You are on page 1of 22

MAKALAH BAHASA INDONESIA

DIKSI DAN KALIMAT AKTIF

Oleh kelompok 1 :

Rizky Ilham Hidayat 2303111867


Putrika Anindhifa 2303114517
Muhammad Hidayat 2303127276
Elisabeth Novi 2303135584
Suci Oktaviani 2303135594
Riska Syintiandari 2303135614

Dosen Pengampu: Perawati, M. Pd

MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
2023
KATA PENGANTAR
Dengan segala rasa syukur kami awali dengan memanjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat, kesehatan dan hidayah sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah bahasa Indonesia. Doa dan salam kami panjatkan
kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang memberikan petunjuk dalam Al-Qur'an dan
Sunnah, sebagai pedoman hidup demi keselamatan setiap orang di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang harus kami selesaikan pada mata kuliah
bahasa Indonesia, program studi Matematika Universitas Riau. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada, selaku pembimbing mata kuliah
bahasa Indonesia dan seluruh pihak yang memberikan saran dan bimbingan kepada kami
selama penulisan makalah ini. Kami tahu makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami nantikan guna
meningkatkan kualitas makalah.

Pekanbaru, 18 Februari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH............................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................4
1.3 TUJUAN PENULISAN..............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
2.1 Diksi............................................................................................................................5
2.1.1 Pengertian Diksi...................................................................................................5
2.1.2 Syarat- syarat Diksi..............................................................................................5
2.1.3 Makna Denotasi dan Makna Konotasi.................................................................6
2.1.4 Kata umum dan Kata khusus................................................................................7
2.1.5 Kata Konkret dan Kata Abstrak...........................................................................8
2.1.6 Makna Leksikal....................................................................................................9
2.1.7 Makna Gramatikal................................................................................................9
2.1.8 Pembentukan Kata.............................................................................................10
2.1.9 Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata....................................................10
2.1.10 Ungkapan Idiomatik...........................................................................................14
2.2 Kalimat Efektif..........................................................................................................14
2.2.1 Pengertian Kalimat Efektif.................................................................................14
2.2.2 Syarat-syarat Kalimat EfektiF............................................................................14
2.2.3 Pola Kalimat Dasar............................................................................................16
2.2.4 Jenis Kalimat......................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Pemilihan dalam mengungkapkan kata berpengaruh dalam segala bidang. Penggunaan
pilihan kata, atau diksi, sangat penting dalam menyampaikan pesan secara efektif.
Terjemahan yang akurat dapat mengubah cara kita memahami, bereaksi atau bahkan
bertindak terhadap informasi yang disajikan. Selain itu, seperti contoh di atas, kalimat yang
disusun dengan baik sangat efektif dalam menyampaikan gagasan. Struktur kalimat yang
benar dapat meningkatkan kejelasan, mengurangi ambiguitas, dan menarik perhatian
pembaca. Topik makalah ini adalah diksi dan kalimat efektif. Kami akan mengeksplorasi
peran bahasa yang tepat dalam menyampaikan tujuan dan pentingnya komunikasi, serta
bagaimana struktur kalimat yang efektif dapat meningkatkan kualitas tulisan. Efektivitas
penggunaan diksi dan kalimat dalam membentuk argumen dan mempengaruhi pembaca akan
ditunjukkan melalui analisis terhadap karya sastra dan konten yang relevan oleh penulis
terkemuka. Dengan memahami konsep-konsep ini, pembaca dapat meningkatkan kemahiran
mereka dalam menggunakan kata-kata secara akurat dan menyusun kalimat yang
mengesankan dalam semua situasi yang memungkinkan
.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan diksi?
2. Apa saja syarat – syarat yang terdapat dalam diksi?
3. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
4. Apa saja syarat – syarat yang terdapat dalam kalimat efektif?
5. Bagaimana pola kalimat dasar?
6. Apa saja jenis-jenis kalimat efektif?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui pengertian diksi.
2 Utuk mengetahui syarat – syarat yang terdapat dalam diksi.
3 Utuk mengetahui pengertian kalimat efektif.
4 Untuk mengetahui syarat – syarat yang terdapat dalam kalimat efektif.
5 Mengetahui pola kalimat efektif,
6 Untuk mengetahui jenis – jenis kalimat efektif.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Diksi
2.1.1 Pengertian Diksi
Menurut KBBI, diksi adalah pemilihan kata yang bermakna tepat dan selaras
(cocok penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan dengan pokok pembicaraan,
pristiwa dan khalayak pembaca atau pendengar atau pilihan kata - kata. Diksi atau
pilihan kata adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna sesuai dengan gagagasan yang ingin disampaikannya, dan kemampuan
tersebut hendaknya di sesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki
sekelompok masyarakat dan pendengar atau pembaca. Diksi atau pilihan kata selalu
mengandung ketepatan makna dan kesesuaian situasi dan nilai rasa yang ada pada
pembaca atau pendengar.
Menurut Susilo Mansurudin pengertian diksi adalah pilihan kata. Pemakaian diksi
yang tepat, cermat, dan benar dapat membantu memberi nilai pada suatu kata. Pilihan
kata yang sesuai dalam kata lain adalah tepat untuk mencegah kesalahan penafsiran
yang berbeda. Mengacu pada pengertian diksi di atas, fungsi diksi adalah agar
pemilihan kata dan cara penyampaiannya dapat dilakukan dengan tepat sehingga
orang lain mengerti maksud yang disampaikan.
Diksi juga berfungsi untuk memperindah suatu kalimat. Misalnya diksi dalam
suatu cerita, dengan diksi yang baik maka penyampaian cerita dapat dilakukan secara
runtut, menjelaskan tokoh-tokoh, mendeskripsi-kan latar dan waktu, dan lain
sebagainya.

2.1.2 Syarat- syarat Diksi


Syarat dalam ketepatan diksi, di antaranya:
1. Penggunaan kata konotasi dan denotasi secara cermat.
Contoh :
“Rumah tangga mereka bahagia meskipun sederhana.” (Konotasi:
kebahagiaan dalam kehidupan keluarga)
“Dia memiliki rumah yang megah di pinggir kota.” (Denotasi: sebuah
bangunan tempat tinggal yang besar dan mewah)
2. Penggunaan kata sinonim atau hampir sama maknanya se- cara cermat.
Contoh :
“Saya merasa senang melihat kamu.”
“Saya merasa gembira melihat kamu.”
3. Dapat membedakan kata-kata yang memiliki ejaan yang mirip.
Contoh :
“Mencuci mobil menggunakan selang sangat mudah.”
Makna: kata selang artinya alat untuk mengalirkan air.
“Tidak selang beberapa lama, kakak datang menjemputku di sekolah.”
Makna: kata selang diartikan sebagai jeda waktu
4. Penggunaan kata kerja pada kata depan harus secara idio- matis.
Contoh :
“Saya tertarik dalam belajar bahasa Prancis” (bukan “Saya tertarik pada
belajar bahasa Prancis
5. Harus dapat membedakan kata khusus dan umum dalam tulisan atau pidato agar
ketepatan diksi terjamin
Contoh :
“Perlindungan terhadap flora dan fauna yang unik di hutan hujan tropis sangat
penting untuk menjaga keanekaragaman hayati.”
6. Memperhatikan pemilihan kata yang tepat secara berkelanjutan dalam suatu tulisan
ataupun pidato.
Contoh :
jika dalam sebuah tulisan atau pidato tentang pendidikan kita menggunakan istilah
“sistem pendidikan” secara konsisten daripada berganti-ganti antara “sistem
pendidikan” dan “sistem edukasi”, hal ini akan mempertahankan konsistensi dalam
komunikasi dan memastikan pesan yang jelas kepada pembaca atau pendengar.

2.1.3 Makna Denotasi dan Makna Konotasi


A. Denotasi
Makna denotasi adalah makna suatu kata sesuai dengan konsep asalnya, apa adanya,
tanpa mengalami perubahan makna atau penambahan makna. Makna denotasi disebut
pula makna lugas.
Contoh:
a. Tangan kanan Mila terkilir sewaktu bermain bulutangkis. Tangan kanan =
tangan sebelah kanan
b. Pak Tejo mempunyai lima ekor kambing. Kambing binatang pemamah biak
dan pemakan rumput (daun- daunan), berkuku genap, tanduknya
bergeronggang, biasanya dipelihara sebagai hewan ternak untuk diambil
daging, susu, kadang-kadang bulunya
B.Konotasi
Makna konotasi adalah makna suatu kata berdasarkan perasaan atau pemikiran
seseorang. Makna konotasi dapat pula dianggap sebagai makna denotasi yang
mengalami penambahan makna. Penambahan tersebut dapat berupa pengiasan atau
perbandingan dengan benda atau hal lainnya. Oleh karena itu, makna konotasi disebut
pula makna kias atau makna kontekstual.
Contoh:
a. Polisi berhasil menangkap tangan kanan koruptor kelas kakap itu. Tangan
kanan orang yang dipercaya, pembantu utama
b. Andre dituduh sebagai kambing hitam dalam kerusuhan antarkampung itu.
Kambing hitam = orang yang dijadikan tumpuan kesalahan.
2.1.4 Kata umum dan Kata khusus
1. Kata Umum
Kata umum merupakan sebuah kata yang memiliki cakupan makna yang
luas dan brsifat tidak menjelaskan secara spesifik terhadap suatu hal. Makin luas
ruang lingkup dari suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata
maka semakin terbuka terjadinya kesalahan dalam pemaknaanya. Seperti
penggunaan kata umum pada rubrik konsultasi hukum berikut, “Anda terlebih
dahulu mengajukan permohonan ke pengadilan”. Dalam kalimat tersebut terdapat
penggunaan kata umum yaitu Pengadilan yang memiliki makna yang luas, karena
dalam kalimat tersebut tidak dijelaskan secara jelas, tentang pengadilan apa yang
dimaksud. Hal ini bisa menyebabkan pembaca memberi makna sesuai dengan apa
yang pembaca tangkap dalam kalimat tersebut, bisa diartikan dengan pengadilan
agama, pengadilan niaga, pengadilan hukum perdata, atau lainnya.
Adapun penggunaan kata umum lainnya pada konten video motivasi Merry
Riana dalam media Tiktok. Pada Data(7) : Janganlah bersedih karena Tuhan selalu
menitipkan penyembuh buatmu [Diambil langsung dari subtitle konten video
episode 33 dengan durasi 29 detik]. Dalam data(7) tersebut terdapat kata Tuhan
yang termasuk kedalam diksi kata umum, karena tidak menjelaskan atau
menyebutkan Tuhan dalam keyakinan dan agama apa yang dimaksud. Berdasarkan
konteks dalam data tersebut, kata Tuhan memiliki makna sesuatu yang diyakini dan
disembah oleh manusia sebagai tempat pertolongan.

2. Kata Khusus
Kata khusus merupakan sebuah kata yang mengungkapkan suatu makna
yang merujuk ke hal yang lebih spesifik atau ungkapan yang khas terhadap suatu
hal. Makin sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya, dan semakin sedikit
terjadinya kesalahan dalam pemahaman atau pengertiannya.
Pemilihan kata khusus dalam rubrik konsultasi dalam tabloid Nyata seperti
dalam rubrik konsultasi rambut yaitu “Mengeringkan rambut dengan hairdryer usai
keramas”. Kalimat tersebut menggunakan kata khusus yang merupakan kata
serapan dari bahasa inggris, yaitu hairdryer yang berarti alat pengering rambut.
Kalimat tersebut jelas menggunakan kata khusus yang sesuai dengan rubrik
konsultasi rambut, sehingga pembaca bisa dengan mudah untuk memahami alat apa
saya digunakan untuk perawatan rambut.

2.1.5 Kata Konkret dan Kata Abstrak


1. Kata Konkret
Kata konkret adalaha kata yang acuannya nyata atau dapat diserap oleh
pancaindera. Kata konkret memiliki makna secara langsung, apa adanya. Manfaat
dari kata konkret adalah untuk memperjelas penggambaran suasana, peristiwa,
kejadian, ataupun keadaan yang dilukiskan pengarang.
Penggunaan kata konkret contohnya terdapat didalam novel Ayah karya Andrea
Hirata
Di sebelah radio diapjang vas bungan plastik berisi lima tangkai bunga
mawar, juga dari plastik (Ayah, 2015:7).
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa radio merupakan barang mewah di
rumah Amirza. Kata radio dalam kutipan tersebut memiliki arti benda yang dapat
menerima siaran suara atau bunyi melalu udara. Dalam hal ini radio merupakan
suatu benda yang jelas dan dapat dilihat bentuk maupun wujudnya.
2. Kata Abstrak
Kata abstrak menurut Sabarti (1994: 87) ialah kata yang mempunyai
referen berupa konsep. Kata abstrak memiliki indicator di antaranya tidak mudah
diserap oleh pancaindra karena tidak dapat diamati wujudnya, digunakan untuk
mengungkapkan gagasan yang rumit, serta dapat membedakan gagasan secara
teknis dan khusus.
Penggunaan kata abstrak dalam karangan berita siswa kelas 8 SMPN 16 Surakarta
tahun ajaran 2015/2016.
“Pemkot berusaha memberikan fasilitas umum yang baik bagi masyarakat.”
(B1.Pr.2.K4)
Kalimat di atas mengandung kata abstrak, karena kata baik dalam frase fasilitas
umum yang baik tidak memiliki kriteria yang pasti. Seharusnya penulis
menambahkan kriteria yang pasti untuk mengukur kondisi baik pada fasilitas
umum tersebut, misalnya bersih dari sampah, bersih dari vandalisme, berfungsi
sebagaimana mestinya serta berguna bagi banyak pihak.

2.1.6 Makna Leksikal


Makna leksikal adalah makna leksikon atau laksan atau kata yang berdiri
sendiri, tidak berada dalam konteks, atau terlepas dari konteks.
Makna leksikal adalah makna leksem ketika leksem tersebut berdiri sendiri dalam
bentuk dasar maupun leksem turunan. Leksem yang berdiri sendiri karena makna
sebuah leksem dapat berubah apabila leksem tersebut berada di dalam kalimat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia makna leksikal adalah makna unsur-unsur
bahasa sebagai lambang benda dan peristiwa.
Makna leksikal adalah makna lambang kebahasaan yang masih bersifat dasar,
yakni masih belum mengalami konotasi dan hubungan gramatik dengan kata yang
lain (Aminunuddin 1988: 87)
Berbagi makna leksikal telah di kemukakan oleh beberapa orang berbagai
pendapat pada bidang linguistik atau semantik sehingga dapat disimpulkan bahwa
makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil alat
indra kita, makna apa adanya, atau makna sesuai dengan apa yang ada di dalam
kamus.
Misalnya, leksem tumbu ‘tumbu’ memiliki makna leksikal wadah atau tempat
yang berbentuk bagian atas diberi bingkai, sedangkan bawah persegi tanpa bingkai
dan bagian atas-bawah sama besarnya. Tumbu biasa digunakan untuk mususi
“mencuci beras”, selain itu sebagai tempat menyimpan beras atau jagung
(Sudjonoprijo, 1990).

2.1.7 Makna Gramatikal


Makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya
kata dalam kalimat. Selain itu makna gramatikal juga disebut makna yang timbul
karena peristiwa gramatikal (Hardiyanto, 2008:21). Makna gramatikal ada jika terjadi
proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi dan komposisi.
Makna gramatikal yaitu makna katanya berubah-ubah karena mengalami proses
pengimbuhan, pengulangan, pemanajemukan yang disesuaikan menurut tanda bahasa
serta terikat dengan konteks (tempat, waktu dan lingkungan). Kata tersebut tidak
memiliki referensi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008: 461), gramatikal
diartikan sesuai dengan tata bahasa. Di mana makna katanya mengalami proses
afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi.
Misalnya kata amplop ‘sampul surat’ mengandung makna leksikal sampul surat.
Namun setelah kata amplop ‘sampul surat’ ditempatkan dalam kalimat, seperti
“Wehehana amplop urusanmu methi beres” (“ Berilah amplop pasti urusanmu beres”)
kata amplop ‘sampul surat’ tidak lagi mengacu pada makna sampul surat melainkan
menunjukkan bahwa suatu masalah akan selesai dengan cara dikasih amplop atau
suap.

2.1.8 Pembentukan Kata


Para ahli mencatat beberapa proses pembentukan kata umum terjadi dalam bahasa
Indonesia mencakup afiksi, reduplikasi, pemajemukan dan pemendekan.
 Afiksi
Perkembangan pembentukan kata bahasa Indonesia juga diwarnai oleh masu
knya afiks asing atau afiks bahasa serumpun. Contohnya afiks –in seperti: rasai
n, ngapain, kerjain, dudukin, besarin dan sebagainya. Biasanya dipakai oleh pe
nutur kata di Jakarta. Adapula afiks –izanation, dan –ir yang masih berpadukan
dengan –isasi.
 Reduplikasi
Suatu proses dan hasil pengulangan suatu bahasa sebagai alat fornologi atau
gramatikal.
 Pemajemukan
Pemajemukan merupakan salah satu kata dalam bahasa Indonesia yang menc
akup produktif. Dari sudut makna, kata majemuk menyatakan satu-kesatuan ma
kna (ada makna pusat dan atribut) dan ada yang menimbulkan makna baru (se
mua unsur menghilangkan identitas).
 Pemendekan
Pemendekan merupakan salah satu morfologis yang ditemukan hamper pada
semua bahasa Indonesia. Pembentukan kata melalui pemendekan dapat dilakuk
an dengan cara mengambul fonem awal setiap kata, mengambil bagian atau suk
u setiap kata dan merangkainya sehingga menyerupai kata, menyingkatnya atau
membedakan kata dari bentuk yang sudah ada, baik bagian depan maupun bagi
an belakangnya.

2.1.9 Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata


1. Penanggalan Awalan Meng-
Pada judul berita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun, dalam teks beritanya
awalan meng- harus eksplisit. Di bawah ini diperlihatkan bentuk.
Contoh:
 Amerika Serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (Salah)
 Amerika Serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (Benar)
2. Penanggalan Awalan berata-kata yang berawalan ber-
sering menanggalkan awalan ber-. Padahal, awalan ber- harus dieksplisitkan seca
ra jelas.
Contoh :
 Sampai jumpa lagi.- (Salah)
 Sampai berjumpa lagi. (Benar)
3. Peluluhan bunyi /c/
Kata dasar yang diawal bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat awalan
meng-. Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat awalan men
g-. Di bawah ini diperlihatkan bentuk salah dan bentuk benar.
 Paino sedang menyuci mobil. (Salah)
 Paino sedang mencuci mobil. (Benar)
4. Penyengauan Kata Dasar
Penyengauan kata dasar ini sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam t
ulis. Akhirnya, pencampuradukan antara ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan sua
tu bentuk kata yang salah dalam pemakaian. Kita sering menemukan penggunaan kata-
kata, mandang, ngail, ngantuk, nabrak, nanam, nulis, nyubit, ngepung, nolak, nyabut, n
yuap, dan nyari. Dalam bahasa Indonesia baku tulis, kita harus menggunakan katakata
memandang, mengail, mengantuk, menabrak, menanam, menulis, mencubit, mengepun
g, menolak, mencabiat, menyuap, dan mencari.
5. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang Berimbuhan meng-/peng
Kata dasar yang bunyi awalnya /s/, /k/, /p/, atau / t/ sering tidak luluh jika
mendapat awalan meng- atau peng. Padahal, menurut kaidah baku bunyi-bunyi itu
harus lebur menjadi bunyi sengau. Di bawah ini dibedakan bentuk salah dan
bentuk benar dalam pemakaian sehari-hari.

 Eksistensi Indonesia sebagai negara pensuplai minyak sebaiknya dipertah


ankan. (Salah)
 Eksistensi Indonesia sebagai negara penyuplai minyak sebaiknya dipertah
ankan. (Benar)
6. Awalan ke- yang keliru
Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter- sering diberi
berawalan ke-. Hal itu disebabkan oleh kekurangcermatan dalam memilih awalan
yang tepat. Umumnya, kesalahan itu dipengaruhi oleh bahasa daerah (Jawa/Sund
a). Di bawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian awal
an.
 Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh metro mini. (Salah)
 Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh metro mini.(Benar)
7. Pemaknian Akhiran -ir
Pemakaian akhiran -ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia
sehari-hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku, untuk padanan akhiran -ir
adalah -asi atau – isasi. Contoh :

 Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu. (Salah)


 Saya sanggup mengoordinasi kegiatan itu. (Benar)

8. Padanan yang Tidak Serasi


Karena pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang serasi, yang
muncul dalam pembicaraan sehari-hari adalah padanan yang tidak sepadan atau
tidak serasi. Di bawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar, terutama
dalam memakai ungkapan penghubung intrakalimat.

 Karena modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah me


mperoleh kredit. (Salah)
 Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh
kredit. (Benar)

9. Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian di, ke, dari, bagi, dan daripada sering di
pertukarkan. Di bawah ini dipaparkan bentuk benar dan bentuk salah dalam pema
kaian kata depan.
 Putusan daripada pemerintah itu melegakan hati rakyat. (Salah)
 Putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. (Benar)

10. Pernaluzian Akronim (Singkatan)


Kita membedakan istilah “singkatan” dengan “bentuk singkat”. Yang dimaksud de
ngan singkatan ialah hasil menyingkat atau memendekkan berupa huruf atau gabu
ngan huruf seperti PLO, Ul, DPR, KPP, KY, MK, MA, KBK, dan KTSP. Yang di
maksud dengan bentuk singkat ialah kontraksi bentuk kata sebagaimana dipakai d
alam ucapan cepat, seperti lab (laboratorium), memo (memorandum), demo (demo
ntrasi) dan lain-lain. Pemakaian akronim dan singkatan dalam bahasa Indonesia ka
dang-kadang tidak teratur.
11. Penggunaan Kesimpulan, Keputusan, Penalaran, dan Pemukiman
Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan; kata
keputusan bersaing pemakaiannya dengan kata putusan; kata pemukiman bersaing
dengan kata permukiman; kata penalaran bersaing dengan kata pernalaran. Lalu,
bentukan yang manakah yang sebenarnya paling tepat? Apakah yang tepat
kesimpulan dan yang salah simpulan, ataukah sebaliknya. Apakah yang tepat
keputusan dan yang salah putusan, ataukah sebaliknya. Mana yang benar
penalaran ataukah pernalaran; kata pemukiman ataukah permukiman?

12. Penggunaan Kata yang Hemat


Salah satu ciri pernakaian bahasa yang efektif adalah pemakaian bahasa yang
hemat kata, tetapi padat isi. Namun, dalam komunikasi sehari-hari sering dijumpai
pemakaian kata yang tidak hemat (boros). Mari kita lihat perbandingan boros dan
hemat berikut.

 Apabila suatu reservoar masih mempunyai cadangan minyak, maka diperl


ukan tenaga dorong buatan untuk #24 memproduksi minyak lebih besar.
(Boros, Salah)
 Apabila suatu reservoar masih mempunyai cadangan minyak, diperlukan t
enaga dorong buatan untuk memproduksi minyak lebih besar. (Hemat, Be
nar)

13. Analogi
Di dalam dunia olahraga terdapat istilah petinju. Kata petinju berkorelasi dengan
kata bertinju. Kata petinju berarti ‘orang yang (biasa) bertinju’, bukan ‘orang yang
(biasa) meninju. Dewasa ini dapat dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan
petinju, seperti pesenam, pesilat, pegolf, peterjun, petenis, dan peboling. Akan
tetapi, apakah semua kata dibentuk dengan cara yang sama dengan pembentukan
kata petinju?
14. Bentuk jamak dalam Bahasa Indonesia
Dalam pemakaian sehari-hari kadang-kadang orang salah menggunakan bentuk ja
mak dalam bahasa Indonesia sehingga terjadi bentuk yang rancu atau kacau. Bent
uk jamak dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut.

 Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkutan, se


perti kuda-kuda, meja-meja,
 Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan, seperti beberapa meja, sek
alian tamu.

15. Penggunaan di mana, yang mana, hal mana.


Kata di mana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata di mana tersebut
harus diubah menjadi yang, bahwa,
tempat, dan sebagainya.

2.1.10 Ungkapan Idiomatik


Idiom merupakan bentuk ujaran yang maknanya sudah menyatu dan tidak dapat
ditafsirkan dari makna-makna unsur pembentukannya, baik secara leksikal maupun
gramatikal. Idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan
makna anggotanya. Misalnya kambing hitam, secara keseluruhan makna nya tidak
sama dengan “kambing” dan “hitam”.

2.2 Kalimat Efektif


2.2.1 Pengertian Kalimat Efektif
Menurut pendapat Suparno dan Yunus (2009: 2.1) bahwa kalimat efektif adalah
kalimat yang mewakili kemampuan untuk megungkapkan gagasan penutur sehingga
pendengar atau pembaca dapat memahami gagasan yang terungkap dalam kalimat itu
sehingga gagasan yang dimaksud oleh penutur. (Jurnal ilmiah korpus)

2.2.2 Syarat-syarat Kalimat EfektiF


1. Kelogisan
 Kalimat pasif dan aktif harus jelas
 Subjek dan keterangan harus jelas
 Pengantar kalimat dan predikat harus jelas
 Induk kalimat dan anak kalimat harus jelas
 Subjek tidak ganda
 Predikat tidak didahului kata yang

2. Kepararelan
Predikat kalimat majemuk setara rapatan harus pararel. Artinya, jika kata kerja,
harus kata kerja semuanya; jika kata benda harus kata benda semuanya.
Contoh:
Harga minyak disesuaikan atau kenaikan itu secara wajar. (Salah)
Harga minyak disesuaikan atau dinaikan secara wajar. (Benar)
3. Ketegasan
 Unsur-unsur yang ditonjolkan diletakkan di awal kalimat.
 Membuat urutan yang logis. Misalnya 1, 2, dan 3 ; kecil, edang, dan besar;
anakanak,remaja dan orang tua, dsb.
Contoh :
Presiden menegaskan agar kita selalu hidup disiplin.
Contoh :
Penggemarnya tidak hanya anak-anak, tetapi juga remaja, orang tua bahkan
kakek-kakek.
2.2 Kehematan
Kehematan adalah penggunaan kata-kata secara hemat, tetapi tidak mengurangi
makna atau mengubah informasi.
 Menghilangkan pengulangan subjek yang sama pada anak kalimat.
 Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
 Menghindarkan kesinoniman kata dalam kalimat.

5. Ketepatan
 Ketepatan ialah pemakaian diksi atau pilihan
 kata harus tepat.
 Pemakaian kata harus tepat
 Kata berpasangan harus sesuai
 Menghindari peniadaan preposisi

6. Kecermatan
Cermat ialah kalimat yang dihasilkan tidak menimbulkan tafsir ganda dan harus tepat
diksinya. Prinsip kecermatan berarti cermat dan tepat menggunakan diksi. Agar
tercapai kecermatan dan ketepatan diksi, harus memperhatika pernyataan-pernyataan
berikut ini.
 Hindari penanggalan awalan
 Hindari peluluhan bunyi / c /
 Hindari bunyi / s /, / p /, / t /, dan / k / yang tidak luluh
 Hindari pemakaian kata ambigu.

7. Kepaduan
Kepaduan ialah informasi yang disampaikan itu tidak terpecah-pecah.
 Kallimat tidak bertele-tele dan harus sistematis.
 Kalimat yang padu menggunakan pola aspek-agen-verbal
 atau aspek-verbal-pasien.
 Diantara predikat kata kerja dan objek penderita tidak
 disisipkan kata daripada/tentang.

8. Kesejajaran
Kesejajaran adalah penggunaan bentuk-bentuk yang sama pada kata-kata yang
paralel. Agar kalimat terlihat rapi dan bermakna sama, kesejajaran dalam kalimat
diperlukan.
Contoh :
Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan barang,
busuknya makanan, dan jika hewan yang diletakkan di dalam bagasi tiba-tiba mati.
(Salah)
Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan barang,
kebusukan makanan, dan kematian hewan.(Benar)
9. Keharmonisan
Keharmonisan kalimat artinya setiap kalimat yang kita buat harus harmonis antara
pola berpikir dan struktur bahasa.
 Subjek

Subjek (S) ialah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok,
benda, sesuatu hal.
 Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan apa atau
dalam keadaan bagaimana subjek. Predikat dapat juga berupa sifat, situasi,
status, cirri, atau jatidiri subjek.
 Objek dan Pelengkap
Objek dan Pelengkapadalah bagian kalimat yang melengkapi predikat.

 Keterangan
Keterangan (Ket) ialah bagian kaliamat yang menerangkan berbagaihal
mengenai bagian yang lainnya.

Agar kalimat itu efektif maka ada yang sangat perlu diperhatikan dalam
membuat kalimat efektif, yaitu kalimat dasar yang mana seperti pondasi utama
dari sebuah pembentuk kalimat yang setelah itu bisa dibuat menjadi kalimat

2.2.3 Pola Kalimat Dasar


Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah
kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita
gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita
masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu
tentu saja hams didasarkan pada kaidah yang berlaku. Pola dasar kalimat bahasa
Indonesia adalah sebagai berikut:
a) Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat
untuk tipe ini dapat berupa kata keija, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.
Misalnya:
1. Mereka / sedang membaca
S P (kata kerja)
2. Ayahnya / guru SMA.
S P (kata benda)
3. Gambar itu / bagus.
S P
4. Peserta penataran ini / empat puluh orang.
S P (kata bilangan)

b) Kalimat Dasar Berpola S P O


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek.
Misalnya:
Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah.
S P O
c) Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap.
Misalnya:
Anaknya / beternak / ayam.
S P Pel
d) Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap.
Misalnya:
Dia / mengirimi / saya / surat.
S P O Pel
e) Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan keterangan.
Misalnya:
Mereka / berasal / dari Surabaya
S P K
f) Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Misalnya:
Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.
S P O K
2.2.4 Jenis Kalimat
Secara umum, ada empat jenis kalimat yang perlu dipahami. Kalimat dalam bahasa
Indonesia dapat dibedakan menjadi kalimat simpleks, kompleks, majemuk, dan
majemuk campuran.
a) Kalimat Simpleks
Kalimat simpleks atau sering disebut dengan kalimat tunggal adalah kalimat yang
hanya terdiri atas satu klausa atau satu struktur predikat. Satu struktur predikat di
dalam kalimat dapat berupa:

a. subjek dan predikat (S-P)

b. subjek, predikat, dan objek (S-P-O)

c. subjek, predikat, dan pelengkap (S-P-Pel)

d. subjek, predikat, objek, dan pelengkap (S-P-O-Pel)

e. subjek, predikat, dan keterangan (S-P-K).

Berikut ini contoh kalimat simpleks

 Orang itu guru kami. (S-P)


 Kartini sedang membuat surat jawaban. (S-P-O)
 Kepakaran Teguh diakui banyak orang. (S-P-Pel)
 Sulaeman mengajari anaknya melukis. (S-P-O-Pel)

Contoh kalimat di atas termasuk kalimat simpleks karena hanya terdiri atas satu
klausa. Satu klausa biasanya berupa satu informasi.

Jadi, unsur inti yang terdapat dalam kalimat simpleks pun juga hanya satu
informasi. Satu informasi itu biasanya ditandai oleh kehadiran satu fungsi
predikat.

b) Kalimat Kompleks

Kalimat kompleks atau sering disebut kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat
yang terdiri atas klausa utama dan klausa subordinatif.

Klausa utama tersebut disebut induk kalimat, sedangkan klausa subordinatif


disebut anak kalimat.

Klausa utama dapat berdiri sendiri sebagai kalimat yang lepas yang tidak
bergantung pada klausa yang lain, sedangkan klausa subordinatif selalu
bergantung pada klausa utama. Tanpa kehadiran klausa utama, klausa subordinatif
tidak dapat mengungkapkan apa-apa karena informasinya belum jelas. Selain itu,
klausa subordinatif merupakan pengembangan dari satu di antara fungsi yang ada
dalam kalimat.

Oleh karena itu, hubungan antarkedua klausa dalam kalimat kompleks ini tidak
sederajat atau tidak sejajar. Berikut ini contoh kalimat kompleks:

 Supriyati tetap berangkat meskipun hari telah gelap.


 Ketika hujan turun, Hermawan masih berada di atas bus.

Contoh kalimat di atas merupakan kalimat kompleks, sebab terdiri atas klausa
utama dan klausa subordinatif.

c) Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa utama atau lebih,
dan dapat berdiri sendiri sebagai kalimat yang lepas. Klausa yang satu dalam
kalimat majemuk bukan merupakan bagian atau pengembangan dari klausa yang
lain. Hubungan antara klausa yang satu dengan yang lain dalam kalimat
menyatakan hubungan koordinatif. Berikut ini contoh kalimat majemuk:

 Yanto membaca stilistika dan istrinya membuatkan susu jahe.


 Giyarti memesan bakso, tetapi suaminya memesan sate sapi.
 Gandung sedang belajar atau malah tidur di kamar depan.
 Peserta dilarang makan atau minum serta dilarang bergurau.
 Adikku bekerja di Medan, sedangkan kakakku bekerja di Yogyakarta.

d) Kalimat Majemuk Kompleks


Kalimat majemuk kompleks adalah kalimat yang terdiri atas tiga klausa atau lebih.
Dua di antara klausa dalam kalimat majemuk ini merupakan klausa utama.
Sedangkan klausa yang lain merupakan klausa subordinatif yang berfungsi
sebagai pemerluas satu di antara atau kedua fungsi dalam klausa utama.
Kekompleksan dalam kalimat majemuk ini ditandai dengan perluasan satu di
antara atau lebih unsur (fungsi) dalam kalimat. Berikut ini contoh kalimat
majemuk kompleks:

 Ayah sedang melukis dan adik sedang belajar ketika kebakaran itu terjadi.
 Bahwa setiap amal ibadah akan mendapat 700 kali kebaikan sudah diketahui
banyak orang, tetapi tidak semua orang mau melakukannya karena manusia
cenderung kikir.
 Jika rapel penelitinya turun, Harno akan membelikan adiknya sepatu basket,
sedangkan Hardi akan membelikan istrinya ponsel.

You might also like