Professional Documents
Culture Documents
Contoh Skripsi
Contoh Skripsi
Oleh :
SUCI DEWI FEBRIANA
NIM:1231B0045
i
SKRIPSI
OLEH :
SUCI DEWI FEBRIANA
NIM:1231B0045
ii
SURAT PERNYATAAN
Saya bersumpah bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan belum
pernah dikumpulkan oleh orang lainuntuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang
Yang menyatakan
MATRAI 10000
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Diajukan Oleh :
Mengetahui
Dekan Fakultas Keperawatan & Kebidanan
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
PANITIA PENGUJI
Mengetahui
Dekan Fakultas Keperawatan & Kebidanan
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji syukur kepada TYME yang telah memberikan rahmat dan
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meneruskan jenjang penelitian pada
ini.
serta orang yang aku sayangi terima kasih atas semua do’a, dukungan serta
vi
7. Pihak-pihak yang membantu, mendukung dan memotivasi dalam
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu segala kritik dan saran dari semua pihak sangatlah kami
butuhkan demi kesempurnaan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat
Peneliti
vii
ABSTRAK
Kejadian anemia yang banyak diderita wanita dan remaja putri khusunya
akibat remaja putri setiap bulan mengalami menstruasi, sering tidak makan pagi,
masukan gizi yang tidak seimbang serta faktor engkonsumsi teh setiap pagi dan
setelah makan juga salah satu pemicunya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan kebiasaan makan pagi dan konsumsi teh dengan kejadian
anemia pada remaja putri di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Analitik Observasional
dengan pendekatan cross sectional. Dengan tehnik purposive sampling didapatkan
sampel sebanyak 30 responden, variabel independen kebiasaan makan dan
konsumsi teh menggunakan kuesioner dan variabel dependen kejadian anemia
dengan observasi. Digunakan uji statistik Chi-Square untuk mengetahui hubungan
kedua variabel.
Hasil penelitian dari 30 responden didapat sebagian besar responden
kriteria terbiasa makan pagi sebanyak 23 responden (76,7%), sebagian besar
responden konsumsi teh > 3 jam setelah makan yaitu sebanyak 22 responden
(73,3%). Dan didapatkan sebagian besar responden kriteria tidak anemia yaitu
sebanyak 21 responden (70%).
Analisis menggunakan uji statistik Chi-Square didapatkan hasil p = 0,000
< 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan kebiasaan
makan pagi dan konsumsi teh dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA
Pawyatan Daha Kota Kediri.
Kebiasaan minum teh bersamaan dengan saat makan pagi merupakan
kekeliruan gizi yang harus diubah. Perubahan pola minum teh harus dilakukan
dengan cara mengurangi konsumsi teh menjadi tidak setiap hari atau minum < 3
jam setelah makan dan membiasakan selalu melakukan sarapan pagi.
viii
ABSTRACT
Anemia that affects many women and girls especially due to young women
menstruate every month, often do not eat breakfast, unbalanced nutrient inputs
and factors engkonsumsi tea every morning and after meals is also one of the
trigger. This reseach aims to determine the relationship habit of breakfast and tea
consumption with the incidence of anemia among adolescent girls in SMA
Pawyatan Daha Kediri.
Design of this reseach Analytical observational study with cross sectional
approach. By purposive sampling technique obtained a sample of 30 respondents,
independent variables eating habits and consumption of tea using a questionnaire
and the dependent variable anemia with observation. Used statistical tests chi-
square to determine the relationship between the two variables.
Results of the 30 respondents obtained most respondents criteria used to
eat breakfast as much as 23 respondents (76.7%), most respondents tea
consumption> 3 hours after eating as many as 22 respondents (73.3%). And
found most respondents criteria are not anemic as many as 21 respondents
(70%).
Analyzes using Chi-Square statistical test showed p = 0.000 <0.05 then
H0 is rejected and H1 accepted which means no relationship habit of breakfast
and tea consumption with the incidence of anemia among adolescent girls in SMA
Pawyatan Daha Kediri.
The habit of drinking tea at breakfast along with a nutritional mistake that
must be changed. Changes in patterns of drinking tea should be done by reducing
the consumption of tea becomes every day or drink <3 hours after eating and
getting used to always perform a full breakfast.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul.................................................................................................. i
Surat Pernyataan............................................................................................... ii
Halaman Persetujuan........................................................................................ iii
Halaman Penetapan Panitia Penguji................................................................. iv
Ucapan Terima Kasih....................................................................................... v
Abstrak.............................................................................................................. vi
Abstract ............................................................................................................ vii
Daftar Isi........................................................................................................... viii
Daftar Gambar.................................................................................................. x
Daftar Tabel...................................................................................................... xi
Daftar Lampiran................................................................................................ xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................... 6
1. Manfaat teoritis.......................................................................................... 6
2. Manfaat praktis.......................................................................................... 7
E. Keaslian Penelitian......................................................................................... 7
x
G. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 45
H. Analisis Data.................................................................................................. 47
I. Etika penelitian............................................................................................... 48
BAB V PEMBAHASAN
A. Indentifikasi Kebiasaan Makan Pagi ............................................................ 61
B. Identifikasi Konsumsi Teh............................................................................ 63
C. Identifikasi Identifikasi Kejadian Anemia ................................................... 64
D. Analisis hubungan kebiasaan Makan pagi Dan Konsumsi Teh Dengan
Kejadian Anemia Pada Remaja Putri............................................................
65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................................. 70
B. Saran....................................................................................................... 71 68
xi
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 2.1 Metabolisme Zat Besi................................................................
xii
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 2.1 Batasan Frekuensi Hemoglobin....................................................
Tabel 4.5 Tabulasi Silang Berdasarkan Umur dengan Konsumsi Teh Pada
Remaja Putri di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri Pada
Tanggal 8 September 2015...........................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan berdampak negatif terhadap kesehatan dan gizi remaja adalah Pola
konsumsi makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi,
dan sama sekali tidak makan siang. Salah satu masalah gizi utama yang
terjadi pada remaja di Indonesia adalah anemia gizi (Yayuk dkk, 2004).
darah lebih rendah dari nilai normal. Kebiasaan yang sering dilakukan oleh
dan setelah makan. Kejadian anemia yang banyak diderita wanita dan remaja
putri khusunya adalah akibat remaja putri setiap bulan mengalami haid atau
memenuhi kebutuhan tubuh dan pola makan atau perilaku makan yang salah.
1
Kriteria makan yang tidak sehat terutama adalah pola mengkonsumsi makanan
yang tidak mengandung gizi seimbang. Bagi remaja putri kebutuhan zat gizi
menggantikan zat gizi yang hilang pada saat menstruasi. Faktor lain yang
dan demografi, pendidikan, jenis kelamin, umur dan wilayah. selain itu ada
faktor lain yaitu gangguan penyerapan zat besi yang berasal dari kebiasaan
minum teh. Berdasarkan penelitian Besral dkk (2007) bahwa 49% responden
memiliki kebiasaan minum teh tiap hari sehingga beresiko menderita anemia.
Indonesia.Adapun dalam dua puluh lima besar penyakit yang banyak diderita
perempuan anemia juga brada pada urutan keempat (Depkes,2006). Hal ini
penelitian tersebut ditemukan hampir enam puluh orang dari tujuh puluh dua
tahun.
Apabila oksigen berkurang tubuh akan menjadi lemah, lesu, dan tidak
remaja. Hal ini terlihat dari masih tingginya prevalensi kejadian anemia gizi
besi pada remaja putri. Prevalensi Anemia untuk perempuan dewasa (≥15
2
tahun) secara global menurut data WHO (2008) adalah sekitar 30,2% atau
adalah sekitar 45,7% atau 182 juta orang. Di negara yang sedang
berkembang, sekitar 27% remaja lelaki dan 26% wanita menderita anemia,
sementara di negara maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan
7%. Secara garis besar, sebanyak 44% wanita di negara berkembang (10
besi). Sedangkan dari laporan hasil Riskesdas tahun 2007, diketahui bahwa di
Penelitian lain yang dilakukan Izah pada tahun 2011 terhadap siswa
responden yang berstatus anemia defisiensi besi lebih banyak pada responden
3
Sedangkan responden yang tidak memiliki kebiasaan sarapan dan berstatus
tidak anemia sebesar 0.0%, dan responden yang memiliki kebiasaan sarapan
2015 di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri dari 14 remaja putri didapatkan 4
remaja selalu makan pagi dan mengkonsumsi teh setelah makan pagi.
g/dl.
Kusumawati (2005) tingginya anemia pada remaja ini akan berdampak pada
prestasi belajar siswi karena anemia pada remaja putri akan menyebabkan
prestasi belajar.
simpan dalam limfa dan otot. Kekurangan zat besi akan menyebabkan
4
Angka kejadian anemia pada remaja dapat diturunkan melalui 3
konsumsi teh menjadi tidak setiap hari atau minum < 3 jam setelah makan
kebiasaan minum teh bersamaan dengan saat makan pagi. Ini kekeliruan gizi
yang harus diubah. Seperti telah dijelaskan, teh mengandung tanin yang dapat
Kebiasaan Makan Pagi dan Konsumsi Teh dengan Kejadian Anemia Pada
B. Rumusan Masalah
teh dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Pawyatan Daha Kota
Kediri.
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Pawyatan Daha Kota
Kediri.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
6
khususnya mengenai kebiasaan makan pagi dan konsumsi teh terhadap
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Remaja
penyakit anemia.
E. Keaslian Penelitian
7
8
No Nama Peneliti, Judul Nama Jurnal Variabel Metode Desain Sampling Hasil
Tahun Independen Dependen Penelitian
1 Ummi Kalsum, Kebiasaan Sarapan Jurnal Penelitian Kebisaan Kejadian Desain Sampel adalah siswa- Hasil analisis chi-square, ada
2016 Pagi Berhubungan Universitas Jambi Sarapan Anemia penelitian cross siswi kelas 10 yang hubungan antara kebiasaan
Dengan Kejadian Seri Sains. Pagi sectional berumur antara 14 – sarapan dengan kejadian
Anemia Pada Volume 18, 18 tahun sebanyak anemia (P-value = 0,03; OR=
Remaja di SMA Nomor 1, Hal.09- 180 orang. Penarikan 2,05; 95% CI = 1,11-3,78).
Negri Muaro Jambi 19 ISSN:0852- sampel dilakukan
8349 Januari Juni dengan metode total
2016 sampling
2 Desri Suryani, Analisis Pola Makan Jurnal Kesehatan Pola Makan Kejadian Penelitian Populasi seluruh Tidak terdapat hubungan anta
2015 Dan Pengetahuan Masyarakat Dan Anemia dengan remaja putri SMP dan pengetahuan tentang anem
Terhadap Kejadian Andalas |Oktober Pengetahua rancangan cross SMA di Kota dengan kejadian anemia da
Anemia Gizi Besi 2015 - Maret n sectional Bengkulu, dengan tidak terdapat hubungan anta
Pada Remaja Putri 2016 | Vol. 10, sampel sebanyak 1200 pola makan dengan kejadia
Kota Bengkulu No. 1, Hal. 11-18 remaja putri. Analisis anemia (p value > 0,05).
data menggunakan uji
chi-square
3 Sri Hastuty, Dkk, Hubungan Kebiasaan Jurnal ilmiah Kebiasaan Status Penelitian Jumlah sampel 148 Terdapat hubungan anta
2016 Sarapan Dan Kesehatan Sarapan Hemoglobin dengan siswi Remaja Putri di kebiasaan sarapan denga
Konsumsi Suplemen Masyarakat | Dan rancangan cross SMAN 10 Makassar status haemoglobin da
Dengan Status Februari 2016 - Konsumsi sectional dan menggunakan uji terdapat hubungan anta
Hemoglobin Pada Maret 2016 | Vol. Suplemen chi square konsumsi suplemen denga
Remaja Putri di 3, No. 1, Hal. 21- status hemoglobin (p value
SMAN 10 Makassar 28 0,05).
1
1. Penelitian dengan judul Hubungan Kebiasaan Sarapan Dan Konsumsi
tahun 2014 Jumlah sampel 148 siswi dan menggunakan uji chi square.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
a. Pengertian
pagi hari dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul 10.00 pagi
(Almatsier, 2011).
10
masalah gizi kurang, maupun masalah gizi lebih. Pengelompokan
makanan didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi, yaitu sumber
berupa sayuran danbuah, serta sumber zat pengatur berupa ikan, ayam,
makanan tersebut. Dari tiap kelompok dipilih salah satu atau lebih jenis
energi.
kebutuhan energi.
11
5. Gunakan garam beryodium.
anak menuju masa dewasa. Pada masa ini, individu mengalami berbagai
12
terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan apa yang akan
(Khomsan, 2009).
ini tidak sehat bagi remaja yang sedang tumbuh dan memerlukan
Ini berarti hampir sepertiga dari waktunya setiap hari dilewatkan remaja
di sekolah.
tinggi seperti itu, stamina anak akan cepat loyo kalau tidak ditunjang
13
dengan intake pangan dan gizi yang cukup serta berkualitas. Agar
stamina anak usia sekolah tetap fit selama mengikuti kegiatan ekstra
pagi bagi anak usia sekolah sangatlah penting mengingat waktu sekolah
sangat terbatas karena jarak sekolah yang cukup jauh, terlambat bangun
pagi, atautidak ada selera untuk sarapan pagi (Yusuf, dkk, 2008).
60%. Remaja putri malah melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih
memilih kudapan yang bukan saja hampa kalori, tetapi juga sedikit
14
Sarapan pagi pada anak sekolah bertujuan untuk mencukupi
harian dan asupan nutrisi. Sarapan pagi merupakan suatu kegiatan yang
penting sebelum melakukan aktifitas fisik pada hari itu karena sarapan
zat besi pada hari itu didapatkan pada waktu sarapan pagi. Bagi anak
Of Nutrition, 2010).
15
adalah jika memenuhi asupan dari 20 – 35% AKG, diketahui bahwa
Pangan Indonesia tahun 2010 pada 35 ribu anak usia sekolah dasar
dengan menu makanan yang terdiri dari nasi, kacang kacangan dan
Kebutuhan zat besi bila dilihat dari banyaknya zat besi yang
banyaknya zat besi yang dapat diserap tubuh dari bahan makanan
prosentasi zat besi yang dapat diserap untuk beras 1%, kedelai 6%,
jagung 3%, ikan 11% dan hati 13%18. Faktor yang menghambat
penyerapan zat besi antara lain bentuk zat besi (nonheme dan ferri),
antara lain protein hewani, vitamin C, sistein, besi haem dan besi
16
banyaknya zat besi dalam bahan makanan rendah atau karena
penyerapan besi oIeh tubuh sangat rendah. Karena menu rata-rata orang
Indonesia protein hewaninya rendah maka absorpsi zat besi akan rendah
Health, 2010).
membutuhkan energi, protein dan zat-zat gizi lainnya yang lebih banyak
dibutuhkan untuk mengganti zat besi yang hilang pada saat menstruasi
(Masrizal, 2007).
dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang
tersendiri dari teh. Teh merupakan minuman yang sudah dikenal dengan
17
luas di Indonesia dan di dunia. Aromanya yang harum serta rasanya yang
khas membuat minuman ini banyak dikonsumsi. Untuk jenis teh yang
diminum juga lebih banyak menggunakan teh celup ketika kita minum teh,
yang selama ini kita anggap benar dan aman-aman saja, ternyata kita perlu
mengubahnya.
Salah satu jenis minuman yang paling sering diminum setelah makan
selain air putih adalah teh. Terlebih lagi setelah makan siang paling enak
tannin dan polifenol dalam teh dapat menghambat penyerapan zat besi
dalam saluran cerna. Minum teh dengan selang waktu yang cepat setelah
darah.Karena zat tannin yang terdapat pada teh mengikat zat besi pada
dilakukan oleh sel darah merah berkurang. Selain itu, minum teh setelah
makan dapat mempengaruhi protein yang ada dalam makanan yang masuk
18
ke saluran pencernaan. Sehingga dapat menyebabkan makanan menjadi
keras dan sulit dicerna. Teh yang sangat kental juga memiliki sifat diuretik
Ada zat yang terkandung dalam teh yang berakibat kurang baik
untuk tubuh, zat itu adalah tenin. Tenin pada teh (tehine) dapat
Tanin ini dapat mengikat beberapa logam seperti zat besi, kalsium,
dalam posisi terikat terus, maka senyawa besi dan kalsium yang terdapat
3. Konsep Anemia
a. Pengertian
kadar hemoglobin atau berkurangnya jumlah dan mutu sel darah merah,
yang berfungsi sebagai sarana transportasi zat gizi serta oksigen untuk
19
berbeda-beda untuk kelompok umur dan jenis kelamin sebagaimana
ditetapkan oleh WHO (2005) yaitu umur 1-4 tahun 11 g/dl, 5-11 tahun
11,5 g/dl, 12-14 tahun 12 g/dl, laki-laki (>15 tahun) 13 g/dl, wanita
yaitu faktor gizi dan non-gizi. Adapun faktor non gizi adalah sebagai
berikut:
terutama besi, asam folat, vitamin B12, vitamin C, dan zat gizi
lainnya
20
Selanjutnya faktor gizi yang menjadi penyebab anemia antara lain:
dalam pembentukan sel darah merah (Allen & Sabel 2005). Anemia
yaitu sel darah merah lebih besar dari normal dan memiliki nukleus
Sabel 2005).
dan susu) jarang terjadi, namun sering terjadi karena usus halus tidak
perut atau usus halus. Kekurangan karena vitamin ini juga dapat
merah lebih besar dari normal dan memiliki nukleus yang belum
2005).
21
4. Anemia akibat defisiensi vitamin C. Kekurangan konsumsi vitamin C
mengikat besi sehingga daya larut besi meningkat (Allen & Sabel
2005).
c. Tanda-tanda Anemia
3. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan
yang tidak cukup dan absorbsi zat besi yang rendah dari kebiasaan
makanan yang sebagian besar terdiri dari nasi, dan menu yang kurang
beraneka ragam. Konsumsi zat besi dari makanan sering lebih rendah
dari dua pertiga kecukupan konsumsi zat besi yang dianjurkan, dan
22
adalah bagian dari eritrosit sehingga apabila asupan energi kurang akan
merupakan sumber zat besi heme. Sumber zat besi heme lebih mudah
gizi termasuk besi dari saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke
mudah diserap oleh usus (Khomsan dan Anwar, 2009). Hasil penelitian
23
dikonsumsi. Herman (2001), menyatakan bahwa ada hubungan kejadian
d. Dampak Anemia
a) Pada anak-anak
otak.
b) Pada wanita
3. Menurunkan kebugaran.
optimal.
d) Ibu hamil
24
2. Meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir
e. Patofisiologi anemia
simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang
yang diubah menjadi heme dan akan diikuti dengan menurunnya kadar
feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu
f. Hemoglobin
tersusun dari protein globin dan suatu senyawa bukan protein yang
25
hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia
2. Fungsi Hemoglobin
Jumlah total besi dalam tubuh rata-rata 4-5 gram, lebih kurang
26
Tubuh sangat efisien dalam penggunaan besi, sebagian besi
dalam bentuk feri direduksi menjadi fero. Hal ini terjadi dalam suasana
1. Definisi
Zat besi dalam tubuh terdiri dari dua bagian, yaitu yang
bentuk myoglobin dan jumlah yang sangat kecil tetapi vital adalah
hem enzim dan non hem enzim. Zat besi yang ada dalam bentuk
kurang lebih seperempat dari total zat besi yang ada dalam tubuh.
Zat besi yang disimpan sebagai reserve ini, berbentuk feritin dan
wanita hamil, jumlah reserve biasanya rendah. Pada bayi, anak dan
27
remaja yang mengalami masa pertumbuhan, maka kebutuhan zat
berikut :
Seni 1mg
Setiap hari turn over zat besi ini berjumlah 35 mg, tetapi tidak
28
sebanyak 34 mg didapat dari penghancuran sel-sel darah merah tua,
Hanya 1 mg zat besi dari penghancuran sel-sel darah merah tua yang
kencing. Jumlah zat besi yang hilang lewat jalur ini disebut sebagai
a) Metabolisme energi
akhirmetabolisme energi.
b) Kemampuan belajar
besi dengan fungsi otak dijelaskan oleh Lozoff dan Youdim pada
29
berpengaruh negatif terhadap fungsi otak, terutama terhadap
d) Pelarut obat-obatan
Obat-obatan tidak larut air oleh enzim yang mengandung besi dapat
akan kandungan zat besi adalah makanan yang berasal dari hewani
sayuran hijau tua) walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit
yang bisa diserap dengan baik oleh usus.Rendahnya asupan zat besi
ke dalam tubuh yang berasal dari konsumsi zat besi dari makanan
30
sehari-hari merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia (Mary
E. Beck, 2005).
Konsumsi Zat Besi. Dalam makanan terdapat 2 macam zat besi yaitu
besi heme (40%) dan besi non hem. Besi non hem merupakan
sumber utama zat besi dalam makanan. Terdapat dalam semua jenis
ikan, ayam, hati dan organ – organ lain (Sunita Almatsier, 2011).
diabsorbsi oleh orang dewasa yang berada dalam status besi baik.
antara 10-20 persen, sedangkan dari pangan nabati hanya sekitar 1-5
31
persen. Oleh karena itu, mengkonsumsi zat besi dari pangan hewani
tubuh dua kali lipat dari pada besi-nonhem. Penyerapan zat besi
akan meningkat.
5) Adanya fitat dan oksalat dalam sayuran, serta tanin dalam teh
32
7) Fungsi usus yang terganggu, misalnya diare dapat menurunkan
penyerapan Fe.
6. Keanekaragaman Makanan
dan proporsi yang sesuai dapat dijumpai dalam susunan menu yng
menu sehari-hari.
dalam tubuh. Asam fitat dan faktor lain di dalam serat serealia dan
33
hal inilah, bayam meski tinggi kandungan zat besinya bukan
merupakan sumber zat besi yang baik. Oleh karena itu, jika hendak
seperti jambu biji, jeruk dan nanas. Namun lebih dianjurkan untuk
meminumnya dalam bentuk jus. Sebab jika dalam bentuk buah segar,
1) Pertumbuhan Fisik
2) Aktivitas Fisik
34
Sifat energik pada usia remaja menyebabkan aktivitas
1) Pendarahan
2) Menstruasi
reproduksi wanita.
35
a) Lama siklus antara 21-35 hari (28+7 hari)
3) Cacingan
cacing pada setiap orang yang terinfestasi rata-rata 350 ekor. Jika
terdapat dalam tinja, jumlah zat besi yang hilang perseribu telur
4. Konsep Remaja
36
yang cukup mencolok terjadi ketika anak perempuan dan laki-laki
memasuki usia antara 9-15 tahun. Pada saat itu mereka tidak hanya
tumbuh menjadi lebih lebih tinggi dan lebih besar, tetapi juga terjadi
bereproduksi. Masa inilah yang disebut dengan masa pubertas atau masa
remaja.
berasal dari bahasa Inggris, saat ini mempunyai arti yang cukup luas
merasa dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan berada dalam
adalah individu yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.
telah mencpai usia 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai
anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu
usia 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.
Menurut WHO, disebut remaja apabila telah mencapai usia 10-18 tahun.
37
Masa remaja adalah suatu tahapan antara masa kanak-kanak dengan
tercapainya kematangan, biasanya mulai dari usia 14 tahun pada pria dan
bertindak terlepas dari orangtua mereka. Masa remaja atau masa puber,
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat pesat, baik fisik
tahun pada laki-laki 10-15 tahun pada perempuan. Anak perempuan lebih
cepat dewasa dibandingkan anak laki-laki. Pada masa pubertas mulai ada
Djaeni, 2005).
Anemia
38
Sarapan pagi dapat memenuhi kebutuhan zat besi, kalori, vitamin,
hemoglobin dibutuhkan vitamin B12, asam folat dan zat besi. Struktur
melekatnya zat besi, sedangkan globin tersusun dari protein yang terdiri
dari dua pasang rantai amino yang disebut alfa da non alfa. Karena sintesis
dan protein, kedua nutrisi ini salah satunya bisa didapat dari pola makan
darah merah atau rendahnya kadar hemoglobin dalam sel darah merah.
daya tahan tubuh saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi
39
memudahkan penyerapan pelajaran sehingga prestasi belajar lebih baik
(Khomsan, 2010).
B. Kerangka Konsep
Kebiasaan 1.Terbiasa :
Pola makan skor > 9 (>50%)
makan pagi 2.Tidak terbiasa :
skor < 9 (<50%)
Remaja Putri An
Pola Minum 1. Anemia (jika Hb <12 g/dl)
e 2. Tidak anemia (jika Hb ≥ 12 g/dl)
Kebiasaan minum
1. Minum air putih 1. Konsumsi teh ≤ 3 jam :
Kebiasaan
2. Minum teh Konsumsi teh
Skor = 8
3. Minum jus buah 2. Konsumsi teh > 3 jam :
4. Minum kopi Skor < 8
Keterangan :
C. Hipotesis
Setelah melalui pembuktian hasil penelitian maka hipotesis ini dapat benar atau
Ada hubungan kebiasaan makan pagi dan konsumsi teh dengan kejadian
41
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian. Pada bagian ini akan diuraikan tentang metode yang digunakan dalam
prosedur pengambilan dan pengumpulan data, cara analisis data, masalah etika,
A. Desain Penelitian
42
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Analitik Observasional, yaitu
2010).
pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang variabel bebas dan variabel
(Nursalam,2009).
B. Kerangka Kerja
Populasi
Seluruh siswi kelas XI SMA Pawyatan Daha Kota Kediri
sebanyak 47 siswi
Purposive sampling
Sampel
Sebagian siswi kelas XI SMA Pawyatan Daha Kota Kediri
yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 30 Responden
Pengumpulan Data
Analisa data
menggunakan uji statistik Chi-Square
Hasil
Kesimpulan
Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Kebiasaan Makan Pagi Dan
Konsumsi Teh Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di
SMA Pawyatan Daha Kota Kediri.
1. Populasi
Dalam penelitian ini adalah Seluruh siswi kelas XI SMA Pawyatan Daha Kota
2. Sampel
dan yang nantinya kita pakai untuk menduga karakteristik dari populasi
(Hastono, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian siswi kelas XI
Ada dua kreteia sampel yaitu inklusi dan kreteria eksklusi. Penentuan
44
Kreteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu
2. Siswa laki-laki
3. Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi posisi dari populasi untuk dapat mewakili
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
1. Variabel Independen
45
2. Variabel Dependen
Kejadian anemia.
E. Definisi Operasional
46
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Pengkatagorian :
2 = konsumsi teh setelah sarapan > 3 jam
1 = konsumsi teh ≤ 3 jam setelah saranan
Terikat : suatu keadaan dimana kadar Pemeriksaan HB Observasi Nominal 1 = Tidak Anemia
Kejadian Anemia hemoglobin ( Hb) dalam darah dari (Apabila jika Hb lebih dari 11 g/dl)
11 gr/dl yang diukur dengan 0 = Anemia
menggunakan metode HB Sahli (Apabila jika Hb kurang atau sama dengan 11
(Depkes,2016) g/dl)
(Peters dkk, 2008)
1
F. Lokasi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
data yang digunakan adalah jenis data primer. Jenis data primer diperoleh dari
1. Meminta ijin kepada Kepala Sekolah SMA Pawyatan Daha Kota Kediri.
berikut :
a. Editing
b. Coding
47
Coding adalah mengklasifikasikan jawaban dari responden dan
Variabel Anemia
2. Anemia (1)
c. Scoring
Dimana setiap item memiliki skor yang berbeda-beda. Setelah skor tiap
konsumsi teh nilai tertinggi 2 dan terendah 1. Dari skor yang didapatkan
Sp
N= =X 100%
Sm
48
Keterangan :
Sm = skor maksimal.
d. Tabulating
H. Analisis Data
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel yaitu variabel
dengan derajat kemaknaan ditentukan α = 0,05 artinya jika hasil uji statistik
I. Etika penelitian
1. Informed Consent
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan yang akan dilakukan serta dampak
yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika calon
49
lembar tersebut. Jika calon responden menolak untuk diteliti maka peneliti
2. Anomnity
3. Confidentiality
kelompok data tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian akan diuraikan pada bab ini yaitu tentang hubungan kebiasaan
makan pagi dan konsumsi teh dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA
Pawyatan Daha Kota Kediri yang dilaksanakan pada 8 September 2015 dengan
bagian yaitu karakteristik lokasi penelitian, data umum yang meliputi: umur,
riwayat penyakit dan data khusus meliputi: kebiasaan makan pagi, konsumsi teh,
kejadian anemia serta analisis hubungan kebiasaan makan pagi dan konsumsi teh
dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Pawyatan Daha Kediri .
4. Status : Terakriditasi A
5. Email : smapawyatandaha@gmail.com
6. Website : info@smadahakediri.sch.id,
smapawyatandahakdr.wordpress.com
Guru : 30
51
SMA Pawyatan Daha Kediri mempunyai Visi, misi, sasaran dan
1. Visi
dan bermasyarakat
2. Misi
perkembangan IPTEK
di masyarakat
52
g. Meningkatkan sistim administrasi sekolah melalui komputerisasi
sebagai berikut :
1. Tenaga Pendidik
pelayanan pendidikan.
2. Fasilitas Penunjang
LCD Pembelajaran
3. Sarana Ibadah
Hindu, Budha)
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
53
a. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
SMA Pawyatan Daha Kediri dapat dilihat pada tabel berikut ini:
16 responden (53,3%).
Penyakit
berikut ini:
54
Sumber : Kuesioner penelitian Suci Dewi Febriana, tanggal 8 September 2015
responden 100%.
2. Karakteristik Variabel
55
Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa konsumsi teh
SMA Pawyatan Daha Kota Kediri dapat dilihat tabel silang berikut ini:
56
kriteria kebiasaan makan pagi
terbiasa tidak terbiasa Total
umur 16 th Frekuensi 14 2 16
% 46.7% 6.7% 53.3%
17 th Frekuensi 7 4 11
% 23.3% 13.3% 36.7%
18 th Frekuensi 2 1 3
% 6.7% 3.3% 10.0%
Total Frekuensi 23 7 30
% of Total 76.7% 23.3% 100.0%
Sumber : Kuesioner penelitian Suci Dewi Febriana, tanggal 8 September 2015
responden (46,7%).
di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri dapat dilihat pada tabel silang
berikut ini:
57
kriteria konsumsi teh
< 3 jam setelah >3 jam setelah
makan makan Total
umur 16 th Frekuensi 2 14 16
% 6.7% 46.7% 53.3%
17 th Frekuensi 6 5 11
% 20.0% 16.7% 36.7%
18 th Frekuensi 0 3 3
% .0% 10.0% 10.0%
Total Frekuensi 8 22 30
% 26.7% 73.3% 100.0%
Sumber : Kuesioner penelitian Suci Dewi Febriana, tanggal 8 September 2015
berumur 16 tahun paling banyak konsumsi teh >3 jam setelah makan
di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri dapat dilihat pada tabel silang
berikut ini:
58
Total Frekuensi 9 21 30
% 30.0% 70.0% 100.0%
Sumber : Kuesioner penelitian Suci Dewi Febriana, tanggal 8 September 2015
kejadian anemia pada remaja putri di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri
kriteria kejadian
anemia
anemia tidak anemia Total
kriteria terbiasa Frekuensi 2 21 23
kebiasaan % 6.7% 70.0% 76.7%
makan pagi
tidak Frekuensi 7 0 7
terbiasa % 23.3% .0% 23.3%
Total Frekuensi 9 21 30
% 30.0% 70.0% 100.0%
kriteria <= 3 jam Frekuensi 8 0 8
konsumsi setelah %
teh makan 26.7% .0% 26.7%
>3 jam Frekuensi 1 21 22
setelah %
makan 3.3% 70.0% 73.3%
59
kriteria kejadian
anemia
anemia tidak anemia Total
kriteria terbiasa Frekuensi 2 21 23
kebiasaan % 6.7% 70.0% 76.7%
makan pagi
tidak Frekuensi 7 0 7
terbiasa % 23.3% .0% 23.3%
Total Frekuensi 9 21 30
Total Frekuensi 9 21 30
% 30.0% 70.0% 100.0%
Sumber : Kuesioner penelitian Suci Dewi Febriana, tanggal 8 September 2015
responden (70%).
60
Chi-Square Tests
Asymp. Exact
Sig. (2- Sig. (2- Exact Sig.
Value df sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 21.304 1 .000
Continuity Correctionb 17.178 1 .000
Likelihood Ratio 23.062 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
20.594 1 .000
Association
N of Valid Casesb 30
Symmetric Measures
Approx.
Value Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .644 .000
N of Valid Cases 30
ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan kebiasaan makan pagi
dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Pawyatan Daha Kota
61
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 25.455a 1 .000
Continuity Correctionb 21.112 1 .000
Likelihood Ratio 28.516 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
24.606 1 .000
Association
N of Valid Casesb 30
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .678 .000
N of Valid Cases 30
kejadian anemia pada remaja putri berdasarkan uji statistik menggunakan uji
diterima yang berarti ada hubungan konsumsi teh dengan kejadian anemia
pada remaja putri di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri. Dengan nilai
BAB V
PEMBAHASAN
62
A. Indentifikasi Kebiasaan Makan Pagi
responden (76,7%).
yang harus dilakukan dalam sehari. Mulai dari aktifitas di sekolah, Agar
stamina anak usia sekolah tetap fit selama mengikuti kegiatan ekstra
kurikuler, maka sarana utama dari segigizi adalah sarapan pagi. Sarapan
pagi bagi anak usia sekolah sangatlah penting mengingat waktu sekolah
dengan aktifitas penuh yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup
Banyak alasan yang menyebabkan anak sekolah tidak sarapan pagi, seperti
waktu yang sangat terbatas karena jarak sekolah yang cukup jauh,
terlambat bangun pagi, atautidak ada selera untuk sarapan pagi (Yusuf,
dkk, 2008).
pagi dan sedangkan kebiasaan makan pagi kriteria tidak terbiasa juga
terdapat dalam penelitian ini, adanya responden yang tidak terbiasa makan
pagi hal ini disebabkan adanya banyak faktor seperti waktu yang sangat
terbatas untuk melakukan makan pagi, jarak sekolah yang cukup jauh,
63
terlambat bangun pagi, atautidak ada selera untuk sarapan pagi, jika
kebiasaan tidak makan pagi terus dilakukan oleh remaja tidak menutup
berkurang.
penelitian ini sangat baik bagi dirinya sebab waktu sekolah dengan
aktifitas penuh yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar,
dengan sarapan pagi dapat menunjang hal tersebut. Hal lain yang tidak
memberi kontribusi besar kepada energi harian dan asupan nutrisi dan
kosentrasi belajarnya. Dengan demikian, kebutuhan zat besi pada hari itu
didapatkan pada waktu sarapan pagi. Bagi anak sekolah makan pagi atau
berumur 16 tahun paling banyak terbiasa makan pagi, hal ini memang
harus dilakukan oleh remaja dimana para remaja merupakan dalam masa
gizinya yang dapat bedampak pada konsentrasi belajar yang lebih baik.
dapat memenuhi keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan
64
digunakan mengatur makanan sehari-hari termasuk makan pagi yang
makanan menu lengkap makanan lengkap: Nasi, sayur, lauk dan buah dan
juga bila sarapan dengan konsumsi selalu berganti menu setiap hari.
sebagian besar responden konsumsi teh > 3 jam setelah makan yaitu
konsumsi teh menjadi tidak setiap hari atau minum < 3 jam setelah makan
teh bersamaan dengan saat makan pagi. Ini kekeliruan gizi yang harus
makan dalam penelitian ini, menurut pendapat peneliti hal tersebut dapat
zat besi, kalsium, dan aluminium. Dengan demikian bila konsumsi telah
65
selalu dilakukan > 3 jam setelah makan dapat menghindari adanya
remaja dapat menyebabkan penyerapan zat besi yang dilakukan oleh sel
kebiasaan yang tidak baik dan banyak remaja kurang pengetahuan dalam
hal ini, sebaiknya secepat mungkin dirubah kebiasaan ini agar zat tanin
dalam teh tidak mengikat zat yang ada pada makanan yang dikonsumsi.
Selain itu, minum teh setelah makan dapat mempengaruhi protein yang
16 tahun paling banyak konsumsi teh >3 jam setelah makan yaitu
mengingat konsumsi teh yang dilakukan >3 jam setelah makan dapat
66
C. Identifikasi Identifikasi Kejadian Anemia
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa kejadian anemia didapatkan
(70%).
Kusumawati (2005) tingginya anemia pada remaja ini akan berdampak pada
prestasi belajar siswi karena anemia pada remaja putri akan menyebabkan
prestasi belajar.
anemia sebab remaja telah melakukan kebiasaan melakukan sarapan pagi dan
mengkonsumsi teh > 3 jam setelah makan sehingga kejadian anemia dapat
melakukan konsumsi teh < 3 jam setelah makan kemungkinan besar dapat
terjadi anemia seperti masih adanya dalam penelitian ini remaja yang
mengalami kejadian anemia. Sebab kebiasaan makan pagi dan konsumsi teh
yang salah sangat mungkin dapat memicu anemia yaitu dari segi konsumsi
teh terdapat zat tannin yang terdapat pada teh mengikat zat besi sehingga
di sekolah serta dapat meningkatkan konsentrasi dan daya ingat anak dan juga
67
untuk mencukupi kebutuhan zat besi pada hari itu didapatkan pada waktu
sarapan pagi, bila sarapan pagi selalu dilakukan dapat mengurangi resiko
terjadinya anemia.
sedangkan responden yang tidak terbiasa makan pagi didapat kriteria anemia
Sarapan atau makan pagi adalah Kegiatan makan/minum pada pagi hari
dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul 10.00 pagi yang diukur
vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan
makanan sering tidak teratur, sering tidak makan pagi, mengingat pada
remaja memerlukan asupan gizi yang cukup agar anemia tidak terjadi.
Adanya anemia pada remaja karena keadaan kadar hemoglobin dalam darah
lebih rendah dari nilai normal. Dan juga adalah akibat remaja putri setiap
68
bulan mengalami haid atau menstruasi, masukan gizi yang tidak seimbang
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan pola makan atau
perilaku makan yang salah. Kebiasaan makan pagi bagi remaja putri sangat
baik dilakukan untuk mencukupi kebutuhan zat gizi pada makanan terutama
digunakan untuk pertumbuhan fisik serta menggantikan zat gizi yang hilang
teh < 3 jam setelah makan didapatkan kriteria terjadi anemia yaitu sebanyak 8
responden (70%).
Tanin ini dapat mengikat beberapa logam seperti zat besi, kalsium, dan
posisi terikat terus, maka senyawa besi dan kalsium yang terdapat pada
makanan sulit diserap tubuh sehingga menyebabkan penurunan zat besi (Fe)
pemicunya adalah minum teh dengan selang waktu yang cepat setelah makan
jika dilakukan secara terus menerus bisa menyebabkan penyerapan zat besi
dalam darah akan terganggu, hal inilah yang dapat memicu anemia karena zat
tannin yang terdapat pada teh mengikat zat besi sehingga membuat
69
penyerapan zat besi yang dilakukan oleh sel darah merah berkurang dan
terjadi anemia.
responden (46,7%). Hal ini merupakan efek dari kebiasaan responden yaitu
selalu melakukan sarapan pagi yang dapat menopang kebutuhan gizinya serta
sudah membiasakan konsumsi teh dilakukan > 3 jam setelah makan sehingga
kebiasaan ini benar benar berdampak pada tidak terjadinya anemia pada
konsumsi teh dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Pawyatan
didapatkan hasil p = 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang
berarti ada hubungan kebiasaan makan pagi dan konsumsi teh dengan
kejadian anemia pada remaja putri di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri.
coefficient 0,644 dan (Konsumsi teh >< kejadian anemia) nilai correlation
kuat, dimana rentang nilai korelasi antara 0,60-0,799 termasuk dalam kategori
70
Menurut pendapat peneliti terdapatnya ada hubungan kebiasaan
makan pagi dan konsumsi teh dengan kejadian anemia pada remaja putri di
SMA Pawyatan Daha Kota Kediri dalam penelitian ini membuktikan bahwa
kebiasaan makan pagi dan konsumsi telah yang dilakukan remaja benar benar
berdampak pada kejadian anemia. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian
ini yaitu adanya hubungan kuat antara kebiasaan makan pagi dan konsumsi
telah pada kejadian anemia. Hal lain yang mendukung kebiasaan makan dan
konsumsi teh yang dilakukan responden yaitu adanya perilaku kebiasaan yang
didapat dari kebiasaan makan pagi yang dilakukan, begitu juga pada remaja
pertumbuhan baik fisik maupun psikis maka dari itu remaja memerlukan
besar, dengan melakukan rutin sarapan pagi sangat penting terlebih lagi jika
71
BAB VI
A. Kesimpulan
pagi dan konsumsi teh dengan kejadian anemia pada remaja putri maka
(76,7%).
besar responden konsumsi teh > 3 jam setelah makan yaitu sebanyak 22
responden (73,3%).
responden (70%).
0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan
kebiasaan makan pagi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA
72
yang artinya tingkat hubungannya masuk kategori hubungan kuat, dimana
kuat.
B. Saran
berikut:
1. Bagi Remaja
anemia.
73
DAFTAR PUSTAKA
Dian Rakyat.
Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2007.
Baliwati, Y.F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Dep Kes RI, 2006. Pedoman penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri,
WUS danCatin
74
Cibinong Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
UI: Jakarta.
Khomsan, A dan Anwar, F. 2009. Makan Tepat Badan Sehat. Hikmah. Jakarta
Mary E. Beck. 2005. Ilmu Gizi dan Diet Hubungan dengan penyakit-penyakit
untukPerawat dan Dokter.Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.
Sunita Almatsier. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Weekes, I. 2008. Sehat dan Bugar untuk Remaja : dari Diet hingga Bahaya
Narkoba. Penerbit Nuansa, Bandung.
75
Wirakusumah. 2007. Jus Buah dan Sayuran. Jakarta : Swadaya
Lampiran 1
INFORMED CONSENT
Kepada Yth :
..........................................
Di tempat
76
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Peneliti Responden
77
Lampiran 2
78
Lampiran 3
INSTRUMEN PENELITIAN
Kebiasaan Makan Pagi Dan Konsumsi Teh Dengan Kejadian Anemia
Pada Remaja Putri di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri.
Petunjuk pengisian :
1. Isilah data sesuai dengan realita/kenyataan pada responden
2. Isilah pertanyaan dengan tanda (x) untuk jawaban yang anda anggap
benar.
3. Bila pada pengisian kuesioner kurang jelas, anda dapat bertanya pada
peneliti.
A. DATA UMUM
1. Nomor Responden : .................................................(Diisi peneliti)
2. Umur : .................tahun
3. Riwayat penyakit :.................................................
B. VARIABEL INDEPENDEN
Kuesioner Makan Pagi
No Pertanyaan Selalu Sering Tidak
Pernah
79
3 Sarapan yang biasa saya
konsumsi terdiri dari menu
lengkap : Nasi, Sayur, Lauk
C. VARIABEL DEPENDEN
Hasil Pemeriksaan Kadar HB ........................................................... g/dl
( Diisi Peneliti)
Keterangan hasil HB :
a. 12 g/dl - 14 g/dl (normal)
b. 11 g/dl - 11,9 g/dl (ringan)
c. 8 g/dl - 10 g/dl (sedang)
80
Lembar Observasi Pemeriksaan HB
Normal Ringan Sedang
Kadar
No (12 g/dl – 14 (11g/dl - 11,9 (8 g/dl - 10 Ket
HB
g/dl) g/dl) g/dl)
10
11
12
13
81
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Lampiran 4
SUMMARY EXECUTIVE
82
Waktu Pengambilan : 18 September 2019
Data
Instansi Yang Terlibat : SMU PAWYATAN DAHA Kota Kediri
Lampiran 5
IDENTITAS PENELITI
1 Nama :
2 NIM :
3 Tanggal Lahir :
4 No HP :
5 Alamat Email :
6 Status Perkawinan :
83
7 Alamat Rumah :
8 Alamat Instansi/Pekerjaan :
9 Riwayat Pendidikan : 1. SD
2. SMP
3. SMA
4. D3
5. D4
10 Riwayat Pekerjaan : 1. Tahun …..
2. Tahun …..
11 Riwayat Organisasi : 1. IBI
2. ….
12 Pelatihan Yang Pernah di : 1. CTU
Ikuti 2. APN
13 MOTTO ;
Lampiran 6
LEMBAR KONSULTASI
84
NIM : 1231B0045
Judul : Hubungan Kebiasaan Makan Pagi dan Konsumsi The
Dengan Kejadian
Anemia Pada Remaja Putri di SMA Pawyatan Daha Kota
Kediri
Pembimbing : Erma Retnaningtyas, SST.,Bd,.SKM.,M.Kes
85
10 Selasa, 20 Ujian Skripsi
September 2015
Lampiran 7
SURAT PERMOHONAN IJIN
86
87
Lampiran 8
SURAT BALASAN
88
Lampiran 9
SURAT UJI ETIK
SERTIFIKAT
ETIK
89
Lampiran 10
DOKUMENTASI PENELITIAN
DOKUMENTASI DOKUMENTASI
DOKUMENTASI DOKUMENTASI
90
Lampiran 11
MASTER SHEET
91
KEBIASAAN MAKAN PAGI
92
REKAPITULASI DATA HASIL PENELITIAN
KONSUMSI TEH
77
No.
Hasil HB
Responde Kriteria Kode
(g/dL)
n
1 10 Anemia 1
2 12 Tidak Anemia 2
3 14 Tidak Anemia 2
4 12 Tidak Anemia 2
5 13 Tidak Anemia 2
6 10 Anemia 1
7 13 Tidak Anemia 2
8 9 Anemia 1
9 10 Anemia 1
10 12 Tidak Anemia 2
11 14 Tidak Anemia 2
12 11 Anemia 1
13 10 Anemia 1
14 14 Tidak Anemia 2
15 12 Tidak Anemia 2
16 12 Tidak Anemia 2
17 14 Tidak Anemia 2
18 10 Anemia 1
19 11 Anemia 1
20 11 Anemia 1
21 13 Tidak Anemia 2
22 14 Tidak Anemia 2
23 12 Tidak Anemia 2
24 14 Tidak Anemia 2
25 12 Tidak Anemia 2
26 12 Tidak Anemia 2
27 12 Tidak Anemia 2
28 14 Tidak Anemia 2
29 12 Tidak Anemia 2
30 13 Tidak Anemia 2
Lampiran 12
HASIL SPSS
78
Distribusi Frekuensi Data Hasil Penelitian
Frequency Table
umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 16 th 16 53.3 53.3 53.3
17 th 11 36.7 36.7 90.0
18 th 3 10.0 10.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
riwayat penyakit
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ada riwayat 30 100.0 100.0 100.0
79
Tabulasi Silang Data Hasil Penelitian
Crosstabs
umur * kriteria kebiasaan makan pagi Crosstabulation
80
Crosstabs Variable
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kriteria kebiasaan makan pagi
30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
* kriteria kejadian anemia
kriteria konsumsi teh * kriteria
30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
kejadian anemia
Chi-Square
81
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 21.304a 1 .000
b
Continuity Correction 17.178 1 .000
Likelihood Ratio 23.062 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 20.594 1 .000
b
N of Valid Cases 30
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.10.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Symmetric Measures
Logistic Regression
82
Kebiasaan Makan Pagi dan Konsumsi Teh >< Kejadian Anemia
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 36.652 2 .000
Block 36.652 2 .000
Model 36.652 2 .000
Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 .000a .705 1.000
a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum
iterations has been reached. Final solution cannot be found.
83
Classification Tablea
Predicted
kriteria kejadian anemia
Percentage
Observed anemia tidak anemia Correct
Step 1 kriteria kejadian anemia anemia 9 0 100.0
tidak anemia 0 21 100.0
Overall Percentage 100.0
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
Classification Tablea,b
Predicted
kriteria kejadian anemia
Percentage
Observed anemia tidak anemia Correct
Step 0 kriteria kejadian anemia anemia 0 9 .0
tidak anemia 0 21 100.0
Overall Percentage 70.0
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Score df Sig.
Step 0 Variables kebiasaan_makan_pagi 16.623 1 .000
konsumsi_teh 23.062 1 .000
Overall Statistics 25.671 2 .000
84