Professional Documents
Culture Documents
Tugas 1, M Agil Al Munawar (2105903010041)
Tugas 1, M Agil Al Munawar (2105903010041)
NIM : 2105903010041
B. Teori Dasar
Metallography adalah salah satu ilmu tentang logam yang mempelajari dan menyajikan
struktur mikro maupun topografi logam, fasa-fasa, ukuran butir dan distribusinya, serta sifat-sifat
logam serta paduannya. Dalam Metallography dikenal pengujian makro dan pengujian
mikro.Pengujian makro ialah proses pengujian bahan yang menggunakan mata terbuka dengan
tujuan dapat memeriksa celah dan lubang dalam permukaan bahan, contohnya untuk mengevaluasi
hasil pengelasan. Pengujian dengan cara ini biasanya digunakan untuk bahan-bahan yang memiliki
struktur kristal yang tergolong besar atau kasar. Misalnya, logam hasil coran (tuangan).
Gamabr 1.0 Hasil dari pengujian makro
Pengujian mikro adalah proses pengujian terhadap bahan logam yang bentuk kristal
logamnya tergolong sangat halus. Mengingat demikian halusnya, sehingga pengujiannya
menggunakan suatu alat yaitu mikroskop optis bahkan mikroskop elektron yang memilikki
kualitas pembesaran antara 50 hingga 3000 kali Struktur mikro yang akan dianalisa pada
praktikum kali ini adalah struktur mikro dari besi dan baja, dimana unsur paduan utamanya
adalah karbon. Berikut ini merupakan istilah-istilah yang terdapat pada diagram besi baja,
yaitu :
1. Austenit :larutan padat karbon di dalam Fe γ dengan kelarutan
maksimal 2,14% C pada suhu 1.147° C.
2. Besi α (ferit) :larutan padat karbon di dalam besi α (fcc) dengan kelarutan
maksimal 0,02% C pada suhu 727° C (titik eutektoid).
3. Besi δ (delta) : larutan padat karbon di dalam besi δ dengan kelarutan
maksimal 0,1% C pada suhu 1.499° C.
4. Ledeburit : campuran mekanis yang homogen antara kristal-kristal
halus austenit (γ) dengan kadar 2,14% C dan kristal-kristal halus
sementit (Fe3C) dengan kadar 6,687% C, yang rapat terletak
bersebelahan, serta terjadi pada suhu tetap 1.147° C (suhu eltektikuin).
5. Pearlit (Pt) : campuran mekanis yang homogen antara kristal-kristal
halus ferit (α) dengan kadar 0,02% C dan kristal-kristal halus sementit
(Fe3C) dengan kadar 6,687% C, yang rapat terletak bersebelahan, serta
terjadi pada suhu 727° C (suhu eutektoid). Hal ini terjadi bukan dari
larutan cair tetapi dari larutan pada austenit (ke kiri pearlit berkurang).
6. Sementit (Fe3C) : ikatan kimia besi karbon (Fe3C) yang terbentuk pada
konsentrasi 6,687% C melalui reaksi 3 Fe + C - Fe3C, yang disebut
sebagai karbid besi berwarna terang/keputih-putihan.
7. Grafit : kristal karbon dengan elemen kristal berwarna gelap dan
bersifat stabil (Pt + Ld + Fe3C) .
Gambar 1.1 Diagram Fasa Fe-Fe3C
Proses ini menggunakan kertas amplas yang kasar sampai halus. Tingkat
kehalusan kertas amplas ini ditentukan oleh ukuran serbuk silicon carbida yang
menempel pada kertas tersebut. Misalnya ada amplas yang memiliki tingkat kehalusan
hingga 220, angka 220 menunjukkan bahwa serbuk silicon carbida pada kertas amplas
itu bisa lolos dari ayakan hingga mencapai 220 lubang pada luas 1 inchi 2 (sekitar 625
mm2).Untuk langkah pertama penggosokkan menggunakan amplas dengan grid 80
dalam satu arah pada permukaan specimen yang akan diteliti keadaan strukturnya.
Setelah itu menggosok kasar lanjutan permukaan specimen tersebut dengan kertas
amplas dengan grid 120 dengan arah lurus arah penggosokkan pertama (arah kedua),
dilanjutkan sampai dengan mencapai kertas amplas dengan grid 2000 dengan
perubahan arah penggosokan setiap kali penggantian kertas amplas.
Benda uji yang telah melewati proses penggerindaan diteruskan ke proses
pemolesan. Mesin yang digunakan adalah mesin poles Metallography. Mesin ini
terdiri dari piringan yang berputar diatasnya diberi kain poles terbaik. Kain ini dikenal
dengan kain selvyt (beludru). Cara pemolesannya, benda uji diletakkan diatas piringan
yang berputar, kain poles diberi sedikit pasta oles. Pasta oles yang biasa digunakan
adalah alumina (Al2O3). Dalam istilah perdagangan diberi nama autosol atau gama
alumina. Bila garis-garis bekas amplasan masih terlihat, pemolesan diteruskan. Dan
bila tampak sudah rata, spesimen dibersihkan dan dilanjutkan dengan pengetsaan.
3. Etching (Mengetsa)
Hasil pemolesan yang terakhir akan menghasilkan suatu laspisan yang menutupi
permukaan struktur logam. Agar struktur mikro dapat terlihat dengan jelas dibawah
mikroskop, lapisan tersebut harus dilarutkan (dihilangkan) dengan cara mengetsa.
Mengetsa dalam kamus dapat diartikan sebagai proses pembuatan gambar atau ukiran
pada pelat tembaga yang dilapisi lilin dengan benda tajam, kemudian membiarkan
garis-garis yang diperoleh itu terkena korosi cairan asam. Hasil pemprosesan ini ialah
etsa, yaitu untuk pemeriksaan makro dan mikro yang biasa dipakai dalam
Metallography. Etching yang dipakai pada praktikum kali ini adalah etching mikro
yaitu nital. Nital mempunyai komposisi HNO3 1-5 ml dan alcohol (95%) sebanyak
100 ml.
Setelah bahan uji melalui beberapa tahapan, maka benda uji dapat langsung
dietsa, caranya tempatkan asam yang akan digunakan untuk mengetsa pada sebuah
cawan, kemudian celupkan permukaan benda uji pada asam tersebut dengan waktu
yang telah ditetapkan, lalu cuci dengan air hangat (alkohol) untuk menghentikan
reaksi. Lalu keringkan dengan udara (kompresor). Pengaruh etsa:
Etsa larutan kimia sangat mempengaruhi bentuk permukaan benda uji. Dengan
kata lain, baik tidaknya hasil pengetsaan sedikit banyak dipengaruhi oleh larutan
kimia untuk pengetsaan. Setelah bahan uji dietsa, diatas seluruh permukaan benda uji
akan tampak garis-garis yang tidak teratur. Garis-garis yang tampak itu menunjukkan
adanya batas antar butir kristal logam tersebut. Untuk memperjelas bentuk dan corak
butir-butir kristal yang berbeda jenisnya itu, bisa diamati dengan menggunakan
mikroskop. Dengan mikroskop ini kita bisa menunjukkan adanya perbedaan beberapa
elemen yang terkandung dalam bahan uji tersebut meskipun begitu, tidak semua
proses pengetsaan menghasilkan hasil etsaan yang memuaskan. Dengan kata lain,
dalam satu proses pengetsaan terkadang kita tidak berhasil mengetsa benda yang kita
uji. Terjadinya kegagalan ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
a. Benda kerja kotor karena terlalu lunak atau ada minyak.
b. Pada waktu mencuci, benda kerja tidak bersih.
c. Kurangnya waktu pengetsaan
d. Terlalu lama waktu yang digunakan dalam pengetsaan.
e. Salah memilih dan menggunakan cairan etsa (etching reagent).
4. Pengamatan Spesimen
Pada tahap ini specimen yang sudah di etsa selanjutnya akan diamati dibawah
mikroskop dengan pembesaran yang diinginkan, yaitu terletak antara perbesaran 50x
sampai 1000x sesuai dengan yang dibutuhkan. Pengambilan gambar memanfaatkan
pemantulan cahaya dari benda kerja, dimana kontur yang bervaiasi akan
memamantulkan intensitas yang berbeda-beda. Pantulan cahaya inilah yang akan
menghasilkan gelap terang yang mampu ditangkap oleh mata melalui mikroskop.
Untuk mendapatkan gambar tersebut dapat menggunkan kamera manual maupun
kamera otomatis yang dihubugkan dengan komputer yang mampu menangkap
gambar secara digital. Gambar struktur mikro inilah yang nantinya akan diamati
(tipe, bentuk, dan persentase struktur mikronya).