You are on page 1of 8

NAMA : Yola Nurfita Cahyaningrum

NIM : 2102035

TUGAS METODEOLOGI PENELITIAN

Tugas :

1. Mencari tema
2. Pengertian
3. Membuat rumusan masalah
4. Menentukan tujuan penelitian
5. Menentukan kerangka konsep sesuai variable
6. Menentukan skala variable
7. Menetukan jenis,desain,pupulasi dan sampel penelitian
8. Mencari artikel dijadikan tinjauan teori

1. Tema
Pengaruh terapi music klasik terhadap skor nyeri pada pasien post OP fraktur

2. Pengertian
Fraktur adalah gangguan komplet atau tak terkomplet pada kontinuitas struktur
tulang dan didefinisikan sesuai dengan jenis dan keluasannya. Fraktur terjadi ketika
tulang menjadi subjek tekanan yang lebih dari yang lebih besar dari yang
diserapnya. Fraktur dapat disebabkan oleh hantaman langsung, kekuatan yang
meremukkan, gerakan memuntir yang mendadak, atau bahkan karena kontraksi otot
yang ekstrem. Ketika tulang patah, struktur disekitarnya juga terganggu,
menyebabkan edema jaringan lunak, hemoragi ke otot dan sendi, dislokasi sendi,
rupture tendon, gangguan saraf, dan kerusakan pembuluh darah (Brunner &
Suddarth, 2013). Fraktur adalah setiap retak atau patah tulang yang di sebabkan
oleh trauma, tenaga fisik, kekuatan sudut, keadaan tulang jaringan lunak disekitar
tulang yang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi di sebut lengkap atau
tidak lengkap (Lela Aini, 2018).
Akibat dari prosedur pembedahan, pasien akan mengalami gangguan rasa
nyaman atau nyeri. Nyeri merupakan pengalaman sesnsori dan emosional yang
sangat tidak menyenangkan yang di sertai kerusakan jaringan secara potensial dan
aktual yang sangat bervariasi. Mulai dari nyeri ringan sampai dengan nyeri yang
berat namun nyeri sejalan dengan proses penyembuhan (Astuti, 2016). Pasien akan
merasakan nyeri yang sangat hebat dalam rata-rata dua jam pertama setelah operasi
karena pengaruh obat anastesi yang sudah mulai hilang. Nyeri yang di rasakan
postoperasi bisa di rasakan lebih hebat meskipun tersedia obat-obatan analgesik
yang efektif. Klien yang merasakan nyeri kurang mampu dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Apabila nyeri tidak segera di atasi maka nyeri tersebut
menyebabkan ketidaknyamanan, ketidakmampuan, keterbatasan gerak, dan
imobilisasi pada individu untuk melaksanakan perawatan diri sangatlah terganggu
(Prilina, 2014).
Berberapa rencana keperawatan yang dapat di berikan dalam melakukan
managemen nyeri yaitu dengan pemberian terapi non farmakologi pendamping
salah satunya terapi musik. Musik yang paling efektif dalam management nyeri
yaitu menggunakan musik klasik. Karena musik klasik memiliki magnitude yang
luar biasa dalam perkembangan ilmu kesehatan, diantaranya memiliki musik yang
lembut, nadanya memberikan stimulasi gelombang alfa, ketenangan dan membuat
pendengarnya lebih rileks karena bertempo 60 ketukan per menit. Bila
dibandingkan musik yang lainya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada musik
klasik mozart mampu merangsang dan memberdayakan kreatifitas menimbulkan
mood yang positif, menurunkan rasa nyeri, dan motivatif diotak. Gelombang suara
yang datang dari arah spektural yang berbeda di bentuk oleh pinna berdasarkan arah
suara. Telinga menyaring gelombang tersebut sebelum melewati dua tulansuara
manapun dalam bentuk lainya yang bisa menimbulkan efek analgesik yang
mengeliminasi nyeri pada pusat persepsi dan interprestasi sensorik somatik di otak
sehingga efek yang muncul adalah nyeri bisa berkurang (Astuti, 2016).

3. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh terapi music klasik terhadap skor nyeri pada pasien post OP
fraktur?
4. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Mengetahui pengaruh terapi musik klasik terhadap skor nyeri pada pasien post
OP fraktur

b. Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi skor nyeri pasien post OP fraktur sebelum dilakukan terapi
music klasik.
2. Mengidentifikasi skor nyeri pasien post OP fraktur sesudah dilakukan terapi
music klasik.
3. Mengalisis pengaruh pemberian terapi music klasik terhadap skor nyeri
pasien post OP fraktur.

5. Menentukan Kerangka Konsep

Variabel dependent Variabel independent

Terapi music Skor nyeri


klasik pasien post OP

6. Skala Variabel

NO. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala


Operasional variabel
1. Dependent Pemberian Memberi terapi SOP Ordinal
teknik musik klasik
distraksi kepada pasien
dengan post operasi
menggunakan fraktur :
musik klasik a. Jenis musik
karya mozart yang
yang berjudul didengarkan
The Best yaitu musik
Relaxing klasik karya
Classicial mozart yang
Musik ever. berjudul
kepada pasien The Best
post operasi Relaxing
fraktur. Classicial
Music Ever

b. Durasi
pemberian
terapi
musik
klasik
selama 20
menit

c. Dilakukan
satu kali
dalam 1
hari

d. Dilakukan
2 jam
sebelum
minum
obat
2. Independent Rasa nyeri Memberikan Menggunakan rasio
yang di Numeric Rating Numeric
raskan oleh Scale (NRS) Rating
pasien post kepada pasien Scale(NRS)
operasi post operasi rentan (0-10)
fraktur karena fraktur.
luka operasi
7. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pre-eksperimental. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest posttest design dimana pada
penelitian ini tidak terdapat kelompok control(pembanding), tetapi pada desain
penelitian ini sudah dilakukan observasi awal (pretest) pada nyeri pasien post operasi
fraktur yang memungkinkan untuk menguji perubahan-perubahan yang telah terjadi
setelah adanya eksperimen pemberian terapi musik klasik.

Subjek Pra-Tes Perlakuan Post-Tes


S O1 X O2

Keterangan :
S : Subyek
O1 : observasi intervensi nyeri post OP fraktur sebelum dilakukan terapi musik
X : Intervensi (terapi musik klasik)
O2 : Observasi skor nyeri post operasi fraktur setelah dilakukan terapi musik
8. Populasi Dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien fraktur post operasi yang
ada di ruang Anggrek Rumah Sakit yang berjumlah 34 orang.
b. Sampel
Sampel yang diambil sebanyak 31 orang, Pada penelitian ini sampling diambil
secara purposive
c. Kriteria Sampel
1. Kriteria inklusi
a. pasien post OP fraktur yang dirawat diruang Anggrek
b. pasien yang bersedia diberi terapi musik klasik
c. Pasien yang mengalami nyeri sedang skor 4-6, dan nyeri berat skor 7-10.
d. Pasien yang bukan multipel fraktur hanya 1 bagian tubuh yang fraktur.

2. Kriteria eksklusi
a. Pasien yang mengalami gangguan pendengaran
b. Pasien yang mengalami penurunan kesadaran
TINJAUAN TEORI
Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas tulang. Patah tulang dapat terjadi karena jatuh,
trauma, sebagai akibat pukulan langsung atau karena kelemahan pada tulang itu sendiri.
Beberapa fraktur juga disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis yang dapat
menyebabkan fraktur-fraktur patologis(Risnah et al., 2019)
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2019 kasus
fraktur kurang lebih 13 juta orang, dengan prevelensi sebesar 2,7%. Pada tahun 2020 kasus
fraktur mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 28 juta orang dengan prevelensi sebesar 4,2%.
Terjadinya fraktur tersebut termasuk didalamnya insiden kecelakaan, cidera olahraga, bencana
alam dan lain sebagainya. Lebih dari 5,6 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan
dan sekitar 1,3 juta orang mengalami fraktur (Astuti, 2020).
Penanganan terhadap fraktur dapat dengan pembedahan atau tanpa pembedahan, meliputi:
Imobilisasi, Reduksi, Proteksi saja, Reposisi, Traksi dan Rehabilitation (Mansjoer, 2000)
Pembedahan atau operasi merupakan langkah penyembuhan yang menerapkan metode invasif
dengan menunjukkan sel tubuh yang akan diatasi. Objek pembedahan yang dilaksanakan agar
memulihkan fungsi dengan menormalkan kembali gerakan, stabilitas, menurunkan rasa nyeri
tingkat dan keparahan nyeri paska operasi terletak kepada fisiologis serta psikologis masing-
masing dan toleransi yang ditimbulkan nyeri(Indarto, 2016)
Secara skema makro terdapat dua manajemen untuk menumpas nyeri yakni manajemen
farmakologi serta manajemen non farmakologi. Manajemen farmakologi yang umumnya
diaplikasikan ialah pemberian analgetik untuk meredakan nyeri. Manajemen non farmakologi
untuk mengurangi nyeri terdiri atas berbagai upaya pengendalian fisik seperti stimulus kulit,
stimulus elektrik saraf kulit, akupuntur, secara kognitif seperti tindakan distraksi, teknik
relaksasi, hypnosis serta sengatan terapeutik, teknik relaksasi diantaranya dengan
menggunakan musik klasik (Novita, 2016).
Musik klasik dapat merangsang hormon endorfin yang merupakan substansi sejenis morfin
yang disuplai oleh tubuh. Sehingga pada saat neuron nyeri perifer mengirimkan sinyal ke
sinaps terjadi sinapsis antara neoron nyeri perifer dan neuron yang menuju otak tempat
seharusnya substansi P akan menghantarkan impuls. Pada saat tersebut, endorfin akan
memblokir lepasnya substansi P dari neuron sensorik, sehingga transmisi impuls nyeri di
medulla spinalis menjadi terhambat, sehingga sensasi nyeri menjadi berkurang. Beberapa
penelitian juga sudah membuktikan, bahwa musik klasik bisa mengurangi tingkat ketegangan
emosi atau nyeri fisik. Musik klasik sangat misterius sebab musik ini mudah dihayati ketika
didengarkan, memberikan kesan yang menarik, polos, penuh homur, cerdas dan mampu
mengajak menggali yang terbaik pada diri seseorang(Transyah et al., 2021)
Salah satu musik klasik yang banyak digunakan dalam penelitian adalah musik klasik
karya Mozart. Musik klasik karya Mozart ini selain merangsang kecerdasan dan merangsang
kinerja otak kanan, juga merangsang neural plasticity. Musik klasik mozart juga mempunyai
struktur musik sesuai dengan pola sel otak manusia(Transyah et al., 2021)
Terapi musik, yang merupakan intervensi nonfarmakologis, merupakan metode yang
efektif, tanpa efek samping, menyebabkan efek positif pada kebangkitan, parameter
hemodinamik dan kebutuhan analgesik pada periode pasca operasi.(Gökçek & Kaydu, 2020)
DAFTAR PUSTAKA

Gökçek, E., & Kaydu, A. (2020). The effects of music therapy in patients undergoing
septorhinoplasty surgery under general anesthesia. Brazilian Journal of
Otorhinolaryngology, 86(4), 419–426. https://doi.org/10.1016/j.bjorl.2019.01.008

Indarto, D. (2016). ストレス反応の主成分分析を試みて- 田甫久美子View metadata,


citation and similar papers at core.ac.uk. PENGARUH PENGGUNAAN PASTA LABU
KUNING (Cucurbita Moschata) UNTUK SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DENGAN
PENAMBAHAN TEPUNG ANGKAK DALAM PEMBUATAN MIE KERING, 15(1), 165–
175.

Risnah, R., HR, R., Azhar, M. U., & Irwan, M. (2019). Terapi Non Farmakologi Dalam
Penanganan Diagnosis Nyeri Pada Fraktur :Systematic Review. Journal of Islamic
Nursing, 4(2), 77. https://doi.org/10.24252/join.v4i2.10708

Transyah, C. H., Handayani, R., & Putra, A. A. (2021). Pengaruh Terapi Musik Klasik
Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur. 3(2), 160–166.
Incidence, patient satisfaction, and perceptions of post-surgical pain: results from a US
national survey. Gan TJ, Habib AS, Miller TE, White W, Apfelbaum JL. Curr Med Res
Opin. 2014;30:149–160. - PubMed

Hole J, Hirsch M, Ball E, Meads C. Music as an aid for postoperative recovery in adults: a
systematic review and meta-analysis. Lancet. 2015 Oct 24;386(10004):1659-71. doi:
10.1016/S0140-6736(15)60169-6. Epub 2015 Aug 12. Erratum in: Lancet. 2015 Oct
24;386(10004):1630. PMID: 26277246.

Gökçek, E., & Kaydu, A. (2020). The effects of music therapy in patients undergoing
septorhinoplasty surgery under general anesthesia. Brazilian Journal of
Otorhinolaryngology, 86(4), 419–426. https://doi.org/10.1016/j.bjorl.2019.01.008

You might also like