You are on page 1of 36

Case Report Session

FARINGITIS

Oleh :
Nindy Maharani 2240312183

Preseptor:
dr. Ida Rahmah Burhan, MARS

FAMILY ORIENTED MEDICAL EDUCATION (FOME) KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2024

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur diucapkan pada Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Faringitis”.
Makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan
pembaca, serta menjadi salah satu ilmiah dalam mengikuti kepaniteraan klinik di
Bagian Family Oriented Medical Education Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas periode Januari-Februari 2024.

Terima kasih penulis ucapkan dr. Ida Rahmah Burhan, MARS selaku
preseptor di kepaniteraan klinik Bagian FOME Klinik di Puskesmas Belimbing
yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pembuatan makalah ini.
Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.


Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang, Januari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Batasan Masalah ............................................................................................ 1

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 1

1.4 Metode Penulisan .......................................................................................... 2

1.5 Manfaat Penulisan ......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3

2.1 Definisi .......................................................................................................... 3

2.2 Anatomi ......................................................................................................... 3

2.3 Etiologi .......................................................................................................... 4

2.4 Epidemiologi ................................................................................................. 5

2.5 Patogenesis .................................................................................................... 6

2.6 Klasifikasi, Manifestasi Klinis, dan Terapi ................................................... 6

2.7 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 16

2.8 Komplikasi .................................................................................................. 17

2.9 Prognosis ..................................................................................................... 17

BAB III LAPORAN KASUS .............................................................................. 18

3.1 Identitas Pasien ............................................................................................ 18

3.2 Anamnesis ................................................................................................... 18

3.3 Pemeriksaan Fisik........................................................................................ 19

3.4 Diagnosis Kerja ........................................................................................... 21

3.5 Diagnosis Banding ...................................................................................... 21

3.6 Diagnosis Holistik ....................................................................................... 21

iii
3.7 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 22

3.8 Tatalaksana .................................................................................................. 22

3.9 Prognosis ..................................................................................................... 24

3.10 Resep ......................................................................................................... 24

3. 11 Family Assesment Tools ........................................................................... 25

3.12 Family Wellness Plan ................................................................................ 27

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 32

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Faringitis merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian ISPA ini antara lain:
sistem imunitas umur, jenis kelamin, status gizi, status imunisasi, berat badan lahir
(BBL). inisiasi menyusui dini, pemberian air susu ibu (ASI), sosial ekonomi,
pekerjaan, dan pendidikan orang tua. Hasil studi terdahulu melaporkan bahwa balita
yang tidak mendapat vitamin A rutin (2 kali/tahun) memiliki risiko 2,1 kali lebih
besar dibandingkan balita yang mendapatkan vitamin A.1,2
Faringitis merupakan infeksi yang terjadi pada faring akibat infeksi bakteri atau
virus. Faringitis yang disebabkan oleh virus 40-80% akan sembuh dengan
sendirinya (selflimiting). Bakteri yang paling sering menjadi penyebab faringitis
adalah bakteri Streptococcus group A. Bakteri ini bertanggung jawab pada 10%
kasus faringitis akut pada orang dewasa dan 15%-30% kasus pada anak-anak.2
Faringitis sangat umum terjadi baik pada anak-anak dan orang dewasa. Bila
berlangsung selama 1 minggu disertai gejala seperti demam, pembesaran nodul
limfa, atau bintik kemerahan, kemungkinan sudah terjadi komplikasi. Komplikasi
yang dapat terjadi akibat faringitis akut adalah demam scarlet (demam yang
ditandai dengan bintik kemerahan), demam reumatik (demam yang disertai adanya
inflamasi sendi atau kerusakan katup jantung), dan glomerulonephritis. Pada 0,3-
3% pasien faringitis akibat bakteri Streptococcus group A yang tidak tertangani
dapat memicu terjadinya acute rheumatic fever (ARF) dan rheumatic heart disease
(RHD).3
1.2 Batasan Masalah
Makalah ini membahas mengenai definisi, epidemiologi, patogenesis,
manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan prognosis serta
laporan kasus Faringitis.
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
tentang Faringitis.

1
1.4 Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode tinjauan pustaka yang
mengacu pada berbagai literatur.
1.5 Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi dan
pengetahuan mengenai Faringitis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Faringitis adalah penyakit inflamasi dari mukosa dan submukosa pada
tenggorokan, Jaringan yang terkena meliputi orofaring, nasofaring, hipofaring,
tonsil, dan adenoid.2 Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat
disebabkan oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin, dan lain-
lain.2
Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi
inflamasi local.Infeksi bakteri grup A Streptokokus β hemolitikus dapat
menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat, karena bakteri ini melepaskan toksin
ekstraselular yang dapat menimbulkan demam reumatik, kerusakan katup jantung,
glomerulonephritis akut karena fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya
kompleks antigen-antibodi. Bakteri ini banyak menyerang anak usia sekolah, orang
dewasa dan jarang pada anak umur kurang dari 3 tahun. Penularan infeksi melalui
secret hidung dan ludah (droplet infection).2
2.2 Anatomi
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong
dengan bagian atas yang besar dan bagian bawah yang sempit. Faring merupakan
ruang utama traktus respiratorius dan traktus digestivus. Kantung fibromuskuler ini
mulai dari dasar tengkorak dan terus menyambung ke esofagus hingga setinggi
vertebra servikalis ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui
koana. Ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring dibawah berhubungan dengan aditus laring dan ke bawah
berhubungan dengan esophagus. Panjang dinding posterior faring pada orang
dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini merupakan bagian dinding faring yang
terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lendir, fasia
faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring terbagi
atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring).3 Unsur-unsur faring
meliputi mukosa, selaput lendir (mucous blanket) dan otot.3

3
Gambar 2.1 Anatomi Faring

2.3 Etiologi
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan
akibat infeksi maupun non infeksi. Banyak mikroorganisme yang dapat
menyebabkan faringitis, virus (40-60%), bakteri (5-40%).2 Respiratory viruses
merupakan penyebab faringitis yang paling banyak teridentifikasi dengan
Rhinovirus (±20%) dan coronaviruses (±5%). Selain itu juga ada Influenzavirus,
Parainfluenza virus, adenovirus, Herpes simplex virus type 1&2, Coxsackie virus
A, cytomegalovirus dan Epstein-Barr virus (EBV).3 Selain itu infeksi HIV juga
dapat menyebabkan terjadinya faringitis. Faringitis yang disebabkan oleh bakteri
biasanya oleh grup S.pyogenes dengan 5-15% penyebab faringitis pada orang
dewasa. Group A streptococcus merupakan penyebab faringitis yang utama pada
anak-anak berusia 5-15 tahun, ini jarang ditemukan pada anak berusia <3tahun. 2, 3
Bakteri penyebab faringitis yang lainnya (<1%) antara lain Neisseria
gonorrhoeae, Corynebacterium diptheriae, Corynebacterium ulcerans, Yersinia
eneterolitica dan Treponema pallidum, Mycobacterium tuberculosis. Faringitis
dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita faringitis. Faktor
resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh,
konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan. 3
Pada faringitis kronik, faktor-faktor yang berpengaruh:4

4
1. Infeksi persisten di sekitar faring. Pada rhinitis dan sinusitis kronik,
mucus purulent secara konstan jatuh ke faring dan menjadi sumber
infeksi yang konstan. Tonsillitis kronik dan sepsis dental juga
bertanggung jawab dalam menyebabkan faringitis kronik dan
odinofagia yang rekuren.
2. Bernapas melalui mulut. Bernapas melalui mulut akan mengekspos
faring ke udara yang tidak difiltrasi, dilembabkan dan disesuaikan
dengan suhu tubuh sehingga menyebabkan lebih mudah terinfeksi.
Bernapas melalui mulut biasa disebabkan oleh :
a. Obstruksi hidung
b. Obstruksi nasofaring
c. Gigi yang menonjol
d. Kebiasaan
3. Iritan kronik. Merokok yang berlebihan, mengunyah tembakau,
peminum minuman keras, makanan yang sangat pedas semuanya dapat
menyebabkan faringitis kronik.
4. Polusi lingkungan. Asap atau lingkungan yang berdebu atau uap
industry juga menyebabkan faringitis kronik.
5. Faulty voice production. Penggunaan suara yang berlebihan atau faulty
voice production juga adalah salah satu penyebab faringitis kronik.
Faktor risiko dari faringitis yaitu:
1. Cuaca dingin dan musim flu
2. Kontak dengan pasien penderita faringitis karena penyakit ini dapat
menular melalui udara
3. Merokok, atau terpajan oleh asap rokok
4. Infeksi sinus yang berulang
5. Alergi
2.4 Epidemiologi
Di USA, faringitis terjadi lebih sering terjadi pada anak-anak daripada pada
dewasa. Sekitar 15 – 30 % faringitis terjadi pada anak usia sekolah, terutama usia 4
– 7 tahun, dan sekitar 10%nya diderita oleh dewasa. Faringitis ini jarang terjadi
pada anak usia < 3 tahun. 4

5
Penyebab tersering dari faringitis ini yaitu streptokokus grup A, karena itu
sering disebut faringitis GAS (Group A Streptococci). Bakteri penyebab tersering
yaitu Streptococcus Pyogenes. Sedangkan, penyebab virus tersering yaitu
rhinovirus dan adenovirus. Masa infeksi GAS paling sering yaitu pada akhir musim
gugur hingga awal musim semi. 4

2.5 Patogenesis
Infeksi faringitis bakteri maupun virus secara langsung menginvasi mukosa
faring menyebabkan respon lokal inflamasi. Virus seperti rinovirus dan korona
virus menyebabkan iritasi sekunder mukosa faring hingga sekresi nasal.5
Bakteri S. Pyogenes memiliki sifat penularan yang tinggi dengan droplet udara
yang berasal dari pasien faringitis.Droplet ini dikeluarkan melalui batuk dan bersin.
Jika bakteri ini hinggap pada sel sehat, bakteri ini akan bermultiplikasi dan
mensekresikan toksin. Toksin ini menyebabkan kerusakan pada sel hidup dan
inflamasi pada orofaring dan tonsil. Kerusakan jaringan ini ditandai dengan adanya
tampakan kemerahan pada faring.4 Periode inkubasi faringitis hingga gejala muncul
yaitu sekitar 24 – 72 jam.5
Beberapa strain dari S. Pyogenes menghasilkan eksotoksin eritrogenik yang
menyebabkan bercak kemerahan pada kulit pada leher, dada, dan lengan. Bercak
tersebut terjadi sebagai akibat dari kumpulan darah pada pembuluh darah yang
rusak akibat pengaruh toksin.5

2.6 Klasifikasi, Manifestasi Klinis, dan Terapi


Faringitis dibagi menjadi:2
1. Faringitis akut
a) Faringitis viral
b) Faringitis bakterial
c) Faringitis fungal
d) Faringitis gonorea
2. Faringitis kronik
a) Faringitis kronik hiperplastik
b) Faringitis kronik atrofi
3. Faringitis spesifik

6
a) Faringitis luetika
b) Faringitis tuberkulosis

1. Faringitis Akut
a. Faringitis Viral2
Gejala dan tanda faringitis viral adalah demam disertai rinorea, mual, nyeri
tenggorokan dan sulit menelan.Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil
hiperemis. Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan
menimbulkan faringitis. Virus influenza, coxsachievirus dan cytomegalovirus tidak
menghasilkan eksudat. Coxachievirus dapat menimbulkan lesi vesicular di
orofaring dan lesi kulit berupa mauclopapular rash. Adenovirus selain
menimbulkan gejala faringitis, juga menimbulkan gejala konjungtivitis terutama
pada anak. Epstein Barr Virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai
produksi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di
seluruh tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali. 2
Faringitis yang disebabkan HIV-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri
menelan, mual, dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat
eksudat, limfadenopati akut di leher dan pasien tampak lemah. 2
Terapinya adalah istirahat dan minum yang cukup. Kumur dengan air hangat.
Analgetika jika perlu dan tablet isap. Antivirus metisoprinol (Isoprenosine)
diberikan pada infeksi herpes simpleks dengan dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam
4-6 kali pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak <5 tahun diberikan 50
mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari. 2

Gambar 2.2. Faringitis Viral

7
b. Faringitis bakterial
Infeksi grup A Streptokokus 𝛽 hemolitikus merupakan penyebab faringitis
akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%). Gejala dan tandanya adalah
nyeri kepala yang hebat, muntah kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang
tinggi, jarang disertai batuk. Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan
tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian
timbul bercak petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior
membesar, kenyal, dan nyeri pada penekanan.2
Terapi: 2
a. Antibiotik diberikan terutama bila diduga penyebab faringitis akut ini grup A
Streptokokus 𝛽 hemolitikus. Penicillin G Benzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis
tunggal, atau amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan
pada dewasa 3 x 500 mg selama 6-10 hariatau eritromisin 4 x 500 mg/hari
b. Kortikosteroid: deksametason 8-16 mg, IM, 1 kali. Pada anak 0.08-0.3 mg/kgBB,
IM, 1 kali.
c. Analgetika
d. Kumur dengan air hangat atau antiseptic.

Gambar 2.3. Faringitis Streptococcal sp.

8
Tabel 2.1. Dosis Penisilin

Alternatif pada Pasien yang Alergi Penisilin


Eritromisin oral atau klindamisin dapat diberikan untuk pasien yang alergi
terhadap penisilin.5

Tabel 2.2. Dosis Klindamisin dan Eritromisin

Faringitis akibat infeksi bakteri streptococcus group A dapat diperkirakan


dengan menggunakan Centor criteria3, yaitu :

Tabel 2.3. Kriteria Centor untuk Faringitis3

9
Pada modified Centor criteria ditambah kriteria umur:
- 2-14 tahun (+1)
- 15-44 tahun (0)
- 45 tahun keatas (-1)
Penilaian skornya:
0: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 1%-2.5%. Tidak perlu
pemeriksaan lebih lanjut dan antibiotic.
1: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 5%-10%. Tidak perlu pemeriksaan
lebih lanjut dan antibiotic.
2: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 11%-17%. Kultur bakteri faring
dan antibiotic hanya bila hasil kultur positif
3: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 28%-35%. Kultur bakteri faring
dan antibiotic hanya bila hasil kultur positif
4-5: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 51%-53%. Terapi empiris
dengan antibiotic dan atau kultur bakteri faring

Tabel 2.4. Skoring

c. Faringitis Fungal
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring. Keluhan nyeri
tenggorok dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan
mukosa faring lainnya hiperemis. Pembiakan jamur ini dilakukan dalam agar
Saburoud dextrose.2
Terapi dengan Nystatin 100.000-400.000 2 kali/hari dan analgetika. 2

10
Gambar 2.4. Faringitis Jamur

d. Faringitis Gonorea
Disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Bakteri menyebar melalui oral
seks dengan pasangan yang terinfeksi. Sebagian besar infeksi tenggorokan tidak
menghasilkan gejala (asimtomatik). 2
Penyakit ini paling sering terjadi pada pria yang homoseksual. Faktor risiko nya
yaitu, aktivitas seksual dengan banyak pasangan, dan melakukan seks oral.

Gambar 2.4. Faringitis Gonorea


Gejala dan tanda
Pada wanita , gejala urogenital utama gonore meliputi :
- Keputihan
- Disuria
- Perdarahan intermenstrual
- Dispareunia ( hubungan seksual yang menyakitkan )

11
- Nyeri perut bagian bawah

Jika infeksi berkembang menjadi penyakit radang panggul (PID) , gejala


mungkin termasuk yang berikut :
- Nyeri perut bagian bawah : gejala paling konsisten PID
- Peningkatan cairan vagina atau cairan dari uretra mukopurulen
- Disuria : Biasanya tanpa urgensi atau frekuensi
- Nyeri tekan daerah serviks
- Nyeri adneksa (biasanya bilateral) atau massa adneksa
- Perdarahan intermenstrual
- Demam, menggigil, mual, dan muntah ( kurang umum )

Pada laki-laki , gejala urogenital utama gonore meliputi :


- Uretritis
- Epididimitis akut
- Striktur uretra
- Infeksi dubur : Dapat dengan nyeri , pruritus, atau tenesmus

Diagnosa
Kultur adalah tes diagnostik yang paling umum untuk gonore, yaitu dengan
asam deoksiribonukleat (DNA) probe dan kemudian polymerase chain reaction
(PCR) assay dan ligand chain reaction (LCR). Probe DNA adalah tes deteksi
antigen yang menggunakan probe untuk mendeteksi DNA gonore dalam spesimen.
Kultur swab dari tempat infeksi merupakan standar kriteria untuk diagnosis di
semua tempat potensial infeksi gonokokal. Kultur sangat berguna ketika diagnosis
klinis tidak jelas, ketika kegagalan pengobatan telah terjadi, ketika pelacakan
kontak yang bermasalah, dan ketika pertanyaan hukum muncul.
Terapi
Antara lain : 2
• Ceftriaxone 250 mg intramuscular (IM) single dose PLUS atau IV
• Azithromycin 1 g PO single dose OR
• Doxycycline 100 mg PO twice a day for 7 days

12
2. Faringitis Kronis
Faringitis kronis atau persisten merupakan masalah menjengkelkan dan
menyakitkan bagi pasien. Hal ini dapat bertahan selama lebih dari 3 bulan dan
sangat mengganggu kehidupan sehari-hari. Faringitis kronis bisa disebabkan karena
induksi yang berulang-ulang faringitis akut atau karena iritasi faring akibat
merokok berlebihan dan penyalahgunaan alkohol, seringkonsumsi minuman
ataupun makanan yang panas, dan batuk kronis karena alergi. Bernafas melalui
mulut, ini dapat disebabkan oleh: Kelainan pada nasofarings, obstruksi pada
hidung, dan protruding teeth.2
Terdapat 2 bentuk yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik
atrofi. Faktor predisposisi proses radang kronik di faring ini ialah rhinitis kronik,
sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alcohol, inhalasi uap yang merangsang
mukosa faring dan debu. Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronik adalah
pasien yang biasa bernapas melalui mulut karena hidungnya tersumbat. 2
a. Faringitis kronik hiperplastik
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding
posterior faring.Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral band
hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata,
bergranular. 2
Gejalanya pasien sering mengeluh mula-mula tenggorok kering gatal dan
akhirnya batuk yang berlendir. 2
Terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia
larutan nitras argenti atau dengan listrik (electro cauter). Pengobatan simptomatis
diberikan obat kumur atau tablet isap. Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk
antitusif atau ekspektoran. Penyakit di hidung dan sinus paranasal harus diobati. 2

Gambar 2.5. Faringitis Kronik hiperplastik

13
b. Faringitis kronik atrofi
Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada
rhinitis atrofi, udara pernapasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga
menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring. 2
Gejalanya pasien sering mengeluh tenggorok kering dan tebal serta mulut
berbau. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental
dan bila diangkat tampak mukosa kering2
Pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofinya dan untuk faringitis kronik
atrofi ditambahkan dengan obat kumur dan menjaga kebersihan mulut. 2

Gambar 2.6. Faringitis Kronik Atrofi


3. Faringitis Spesifik
a. Faringitis Luetika2
Faringitis leutika atau faringitis syphilis ini dapat disebabkan oleh
Treponema palidum yang dapat menimbulkan infeksi di daerah faring seperti
penyakit lues di organ lain. Gambaran kliniknya tergantung pada stadium penyakit
primer, sekunder atau tertier.
1) Stadium primer
Kelainan pada stadium primer terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil, dan
dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan.Bila infeksi terus berlangsung
maka timbul ulkus pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak
nyeri.Juga didapatkan pembesaran kelenjar\ mandibular yang tidak nyeri tekan. 2

14
Gambar 2.7. Faringitis Luetika stadium primer
2) Stadium sekunder
Stadium ini jarang ditemukan.Terdapat eritema pada dinding faring yang
menjalar kearah laring. 2

Gambar 2.8. Faringitis Luetika Stadium Sekunder


3) Stadium tertier
Pada stadium ini terdapat guma.Predileksinya pada tonsil dan
palatum.Jarang pada dinding posterior faring.Guma pada dinding posterior faring
dapat meluas ke vertebra servikal dan bila pecah dapat menyebabkan kematian.
Guma yang terdapat di palatum mole, bila sembuh akan terbentuk jaringan parut
yang dapat menimbulkan gangguan fungsi palatum secara permanen. 2
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan serologi. Terapi penisilin dalam
dosis tinggi merupakan obat pilihan utama. 2

15
Gambar 2.9 Faringitis Luetika Stadium Tersier
b. Faringitis Tuberkulosis
Faringitis tuberkulosis merupakan proses sekunder dari tuberculosis paru.
Pada infeksi kuman tahan asam jenis bovinum dapat timbul tuberculosis faring
primer. Cara infeksi eksogen yaitu kontak dengan sputum yang mengandung kuman
atau inhalasi kuman melalui udara. Cara infeksi endogen yaitu penyebaran melalui
darah pada tuberculosis miliaris.Bila infeksi timbul secara hematogen maka tonsil
dapat terkena pada kedua sisi dan lesi sering ditemukan pada dinding posterior
faring, arkus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole, dan palatum
durum. Kelenjar regional leher membengkak. Saat ini juga penyebaran secara
limfogen. 2
Gejalanya yaitu keadaan umum pasien buruk karena anoreksia dan
odinofagia. Pasien mengeluh nyeri yang gebat di tenggorok, nyeri di telinga atau
otalgia serta pembesaran kelenjar limfa servikal. 2
Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan sputum basil tahan
asam, foto toraks untuk melihat adanya tuberculosis paru dan biopsi jaringan yang
terinfeksi untuk menyingkirkan proses keganasan serta mencari kuman basil tahan
asam di jaringan. 2
Pengobatan dengan isoniazid dan rifampisin selama 9 sampai 12 bulan
merupakan terapi yang paling efektif dan mampu mencapai hasil yang diinginkan
dalam 99% dari pasien . Sumber lain menyebutkan terapi sesuai dengan terapi TB.2

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Kultur Swab tenggorokan (Gold standard)
2. Darah Rutin

16
3. Kultur BTA untuk diagnosis Faringitis TB
4. Tes infeksi jamur dengan menggunakan pewarnaan KOH
5. Tes Antigen
2.8 Komplikasi
Adapun komplikasi dari faringitis yaitu sinusitis, otitis media, epiglotitis,
mastoiditis, pneumonia, abses peritonsilar, abses retrofaringeal. Selain itu juga
dapat terjadi komplikasi lain berupa septikemia, meningitis, glomerulonefritis,
demam rematik akut. Hal ini terjadi secara perkontuinatum, limfogenik maupun
hematogenik.4
2.9 Prognosis
Umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik, akan tetapi
tergantung dari berat ringan nya infeksi. Pasien dengan faringitis ringan biasanya
sembuh dalam waktu 1-2 minggu.

17
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. A

Umur/ Tanggal Lahir : 20 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Belimbing

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Suku : Minang

Negeri Asal : Indonesia

Tanggal Pemeriksaan : 2 Februari 2024

3.2 Anamnesis
Seorang laki-laki, usia 20 tahun datang ke poliklinik umum Puskesmas Belimbing
pada tanggal 2 Februari 2024 dengan :
a. Keluhan Utama
Nyeri tenggorokan sejak 3 hari yang lalu
b. Riwayat Penyakit Sekarang
- Nyeri tenggorokan sejak 3 hari yang lalu
- Nyeri saat menelan ada.
- Terasa mengganjal saat menelan ada.
- Demam ada sejak 5 hari yang lalu. Demam tinggi sejak 2 hari yang lalu,
tidak menggigil
- Batuk ada sejak 3 hari yang lalu. Terasa seperti ada lendir di
tenggorokan yang sulit keluar.
- Tidak ada perubahan suara atau suara serak.
- Riwayat bersin-bersin lebih 5x dalam 1 minggu tidak ada

18
- Riwayat alergi debu tidak ada
- Riwayat trauma tidak ada
- Riwayat bengkak dibelakang telinga tidak ada

c. Riwayat Penyakit Dahulu


- Pasien pernah menderita keluhan yang sama 6 bulan yang lalu
- Riwayat Diabetes Mellitus tidak ada
- Riwayat Hipertensi tidak ada
- Riwayat Keganasan tidak ada
- Riwayat Asma tidak ada.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
- Terdapat anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa sejak 2
minggu yang lalu
- Riwayat keganasan pada keluarga tidak ada
- Riwayat DM dan Hipertensi pada keluarga tidak ada
e. Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, dan Kebiasaan
Pasien seorang buruh dengan aktivitas sedang-berat. Merokok 2
bungkus sehari, tidak mengonsumsi minuman beralkohol.

3.3 Pemeriksaan Fisik


Status Generalis

- Keadaan Umum : Tampak sakit ringan


- Kesadaran Umum : Komposmentis kooperatif
- Tekanan Darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 84 kali/menit
- Nafas : 18 kali/menit
- Suhu : 38,1 0C
- Berat badan : 68 kg
- Tinggi badan : 170 cm
- Status Gizi : 23,5 (Normoweight)

Pemeriksaan Sistemik

19
- Kepala : Tidak ada kelainan
- Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
- Leher : Tidak ada pembesaran KGB
- Toraks : Jantung dan paru dalam batas normal
- Abdomen : hepar-lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
- Eksremitas : edema (-), CRT < 2 detik

Status Lokalis THT


a. Telinga
- AD → kelainan kongenital tidak ada, tanda radang tidak ada, nyeri tekan
tragus tidak ada, nyeri tarik pinna tidak ada
Otoskopi : liang telinga lapang, MT utuh, refleks cahaya positif, sekret tidak
ada
- AS → kelainan kongenital tidak ada, tanda-tanda radang tidak ada, nyeri
tekan tragus tidak ada, nyeri tarik pinna tidak ada
Otoskopi : liang telinga lapang, MT utuh, refleks cahaya positif, sekret tidak
ada

b. Hidung
- Hidung luar: Deformitas tidak ada, kelainan kongenital tidak ada, trauma
tidak ada, radang tidak ada, massa tidak ada.
- Sinus Paranasal: Deformitas tidak ada, Nyeri tekan tidak ada, Nyeri ketok
tidak ada.
- Rinoskopi anterior:
o KND: vibrise (+), kavum nasal cukup lapang, sekret (-), konka
inferior eutrofi, permukaan licin, edema (-), konka media eutrofi,
permukaan licin, edema (-), septum deviasi (-), massa (-)
o KNS: vibrise (+), kavum nasal cukup lapang, sekret (-), konka
inferior eutrofi, permukaan licin, edema (-), konka media eutrofi,
permukaan licin, edema (-), septum deviasi (-), massa (-)

c. Kavitas Oral dan Orofaring

20
- Trismus (-)
- Uvula ditengah, edema (-)
- Palatum molle dan arkus faring: merah muda, edema (-)
- Dinding faring: mukosa hiperemis (+), permukaan licin
- Tonsil: T1-T1, merah muda, permukaan licin, muara kripti tidak melebar,
detritus (-)
- Peritonsil: merah muda, edema (-), abses (-)
- Massa (-)
- Gigi: berlubang di molar 2 rahang bawah kanan kiri, karies (-)
- Lidah: merah muda, bentuk normal, deviasi (-), massa (-)

d. Kelenjar Getah Bening


Tidak ditemukan perbesaran KGB leher kiri maupun kanan.

3.4 Diagnosis Kerja


Faringitis Akut

3.5 Diagnosis Banding


Laringitis Akut

3.6 Diagnosis Holistik


- Aspek Personal : Pasien datang sendiri ke Puskesmas Belimbing dengan
keluhan nyeri tenggorokan sejak 3 hari sebelum berobat ke puskesmas.
- Aspek Klinis : Faringitis Akut
- Aspek Resiko Internal : Pasien terpapar dingin terus menerus karena saat
pulang kuliah pasien menggunakan motor dengan kondisi kehujanan.
Sehingga terdapat resiko mengalami faringitis
- Aspek Resiko Eksternal : Terdapat anggota keluarga yang memiliki
keluhan serupa dengan pasien dan sudah dirasakan sejak 2 minggu yang lalu
namun belum dilakukan pengobatan. Resiko penularan faringitis oleh
keluarga memungkinkan pasien mengalami faringitis.
- Aspek Fungsional : Derajat 1, pasien mampu melaksanakan kegiatan
seperti sebelum sakit, dan mandiri

21
3.7 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan

3.8 Tatalaksana
Promotif
- Edukasi Masyarakat: Memberikan informasi kepada masyarakat tentang
penyebab faringitis, gejala, cara penularannya, dan langkah-langkah
pencegahan yang dapat diambil.
- Kampanye Kesadaran Kesehatan: Mengadakan kampanye kesadaran
kesehatan tentang pentingnya kebersihan pribadi, pola makan sehat, dan
gaya hidup yang mendukung sistem kekebalan tubuh yang baik.
- Penyuluhan tentang Kebersihan: Memberikan edukasi tentang pentingnya
mencuci tangan secara teratur, menutup mulut dan hidung saat batuk atau
bersin, serta menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah penyebaran
infeksi.
- Promosi Imunisasi: Mendorong orang untuk mendapatkan imunisasi yang
tepat, seperti vaksin influenza, vaksin pneumonia, dan vaksin lain yang
dapat melindungi dari penyakit yang dapat menyebabkan faringitis.
- Penyuluhan tentang Penggunaan Antibiotik yang Bijak: Mengedukasi
masyarakat tentang pentingnya menggunakan antibiotik hanya jika
diresepkan oleh dokter, karena faringitis akut yang disebabkan oleh virus
tidak memerlukan antibiotik.
- Promosi Hidrasi dan Nutrisi yang Baik: Memberikan informasi tentang
pentingnya minum cukup air dan makan makanan bergizi untuk menjaga
sistem kekebalan tubuh tetap kuat.
- Mendorong Perilaku Sehat: Mendorong perilaku sehat seperti olahraga
teratur, cukup istirahat, mengelola stres, dan menghindari merokok atau
paparan asap rokok.
- Konseling tentang Penggunaan Masker: Memberikan informasi tentang
kapan dan bagaimana menggunakan masker, terutama saat berada di
lingkungan yang berisiko tinggi penularan, seperti ketika sakit atau berada
di tempat umum yang ramai.

22
- Kerjasama dengan Komunitas: Melibatkan komunitas dalam kegiatan
promosi kesehatan, seperti melalui acara pameran kesehatan, seminar, atau
diskusi kelompok tentang pencegahan faringitis dan penyakit lainnya.
- Penyuluhan tentang Pentingnya Kunjungan Rutin ke Dokter: Mendorong
masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dan
berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala faringitis atau penyakit
tenggorokan lainnya.

Preventif

- Gunakan Masker: Saat berada di lingkungan yang berisiko tinggi penularan,


seperti kerumunan atau jika Anda sakit, gunakan masker untuk melindungi
diri sendiri dan orang lain dari penyebaran infeksi.
- Hindari Merokok dan Paparan Asap Rokok: Merokok dapat merusak sistem
kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko terkena infeksi tenggorokan.
- Jaga Kebersihan Lingkungan: Bersihkan permukaan yang sering disentuh,
seperti gagang pintu, meja, dan saklar lampu, secara teratur untuk
mengurangi penyebaran kuman.
- Perhatikan Pola Hidup Sehat: Pola makan seimbang, cukup istirahat,
olahraga teratur, dan mengelola stres dapat membantu menjaga sistem
kekebalan tubuh tetap kuat.

Kuratif

Farmakologi

- Paracetamol 3x500 mg
- Amoxicillin 3x500 mg
- Ambroxol 3x30 mg
- CTM 3x4 mg
- Vitamin C 1x500 mg

Non Farmakologi

- Jelaskan bahwa faringitis akut adalah peradangan tenggorokan yang


biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri.

23
- Istirahat yang cukup dan minum yang banyak
- Berkumur dengan larutan garam hangat
- Jelaskan penggunaan obat yang benar, terutama penggunaan antibiotik.
Serta alasan diberikannya antibiotik karena dicurigai penyebabnya adalah
bakteri,
- Menghindari kontak dengan orang yang sakit, menjaga kebersihan
lingkungan, dan menghindari berbagi barang pribadi.

3.9 Prognosis
Quo ad sanam : bonam
Quo ad vitam : bonam
Quo ad kosmetikum : bonam
Quo ad functionam : bonam

3.10 Resep
DINAS KESEHATAN KOTA PADANG
PUSKESMAS BELIMBING

Padang, 2 Februari 2024

R/ Paracetamol 500 mg tab no. X


S3dd tab I p.r.n
R/ Amoxicillin 500 mg tab no. X
S3dd tab I
R/ CTM 4 mg tab no. X
S3dd tab I
R/ Ambroxol 30 mg tab no. X
S3dd tab I
R/ Vitamin C 500 mg tab no.
S1dd tab I

Pro : Tn. A
Umur : 20 tahun
Alamat : Belimbing

24
3. 11 Family Assesment Tools
1. Data Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. AD
Responden : Tn. A
Alamat : Belimbing
Family APGAR : 8 (Highly functional family)

2. Data Demografi

Anggota Umur Pendidikan


No. Keluarga Kedudukan Gender (tahun) Terakhir Pekerjaan

Kepala keluarga
1. Tn. AD (ayah) ♂ 49 S1 PNS

2. Ny. D Istri ♀ 47 S1 IRT

20 SMA
3. An. A Anak ♂ Mahasiswa

3. Genogram

25
4. Family APGAR I

5. Family APGAR II

Jenis Bagaimana interaksi dengan


Nama Hubungan Umur anggota keluarga tersebut
Kelamin
baik biasa buruk
Tn. AD Ayah ♂ 49 √

Ny. D Ibu ♀ 47 √

6. SCREEM

Tn. A merupakan seorang mahasiswa yang aktif mengikuti


kegiatan di kampus dan kegiatan sosial lainnya. Tn. A
Sosial dapat membina hubungan baik dengan keluarga, tetangga,
maupun teman-temannya.
Tn. A dibesarkan dengan kebudayaan Minang dari Ibu
dan Ayah. Tn. A sehari-hari menggunakan campuran
Cultural bahasa Indonesia dan Minang dalam berkomunikasi
dengan keluarga.
Tn. A beragama Islam, sering mengikuti kegiatan
Religion keagamaan, dan melaksanakan ibadah seperti sholat dan
mengaji di rumah.

26
Tn. A merupakan seorang mahasiswa yang masih belum
Economy bekerja. Tn. A masih menjadi tanggungan orang tuanya
secara ekonomi
Tn. A terakhir berpendidikan SMA dan saat ini sedang
Education kuliah S1.
Jika Tn. A atau keluarga sakit, Tn. A akan kefasilitas
Medical kesehatan terdekat seperti puskesmas Belimbing. Tn. A
dan keluarga telah terdaftar BPJS dan mereka memakai
BPJS jika ingin berobat ke fasilitas kesehatan.

7. Family Circle

Tn. AD Ny. D

Tn. A

3.12 Family Wellness Plan


Anggota Lifestyle Modification Skrining Imunisasi Kemo
Keluarga profilaksis
Tn. A - Perilaku hidup bersih dan - Pemeriksaan Vaksin
20 tahun sehat serta menjaga tekanan darah covid 3x
kebersihan lingkungan ( (1xbulan)
rajin mencuci tangan - Pemeriksaan
dengan sabun, rajin gula darah
menggosok gigi sesudah (1x3 tahun)
makan dan sebelum tidur) - Pemeriksaan
- Diet yang seimbang dengan kolesterol
makanan yang sehat sesuai (1x6bulan)
dengan rekomendasi isi - Pemeriksaan
piringku, memakan protein gigi (1x6
yang beragam,
bulan)
meningkatkan konsumsi
- Pemeriksaan
buah dan sayur.
Kesehatan
- Olahraga yang teratur (3-5
rutin (1x
kali/minggu, minimal 30
setahun)
menit per sesi, olahraga
jalan).
- Manajemen stress :
Berolahraga, rekreasi,

27
beribadah, bertemu
teman, istirahat
- Tidur dan istirahat yang
cukup (6-8 jam perhari).
- Hindari asap rokok dari
lingkungan sekitar.
- Menerapkan aturan 20-
20-20 dalam menatap
layar (tiap berada di
depan gawai selama 20
menit istirahatkan mata
selama 20 detik dengan
melihat objek sejauh 20
kaki)

Modifikasi Lifestyle Tn. A


DIET
- TB = 170 cm
- BB = 68 kg
- IMT = 23,5
- BB Ideal = (TB-100) – 10% (TB-100)
= (170-100) – 10% (170-100)
= 70 – 6
= 64 kg
- KKB = 655,1 + (9,56 x BBI) + (1,85 x TB) – (4,67 x usia)
= 655,1 + (9,56 x 64 ) + (1,85 x 170) – (4,67 x 20)
= 655,1 + 611,84 + 314,5 – 93,4
= 1.488,04
- KKT = 1.448,04 + (30% x 1.448,04)
= 1.448,04 + 434,412
= 1.882,45 ≈ 1.882
- Karbohidrat = 60% x 1.882 = 1.129,2 : 4
= 282,3 gram (2-3 centong nasi)
- Protein = 25% x 1.882 = 470,5 : 4
= 117,6 gram (2-3 x 1 potong ikan/daging/ayam/tahu besar,
2x1 buah telur, 2-3 x 1 potong sedang tempe

28
- Lemak = 15% x 1.882 = 282,3 : 4
= 70,5 gram (2 sdm minyak goreng)
- Konsumsi sayur 2-3 porsi/ hari
- Buah-buahan 3-5 porsi/ hari
OLAHRAGA
- Frekuensi: 3-4x seminggu
- Intensitas: target HR= 220-usia= 220-20= 200x/menit
Durasi: 30 menit/sesi
- Tipe : Olahraga sedang (Jogging, bersepeda), Waktu total: 1,5 jam
perminggu

CAIRAN
- Kebutuhan air/ hari = 30 cc/ kgBB/ 24 jam
= 30 cc x 68 kg/ 24 jam
= 2040 cc/ 24 jam (8-9 gelas belimbing)

MANAJEMEN STRES
- Istirahat yang cukup
- Rekreasi
- Bertemu dengan teman
- Mengikuti kegiatan organisasi

29
BAB IV
PEMBAHASAN

Seorang laki-laki usia 20 tahun datang ke poli umum Puskesmas dengan


keluhan nyeri menelan sejak 3 hari yang lalu. Berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik didapatkan gejala dan tanda yang mengarahkan diagnosis pada
faringitis akut.
Kebanyakan kasus faringitis disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri.
Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung dengan sekret nasal maupun
droplet yang mengandung patogen. Patogen tersebut kemudian menginvasi mukosa
pada faring dan menimbulkan respon inflamasi lokal yang menyebabkan edema dan
produksi sekresi yang berlebihan pada mukosa faring.
Kebanyakan kasus faringitis disebabkan oleh virus, bergejala ringan, dan
bersifat swasirna. Meski demikian, sulit untuk membedakan etiologi faringitis
hanya berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Beberapa gejala, seperti
awitan yang akut dan nyeri kepala, perlu meningkatkan kecurigaan ke arah
GABHS. Pasien faringitis umumnya mengeluhkan nyeri tenggorokan. Keluhan
demam, batuk, serta pilek juga bisa ditemukan. Pada beberapa kasus faringitis
akibat virus, bisa ditemukan gejala penyerta berupa konjungtivitis dan ruam pada
kulit.
Tanda dan gejala pada faringitis seringkali sulit dibedakan antara penyebab
virus atau bakteri. Gejala yang ditemukan adalah nyeri tenggorokan, demam, batuk
kering maupun berdahak serta pilek. Faringitis tanpa komplikasi biasanya self-
limited dalam jangka waktu 5 – 7 hati, tidak progresif, bilateral, tanpa trismus dan
tidak adanya obstruksi jalan napas (stridor).
Penatalaksanaan faringitis viral umumnya bersifat suportif karena
kebanyakan kasus bersifat self limiting. Sementara itu, faringitis bakterial, terutama
infeksi Group A beta-hemolytic streptococci (GABHS) memerlukan antibiotik.
Pada pasien diberikan paracetamol, antibiotik berupa amoxicillin, ambroxol untuk
batuknya dan vitamin C untuk suportif.
Perlu disampaikan kepada pasien bahwa infeksi faring akibat virus dapat
sembuh dalam beberapa hari sesuai dengan daya tahan tubuh masing-masing
pasien, biasanya dalam waktu 7-10 hari. Apabila faringitis disebabkan oleh bakteri,

30
maka pasien memerlukan terapi antibiotik. Pasien perlu dijelaskan bahwa konsumsi
antibiotik harus sampai habis sesuai dengan anjuran dari dokter meskipun gejala
sudah dirasakan membaik. Hal ini untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Wolford RW, Goyal A, Syed SY, Schaefer TJ. Pharyngitis. StatPealrs. NCBI.
2022
2. Acerra JR. Pharyngitis. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/764304-
overview
3. Gounder AP, Boon ACM. Influenza Pathogenesis: The Effect of Host Factors
on Severity of Disease. J Immunol. 2019 Jan 15;202(2):341-350.
4. Tanz RR. Sore Throat. Nelson Pediatric Symptom-Based Diagnosis. 2018:1–
14.e2. doi: 10.1016/B978-0-323-39956-2.00001-7. Epub 2017 May 12.
PMCID: PMC7152117.
5. Pardo S, Perera TB. Scarlet Fever. StatPearls. NCBI. 2022
6. Luo R, Sickler J, Vahidnia F, Lee YC, Frogner B, Thompson M. Diagnosis and
Management of Group a Streptococcal Pharyngitis in the United States, 2011-
2015. BMC Infect Dis. 2019 Feb 26;19(1):193.

32

You might also like