Professional Documents
Culture Documents
PROJEK PENDIDIKAN PANCASILAe
PROJEK PENDIDIKAN PANCASILAe
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : DELLA SYAHRIN
KELAS : X OTKP
SEKOLAH : SMK AL WASHLIYAH 3 MEDAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : NABILA SYAFITRI
KELAS : X OTKP
SEKOLAH : SMK AL WASHLIYAH 3 MEDAN
DPRD Kalimantan Selatan dengan surat keputusan No. 2 Tahun 1989 tanggal 31
Mei 1989 menetapkan 14 Agustus 1950 sebagai Hari Jadi Provinsi Kalimantan
Selatan. Tanggal 14 Agustus 1950 melalui Peraturan Pemerintah RIS No. 21
Tahun 1950, merupakan tanggal dibentuknya Provinsi Kalimantan, setelah
pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS), dengan gubernur Dokter
Moerjani.
1. Suku Banjar (74,34%), penduduk asli yang menjadi mayoritas di Kalimantan Selatan
yang terdiri atas 3 kelompok utama, yaitu :
1. Suku Banjar Kuala, mendiami hilir Sungai Barito dan anak-anak sungainya yang
meliputi kawasan Banjar Bakula, terdiri dari Kota Banjarmasin, Kabupaten
Banjar, Kota Banjarbaru, Kabupaten Barito Kuala dan Kabupaten Tanah Laut
2. Suku Banjar Pahuluan, mendiami kawasan hulu Banua Anam (Kabupaten
Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai
Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Balangan dan Kabupaten
Tabalong) atau aliran-aliran sungai yang berhulu di Pegunungan Meratus.
3. Suku Banjar Batang Banyu, mendiami kawasan hilir Banua Anam pada aliran
Sungai Nagara sampai Sungai Tabalong.
2. Suku Jawa (14,51%), menempati kawasan-kawasan transmigrasi, terutama
di Kabupaten Tanah Laut dan Kota Banjarbaru yang terdapat suku Jawa dalam jumlah
besar.
3. Suku Bugis (2,81%), mendiami kawasan pesisir pantai, seperti di Kabupaten Tanah
Bumbu dan Kabupaten Kotabaru yang terdapat suku Bugis dalam jumlah besar.
4. Suku Dayak (2,23%), bermukim di kawasan pegunungan Meratus (Suku Dayak Meratus)
dan hulu sungai Barito (Suku Dayak Bakumpai).
Berdasarkan data dari Sensus Penduduk Indonesia 2010, berikut ini komposisi etnis atau suku
bangsa di provinsi Kalimantan Selatan selengkapnya :[30] [31]
BAHASA DAERAH
Bahasa yang digunakan dalam keseharian oleh suku Banjar sebagai bahasa ibu dan
sebagai lingua franca bagi masyarakat Kalimantan Selatan umumnya adalah Bahasa
Banjar yang memiliki dua dialek besar, yakni dialek Banjar Kuala [32]
dan dialek Banjar Hulu.
[33]
Kawasan penutur asli dialek Banjar Kuala meliputi Kota Banjarmasin, Kabupaten Banjar,
dan Kabupaten Tanah Laut. Selain itu, sebagian penduduk di Kabupaten
Kotabaru dan Kabupaten Barito Kuala juga menuturkan dialek Banjar Kuala.[34] Sedangkan
kawasan penutur dialek Banjar Hulu terdiri dari Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai
Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten
Balangan dan Kabupaten Tabalong.
Tari Giring-Giring
Tarian yang berasal dari suku Dayak Banjar menceritakan suka cita dan
penghormatan atas hadirnya tamu undangan yang datang di bumi Kalimantan.
Tarian ini dibawakan oleh beberapa penari yang memegang semacam batang kayu
dibalut rumbai benang wol. Batang kayu tersebutlah yang dimaksud dengan Giring-
Giring, properti yang menjadi ciri khas tarian ini, YOTers.
Balai Bini ini digunakan oleh para putri dari Sultan maupun anggota keluarga Kesultanan
untuk pihak perempuan. Rumah adat ini memiliki bagian bangunan induk yang menggunakan
atap perisai dan seringkali disebut sebagai atap gajah.
Sementara, untuk sayap bangunan atau anjungnya menggunakan atap sengkuap dari atap
anjung pisang sasingkat. Dahulunya, bangunan induk yang dimiliki oleh rumah adat ini
menggunakan konstruksi segi empat memanjang dari arah depan ke belakang.
Bagian ini juga menutupi bagian depan dengan memasang atap perisai. Atap ini juga
menutup bagian ruang Surambi hingga ruangan yang ada di belakangnya.
Anda juga bisa melihat perkembangan yang dimiliki oleh Rumah Balai Bini ini dari atap
sengkuap sindang langit atau atap emper depan. Bagian atap ini ditambah dengan jurai luar
yang bentuknya melebar ke bagian atap emper samping. Selain itu, atap tersebut juga
menyatu dengan atap anjung kanan dan atap anjung kiwa. Hal ini ditambah pula dengan
penggunaan tiang-tiang emper.
Itulah daftar rumah adat Kalimantan Selatan. Anda dapat mengunjungi website
resmi dan Instagram STIKes Husada Borneo untuk mendapatkan informasi seputaran kuliah
dan kesehatan lainnya.
Bagi Anda yang ingin masuk ke tempat kuliah STIKes Palangkaraya, Anda harus
mempersiapkan berbagai macam hal. Mulai dari mental, adaptasi lingkungan, mengenali
jurusan kuliah, dan memperluas relasi pertemanan. Pastikan juga untuk selalu mencari
informasi-informasi terkini dari tempat kuliah STIKes Palangkaraya agar kegiatan
perkuliahan Anda lancar.
PAKAIAN ADAT
1. Bagajah Gamuling Baular Lulut
Nama pakaian adat Kalimantan Selatan bisa dikatakan menggunakan nama yang unik.
Salah satunya adalah pakaian adat dulu yang dijuluki Bagajah Gamuling Baular Lulut
ini. Pada umumnya penggunaan pakaian adat Kalimantan Selatan terutama dipakai
pada acara pernikahan. Seperti halnya dengan Bagajah Gamuling Baular Lulut
berwarna perak yang sering dikenakan pada pesta pernikahan ini.
Bisa dilihat dari foto pakaian adat Kalimantan Selatan yang tertera di atas, campuran
lulur baular memiliki desain yang berbeda antara perempuan dan laki-laki. Hanya
saja, dari segi warna selalu sama. Menurut cerita, selain dipengaruhi oleh adat Banjar,
pakaian ini juga dipengaruhi oleh agama Hindu.
Pengantin wanita akan mengenakan gaun yang dihiasi payet. Kemudian, sebagai
aksesoris, wanita memakai ikat pinggang dan mahkota. Mahkotanya dihiasi dengan
rangkaian kuncup melati, mawar, dan clematis. Kemudian pada bagian bawah,
mempelai wanita akan memakai kain panjang yang berubah menjadi rok.
Sedangkan untuk mempelai pria biasanya tidak memakai pullover, melainkan hanya
menggunakan aksesoris berupa celana pendek yang dipadukan dengan kain dan ikat
pinggang. Aksesoris lainnya yang dikenakan oleh kedua mempelai adalah kalung
samban dan mahkota kepala ular yang melingkar.