Professional Documents
Culture Documents
CRS Faringitis
CRS Faringitis
FARINGITIS
Oleh :
Nindy Maharani 2240312183
Preseptor:
dr. Ida Rahmah Burhan, MARS
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur diucapkan pada Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Faringitis”.
Makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan
pembaca, serta menjadi salah satu ilmiah dalam mengikuti kepaniteraan klinik di
Bagian Family Oriented Medical Education Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas periode Januari-Februari 2024.
Terima kasih penulis ucapkan dr. Ida Rahmah Burhan, MARS selaku
preseptor di kepaniteraan klinik Bagian FOME Klinik di Puskesmas Belimbing
yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pembuatan makalah ini.
Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.7 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 32
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.4 Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode tinjauan pustaka yang
mengacu pada berbagai literatur.
1.5 Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi dan
pengetahuan mengenai Faringitis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Faringitis adalah penyakit inflamasi dari mukosa dan submukosa pada
tenggorokan, Jaringan yang terkena meliputi orofaring, nasofaring, hipofaring,
tonsil, dan adenoid.2 Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat
disebabkan oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin, dan lain-
lain.2
Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi
inflamasi local.Infeksi bakteri grup A Streptokokus β hemolitikus dapat
menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat, karena bakteri ini melepaskan toksin
ekstraselular yang dapat menimbulkan demam reumatik, kerusakan katup jantung,
glomerulonephritis akut karena fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya
kompleks antigen-antibodi. Bakteri ini banyak menyerang anak usia sekolah, orang
dewasa dan jarang pada anak umur kurang dari 3 tahun. Penularan infeksi melalui
secret hidung dan ludah (droplet infection).2
2.2 Anatomi
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong
dengan bagian atas yang besar dan bagian bawah yang sempit. Faring merupakan
ruang utama traktus respiratorius dan traktus digestivus. Kantung fibromuskuler ini
mulai dari dasar tengkorak dan terus menyambung ke esofagus hingga setinggi
vertebra servikalis ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui
koana. Ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring dibawah berhubungan dengan aditus laring dan ke bawah
berhubungan dengan esophagus. Panjang dinding posterior faring pada orang
dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini merupakan bagian dinding faring yang
terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lendir, fasia
faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring terbagi
atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring).3 Unsur-unsur faring
meliputi mukosa, selaput lendir (mucous blanket) dan otot.3
3
Gambar 2.1 Anatomi Faring
2.3 Etiologi
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan
akibat infeksi maupun non infeksi. Banyak mikroorganisme yang dapat
menyebabkan faringitis, virus (40-60%), bakteri (5-40%).2 Respiratory viruses
merupakan penyebab faringitis yang paling banyak teridentifikasi dengan
Rhinovirus (±20%) dan coronaviruses (±5%). Selain itu juga ada Influenzavirus,
Parainfluenza virus, adenovirus, Herpes simplex virus type 1&2, Coxsackie virus
A, cytomegalovirus dan Epstein-Barr virus (EBV).3 Selain itu infeksi HIV juga
dapat menyebabkan terjadinya faringitis. Faringitis yang disebabkan oleh bakteri
biasanya oleh grup S.pyogenes dengan 5-15% penyebab faringitis pada orang
dewasa. Group A streptococcus merupakan penyebab faringitis yang utama pada
anak-anak berusia 5-15 tahun, ini jarang ditemukan pada anak berusia <3tahun. 2, 3
Bakteri penyebab faringitis yang lainnya (<1%) antara lain Neisseria
gonorrhoeae, Corynebacterium diptheriae, Corynebacterium ulcerans, Yersinia
eneterolitica dan Treponema pallidum, Mycobacterium tuberculosis. Faringitis
dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita faringitis. Faktor
resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh,
konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan. 3
Pada faringitis kronik, faktor-faktor yang berpengaruh:4
4
1. Infeksi persisten di sekitar faring. Pada rhinitis dan sinusitis kronik,
mucus purulent secara konstan jatuh ke faring dan menjadi sumber
infeksi yang konstan. Tonsillitis kronik dan sepsis dental juga
bertanggung jawab dalam menyebabkan faringitis kronik dan
odinofagia yang rekuren.
2. Bernapas melalui mulut. Bernapas melalui mulut akan mengekspos
faring ke udara yang tidak difiltrasi, dilembabkan dan disesuaikan
dengan suhu tubuh sehingga menyebabkan lebih mudah terinfeksi.
Bernapas melalui mulut biasa disebabkan oleh :
a. Obstruksi hidung
b. Obstruksi nasofaring
c. Gigi yang menonjol
d. Kebiasaan
3. Iritan kronik. Merokok yang berlebihan, mengunyah tembakau,
peminum minuman keras, makanan yang sangat pedas semuanya dapat
menyebabkan faringitis kronik.
4. Polusi lingkungan. Asap atau lingkungan yang berdebu atau uap
industry juga menyebabkan faringitis kronik.
5. Faulty voice production. Penggunaan suara yang berlebihan atau faulty
voice production juga adalah salah satu penyebab faringitis kronik.
Faktor risiko dari faringitis yaitu:
1. Cuaca dingin dan musim flu
2. Kontak dengan pasien penderita faringitis karena penyakit ini dapat
menular melalui udara
3. Merokok, atau terpajan oleh asap rokok
4. Infeksi sinus yang berulang
5. Alergi
2.4 Epidemiologi
Di USA, faringitis terjadi lebih sering terjadi pada anak-anak daripada pada
dewasa. Sekitar 15 – 30 % faringitis terjadi pada anak usia sekolah, terutama usia 4
– 7 tahun, dan sekitar 10%nya diderita oleh dewasa. Faringitis ini jarang terjadi
pada anak usia < 3 tahun. 4
5
Penyebab tersering dari faringitis ini yaitu streptokokus grup A, karena itu
sering disebut faringitis GAS (Group A Streptococci). Bakteri penyebab tersering
yaitu Streptococcus Pyogenes. Sedangkan, penyebab virus tersering yaitu
rhinovirus dan adenovirus. Masa infeksi GAS paling sering yaitu pada akhir musim
gugur hingga awal musim semi. 4
2.5 Patogenesis
Infeksi faringitis bakteri maupun virus secara langsung menginvasi mukosa
faring menyebabkan respon lokal inflamasi. Virus seperti rinovirus dan korona
virus menyebabkan iritasi sekunder mukosa faring hingga sekresi nasal.5
Bakteri S. Pyogenes memiliki sifat penularan yang tinggi dengan droplet udara
yang berasal dari pasien faringitis.Droplet ini dikeluarkan melalui batuk dan bersin.
Jika bakteri ini hinggap pada sel sehat, bakteri ini akan bermultiplikasi dan
mensekresikan toksin. Toksin ini menyebabkan kerusakan pada sel hidup dan
inflamasi pada orofaring dan tonsil. Kerusakan jaringan ini ditandai dengan adanya
tampakan kemerahan pada faring.4 Periode inkubasi faringitis hingga gejala muncul
yaitu sekitar 24 – 72 jam.5
Beberapa strain dari S. Pyogenes menghasilkan eksotoksin eritrogenik yang
menyebabkan bercak kemerahan pada kulit pada leher, dada, dan lengan. Bercak
tersebut terjadi sebagai akibat dari kumpulan darah pada pembuluh darah yang
rusak akibat pengaruh toksin.5
6
a) Faringitis luetika
b) Faringitis tuberkulosis
1. Faringitis Akut
a. Faringitis Viral2
Gejala dan tanda faringitis viral adalah demam disertai rinorea, mual, nyeri
tenggorokan dan sulit menelan.Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil
hiperemis. Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan
menimbulkan faringitis. Virus influenza, coxsachievirus dan cytomegalovirus tidak
menghasilkan eksudat. Coxachievirus dapat menimbulkan lesi vesicular di
orofaring dan lesi kulit berupa mauclopapular rash. Adenovirus selain
menimbulkan gejala faringitis, juga menimbulkan gejala konjungtivitis terutama
pada anak. Epstein Barr Virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai
produksi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di
seluruh tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali. 2
Faringitis yang disebabkan HIV-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri
menelan, mual, dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat
eksudat, limfadenopati akut di leher dan pasien tampak lemah. 2
Terapinya adalah istirahat dan minum yang cukup. Kumur dengan air hangat.
Analgetika jika perlu dan tablet isap. Antivirus metisoprinol (Isoprenosine)
diberikan pada infeksi herpes simpleks dengan dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam
4-6 kali pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak <5 tahun diberikan 50
mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari. 2
7
b. Faringitis bakterial
Infeksi grup A Streptokokus 𝛽 hemolitikus merupakan penyebab faringitis
akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%). Gejala dan tandanya adalah
nyeri kepala yang hebat, muntah kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang
tinggi, jarang disertai batuk. Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan
tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian
timbul bercak petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior
membesar, kenyal, dan nyeri pada penekanan.2
Terapi: 2
a. Antibiotik diberikan terutama bila diduga penyebab faringitis akut ini grup A
Streptokokus 𝛽 hemolitikus. Penicillin G Benzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis
tunggal, atau amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan
pada dewasa 3 x 500 mg selama 6-10 hariatau eritromisin 4 x 500 mg/hari
b. Kortikosteroid: deksametason 8-16 mg, IM, 1 kali. Pada anak 0.08-0.3 mg/kgBB,
IM, 1 kali.
c. Analgetika
d. Kumur dengan air hangat atau antiseptic.
8
Tabel 2.1. Dosis Penisilin
9
Pada modified Centor criteria ditambah kriteria umur:
- 2-14 tahun (+1)
- 15-44 tahun (0)
- 45 tahun keatas (-1)
Penilaian skornya:
0: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 1%-2.5%. Tidak perlu
pemeriksaan lebih lanjut dan antibiotic.
1: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 5%-10%. Tidak perlu pemeriksaan
lebih lanjut dan antibiotic.
2: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 11%-17%. Kultur bakteri faring
dan antibiotic hanya bila hasil kultur positif
3: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 28%-35%. Kultur bakteri faring
dan antibiotic hanya bila hasil kultur positif
4-5: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 51%-53%. Terapi empiris
dengan antibiotic dan atau kultur bakteri faring
c. Faringitis Fungal
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring. Keluhan nyeri
tenggorok dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan
mukosa faring lainnya hiperemis. Pembiakan jamur ini dilakukan dalam agar
Saburoud dextrose.2
Terapi dengan Nystatin 100.000-400.000 2 kali/hari dan analgetika. 2
10
Gambar 2.4. Faringitis Jamur
d. Faringitis Gonorea
Disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Bakteri menyebar melalui oral
seks dengan pasangan yang terinfeksi. Sebagian besar infeksi tenggorokan tidak
menghasilkan gejala (asimtomatik). 2
Penyakit ini paling sering terjadi pada pria yang homoseksual. Faktor risiko nya
yaitu, aktivitas seksual dengan banyak pasangan, dan melakukan seks oral.
11
- Nyeri perut bagian bawah
Diagnosa
Kultur adalah tes diagnostik yang paling umum untuk gonore, yaitu dengan
asam deoksiribonukleat (DNA) probe dan kemudian polymerase chain reaction
(PCR) assay dan ligand chain reaction (LCR). Probe DNA adalah tes deteksi
antigen yang menggunakan probe untuk mendeteksi DNA gonore dalam spesimen.
Kultur swab dari tempat infeksi merupakan standar kriteria untuk diagnosis di
semua tempat potensial infeksi gonokokal. Kultur sangat berguna ketika diagnosis
klinis tidak jelas, ketika kegagalan pengobatan telah terjadi, ketika pelacakan
kontak yang bermasalah, dan ketika pertanyaan hukum muncul.
Terapi
Antara lain : 2
• Ceftriaxone 250 mg intramuscular (IM) single dose PLUS atau IV
• Azithromycin 1 g PO single dose OR
• Doxycycline 100 mg PO twice a day for 7 days
12
2. Faringitis Kronis
Faringitis kronis atau persisten merupakan masalah menjengkelkan dan
menyakitkan bagi pasien. Hal ini dapat bertahan selama lebih dari 3 bulan dan
sangat mengganggu kehidupan sehari-hari. Faringitis kronis bisa disebabkan karena
induksi yang berulang-ulang faringitis akut atau karena iritasi faring akibat
merokok berlebihan dan penyalahgunaan alkohol, seringkonsumsi minuman
ataupun makanan yang panas, dan batuk kronis karena alergi. Bernafas melalui
mulut, ini dapat disebabkan oleh: Kelainan pada nasofarings, obstruksi pada
hidung, dan protruding teeth.2
Terdapat 2 bentuk yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik
atrofi. Faktor predisposisi proses radang kronik di faring ini ialah rhinitis kronik,
sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alcohol, inhalasi uap yang merangsang
mukosa faring dan debu. Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronik adalah
pasien yang biasa bernapas melalui mulut karena hidungnya tersumbat. 2
a. Faringitis kronik hiperplastik
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding
posterior faring.Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral band
hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata,
bergranular. 2
Gejalanya pasien sering mengeluh mula-mula tenggorok kering gatal dan
akhirnya batuk yang berlendir. 2
Terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia
larutan nitras argenti atau dengan listrik (electro cauter). Pengobatan simptomatis
diberikan obat kumur atau tablet isap. Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk
antitusif atau ekspektoran. Penyakit di hidung dan sinus paranasal harus diobati. 2
13
b. Faringitis kronik atrofi
Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada
rhinitis atrofi, udara pernapasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga
menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring. 2
Gejalanya pasien sering mengeluh tenggorok kering dan tebal serta mulut
berbau. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental
dan bila diangkat tampak mukosa kering2
Pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofinya dan untuk faringitis kronik
atrofi ditambahkan dengan obat kumur dan menjaga kebersihan mulut. 2
14
Gambar 2.7. Faringitis Luetika stadium primer
2) Stadium sekunder
Stadium ini jarang ditemukan.Terdapat eritema pada dinding faring yang
menjalar kearah laring. 2
15
Gambar 2.9 Faringitis Luetika Stadium Tersier
b. Faringitis Tuberkulosis
Faringitis tuberkulosis merupakan proses sekunder dari tuberculosis paru.
Pada infeksi kuman tahan asam jenis bovinum dapat timbul tuberculosis faring
primer. Cara infeksi eksogen yaitu kontak dengan sputum yang mengandung kuman
atau inhalasi kuman melalui udara. Cara infeksi endogen yaitu penyebaran melalui
darah pada tuberculosis miliaris.Bila infeksi timbul secara hematogen maka tonsil
dapat terkena pada kedua sisi dan lesi sering ditemukan pada dinding posterior
faring, arkus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole, dan palatum
durum. Kelenjar regional leher membengkak. Saat ini juga penyebaran secara
limfogen. 2
Gejalanya yaitu keadaan umum pasien buruk karena anoreksia dan
odinofagia. Pasien mengeluh nyeri yang gebat di tenggorok, nyeri di telinga atau
otalgia serta pembesaran kelenjar limfa servikal. 2
Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan sputum basil tahan
asam, foto toraks untuk melihat adanya tuberculosis paru dan biopsi jaringan yang
terinfeksi untuk menyingkirkan proses keganasan serta mencari kuman basil tahan
asam di jaringan. 2
Pengobatan dengan isoniazid dan rifampisin selama 9 sampai 12 bulan
merupakan terapi yang paling efektif dan mampu mencapai hasil yang diinginkan
dalam 99% dari pasien . Sumber lain menyebutkan terapi sesuai dengan terapi TB.2
16
3. Kultur BTA untuk diagnosis Faringitis TB
4. Tes infeksi jamur dengan menggunakan pewarnaan KOH
5. Tes Antigen
2.8 Komplikasi
Adapun komplikasi dari faringitis yaitu sinusitis, otitis media, epiglotitis,
mastoiditis, pneumonia, abses peritonsilar, abses retrofaringeal. Selain itu juga
dapat terjadi komplikasi lain berupa septikemia, meningitis, glomerulonefritis,
demam rematik akut. Hal ini terjadi secara perkontuinatum, limfogenik maupun
hematogenik.4
2.9 Prognosis
Umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik, akan tetapi
tergantung dari berat ringan nya infeksi. Pasien dengan faringitis ringan biasanya
sembuh dalam waktu 1-2 minggu.
17
BAB III
LAPORAN KASUS
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Belimbing
Agama : Islam
Suku : Minang
3.2 Anamnesis
Seorang laki-laki, usia 20 tahun datang ke poliklinik umum Puskesmas Belimbing
pada tanggal 2 Februari 2024 dengan :
a. Keluhan Utama
Nyeri tenggorokan sejak 3 hari yang lalu
b. Riwayat Penyakit Sekarang
- Nyeri tenggorokan sejak 3 hari yang lalu
- Nyeri saat menelan ada.
- Terasa mengganjal saat menelan ada.
- Demam ada sejak 5 hari yang lalu. Demam tinggi sejak 2 hari yang lalu,
tidak menggigil
- Batuk ada sejak 3 hari yang lalu. Terasa seperti ada lendir di
tenggorokan yang sulit keluar.
- Tidak ada perubahan suara atau suara serak.
- Riwayat bersin-bersin lebih 5x dalam 1 minggu tidak ada
18
- Riwayat alergi debu tidak ada
- Riwayat trauma tidak ada
- Riwayat bengkak dibelakang telinga tidak ada
Pemeriksaan Sistemik
19
- Kepala : Tidak ada kelainan
- Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
- Leher : Tidak ada pembesaran KGB
- Toraks : Jantung dan paru dalam batas normal
- Abdomen : hepar-lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
- Eksremitas : edema (-), CRT < 2 detik
b. Hidung
- Hidung luar: Deformitas tidak ada, kelainan kongenital tidak ada, trauma
tidak ada, radang tidak ada, massa tidak ada.
- Sinus Paranasal: Deformitas tidak ada, Nyeri tekan tidak ada, Nyeri ketok
tidak ada.
- Rinoskopi anterior:
o KND: vibrise (+), kavum nasal cukup lapang, sekret (-), konka
inferior eutrofi, permukaan licin, edema (-), konka media eutrofi,
permukaan licin, edema (-), septum deviasi (-), massa (-)
o KNS: vibrise (+), kavum nasal cukup lapang, sekret (-), konka
inferior eutrofi, permukaan licin, edema (-), konka media eutrofi,
permukaan licin, edema (-), septum deviasi (-), massa (-)
20
- Trismus (-)
- Uvula ditengah, edema (-)
- Palatum molle dan arkus faring: merah muda, edema (-)
- Dinding faring: mukosa hiperemis (+), permukaan licin
- Tonsil: T1-T1, merah muda, permukaan licin, muara kripti tidak melebar,
detritus (-)
- Peritonsil: merah muda, edema (-), abses (-)
- Massa (-)
- Gigi: berlubang di molar 2 rahang bawah kanan kiri, karies (-)
- Lidah: merah muda, bentuk normal, deviasi (-), massa (-)
21
3.7 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
3.8 Tatalaksana
Promotif
- Edukasi Masyarakat: Memberikan informasi kepada masyarakat tentang
penyebab faringitis, gejala, cara penularannya, dan langkah-langkah
pencegahan yang dapat diambil.
- Kampanye Kesadaran Kesehatan: Mengadakan kampanye kesadaran
kesehatan tentang pentingnya kebersihan pribadi, pola makan sehat, dan
gaya hidup yang mendukung sistem kekebalan tubuh yang baik.
- Penyuluhan tentang Kebersihan: Memberikan edukasi tentang pentingnya
mencuci tangan secara teratur, menutup mulut dan hidung saat batuk atau
bersin, serta menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah penyebaran
infeksi.
- Promosi Imunisasi: Mendorong orang untuk mendapatkan imunisasi yang
tepat, seperti vaksin influenza, vaksin pneumonia, dan vaksin lain yang
dapat melindungi dari penyakit yang dapat menyebabkan faringitis.
- Penyuluhan tentang Penggunaan Antibiotik yang Bijak: Mengedukasi
masyarakat tentang pentingnya menggunakan antibiotik hanya jika
diresepkan oleh dokter, karena faringitis akut yang disebabkan oleh virus
tidak memerlukan antibiotik.
- Promosi Hidrasi dan Nutrisi yang Baik: Memberikan informasi tentang
pentingnya minum cukup air dan makan makanan bergizi untuk menjaga
sistem kekebalan tubuh tetap kuat.
- Mendorong Perilaku Sehat: Mendorong perilaku sehat seperti olahraga
teratur, cukup istirahat, mengelola stres, dan menghindari merokok atau
paparan asap rokok.
- Konseling tentang Penggunaan Masker: Memberikan informasi tentang
kapan dan bagaimana menggunakan masker, terutama saat berada di
lingkungan yang berisiko tinggi penularan, seperti ketika sakit atau berada
di tempat umum yang ramai.
22
- Kerjasama dengan Komunitas: Melibatkan komunitas dalam kegiatan
promosi kesehatan, seperti melalui acara pameran kesehatan, seminar, atau
diskusi kelompok tentang pencegahan faringitis dan penyakit lainnya.
- Penyuluhan tentang Pentingnya Kunjungan Rutin ke Dokter: Mendorong
masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dan
berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala faringitis atau penyakit
tenggorokan lainnya.
Preventif
Kuratif
Farmakologi
- Paracetamol 3x500 mg
- Amoxicillin 3x500 mg
- Ambroxol 3x30 mg
- CTM 3x4 mg
- Vitamin C 1x500 mg
Non Farmakologi
23
- Istirahat yang cukup dan minum yang banyak
- Berkumur dengan larutan garam hangat
- Jelaskan penggunaan obat yang benar, terutama penggunaan antibiotik.
Serta alasan diberikannya antibiotik karena dicurigai penyebabnya adalah
bakteri,
- Menghindari kontak dengan orang yang sakit, menjaga kebersihan
lingkungan, dan menghindari berbagi barang pribadi.
3.9 Prognosis
Quo ad sanam : bonam
Quo ad vitam : bonam
Quo ad kosmetikum : bonam
Quo ad functionam : bonam
3.10 Resep
DINAS KESEHATAN KOTA PADANG
PUSKESMAS BELIMBING
Pro : Tn. A
Umur : 20 tahun
Alamat : Belimbing
24
3. 11 Family Assesment Tools
1. Data Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. AD
Responden : Tn. A
Alamat : Belimbing
Family APGAR : 8 (Highly functional family)
2. Data Demografi
Kepala keluarga
1. Tn. AD (ayah) ♂ 49 S1 PNS
20 SMA
3. An. A Anak ♂ Mahasiswa
3. Genogram
25
4. Family APGAR I
5. Family APGAR II
Ny. D Ibu ♀ 47 √
6. SCREEM
26
Tn. A merupakan seorang mahasiswa yang masih belum
Economy bekerja. Tn. A masih menjadi tanggungan orang tuanya
secara ekonomi
Tn. A terakhir berpendidikan SMA dan saat ini sedang
Education kuliah S1.
Jika Tn. A atau keluarga sakit, Tn. A akan kefasilitas
Medical kesehatan terdekat seperti puskesmas Belimbing. Tn. A
dan keluarga telah terdaftar BPJS dan mereka memakai
BPJS jika ingin berobat ke fasilitas kesehatan.
7. Family Circle
Tn. AD Ny. D
Tn. A
27
beribadah, bertemu
teman, istirahat
- Tidur dan istirahat yang
cukup (6-8 jam perhari).
- Hindari asap rokok dari
lingkungan sekitar.
- Menerapkan aturan 20-
20-20 dalam menatap
layar (tiap berada di
depan gawai selama 20
menit istirahatkan mata
selama 20 detik dengan
melihat objek sejauh 20
kaki)
28
- Lemak = 15% x 1.882 = 282,3 : 4
= 70,5 gram (2 sdm minyak goreng)
- Konsumsi sayur 2-3 porsi/ hari
- Buah-buahan 3-5 porsi/ hari
OLAHRAGA
- Frekuensi: 3-4x seminggu
- Intensitas: target HR= 220-usia= 220-20= 200x/menit
Durasi: 30 menit/sesi
- Tipe : Olahraga sedang (Jogging, bersepeda), Waktu total: 1,5 jam
perminggu
CAIRAN
- Kebutuhan air/ hari = 30 cc/ kgBB/ 24 jam
= 30 cc x 68 kg/ 24 jam
= 2040 cc/ 24 jam (8-9 gelas belimbing)
MANAJEMEN STRES
- Istirahat yang cukup
- Rekreasi
- Bertemu dengan teman
- Mengikuti kegiatan organisasi
29
BAB IV
PEMBAHASAN
30
maka pasien memerlukan terapi antibiotik. Pasien perlu dijelaskan bahwa konsumsi
antibiotik harus sampai habis sesuai dengan anjuran dari dokter meskipun gejala
sudah dirasakan membaik. Hal ini untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Wolford RW, Goyal A, Syed SY, Schaefer TJ. Pharyngitis. StatPealrs. NCBI.
2022
2. Acerra JR. Pharyngitis. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/764304-
overview
3. Gounder AP, Boon ACM. Influenza Pathogenesis: The Effect of Host Factors
on Severity of Disease. J Immunol. 2019 Jan 15;202(2):341-350.
4. Tanz RR. Sore Throat. Nelson Pediatric Symptom-Based Diagnosis. 2018:1–
14.e2. doi: 10.1016/B978-0-323-39956-2.00001-7. Epub 2017 May 12.
PMCID: PMC7152117.
5. Pardo S, Perera TB. Scarlet Fever. StatPearls. NCBI. 2022
6. Luo R, Sickler J, Vahidnia F, Lee YC, Frogner B, Thompson M. Diagnosis and
Management of Group a Streptococcal Pharyngitis in the United States, 2011-
2015. BMC Infect Dis. 2019 Feb 26;19(1):193.
32