang
berbasis agro industri dan keunggulan kompetitif;
4) Meningkatnya pemberdayaan ekonomi masyarakat dan
perlindungan terhadap tenaga kerja;
5) Tersedianya sarana prasarana transportasi yang maju dan
memadai;
6) Meningkatnya sarana dan prasarana pemenuhan kebutuhan air dan
energi untuk pertanian, industri dan permukiman;
7) Tersedianya fasilitas umum dan fasilitas sosial lainnya yang
memadai;
8) Terwujudnya lingkungan yang bersih, hijau dan lestari;
9) Terwujudnya Kabupaten Nunukan sebagai wilayah perbatasan yang
mandiri, maju dan berdaya saing berbasiskan kepentingan nasional;
10) Terwujudnya ketentraman dan ketertiban masyarakat.
Dalam kaitannya dengan urusan perumahan dan permukiman,
pemerintah Kabupaten Nunukan selaras dengan misi ke 3 RPJPD
Kabupaten Nunukan yang berbunyi “Mewujudkan ketersediaan sarana
prasarana publik yang memadai dan meningkatkan lingkungan yang
asri dan lestari.” Memenuhi ketersediaan sarana dan prasarana publik
baik secara kuantitas maupun kualitas secara memadai dan maju
seperti sarana prasarana transportasi baik transporasi darat, transportasi
laut dan transportasi udara (jalan, jembatan, bandara, pelabuhan).
Disamping sarana utama transportasi tersebut, harus tersedia sarana
dan prasarana pemenuhan kebutuhan air dan energi (listrik) untuk
pertanian, industri dan permukiman.
II - 5
perumahan dan permukiman sesuai dengan tujuan RPJPD Kabupaten
Nunukan yang berbunyi: Tersedianya sarana prasarana transportasi
yang maju dan memadai; Meningkatnya sarana dan prasarana
pemenuhan kebutuhan air dan energi untuk pertanian, industri dan
permukiman; dan Tersedianya fasilitas umum dan fasilitas sosial lainnya
yang memadai.
II - 6
pekerjaanyang sesuai dengan kemampuan; serta mendapatkan
perlindungan dan kesamaan hak didepan hukum sehingga tidak ada
diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antar individu, gender maupun
wilayah.
Misi secara umum merupakan garis besar upaya yang harus dilakukan
untuk mewujudkan visi dalam suatu rumusan rencana. Kemudian sesuai
dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku, misi adalah rumusan
umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan
visi. Untuk memberikan rumusan mengenai upaya yang akan dilaksanakan
untuk mewujudkan Visi Kabupaten Nunukan yang aman, maju, adil dan
sejahtera, maka ditetapkan 6 (enam) misi sebagai berikut:
II - 7
Kabupaten Nunukan yang berbunyi ” Meningkatkan infrastrukrtur
untuk pemenuhan pelayanan dasar dan mendukung pertumbuhan
ekonomi” Misi ini menjelaskan bahwa ketersediaan infrastruktur
memegang peranan penting dalam pemenuhan kebututran
pelayanan dasar kepada masyarakat.
II - 8
merata juga akan mendukung untuk berkembangnya kegiatan ekonomi
masyarakat yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan infrastruktur juga diarahkan pada pemerataan infrastruktur
permukiman yang meliputi prasarana dasar dan permukiman kumuh.
II - 9
penataan ruang wilayah yang pro rakyat berbasis agroindustri dan
berwawasan lingkungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Tujuan penataan ruang wilayah (RTRW) adalah terwujudnya
Kabupaten Nunukan sebagai wilayah yang pro rakyat berbasis
agroindustri, kelautan dan konservasi, berwawasan lingkungan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
II - 10
2) Pengembangan sistem pusat kegiatan dan sistem pelayanan
prasarana wilayah secara berjenjang dan sinergis dengan strategi
meliputi:
a. memantapkan pengembangan PKW didukung oleh pusat
kegiatan PKL,
PPK dan PPL yang saling berhirarki dan saling interdependen;
b. memantapkan dan meningkatkan peranan PKSN di kabupaten
sebagai pintu gerbang internasional, pos lintas batas, simpul
utama transportasi, dan pusat pertumbuhan ekonomi;
c. meningkatkan keterkaitan antara PKW, PKL, PPK, dan PPL melalui
keterpaduan sistem transportasi dan sistem prasarana lainnya;
d. meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
transportasi wilayah yang seimbang dan terpadu;
e. meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan energi
listrik, dan telekomunikasi dalam memenuhi kebutuhan semua
lapisan masyarakat;
f. meningkatkan keterpaduan pendayagunaan sumber daya air
melalui peningkatan kapasitas pelayanan jaringan irigasi dan
sumber-sumber air untuk pengairan; dan
g. meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan air minum, air
limbah, drainase, dan persampahan secara terpadu melalui
kemitraan pemerintah, swasta, dan masyarakat.
3) Pemantapan fungsi kawasan lindung sebagai penyeimbang
ekosistem wilayah dengan strategi meliputi :
a. meningkatkan fungsi kawasan lindung di dalam dan di luar
kawasan hutan;
b. memulihkan secara bertahap kawasan lindung yang telah
berubah fungsi;
c. membatasi pengembangan prasarana wilayah di sekitar kawasan
lindung untuk menghindari tumbuhnya kegiatan perkotaan yang
mendorong alih fungsi lahan lindung;
II - 11
d. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber
daya buatan pada kawasan lindung; dan
e. menetapkan kawasan pertanian lahan basah beririgasi teknis
sebagai kawasan lahan sawah berkelanjutan yang tidak dapat
dialihfungsikan untuk kegiatan budidaya lainnya.
4) Pemanfaatan potensi sumber daya alam dengan memperhatikan
daya dukung lingkungan dengan strategi meliputi :
a. meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian, perkebunan
dan perikanan yang berorientasi pada keunggulan kompetitif;
dan
b. membatasi kegiatan budidaya yang berpotensi tidak sesuai
dengan daya dukung lingkungan;
5) Peningkatan fungsi kawasan untuk kepentingan pertahanan dan
keamanan negara dengan strategi meliputi:
a. mendukung penetapan Kawasan Strategis Nasional dengan
fungsi khusus Pertahanan dan Keamanan;
b. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya
tidak terbangun di sekitar kawasan khusus pertahanan dan
keamanan;
c. mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan khusus pertahanan untuk menjaga fungsi pertahanan
dan keamanan; dan
d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan
keamanan.
II - 12
ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah
kabupaten, terdiri atas:
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang berada di wilayah
kabupaten;
2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang berada di wilayah
kabupaten;
3. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) yang berada di
wilayah kabupaten;
4. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berada di wilayah kabupaten;
5. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang berada di
wilayah kabupaten;
6. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang
penentuannya ada pada pemerintah daerah kabupaten, yaitu:
a. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kecamatan atau beberapa desa;
b. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat
permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
antar desa.
Dengan mempertimbangkan hasil identifikasi simpul-simpul
perkotaan, mengacu kepada RTRW Nasional dan RTRW Provinsi
Kalimantan Timur serta berdasarkan pertimbangan kriteria
tersebut diatas, maka sistem pusat kegiatan di Kabupaten
Nunukan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang berada di wilayah
kabupaten;
a. PKW Perkotaan Nunukan di Kecamatan Nunukan; dan
b. PKW Tau Lumbis di Kecamatan Lumbis Ogong.
2) Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) yang berada di
wilayah kabupaten:
a. PKWp Sungai Nyamuk di Kecamatan Sebatik Timur;
b. PKWp Long Bawan di Kecamatan Krayan; dan
II - 13
c. PKWp Long Layu di Kecamatan Krayan Selatan.
3) Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang berada di
wilayah kabupaten:
a. PKSN Nunukan di Kecamatan Nunukan;
b. PKSN Sei Menggaris di Kecamatan Sei Menggaris; dan
c. PKSN Long Midang di Kecamatan Krayan.
4) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu:
a. PKL Perkotaan Mensalong di Kecamatan Lumbis;
b. PKL Perkotaan Pembeliangan di Kecamatan Sebuku;
c. PKL Perkotaan Atap di Kecamatan Sembakung; dan
d. PKL Srinanti di Kecamatan Sei Menggaris.
b) Sistem Perdesaan
Pengembangan sistem permukiman perdesaan di
Kabupaten Nunukan diarahkan pada usaha pemerataan
pembangunan dan perkembangan wilayah sebagai salah satu
usaha mencegah kesenjangan wilayah. Hal ini terutama
karena hambatan-hambatan strategis yang meliputi kondisi
geografis yang mempengaruhi pola distribusi dengan tingkat
kesulitan aksesibilitas yang cukup tinggi, yang ditunjukkan
adanya hambatan-hambatan fisik kawasan dan sistem jaringan
yang belum memadai dalam. Berdasarkan kondisi tersebut maka
pengembangan kawasan perdesaan di Kabupaten Nunukan
adalah sebagai berikut:
II - 14
1. Memilih desa-desa potensial menjadi desa-desa pusat
pertumbuhan
2. Pengembangan aktivitas wisata yang mendukung pertanian
berupa agrowisata, agrobisnis dan agroindutri yang terpadu
dan saling terkait.
3. Peningkatan sumber daya manusia dan buatan, agar
keberadaan manusia menjadi prioritas utama
pengembangan wilayah pedesaan yang cenderung tertinggal.
II - 15
Nunukan dan Pulau Sebatik, sedangkan untuk transportasi
darat di Pulau Kalimantan (besar) telah terbentuk jalan trans
Kalimantan yang menghubungkan Ibukota Provinsi
Samarinda hingga ke Sei Menggaris. Adapun simpul
jaringan transportasi di Kabupaten Nunukan terdapat di:
a. Perkotaan Nunukan sebagai simpul primer yang
menjadikan transit ke Kota Tarakan dan kota-kota kecil
lainnya antar kabupaten dan menuju/dari Tawau Malaysia.
b. Perkotaan Sungai Nyamuk dan Perkotaan Binalawan
sebagai simpul sekunder yang menjadikan kota transit ke
Kota Tawau (jalur antar negara) dan antar kota regional
antar kabupaten (Tarakan).
c. Perkotaan Sei Menggaris sebagai simpul penyebar ke
arah pedalaman Pulau Kalimantan yang terhubung
dengan pola jalan trans Kalimantan yang sudah
berkembang.
d. Perkotaan Long Bawan dan Perkotaan Long Layu sebagai
simpul penyebar yang berada di pedalaman Kalimantan
yang hanya dapat ditempuh melalui lintas udara dan
terhubungkan dengan desa-desa di pedalaman melalui
penerbangan misi.
e. Perkotaan Pembeliangan, Atap dan Mansalong sebagai
simpul penyebar yang dapat ditempuh dengan
menggunakan lintas sungai di pedalaman Kalimantan
yang masih bersifat pelayaran rakyat (charter).
Berdasarkan informasi di atas, maka dalam merencanakan
sistem jaringan transportasi darat di Kabupaten Nunukan
terdapat 3 (tiga) bagian yang direncanakan yaitu:
a) Jaringan Jalan dan Jembatan;
Jaringan jalan antar kabupaten yang sudah berkembang
terdapat di daratan Kalimantan ( mainland) dengan telah
berkembangnya jalur trans Kalimantan. Sedangkan untuk
II - 16
Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik jalur darat berkembang
sebagai pelayanan regional antarpulau. Rekomendasi
yang diarahkan untuk perencanaan transportasi darat di
Kabupaten Nunukan diprogramkan untuk:
1. Jalan Lingkar Pulau Nunukan.
2. Jalan Lingkar Pulau Sebatik
3. Pemeliharaan/rehabilitasi dan peningkatan jalan di
seluruh wilayah Kabupaten Nunukan.
4. Pembangunan jalan lokal di desa-desa sentra
pengembangan pertanian dan perikanan/desa
nelayan di Sebatik, Sebuku, Sembakung dan Lumbis.
5. Keterhubungan antara Krayan dengan kecamatan lain
di Kabupaten Nunukan.
6. Pembangunan jalan alternatif Sembakung – Lumbis.
7. Keterhubungan antara Krayan – Malinau.
Berdasarkan hal di atas, maka harus dibuka beberapa
jaringan jalan baru serta peningkatan jalan yang ada.
Adapun rencana jaringan jalan yang ada di Kabupaten
Nunukan meliputi:
1. Jaringan Jalan Nasional
Rencana pengembangan jaringan jalan nasional di
Kabupaten Nunukan meliputi:
a. jaringan jalan Nasional yang berfungsi Arteri yaitu:
ruas jalan Mensalong – Simpang Tiga Apas;
ruas jalan Simpang Tiga Apas – Simanggaris;
ruas jalan Simanggaris – Sei Ular; dan
ruas jalan Simanggaris – Batas Negara;
b. ruas jalan lingkar Pulau Sebatik merupakan
jalan Nasional yang berfungsi kolektor primer 1
(K-1).
c. jaringan jalan strategis nasional meliputi :
II - 17
ruas jalan Mensalong – Tau Lumbis – Batas
Negara Malaysia;
ruas jalan Long Midang (Batas Negara) –
Long Semamu di Kabupaten Malinau; dan
ruas jalan Lingkar Sebatik di Pulau Sebatik;
d. pengembangan jaringan jalan Strategis Nasional
pada ruas jalan Mansalong –Tau Lumbis dan jalan
Lingkar Pulau Nunukan
e. pengembangan jaringan jalan Strategis Provinsi
yaitu ruas jalan Simanggaris – Tau Lumbis.
2. Jaringan Jalan Kabupaten
Rencana pengembangan jaringan jalan kabupaten
di Kabupaten Nunukan berupa pembangunan,
peningkatan dan pemeliharaan ruas jalan kabupaten
kurang lebih 108 Rencana Pekerjaan Peningkatan
Jalan dan Jembatan di Kabupaten Nunukan.
Berdasarkan Fungsi Jalan yang ada di wilayah
Kabupaten Nunukan, dapat dilihat pada Gambar 2.2.
3. Jembatan
Rencana pengembangan jembatan di Kabupaten
Nunukan meliputi:
a. Pekerjaan Pembangunan Jembatan Box Culvert
Pelindo
b. Pekerjaan Pembangunan Jembatan Box Culvert
TVRI - Kp. Sinjai 5 Buah
c. Pekerjaan Pembangunan Jembatan Box Culvert
Jalan Lingkar Pantai Sei. Jepun - Mansapa III
d. Pekerjaan Pembangunan Jembatan Box Culvert
Jalan Lingkar Pantai Sei. Jepun - Mansapa IV
e. Pekerjaan Pembangunan Jembatan Box Culvert
Jalan Lingkar Pantai Sei. Jepun - Mansapa V
II - 18
f. Pekerjaan Pembangunan Jembatan Box Culvert
Jalan Lingkar Pantai Sei. Jepun - Mansapa VI
g. Pekerjaan Pembangunan Jembatan Limau -
Belakang Kantor Bupati 3 Lubang (Box 1)
h. Pekerjaan Pembangunan Jembatan Rangka Baja Sei.
Tabur
i. Pekerjaan Pembangunan Jembatan Rangka Baja Sei.
Wasan
j. Pekerjaan Pembangunan Jembatan Sesua
k. Pekerjaan Pembangunan Jembatan Rangka Baja Sei.
Tikung
l. Pekerjaan Pembangunan Jembatan Box Culvert Pa'
tia I
m. Pekerjaan Pembangunan Jembatan Box Culvert Pa'
tia II
n. Pekerjaan Penggantian Jembatan Box Culvert H.
Bakri
o. Pekerjaan Penggantian Jembatan Box Culvert jalan
poros SP. I Menuju SP. 2Semenggaris
p. Pekerjaan Penggantian Jembatan Box Culvert
Bambangan X
q. Pekerjaan Peningkatan Jembatan Box Culvert
Tinampak I
r. Pekerjaan Penggantian Jembatan Box Culvert
Ceremai II SP. I Sebuku.
II - 19
b. rencana pembangunan terminal penumpang Tipe B
berada di Kecamatan Lumbis dan di Long Midang
Kecamatan Krayan;
c. rencana pembangunan terminal penumpang Tipe C
berada di Kecamatan Nunukan Selatan, Sebuku,
Sembakung dan Kecamatan Sebatik;
d. optimalisasi terminal penumpang Tipe C berada di
Kecamatan Nunukan dan Desa Bambangan Kecamatan
Sebatik Barat;
e. pengembangan penerangan jalan umum (PJU) di
seluruh kecamatan menggunakan skala prioritas
meliputi:
peningkatan peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan pengawasan keberadaan PJU liar dan
meminimalisir pencurian komponen dan kabel PJU;
pengembangan teknologi penggunaan energi dari
tenaga bayu/angin; dan
pemeliharaan penerangan jalan umum;
f. pengembangan perlengkapan jalan berupa pengadaan
dan pemasangan perlengkapan jalan pada jaringan
jalan di perkotaan dan jaringan jalan strategis
kabupaten;
g. optimalisasi unit pengujian kendaraan bermotor
berada di Kecamatan Nunukan; dan
h. pengembangan unit penguji kendaraan bermotor di
Pulau Sebatik dan wilayah daratan Pulau Kalimantan.
c) Jaringan Prasarana Lalu Lintas Angkutan Jalan
Rencana jaringan pelayanan lalu lintas angkutan jalan
di Kabupaten Nunukan berupa penataan jaringan trayek
angkutan penumpang meliputi:
a. angkutan penumpang Pulau Nunukan, terdiri dari:
dalam Kota Nunukan
II - 20
Sedadap - Mamolo; dan c. Sei Fatimah – Binusan.
angkutan penumpang dalam Pulau Sebatik;
b. angkutan penumpang kabupaten daratan Kalimantan
(mainland), terdiri dari :
Sungai Ular - Sebuku – Sembakung – Lumbis - Sei
Menggaris; dan
Mansalong – Malinau.
c. angkutan umum perdesaan yang melayani
pergerakan penduduk antar ibukota kecamatan di
wilayah kabupaten daratan Kalimantan meliputi :
Pembeliangan – Atap;
Pembeliangan – Sanur – Makmur – Sekikilan; dan
Pembeliangan – Mansalong.
d) Jaringan Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan
Dengan memperhatikan kondisi geografis kepulauan dari
Kabupaten Nunukan maka rekomendasi untuk sistem
angkutan penyeberangan di pelabuhan Nunukan secara
umum diarahkan untuk melakukan peningkatan secara
besar karena jalur yang di layani merupakan jalur antar
negara.
Beberapa rekomendasi yang dapat disimpulkan
sementara untuk pengembangan sistem transportasi
sungai adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan dan peremajaan dermaga sungai di
Kecamatan Sebuku.
b. Penambahan dan peremajaan armada penyeberangan.
c. Pembangunan dermaga-dermaga baru sebagai tempat
penyeberangan antar pulau.
Rencana jaringan transportasi sungai, danau dan
penyeberangan antara lain:
a. Penataan jaringan trayek angkutan penumpang dan
barang meliputi:
II - 21
Nunukan – Sebatik (Nunukan – Bambangan,
Sedadap – Mantikas, Nunukan – Sungai
Nyamuk)
Nunukan – Sei menggaris;
Nunukan – Sungai Ular;
Mensalong – Binter – Tau Lumbis;
Mensalong – Tarakan;
Nunukan – Pembeliangan; dan
Nunukan – Atap;
b. peningkatan dermaga-dermaga di Nunukan,
Sebuku, Sei Ular, Sei Menggaris, Sembakung,
Mensalong, Binter, dan Tau Lumbis.
c. penyediaan dan pemasangan rambu-rambu lalu lintas
sungai dan sarana pengawasan keselamatan lainnya.
d. pengembangan sarana-prasarana angkutan
penyeberangan, meliputi
optimalisasi pelabuhan dan pelayaran lintas
penyeberangan Nunukan – Tarakan; dan
pembangunan angkutan penyeberangan lintas
penyeberangan Nunukan - Sebatik, Nunukan – Sei
Menggaris dan Sebatik – Sei Menggaris.
II - 22
Bontang – Sangatta – Muara Wahau – Muara Lesan –
Tanjung Redeb – Tanjung Batu – Tanah Kuning – Tanjung
Selor – Kerang Agung – Sesayap – Tidung Pala – Malinau
Kota – Mensalong – Pembeliangan – Salang – Sei
Menggaris – Batas Negara.
B. Rencana Pengembangan Stasiun Kereta Api
Rencana pengembangan stasiun kereta api di Kabupaten
Nunukan adalah pengembangan stasiun kelas kecil yang
direncanakan di Mensalong dan Sei Menggaris.
II - 23
b. pengembangan Pos Lintas Batas Laut (PLBL) Liem Hie
Jung;
c. pengembangan pelabuhan Tunontaka berada di
Kecamatan Nunukan; dan
d. pengembangan pelabuhan laut Sungai Nyamuk berada
di Kecamatan Sebatik;
b) Rencana Pengembangan Alur Pelayaran Lalu Lintas Laut
Rencana pengembangan alur pelayaran lalu lintas laut di
Kabupaten Nunukan antara lain:
a. optimalisasi alur pelayaran terdiri atas;
Nunukan – Sebatik;
Nunukan – Tarakan;
Nunukan – Balikpapan;
Nunukan – Makassar;
Nunukan – Pantoloan;
Nunukan – Pare-Pare
Nunukan – Toli-Toli;
Nunukan – Bau-Bau;
Nunukan – Surabaya;
Nunukan – NTT; dan
Nunukan – Tawau (Malaysia).
b. Rencana pengembangan alur pelayaran internasional
dan nasional meliputi :
Nunukan – Bitung;
Nunukan – Sandakan (Malaysia); dan
Nunukan – Filipina Selatan.
II - 24
diharapkan dapat meningkatkan kegiatan ekonomi melalui
jasa pengangkutan orang dan barang.
Pembangunan transportasi udara untuk jangka pendek dan
menengah diarahkan untuk pengembangan:
a. Peningkatan bandara (runway dan fasilitas pendukungnya)
sehingga dapat disinggahi pesawat bermesin jet (jenis
Fokker);
b. Penambahan jalur penerbangan dari Nunukan ke Tarakan
dan Nunukan ke Krayan;
c. Memantapkan / meningkatkan frekuensi jalur
penerbangan Nunukan ke Krayan;
d. Pengembangan jalur penerbangan domestik yaitu
Bandara Internasional Sepinggan Balikpapan sebagai
akses point /pintu gerbang Kabupaten Nunukan.
Untuk jangka panjang pengembangannya adalah:
a. Peningkatan Bandara di Long Bawan, Krayan;
b. Membuka jalur penerbangan regular luar negeri: Tawau,
Kinabalu, Brunei Darussalam (Bandar Sri Begawan);
c. Pengembangan transportasi udara wisata ke pedalaman
Krayan.
II - 25
sesuai perkembangan kawasan yang terjadi. Pembangkit
tenaga listrik Kabupaten Nunukan, sebagai berikut:
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) terdapat di
Sungai Bilal Kapasitas Terpasang 18,6 MW dengan Daya
Mampu 8,47 MW di Kecamatan Nunukan, Sungainyamuk
Kecamatan Sebatik Timur Kapasitas Terpasang 3,98 MW
dengan Daya Mampu 2,21 MW, Desa Atap Kecamatan
Sembakung Kapasitas Terpasang 350 Kva dengan Daya
Mampu 300 KVa;
Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
(PLTD) di Pembeliangan Kecamatan Sebuku sebesar
350 kVA;
Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) Sei.banjar Binusan Kecamatan Nunukan sebesar
2 x 7 MW;
Operasionalisasi Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas
(PLTMG) di Desa Tepian Kecamatan Sembakung sebesar 8
MW; dan
Perluasan jaringan listrik untuk Desa Mansalong
Kecamatan Lumbis (Interkoneksi jaringan dari PT. PLN
Ranting Malinau).
Transmisi kabel bawah laut sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b yaitu dari PLTG di Desa Tepian (Sebaung)
ke Pulau Nunukan (Sei. Lancang), dan dari Pulau Nunukan
(Sedadap) ke Pulau Sebatik (Liang Bunyu);
Pengembangan wilayah usaha PT. PLN (Persero) Area
Berau Ranting Nunukan di wilayah perbatasan Kecamatan
Krayan dan sekitarnya dengan pembukaan Unit layanan
Listrik PLN di Krayan dan rencana.
II - 26
Rencana sistem jaringan telekomunikasi di Kabupaten
Nunukan terdiri atas:
Pengembangan jaringan kabel teresterial;
Pengembangan jaringan nirkabel (seluler); dan
Pengembangan jaringan satelit.
c. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air;
a. Pengelolaan Wilayah Sungai
Pengelolaan wilayah sungai di Kabupaten Nunukan
berupa pengelolaan wilayah sungai (WS) lintas Negara
Sesayap yang meliputi:
Daerah Aliran Sungai (DAS) Sesayap;
DAS Sembakung;
DAS Sebakis;
DAS Sebuku;
DAS Simenggaris; dan
DAS Linuang Kayan.
b. Pengelolaan Waduk dan Embung
Pengelolaan waduk dan embung di Kabupaten Nunukan
terdiri atas:
Pengelolaan waduk berupa waduk Bilal yang berada di
Kecamatan Nunukan;
Pengelolaan embung meliputi:
Embung Bolong berada di Kecamatan Nunukan;
Embung Bilal berada di Kecamatan Nunukan; dan
Embung Sebatik berada di Kecamatan Sebatik.
c. Sistem Jaringan Irigasi
Sistem jaringan irigasi di Kabupaten Nunukan terdiri atas:
Pengelolaan daerah irigasi (DI) kewenangan provinsi
meliputi:
DI Berian Baru seluas kurang lebih 303.00 (tiga
ratus tiga) hektar berada di Kecamatan Krayan;
II - 27
DI Mansapa seluas kurang lebih 524.00 (lima ratus
dua puluh empat) hektar berada di Kecamatan
Nunukan Selatan;
DI Tanjung Harapan seluas kurang lebih 126.76
(seratus dua puluh enam koma tujuh puluh enam)
hektar berada di Kecamatan Nunukan Selatan;
DI Apuk seluas kurang lebih 31.00 (tiga puluh
satu) hektar berada di Kecamatan Nunukan;
DI Fatimah seluas kurang lebih 51.00 (lima
puluh satu) hektar berada di Kecamatan
Nunukan.
DI Kebakil seluas kurang lebih 95.00 (sembilan
puluh lima) hektar berada di Kecamatan Sebatik
Barat;
DI Kp. Enrekang dan Tellang seluas kurang lebih
231.00 (dua ratus tiga puluh satu) hektar berada di
Kecamatan Sebatik Barat;
DI Kp. Tator seluas kurang lebih 112.70 (seratus
dua belas koma tujuh puluh) hektar berada di
Kecamatan Nunukan;
DI Liang Bunyu seluas kurang lebih 47.00 (empat
puluh tujuh) hektar berada di Kecamatan Sebatik
Barat;
DI Long Api seluas kurang lebih 100.00 (seratus)
hektar berada di Kecamatan Krayan;
DI Pa’ Nado seluas kurang lebih 200.00 (dua
ratus) hektar berada di Kecamatan Krayan;
DI Pa’ Rupai seluas kurang lebih 150.00 (seratus
lima puluh) hektar berada di Kecamatan Krayan.
d. Sistem Jaringan Air Baku untuk Air Minum, Pertanian dan
Industri
II - 28
Pengembangan sistem jaringan air baku untuk air minum,
pertanian dan industry di Kabupaten Nunukan berupa
rencana pengembangan penyediaan air baku meliputi
pemanfaatan sumber-sumber air baku melalui embung
Bilal dan embung Bolong.
e. Jaringan Air Bersih ke Kelompok Pengguna
f. Sistem Pengendalian Banjir
Sistem pengendalian banjir di Kabupaten Nunukan
berupa pengembangan konstruksi pengendali banjir.
II - 29
b. Sistem jaringan persampahan;
Rencana sistem jaringan persampahan di Kabupaten
Nunukan terdiri atas:
Penyusunan rencana induk pengelolaan persampahan
kabupaten;
Pengembangan teknologi komposing sampah organik
pada kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan;
Optimasi Tempat Penampungan Sementara (TPS) di
setiap pusat kegiatan masyarakat, pasar, permukiman,
perkantoran, dan fasilitas sosial lainnya;
Rencana pembangunan TPA terpadu berada di
Tanjung Harapan Kecamatan Nunukan; dan
Penerapan 3R (reduce, reuse, dan recycle).
II - 30
Pengolahan dan pipanisasi air bersih pada sungai-
sungai Kecamatan Krayan Selatan; dan
Pengolahan sumber air permukaan (sungai) dan
pipanisasi di Pembeliangan Kecamatan Sebuku;
Pengolahan sumber air permukaan (sungai) dan
pipanisasi di Kecamatan Mansalong Lumbis; dan
Pengolahan sumber mata air dan pipanisasi di
Kecamatan Sei Menggaris.
Peningkatan pelayanan sambungan langsung; dan
Peningkatan pelayanan kran umum.
II - 31
Jalur evakuasi bencana tanah longsor berada di
Kecamatan Sei Menggaris , Sebuku, Tulin Onsoi,
Sembakung Atulai.
Pengembangan ruang evakuasi bencana alam di
Kabupaten Nunukan meliputi:
Lapangan terbuka di seluruh kecamatan;
Gedung pemerintah di seluruh kecamatan;
Gedung olahraga di seluruh kecamatan; dan
Gedung pertemuan di seluruh kecamatan.
A. Kawasan Lindung
1. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya;
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya hutan lindung seluas kurang lebih 177.379,7 hektar
dan berstatus Holding Zone seluas kurang lebih 14.139, hektar
meliputi :
1) kawasan hutan lindung di Pulau Nunukan seluas kurang lebih
2.631,2 hektar dan berstatus holding zone seluas kurang lebih
2.155,3 hektar;
2) kawasan hutan lindung di Pulau Sebatik seluas kurang lebih
2.300 hektar dan berstatus holding zone seluas kurang lebih
974,4 hektar;
II - 32
3) kawasan hutan lindung di di Kecamatan Tulin Onsoi seluas
kurang lebih 16.776,2 hektar dan berstatus holding zone
seluas kurang lebih 5.993,8 hektar;
4) kawasan hutan lindung di Kecamatan Sebuku seluas kurang
lebih 346,1 hektardan berstatus holding zone seluas kurang
lebih 346,1 hektar;
5) kawasan hutan lindung di Kecamatan Lumbis Ogong seluas
kurang lebih 94.300,6 hektardan berstatus holding zone
seluas kurang lebih 2.669,9 hektar;
6) kawasan hutan lindung di Kecamatan Krayan seluas kurang
lebih 6.470,2 hektar; dan
7) kawasan hutan lindung di Kecamatan KrayanSelatan seluas
kurang lebih 34.575,4 hektar.
2. kawasan perlindungan setempat;
(1) Sempadan pantai seluas kurang lebih 3.903 hektar meliputi:
a Kecamatan Nunukan;
b Kecamatan Nunukan Selatan;
c Kecamatan Simanggaris;
d Kecamatan Sebatik;
e Kecamatan Sebatik Utara;
f Kecamatan Sebatik Timur;
g Kecamatan Sebatik Barat; dan
h Kecamatan Sembakung.
(2) Sempadan sungai tersebar di sepanjang kanan kiri sungai
seluas kurang lebih 30.100 hektar meliputi:
a. Kecamatan Nunukan;
b. Kecamatan Simanggaris;
c. Kecamatan Sebuku;
d. Kecamatan Tulin Onsoi;
e. Kecamatan Sembakung;
f. Kecamatan Sembakung Atulai;
g. Kecamatan Lumbis; dan
II - 33
h. Kecamatan Lumbis Ogong.
(3) Kawasan ruang terbuka hijau perkotaan seluas kurang lebih
845 hektar, ruang terbuka hijau terdiri atas:
a. ruang terbuka hijau publik; dan
b. ruang terbuka hijau privat.
(4) Ruang terbuka hijau publik seluas kurang lebih 173 hektar
atau 30 % dari luas kawasan budidaya perkotaan, terdiri
atas:
a. ruang terbuka hijau taman;
b. ruang terbuka hijau Tempat Pemakaman Umum;
c. ruang terbuka hijau sempadan jalan;
d. ruang terbuka hijau sempadan sungai;
e. ruang terbuka hijau hutan kota; dan
f. ruang terbuka hijau lapangan olah raga.
(5) Ruang terbuka hijau taman terdapat di setiap kecamatan
dengan alokasi terpadu dengan area pusat pelayanan
kecamatan seluas kurang lebih 2 hektar.
(6) Ruang terbuka hijau Tempat Pemakaman Umum (TPU)
meliputi TPU yang sudah ada dan TPU yang akan
dikembangkan di setiap Kecamatan seluas 10 ha.
(7) Ruang terbuka hijau sempadan jalan terdiri dari sempadan
jalan kolektor dan lokal, serta jalan lingkar luar seluas
kurang lebih 53 hektar.
(8) Ruang terbuka hijau sempadan sungai terdiri dari
sempadan Sungai Bolong, Sungai Sembilang, Sungai
Sedadap, Sungai Pancang, Sungai Nyamuk, dan Sungai
Bajau seluas kurang lebih 15 hektar.
(9) Ruang terbuka hijau hutan kota berupa Hutan Kota di
Nunukan selatan Kecamatan Nunukan selatan seluas kurang
lebih 9,3 hektar.
(10) Ruang terbuka hijau lapangan olah raga berupa lapangan
olah raga yang terdapat di dalam Kecamatan Nunukan,
II - 34
Kecamatan Nunukan Selatan, Kecamatan Sebatik Utara,
Kecamatan Sebatik Timur dan Kecamatan Sebatik seluas
kurang lebih 70 hektar.
(11) Ruang terbuka hijau privat kota di wilayah Pulau Nunukan
dan Pulau Sebatik seluas kurang lebih 682 hektar atau 30%
dari luas kawasan budidaya perkotaan meliputi : ruang
terbuka hijau pekarangan rumah; dan ruang terbuka hijau
perdagangan dan jasa
3. kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya
meliputi:
a. kawasan suaka margasatwa (SM);
b. kawasan konservasi perairan daerah;
c. kawasan pantai berhutan bakau atau mangrove;
d. Taman Nasional (TN); dan
e. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
(2) Kawasan Konservasi Perairan Daerah kurang lebih seluas 227
hektar, di Desa Setabu Kecamatan Sebatik Barat dan Tanjung
Cantik Nunukan Barat.
(3) Kawasan pantai berhutan bakau atau mangrove seluas
kurang lebih 39.091,2 hektar meliputi:
a. Kecamatan Simaggaris;
b. Kecamatan Nunukan;
c. Kecamatan Nunukan Selatan;
d. Kecamatan Sebuku; dan
e. Kecamatan Sembakung;
(4) Taman nasional (TN) seluas kurang lebih 303.637 hektar
berupa TN Kayan Mentarang berada di Kecamatan Lumbis
Ogong, Kecamatan Krayan dan Kecamatan Krayan Selatan.
(5) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan berupa
kampung adat dan situs unggulan berskala kabupaten
meliputi:
II - 35
a. rumah adat Tanjung Karya berada di Kecamatan Krayan;
b. rumah adat Tang Laan berada di Kecamatan Krayan
Selatan;
c. rumah adat Pa’ Upan berada di Kecamatan Krayan
Selatan;
d. rumah adat Terang Baru berada di Kecamatan Krayan;
e. rumah adat Binuang berada di Kecamatan Krayan Selatan;
dan
f. Batu Sicien berada di Tang Paye di Kecamatan Krayan
Selatan.
4. Kawasan rawan bencana alam.
(1) Kawasan rawan tanah longsor seluas kurang lebih 20.398
hektar meliputi :
a. Kecamatan Simanggaris;
b. Kecamatan Sebuku;
c. Kecamatan Tulin Onsoi;
d. Kecamatan Sembakung; dan
e. Kecamatan Sembakung Atulai.
(2) Kawasan rawan abrasi seluas kurang lebih 1.163 hektar
tersebar meliputi:
f. Pulau Nunukan; dan
g. Pulau Sebatik.
(3) Kawasan rawan banjir kurang lebih 22. hektar meliputi :
h. Kecamatan Sebatik Utara;
i. Kecamatan Sebatik Timur;
j. Kecamatan Sebatik;
k. Kecamatan Sebatik Tengah;
l. Kecamatan Sebatik Barat;
m. Kecamatan Nunukan;
n. Kecamatan Nunukan Selatan;
o. Kecamatan Simanggaris;
p. Kecamatan Sebuku;
II - 36
q. Kecamatan Sembakung;
r. Kecamatan Sembakung Atulai;
s. Kecamatan Lumbis; dan
t. Kecamatan Lumbis Ogong.
B. Kawasan Budidaya
1. kawasan peruntukan hutan produksi;
(1) Kawasan peruntukan hutan produksi tetap seluas kurang
lebih 218.678,3 hektar meliputi:
a. Kecamatan Nunukan;
b. Kecamatan Nunukan Selatan;
c. Kecamatan Sebuku;
d. Kecamatan Tulin Onsoi;
e. Kecamatan Sembakung;
f. Kecamatan Sembakung Atulai;
g. Kecamatan Lumbis; dan
h. Kecamatan Lumbis Ogong.
(2) Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas seluas kurang
lebih 131.484,2 hektar meliputi:
a. Kecamatan Sebuku;
b. Kecamatan Tulin Onsoi;
c. Kecamatan Lumbis; dan
d. Kecamatan Lumbis.
(1) Kawasan peruntukan hutan produksi konversi ditetapkan
seluas kurang lebih 20.662,1 hektar dan berstatus holding
zone seluas kurang lebih 20.662,1 berada di Kecamatan
Sebuku dan Kecamatan Tulin Onsoi.
2. kawasan peruntukan pertanian;
a. Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan meliputi :
a) Pertanian lahan seluas kurang lebih 125.982 hektar
berupa Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP4B)
berada di seluruh kecamatan.
II - 37
b) Pertanian lahan kering seluas kurang lebih 144.305
hektar berada di seluruh kecamatan.
b. Pencadangan lahan untuk lokasi Food Estate di Kecamatan
Nunukan seluas 13.078 Ha, Kecamatan Sebuku seluas 3.674
Ha, dan Kecamatan Sembakung seluas 1.173 Ha;
c. Kawasan peruntukan perkebunan dengan komoditas
unggulan berupa kelapa sawit, kakao, kopi, karet dan vanili
seluas kurang lebih 309.601 hektar tersebar di seluruh
kecamatan, dengan rincian :
a) kelapa sawit di Kecamatan Nunukan, Kecamatan Sebatik
Barat, Kecamatan Sebatik, Sebatik Tengah, Kecamatan
Simanggaris, Kecamatan Sebuku, Kecamatan Tulin Onsoi,
Kecamatan Sembakung, Kecamatan Sembakung Atulai,
Kecamatan Lumbis, Kecamatan Lumbis Ogong;
b) kakao di Kecamatan Sebatik Tengah, Kecamatan Sebatik
Timur, Kecamatan Sebatik, Kecamatan Barat;
c) kopi di Kecamatan Lumbis, Kecamatan Sebatik Barat,
Kecamatan Sebatik Tengah, Kecamatan Krayan,
Kecamatan Krayan Selatan;
d) karet di Kecamatan Lumbis dan Kecamatan Lumbis
Ogong, Kecamatan Sembakung; dan
e) vanili, Karet, Kopi, Tebu di Kecamatan Krayan, Kecamatan
Krayan Selatan;
d. Kawasan peruntukan peternakan dengan komoditas
unggulan ternak sapi/kerbau, ayam, itik seluas 500 Ha
tersebar di seluruh wilayah kecamatan; ternak babi pada
Kecamatan Nunukan, Krayan dan Krayan Selatan; serta
Rumah Pemotongan Hewan (RPH) dan penggemukan sapi
seluas 5 Ha di Kecamatan Nunukan Selatan.
3. kawasan peruntukan perikanan;
a. Perikanan tangkap meliputi:
II - 38
a) Lokasi penyebaran perikanan berada pada wilayah laut
kabupaten serta sungai – sungai di kecamatan Sebuku,
Kecamatan Sembakung, Kecamatan Lumbis dan
Kecamatan Simanggaris .
b) Jalur penangkapan perikanan laut merupakan Jalur
penangkapan I, terdiri dari : jalur penangkapan ikan I A
berada pada perairan pantai sampai dengan 2 (dua) mil
laut yang diukur dari permukaan air laut pada surut
terendah; dan jalur penangkapan ikan I B berada pada
perairan pantai di luar 2 (dua) mil laut sampai dengan 4
(empat) mil laut.
b. Perikanan budidaya meliputi komoditas perikanan udang,
bandeng, kakap tambak, nila, mas, lele dengan lokasi
tersebar di seluruh kecamatan, dan budidaya rumput laut
pada wilayah pesisir pantai Kecamatan Simanggaris,
Kecamatan Nunukan, Kecamatan Nunukan Selatan dan
Kecamatan Sebatik Barat.
c. Pengembangan prasarana perikanan yaitu Kawasan Industri
Perikanan Terpadu di Mansapa Kecamatan Nunukan Selatan
yang meliputi Pelabuhan Perikanan, Tempat Pelelangan ikan,
pabrik pengolahan hasil perikanan, pabrik es dan cold
storage, Gudang Rumput Laut dan lainnya; serta Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) di Kecamatan Sebatik meliputi TPI,
pabrik es dan cold
4. kawasan peruntukan pertambangan;
1) Wilayah pertambangan mineral dan batubara berupa wilayah
usaha pertambangan (WUP) terdiri atas :
(1) mineral logam; meliputi emas, bouksit, besi dan nickel
dengan sebaran lokasi meliputi :
a. Kecamatan Nunukan;
b. Kecamatan Nunukan Selatan;
c. Kecamatan Sebuku;
II - 39
d. Kecamatan Tulin Onsoi;
e. Kecamatan Sembakung;
f. Kecamatan Sembakung Atulai;
g. Kecamatan Lumbis;
h. Kecamatan Lumbis Ogong;
i. Kecamatan Krayan; dan
j. Kecamatan Krayan Selatan.
(2) Mineral bukan logam dan batuan meliputi batu gunung,
pasir, sirtu, batu gamping, pasir kuarsa dan batubara
muda dengan sebaran lokasi meliputi :
a Kecamatan Sebatik;
b Kecamatan Sebatik Barat;
c Kecamatan Sebatik Timur;
d Kecamatan Nunukan;
e Kecamatan Nunukan Selatan;
f Kecamatan Simanggaris ;
g Kecamatan Sebuku;
h Kecamatan Tulin Onsoi;
i Kecamatan Sembakung;
j Kecamatan Sembakung Atulai;
k Kecamatan Lumbis;
l Kecamatan Krayan; dan
m Kecamatan Krayan Selatan.
(3) Batubara tersebar di Kecamatan :
a. Kecamatan Nunukan;
b. Kecamatan Simanggaris;
c. Kecamatan Sebuku;
d. Kecamatan Tulin Onsoi;
e. Kecamatan Sembakung;
f. Kecamatan Sembakung Atulai;
g. Kecamatan Krayan; dan
h. Kecamatan Krayan Selatan.
II - 40
2) Wilayah pertambangan minyak dan gas bumi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. Star Energy di daratan dan pantai Pulau Nunukan dan
Sebatik;
b. Pertamina – Medco JoB Simanggaris di Sembakung;
c. ENI Oil di lepas pantai Sebatik (Karang Unarang –
Ambalat);
d. PT. Medco EP Sembakung di Sebaung; dan
e. PT. Medco EP Nunukan di lepas pantai selatan Pulau
Nunukan.
II - 41
a. kawasan wisata bahari meliputi :
a) Pantai Etcing berada di Kecamatan Nunukan Selatan;
b) Air Terjun Binusan berada di Kecamatan Nunukan;
dan
c) Pantai Batu Lamampu berada di Kecamatan Sebatik.
b. kawasan ekowisata berupa Taman Nasional Kayan
Mentarang (TNKM) berada di Kecamatan Krayan dan
Krayan Selatan.
7. kawasan peruntukan permukiman;
(1) Kawasan permukiman perkotaan tersebar di wilayah :
a. Kecamatan Sebatik;
b. Kecamatan Sebatik Barat;
c. Kecamatan Sebatik Tengah;
d. Kecamatan Sebatik Timur;
e. Kecamatan Sebatik Utara;
f. Kecamatan Nunukan;
g. Kecamatan Nunukan Selatan;
h. Kecamatan Simanggaris; dan
i. Kecamatan Sebuku;
(2) Kawasan permukiman perdesaan berlokasi tersebar di :
a. Kecamatan Sebatik;
b. Kecamatan Sebatik Barat;
c. Kecamatan Sebatik Tengah;
d. Kecamatan Sebatik Utara;
e. Kecamatan Nunukan Selatan;
f. Kecamatan Simanggaris;
g. Kecamatan Sebuku;
h. Kecamatan Tulin Onsoi;
i. Kecamatan Sembakung;
j. Kecamatan Sembakung Atulai;
k. Kecamatan Lumbis;
l. Kecamatan Lumbis Ogong;
II - 42
m. Kecamatan Krayan; dan
n. Kecamatan Krayan Selatan.
(3) Luas Total Kawasan Permukiman di Kabupaten Nunukan
seluas 12.981 Ha.
8. kawasan pertahanan dan keamanan
1) Kawasan pemeriksaan dan pelayanan pertahanan keamanan
terdiri atas :
a. kawasan kepolisian resor, distrik militer, pangkalan
angkatan laut, komando taktis satuan tugas pengamanan
perbatasan, kawasan polisi militer, satuan marinir, bea
cukai, imigrasi dan karantina kesehatan di Nunukan;
b. kawasan kepolisian sektor, dan rayon militer di tiap-tiap
kecamatan;
c. pos gabungan TNI dan pos-pos pengamanan perbatasan
di Aji Kuning, Sei Pancang, Sei Nyamuk, Pos Kaca,
Simanggaris, Tau Lumbis, Long Midang Long Layu dan Pa’
Pani; dan
d. pos-pos pemeriksaan bea cukai, imigrasi dan karantina
kesehatan pada titik-titik perbatasan, pelabuhan dan
bandara
II - 43
Nunukan, Pulau Maratua dan Pulau Sambit di Kabupaten Berau)
dengan Negara Malaysia dan Filipina.
3. Kawasan Andalan Nasional yang ada di Kabupaten Nunukan,
yaitu Kawasan Andalan Tarakan, Tanjung Palas, Nunukan, Pulau
Bunyu, Malinau (TATAPANBUMA) dengan sektor unggulan
industri perikanan, perkebunan, kehutanan, pertambangan dan
pariwisata.
Kawasan strategis Kabupaten Nunukan terdiri atas :
1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan
keamanan.
2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi.
II - 44
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi
berupa Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Strategis
Kabupaten (KSK) meliputi:
a. KSN Kawasan Andalan Tarakan –Tanjung Palas – Nunukan –
Pulau Bunyu – Malinau (TATAPAN BUMA);
b. KSK Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Mansapa;
c. KSK Coastal Road/Jalan lingkar Pulau Nunukan;
d. KSK Kota Terpadu Mandiri (KTM) Bahari Pulau Sebatik; dan e.
KSK Kota Terpadu Mandiri (KTM) Simanggaris.
e. Kawasan Pertambangan batubara di Linuang Kayam
Kecamatan Sembakung, wilayah Simenggaris di Kecamatan
Simenggaris dan di Kecamatan Sebuku;
f. Kawasan Pertambangan minyak dan gas bumi di Sebaung
Kecamatan Nunukan dan Desa Tepian Kecamatan
Sembakung;
g. Kawasan industri Pabrik Kelapa Sawit di Kecamatan Sebuku,
Simenggaris dan Lumbis;
h. Kawasan Transmisi Kabel Bawah Laut dari wilayah Desa Tepian
ke Pulau Nunukan, dan dari wilayah Sedadap Pulau Nunukan
ke Liang Bunyu Pulau Sebatik;
i. Kawasan strategis perlindungan dan pelestarian alam yaitu
Taman Nasional Kayan Mentarang.
II - 45
Gambar 2.1. Peta Struktur Ruang RTRW Kabupaten Nunukan
II - 46
Gambar 2.2. Peta Pola Ruang RTRW Kabupaten Kutai Timur
II - 47
Gambar 2.3. Peta Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten Nunukan
II - 48
3. Tinjauan Kebijakan Sektoral
a. Tinjauan Kebijakan Rencana Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Nunukan
Indikator permukiman kumuh telah dijabarkan dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
02/PRT/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa
perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan
kualitas fungsi sebagai tempat hunian, sedangkan permukiman kumuh
adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan
bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas
bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.
1. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan
kriteria yang digunakan untuk menentukan kondisi kekumuhan pada
perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Kriteria perumahan dan
permukiman kumuh ditinjau dari :
Bangunan Gedung
Kriteria kekumuhan ditinjau dari bangunan gedung mencakup
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang
tinggi yang tidak sesuai dengan ketentuan rencana tata ruang,
dan kualitas bangunan yang tidak memenuhi syarat.
1) Ketidakteraturan bangunan merupakan kondisi bangunan
gedung pada perumahan dan permukiman dengan
pertimbangan :
o Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam
Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) dan Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL), paling sedikit
pengaturan bentuk, besaran, perletakan, dan tampilan
bangunan pada suatu zona
o Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata
kualitas lingkungan dalam RTBL, paling sedikit
II - 49
pengaturan blok lingkungan, kapling, bangunan,
ketinggian dan elevasi lantai, konsep identitas
lingkungan, konsep orientasi lingkungan, dan wajah
jalan.
2) Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi yang tidak sesuai
dengan ketentuan rencana tata ruang merupakan kondisi
bangunan gedung pada perumahan dan permukiman
dengan :
o Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang melebihi RDTR,
dan /atau RTBL
o Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi
ketentuan dalam RDTR, dan/atau RTBL
3) Kualitas bangunan yang tidak memenuhi syarat merupakan
kondisi bangunan gedung pada perumahan dan permukiman
yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis. Persyaratan
teknis bangunan gedung diantaranya:
o pengendalian dampak lingkungan
o pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di
bawah tanah, di atas dan/atau di bawah air, di atas
dan/atau di bawah prasarana/sarana umum
o keselamatan bangunan gedung
o kesehatan bangunan gedung
o kenyamanan bangunan gedung
o kemudahan bangunan Gedung
Jalan lingkungan
Kriteria kekumuhan ditinjau dari jalan lingkungan mencakup
jaringan
jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan perumahan
atau permukiman dan kualitas permukiman jalan lingkungan
buruk.
II - 50
Kriteria kekumuhan ditinjau dari penyediaan air minum
mencakup :
1. Ketersediaan akses aman air minum dimana masyarakat tidak
dapat mengakses air minum yang memenuhi syarat kesehatan
2. tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu
dimana kebutuhan air minum masyarakat dalam lingkungan
perumahan atau permukiman tidak mencapai minimal sebanyak
60 liter/orang/hari
Drainase lingkungan
Kriteria kekumuhan ditinjau dari drainase lingkungan mencakup :
1. Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air
hujan sehingga menimbulkan genangan dimana jaringan
drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air
sehingga menimbulkan genangan dengan tinggi lebih dari 30
cm selama lebih dari 2 jam dan terjadi lebih dari 2 kali setahun
2. Ketidaktersediaan drainase dimana saluran tersier dan/atau
saluran lokal tidak tersedia.
3. Tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan dimana
saluran lokal tidak terhubung dengan saluran pada hierarki di
atasnya sehingga menyebabkan air tidak dapat mengalir dan
menimbulkan genangan.
4. Tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah padat dan
cair di dalamnya dimana pemeliharaan saluran drainase tidak
dilaksanakan baik berupa pemeliharaan rutin atau
pemeliharaan berkala.
5. Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk dimana kualitas
konstruksi drainase buruk, karena berupa galian tanah tanpa
material pelapis atau penutup atau telah terjadi kerusakan.
II - 51
Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan air limbah mencakup
:
1. Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar
teknis yang berlaku dimana pengelolaan air limbah pada
lingkungan perumahan atau permukiman tidak memiliki sistem
yang memadai, yaitu terdiri dari kakus/kloset yang terhubung
dengan tangki septik baik secara individual/domestik, komunal
maupun terpusat.
2. Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi
persyaratan teknis dimana kloset leher angsa tidak terhubung
dengan tangki septik atau tidak tersedianya sistem pengolahan
limbah setempat atau terpusat.
Pengelolaan persampahan
Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan persampahan
mencakup :
Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan
persyaratan teknis prasarana dan sarana persampahan pada
lingkungan perumahan atau permukiman tidak memadai sebagai
berikut :
o Tempat sampah dengan pemilahan sampah pada skala
domestik atau rumah tangga
o Tempat pengumpulan sampah (TPS) atau TPS 3R (reduce,
reuse, recycle) pada skala lingkungan
o gerobak sampah dan/atau truk sampah pada skala
lingkungan
o tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala
lingkungan.
II - 52
perumahan atau permukiman tidak memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
o pewadahan dan pemilahan domestik
o pengumpulan lingkungan
o pengangkutan lingkungan
o pengolahan lingkungan
Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan
persampahan sehingga terjadi pencemaran lingkungan sekitar
oleh sampah, baik sumber air bersih, tanah maupun jaringan
drainase dimana pemeliharaan sarana dan prasarana pengelolaan
persampahan tidak dilaksanakan baik berupa pemeliharaan rutin
atau pemeliharaan berkala.
Proteksi kebakaran
Kriteria kekumuhan ditinjau dari proteksi kebakaran mencakup :
Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran, dimana tidak
tersedianya:
o pasokan air yang diperoleh dari sumber alam maupun
buatan
o jalan lingkungan yang memudahkan masuk keluarnya
kendaraan pemadam kebakaran
o sarana komunikasi untuk pemberitahuan terjadinya
kebakaran
o data tentang sistem proteksi kebakaran lingkungan yang
mudah diakses.
Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran, antara lain terdiri
dari :
o Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
o kendaraan pemadam kebakaran
o mobil tangga sesuai kebutuhan
o peralatan pendukung lainnya.
II - 53
C. KEBIJAKAN PENANGANAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KUMUH
Pemerintah Indonesia dalam memenuhi target SDG’s berupaya keras
dalam menangani isu-isu terkait perumahan dan perkuminan kumuh,
bahkan sudah sejak tahun 1974 telah diinisiasi melalui program KIR
(Kampung Improvement Program). Berikut adalah skema perjalanan
program pencegahan dan peningkatan kualitas kawasan kumuh yang
banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia.
II - 54
memfasilitasi komunitas (berbasis komunitas). Program KOTAKU
menangani kumuh dengan membangun platform kolaborasi melalui
peningkatan peran pemerintah daerah dan partisipasi masyarakat.
II - 55
dan infrastruktur skala lingkungan, termasuk dukungan
pengembangan penghidupan berkelanjutan.
II - 56
Tabel 2.2 Overview Kebijakan Pembangunan dan Spasial Terhadap Penanganan Kumuh Kabupaten Kutai Timur
STRATEGI & ARAH
NO SUMBER DOKUMEN VISI & MISI TUJUAN & SASARAN PROGRAM LOKASI
KEBIJAKAN
A Kebijakan
Pembangunan
1 RPJPD Kab. Nunukan Visi : Tujuan : Strategi :
2005-2025 KABUPATEN 1) Terwujudnya 1. Meningkatnya sarana
NUNUKAN YANG masyarakat yang dan prasarana
MANDIRI, AMAN, mandiri dan maju transportasi yang
MAJU, ADIL DAN 2) Terwujudnya menjangkau antar
SEJAHTERA masyarakat yang daerah, antar negara
Misi : berakhlak mulia, tetangga dan antar
1. Mewujudkan berbudaya dan ibu kota Kabupaten
masyarakat yang beradab ke seluruh kecamatan
berakhlak mulia, 3) Meningkatnya dan daerah terpencil
mandiri, maju, pemerataan dan 2. Meningkatnya
berbudaya dan pertumbuhan kelancaran pelayanan
beradab ekonomi daerah yang transportasi yang
2. Meningkatkan berbasis agro industri cepat, aman, nyaman,
perekonomian daerah dan keunggulan tertib dan terjangkau
yang berbasis agro kompetitif oleh masyarakat.
industri dan partisipasi 4) Meningkatnya 3. Meningkatnya
masyarakat yang pemberdayaan kemampuan
seluas-luasnya. ekonomi masyarakat pemenuhan
3. Mewujudkan dan perlindungan kebutuhan air bagi
ketersediaan sarana terhadap tenaga kerja rumah tangga,
prasarana publik yang 5) Tersedianya sarana permukiman,
memadai dan prasarana transportasi pertanian dan
meningkatkan yang maju dan industri
lingkungan yang asri memadai 4. Meningkatnya
dan lestari. 6) Meningkatnya sarana ketersediaan sarana
4. Mewujudkan dan prasarana energi yang memadai
Kabupaten Nunukan pemenuhan bagi masyarakat
sebagai wilayah kebutuhan air dan 5. Tersedianya jalan
perbatasan yang energi untuk permukiman yang
mandiri, maju dan pertanian, industri memadai
berdaya saing dan permukiman 6. Tersedianya sarana
berbasiskan 7) Tersedianya fasilitas prasarana olah raga
kepentingan nasional. umum dan fasilitas dan seni yang maju
5. Mewujudkan sosial lainnya yang dan memadai
ketentraman dan memadai 7. Tersedianya fasilitas
ketertiban umum serta 8) Terwujudnya sosial lainnya yang
perlindungan lingkungan yang memadai
masyarakat. bersih, hijau dan 8. Meningkatnya
lestari kawasan strategis
9) Terwujudnya cepat tumbuh di
Kabupaten Nunukan perbatasan yang
II - 57
STRATEGI & ARAH
NO SUMBER DOKUMEN VISI & MISI TUJUAN & SASARAN PROGRAM LOKASI
KEBIJAKAN
sebagai wilayah mandiri, maju dan
perbatasan yang berdaya saing
mandiri, maju dan 9. Meningkatnya
berdaya saing pemerataan
berbasiskan pembangunan antar
kepentingan nasional wilayah serta
10) Terwujudnya keamanan aset
ketentraman dan daerah/negara
ketertiban masyarakat
2 RPJMD Kab. Nunukan Visi : 1. Meningkatkan 1. Meningkatkan 1) Program penyelenggaraan jalan
2021-2025 Mewujudkan Kabupaten pembangunan SDM kualitas dan 2) Program pengelolaan
Nunukan Yang Aman, yang berdaya saing. pelayaranProgram
2. Meningkatkan kuantitas jalan penyelenggaraan lalu lintas dan
Maju, Adil, Dan
pembangunan dan dalam kondisi angkutan jalan
Sejahtera
pemeliharaan kualitas baik-mantap
Misi : dan kuantitas layanan
1. Meningkatkan infrastruktur
termasuk yang
kualitas Sumber 3. Meningkatkan laju mendukung
Daya Manusia pertumbuhan sector pusat-pusat
yang berdaya primer, sekunder, dan
ekonomi dan
saing; pariwisata
4. Mewujudkan pariwisata
2. Meningkatkan
pemerintahan yang 2. Meningkatkan
infrastrukrtur bersih, efektif, dan penyediaan
untuk efisien jaringan irigasi
pemenuhan 5. Menjaga kualitas 3. Meningkatkan
pelayanan dasar sumber daya alam ketersediaan
dan mendukung dan lingkungan infrastruktur
pertumbuhan hidup pengendali banjir
6. Tercapainya kondisi di Kawasan
ekonomi;
aman, tertib, dan permukiman
3. Meningkatkan tenteram.
pertumbuhan rawan banjir
4. Tersedianya akses
ekonomi daerah
menuju fasilitas
yang berbasis
pelayanan umum
pengembangan secara merata
sumber daya lokal; 5. Meningkatkan
4. Mewujudkan tata integrase antar
kelola moda transportasi
pemerintahan 6. Meningkatkan
yang baik melalui pemenuhan
pelaksanaan sarana dan
agenda reformasi prasarana
birokrasi;
perhubungan
II - 58
STRATEGI & ARAH
NO SUMBER DOKUMEN VISI & MISI TUJUAN & SASARAN PROGRAM LOKASI
KEBIJAKAN
5. Meningkatkan 7. Meningkatkan
kualitas pengelolaan dan
pengelolaan pengawasan
sumber daya alam sarana dan
dan lingkungan prasarana
hidup yang
angkutan
airMeningkatkan
berkelanjutan; dan
cakupan layanan
6. Mewujudkan air minum
tatanan 8. Meningkatkan
kehidupan system
bermasyarakat pengelolaan
yang aman, limbah
tertib dan 9. Meningkatkan
tenteram. penanganan
limpasan air hujan
10. Meningkatkan
penanganan
rumah tidak layak
huni
II - 59
STRATEGI & ARAH
NO SUMBER DOKUMEN VISI & MISI TUJUAN & SASARAN PROGRAM LOKASI
KEBIJAKAN
dengan Negara
memperhatikan daya Malaysia.
dukung lingkungan;
dan
peningkatan fungsi
kawasan kepentingan
pertahanan dan
keamanan negara.
Strategi Penataan
Ruang:
Pengembangan
sentra-sentra
pertanian, perkebunan,
kehutanan, dan
perikanan terkait
pengembangan
agroindustri
Pengembangan sistem
pusat kegiatan dan
sistem pelayanan
prasarana wilayah
secara berjenjang dan
sinergis
Pemantapan fungsi
kawasan lindung
sebagai penyeimbang
ekosistem wilayah
dengan
Pemanfaatan potensi
sumberdaya alam
dengan
memperhatikan daya
dukung lingkungan
Peningkatan fungsi
kawasan untuk
kepentingan
pertahanan dan
keamanan negara
Pengembangan Sistem
Perkotaan :
1. PKW Perkotaan
Nunukan di
Kecamatan Nunukan;
dan
2. PKW Tau Lumbis di
II - 60
STRATEGI & ARAH
NO SUMBER DOKUMEN VISI & MISI TUJUAN & SASARAN PROGRAM LOKASI
KEBIJAKAN
Kecamatan Lumbis
Ogong.
3. PKWp Sungai
Nyamuk di
Kecamatan Sebatik
Timur;
4. PKWp Long Bawan di
Kecamatan Krayan;
dan
5. PKWp Long Layu di
Kecamatan Krayan
Selatan.
6. PKSN Nunukan di
Kecamatan Nunukan;
7. PKSN Sei Menggaris
di Kecamatan Sei
Menggaris; dan
8. PKSN Long Midang di
Kecamatan Krayan.
9. PKL Perkotaan
Mensalong di
Kecamatan Lumbis;
10. PKL Perkotaan
Pembeliangan di
Kecamatan Sebuku;
11. PKL Perkotaan Atap
di Kecamatan
Sembakung; dan
12. PKL Srinanti di
Kecamatan Sei
Menggaris.
13. PPK Binalawan di
Kecamatan Sebatik
Barat;
14. PPK Binuang di
Kecamatan Krayan
Selatan;
15. PPK Lembudud di
Kecamatan Krayan;
16. PPK Seipancang di
Kecamatan Sebatik
Utara; dan
17. PPK Tanjung Karang
di Kecamatan Sebatik.
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2022
II - 61
Tabel 2.3 Overview Kebijakan Sektoral Terhadap Penanganan Kumuh Kabupaten Nunukan
Dokumen Aspek Kebijakan Strategi Program Kegiatan Lokasi
infrastruktur
DOKUMEN
RISPAM
KABUPATEN
KUTAI TIMUR
DOKUMEN
RISPS
KABUPATEN
KUTAI TIMUR
II - 62
Tabel 2.4 Overview Kebijakan Sektoral Lainnya Terhadap Penanganan Kumuh Kabupaten Kutai Timur
Dokumen Aspek Kebijakan Strategi Program Kegiatan Lokasi
infrastruktur
DOKUMEN
RISPAM
KABUPATEN
KUTAI TIMUR
II - 63
Dokumen Aspek Kebijakan Strategi Program Kegiatan Lokasi
infrastruktur
DOKUMEN
RISPS
KABUPATEN
KUTAI TIMUR
II - 64