Professional Documents
Culture Documents
Skripsi Abel
Skripsi Abel
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Prasyarat untuk Mengikuti Ujian Komprehensif
Bagian Kajian Utama Hukum Perdata
Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya
Oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2024
HALAMAN PENGESAHAN
MENGIKUTI UJIAN
KOMPREHENSIF
Nim : 02011381924466
JUDUL
Palembang, 2024
Disetujui Oleh:
Mengetahui,
02011381924466
Strata Pendidikan : S1
Perdata
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini tidak memuat bahan - bahan yang
sebelumnya telah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun tanpa
mencantumkan sumbernya. Skripsi ini juga tidak memuat bahan - bahan yang sebelumnya
telah dipublikasikan atau ditulis oleh siapapun tanpa mencantumkan sumbernya dalam
teks.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Apabila terbukti saya telah
melakukan hal - hal yang bertentangan dengan pernyataan ini, maka saya bersedia
menanggung segala akibat yang timbul di kemudian hari dengan ketentuan yang berlaku.
Palembang, 2024
M Abel Pratama Davidsyah
02011381924466
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
- Dale Carnegie
2. Kedua Saudara
3. Keluarga Besar
5. Orang-orang Terdekat
6. Teman Seperjuangan
7. Almamater
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perlindungan
Hukum Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli Barang Online Rekondisi Elektronik
Di Situs Bukalapak.com dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum Universitas Sriwijaya. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing 1 dan dosen pembimbing 2 yang
telah membantu penulis dalam proses pembuatan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca serta dapat mendukung perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya dibidang ilmu Hukum Perdata.Dalam penulisan skripsi ini penulis
menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna sehingga penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
skripsi ini.
Palembang, 2024
v
Nama : M Abel Pratama
Davidsyah Nim :
02011381924466
Judul : Perlindungan Hukum Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli Barang
Online Rekondisi Elektronik Di Situs Bukalapak.
ABSTRAK
Perlindungan Konsumen menjadi suatu hal yang penting karena menyangkut hak dan
kewajiban para pihak yang mengikatnya dengan mengacu Undang-Undang Nomor 8
tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah :
1). Untuk mengetahui dan menganalisis kesesuai terhadap perlindungan hukum konsumen
dalam perjanjian jual beli barang online rekondisi elektronik. 2). Untuk mengetahui dan
menganalisis pertanggung jawaban para pelaku usaha barang rekondisi yang tidak
sesuaiyang dibeli oleh konsumen di situs bukalapak. Penelitian ini bersifat Normatif
dengan menggunakan pendekatan Perundang-Undangan (Statute Approach), Pendekatan
Konseptual (Conceptual Approach). Hasil penelitian ini memberikan beberapa ketentuan
terkait barang rekondisi di bukalapak yang dijual dari pihak pelaku usaha terhadap
konsumen terkait barang sesuai atau tidak dan juga dalam hal ini pelaku usaha wajib
memenuhi kewajibannya dengan memberikan barang yang sesuai yang mereka jual
terhadap barang rekondisi ini. Dalam UU ITE jika terjadi pelanggaran hak dan kewajiban
yang dilakukan oleh pelaku usaha dan merugikan konsumen dapat diselesaikan dengan
cara negoisasi atau penyelesaian melalui badan penyelesaian konsumen dan melalui
pengadilan
Kata Kunci : Konsumen,Jual Beli Online,Rekondisi,Bukalapak
Disetujui Oleh :
Mengetahui
Ketua Bagian Hukum Perdata
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
bimbingan, saran, kritik, dan doa dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis
1. Bapak Prof. Dr. Taufiq Marwa, S.E., M.Si., selaku Rektor Universitas
Sriwijaya;
2. Bapak Prof. Dr. Febrian, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum
UniversitasSriwijaya;
4. Ibu Vegitya Ramadhani Putri, S.H., S.Ant., M.A., LL.M., selaku WakilDekan
5. Bapak Dr. Zulhidayat, S.H., M.H., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Sriwijaya;
Hukum Perdata;
vii
7. Bapak Dr. Zulhidayat, S.H., M.H selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
proses perkuliahan;
8. Ibu Sri Handayani, S.H., M.Hum selaku Pembimbing Utama yang senantiasa
ini berlangsung;
11. Kedua orang tua tercinta, saudara, dan keluarga besar yang senantiasa
12. Sahabatku DK FAMILY yang sudah menjadi tempatku berkeluh kesah dan
13. Sahabatku Theresa Esmeralda yang sudah senantiasa untuk menemani, dan
15. Sahabatku Salwa Saviola yang sudah menjadi tempatku berkeluh kesah dan
vii
16. M Abel Pratama Davidsyah, diriku sendiri. Apresiasi karena telah mampu
bekerja keras dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan apa yang telah
dimulai. Mampu mengendalikan diri sendiri, sudah sabar dan tetap kuat
dalam menghadapi hidup yang kadang tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Terimakasih sudah bertahan sejauh ini, dan terus berusaha untuk menjadi
atas terselesainya skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca, pihak
Penulis,
NIM.02011381924466
ix
DAFTAR ISI
Hlm.
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI.........................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN..........................................................................iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................iv
KATA PENGANTAR........................................................................................v
UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................vi
DAFTAR ISI.....................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.............................................................................................xi
ABSTRAK........................................................................................................xii
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................6
C. Tujuan Penelitian..............................................................................6
D. Manfaat Penelitian............................................................................7
1. Manfaat Teoritis...........................................................................7
2. Manfaat Praktis............................................................................8
E. Ruang Lingkup..................................................................................9
F. Kerangka Teori..................................................................................9
1. Teori Perlindungan Hukum..........................................................9
2. Teori Perjanjian konsumen........................................................11
3. Teori Penyelesaian sengketa......................................................12
G. Metode Penelitian............................................................................14
1. Jenis Penelitian...........................................................................14
2. Pendekatan Penelitian................................................................15
3. Bahan dan Sumber Hukum........................................................16
4. Metode Pengumpulan Bahan Hukum........................................18
5. Analisis Bahan Hukum..............................................................19
6. Metode Penarikan Kesimpulan..................................................19
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA..................................................................21
A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen.....................21
Ii
1. Pengertian Perlindungan Konsumen........................................21
2. Hak dan Kewajiban Konsumen...............................................26
3. Pengertian Pelaku usaha..........................................................28
4. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha...........................................30
B. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian.............................................33
1. Pengertian Perjanjian..............................................................33
2. Syarat Sah Perjanjian..............................................................34
3. Asas asas Perjanjian................................................................38
C. Tinjauan Umum Tentang E-Commerce........................................45
1. Pengertian E-Commerce.........................................................47
2. Transaksi Elektronik...............................................................49
D. Tinjauan Umum Tentang Bukalapak............................................51
BAB III : PEMBAHASAN..............................................................................54
A. Bagaiamana Perlindungan Hukum Konsumen dalam
Perjanjian Jual Beli Barang Online Rekondisi Elektronik
Di Situs Bukalapak......................................................................54
B. Bagaimana Tanggung jawab pelaku usaha terhadap Konsumen
yang sudah membeli barang rekondisi elektronik yang tidak
sesuai di Bukalapak......................................................................71
BAB IV : PENUTUP.....................................................................................102
A. Kesimpulan.................................................................................102
B. Saran...........................................................................................103
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................105
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
kegiatan perdagangan.
Para pihak yang terlibat dalam transaksi tidak perlu bertemu atau bertatap
1
Niniek Suparni, Cyberspace Problematika & Antisipasinya, Sinar Grafika, Jakarta, 2009,
hlm. 1.
1
Kegiatan jual beli dengan memanfaatkan media internet dikenal
objek transaksi ganda oleh para penghibur bisnis yang tidak bertanggung
elektronik.
2
Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen,Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2006, hlm. 1
3
Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, Transmedia Pustaka, Jakarta, 2008,
hlm. 2
Perjanjian atau kontrak elektronik mengandung unsur-unsur yang harus
pihak yang paling lemah dalam kontrak tersebut. Dalam hal ini, peraturan
bagi konsumen, yang seringkali berada dalam posisi yang lebih lemah
hak-hak konsumen.
adalah suatu perjanjian isinya telah ditetapkan secara sepihak oleh pihak
jasa yang beredar di masyarakat layak edar dan sesuai dengan informasi
4
Husni Syawal, Neni Sri Irmayanti, ed.,Hukum Perlindungan Konsumen. Mandar Maju.
Bandung, 2000.
5
Bagus Made Bama Anandika Berata, I.G.N Parikesit Widiatedja, 2016, “Perlindungan
Hukum terhadap Pelaku Usaha Terkait Wanprestasi yang Dilakukan Konsumen dengan Cara Hit
and Run”, Kertha Semaya, Vol. 04, No. 01, Februari 2016, hlm. 5, ojs.unud.ac.id, URL :
http://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/18932/12402, diakses tanggal 22
Febuari 2023, pukul 00.39 WIB
Dalam konteks pemasaran produk, perubahan strategi dari berorientasi
6
I Gede Agus Satrya Wibawa, I Nengah Suharta, 2016, “Mekanisme Penyelesaian
Sengketa Konsumen secara Mediasi terhadap Produk Cacat dalam Kaitannya dengan
Tanggung Jawab Produsen”, Kertha Semaya, Vol. 04, No. 01, Februari 2016, hlm. 2,
ojs.unud.ac.id, URL : http://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/18973/12436,
diakses tanggal 23 Febuari 2023, jam 00.58 WIB
Aturan Pemanfaatan ini mengarahkan pemanfaatan seluruh
satu yang ditemui adanya fenomena daur ulang produk elektronik yang
yang dimaksud adalah bahwa produk tersebut hanyalah kelihatan baru dari
sisi luarnya saja, sedangkan jika dilihat dari sperpatnya atau komponen
dari barang elektronik tersebut merupakan barang lama yang sudah rusak
ataupun tidak, yang diservis atau diperbaiki terus diganti casing, dan
jasa ekspedisi yang dipilih oleh pembeli dan memastikan nomor resi
sistem Bukalapak dan bukan di luar platform tersebut. Selain itu, pembeli
pelapak, dan pembeli juga memiliki hak untuk melakukan klaim barang
rusak atau pengembalian dana jika barang tidak sesuai. Bukalapak juga
dan mematuhi setiap aturan dan ketentuan yang telah ditetapkan untuk
tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Peneltian
ini bertujuan:
elektronik
usaha barang rekondisi yang tidak sesuai yang dibeli oleh konsumen di
situs bukalapak
D. Manfaat Penelitian
2. Manfaat Praktis
jualnya.
b. Konsumen
elektronik.
d. Pemerintah
E. Ruang lingkup
F. Kerangka Teoritis
pengakuan terhdap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum
berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan atau sebagai kumpulan
peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya.7
Perlindungan Hukum yang sah adalah sesuatu yang melindungi subjek yang
sah melalui peraturan dan pedoman yang relevan dan pelaksanaannya diizinkan
penahanan, dan hukuman tambahan yang diberikan jika terjadi sengketa atau
7
Wahyu Sasongko, Ketentuan-ketentuan pokok hukum perlindungan konsumen, Bandar
lampung:Universitas lampung, 2007, hlm 31
Dalam menjawab rumusan masalah pertama & kedua memberikan penjelasan
bahwa terdapat hak yang diberikan jaminan oleh undang-undang berupa setiap
pihak jika melakukan transaksi jual beli melalui elektronik wajib memberikan
tanggung jawab berupa itikad baik jika terdapat kerugian yang terjadi kepada
diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang
bersifat preventif, maupun dalam bentuk yang bersifat represif, baik yang
8
Ibid., hlm 365-366.
9
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia : Sebuah Studi Tentang
Prinsip-Prinsipnya, Penanganannya Oleh Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum dan
Pemberontakan Peradilan Administrasi, (Surabaya: Peradaban, 1987), hlm. 2.
10
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Cet. II, (Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004), hlm. 19.
Menurut ketentuan dalam UU Perlindungan Konsumen Pasal 1 Ayat (2) No. 8
1999 “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia
dalam masyarakat baik bagi kepentingan sendiri keluarga orang lain maupun
tepat,yaitu dengan Online Dispute Resolution (ODR), atau APS online yang
menjadi cara praktis untuk memberi para pelanggan remedy yang tepat, murah
dan efektif serta mengurangi penentuan perkara dinegara asing. Ada beberapa
Pertama, penghematan waktu dan uang. Keuntungan ini timbul karena para
keunggulan mendasarnya adalah kecepatan ODR; para pihak dan pihak netral
tidak perlu melakukan perjalanan untuk bertemu, mereka tidak perlu hadir pada
waktu yang sama, waktu antara penyerahan dapat singkat, dan penyelesaian
dikeluarkan oleh pihak netral, biaya yang dikeluarkan oleh para pihak, dan biaya
berkurang secara signifikan. Selain itu, pihak yang menggunakan akses internet
cenderung lebih percaya diri dalam menghadapi proses ODR karena mereka
dapat dengan mudah mengontrol dan merespons apa yang terjadi dalam proses
tersebut.
secara online tanpa harus bertemu secara fisik, sehingga dapat mengurangi
ketegangan dan perasaan takut akan intimidasi yang mungkin timbul dalam
Beberapa di antaranya memiliki nilai nominal yang sangat kecil, namun harus
dibayar dengan cepat dan murah. Berbagai upaya telah dilakukan, termasuk
internet. Tujuan debat online dimulai pada tahun 1995 dengan berdirinya
G. Metode Penelitian
berikut :
1. Tipe Penelitian
norma hukum positif yang ada dan berlaku di dalam masyarakat dan tidak
12
diakses http://www.hukumonline.com/klinik/ dtail/lt50bf69280b1ee/perlindu ngan-
konsumen- dala-e- commerce pada tanggal 24 September 2023 pukul 00.39
tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh pejabat dan lembaga yang Dalam
konteks penelitian hukum normatif, argumentasi, konsep, dan teori baru dapat
pertemuan tersebut, perlindungan hukum bagi para pihak, dan tanggung jawab
2. Pendekatan Penelitian
13
Peter Mahmud Marzuki, 2016, Penelitian Hukum (Edisi Revisi),
cet.12,Jakarta : Prenada Media Group, hlm.59.
Pendekatan perundang-undangan (Statue Approach) dilakukan dengan
undang yang terkait dengan isu-isu hukum yang akan dibahas dan ditangani.
dengan cara mencari makna pada istilah-istilah hukum yang terdapat dalam
nyata.15
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yang
dimana data sekunder adalah data yang diperoleh melalui bahan pustaka.
Dalam menggunakan penelitian hokum data sekunder ada tiga sumber bahan
14
Ibid, hlm. 133
15
Mukti fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif Dan Empiris.
(Yogjakarta: pustaka pajar, 2010), hal 34.
a. Bahan Hukum Primer
contoh bahan hukum primer yang penulis gunakan dalam penelitian ini. 8
Pertukaran Data dan Elektronik. Bahan hukum primer ini memiliki otoritas
dan menjadi landasan utama dalam analisis hukum yang dilakukan dalam
penelitian ini :
Konsumen.
danTransaksi Elektronik.
buku-buku
teks hukum dan jurnal-jurnal hukum.16
permasalahan.17
16
Ibid., hlm. 142
17
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Bandung: Mandar Maju, 2008,
hlm. 35.
dengan keadaan atau fakta yang ada 18dan Penelitian ini juga mendekat kearah
metode kualitatif, yaitu analisis ini akan diuraikan secara sistematis dan jelas
metode deduktif, yaitu dimana pola pikir yang didasarkan pada suatu fakta
yang bersifat umum, selanjutnya ditarik sebuah kesimpulan pada suatu fakta
48
yang
skripsi ini.20
18
H. Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian
Tesis dan Disertasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 9.
19
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia,
2006), hlm. 51.
20
Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
informasi yang jelas tentang produk atau jasa, serta menetapkan standar
tahun 1999 Pasal 1 angka (2) yaitu Konsumen adalah setiap orang
pemakai
21
M. Marwan dan Jimmy. P, 2009, Kamus Hukum, Surabaya: Reality Publisher, hal. 378
22
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, Konsumen, diakses dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/ diakses pada tanggal 24 September 2023 pukul 00.39
barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
1. Setiap orang
23
Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen
24
Susanti Adi Nugroho, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum
Acara Serta Kendala Implementasinya, Jakarta : Kencana, 2011, hlm 63
Barang dan/atau jasa digunakan, dipakai, dimanfaatkan tidakk
hukum adalah "perlindungan harkat dan martabat serta pengakuan terhadap hak-
hak manusia yang dimiliki oleh subjek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari
melindungi martabat dan hak asasi manusia yang dimiliki oleh individu sebagai
subjek hukum. Hal ini mencakup upaya untuk mencegah tindakan sewenang-
wenang. Hal ini dapat diwujudkan melalui kepastian hukum, yang merupakan
masyarakat.
25
Philipus M. Hadjon. 1987. “Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Di Indonesia. Sebuah
Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya”. Penanganan oleh Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan
Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara. Surabaya. PT Bina Ilmu. Hal, 25
Perlindungan hukum kepada Masyarakat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:26
hukum sebelum hal tersebut terjadi, sehingga memberikan kepastian hukum dan
penegakan hukum untuk menindak pelanggaran yang telah terjadi. Dalam konteks
hubungan antara konsumen dan pelaku usaha. Sanksi-sanksi ini bertujuan untuk
kedua istilah tersebut unik, tepatnya peraturan jaminan pembeli penting bagi
peraturan pembeli.
26
Muchsin. 2003. “Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia”.
Surakarta. Universitas Sebelas Maret. Hal, 20.
diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur
penyedia barang dan atau jasa konsumen.27 Lebih lanjut mengenai definisiny
dalam hubungan dan masalah konsumen yang kondisi para pihaknya berimbang
Rasionya adalah sekaliipun tidak selalu tepat, bagi mereka masing-masing lebih
hubungan yang sah atau rumit di mata publik menjadi timpang. Pada dasarnya
“ hukum perlindungan konsumen dan hukum konsumen membahas hal yang sama
konsumen dan pelaku usaha dalam upaya memenuhi kebutuhannya dikenal dengan
27
Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen: Suatu Pengantar, Diadit Media, Jakarta,
2014, Hlm 12.
28
Ibid, hlm 12.
Keseluruhannya diharapkan dapat menjelaskan bahwa ia mencakup semua
pembedaan yang sah sebagaimana ditunjukkan oleh jenisnya. Jadi hal ini
mencakup standar regulasi umum, pidana, otoritas negara, dan global. Sementara
bagi pembeli mulai dari upaya memperoleh kebutuhannya dari produsen, antara
lain: data, pengambilan, biaya hingga hasil. yang muncul karena kebutuhan
29
Ibid, hlm 13
30
Pasal 4 Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
a. Hak atas keamanan, kenyamanan dan keselamatan dalam
c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi
digunakan;
lainnya;
yakni:31
dan/atau jasa;
31
Pasal 5 Undang – Undang Nomor 88tahun 1999 tentang perlindungan Konsumenn
32
Pasal 3 Undang – Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
3 Hal ini setara dengan inklusi yang dijamin oleh negara-negara Eropa,
khususnya Belanda, karena pelaku bisnis dapat berupa pelaku atau orang yang
sah. Dalam Pasal 3 Item Obligation Mandat (selanjutnya disebut Order) sebagai
atau pengolah suku cadang dan orang yang memberi nama merek dagang atau
distribusi apa pun selama kegiatan komersial dalam Komunitas Eropa akan
dianggap sebagai produsen. Hal ini dipandang dalam arti pelaku usaha adalah
33
Ahmad Miru, Sutarman Yudo, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Raja
Grafindo Persada. Hlm 9.
kecuali ia memberitahukan orang yang menderiata kerugian dalam waktu yang
tidak terlalu lama mengenai identitas produsen atau orang yang menyerahkan
produk itu kepadanya. Hal yang sama akan berlaku dalam kasus barang/produk
dicantumkan.
diantaranya:34
34
Pasal 6 Undang – undang nomor 8 tahun 19999tentang Perlindungan Konsumen
4. Pilihan untuk mengembalikan nama baik seseorang dengan
keadaan dan nilai jual produk serta manfaat yang diberikan kepada
35
Loc.cit. Hal 50
keharusan untuk dilakukan oleh pihak yang terkait, dalam hal ini
usahanya dengan itikad baik yang merupakan salah satu asas dalam
barang;
36
Pasal 7 Undang – Undang nomor 88tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
d) Adanya Jaminan bahwa barang yang berlaku sudah
keseluruhan.
1. Pengertian Perjanjian
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain
lain sehingga muncul hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh
para pihak.
Berdasarkan pendapat subekti yang menjelaskan bahwa
kepada orang lain atau di mana dua orang saling berjanji untuk
hukumnya.
38
Subekti, 2002, Hukum Perjanjian, cetakan 20, Intermasa, Jakarta, hlm. 1
39
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2003,
hlm. 95
kewajiban hanya dapat dituntut oleh pihak yang satu kepada pihak
perjanjian.40
yang salah.42
40
Yahman, Karakteristik Wanprestasi dan Tindak Pidana Penipuan Yang Lahir Dari
Hubungan Kontraktual, PT. Prestasi Pustakarya, Jakarta, 2011, hlm. 51.
41
Salim H.S, Op.Cit, hlm. 162.
42
H. Riduan Syahrani, Loc.Cit, hlm. 205.
b. Cakap (bekwaan)
43
Ibid, hlm 208
44
R. Soeroso, Perjanjian Di Bawah Tangan Pedoman Praktis Pembuatan dan Aplikasi
Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 3.
Namun adanya SEMA nomor 3 tahun 1963 dan pasal 31 undang
secara cukup.45
bahwa jumlah barang tidak tentu, asal saja jumlah itu kemudian
Suatu sebab yang halal merupakan syarat yang keempat untuk sahnya
perjanjian. Mengenai syarat ini Pasal 1335 KUHPerdata menyatakan bahwa suatu
perjanjian tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu
47
atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan. Akhirnya, Pasal 1337
KUHPerdata
45
Ibid, hlm 208
46
Pasal 1333 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
47
H. Riduan Syahrani, Op.Cit, hlm. 211.
menentukan bawha sesuatu sebab dalam perjanjian tidak boleh bertentangan
perjanjiannya sendiri atau obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu.49
Dalam melakukan perjanjian tidak lepas dari adanya asas – asas yang
merupakan hal penting dalam melakukan perjanjian sebagai dasar terhadap pihak
48
Ibid, hlm. 212.
49
Subekti, Op.Cit, hlm. 17.
50
Salim HS, 2014, Hukum Kontrak (Teori & Teknik Penyusunan Kontrak), Sinar Grafika,
Jakarta, hlm. 23
51
Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
2). Melaksanakan perjanjian dengan pihak terkait
b. Asas Konsensualisme
52
Ridwan Khirandy, Hukum Kontrak Indonesia dalam Perspektif Perbandingan, Bagian
Pertama, FH UII Press, Yogyakarta, 2013, hlm. 27
mempengaruhi timbulnya perjanjian.53 Dalam KUHPerdata
martabat manusia.54
perjanjian bisa disebut juga dengan asas pacta sunt servanda. Asas
53
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian (Asas Proporsionalitas dalam Kontrak
Komersial), Kencana, Jakarta, 2010. Hlm 107
54
Ridwan Khirandy, Op.Cit., hlm. 90
55
Pasal 1338 ayat 1 kitab Undang – undang Hukum Perdata
undang-undang yang dibuat oleh legislator dan karenanya harus
secara tegas apa arti dari itikad baik. Namun terdspat di Kamus
56
Agus Yudha Hernoko, Op.Cit., hlm. 111.
57
KBBI,2022,”itikad” https://kbbi.web.id/itikad diakses pada tanggal 10 Oktober 2022
pukul 21:15
58
Agus Yudha Hernoko, Op.Cit., hlm. 188-119.
Itikad baik yang bersifat nisbi memperhatikan tingkah laku dan
dinamis dan
59
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perdata, Sumur, Bandung , 1992, hlm., 56-
62.
objektif dengan mengikuti kondisi perbuatan hukumnya.
dalam arti subyektif dan statis. Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata
dalam perjanjian.
60
Ridwan Khirandy, Hukum Kontrak Indonesia dalam Perspektif Perbandingan, Bagian
Pertama, FH UII Press, Yogyakarta, 2013, hlm. 90. (selanjutnya disebut Ridwan Khairandy II)
iii. Kemampuan membatasi atau membuang berarti kemampuan
sendiri.
61
Pasal 1315 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
Pasal 1340 KUHPerdata menjelaskan: “Perjanjian hanya
pihak ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri,
1. Pengertian E-Commerce
62
Pasal 134o Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
63
Subekti, 2002, Hukum Perjanjian, cetakan 20, Intermasa, Jakarta, hlm.10
64
McLeod Pearson. 2008. Sistem Informasi Manajemen. Salemba. Jakarta.hlm 59
b) Shely Cashman E-Commerce atau singkatan dari Electronic
komputer atau biasa disebut internet yang dapat melakukan jual beli mulai
dari barang, jasa informasi antar sesama pedagang atau pelaku usaha.
Internet adalah jaringan komputer yang luas dan terbuat dari server yang
menyebar ke seluruh dunia, dan akan saling berkaitan dengan satu dengan
adalah perbuatan
65
Shely Cashman.2007.Discovering Computers. Menjelajah Dunia
Komputer Fundamental, Edisi 3. SAlemba Infotek:Jakarta. Hlm 83
66
Wong Jony. 2010. Internet Marketing for Beginners. PT Elex Media Komputindo.
Jakarta. Hlm 33
67
Muhammad, Visi Al – Qur’an Tentang Etika dan Bisnis (Jakarta: Salemba Diniyah,
2002), hlm 118.
hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan
2. Transaksi Elektronik
menurut istilah
68
Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang – Undang
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik
69
Abdul Hakim dan Teguh Prasetyo, Bisnis E-Commerce Studi: Sistem Keamanan Dan
Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005), hlm. 10
pengertian E-Commerce adalah transaksi perdagangan melalui media
sebagai medianya. Melalui media ini, tenaga kerja dan produk yang
jual beli antara pihak pembeli dengan penjual secara elektronik yang
melalui
Pemberian data jenis angsuran, misalnya kartu kredit, uang tunai di muka
Hingga saat ini konsumen masih keliru atau salah paham dengan
mengetahui istilah yang disebutkan diatas. Kedua istilah itu, rekondisi dan
merupakan barang baru. Dalam hal ini barang baru merupakan barang
dijual kembali dengan kondisi yang lebih baik atau bahkan melampauai
71
“Jangan Salah! Masih Banyak yang Tak Tahu Beda Refurbished dan Rekondisi”,
dikutip dari https://www.kompasiana.com/www.bhinneka.com/5984366457c78c2ff802d7b2/
jangan-
dikondisikan menyerupai baru dengan melakukan beberapa perbaikan dan
kemudian diberikan dus dan diberi label yang kemudian diberi garansi.
itu sendiri dilakukan oleh pihak yang resmi dalam artian oleh pemilik
perusahaan vendor dari laptop tersebut yang legal dan penuh dengan
pengawasan dan juga diberikan garansi waktu yang lama atau bisa disebut
garansi resmi.
ulang sehingga menyerupai barang baru tanpa jaminan garansi resmi yang
tersebut tidak memiliki garansi resmi dari vendor dan biasanya berupa
uang kembali kepada pembeli jika barang tidak dikirimkan oleh pelapak.
Situs ini
online yang aman bagi semua orang. Misi Bukalapak adalah turut
didirikan oleh Achmad Zaky pada awal tahun 2010 sebagai divisi agensi
dan dikelola oleh manajemen yang dipimpin oleh Achmad Zaky sebagai
Aucfan, IREP, 500 Startups, dan GREE Ventures. Tidak berselang lama
73
(https://dailysocial.id/post/bukalapak-online-payment, diakses 6 oktober2023).
74
Lapak.com/2014/02/press-release-bukalapak-tumbuhpesat-menarik-investasi-dari-
investor-global/, diakses 6 Oktober 2023)
Aplikasi mobile Bukalapak diciptakan khusus untuk para penjual untuk
lebih 3 tahun, Bukalapak memiliki reputasi yang baik dalam hal customer
service dan websitenya yang mudah untuk di akses. Bukalapak pun seiring
yang ada di Indonesia untuk melakukan transaksi jual beli secara online.
dalam menjual produk- produk yang mereka miliki tanpa harus memiliki
75
https://www.labana.id/view/emtek-suntikkandana-total-43269-miliar-rupiah-ke-
bukalapak-com/, diakses 6 Oktober 2023).
BAB III
PEMBAHASAN
Di era yang semakin maju saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan
inovasi juga semakin pesat. Apalagi kemajuan ilmu pengetahuan dan inovasi
Ketika kondisi pertukaran menjadi lebih beragam, berbagai masalah pun muncul.
terhadap suatu produk namun membutuhkan harga murah dengan kualitas terbaik.
rekondisi adalah produk yang tidak memenuhi pedoman mutu, atau merupakan
kiriman kreasi yang dikirim ke pasar dan ditukar dengan harga yang jauh lebih
rendah. Dalam keadaan seperti ini, pembeli jelas dirugikan karena mereka
elektronik rekondisi di pasaran dijual kepada pelanggan dengan harga yang jauh
lebih rendah dari harga aslinya oleh perusahaan yang tidak memberikan informasi
kelanjutan dari keistimewaan dan komitmen kedua belah pihak, yang saling
menjamin satu sama lain, yaitu pihak penjual dan pihak pembeli. Pemahaman
kesepakatan jual beli dikelola di Pasal 1457 sampai dengan Pasal 1540 KUH
Perdata.
Kesepakatan jual beli dianggap tuan rumah yang terjadi di antara kedua
pihak, ketika orang-orang ini sampai pada kesepakatan berkenaan dengan barang
Produk dan biaya ini adalah komponen utama dari pemahaman kesepakatan dan
apabila pembeli tidak menepati harga pembelian, maka hal itu merupakan ingkar
janji yang memberikan motivasi kepada pedagang untuk meminta imbalan atau
penghapusan barang. pemahaman sesuai pengaturan Pasal 1266 dan 1267 Kitab
dagangan dan uang tunai), maka hal itu akan mengubah persetujuan untuk
berdagang, atau sebaliknya apabila biayanya sebagai administrasi, maka
pengertiannya akan berubah. akan berubah menjadi perjanjian kerja dan sebagainya.
Dalam pengertian berdagang ada pengertian bahwa di satu sisi ada barang dagangan
dan di sisi lain ada uang tunai. Terkait dengan uang tunai, dapat dimaklumi bahwa
diselesaikan dalam mata uang rupiah, namun boleh saja pihak-pihak tersebut
memutuskannya dalam mata uang asing.76 Perjanjian jual beli adalah perjanjian yang
berkembang ketika dua pihak atau lebih mempunyai hubungan hukum mengenai
harta kekayaan. Sekurang-kurangnya harus ada 2 (dua) orang yang secara tegas
pengganti. Orang kedua menjadi debitur, sedangkan orang pertama menjadi kreditur.
Bank dan pemegang rekening adalah subjek dari perjanjian ini. Bank mempunyai
hak istimewa untuk melakukan eksekusi dan pemegang rekening wajib mengikuti
menjual barang elektronik rekondisi. Ada 2 (dua) macam aturan dalam peraturan
perjanjian, yaitu yang bersifat tertulis dan tidak tertulis. Standar sah perjanjian
tertulis adalah asas-asas sah yang terkandung dalam peraturan, penyelesaian, dan
undang-undang. Standar sah dari pengaturan tidak tertulis adalah pedoman yang sah
76
Achmad Ichsan. 2015. Dunia Usaha Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita, hlm 21.
77
R. Setiawan. 2014. Pokok-Pokok Hukum Perikatan. Bandung: Binacipta, hlm 5.
yang muncul, berkembang, dan berfungsi dalam masyarakat. Misalnya perdagangan
mandiri, perdagangan tahunan, dan sebagainya. Hukum adat menjadi sumber dari
konsep hukum tersebut.78 Padahal, jika dilihat dari sudut pandang Pasal 1320 Kitab
pembeli produk rekondisi adalah sah menurut peraturan. Pasal 1320 Kitab Undang-
susunan atau istilah abstrak. Prasyarat ketiga dan keempat berhubungan dengan
obyek pengaturan atau kondisi tujuan. Persoalan batal dan batalnya juga berkaitan
dengan pembedaan antara kedua syarat ini suatu perjanjian Apabila syarat-syarat
tujuan dalam perjanjian itu tidak terpenuhi, maka kesepahaman itu tidak sah dan
batal atau kesepahaman itu batal selama ini, maka undang-undang menganggap
kesepahaman itu tidak pernah ada. Apabila keadaan abstrak tidak terpenuhi maka
pemahaman dapat dibatalkan atau sepanjang perjanjian belum atau bergantian tidak
dibatalkan.
pengadilan, maka perjanjanjian yang bersangkutan masih terus berlaku.80
“Sepakat” pada salah satu komponen yang terdapat dalam Pasal 1320 Kitab
memenuhi pengertian kata “setuju” dalam Pasal 1320 KUHPerdata, maka dari situ
jelaslah bahwa suatu perjanjian lisan maupun tidak tertulis adalah suatu perjanjian
yang sah. Artinya, rapat-rapat yang melakukan suatu kesepahaman secara lisan
dalam rencana Pasal 1234 Kitab Undang-undang Hukum Umum yang mengatur
atas barang tersebut dari tangan pedagang ke tangan pembeli sebelum terjadi
dalam dua tahap, yaitu tahap pemahaman antara kedua penghibur mengenai produk
Pasal 1475 KUH Perdata mengatur bahwa “hak milik berpindah dengan
penguasaan dan kepemilikan pembeli. hak milik sebagai akibat dari perjanjian jual
beli.Dalam hal akad penjualan dengan sistem indent, penyerahan barang dilakukan
penyerahan dilakukan langsung di tempat penjual atau di tempat lain yang telah
disepakati sebelumnya”.
perjanjian, namun hal itu tidak didukung oleh bukti. Dalam hal ini, apalagi
karena setiap perselisihan yang diajukan harus dibuktikan. Permasalahan ini sering
terjadi dalam perjanjian lisan/tidak tertulis, dimana salah satu pihak melakukan
kegiatan yang sah dapat diselesaikan berdasarkan perkara yang masuk akal. Dalam
definisi Pasal 1865 Kitab Undang-undang Hukum Umum disebutkan bahwa “siapa
pun yang membuat hipotesis suatu hak harus membuktikannya”. Oleh karena itu,
dalam hal terjadi suatu peristiwa yang sah sebagaimana dimaksud di atas,
hendaknya dikembangkan pembuktian yang sah sehingga kegiatan yang sah tanpa
praktis tanpa ada pengamat, sedangkan demonstrasi umumnya diakui oleh massa
sebagai hal yang telah dilakukan. Dalam definisi Pasal 1866 Kitab Undang-undang
Hukum Umum dinyatakan bahwa “alat bukti yang dapat digunakan untuk
membuktikan suatu penyangkalan meliputi alat bukti tertulis, alat bukti saksi,
pengakuan tersebut harus dibuat secara sah dengan saksi-saksi, yaitu pada saat
namun karena pengakuan bersama dari pertemuan tersebut telah didengar oleh dua
orang pengamat (unnus testis nullus testis), maka kegiatan yang sah tersebut
dipertunjukkan. Perkembangan yang sah dengan saksi ini dapat dilakukan untuk
semua kegiatan yang sah tanpa pembuktian, termasuk pemahaman yang dilakukan
Umum) dan pengamat layak untuk bertindak. sebagaimana ditentukan oleh undang-
81
Aan Handriati, "Keabsahan Perjanjian Jual Beli Secara Tidak Tertulis
BerdasarkanHukum Perdata", Rechtsregel: Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 1, No. 2,
Desember 2018,Hlm 290.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka perjanjian jual beli yang dilakukanoleh
penjual dan pembeli barang rekondisi sah menurut syarat-syarat yang terdapat
dalam KUH Perdata. Artinya, adanya jual beli dapat dirasakan walaupun perjanjian
itu hanya bersifat lisan apabila syarat-syarat untuk mengadakan perjanjian telah
Kepuasan dan pelaksanaan perjanjian jual beli oleh penjual dan pembeli
adalah sesuai dengan perjanjian yang terdapat dalam Kitab Undang-undang Umum,
dalam hal apapun dengan asumsi bahwa produk yang dijadikan obyek jual beli
adalah barang dagangan rekondisi, tentu saja benar-benar barang tersebut. harus
dievaluasi oleh Peraturan Keamanan Pembeli. Hal ini sebenarnya harus difokuskan
dibelinya. Perlu dipahami bahwa saat ini informasi mengenai kebebasan konsumen
seringkali tidak dipahami oleh konsumen sendiri, sehingga ketika barang yang
dibelinya rusak atau kurang, konsumen tidak begitu sadar akan keistimewaannya
1945 bukan sekedar konstitusi politik tetapi juga konstitusi di bidang keuangan,
khususnya konstitusi. yang berisi peluang bantuan pemerintah yang tersurat yang
Hak atas rasa aman dan kesejahteraan dimaksudkan untuk menjamin dan
2. Pilihan untuk memilih tenaga kerja dan produk dan untuk mendapatkan barang
dagangan atau manfaat potensial dan untuk mendapatkan produk serta layanan
tersebut sesuai dengan nilai perdagangan dan kondisi serta sertifikasi yang
dijamin.
Tujuan dari pemilihan adalah agar pembeli mempunyai barang tertentu sesuai dengan
kebutuhannya, tanpa adanya tekanan dari pihak luar. Dengan pilihan memilih ini,
pembeli mempunyai hak istimewa untuk memilih apakah akan membeli suatu barang
atau tidak, serta kemampuan untuk memilih jumlah dan jenis barang yang dipilihnya.
3. Pilihan untuk mendapatkan data yang tepat, jelas dan sah mengenai mutu dan
82
https://www.dslalawfirm.com/id/perlindungan-konsumen/ diakses tanggal 30 November
2023 pukul 01.15 WIB
Pilihan terhadap data yang benar, jelas dan sah sehubungan dengan kondisi dan
jaminan barang dagangan atau potensi manfaat yang dibeli sangatlah penting,
karena dalam hal ini data yang diperoleh pelanggan kurang mengenai sifat
barang yang diperdagangkan, apakah gurunya tidak sempurna atau cacat itu
karena data yang diberikan cukup. Pilihan data yang jelas dan tepat diharapkan
agar pelanggan dapat memperoleh gambaran yang tepat mengenai suatu barang,
karena melalui data yang lengkap dan tepat, pembeli dapat memilih barang yang
4. Pilihan agar sentimen dan keluhan didengar sebanding dengan produk dan
Hak untuk didengar ini merupakan hak pembeli untuk tidak dirugikan lebih
lanjut, atau hak pembeli untuk memilih untuk tidak dirugikan. Hak-hak tersebut
berkaitan dengan barang sehubungan dengan hal lain yang didapat mengenai
kepentingan pembeli. Hak tersebut dapat diberikan kepada setiap orang atau
suatu kelompok, baik secara langsung maupun melalui suatu lembaga tertentu.
83
Sudaryotmo. 2016. Hukum dan Advokasi Konsumen. Bandung: PT Citra Aditya Bakti,hlm
23-24.
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang undangan lainnya.
maka ada beberapa tahapan dalam transaksi yang dilakukan oleh konsumen.
Satu fase dan fase lainnya tidak secara jelas terisolasi satu sama lain atau
dapat terjadi dalam satu detik termasuk ketiga fase tersebut secara bersamaan.
Dalam tahap pra-pertukaran ini, pembeli masih menghabiskan waktu mencari data
pada tahap ini membutuhkan data yang pasti tentang kualitas yang layak serta
penting dan harus diperhatikan, baik oleh pelaku bisnis maupun pembeli.
84
AZ Nasution, undang-undang perlindungan konsumen pada seluruh barang dan jasa
ditinjau dari pasal undang-undang nomor 8 tahun 1999,(makalah,14 Januari 2001),hlm 6
beriktikad baik sesuai dengan batasan masing-masing. Di negara maju,
konsumen memiliki pilihan untuk membeli atau membatalkan suatu produk atau
layanan dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Ketentuan ini harus segera
Tahap ini, juga dikenal sebagai “tahap purna jual” atau “layanan purna jual”,
adalah ketika penjual menjanjikan beberapa layanan gratis dalam jangka waktu yang
telah ditentukan. Pada umumnya, vendor menjamin jaminan atau bantuan gratis
rencana tentang keadaan produk elektronik yang mereka usulkan kepada pembeli,
dan pembeli telah menyetujuinya, maka pada waktunya pemahaman dan perolehan
kualitas yang sama dengan pembelian produk elektronik baru, beberapa penjual
barang rekondisi yang kami temui menyatakan bahwa pembeli biasanya tidak
85
Ade Maman Suherman. 2015. Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global, Bogor: Ghalia
Indonesia, halaman 102-103.
Pedagang tersebut juga mengatakan bahwa produk elektronik rekondisi yang
dijualnya masih memiliki garansi mesin, namun jangka waktunya hanya minimal 2
minggu dan batas beberapa bulan. Artinya, pembeli dapat membawa kembali
barang elektronik tersebut kepada penjual untuk diperbaiki jika selama ini rusak
bukan karena air, benturan, sambaran petir, atau terjatuh. Meski hanya sekedar
toko, namun pada dasarnya dalam kurun waktu beberapa minggu hingga satu bulan,
pembeli produk elektronik rekondisi pasti akan khawatir dengan kualitas produk
jasa, serta memberikan informasi yang akurat, lugas, dan tulus mengenai kondisi
dan jaminannya;
barang dagangan.
Kepada pembeli untuk menguji dan juga mencoba produk serta administrasi
timbul akibat penggunaan, penerapan dan transaksi ganda atas produk dan
Sebab, barang elektronik rekondisi bukanlah barang baru dan tentunya kualitasnya
tidak akan sama. Khusus untuk poin ke 4, tidak terbayangkan bagi para pengelola
keuangan untuk menyetujuinya karena produk yang mereka jual pada dasarnya
adalah produk bekas yang telah diperbaiki dengan alasan ada beberapa bagian yang
dirugikan.
terletak pada niat jujur baik penjual maupun pembeli. Berdasarkan Undang-Undang
kegiatan bisnisnya, sedangkan pembeli diharapkan bertindak dengan niat jujur saat
86
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo. 2010. Hukum Perlindungan Konsumen. Cet. VI.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hlm 54
Dalam Undang-Undang Keamanan Pembelian, nampaknya niat yang benar-benar
mencakup semua tahap dalam pelaksanaan kegiatan bisnis mereka, sehingga dapat
sisi lain, mungkin diharapkan untuk bertindak dengan niat tulus saat menyelesaikan
pertukaran untuk membeli produk dan layanan. Hal ini wajar karena konsumen
memberi imbalan kepada pelanggan atas kerugian yang diberikan oleh pedagang
bergantung pada keinginan vendor. Biasanya hal ini dianggap tidak masuk akal,
karena pembeli tidak diberikan pilihan untuk memberikan pilihan tambahan untuk
menyertainya :
" Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak berlaku
87
Ibid.
Tentu saja pengaturan di atas dapat disalahkan oleh para penjual barang elektronik
yang telah direnovasi agar tidak membayar jika produknya rusak. Pengaturan ini
dapat digunakan sebagai ketentuan untuk merugikan pelanggan. Pembeli yang tidak
mungkin bergantung pada penafsiran yang keliru oleh pedagang. Alasan yang
diberikan oleh pedagang untuk tidak mengganti kerugian karena kerugian yang
jawab terbatas yang jenis usahanya bergerak dalam bidang administrasi antarmuka
berbasis web. Bukalapak dalam hal ini menyediakan platform pertukaran elektronik
yang beroperasi sebagai penyedia layanan portal web. Bukalapak dalam hal ini
produk, membeli barang, menggunakan fitur dan layanan yang tersedia, atau
melindungi diri.
mendapatkan informasi
adalah komitmen untuk memastikan sifat barang dan manfaat tambahan yang
kualitas yang relevan untuk produk atau potensi manfaat dan bukalapak.com
88
https://www.dslalawfirm.com/id/perlindungan-konsumen/ diakses tanggal 05
Febuari 2024 pukul 11.00 wib
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku dan
sebagai penyedia layanan portal web. Bukalapak dalam hal ini menyediakan
produk, membeli barang, menggunakan fitur dan layanan yang tersedia, atau
atas usaha bersama pusat komersial yang murni dengan Komitmen untuk
pelanggaran terhadap hak pelanggan untuk mendapatkan data yang benar, jelas
dan adil mengenai kondisi dan jaminan barang dagangan untuk dimanfaatkan,
89
Ayu Wandira, "Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Produk Telematika
Dan Elektronika Yang Tidak Disertai Dengan Kartu Jaminan/Garansi Purna Jual Dalam Bahasa
Indonesia". Skripsi. Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Haanuddin, Makassar,
2013, halaman 2.
Perdagangan barang elektronik, misalnya maraknya perdagangan barang
pelaku usaha kepada konsumen dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga
hal ini dapat menimbulkan penipuan karena kurangnya informasi yang diterima
sangat besar, melakukan aktivitas yang merugikan pembeli. Hal ini seharusnya
terlihat dari kekhasan yang sangat lumrah saat ini, khususnya persoalan
telah rusak dan kemudian diperbaiki oleh organisasi (bukan pabrik pengolahan)
suku cadangnya tidak tersedia, pihak pembuat akan membeli suku cadang di
dan “refurbished” agar tampak seperti baru, dikemas dalam kotak, dan diberi
label. Penjual kemudian memberikan jaminan dan harganya jauh lebih rendah
dari harga baru. Keuntungan dari cara ini sangat tinggi sehingga pasar barang
Dari segi fisik, tidak ada perbedaan yang signifikan antara barang elektronik
Perbedaan yang signifikan antara keduanya terletak pada harga dan kondisi
bermula dari barang elektronik yang sudah tidak layak pakai kemudian disulap
menjadi barang elektronik yang terlihat layak pakai. Tak heran jika harga
barang tersebut Apa yang dikatakan baru sebenarnya bekas. Tidak sulit
membedakan suatu barang asli atau rekondisi karena konsumen bisa mengecek
apakah kode kemasan, isi, dan kartu garansinya sama atau tidak. Jika sama
berarti barang yang diterima konsumen adalah asli, dan jika tidak, hampir pasti
merugikan konsumen karena umur komponen yang ada akan lebih pendek dan
menggunakan merek yang sudah ada dengan melakukan perbaikan kecil agar
terlihat seperti baru..
refurbished. Hal ini diperparah dengan oknum pedagang atau penjual yang tidak
mengenai kondisi barang yang ditawarkan. Dalam hal ini, keberadaan barang
keadaan negara yang benar, jelas, dan jujur. dan kondisi, serta jaminan atas
bersifat berkelanjutan dan berkelanjutan. Hubungan ini Ada karena para pihak
saling menginginkan satu sama lain dan terdapat saling ketergantungan yang
tinggi antara satu pihak dengan pihak lainnya 90. Hubungan yang sah antara
pembuat dan pelanggan, yang dibangun atas dasar premis tunggal, dipengaruhi
dan pembuat adalah kaki tangan yang saling membutuhkan. Hal ini
dengan baik dengan asumsi pembeli berada dalam kondisi yang tidak
(investor)
konsumen dapat
1. Hubungan langsung
dengan perjanjian”
91
Ahmadi Miru. 2015. Prinsip-Prinsip Bagi Perlindungan Hukum Konsumen diIndonesia.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hlm 33.
Hubungan antara produsen dan konsumen tidak langsung terikat
dan produsen. Hal ini tidak berarti bahwa konsumen yang mengalami
mengatur:
b) Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih, atau jumlah bersih dan
92
Ibid., hlm 34-35.
d) Bukan karena syarat, jaminan, keistimewaan atau khasiat
dan/atau jasa;
rusak, cacat atau terpakai, dan tercemar tanpa memberikan data yang
tidak peduli apa yang memberikan data yang lengkap dan benar.
penyebaran.
Pada dasarnya substansi peraturan di atas berpusat pada 2 (dua) hal, yaitu
Inti dari pembatasan ini adalah untuk menjamin bahwa produk tersebut dan
manfaat lainnya yang terlihat di mata publik adalah produk yang layak untuk
disebarluaskan. Hal ini mencakup mengetahui dari mana suatu barang berasal
dan seberapa baik hal itu bergantung pada informasi yang diberikan oleh
kemudian rusak atau tidak memadai, penting untuk terlebih dahulu menentukan
bahwa keberadaan seseorang diakui. Dalam hal ini, hukum memberikan status
dan pengakuan kepada seseorang. Hal ini tertuang dalam pengertian jual beli,
dimana situasi antara pihak penjual dan pihak pembeli telah diatur secara halal.
dengan itu tetap ada dalam undang-undang, menunjukkan bahwa setiap orang
Hak dan kewajiban kedua belah pihak telah diatur dalam Undang-Undang
diatur hak-hak dan kewajiban pelaku usaha. Hak dan kewajiban konsumen
Jika dicermati, akan terlihat bahwa hak dan tanggung jawab konsumen dan
pelaku usaha saling tumpang tindih. Ini menyiratkan bahwa hak istimewa
pelanggan adalah komitmen yang harus dipenuhi oleh pelaku bisnis. Selain itu,
komitmen pembeli adalah hak istimewa yang akan diakui oleh para penghibur
bisnis.
yang serupa.
“Let the Buyer Beware atau Prinsip Kehati-hatian pada Konsumen, The Dua
Care Theory atau Prinsip Kehati-hatian pada Pelaku Usaha, The Privity
usaha dalam keadaan tertentu tidak sama. Hal ini karena dalam teori Let the
Buyer Beware dan The Dua Care Theory memberlakukan prinsip kehati-hatian
usaha dalam keadaan tertentu tidaklah sama. Hal ini karena dalam teori Let the
Buyer Beware dan The Dua Care Theory mengharuskan pelanggan saat
alami.
95
Ilham Labib M, "Jual Beli Handphone Bekas Rekondisi Perspektif Hukum Perlindungan
Konsumen Dan Hukum Islam (Studi Kasus Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi Surakarta)". Skripsi.
Program Studi Hukum Ekonomi Syari'ah (Muamalah) Fakultas Syari'ah Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Surakarta, 2020, hlm 62.
ada pelanggaran yang dilakukan oleh dealer. Dalam keadaan seperti ini,
pembeli pasti akan dirugikan karena hak dan komitmennya tidak terpenuhi.
Dealer tidak bersikap jujur kepada pembeli mengenai kondisi barang yang
dijual, karena ia hanya memahami kondisi barang bekas bukan barang hasil
rekondisi.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah barang elektronik rekondisi yang
sering dijual sudah memiliki cacat atau kerusakan. Misalnya, saat membeli PC
yang diperbaiki, ada beberapa deteksi USB yang tidak berfungsi sama sekali
saat digunakan. Misalnya, tempat USB untuk tautan informasi tidak dapat
membaca dengan teliti informasi yang terhubung ke tempat itu dengan cara apa
pun.
mengarahkan pentingnya produk cacat dan barang dagangan rusak rahasia baik
dan kerugian yang timbul pada pelanggan akibat mengkonsumsi produk dan
96
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Op.Cit., hlm 30.
Cacat barang definisinya adalah "setiap barang yang tidak dapat memenuhi
maupun disebabkan hal-hal lain yang terjadi dalam peredarannya, atau tidak
itu, atau cacat itu mengakibatkan “penurunan nilai” barang itu dari alasan yang
sah.
Pasal 1504 sampai Pasal 1512, yang dikenal dengan istilah gurun tertutup.
Menurut Pasal 1504 KUH Perdata, dalam hal demikian, pelaku usaha atau
tersembunyi pada barang. Keputusan ini secara khusus sesuai dengan Pasal
97
Reynaldo Binsar Halomoan Sihombing, "Perlindungan Konsumen Dalam Pembelian
Barang Elektronik Rekondisi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 (Studi di PT.
Plaza Milenium)". Skripsi. Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara, 2017, halaman 45.
1. Mengembalikan barang yang dibeli dengan menerima pengembalian harga
(refund)
2. Tetap memiliki barang yang dibeli dengan menerima ganti rugi dari penjual.
atau tidak, itu bukan persoalan. Penjual atau pelaku usaha wajib menjamin
dapat mengajukan tuntutan atau aksi pembatalan jual beli, dengan ketentuan
1. “Kalau cacat tersebut dari semula diketahui oleh pihak pelaku usaha, maka
98
Adrian Sutedi. 2006. Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan
Konsumen. Jakarta: Ghalia Indonesia, hlm 76.
ditambah dengan pembayaran ganti rugi yang terdiri dari ongkos, kerugian
dan bunga”
2. “Kalau cacat ini benar-benar memang tidak diketahui oleh pihak pelaku
3. “Kalau barang yang dibeli musnah sebagai akibat yang ditimbulkan oleh
rekondisi yang rusak atau cacat, maka berdasarkan pedoman yang ada, pelaku
juga harus diberikan pilihan untuk mendokumentasikan suatu kasus atau aktivitas
untuk membatalkan kesepakatan dan membeli, mengingat hal ini selesai dalam
(tidak setara) karena penggunaan tenaga kerja dan produk yang tidak memenuhi
asumsi pembeli. Hak ini erat kaitannya dengan pemanfaatan barang-barang yang
99
Ibid., hlm78.
materil, selain kerugian pribadi konsumen (seperti sakit, cacat, atau bahkan
hak tersebut, yang dapat diselesaikan secara damai (di luar pengadilan) atau di
pengadilan).
konsumen atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa. Hak ini dianggap sangat penting karena kurangnya informasi
yang disampaikan kepada konsumen dapat dianggap sebagai salah satu bentuk
cacat produk, yang dikenal sebagai cacat instruksi atau cacat karena informasi yang
tidak memadai. Hak atas informasi yang jelas dan benar dimaksudkan agar
konsumen dapat memilih barang sesuai kebutuhan yang diperlukan dan terhindar
Hak atas informasi yang jelas dan benar sangat penting dalam perlindungan
dianggap sebagai salah satu bentuk cacat produk, baik cacat instruksi maupun cacat
karena informasi yang tidak memadai. Hak ini dimaksudkan agar konsumen dapat
memperoleh gambaran yang akurat mengenai suatu produk, sehingga mereka dapat
membuat pilihan yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan terhindar dari kerugian
akibat kesalahan dalam penggunaan produk. Dengan demikian, hak atas informasi
yang benar dan jelas memberikan konsumen kekuatan untuk membuat keputusan
yang tepat dan meminimalkan risiko kerugian akibat kesalahan dalam memilih atau
menggunakan produk.100
secara signifikan dalam pemilihan produk dan loyalitas terhadap merek tertentu.
Satu hal yang juga harus diingat adalah terkait dengan pedoman kualitas
besar merupakan barang elektronik dari merek luar negeri atau merek yang
untuk memastikan bahwa dengan asumsi bahwa suatu pemerintahan atau kantor
balik kesejahteraan terbuka, kesejahteraan, asuransi pembeli dan iklim, atau untuk
tujuan lain, maka pedoman standar dan pengujian dan pemberian sertifikat tidak
terkait yang harus dipertimbangkan ketika mengevaluasi potensi risiko antara lain
100
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Op.Cit, hlm. 41.
teknologi pemrosesan atau kegunaanakhir yang dituju oleh produk.101
harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh setiap negara, sehingga pembeli akan
yang sesuai dengan harga yang dibayarkan. Dengan demikian, normalisasi sifat
barang sangatlah penting untuk menjamin sifat produk dan melindungi konsumen.
Dalam konteks ini, pengaturan standar mutu dan normalisasi sifat barang menjadi
kunci dalam memastikan keamanan dan kualitas produk yang beredar di pasaran.
Presiden Nomor 7 Tahun 1989, sebagai pengakuan atas arti dan arti strategis
Norma Umum Indonesia (SNI) dan Pengumuman Resmi Nomor 12 Tahun 1991
101
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Op.Cit, hlm 67.
102
Agung Putra. 1995. Pengendalian dan Pengawasan Mutu Produk. Surabaya: Balai
Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan Jawa
Timur, hlm 1.
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1991 tentang Standar Nasional
bahwa mulai 1 Februari 1996, hanya ada satu standar mutu di Indonesia, yaitu
berbagai negara (negara bagian WTO) hendaknya diberikan perlakuan yang tidak
kalah idealnya dengan perlakuan yang diberikan terhadap barang-barang publik dan
Pasal 16 ayat (2) dan (3) Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 1991 mengatur
bahwa untuk menjamin produk tersebut, tidak hanya cukup dengan memenuhi
spesifikasi dan pemberian tanda Standar Nasional Indonesia (SNI), tetapi juga
produk yang telah memenuhi spesifikasi SNI yang beredar di pasaran dalam negeri
maupun yang akan diekspor. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah memiliki
peran penting dalam memastikan bahwa produk yang beredar di pasaran memenuhi
standar kualitas yang ditetapkan, baik untuk konsumen dalam negeri maupun untuk
Perdagangan menjadi kunci dalam memastikan keamanan dan kualitas produk yang
beredar di pasaran.
103
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Op.Cit., hlm. 68.
Berdasarkan penjelasan di atas, barang-barang elektronik rekondisi yang
umumnya dijual di pasaran ternyata saat ini tidak memiliki kualitas yang sama
dengan barang-barang dari merek yang sama yang berasal dari pembuatnya. Hal ini
SNI hanya berlaku untuk produk baru. Tentu saja, pengaturan ini berarti semakin
banyak barang elektronik rekondisi yang dijual dengan harga murah karena
prinsipnya tidak sama dengan barang baru. Mutunya masih jauh dari standar yang
ditetapkan untuk suatu barang, padahal masih banyak orang yang terinspirasi
darinya, jika tidak dilakukan pengelolaan maka akan semakin banyak pembeli yang
pemerintah untuk menarik semua barang elektronik yang sudah melewati masa
peruntukannya dan memusnahkannya agar tidak dapat digunakan lagi. Selain itu,
sudah digunakan dalam jangka waktu yang lama harus diganti, karena dapat
merupakan barang lokal, namun klien masih merasa bahwa produk tersebut masih
layak untuk digunakan. Dalam konteks ini, perlindungan konsumen menjadi fokus
utama, dan pemerintah diharapkan untuk mengambil tindakan yang bertujuan untuk
perusahaan aslinya. Hal ini bertujuan untuk mencegah perubahan merek yang dapat
barang hanya ketika barang tersebut baru saja dilepaskan dari pabrik atau
tertentu harus memenuhi standar kualitas dan tidak menyesatkan konsumen. Ini
dapat dilakukan melalui pengawasan dan regulasi yang ketat terhadap praktik
1. Bukalapak
Hubungan yang sah dapat terjadi antara subyek-subyek yang sah dan antara
subyek-subyek dan pasal-pasal yang sah. Keterkaitan antar individu subjek hukum
dapat terjadi antara manusia, manusia dan unsur-unsur hukum, serta antar individu
substansi hukum. Perhubungan yang sah antara suatu benda yang sah dengan suatu
benda sebagai kebebasan yang diberikan kekuasaan subjek yang sah terhadap benda
itu, baik itu benda yang tidak salah lagi, benda bergerak, atau benda yang bersifat
pasti.
dan Bursa Elektronik, menjadi khusus dalam Pasal 47 ayat (2) keadaan-keadaan
4. Tujuan transaksi tidak melanggar hukum apapun. Kontrak elektronik itu sendiri,
sesuai dengan ayat (3) Pasal 48 PP PSTE, paling sedikit memuat: 1. informasi
Syarat sahnya perjanjian diatur di dalam Pasal 1320 KUHPerdata yang menyatakan
2011:33). Dalam setting berbasis web, sebuah situs atau bantuan online
tawarkan, dimana data tersebut berupa daftar barang dan layanan yang mereka
berikan.
2. Kecakapan dalam membuat suatu perikatan
kemahiran adalah tidak adanya syarat atau ketentuan yang dapat menyatakan
perlu menunjukkan umurnya, sehingga tidak dapat diketahui apakah orang yang
melalui pembuatan akun sangat mudah diakali saat membuat akun bukalapak.
produk dengan data yang benar-benar lengkap seperti yang diungkapkan dalam
bantuan untuk menemukan secara nyata bentuk atau detail barang dagangan
yang diperkenalkan pada saat pedagang sedang lesu. Dalam situasi ini, ada data
yang terbatas. Jadi sesuai dengan perjanjian yang berlaku di Bukalapak, maka
vendor harus memegang kepemilikan penuh atas semua bahaya yang muncul
dari data yang diberikan oleh dealer yang telah disajikan kepada pedagangnya
di panggung Bukalapak.
Menurut proses transaksi jual beli online (e-commerce) pada dasarnya ada lima
tahap yang runtut , dan jika dikaitkan dengan Bukalapak maka lima tahapan
1. Find it
Pada tahap ini, Situs Bukalapak menampilkan berbagai produk yang dijual di
dalam marketplace mereka. Para merchant yang telah bergabung menjual barang
sesuai dengan kriteria dan syarat yang telah diatur di Bukalapak, kecuali barang-
barang yang terlarang. Barang terlarang adalah barang yang dilarang untuk
Selain itu, terdapat kolom pencarian yang memudahkan konsumen untuk mencari
2. Explore it
merchant mereka dengan cermat. Mereka harus dapat merincikan ukuran, warna,
dan barang yang tersedia sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh
Bukalapak. Salah satu peraturan yang harus dipatuhi adalah pada angka 6, di mana
penjual wajib memisahkan setiap barang yang memiliki ukuran dan harga yang
berbeda. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi yang jelas dan lengkap
3. Select it
Pada situs Bukalapak, ketika seorang pembeli tertarik dengan sebuah barang,
mereka dapat mengklik tombol "beli sekarang" untuk menunjukkan minat dan niat
untuk membeli barang tersebut. Setelah mengklik "beli sekarang", barang tersebut
akan masuk ke dalam shopping cart, di mana pembeli dapat melihat produk lain
yang diinginkan dan menyimpan barang dalam shopping cart hingga mereka
memilih barang yang ingin dibeli. Setelah itu, pembeli dapat melihat rincian harga
beserta detail produk yang dipilih, seperti warna atau ukuran yang diinginkan.
4. Buy it
Indomaret, Alfamart, Pos Indonesia, BRI E-Pay, dan Mitra Bukalapak, akan
transaksi berhasil dilakukan. Ini memastikan keamanan dan kecepatan dalam proses
pembayaran bagi pembeli. Jadi, pada tahap ini, pembeli dapat memilih metode
pembayaran yang sesuai dengan preferensi mereka dan sistem akan secara otomatis
5. Ship it
pengiriman barang resmi yang bekerja sama dengan Bukalapak antara lain Ninja
Express, Tiki, J&T, Go-Send, Pos Indonesia, SiCepat, Grab, JNE, Wahana,
beragam pilihan metode pengiriman yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan
mereka.
sebagai merchant pasti dapat terjadi akibat hukum. Bahwa dari perbuatan yang
dilakukan subyek hukum terhadap obyek hukum menimbulkan akibat hukum. Akibat
hukum itu dapat berwujud dalam bentuk hak apa yang dikuasai oleh subyek hukum
atas benda tersebut, baik benda berwujud, benda bergerak, atau benda tidak
bergerak. Dalam konteks ini, Bukalapak bertindak sebagai perseroan terbatas yang
dapat melakukan transaksi jual beli barang dan menggunakan berbagai fitur serta
berupa wujud :
mencapai usia 21 tahun, kecuali jika mereka telah menikah sebelum mencapai
usia tersebut. Dengan demikian, seseorang yang telah mencapai usia 21 tahun
dianggap cakap hukum, kecuali jika mereka ditaruh di bawah pengampuan.
Oleh karena itu, dalam konteks ini, penting untuk memahami bagaimana hukum
mengatur hak dan kewajiban konsumen yang berusia di bawah 21 tahun dan
2. Berubahnya atau lenyapnya suatu hubungan hukum, antara dua atau lebih
subyek hukum, di mana hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan
Pembeli, kemudian pada saat itulah terjalin hubungan yang sah antara Dealer
dan Pembeli. Ketika diselesaikan secara tuntas dan barang dagangan muncul
untuk memastikan bahwa barang yang dijual sesuai dengan deskripsi yang
tertera, dan jika terjadi kesalahan, penjual harus bertanggung jawab penuh atas
segala risiko yang timbul. Jika penjual melanggar kewajiban ini, pembeli
memiliki hak untuk melakukan klaim barang rusak atau pengembalian dana jika
Dalam hal ini, penjual yang mengambil hak dan kewajiban pembeli serta
melanggar hukum dapat dikenai sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku,
dan pembeli memiliki hak untuk melakukan tindakan hukum terhadap penjual
karena dia mengambil risiko dalam kedudukan hukumnya sedemikian rupa yang
mewajibkannya bertanggung jawab. Hal ini dikenal sebagai tanggung jawab atas
dasar risiko. Dalam konteks ini, baik Bukalapak sebagai marketplace maupun
penjual sebagai merchant memiliki tanggung jawab atas produk yang ditawarkan
adanya kesalahan yang dilakukan oleh pelaku. Pasal ini menegaskan bahwa
a) “adanya perbuatan”
Prinsip ini penting dalam proses hukum karena memberikan tanggung jawab
menyangkal tuduhan yang diajukan terhadap mereka. Ini adalah aspek mendasar
dari sistem hukum yang menjamin keadilan dan akuntabilitas dalam sengketa
hukum.
principle) hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas,
melakukan transaksi.
jaminan seperti khasiat yang tidak sesuai dengan janji yang tertera dalam
kemasan produk, konsumen memiliki hak untuk menuntut ganti rugi atau
melakukan gugatan product liability terhadap penjual. Oleh karena itu,
memiliki hak untuk menuntut ganti rugi atau melakukan gugatan product
yang baik. Hal ini sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
pelaku usaha serta konsumen. Oleh karena itu, produsen harus bertanggung
Dalam konteks ini, prinsip tanggung jawab yang tidak merugikan konsumen
yang adil dan berkeadilan bagi konsumen. Oleh karena itu, pelaku usaha harus
mematuhi prinsip ini dan tidak boleh menetapkan klausul yang merugikan
terhadap kewajiban ini, penjual dapat dianggap bertanggung jawab atas kerugian
yang diderita konsumen. Oleh karena itu, penjual seharusnya bertanggung jawab
atas kerugian yang timbul akibat penjualan barang rekondisi yang tidak sesuai
A. Kesimpulan
Jika dalam sudut pandang UU Perlindungan Konsumen maka jual beli barang
penjualan barang yang sudah bekas tetapi memiliki kekurangan nilai guna
akibat rusak cacat tanpa memberikan informasi yang jelas mengenai barang
Konsumen memuat hak dan kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha namun
yang tidak sesuai dengan kondisi dan jaminan yang tertera dalam keterangan
penggantian atas kerugian tersebut dan juga berdasarkan pasal 47 Ayat (2) PP
tanggungjawab
untuk memperhatikan bahwa perjanjian jual beli yang dilakukan pada
dinyatakan batal demi hukum. Hal ini disebabkan oleh larangan bagi pelaku
usaha untuk memperdagangkan barang yang rusak, cacat, bekas, atau tercemar
informasi bahwa barang tersebut adalah barang bekas merupakan suatu bentuk
hak untuk membatalkan transaksi jual beli barang elektronik rekondisi yang
mengalami kerusakan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan juga
tanggung jawab dalam hal pengiriman produk yang berbeda dengan yang
konsumen berdasarkan perjanjian jual beli dan juga tanggung jawab terhadap
barang yang sudah dibeli tapi tidak sesuai dengan barang yang kita beli,
yang dibeli dengan pihak bukalapak dan di situs bukalapak ada fitur panggilan
admin untuk diskusikan terkait barang yang tidak sesuai setelah pembeli
bukalapak terkait pergantiaan barang yang tidak sesuai dan akan diganti
dengan barang baru. Setelah pembeli melakukan konfirmasi bahwa ia telah
menerima barang pengganti yang telah di kirim dan juga pembeli menunggu
barang yang telah diganti dari pihak bukalapak yang akan di proses.
B. Saran
2. Bagi masyarakat untuk melakukan tanya lebih detail kepada penjual terkait
pengembalian jika barang tidak sesuai, cacat, atau tidak dapat digunakan.
yang dibeli.
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Abdul Hakim dan Teguh Prasetyo, 2005, Bisnis E-Commerce Studi: Sistem
Keamanan Dan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Belajar),
Ade Maman Suherman. 2015. Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global, Bogor:
GhaliaIndonesia,
Agung Putra. 1995. Pengendalian dan Pengawasan Mutu Produk. Surabaya: Balai
Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Kanwil Departemen
Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur,
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, 2013, Penerapan Teori Hukum Pada
Penelitian Tesis dan Disertasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
B. JURNAL
Aan Handriati, "Keabsahan Perjanjian Jual Beli Secara Tidak Tertulis
BerdasarkanHukum Perdata", Rechtsregel: Jurnal Ilmu Hukum, Vol.
1, No. 2, Desember 2018,Hlm 290.
Produsen”, Kertha Semaya, Vol. 04, No. 01, Februari 2016, hal. 2,
ojs.unud.ac.id, URL :
http://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/18973/124
36,
Produsen”, Kertha Semaya, Vol. 04, No. 01, Februari 2016, hal. 2,
ojs.unud.ac.id, URL :
http://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/18973/124
36,
C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Kitab Undang – Undang Hukum Perdata.